Akhir-akhir ini ada sebuah asesmen yang banyak digaungkan dalam dunia pendidikan yaitu
asesmen diagnostik. Asesmen ini bukanlah hal yang baru. Tetapi dengan munculnya berbagai
kendala dalam dunia pendidikan karena pandemi covid 19, asesmen ini mulai populer kembali.
Apa saja yang membuat banyak sekolah kini mulai menerapkan asesmen diagnostik?
Hal tersebut dilatar belakangi oleh beberapa isu dalam dunia pendidikan yang muncul karena
dampak pembelajaran jarak jauh selama corona melanda. Apa saja?
3. Adanya kesenjangan kompetensi yang dimiliki oleh siswa karena perbedaan akses dan juga
pendukung lainnya seperti ketersediaan materi, koneksi internet antara kelompok akses memadai
dan kelompok akses tidak memadai.
4. Munculnya gangguan emosi dan psikologi siswa karena pembelajaran daring dan juga kondisi
sosial ekonomi selama pandemi.
Salah satu solusi yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan di atas adalah mengadakan
siklus asesmen diawal pembelajaran secara berkala atau kita kenal dengan sebutan asesmen
diagnostik.
Asesmen Diagnostik
Asesmen diagnostik adalah sebuah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi
kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan
kompetensi dan kondisi siswa. Ada beberapa tujuan asesmen diagnostik diadakan, yaitu:
2. Mengidentifikasi siswa yang sudah paham, setengah paham, dan belum paham pelajaran yang
diajarkan.
Ibarat seorang dokter, Guru Pintar dapat mendiagnosa “penyakit” dengan menerapkan asesmen
diagnostik. Jika asesmen diagnostik menunjukkan bahwa perkembangan atau hasil belajarnya
masih tertinggal atau tidak memenuhi target yang telah ditetapkan, maka Guru Pintar dapat
memberikan treatment berupa pendampingan belajar secara afirmatif, penyesuaian strategi
mengajar, atau materi ajar.
2
Asesmen Diagnostik atau penilaian diagnostik yang sering dilaksanakan ada dua jenis, yaitu
asesmen non kognitif dan asesmen kognitif. Kedua jenis asesmen diagnostik ini memiliki tujuan
asesmen yang berbeda.
Asesmen non kognitif bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi kesejahteraan
psikologi dan sosial emosi siswa, aktivitas siswa selama belajar dirumah, gaya belajar siswa,
pergaulan siswa, dan juga kondisi keluarga siswa. Sedangkan asesmen kognitif memiliki tujuan
untuk mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran dikelas dengan
kompetensi rata-rata siswa, memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan pada siswa yang
nilainya dibawah rata-rata.
Siapa yang bertanggung jawab melakukan asesmen diagnostik? Asesmen diagnostik bukan hanya
tanggung jawab guru BP atau wali kelas saja. Sejatinya asesmen diagnostik harus dilakukan oleh
semua guru mata pelajaran juga. Kepala sekolah sebagai komando di sekolah memiliki tanggung
jawab untuk memastikan asesmen ini dilakukan disemua kelas diminggu pertama dan secara
berkala pada awal pembelajaran. Bagaimana langkah-langkah melakukan asesmen diagnostik?
Baik asesmen non kognitif dan kognitif memiliki tiga tahapan pelaksanaan yang sama yaitu:
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Meskipun demikian, tetap ada hal yang membedakan
mengingat tujuan yang ingin dicapai juga berbeda. Berikut ini langkah-langkah melaksanakan
pembelajaran non kognitif dan kognitif.
a. Persiapan
1. Guru Pintar harus menyiapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi.
• Apa saja kegiatan yang kamu lakukan selama belajar dari rumah?
• Adakah hal yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan yang kamu alami selama
belajar dari rumah?
b. Pelaksanaan
2. Guru Pintar meminta siswa untuk mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah
melalui cerita secara lisan, tulisan, atau gambar
c. Tindak Lanjut
1. Mengidentifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif , kemudian mengajaknya untuk berdiskusi
secara personal.
2. Menentukan tindak lanjut atau treatment untuk membantu siswa, dan mengkomunikasikan
dengan siswa serta orang tua bila diperlukan.
Pelaksanaan asesmen non kognitif dapat dilakukan dengan cara tanya jawab. Yang harus Guru
Pintar ingat dalam melakukan tanya jawab adalah: memastikan pertanyaan jelas dan mudah
dipahami oleh siswa, menyertakan acuan atau stimulus informasi yang dapat membantu siswa
menemukan jawabannya, dan memberikan waktu berpikir kepada siswa sebelum menjawab
pertanyaan.
Asesmen Kognitif
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
Memberikan pertanyaan-pertanyaan asesmen yang telah disusun kepada semua siswa di kelas,
baik secara tatap muka ataupun Belajar dari Rumah
c. Tindak Lanjut
2. Membagi siswa berdasarkan nilai ke dalam 3 kategori yaitu, “Paham utuh”, “Paham sebagian”,
dan “Tidak paham.”
Jika siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas, maka mereka akan mengikuti pembelajaran sesuai
fasenya. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata akan mengikuti pembelajaran khusus atau
pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi. Sedangkan siswa dengan nilai di atas rata-
rata akan mengikuti pembelajaran dengan pengayaan.
5. Melakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik
pembelajaran baru. Hal ini penting untuk menyesuaikan pembelajaran yang sesuai dengan rata-
rata kemampuan siswa.
4. Mengulang proses yang sama di setiap awal pembelajaran untuk melakukan adaptasi materi
pembelajaran sesuai tingkat kemampuan siswa.
Ternyata tidak sulit ya melakukan asesmen diagnostik. Yang Guru Pintar butuhkan hanyalah
komitmen untuk memberikan pembelajaran terbaik untuk siswa dan memastikan semua siswa
memiliki pengalaman belajar yang bermakna.
4
Ada banyak macam teknik penilaian atau asesmen yang dapat dilakukan secara komplementer
(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai sehingga dapat memberikan gambaran
yang akurat tentang perkembangan belajar siswa. Tujuan dan fungsi kegiatan penilaian dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut:
5. Sebagai pedoman guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa sehingga guru dapat mengajar dengan lebih baik.
Bentuk-bentuk penilaian atau asesmen ada banyak tergantung tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Contoh bentuk asesmen yang sudah umum dilakukan di sekolah adalah observasi,
penilaian diri, penilaian antar teman, ulangan harian, penugasan, tes praktik, proyek, dan
portofolio, yang semuanya disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Secara umum, penilaian
untuk melihat hasil belajar siswa dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif.
Itulah sebabnya istilah asesmen formatif dan sumatif sudah sering sekali didengar dalam dunia
pendidikan. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut tentang asesmen formatif dan sumatif. Stay
tune, ya!
Asesmen Formatif
Asesmen formatif adalah proses mengumpulkan data mengenai sejauh mana kemajuan siswa
dalam menguasai kompetensi yang ditargetkan. Dengan data yang diperoleh akan
diinterpretasikan dengan teliti supaya guru dapat memutuskan kegiatan pembelajaran yang efektif
bagi siswa agar dapat menguasai materi/kompetensi secara optimal. Tujuan asesmen formatif
adalah untuk mengevaluasi proses pemahaman siswa terhadap pelajaran, kebutuhan
pembelajaran, dan kemajuan akademik selama proses pembelajaran.
Penilaian formatif membantu Guru Pintar memantau pembelajaran siswa dan memberikan umpan
balik yang berkala, dan berkelanjutan. Bagi sekolah, asesmen formatif berfungsi memberikan
5
informasi mengenai tantangan apa saja yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran projek
sehingga dukungan yang memadai dapat diberikan. Sedangkan bagi siswa, asesmen formatif
berfungsi untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi kekuatan dan aspek yang perlu
dikembangkan.
Ada lima faktor penting yang dapat meningkatkan pembelajaran melalui penilaian formatif. Apa
saja?
3. Mengatur pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh nilai baik ketika dilakukan
penilaian.
5. Mempertimbangkan kebutuhan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan untuk memahami
bagaimana cara meningkatkan hasil belajarnya.
Asesmen Sumatif
Pengertian asesmen sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu.
Penilaian sumatif mencakup lebih dari satu pokok bahasan yang dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit pembelajaran
berikutnya. Evaluasi sumatif sering dilakukan dengan menggunakan tes-tes pada akhir suatu
periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan
dalam satu semester.
Penilaian sumatif di sekolah biasanya dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai
diberikan. Penilaian sumatif akan menghasilkan nilai atau angka yang kemudian digunakan sebagai
keputusan pada kinerja siswa. Hasil penilaian sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi
penghargaan pada akhir kursus atau program yang dituliskan di buku raport. Penilaian ini
dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan siswa secara sistematis.
Penilaian sumatif tidak terlalu memberikan dampak secara langsung pada pembelajaran,
meskipun seringkali mempengaruhi keputusan yang mungkin memiliki konsekuensi bagi siswa
dalam belajar. Tujuan asesmen sumatif adalah sebagai alat untuk mengukur kemampuan dan
pemahaman siswa dan sebagai sarana memberikan umpan balik kepada siswa. Evaluasi sumatif
juga memiliki fungsi untuk memberikan umpan balik kepada staf akademik sebagai ukuran
keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar pemantauan staf akademik, serta sebagai
sarana untuk memotivasi siswa.
Evaluasi sumatif dan evaluasi formatif dapat dilakukan secara tidak tertulis maupun tertulis.
Contoh penilaian formatif dan contoh penilaian sumatif dalam bentuk asesmen tidak tertulis
antara lain:
1. Diskusi kelas
2. Drama
3. Penilaian Produk
6
4. Presentasi
5. Tes Lisan
Sedangkan contoh bentuk asesmen formatif dan sumatif yang tertulis antara lain:
1. Refleksi
2. Jurnal
3. Esai
4. Poster
5. Tes Tertulis