3. Apa yang Anda ketahui dengan modul ajar sebagai sebuah perangkat
pembelajaran?
Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk membantu mengarahkan proses pembelajaran
mencapai Capaian Pembelajaran (CP).
5. Apa yang Anda ketahui dengan asesmen diagnostik? Kapan asesmen diagnostik
perlu dilakukan dan untuk apa?
Asesmen diagnostik adalah sebuah asesmen yang dilakukan secara spesifik
untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa, sehingga
pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa.
Dalam kondisi tertentu, informasi terkait latar belakang keluarga, kesiapan
belajar, motivasi belajar, minat peserta didik, dll, dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam
merencanakan pembelajaran. Pada dasarnya, fungsi tes diagnostik ini adalah
mengidentifikasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami siswa. Tidak hanya
itu asesmen diagnostik juga dapat membantu guru dalam merencanakan
pembelajaran yang efisien. Dalam asesmen diagnostik ada 2 macam;
a. Diagnostik cognitif; Asesmen Diagnosis Kognitif adalah asesmen diagnosis
yang dapat dilaksanakan secara rutin, pada awal ketika guru akan
memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru. Dengan diagnostik
cognitif ini guru dapat menentukan pembelajaran yang tepat mulai dari
perencanaan, penyiapan materi, metode, media, serta evaluasi sesuai
dengan keadaan kelas.
b. Diagnostik non-cognitif; Asesmen diagnosis non kognitif merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi
mengenai psikologis dan emosional masing-masing siswa. Jawaban dari
pertanyaan asesmen diagnostik non kognitif ini tidak ada yang benar dan
salah. Semua jawaban siswa adalah benar dan siswa diharapkan dapat
menjawab pertanyaan tersebut dengan jujur. Berikut contoh soal dalam
diagnostik non cognitif;
1. Apa saja aktivitas yang sering kamu lakukan saat di rumah?
2. Bagaimana perasaanmu saat melakukan aktivitas tersebut?
3. Apakah kamu bisa menceritakan aktivitas seperti apa yang kamu
lakukan? Dll.
Berikut tahapan pelaksanaan asesmen diagnostik;
a. Menganalisis laporan hasil belajar (rapor) peserta didik tahun sebelumnya.
b. Mengidentifikasi kompetensi yang akan diajarkan.
c. Menyusun instrumen asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik.
d. Bila diperlukan menggali informasi peserta didik dalam aspek: Latar
belakang keluarga, motivasi, minat, sarana dan prasarana belajar, serta
aspek lain sesuai kebutuhan peserta didik/sekolah.
e. Pelaksanaan Asesmen dan pengolahan hasil.
f. Hasil diagnosis menjadi data/informasi untuk merencanakan pembelajaran
sesuai tahap capaian dan karakteristik peserta didik.
6. Pemahaman seperti apa yang perlu dimiliki pendidik (guru) untuk melaksanakan
asesmen yang efektif?
Seorang pendidik perlu memiliki pemahaman bahwa:
1. Kesalahan dalam belajar itu wajar. Jika diterima, dikomunikasikan, dan
dicarikan jalan keluar, maka kesalahan akan menstimulasi perkembangan
otak peserta didik.
2. Belajar bukan tentang kecepatan, tetapi tentang pemahaman, penalaran,
penerapan, serta kemampuan menilai dan berkarya secara mendalam.
3. Ekspektasi pendidik yang positif tentang kemampuan peserta didik akan
sangat mempengaruhi performa peserta didik.
4. Setiap peserta didik unik, memiliki peta jalan belajar yang berbeda, dan
tidak perlu dibandingkan dengan teman-temannya.
5. Pengondisian lingkungan belajar (fisik dan psikis) di sekolah dan rumah
akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
6. Melatih dan membiasakan peserta didik untuk melakukan asesmen diri
(self assessment), asesmen antarteman (peer assessment), refleksi diri,
dan pemberian umpan balik antarteman (peer feedback).
7. Apresiasi/pesan/umpan balik yang tepat berpengaruh pada motivasi
belajar peserta didik. Pemberian umpan balik dilakukan dengan
mendeskripsikan usaha terbaik untuk menstimulasi pola pikir bertumbuh,
memotivasi peserta didik, dan membangun kesadaran pemangku
kepentingan bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran lebih
diutamakan dibandingkan dengan hasil akhir.