Anda di halaman 1dari 12

Nama : Isa Dharma Fambudy

NIM : 932108115

A. Hakikat Diagnosis Kesulitan Belajar


1. Pengertian

Diagnosis merupakan istilah teknis (terminologi) yang kita adopsi dari


bidang medis. W.J.S Poerwadarminto mengatakan bahwa diagnosis adalah
penentuan sesuatu penyakit dengan menilik atau memeriksa gejalanya. Istilah ini
biasanya digunakan dalam dunia kedokteran. Adapun dalam dunia pendidikan, arti
“diagnosis” tidak banyak mengalami perubahan yaitu segala usaha yang dilakukan
untuk mendeteksi, meneliti sebab sebab, sifat sifat, jenis jenis dari kesulitan belajar
yang dialami oleh seorang murid. Dengan demikian dapat kita fahami bahwa semua
kegiatan yang dilakukan guru untuk menemukan penyebab, jenis, serta sifat dan
bentuk bantuan kesulitan belajar yang dialami siswa itulah yang dinamakan dengan
diagnosis belajar.1

Berbicara diagnosis kesulitan belajar, tentu tidak akan lepas yang namanya
kesulitan belajar, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar secara umum
memilki ciri ciri sebagai berikut :

a. Memiliki prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang diharapkan
atau dibawah rata rata nilai yang dicapai oleh teman teman kelompok
seusianya dikelas.
b. Tidak seimbangnya antara usaha yang telah dilakukan dengan hasil belajar

1
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap kesulitan belajar khusus (Yogayakarta: Nuha
Litera, 2010), h. 1

i
c. yang diperoleh. Padahal anak didik tersebut sudah berusaha belajar dengan
keras, namun hasil belajar yang ia peroleh selalu dibawah rata rata..
d. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal
dengan teman-temannya dalam segala hal.
e. Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
f. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan
kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya, anak didik menjadi pemurung,
pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri
dari teman-teman sebayanya.
g. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka
mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
h. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk
sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun
drastis.2
2. landasan Pemikiran Diagnosis Belajar
Adapun dasar/landasan pemikiran yang menjadi alasan akan perlu dan
pentingnya diagnosis kesulitan belajar bagi peserta didik adalah :
a. Hendaknya setiap murid memiliki kesempatan dan pelayanan yang optimal
demi optimalnya perkembangan peserta didik yang sesuai dengan kemampuan,
minat dan bakatnya masing masing.
b. Adanya perbedaan perbedaan kemampuan, kecerdasan bakat, minat, dan latar
belakang fisik maupun sosial pada setiap peserta didik masing masing, sehingga
kemajuan hasil belajar peserta didik juga mungkin tidak sama antara satu
dengan yang lain.

2
Syaiful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 212-213.
c. Seharusnya sistem pengajaran sekolah memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk berkembang dan maju yang sesuai dengan kemampuan mereka
masing masing. Dimana kesulitan belajar siswa biasanya akan nampak pada
saat diadakannya evaluasi belajar.
d. Atas dasar menghadapi hal hal diatas, perlu adanya pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan dari para guru, para orang tua, dan konselor dalam hal
pengidentifikasian kesulitan belajar, sebab sebabnya, dan pelayanan Tindak
lanjutnya.3

Disamping itu,. kesulitan belajar bukan hanya merupakan masalah


intruksional (pedagogis) semata, tetapi pada dasarnya juga merupakan masalah
psikologis. Mereka yang mengalami kesulitan belajar tidak hanya dibantu dalam
memperoleh ketrampilan belajar, tetapi juga dibantu dalam memahami dirinya,
serta mengarahkannya agar terjadi perkembangan yang optimal dan harmonis.
Karena murid yang mengalami kesulitan belajar cenderung akan mengalami
kecemasan, frustasi, gangguan emosional dan gangguan yang lain. 4

B. Prinsip Prinsip Diagnosis Kesulitan Belajar


Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan dalam penanganan
kesulitan belajar, yaitu :
a. Terarah pada perumusan metode perbaikan, diagnosis hendaknya
mengumpulkan berbagai informasi yang bermanfaat untuk menyusun suatu
progam perbaikan atau progam pengajaran remidial. Terdapat dua tipe
diagnosis dalam diagnosis kesulitan belajar, yaitu diagnosis etiologis dan
diagnosis terapetik. Diagnosis etiologis dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan penyakit lama yang diderita oleh seseorang
yang menyebabkan ia mengalami kesulitan belajar.
3
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap kesulitan belajar khusus., 2
4
Ibid
Sedangkan diagnosis terapetik dilakukan dengan cara mengumpulkan segala
infomasi baik kondisi fisik, sensorik, emosional dan lingkungan yang turut
mempengaruhi kesulitan belajar pada saat sekarang.5
b. Diagnosis harus efisien, diagnosis kesulitan belajar yang diberlangsung dalam
jangka waktu yang lama, tentu akan dapat menjemukan sehingga dapat
berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak. Hendaknya diagnosis
kesulitan belajar didasarkan pada hasil hasil evaluasi rutin di sekolah. Hal ini
karena hasil evaluasi rutin ini sangat bermanfaat untuk menyesuaikan progam
progam pembelajaran secara umum yang dirasa sangat perlu dilakukan.
c. Penggunaan catatan kumulatif, catatan kumulatif ini dibuat sepanjang tahun
kehidupan anak di sekolah. Catatan semacam ini dapat memberikan informasi
yang sangat berharga dalam diagnosis kesulitan belajar dan dapat menjadi
landasan untuk menentukan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
d. Valid dan reliabel, dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan
instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid), dan
instrumen tersebut hendaknya juga dapat diandalkan (reliable).
e. Penggunaan tes baku, tes baku adalah tes yang telah teruji validitas dan
reabilitasnya. Berbagai tes psikologis terutama tes inteligensi umumnya
merupakan tes baku yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya6.
f. Penggunaan prosedur informal, meskipun tes tes baku umumnya mampu
memberikan informasi yang lebih tepat dan efisien, penggunaan prosedur
informal sering memberikan manfaat yang bermakna. Di negara yang masih
belum banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru (tes informal)
memegang peranan yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis
kesulitan belajar.

5
Mulyono,” Anak berkesulitan belajar”(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 16-17
6
Ibid, h. 18
g. kuantitatif, keputusan keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya
didasarkan pada pola pola skor atau dalam bentuk angka. Hal ini berguna
untuk mengetahui kesenjangan antara potensi anak dengan prestasi belajar
anak saat penagjaran remidial akan dimulai. Selain itu, hal ini juga
memungkinkan bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran
remidial yang telah diberikan.
h. Diagnosis dilakukan secara berkesinambungan, hal ini dilakukan untuk
memperbaiki atau meningkatkan efektifitas dan efisiensi progam pengajaran
remidial. Kegagalan anak mencapai tujuan pengajaran remidial yang telah
dibuat dan keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan, masih membutuhkan
diagnosis ulang atau modifikasi ulang untuk memperoleh tingkat efektivitas
dan efisiensi yang lebih tinggi.7
C. Langkah-Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar
Setelah kita mempelajari prosedur diagnosis kesulitan belajar yang berisi panduan
umum diagnosis kesulitan belajar, maka disini akan disampaikan beberapa langkah
sistematis yang dilakukan dalam diagnosis kesulitan belajar. Langkah langkah
diagnosis kesulitan belajar tersebut adalah :
1. Identifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar
Kegiatan identifikasi ini bertujuan untuk menemukan dan menetapkan murid
yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
a. Menandai murid yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik yang
sifatnya umum maupun khusus dalam suatu mata pelajaran (bidang studi)
tertentu yang ada dalam satu kelas atau dalam satu kelompok. Misalnya:
pelajaran IPS, IPA, Bahasa, Agama dan lain sebagainya. Adapun cara yang
dapat dilakukan adalah dengan membandingkan posisi atau kedudukan murid

7
Ibid.,h. 18-19
dalam kelompoknya berdasarkan kriteria tingkat penguasaan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Penilaian Acuan Patokan) untuk suatu mata pelajaran
atau bahan tertentu.
b. Melakukan identifikasi lebih lanjut pada murid yang diperkirakan mengalami
kesulitan belajar, yakni dengan cara :
1) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic”.
Kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria
tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
2) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan siswa.
3) Melakukan observasi pada saat murid dalam proses belajar.
a) Mengamati tingkah laku dan kebiasaan siswa pada saat mengikuti
proses belajar satu pelajaran tertentu.
b) Mengamati tingkah laku siswa pada saat siswa mengerjakan tugas
yang telah diberikan.
c) Berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah
dengan cara memberikan check list atau dengan kunjungan rumah
d) Berusaha mendapatkan informasi, kesan, dan pendapat dari guru lain
seperi wali kelas, guru pembimbing, dan lain sebagainya mengenai
proses belajar siswa disekolah8

2. Melokalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar


Tujuan dilakukannya lokalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar adalah untuk
menentukan jenis dan sifat kesulitan belajar dalam suatu mata pelajaran, pokok
pembahasan, dan sub pokok pembahasan yang tidak difahami oleh siswa. Dalam
prosedur ini ada tiga langkah pokok yang harus dikaji yaitu:

8
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap kesulitan belajar khusus., h. 45
a) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu.
Sebenarmya tidak terlalu sulit untuk mengkaji persoalan, apakah kesulitan
itu terjadi pada beberapa pelajaran atau hanya salah satu mata pelajaran tertentu
saja. Dengan membandingkan angka nilai prestasi individu yang yang
bersangkutan dari mata pelajaran yang lain yang diikutinya atau angka nilai
rata-rata prestasi (mean) dari setiap mata pelajaran kalau kebetulan kasus ini
adalah kelas, maka dengan mudah akan ditemukan pada mata pelajaran
manakah individu atau kelas mengalami kesulitan.
b) Mendeteksi pada kawasan tujuan pembelajaran, bagian ruang lingkup materi
bahan pelajaran dan segi proses pembelajaran manakah kesulitan tersebut
terjadi.
Dalam mendeteksi langkah ini dapat menggunakan tes diagnostik karena
hakekat tes ini adalah tes prestasi belajar (TPB). Dengan demikian dalam
keadaan belum tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk
keperluan ini, maka analisis masih tetap dapat dilangsungkan dengan
menggunakan naskah jawaban (answer sheet) ujian tengah semester atau akhir
semester.
c) Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar
Apabila hasil analisis terhadap catatan keterlambatan penyelesaian tugas
siswa, absensi (ketidakhadiran) siswa, kurangnya partisipasi (keaktifan) siswa,
sudah dapat diketahui secara jelas, maka dapat dilanjutkan pada langkah
prosedur yang selanjutnya. Namun apabila belum maka dapat dilakukan dangan
cara berikut, diantaranya:
1) Tes formatif: tes yang berfungsi untuk memperbaiki proses belajar , untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan murid terhadap materi yang diajarkan
dalam suatu program (satuan pembelajaran) atau rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
2) Tes Diagnostik, baik soal standart yang telah ditentukan maupun soal yang
telah disusun sendiri oleh guru.
3) Memeriksa buku catatan harian.
4) Memeriksa buku yang ada pada petugas bimbingan disekolah dan guru lain
yang sesuai dengan murid yang diduga.9
3. Memperkirakan sebab sebab kesulitan Belajar
Faktor penyebab kesulitan belajar menurut Abdurrahman dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Penyebeb utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya
disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor
eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan
kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian
ulangan penguatan yang tidak tepat.10
Menurut Tidjan dkk, untuk mengetahui letak penyebab kesulitan belajar
siswa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Menganalisa data individual siswa yang mencakup identitas siswa, riwayat
pendidikan, prestasi belajar, identitas keluarga, laporan kesehatan, tes
intelligensi, dan lain sebagainya.
b) Melakukan proses wawancara dengan siswa, orang tua siswa, keluarga siswa,
teman teman, dan lain sebgainya yang benar benar mengenal siswa.
c) Mengadakan observasi terhadap aktifitas siswa dan studi dokumentasi.11
4. Memperkirakan kemungkinan bantuan
Setelah mengetahui letak kesulitan belajar, bentuk dan sifat kesulitan belajar dan
faktor penyebabnya, maka langkah selanjutnya adalah menentukan alternatif

9
Ibid., h. 47
10
Ibid, h. 30
11
Muhammad Irham, Novan Ardy W, Psikologi Pendidikan,. h.284
bantuan yang akan diberikan, yakni dengan cara memperkirakan dan
mempertimbangkan pertanyaan berikut :
a) Apakah kesulitan belajar siswa tersebut masih bisa ditolong ?
Jika kesulitan belajar siswa masih bisa diusahakan untuk kita bantu, maka
segera diberikan bantuan pada siswa tersebut Namun apabila tidak
memungkinkan maka jalan keluarnya adalah dengan menyarankan siswa pindah
ke lembaga pendidikan yang lebih sesuai dan dapat membentu siswa
menyelesaikan kesulitan belajar nya tersebut.
b) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membantu siswa ?
Tujuan diadakannya alokasi waktu adalah agar proses pemberian bantuan
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
c) Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan ?
d) Siapa yang dapat memberikan pertolongan atau bantuan ?
e) Bagaimana cara menolong murid yang efektif, sehingga murid dapat mengatasi
kesulitan ?
f) Siapa saja yang harus dilibatkan dalam menolong murid dan apakah sumbangan
atau peranan yang dapat diberikan oleh masing masing pihak.12
5. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi.
Prose penetapan kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar perlu
dikomunikasikan dipertimbangkan dengan berbagai pihak terkait yang
dimungkinkan akan terlibat. Dan kalau diperlukan, perlu adanya rapat staf
bimbingan dan konseling jika diperlukan. Alangkah baiknya, kalau renacana ini
dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak pihak yang terlibat dalam
pemberian bantuan tersebut, misalnya : kepala sekolah, guru kelas/guru bidang
studi, orang tua murid, konselor dan lain sebagainya. Setelah itu dilaksanakan, maka
perlu disusun suatu rencana yang bersisi tentang beberapa alternatif yang mungkin

12
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap kesulitan belajar khusus., h.41
dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dialami murid. 13 Rencana ini hendaknya
berisi :
a) cara cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami
murid. Cara ini dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Jika sumber kesulitan belajar berasal dari faktor bawaan/hereditas dan
kemampuan dasar dalam belajar siswa, maka dapat dilakukan dengan
bimbingan pribadi atau penjurusan kepada progam pendidikan tertentu
yang sesuai dengan jenis kecerdasan dan bakatnya.
2) Jika sumber kesulitan belajar berasal dari pribadi siswa, seperti sikap,
kebiasaan, minat, motivasi, sikap terhadap guru dan mata pelajaran dan
lain sebagainya, maka kemungkinan cara mengatasinya dengan melalui
penciptaan conditioning dan pembelajaran yang inovatif, efektif dan
efisien. Jika disebabkan oleh faktor kelemahan fisik, maka kemungkinan
pemecahan diserahkan pada tenaga kesehatan.
3) Jika sumber kesulitan belajar berasal dari luar siswa, maka akan sangat
mungkin diatasi jika menyangkut lingkungan sekolah dan lingkungan
yang bersangkutan.14
b) Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi pada orang
lain.
6. Tindak Lanjut
Secara umum, Tindak lanjut diagnosis kesulitan belajar dapat terbagi menjadi
dua yaitu :
1) Apabila tingkat kesulitan belajar siswa masih ringan, maka tindak lanjut
dapat berupa progam remidial.

13
Ibid, h. 42
14
Muhammad Irham, Novan Ardy W, Psikologi Pendidikan,. h 286
2) Apabila tingkat kesulitan belajar siswa sudah sampai tingkat sulit (tidak
dapat diatasi oleh progam remidial), maka bentuk tindak lanjutnya berupa
progam pembelajaran individual (PPI).
Setelah murid mendapatkan bantuan diatas, hendaknya dilakukan :
a) Men-test hasil belajar murid dalam bidang studi yang dianggap sulit.
b) Melakukan wawancara dengan murid yang bersangkutan untuk mengetahui
pendapatnya atas pemberian bantuan yang telah diberikan.
c) Wawancara dengan guru dan orang tua mengenai perubahan yang terjadi.
d) Menganalisa hasil belajar yang telah dicapai dan informasi yang lain.
e) Observasi kegiatan murid dalam belajar.15

BAB III
KESIMPULAN
Dari Pembahasan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
1. Diagnosis belajar adalah bahwa semua kegiatan yang dilakukan guru untuk
menemukan penyebab, jenis, serta sifat kesulitan belajar yang dialami siswa.
Seseorang yang berkesulitan belajar dapat dikenali dalam ciri ciri tertentu.
2. Prinsip prinsip Diagnosis kesulitan Belajar yaitu (1). Terarah pada perumusan
metode perbaikan, (2). Diagnosis harus efisien, (3). Penggunaan catatan kumulatif,
(4). Valid dan reliabel, (5). Penggunaan tes baku, (6). Penggunaan prosedur
informal, (7). kuantitatif, (8). Diagnosis dilakukan secara berkesinambungan
3. Langkah langkah dalam diagnosis kesulitan belajar diantaranya :
a. Identifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar,
b. Melokalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar
c. Memperkirakan sebab sebab kesulitan Belajar,
d. Memperkirakan kemungkinan bantuan

15
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap kesulitan belajar khusus., h 42-43
e. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi.
f. Tindak lanjut

Daftar Pustaka

Irham, Muhammad. Novan Ardy W, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media,


2013.

Jamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap kesulitan belajar khusus.
Yogayakarta: Nuha Litera, 2010.

Mulyono. Anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Anda mungkin juga menyukai