Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PROSEDUR DAN TEKNIK DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Diagnosa Kesulitan Belajar
Dosen Pengampu : Ayu Mentari Mutmainnah, M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 5

Abdul Aziz Fauzi


Nim : 01313.111.17.2020
Lailatul Kharomah
Nim : 01320.111.17.2020
Aprilia Eka Yanti
Nim : 01333.111.17.2020

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TUANKU TAMBUSAI


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KABUPATEN ROKAN HULU PASIR PANGARAIAN
T.A 2023/2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 7

A. Pengertian dan Gejala-Gejala Kesulitan Belajar .................................................... 7


B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar ............................................................. 8
C. Prosedur Diagnosa Kesulitan Belajar .................................................................... 9
D. Teknik Diagnosa Kesulitan Belajar ....................................................................... 12
E. Alat Diagnosa Kesulitan Belajar ............................................................................ 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
B. Saran ...................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-nya. Sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prosedur dan Teknik Diagnosa
Kesulitan Belajar” untuk memenuhi tugas mata kuliah oleh dosen pengampu Ibu Ayu Mentari
Mutmainnah, M.Pd. Dengan sebaik-baiknya, meskipun masih jauh dari kata kesempurnaan.
Sholawat dan salam pemakalah sanjung tinggikan kepada Rasulullah SAW.
Dalam menyelesaikan masalah ini pemakalah berusaha yang terbaik. Tetapi pemakalah
menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena iu pemakalah mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
pemakalah yang akan datang.
Dengan terselesaikannya makalah ini, pemakalah mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang terlihat dalam proses pembuatan makalah ini yang telah memberikan
dorongan, semangat dan masukan. Semoga apa yang pemakalah tulis ini dapat bermanfaat ridho
dari Allah SWT. Aamiin.

Pasir pengaraian, 11 Oktober 2023

Kelompok 5

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala upaya yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan
pemecahannya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan)
berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin. Dengan demikian, semua kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa.
Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya
mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya
perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing
siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah hendaknya memberi kesempatan pada siswa untuk
maju sesuai dengan kemampuannya. Dan keempat, untuk menghadapi permasalahan yang
dihadapi oleh siswa, hendaknya guru dan BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan
menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi
kesulitan belajar siswa.
Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat mengidentifikasi ragam
diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk memahami masalah dan diagnosis yang
mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk memahami masalah merupakan usaha untuk dapat
lebih banyak memahami masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi
masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang
digolongkan ke dalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan,
keluarga dan kepribadian. membantu belajar merupakan masalah yang sulit dialami oleh semua
siswa. memfasilitasi belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Abin Syamsudin Maknum (2002: 307) mengatakan bahwa “Seorang siswa diduga
mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan”. Sejalan dengan
itu Burton (Abin Syamsudin Makmun, 2002: 307) mengungkapkan bahwa kegagalan belajar
didefinisikan sebagai berikut:

4
1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam
pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh guru.
2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi yang seharusnya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuan,
kecerdasan, bakat). Ia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu
prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya.
3. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-
tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola
organismenya, pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan.
4. Siswa mengatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat
pelajaran selanjutnya.
Dalam menyelesaikan soal yang dihadapinya siswa akan terlibat dalam suatu proses
berpikir yang mengharuskan siswa untuk menghubungkan konsep-konsep dan aturan-aturan
yang telah diketahui sebelumnya. Hal ini sejalan dengan definisi pemecahan masalah yang
dikemukakan Gagne (Fannyta, 1999: 7) bahwa “Suatu proses berpikir manusia dalam
menghubungkan konsep-konsep atau aturan-aturan untuk menghasilkan aturan yang lebih
kompleks”. Pendapat lain dikemukakan oleh Hudoyo (Fannyta, 1999: 4) mengatakan bahwa
“Dalam menyelesaikan masalah siswa perlu berlatih berpikir untuk mendapatkan langkah-
langkah penyelesaian secara terurut, sistematis, dan kesimpulan yang sah (valid) berdasarkan
kaidah-kaidah yang telah ditetapkan”.
Pada dasarnya setiap kesulitan belajar selalu berlatar belakang pada komponen-komponen
yang berpengaruh pada proses belajar mengajar itu sendiri. Burton (Sapuro, 1997: 8)
mengelompokkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ke dalam dua kategori, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada diri siswa itu
sendiri, yang meliputi kelemahan jasmaniah, kelemahan mental, kelemahan yang disebabkan
karena kebiasaan dan sifat yang salah, serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan dasar
siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri siswa, antara lain
situasi belajar, sikap dan cara mengajar guru, situasi keluarga dan lingkungan sekolah.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan gejala-gejala kesulitan belajar?
2. Apa saja fajtor-faktor dalam diagnose kesulitan belajar?
3. Bagaimana Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar?
4. Bagaimana Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar?
5. Bagaimana Alat Diagnosis kesulitan belajar ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan gejala-gejala kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam diagnosa kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui prosedur diagnosa kesulitan belajar
4. Untuk mengetahui teknik diagnosa kesulitan belajar
5. Untuk mengetahui alat diagnosa kesulitan belajar

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Gejala-Gejala Kesulitan Belajar


Secara umum kesulitan belajar merupakan istilah yang diambil dari bahasa inggris yaitu
learning disability. Secara khusus kesulitan belajar merupakan suatu gangguan atau lebih dari
proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa atau tulisan.
Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berfikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi
seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasi perkembangan. Batasan tersebut
tidak meliputi peserta didik yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal
dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena
tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau
ekonomi.1
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar. Blassic dan Jones,
sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990: 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah
terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik
yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan
belajar adalah individu yang inteligensinya normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa
kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi
motoriknya.
Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai
suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang
bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses
belajarnya.
penyelesaian atau masalah belajar dapat diketahui berdasarkan gejala-gejala yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Menurut Warkitri dkk. (1990: 8.5 – 8.6), individu yang mengalami kesulitan
belajar menunjukkan gejala sebagai berikut :

1
Mulyono. Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : (PT. Rineka Cipta., 1999).

7
1. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
2. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dari disbanding sebelumnya.
3. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar
dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
6. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang
sebelum waktunya, dst.
7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah berperilaku, suka
menyendiri, bertindak agresif .
B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin SM (2002: 325-326), faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari
dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang
bersangkutan.
1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmaniaan.
A. Faktor kejiwaan, antara lain :
1) minat terhadap mata kuliah kurang;
2) motif belajar rendah;
3) rasa percaya diri kurang;
4) disiplin pribadi rendah;
5) sering meremehkan persoalan;
6) sering mengalami konflik psikologis;
7) integritas kepribadian lemah.
B. Faktor kejasmaniaan, antara lain :
1. keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2. adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat dikultivasikan;
3. adanya gangguan pada fungsi indera;
4. kelelahan secara fisik.

8
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar
mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan.
A. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa antara lain :
1. Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
2. Kurikulum yang terlalu berat bagi siswa;
3. Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4. Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
B. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan
belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
8) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
9) Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;
10) Teman-teman bergaul yang tidak baik;
11) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.
C. Prosedur Diagnosa Kesulitan Belajar
Menurut Samuel A. Kirk (1986: 265), prosedur diagnosis mencakup lima langkah, (1)
menentukan potensi atau kapasitas anak, (2) menentukan taraf kemampuan dalam suatu bidang
studi yang memerlukan pengajaran remedial, (3) menentukan gejala kegagalan dalam suatu
bidang studi, (4) menganalisis factor-faktor yang terkait, dan (5) menyusun rekomendasi untuk
pengajaran remedial.
Dalam konteks anak belajar di sekolah, disamakan mengikuti pedoman yang mencakup
tujuh langkah yaitu: (1) identifikasi, (2) menentukan prioritas, (3) menentukan potensi, (4)
menentukan taraf kemampuan dalam bidang yang perlu diremediasi, (5) menentukan gejala
kesulitan, (6) menganalisis faktor-faktor yang terkait, dan (7) menyusun rekomendasi untuk
pengajaran remedial. Pada bagian berikut ini secara berturut-turut akan dicoba untuk membahas
prosedur dan prinsip pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar yang merupakan bagian sangat
penting sebelum pengajaran remedial diberikan.2

2
Arni Mabruria, “Konsep Diagnosis Kesulitan Belajar Dalam Proses Pembelajaran,” Muhafadzah 1, no. 2 (2023):
80–92.

9
Seperti telah dikemukakan bahwa ada tujuh prosedur yang hendaknya dilalui dalam menegakkan
diagnosis, prosedur tersebut dapat dijelaskanseperti berikut ini :
1. Identifikasi.
Sekolah yang ingin menyelenggarakan program pengajaran remedial yang sistematis
hendaknya melakukan identifikasi untuk menentukan anak-anak yang memerlukan atau
berpotensi memerlukan pelayanan remedial. Pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan
memperhatikan laporan guru kelas atau sekolah sebelumnya, hasil tes intelegensi yang
dilakukan secara massal atau individual, atau melalui instrument informal, misalnya dalam
bentuk lembar observasi guru atau orang tua. Berdasarkan informasi tersebut, sekolah dapat
memperkirakan berapa jumlah anak yang memerlukan pelayanan pengajaran remedial.
Berdasarkan data tersebut juga dapat digunakan untuk mengelompokkan anak, beberapa yang
tergolong ringan yang dapat dilayani oleh guru regular, beberapa yang tergolong sedang, dan
beberapa yang tergolong berat yang memerlukan pelayanan dari guru remedial, yaitu guru
khusus yang memeliki keahlian di bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.
2. Menentukan prioritas
Tidak semua anak yang oleh sekolah dinyatakan sebagai berkesulitan belajar memerlukan
pelayanan khusus oleh guru remedial, lebih-lebih jika jumlah guru remedial masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, sekolah perlu menentukan prioritas anak mana yang diperkirakan dapat
diberi pelayanan pengajaran remedial oleh guru kelas atau bidang studi; dan anak mana yang
perlu dilayani oleh guru khusus. Anak-anak berkualitas belajar yang tergolong berat mungkin
perlu memperoleh prioritas utama untuk memperoleh pelayanan pengajaran remedial yang
sistematis dari guru khusus remedial.
3. Menetukan potensi
Potensi anak biasanya didasarkan atar skor tes intelegensi.Oleh karena itu, setelah
identifikasi anak berkesulitan belajar dilakukan, maka untuk menentukan potensi anak
diperlukan tes intelegensi. Tes intelegensi yang paling banyak digunakan adalah WISCR
(Wechsler Intelligence Scale For Children-Revised) (Anastasi, 1982: 251). Jika dari hasil
tes rersebut anak memiliki skor IQ 70 kebawah, maka anak semacam itu dapat digolongkan
kedalam kelomok anak tunagrahita.Anak tunagrahita tidak memerlukan pelayanan pengajaran
remedial di sekolah biasa, tetapi seluruh program pengajaran harus disesuaikan dengan profesi
anak tersebut. Jika hasil tes intelegensi menunjukan bahwa anak memiliki skor IQ 71 hingga 89,

10
maka anak semacam itu tergolong lamban belajar, yang mungkin secara terus menerus
memerlukan bantuan agar dapat mengikuti program pendidikan yang didasarkan atas kreteria
normal. Yang dapat diglongkan anak berkesulitan belajar ialah yang memiliki skor IQ rata-rata
atau lebih, yaitu paling rendah skor IQ 90.
4. Menentukan penguasaan bidang studi yang perlu diremediasi
Salah satu karakteristik anak berkesulitan belajar adalah potensi belajar yang jauh dibawah
kapasitas intelegensinya.Oleh karena itu, guru remedial perlu memiliki data tentang prestasi
belajar anak dan membandingkan prestasi belajar terseut dengan taraf intelegensinya.Kalau
prestasi belajar anak menyimpang jauh dibawah kapasitas intelegensinya maka dapat
dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar, sedangkan kalau prestasinya seimbang dengan
kapasitas intelegensinya maka tidak dapat dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar.
Ditinjau dari sudut statistika yang dimaksud dengan penyimpangan yang jauh dibawah rata-rata
adalah dua simpangan baku di bawah rata-rata (mean).
5. Menentukan gejala kesulitan
Pada langkah ini guru remedial perlu melakukan observasi dan analisis cara anak belajar.
Cara anak mempelajari suatu bidang studi sering dapat memberikan informasi diaknostik tentang
sumber penyebab yang orisinal dari suatu kesulitan. Kesulitan delam membedakan huruf “b:
dengan “d” misalnya, sering meripakan petunjuk bahwa anak memiiki gangguan persepsi visual.
Gangguan persepsi visual tersebut sering disebabkan oleh adanya disfungsi otak.Gejala kesulitan
tersebut dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan diagnosis, yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai landasan dalam menentukan strategi pembelajaran yang sesuai.
6. Analisis berbagai faktor yang terkait
Pada langkah ini guru remedial perlu melakukan analisis terhadap hasil-hasil pemeriksaan
ahli-ahli lain seperti psikologi, dokter, konselor, dan pekerja sosial.Berdasarkan hasil analisis
terhadap hasil pemeriksaan berbagai bidang keahlian dan mengaitkan dalam hasil observasi yang
dilakukan sendiri, guru remedial dapat menegakkan suatu diagnosis yang diharapkan dapat
digunakan sebagai landasan dalam menentukan strategi belajar yang efektif dan efesien. Ini
berarti bahwa seorang guru remediak perlu mengetahui pengetahuan dasar tentang berbagai
bidang ilmu yang terkait dan dapat menjalin suatu bentuk kerja sama multidisipliner.
7. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial

11
Berdasarkan hasil diagnosis yang secara cermat ditegakkan, guru remedial dapat menyusun
suatu rekomendasi penyelengaraan program pengajaran remedial bagi seorang anak berkesulitan
belajar. Rekomendasi tersebut mungkindapat dalam bentuk suatu program pendidikan yang
diindividualkan (individual education programs), yang pelaksanaannya perlu dievaluasi lebih
dahulu oleh suatu tim yang disebut Tim Penilai Program Pendidikan Individual (TP3I) (Kitanio
dan Kirby, 1986: 150). Tim tersebut biasanya terdiri dari guru khusus remedial, guru regular,
kepala sekolah, konselor, dokter psikolog, orang tua, dan kalau mungkin juga anak yang
bersangkutan.
D. Teknik Diagnosa Kesulitan Belajar
Diagnosis kesulitan belajar dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Teknik yang dapat
dilakukan guru untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat (prasyarat
pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara dan pengamatan.3
a. Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi
atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat
keterampilan.
b. Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam
menguasai kompetensi tertentu.
c. Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta
didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai
peserta didik.
d. Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar
siswa. dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun
penyebab kesulitan belajar siswa.
Tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat dilakukan
secara kelompok maupun individual. Sasaran utama tes diagnostik belajar adalah untuk
menemukan kekeliruan-kekeliruan atau kesalahan konsep dan kesalahan proses yang terjadi
dalam diri siswa ketika mempelajari suatu topik pelajaran tertentu. Identifikasi kesulitan
siswa melalui tes diagnostik berupaya memperoleh informasi tentang profil siswa dalam materi
pokok, pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa, pencapaian indikator, kesalahan yang biasa

3
Ismail, “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif Di Sekolah,” Jurnal Edukasi (2016): 40–41.

12
dilakukan siswa, dan kemampuan dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman
kalimat. Sedangkan teknik diagnostik nontes (seperti wawancara, angket, dan pengamatan)
dilakukan untuk mengidentifikasi kesulitan siswa yang tidak dapat diidentifikasi melalui teknik
tes. Informasi yang dapat diperoleh dari teknik nontes misalnya, untuk mengetahui kebiasaan
belajar siswa, kelemahan fisik, kelemahan emosional, keadaan keluarga, cara guru mengajar,
dan sebagainya.
E. Alat Diagnosa Kesulitan Belajar
Tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengetahui atau mengukur sesuatu,
dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan. Untuk mengetahui peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar tes meliputi tes buatan guru (teacher made test) yang terkenal
dengan tes diagnodtik. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ
rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya minder, dan lain-lain sehingga diperlukan tes
psikologis.
Untuk mengetahui IQ bisa digunakan dengan:
a. Tes SPM (Standard Progressif Matrics)
b. Tes WAIS (Weschler Adult Intelligency Scale)
c. Tes Binet Simon (tes yang dibuat oleh Binet dan Simon)
d. Tes bakat khusus: FACT (Flanagan Aptitude Classification Test)
Telepas dari itu, tes diagnostik sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap
gejala dan fakta tentang suatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan
yang esensial.Tes diagnostik juga tidak hanya menyangkut pada aspek belajar dalam arti sempit
yakni masalah

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa diagnosis kesulitan
belajar merupakan memerlukan perencanaan yang matang, yang memerlukan waktu, tenaga, dan
juga biaya. Oleh karena itu diagnosis kesulitan belajar siswa hendaknya menjadi bagian dari
program kerja lembaga pendidikan. Bila hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya kesulitan-
kesulitan belajar siswa dapat dicegah dan diatasi.

Diagnosis merupakan istilah teknis dibidang medis, konsep diagnosis bukan hanya
sekedar mengidentifikasi, tetapi juga memutuskan prediksi kemungkinan-kemungkinan untuk
menyarankan cara pemecahannya.

Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan


belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu
kelemahan tertentu, serta memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.

B. Saran
Sudah semestinya seorang guru harus berperan turut membantu memecahkan masalah
yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sekurang-
kurangnya memiliki 3 fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni Pertama membantu siswa
dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan. Kedua, fungsi
administrasi, dan Ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada
siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik,
sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT. Rineka
Cipta., 1999.

Abin, SM (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul . Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Alang, M. (2015). Urgensi Diagnosis Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar, 6-11.

Ismail. “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif Di Sekolah.” Jurnal

Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan Kesejahteraan


Belajar : Jilid 1 . Jakarta : Erlangga.

Edukasi (2016): 40–41.

Mabruria, Arni. “Konsep Diagnosis Kesulitan Belajar Dalam Proses Pembelajaran.” Muhafadzah
1, no. 2 (2023): 80–92.

Siti Mardiyati dkk. (1994) Layanan Bimbingan Belajar . Surakarta: Penerbit UNS.

Warkitri, H. dkk. (1990) Penilaian Pencapaian Hasil Belajar . Jakarta: Karunika.

15

Anda mungkin juga menyukai