Anda di halaman 1dari 16

DIAGNOSIS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Perkembangan Peserta Didik
Yang dibina oleh Ibu Dra. Siti Umayaroh S.Pd.,M.pd.

Disusun Oleh:

Silvia Dewi Safhira -190151602722/P25


Nadya Putri Tantri -190151602459/P25

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PGSD
FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah yang berjudul “DIAGNOSIS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran, dan kritik yang membangun
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan memberikan manfaat bagi proses belajar mengajar di
dunia pendidikan, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.

Malang, Februari 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
2.1 Hakikat Diagnosis Perkembangan Peserta Didik ....................................................3
2.2 Langkah-Langkah Diagnosis Perkembangan Peserta Didik ....................................9
BAB III PENUTUP ........................................................................... .................12
3.1 Simpulan ...............................................................................................................12
3.2 Saran ......................................................................................................................12
DAFTAR RUJUKAN .........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebuah proses belajar mengajar di dunia pendidikan tidak selamanya mengalami
kelancaran. Selalu saja ditemukan hambatan dalam proses tersebut. Pada umumnya hambatan
yang terjadi adalah kesulitan belajar dalam diri peserta didik. Kesulitan belajar tersebut akan
berdampak pada penurunan prestasi akademik dari peserta didik. Dampak tersebut
seharusnya dapat diatasi dengan berbagai cara seperti diadakannya penyelidikan terhadap
penyebab kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik agar dapat ditemukan solusi yang
tepat dalam menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta
didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta
didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan
dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru
harus memahami faktor-faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan
belajar akan bersumber pada faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar.
Dengan melihat hasil belajar peserta didik, guru akan mengetahui kelemahan siswa
beserta penyebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru
mengadakan diagnosis siswa tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang
dialami dalam belajarnya. Dengan diketahui sebab kelemahan tersebut, akan lebih mudah
mencari cara untuk mengatasinya.
Hal inilah yang mendasari diperlukannya sebuah konsep diagnosis terhadap
perkembangan peserta didik yang dilakukan untuk mengatasi salah satu masalah penting di
dunia pendidikan tersebut.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa hakikat diagnosis perkembangan peserta didik?
2. Bagaimana langkah-langkah diagnosis perkembangan peserta didik?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas maka
dapat diperoleh tujuan dan manfaat penulisan makalah ini sebagai berikut :
Tujuan Penulisan :
1. Memahami hakikat diagnosis perkembangan peserta didik.
2. Mengetahui langkah-langkah diagnosis perkembangan peserta didik.
Manfaat Penulisan :
1. Mengetahui dan memahami hakikat perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Diagnosis Perkembangan Peserta Didik


Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diagnosis /di·ag·no·sis/
adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya.
Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis antara lain,
menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis
adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah satu penyesuaian dari pola gejala-
gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang
dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster, diagnosis
diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kelainan atau
ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian
yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai , yang selanjutnya untuk
menentukan permasalan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis
adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang
penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada
konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi (Santrok Yussen.
1992). Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat baru, yang
berbeda dari sebelumnya (Kasiram,1983 : 23). Jadi dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah perubahan individu ke arah yang lebih sempurna yang terjadi
dari proses terbentuknya individu sampai akhir hayat dan berlangsung secara terus
menerus.
Peserta didik merupakan orang yang dikembangkan (Samsul Nizar, 2002 :
47). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hakikat diagnosis perkembangan peserta didik
adalah mencari permasalahan dalam diri peserta didik/siswa yang mengalami
kesulitan belajar yang dapat menghambat proses perkembangannya dalam. Secara
harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki
seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada
umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan

3
4

dalam perkembangan kemampuan seorang anak. Beberapa kasus


memperlihatkan bahwa kesulitan belajar ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan
seseorang, baik itu di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga,
atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain. Beberapa
penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berpengaruh pada kebahagiaan mereka.
Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka,
sehingga tentu saja juga akan berdampak pada aspek lain kehidupan mereka.
Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari
faktor fisiologis, psikologis, instrument, dan lingkungan belajar. Maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan
masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar
belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau
hambatan belajar yang nampak. Berikut adalah jenis-jenis kesulitan belajar :
1. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa Kesulitan dalam berbicara dan
berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami
seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam
menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain
melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain
katakan.
2. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik Siswa-siswi yang mengalami
gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi
meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
3. Kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar
yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas. Kesulitan lainnya seperti
“gangguan kemampuan motorik” dan “gangguan perkembangan khusus yang
belum diklasifikasikan”. Gejala-gejalanya adalah keterlambatan atau
keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta motorik
yang memengaruhi kemampuannya untuk mempelajari sesuatu. Gejala-gejala ini
juga mencakup gangguan koordinasi tubuh yang dapat mengakibatkan buruknya
tulisan seseorang, dan begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja serta
mengingat. Siswa lamban belajar dan berprestasi rendah, yaitu siswa yang kurang
5

mampu menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang telah ditentukan karena
ada faktor tertentu yang mempengaruhinya, faktor itu antara lain disebabkan
lemahnya kemampuan siswa menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar
tertentu pada sebagian materi pelajaran yang harus dikuasai sebelumnya.
Pengetahuan dan keterampilan dasar itu pada umumnya berkisar pada pelajaran
membaca, menulis, dan berhitung. Akibat kelemahan itu, siswa akan selalu
menghadapi kesulitan mempelajari pengetahuan lainya , sehingga prestasi yang
diperolehnya menjadi rendah. Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat
dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual,
sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang dilakukannya
di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang
konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di
rumah. Rincian analisisnya mencakup fisik, perkembangan mental, sosial,
perkembangan kepribadian, dan proses-proses belajar yang dilakukannya. Namun
dari hal tersebut Roldan, dalam bukunya Learning Disbailities and Their Relation
to Reading, mengemukakan pendapatnya bahwa ciri-ciri umum siswa lamban
belajar adalah sebagai berikut :
a. Siswa lamban belajar memiliki rentang perhatian yang rendah, bertingkah
bingung dan kacau.
b. Derajat aktivitas siswa lamban belajar rendah.
c. Siswa lamban belajar kurang mampu menyimpan huruf dan kata pada
ingatanya dalam waktu yang lama.
d. Siswa lamban belajar kurang mampu menyimpan pengetahuan hasil
pendengaran.
e. Siswa lamban belajar kurang mampu membedakan huruf, angka, dan suara.
f. Siswa lamban belajar tidak suka menulis dan membaca.
g. Siswa lamban belajar tidak sanggup mengikuti penjelasan yang bersifat ganda.
h. Tingkah laku siswa lamban belajar selalu berubah-ubah dari hari ke hari.
i. Siswa lamban belajar suka terdorong oleh perasaan emosional dalam
pergaulan, mudah tersinggung, dan sering marah.
6

j. Siswa lamban belajar kurang mampu melakukan koordinasi dengan


lingkungannya.
k. Siswa lamban belajar susah dalam memahami kata dan konsep.
l. Siswa lamban belajar sulit akrab dengan orang dan benda.
m. Kemampuan berbicaranya terbatas pada satu pokok persoalan.
n. Siswa lamban belajar mereaksi tidak cermat terhadap aksi yang datang dari
luar.
o. Siswa lamban belajar sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi dalam lingkungan. Ketidaksanggupan siswa lamban belajar dalam
menguasai pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya menjadi tidak
cocok dengan lingkungan sekelilingnya sehingga mengundang masalah orang-
orang di sekitarnya.
Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan-kerusakan tertentu pada diri
seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010),
kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu:
1. Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan berbicara.
Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara. Gejala-
gejalanya antara lain:
a. Ganjil dalam pembicaraan, dalam arti kekurangnyambungan (tidak
memahami) isi pembicaraan dengan maksud yang sebenarnya.
b. Tulisannya tidak jelas.
c. Mengalami kekacauan di dalam melihat bentuk dan mendengar lafal huruf,
seperti antara b dan d.
d. Mengalami kekacauan kata, seperti dalam kata pergi dan perigi.
e. Mengalami kekacauan pengertian seperti dalam hal saling dan silang.
f. Mengalami buta kata, seperti dalam hal ungkapan panjang tangan, kaki gajah,
dan lain-lain.
g. Mengalami lemah presepsi visual dan auditif. Siswa lamban belajar lemah di
bidang penglihatan dan pendengaran, membuat pengetahuan yang seharusnya
dikuasai dengan baik tak dapat dilakukannya dengan sempurna. Berdasarkan
penelitian para pakar psikolog, siswa lamban belajar yang disebabkan oleh
7

kerusakan dyslexia, 80% kebanyakan wanita. Penelitian lain mengemukakan


bahwa penyebab kerusakan dyslexia adalah terlampau dininya siswa masuk
sekolah, di samping faktor keturunan.
2. Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap konsep
dasar matematika. Kelemahan umum di bidang dyslexia kadang-kadang muncul
di bidang pelajaran matematika. Karena itu kerusakan-kerusakan di bidang
dyslexia berpengaruh terhadap kerusakan-kerusakan di bidang dyscalculia,
demikian pula sebaliknya. Gejala kesulitan-kesulitan belajar di bidang
Dyscalculia antara lain:
a. Kesulitan mengingat-ingat angka lebih dari satu yang dipelajarinya.
b. Kesulitan menulis angka dengan jelas.
c. Kesulitan membuat kolom-kolom angka yang lurus atau jumah yang
diharapkan.
d. Kesulitan menangkap pelajaran matematika terutama materi yang disajikan
melalui kata atau tulisan.
3. Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian
terhadap masalah- masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat
memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang
mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang membuat dirinya
menjadi kacau. Gejala-gejala kelemahannya antara lain:
a. Ketidaksanggupan menyelesaikan sebuah masalah.
b. Kebiasaan memotong pembicaraan orang lain.
c. Tingkah lakuknya sehendak dirinya.
d. Temperamennya hangat dan mengarah kepada agresivisme.
e. Kurang sanggup mengontrol tingkah laku yang salah.
f. Perubahan secara tiba-tiba dari sifat rajin ke sifat malas.
4. Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai dirinya
menurut ukuran ruang dan waktu. Gejala-gejalanya antara lain:
a. Sangat lemah dalam melakukan koordinasi motorik dan tidak seimbang.
b. Sangat lemah mengontrol gerakan otot-ototnya seperti dalam memegang
pensil, menggambar, mwnggunakan sisir, dan lain-lain.
8

c. Gagap saat berbicara.


d. Sulit mengukur jarak, kecepatan, dan arah gerakan benda-benda di sekitarnya.
e. Sering memotong pembicaaan orang.

Faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan belajar :


Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
a. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau
menderita cacat tubuh.
b. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu faktor intelegensi,
bakat, minat, motivasi, dan kesehatan mental.
2. Faktor eksternal
a. Faktor keluarga: Cara mendidik dan hubungan orang tua dengan anak.
b. Faktor sekolah: Faktor guru yang tidak berkualitas dan hubungan antara
guru dengan siswa yang kurang baik.
c. Guru yang tidak mempunyai kecakapan dalam usaha mendiagnosis
kesulitan belajar siswa.
d. Faktor alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran yang bersifat
praktikum, akan menimbulkan kesulitan belajar. Karena kesulitan alat,
guru cenderung menggunakan metode ceramah yang dapat menimbulkan
kepasifan siswa.
e. Faktor gedung sekolah pada umumnya dan ruang kelas pada umumnya.
f. Faktor kurikulum.
g. Faktor waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
h. Faktor media massa dan lingkungan sosial, baik teman bergaul,
lingkungan tetangga, maupun aktivitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar
ini dapat berupa sebab-sebab indivdual maupun sebab-sebab yang kompleks.
9

2.2 Langkah-Langkah Diagnosis Perkembangan Peserta Didik

a. Diagnosis
1. Metode Penelitian
Dalam mendiagnosis permasalahan yang dihadapi beberapa anak yang
bersangkutan, maka dilakukanlah observasi melalui pengamatan kegiatan
kesehariannya dan wawancara pribadi. Wawancara pribadi dilakukan beberapa waktu
setelah kegiatan yang membuat masalah itu muncul. Misalnya, ada seorang siswa
yang nilainya selalu bermasalah maka dibutuhkan penelitian alasan dia bisa seperti
ini. Pertama, dimulai dengan wawancara pribadi dengan yang bersangkutan. Dalam
kegiatan wawancara, disertai juga pertanyaan-pertanyaan yang menjurus ke
keseharian dan beberapa faktor yang dapat memicu masalah tersebut. Selanjutnya,
pihak penanya dapat mencatat dan mulai ke langkah selanjutnya.

2. Hasil Observasi
Pada langkah ini, kita diharuskan mencatat hasil-hasil dari wawancara pribadi
yang telah dilakukan. Selanjutnya, mulai menganalisis faktor-faktor dari pemicu
masala, keseharian, serta sifat atu karakter pihak yang bermasalah. Karena hal ini
dapat menjadi kunci dari pemberian solusi yang tepat bagi pihak yang bermasalah.

3. Data Pihak yang Bermasalah


Ketika melakukan suatu penelitian tidaklah lengkap apabila tidak disertai
dengan suatu data. Maka dari itu, pada langkah mendiagnosis seseorang yang
bermasalah haruslah diperlukan data-data permasalahannya. Misalnya, data nilai bagi
siswa yang nilainya bermasalah. Mengapa data ini diperlukan? Data diperlukan agar
memudahkan pihak peneliti memberikan solusi yang tepat bagi pihak yang
bermasalah, dengan harapan dirinya bisa memperbaiki nilainya.

4. Diagnosis Permasalah dari Hasil Observasi


Dari hasil wawancara dalam langkah diagnosis, ditemukan faktor-faktor yang
memicu masalah itu terjadi. Seperti yang sudah dicontohkan, kita ambil saja siswa
yang nilainya bermasalah.
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang atau
individu itu sendiri. Faktor internal dari nilai yang bermasalah bisa dari
masalah bakat, masalah kemampuan, masalah kepribadian, dan lain-lain.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang asalnya dari luar diri seseorang atau
indvidu. faktor eksternal dari nilai yang bermasalah bisa dari lingkungan
rumah yang kurang mendukung pihak yang bermasalah untuk belajar dengan
10

giat atau setidaknya membantu dia belajar. Atau bisa dari lingkungan sekolah,
dengan kata lain pihak tersebut bergaul dengan teman-teman yang sama-sama
tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga hal ini menambah rasa
malas di diri pihak tersebut semakin menumpuk.

5. Solusi
Setelah melakukan tahap-tahap atau prosedur diagnosis, maka
dilakukanlah analisis untuk mengetahui solusi apa yang tepat untuk pihak
yang bermasalah. Ketika memberikan solusi, sudah seharusnya berdasarkan
hasil observasi dan tidak dengan seenaknya sendiri, karena itu semua akan
berdampak pada pihak yang bermasalah. Misalnya, kita memberikan solusi
remedial kepada siswa yang bermasalah dengan nilai yang selalu dibawa
KKM.

Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar :

a. Identifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar

Menurut Abin Syamsudin, dalam mengidentifikasikan murid yang menglami


kesulitan belajar dapat dilakukan dengan menghimpun, menganalisis dan menafsirkan
data hasil belajar dapat dipergunakan alternative acuan penelitian yaitu :

1. Penilaian Acuan Patokan (Criterion Referenced Evaluation)


Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang dalam menginterpretasikan
hasil pengukuran secara langsung didasarkan standar performansi tertentu
yang ditetapkan sebelumnya, yang disesuaikan dengan tujuan instruksional
pendidikan. Dalam penilaian ini, menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery
learning), sehingga patokan yang digunakan menunjukkan ketercapaian materi
pelajaran yang dapat diserap oleh siswa. Dengan kata lain, penilaian acuan
patokan merupakan penilaian dengan standar ketuntasan yang dapat dicapai
oleh peserta didik. Derajat kesukaran soal test acuan patokan didasarkan atas
berapa jauh tingkat prestasi belajar yang akan diukur.
2. Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation)
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa
dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan
kata lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai
sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat
penguasaan pada kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada
perolehan skor pada kelompok itu.
11

b. Melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar


1. Mendeteksi Kesulitan belajar pada bidang studi tertentu ( membandingkan
angka nilai prestasi individu yang bersangkutan dari mata pelajaran yang lain
yang diikutinya atau angka nilai rata-rata prestasi (mean) dari setiap mata
pelajaran)
2. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan
pelajaran manakah kesulitan terjadi
3. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar (Tes formatif, tes
diagnostik, memeriksa buku catatan harian, memeriksa buku catatan yang ada
pada petugas bimbingan di sekolah)

c. Memperkirakan sebab-sebab kesulitan belajar


1. Kemungkinan-kemungkinan sebab kesulitan belajar karena kondisi kondisi
fisiologis yang permanen meliputi:
Intelegensi yang terbatas, hambatan persepsi, hambatan penglihatan dan
pendengaran.
2. Kondisi kondisi fisiologis yang temporer:
Masalah makanan, kecanduan, kecapaian atau kelelahan.
3. Pengaruh pengaruh lingkungan sosial yang permanen
Harapan orang tua terlalu tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan anak, serta
konflik keluarga
4. Pengaruh pengaruh lingkungan sosial yang temporer
Ada bagian-bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami, kurang adanya
motivasi.

d. Proses pemecahan Kesulitan belajar


 Memperkirakan kemungkinan bantuan
 menetap ke mungkin mengatur (Perlu diadakan dari rapat staf bimbingan
dan konseling jika diperlukan)
 tindak lanjut ( kegiatan melakukan pengajaran (Remedial teaching) yang
diperkirakan paling tepat dalam membantu murid yang mengalami kesulitan
belajar).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti
latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang
tampak.
Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar adalah dengan
mengidentifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar, melokalisasikan jenis
dan sifat kesulitan belajar, pemperkirakan sebab-sebab kesulitan belajar, dan yang
terakhir adalah memecahkan masalah kesulitan belajar.
Diagnosis terhadap perkembangan peserta didik sangatlah penting agar
siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan guru dapat membantu siswa
dalam proses tersebut dengan memperbaiki kelemahan yang dimiliki siswa.

3.2 Saran
Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas
perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus
memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu
perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar.

12
DAFTAR RUJUKAN

Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan Peserta Didik.


Bandung:Alfabeta
Sugandhi. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai