Anda di halaman 1dari 6

TIGA WILAYAH BIDANG UTAMA DALAM PROSES PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN FORMAL DI SEKOLAH; KEUNIKAN DAN KETERKAITAN TUGAS


GURU DAN KONSELOR

Pendahuluan

Kehadiran konselor di sekolah dapat meringangkan tugas guru (Lundquist dan Chamely
yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu
guru, dalam hal: 1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah efektif
yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru 2. Mengembangkan wawasan guru
bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar mengajar 3. Mengembangkan
sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif 4. Mengatasi masalah-masalah
yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.

Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh
karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting dalam memfasilitasi


peserta didik dalam mengembangkan potensi mereka. Namun, tidak semua dalam perkembangan
konseli berjalan sesuai garis linier. Upaya menangkal dan mencegah  perilaku-perilaku yang
tidak diharapkan dari perubahan perkembangan konseli adalah   mengembangkan potensi konseli
dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi
kemandirian. 

Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan
secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan
kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan
mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang pintar
dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau   kematangan
dalam aspek kepribadian.

Pembahasan

A. Tiga Wilayah Bidang Utama Dalam Proses Penyelenggaraan Pendidikan Formal di


Sekolah

Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah dipetakan secara
tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan layanan bimbingan dan
penyuluhan pendidikan, dan layanan di bidang pembelajaran yang dibingkai dalam kurikulum.
Terdapat tiga wilayah dalam penyelenggaraan Pendidikan di sekolah, yaitu:

1. Wilayah atau Bidang Manajemen dan Kepemimpinan


Wilayah ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan
kebijaksanaan serta bentuk-bentuk kegiuatan pengelolaan dan manajemen sekolah seperti
perencanaan, pengadaan dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik dan
pengawasan.
2. Wilayah atau Bidang Pembelajaran yang Mendidik
Wilayah ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
pengajaran yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kemampuan berkomunikasi peserta didik.
3. Bidang Bimbingan dan Konseling
Bidang ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan
kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai
dengan bakat, minat, potensi, dan tahap-tahap perkembangannya.

Sebagai pendidikan formal, pelaksanaan proses pendidikan di sekolah sekurang-


kurangnya meliputi tiga daerah ruang lingkup, yaitu bidang instruksional (pengajaran) dan
kurikuler, bidang administratif dan supervisi, dan bidang bimbingan dan konseling. Tugas bidang
layanan bimbingan dan konseling adalah memberikan pelayanan agar siswa memperoleh
kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Jadi bimbingan dan
konseling merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam proses pendidikan untuk
membantu tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan siswa secara optimal sesuai
dengan kemampuan, minat, bakat, dan potensi masing-masing peserta didik.

B. Keunikan Dan Keterkaitan Tugas Guru Dan Konselor

Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta diidik secara utuh dan optimal
sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor dan tenaga
pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah
pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik.
Dalam hubungan fungsional kemitraan antara konselor dengan guru, antara lain dapat dilakukan
melalui kegiatan rujukan (referal). Masalahmasalah perkembagan peserta didik yang dihadapi
guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula
masalah yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk mrenindak lanjutinya apabila itu
terkait dengan proses pembelajaran bidang studi.
Dibandingkan dengan seorang psikolog, seorang konselor memikul tugas dan tanggung
jawab untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling komprehensif, yang
berorientasi pengembangan dan pemeliharaan, dan melayani seluruh peserta didik, dengan
kerangka kerja utuh yang dapat dirumuskan ke dalam komponen-komponen berikut ini:

1. Komponen Layanan Umum, yaitu layanan yang bersifat antisipatoris bagi semua siswa
yang diarahkan untuk pengembangan perilaku kemandirian sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangannya. Penggunaan instrumen BK untuk asesmen perkembangan
dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk implementasi
komponen ini. Dalam hal tertentu guru bisa ambil bagian untuk mendukung pencapaian
kompetensi belajar siswa melalui pengembangan nuturant effect pembelajaran.
2. Komponen Layanan Responsif, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa
memecahkan masalah (pribadi, sosial, akademik, karir) yang dihadapinya pada saat ini
dan memerlukan pemecahan segera. Penggunaan instrumen pengungkapan masalah
diperlukan untuk mendeteksi masalah apa yang perlu dientaskan. Di sinilah layanan
konseling individual maupun kelompok diperlukan dengan segala perangkat
pendukungnya. Guru diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam komponen ini. Misal;
guru dapat membantu memecahkan masalah-masalah belajar siswa dan masalah siswa
yang tidak terlalu berat. Selain itu guru juga dapat memberikan informasi yang akurat
yang dibutuhak konselor dalam penyelesaian masalah siswa di sekolah.
3. Komponen Layanan Perencanaan Individual, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk
memfasilitasi siswa secara individual di dalam merencanakan masa depannya berkenaan
dengan kehidupan akademik maupun karir. Pemahaman siswa secara mendalam dengan
segala karakteristiknya dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan
potensi yang dimiliki siswa amat diperlukan sehingga siswa mampu memilih dan
mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal,
termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan orientasi,
informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam
implementasi layanan ini. Guru sebagai orang yang memiliki waktu lebih banyak
berjumpa dengan siswa di sekolah dapat membantu konselor dalam menyediakan
berbagai data yang dibutuhkan dalam pelayanan undividual.
4. Komponen Sistem Pendukung, yaitu kegiatan yang terkait dengan dukungan manajemen,
tata kerja, infrastruktur (misalnya, Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan
pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan.

Penutup

Dapat disimpulkan bimbingan konseling memang memiliki peran dan kedudukan yang
penting bagi peserta didik. Peran bimbingan dan konseling itu sangat membantu meningkatkan
mutu pendidikan. Karena bimbingan dan konseling ini bisa membantu mencari solusi atas
masalah yang terjadi didunia pendidikan.Seperti yang telah diketahui bahwa dalam kegiatan
pendidikan di bimbingan konseling yang berkedudukan sebagai bagian integral dari keseluruhan
kegiatan pendidikan di sekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola oprasionalnya
apalagi dalam situasi sekarang ini dimana fungsi sekolah atau lembaga pendidikan formal tidak
hanya membekali para siswa yang setumpuk ilmu pengetahuan saja tetapi juga mempersiapkan
para peserta didik untuk memenuhi tuntunan perubahan serta kemajuan yang terjadi di
masyarakat.Jadi kedudukan bimbingan konseling dalam pendidikan adalah suatu wadah atau
lembaga untuk menampung dan menyelesaikan masalah-masalah peserta didik yang tidak dapat
tertampung dan terselesaikan oleh para pendidik.

Daftar Pustaka

Lase, Berkat Persada. 2018. “POSISI DAN URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM
PRAKTIK PENDIDIKAN”.
Drs. Heru Mugiarso, M. d. (2011). Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pusat Pengembangan
MKU/MKDK-LP3 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

Anda mungkin juga menyukai