Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

POLA PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING

Untuk memenuhi mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang


diampu oleh Bapak M. Arli Rusandi, M. Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 5
Meisarah 2005126273
Silvi Wiliya Asiva 2005126493
Uswatun Hasanah 2005114134

Program Studi Pendidikan Ekonomi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
September, 2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, September2021

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Pustaka....................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan............................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang...................................................................................................iii
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................iii
1.3. Tujuan................................................................................................................iii
BAB II Kajian Teori..............................................................................................................1
2.1 Pola-pola layanan Bimbingan dan konseling......................................................1
2.2 Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja dan
implikasinya dalam bimbingan dan konseling................................................................9
2.3 Kajian pustaka..................................................................................................14
BAB III Kesimpulan...........................................................................................................23
Daftar Pustaka..................................................................................................................25
Lampiran..........................................................................................................................26

ii
BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan formal akan terlaksana


dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan itu
bisa diselenggarakan dalam program bimbingan, yaitu suatu rangkaian
kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama
periode tertentu. Kegiatan pelayanan bimbingan mencakup tiga pola
bimbingan, yaitu pola-pola dasar, pola 17 plus, dan pola komprehensif, yang
masing-masing memberikan corak tertentu pada kegiatan yang terapung
dalam suatu program bimbingan.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan non materil yang


diberikan kepada individu atau kelompok. Bimbingan juga mempunyai
model dan pola dasar yang merupakan asas pokok untuk mengatur
penyebaran pelayanan bimbingan. Penerapan pola dasar tertentu dapat
berakibat terhadap pola organisasi bimbingan yang terapung dalam program
bimbingan.

Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang pola


pelayanan bimbingan konseling kepada para mahasiswa, maka melalui
tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa jenis pola layanan bimbingan
konseling.

1.2. Rumusan Masalah


A. Apa saja pola pelayanan Bimbingan dan koseling
B. Bagaimana implikasi bimbingan dan konseling terhadap kecerdasan
emosi dan perilaku agresif remaja
C. Jurnal-jurnal terkait pola pelayanan bimbingan dan konseling

1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui jenis dari pola pelayanan Bimbingan dan koseling
B. Untuk mengatahui implikasi bimbingan dan konseling terhadap
kecerdasan emosi dan perilaku agresif remaja

iii
BAB II Kajian Teori
2.1Pola-pola layanan Bimbingan dan konseling
A. Pola-Pola Dasar

Pola bimbingan adalah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran


pelayanan bimbingan di sekolah, dengan mempertimbangkan kegiatan
bimbingan apa yang diadakan, oleh siapa bimbingan dilaksanakan dan
kepada siapa bimbingan diberikan.

Menurut Edward C. Glanz (1964) dalam sejarah perkembangan


pelayanan bimbingan di institusi pendidikan muncul 4 pola dasar yang diberi
nama:

1. Pola generalis

Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam


suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas
usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada
perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Segi positif dari pola dasar
ini adalah tekanan yang diberikan pada perhatian terhadap perkembangan
optimal masing-masing siswa dan pada partisipasi semua tenaga
kependidikan dalam program kegiatan bimbingan. Kelemahannya adalah
terdapat persebaran pelayanan bimbingan yang luas, dengan melibatkan
banyak pengajar. Belum tentu semua tenaga pengajar mampu melaksanakan
bimbingan. Intinya, bimbingan hanya dianggap perlu pada saat tertentu saja.

2. Pola spesialis

Pola spesialis berasaskan keyakinan, bahwa pelayanan bimbingan di


institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan yang masing-
masing berkemampuan khusus dalam cara pelaanan bimbingan tertentu
seperti testing psikologis, bimbingan karier, dan bimbingan konseling. Segi
positif pola dasar ini adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada
siswa bermutu tinggi. Kelemahannya adalah terdapat kecenderungan
sentrifugal, yaitu kecendrungan semua tenaga ahli akan bekerja sendiri-
sendiri dan saling melemparkan tanggung jawab. Pelayanan bimbingan di
institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-
masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu.

3. Pola kurikuler

Pola kurikuler berasaskan keyakinan, bahwa kegiatan bimbingan di


institusi pendidikan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk
pengajaran khusus dalam rangka kursus bimbingan. Segi positif dari pola ini
adalah hubungan yang lebih dekat dengan staf pengajar, karena semua
tenaga bimbingan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran.

1
Kelemahannya terletak pada kenyataan yaitu kemajuan dalam pemahaman
diri dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes
hasil belajar.

4. Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental

Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental berasaskan keyakinan,


bahwa seseorang akan lebih hidup bahagia apabila dapat menjaga kesehatan
mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif dari
pola dasar ini adalah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf
pendidik di institusi pendidikan dan integrasi sosial di antara peserta didik
dengan staf pendidik.

B. Pola 17 Plus

Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan


dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan
berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga
melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi
negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai kritikan muncul sebagai wujud
kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi kesalah
pahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut. Masalah menggejala
diantaranya: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK dianggap semata-
mata sebagai pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani masalah yang
insidental, BK dibatasi untuk klien-klien tertentu saja, BK melayani ”orang
sakit” dan atau ”kurang normal”, BK bekerja sendiri, konselor sekolah harus
aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat
dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja,
menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara
pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan usaha BK
padapenggunaan instrumentasi BK (tes, inventori, kuesioner dan lain-lain)
dan BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja.

Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling


(BK) di sekolah memperoleh perbendaharaan istilah baru, yaitu BK Pola-17
(Prayitno, 2004: i). BK Pola-17 merupakan pola dasar dalam BK yang
dilaksanakan di lingkungan sekolah. Pola ini meliputi empat bidang
bimbingan, tujuh layanan BK, dan lima kegiatan pendukung BK. Dengan
berkembangnya zaman, pada abad ke-21 BK Pola-17 berkembang menjadi
BK Pola 17 Plus. Hal ini dikarenakan adanya pengembangan sasaran
pelayanan BK yang lebih luas. Butir-butir pokok BK Pola-17 Plus meliputi
keterpaduan mantap tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas,
serta landasan BK; enam bidang pelayanan BK; sembilan jenis layanan BK;
enam kegiatan pendukung BK; serta format pelayanan yang mencakup
format individual, kelompok, klasikal, lapangan, dan politik.

2
Jika pola 17 bimbingan konseling dapat dilaksanakan maksimal,
terprogram dan berkualitas dapat menunjang hasil belajar siswa.
Pelaksanaan bimbingan konseling pola 17 dapat maksimal apabila dalam
kurikulum diberikan alokasi waktu minimal 1 jam pelajaran sehingga empat
bidang bimbingan, delapan layanan, lima kegiatan pendukung dapat
diberikan pada seluruh siswa dan bukan pada siswa yang bermasalah saja.

Menurut Prayitno (2004: i-ii) butir-butir pokok BK Pola-17 Plus adalah


sebagai berikut:

 Fungsi
- Fungsi pemahaman, fungsi yang menghasilkan pemahaman
peserta didik tentang diri dan lingkungan.
- Fungsi pencegahan, fungsi yang berupaya mencegah peserta didik
agar tidak menemui permasalahan yang dapat mengganggu,
menghambat, atau menimbulkan kesulitan dalam proses
perkembangannya.
- Fungsi perbaikan, fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu peserta didik mengatasi berbagai permasalahan yang
di hadapi.
- Fungsi pemeliharaan, fungsi yang bertujuan untuk menjaga agar
perilaku peserta didik yang sudah baik jangan sampai rusak
kembali.
- Fungsi pengembangan, fungsi dalam mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik.
- Fungsi penyaluran, fungsi dalam membantu peserta didik untuk
memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan
bakat, minat, keahlian, dan cirri-ciri kepribadiannya.
- Fungsi penyesuaian, fungsi dalam membantu peserta didik
menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara
optimal.
- Fungsi adaptasi, fungsi yang membantu staf sekolah untuk
mengadaptasikan program pengajaran dengan minat, kemampuan,
serta kebutuhan peserta didik.
 Layanan dan Strategi
- Layanan orientasi, layanan yang di tujukan untuk peserta didik
baru guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri
terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki.
- Layanan informasi. Layanan yang bertujuan untuk membekali
peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman
tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri,
merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai
pelajar, anggota keluarga, dan anggota masyarakat.
- Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu serangkaian kegiatan
bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik agar
dapat menyalurkan/menempatkan dirinya dalam berbagai
program sekolah, kegiatan belajar, penjurusan, kelompok,
belajar,pilihan pekerjaan, dll.

3
- Layanan pembelajaran, yaitu layanan yang memungkinkan
peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
belajarnya,serta berbagai aspek tujuan daan kegiatan lainnya
yang berguna untuk kehidupannya.
- Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang
memungkinkan peserta didik memperoleh pelayanan secara
pribadi melalui tatap muka dengan konselor atau guru
pembimbingdalam rangka pembahasan dan pengentasan
masalah yang di hadapi peserta didik.
- Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai
bahan dari narasumber tertentu.
- Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik mempero;eh
kesempatan untuk membicarakan dan menyelesaikan
permasalahan yang dialami melaui dinamika kelompok, terfokus
pada masalah pribadi.
- Layanan konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
di berikan kepada seseorang untuk memperoleh wawasan,
pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani atau membantu pihak lain.
- Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan konselor terhadap dua pihak yang sedang dalam
keadaan tidak menemukan kecocokan sehingga membuat mereka
saling bertentangan dan bermusuhan.
 Bimbingan
- Bimbingan pribadi, yaitu bidang layanan pengembangan
kemampuan mengatasai masalah-masalaah pribadi dan
kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif
dan motorik.
- Bimbingan soaial, yaitu bidang layanan pengembangan
kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam
kehidupan keluarga, disekolah, maupuin di masyarakat juga
upaya dalam berinteraksi dengan masyarakat.
- Bimbingan karier, yaitu layanan yang merencanakan dan
mempersiapkan masa depan karier peserta didik.
- Bimbingan belajar, yaitu layanan untuk mengoptimalkan
perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses
pembelajaran.
- Bimbingan keberagamaan, yaitu layanan untuk memilih dan
menganut kepercayaan sesuai dengan dirinya.
- Bimbingan keberkeluargaan, yaitu layanan yang berkenaan
dengan masalah keluarga.

4
 Kegiatan pendukung
- Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan pendukung berupa
pengumpilan data dan keterangan tentang peserta didik dan
lingkungan yang lebih luas yang dilakukan baik dengan tes
maupun non tes.
- Himpunan data, yaitu kegiatan untuk menghimpun seluruh data
dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan
peserta didik.
- Konferensi kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk
membahas permaslahan yang dialami oleh peserta didik dalam
suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang
diharapkan dapat meberikan penyelesaian.
- Kunjungan rumah, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi
pemecaha masalah yang dialami peserta didik melalui kunjungan
rumahnya.
- Alih tangan kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas terhadap
masalah yang di alami peserta didik dengan memindahkan
penanganan ke pihak yang lebih kompeten dan berwenang.
- Terapi kepustakaan. Yaitu kegiatan pemecahan masalah dengan
buku.

C. Pola Komprehensif

Bimbingan Konseling komprehensif adalah suatu program pendidikan di


sekolah yang diberikan oleh konselor sebagai penanggungjawab dan
pelaksana program bimbingan konseling di sekolah. Dalam
perkembangannya, para ahli bimbingan dan konseling selalu mengadakan
penelitian dan pembaharuan pada layanan yang diberikan di sekolah.
Bimbingan konseling sendiri di Indonesia berada sejak tahun 1975 sampai
tahun 2011 telah mengalami perubahan-perubahan sebagai bentuk
pengembangan layanan yang mengikuti perkembangan dunia.

Bimbingan konseling komprehensif yang telah dikenalkan sekarang ini


adalah program bimbingan konseling yang bertujuan untuk memandirikan
peserta didik. Bentuk layanan yang diberikan tidak lagi berfungsi membantu
peserta didik menyelesaikan masalahnya namun mengembangkan potensi
peserta didik berasarkan perkembangannya sehingga disebutlah bahwa BK
komprehensif adalah sama dengan BK berbasis perkembangan. Untuk
mencapai kemandirian peserta didik tersebut konselor tidak lagi
mengedepankan fungsi kuratif. Namun lebih menekankan fungsi
pencegahan/preventif dan perkembangan/developmental. Bentuk layanan
yang diberikan meliputi 4 layanan.

Bimbingan dan konseling komprehensif atau disebut juga bimbingan


dan konseling perkembangan (karena menggarap semua aspek kehidupan

5
peserta didik) merupakan orientasi baru dalam kegiatan layanan bimbingan
dan konseling yang didasari fungsi pengembangan dengan prinsip antara
lain:

- Dibutuhkan oleh semua peserta didik ;


- Fokus pada kegiatan belajar peserta didik;
- Konselor dan guru merupakan fungsionaris yang bekerjasama;
- Berorientasi tim dan pelayanan konselor profesional;
- Memiliki dasar dalam psikologi anak, perkembangan anak dengan
tujuan:
• Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas
perkembangannya,
• Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya,
• Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tujuan tersebut,
• Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri
• Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat,
• Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkungannya; dan
• Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang
dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling Komprehensif

Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat:

- Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir


serta kehidupannya di masa yang akan datang
- Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin
- Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya
- Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling Komprehensif
- Fungsi Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
- Fungsi Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta
didik.

6
- Fungsi Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan siswa.
- Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang
bersifat kuratif.
- Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program
studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang
sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian
lainnya.
- Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana
pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa).
- Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan
konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau
norma agama.
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Komprehensif

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau


landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-
konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian
layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut: Terdapat beberapa prinsip dasar
yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan.
Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan
yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:

- Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi semua individu


(guidance is for all individuals)
- Bimbingan dan Konseling bersifat individualisasi Setiap individu
bersifat unik (berbeda satu sama lainnya)
- Bimbingan dan Konseling menekankan hal yang positif.
- Bimbingan dan Konseling Merupakan Usaha Bersama. sekolah.
Mereka sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan.
- Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam
Bimbingan dan Konseling.
- Bimbingan dan Konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting
(Adegan) Kehidupan.
4. Bidang Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Bimbingan dan Konseling Komprehensif terbagi menjadi tiga
bidang bimbingan, yaitu:
- Bidang Bimbingan Akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan
untuk membantu para individu dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah akademik.

7
- Bidang Bimbingan Sosial Pribadi, Bimbingan sosial-pribadi
merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.
- Bidang Bimbingan Karir Bimbingan karir, yaitu bimbingan untuk
membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan
pemecahan masalah-masalah karir
 Komponen Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif

Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen


layanan, yaitu:

a. Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling.

Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling diartikan sebagai proses


pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui kegiatan
penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka
panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang
dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan
dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan
dalam menjalani kehidupannya. Secara rinci tujuan layanan ini dapat
dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar:

- Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan


lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan
agama),
- Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya,
- Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan
masalahnya, dan
- Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai
tujuan hidupnya.
b. Layanan Responsif Bimbingan dan Konseling.

Layanan responsif bimbingan dan konseling merupakan pemberian


bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah
yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera
dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan. Yang termasuk layanan responsif diantaranya adalah:

- Konseling individual,
- Konseling krisis,
- Konsultasi dengan orangtua, guru, dan
- Alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat
dilakukan dalam layanan responsif.
c. Layanan Perencanaan Individual Bimbingan dan Konseling.

8
Layanan perencanaan individual bimbingan dan konseling ini diartikan
proses bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta
pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan segala karakteristiknya,
penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai
dengan peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat diperlukan
sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan yang
tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk
keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik.

d. Layanan Dukungan Sistem Bimbingan dan Konseling

Layanan dukungan sistem bimbingan dan konseling merupakan


komponen layanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur
(misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan
kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan peserta didik.

2.2Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif


remaja dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling

A. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi remaja disebabkan oleh kemampuan remaja untuk


merasakan dan memahami emosi pada dirinya, peka terhadap emosi orang
lain dalam menjalin hubungan dengan orang dan berinteraksi sosial serta
dapat mengelola emosi yang dapat digunakan untuk membimbing pikiran
untuk mengambil keputusan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Goleman (2015:55-57) yang menyatakan kecerdasan emosi meliputi
kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri, memotivasi
diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain.
Dengan kecerdasan emosi, maka seseorang dapat menempatkan
emosinya pada keadaan yang tepat, memilah kepuasan dan dapat mengatur
suasana hati. Dengan demikian, individu yang memiliki kecerdasan emosi
yang baik, apabila memiliki hubungan sosial yang matang, mudah berteman,
jenaka, tidak mudah takut atau gelisah, mampu menyesuaikan diri dengan
beban stres, serta memiliki kemampuan besar untuk melibatkan diri dengan
orang-orang atau permasalahan, untuk mengambil tanggung jawab, dan
memiliki pandangan moral. Salah satu keberhasilan dalam berkomunikasi
adalah adanya rasa percaya diri (Dika, Syahniar & Marjohan, 2016). Hal ini
menandakan bahwa dalam berkomunikasi siswa dapat diterima oleh orang
lain, karena keberhasilan komunikasi sebagian besar dipengaruhi oleh
kecerdasan emosi. Dengan adanya kecerdasan emosi maka individu akan

9
mampu dalam mengontrol emosi diri dan berusaha menjaga perasaan orang
lain.

Dengan demikian, perlu intervensi dari guru BK di sekolah dengan


cara membina siswa melalui pengembangan diri pribadi dan sosialnya agar
tidak mudah terjerumus ke dalam aksi yang mengarah kepada perilaku
agresif dan semisalnya. Dalam menyikapi keadaan ini, guru BK di sekolah
memiliki peran yang sangat penting dalam membantu siswa membina
kemampuan dalam mempertahankan dan meningkatkan emosi dengan baik
sehingga peluang untuk berperilaku agresif di kalangan siswa dapat
diminimalisir.

Dari uraian di atas secara umum kecerdasan emosi remaja berada


pada kategori tinggi yang artinya remaja mampu mengendalikan kecerdasan
emosi dengan baik dalam aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri
sendiri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan
dengan orang lain, maka remaja harus bisa mempertahankan dan
meningkatkan kecerdasan emosinya mengingat berbagai persoalan yang
dihadapi remaja dalam berhubungan sosial. Untuk itu guru BK/Konselor
sekolah diharapkan memberikan layanan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan remaja mampu agar mempertahankan dan meningkatkan
kecerdasan emosinya dengan baik.

B. Perilaku Agresif

Perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja disebabkan oleh banyak


sekali faktor diantaranya agresi sebagai suatu dorongan, agresi sebagai suatu
respon yang dipelajari, ekspresi agresif sebagai katarsis. Siswa merupakan
remaja yang sedang berada pada periode peralihan dan rentan terjadinya
perubahan dalam dirinya, salah satunya seperti ketidakseimbangan dan
ketidakstabilan emosi, dalam arti prilaku negatif lebih mudah muncul. Hal ini
sesuai dengan pendapat Elhesmi, S., Neviyarni, S., & Ibrahim, I (2013) bahwa
pada masa remaja menunjukkan perubahan sikap dan prilaku anak.

Perilaku negatif yang ditunjukkan remaja adalah perilaku agresif.


Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti atau melukai orang lain baik secara fisik ataupun psikis. Menurut
Buss dan Perry (1992) aspek-aspek dalam prilaku agresif yang timbul pada
individu yaitu agresi fisik, agresif verbal, kemarahan dan permusuhan.

Dalam hal ini Guru Bimbingan dan Konseling (BK)/Konselor dapat


berperan aktif dalam mencegah dan menangani perilaku agresif tersebut
dengan menggunakan berbagai macam layanan BK dan kegiatan pendukung
lainnya. Sebelum mencegah perilaku agresif sebaiknya Guru BK/Konselor
mengetahui faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku agresif
tersebut. Selain untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perilaku
agresif, juga dapat dijadikan sebagai rancangan pembuatan program layanan
BK yang akan diberikan oleh Guru BK/Konselor terhadap peserta didik.

10
Dari uraian di atas secara umum perilaku agresif remaja berada pada
kategori sedang yang artinya sebagian besar remaja melakukan tindakan
agresif baik secara fisik, verbal, kemarahan dan permusuhan. Tindakan
agresif yang dilakukan remaja yaitu memukul, mendorong, menendang,
menghina, memaki, memfitnah, dendam, iri hati, dengki dan lain sebagainya.
Tindakan agresif remaja ini harus di atasi agar tidak terjadi kesalahan besar.
Untuk itu remaja perlu dibimbing dan diberikan layanan yang tepat dan
sesuai oleh guru BK/Konselor sekolah agar remaja mampu meminimalisir
perilaku agresifnya terutama pada aspek permusuhan dan agresi fisik.

C. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja

Hubungan yang negatif signifikan ini dapat diartikan, semakin tinggi


kecerdasan emosi maka tingkat perilaku agresif semakin rendah. Sebaliknya
semakin rendah kecerdasan emosi maka tingkat perilaku agresif semakin
tinggi. Menurut Goleman (2009:45) kecerdasan emosi merupakan
kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri,
memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu
mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati,
kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain.

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Guswani dan Kawuryan (2011)
kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor bukan satu-satunya faktor
yang mempengaruhi perilaku agresif. Dengan demikian masih ada faktor
yang lain yang mempengaruhi perilaku agresif seperti tekanan teman sebaya,
pengaruh media kekerasan, faktor amarah, biologis, kesenjangan generasi,
proses pendisiplinan yang keliru, frustasi, stress, provokasi, dan alkohol.

Dayaksini & Hudaniah (2009:178) meyakini bahwa yang sangat


berpengaruh terhadap perilaku agresif adalah tujuan atau kesengajaan dalam
melakukannya. Seseorang yang hendak berperilaku agresif berfikir bahwa
peristiwa yang terjadi secara kebetulan menghasilkan perilaku agresif
seseorang yang dengan sengaja menubruk orang lain sehingga orang itu
kehilangan keseimbangan dan jatuh, maka perilaku orang tersebut dapat
dikatakan sebagai perilaku agresif. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa indikasi yang cerdas secara emosi adalah dapat mereka
yang dapat memahami terlebih dahulu situasi yang sedang dihadapinya
sebelum bertindak, mereka tidak akan bereaksi seperti anak-anak yang
cenderung lebih mengedepankan emosinya ketimbang pemikiran. Namun
tidak jarang di sekolah, sebagian remaja lebih mengedepankan emosi
negatifnya dalam menghadapi situasi yang kurang menguntungkan baginya,
seperti marah ketika kesal terhadap teman, berkatakata kasar, bahkan ada
yang merusak benda disekitarnya. Sehingga remaja yang belum mampu
mengelola kecerdasan emosinya mudah terjerumus ke dalam perilaku
negatif seperti agresif. Dalam menyikapi keadaan ini, guru BK di sekolah
memiliki peran yang sangat penting dalam membantu remaja membina
kemampuan dalam mengelola kecerdasan emosinya dengan baik sehingga
peluang berperilaku agresif di kalangan siswa dapat diminimalisir.

11
Berdasarkan uraian di atas terdapat hubungan yang negatif signifikan
antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja. Artinya semakin
tinggi kecerdasan emosi remaja maka semakin rendah tingkat perilaku
agresif remaja. Hal ini dapat terjadi karena kecerdasan emosi merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja, tetapi bukan
satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja. Jadi guru
BK/Konselor sekolah mempunyai peranan penting di sekolah untuk
mencegah timbulnya perilaku agresif dikalangan remaja dengan cara
mengendalikan kecerdasan emosi remaja dengan baik, dan faktor-faktor lain
yang dapat memicu terjadinya perilaku agresif remaja.

Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

Materi layanan yang dapat diberikan yaitu: bagaimana cara


memahami penyebab timbulnya emosi dalam diri remaja, cara meningkatkan
kepercayaan diri remaja, cara mengendalikan emosi, kiat-kiat meningkatkan
motivasi berprestasi remaja, pengenalan tentang macam-macam emosi dan
upaya penanggulangannya, kemampuan dalam berkomunikasi, pengenalan
tentang kekuatan dan kelemahan diri serta upaya pengembangan dan
penanggulangannya, cara berkomunikasi yang efektif dalam pergaulan,
dampak yang ditimbulkan dari agresi fisik, cara meredam kemarahan, cara
menghindari sikap iri dan dengki dalam diri, dampak yang dtimbulkan dari
agresi fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan bahaya yang
ditimbulkan dari sikap permusuhan, cara menghindari perilaku agresi fisik,
komunikasi yang positif antar remaja, penanggulangan kemarahan dalam
diri, kiat menghindari sikap iri hati dan dengki, cara meminimalisir agresi
fisik remaja, cara menghindari komunikasi negatif, serta cara mengelola
emosi dengan baik agar tidak timbul kemarahan dan rasa iri hati dan dengki
terhadap orang lain.

Dari uraian di atas materi layanan tersebut dapat diberikan oleh guru
Bk melalui jenis layanan sebagai berikut.

a. Layanan Informasi

Prayitno dan Erman Amti (2004:259) menyatakan bahwa layanan


informasi merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada individu tentang
berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau
untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
Adapun materi layanan yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut: (1) untuk
mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosi remaja materi
layanan informasi yang dapat diberikan yaitu: bagimana cara memahami
penyebab timbulnya emosi dalam diri remaja, cara meningkatkan kepercaya
diri remaja, cara mengendalikan emosi, kiat-kiat meningkatkan motivasi
berprestasi remaja, (2) untuk meminimalisir perilaku agresif remaja materi
layanan informasi yang dapat diberikan yaitu: komunikasi yang positif,
dampak yang dtimbulkan dari agresi fisik, cara meredam kemarahan, cara
menghindari sikap iri dan dengki dalam diri.

12
b. Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual menurut Prayitno dan Erman Amti


(2004:288) merupalan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang
mana terdapat hubungan langsung secara tatap muka antara konselor
dengan klien dalam proses konseling. Pada layanan ini konselor membantu
klien untuk mengentaskan permasalahan yang dialami oleh klien. Dalam hal
ini, layanan konseling individual dapat diberikan kepada remaja sebagai
berikut: (1) untuk mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosi
remaja materi layanan konseling perorangan yang dapat diberikan yaitu:
pengenalan tentang macam-macam emosi dan upaya penanggulangannya,
kemampuan dalam berkomunikasi, pengenalan tentang kekuatan dan
kelemahan diri serta upaya pengembangan dan penanggulangannya, (2)
untuk meminimalisir perilaku agresif remaja materi layanan konseling
perorangan yang dapat diberikan yaitu: dampak yang dtimbulkan dari agresi
fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan bahaya yang
ditimbulkan dari sikap permusuhan. Dorongan untuk berperilaku agresif
yang dimiliki remaja haruslah dientaskan oleh guru BK/Konselor yang mana
jika perilaku agresif siswa tidak segera dientaskan maka akan
membahayakan diri sendiri dan orang lain yang menjadi subjek perilaku
agresif remaja tersebut.

c. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok menurut Prayitno dan Erman Amti


(2004:309) merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana
kelompok. Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah peserta
didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh
berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing)
dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan atau topik
tertentu untuk perkembangan dirinya. Dengan bimbingan kelompok ini, guru
BK/Konselor bisa memberikan topik bahasan terkait dengan kecerdasan
emosi dan perilaku agresif remaja sebagai berikut: (1) untuk
mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosi remaja materi
layanan bimbingan kelompok yang dapat diberikan yaitu: cara
mengendalikan emosi, cara meningkatkan kepercayaan diri, cara
berkomunikasi yang efektif dalam pergaulan, dan (2) untuk meminimalisir
perilaku agresif remaja materi layanan konseling perorangan yang dapat
diberikan yaitu: cara menghindari perilaku agresi fisik, komunikasi yang
positif antar remaja, penanggulangan kemarahan dalam diri, dan kiat
menghindari sikap iri hati dan dengki.

d. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok menurut Prayitno dan Erman Amti


(2004:311) merupakan layanan konseling perorangan yang dilaksanakan
dalam suasana kelompok. Melalui adanya dinamika interaksi sosial yang
terjadi antara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing
individu anggota kelompok dicoba untuk dientaskan. Dalam konseling

13
kelompok ini, Guru BK/Konselor dan siswa bisa bersama-sama membantu
menyelesaikan permasalahan yang mengganggu siswa. Materi layanan
konseling kelompok yang dapat diberikan yaitu memahami penyebab
timbulnya emosi, cara meminimalisir agresi fisik remaja, cara menghindari
komunikasi negatif, cara mengelola emosi dengan baik agar tidak timbul
kemarahan dan rasa iri hati dan dengki terhadap orang lain.

Jadi melalui semua layanan tersebut guru BK memiliki peran yang


sangat penting dalam membantu remaja dalam mengelola kecerdasan
emosinya dengan baik sehingga peluang untuk berperilaku agresif
dikalangan remaja dapat diminimalisir.

2.3Kajian pustaka
1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut pandangan kita layanan adalah suatu tindakan sukarela dari


satu pihak ke pihak lain dengan tujuan hanya sekedar membantu atau
adanya permintaan kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya.Maka
dari itu, layanan atau pelayanan itu sendiri secara umum menurut
Purwadarminta adalah menyediakan segala apa yang dibutuhkan orang lain.
Bimbingan dan konseling terdiri dari dua kata yakni bimbingan dan
konseling. Kedua memiliki pengertian yang berbeda-beda akan tetapi
keduanya saling berhubungan. Adapun bimbingan secara istilah dapat
didefinisikan

 Dewa Ketut Sukardi, bimbingan adalah suatu proses pemberian


bantuan yang terus tercapai dalam sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dalam penyesuaian diri di
lingkungan.
 Koestoer Partowisastro, bimbingan adalah bantuan yang diberikan
oleh seorang kepada seseorang agar memperkembangkan potensi
potensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri.
 Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling

14
Tujuan pelayanan dasar bimbingan ini bertujuan untuk membantu
semua peserta didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki
mental yang sehat, dan memperoleh dasar keterampilan hidupnya atau
dengan kata lain membantu peserta didik agar mereka dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan bimbingan konseling secara
umum dan khusus adalah sebagai berikut :

a) Tujuan umum
 Agar siswa dapat memperkembangkan pengertian dan
pemahaman dirinya untuk mencapai kemajuan sekolah.
 Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang
dunia kerja, kesempatann kerja, serta rasa tanggung jawab
dalam meraih peluang dan memilih dalam suatu kesempatan
kerja tertentu.
 Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan unuk
memilih, dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya
dengan informasi yang ada.
 Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap
kepentingan dan harga orang lain.
b) Tujuan khusus
 Agar para siswa dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi
kesulitan dalam memahami dirinya sendiri.
 Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan
dalam memahami lingkungan.
 Agar para siswa dapat mengatasi dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalah.
 Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan
menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya.
3. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling

Fungsi layanan bimbingan dan konseling diambil dari buku Penataan


Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling
dalam jalur Pendidikan Formal (ABKIN, 2008: 200) yaitu sebagai berikut:

a) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling


membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya
dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma-norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, konseling diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan
menyesuaikan dirinya dengan secara dinamis dan konstruktif.

15
b) Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
c) Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
d) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan, atau
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan
yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian
lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu kerja sama
dengan pendidikan lainnya di dalam meupun di luar lembaga
pendidikan.
e) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana
pendidikan kepala sekolah dan staf, konselor dan tutor untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi,
memilih metode dan proses pembelajaran, maupun, menyusun
materi, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuoan dan
kecepatan konseling.
f) Fungsi pencegahan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya
konselor senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang
muingkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak
dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan
bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya sendiri.
g) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam
berpikir, berperasaan, dan bertindak (berkehendak). Konselor
melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli
supaya memiliki pola pikir yang sehat, rasional, dan memiliki
perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada
tindakan atau kehendak yang produktif dan normative.
h) Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian
bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik
menyangkut aspek sosial-pribadi, belajar, dan karir. Teknik yang
dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.

16
i) Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi kondusif yang telah tercapai dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas
diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program
yang menarik, kreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat
konseli.
j) Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih produktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan
personil pendidikan paket B setara SMP lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan
dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok atau curah pendapat, dan karya wisata.20
4. Prinsip Layanan Bimbingan dan Konseling

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai landasan


bagi pelayanan bimbingan dan konseling.Prinsip-prinsip ini berasal dari
konsep-konsep filosofi tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi
pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun luar
sekolah. Pinsip-prinsip itu sebagai berikut :

a) Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua klien. Prinsip


ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua klien, baik
yang tidak bermasalah maupunn yang bermasalah; baik pria
maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupunn dewasa. Dalam
hal ini pendekatan yang digunakan lebih bersifat preventif dan
pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif) dan lebih
diutamakan teknik kelompok dari perseorangan.
b) Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap klien
bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) dan memulai bimbingan
klien dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya
tersebut. Prinsip ini berarti bahwa yang menjadi focus sasaran
bantuan adalah klien, meskipun pelayanan bimbingannya
menggunakan teknik kelompok.
c) Bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif. Dalam
kenyataannya masih ada klien yang memiliki presepsi yang

17
negative terhadap bimbingan dn konseling, karena bimbingan dan
konseling dipandang sebagai satu cara yang menekankan aspirasi.
Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan dan
konseling sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan dan
konseling merupakan cara untuk membangun pandangan yang
positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang
untuk berkembang.
d) Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan
bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas
guru-guru dan kepala sekolah sesuai dengan tugas dan peran
masing-masing. Mereke bekerja sebagai team work.
e) Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan membantu klien
agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
Bimbingan dan konseling memiliki peran untuk memberikan
informasi dan nasihat kepada klien, yang itu semua sangat penting
baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan klien diarahkan
oleh tujuannya dan bimbingan memfasilitasi klien untuk
mempertimbangkan, meneysuaikan diri dan menyempurnakan
tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan
untuk mengambil keputusan yang tepat bukan kemampuan
bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan
utama bimbingan mengembangkan kemampuan klien untuk
memecahkan masalahnya dan mengembalikan keputusan.
f) Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting
(adegan) kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya
berlangsung di sekolah saja, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan, lembaga pemerintahan, dan masyarakat pada
umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek,
yaitu meliputi aspek pribasi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
5. Asas-asas Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Asas kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan siwa (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam
hal ini, guru pembimbing berkewajiban memelihara dan menjaga
semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-
benar terjaga.
b. Asas kesukarelaan

18
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa
(klien) mengikuti layanan yang diperuntukkan baginya. Guru
pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.
c. Asas keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran
layanan bersikap terbuka dan tidak berpura pura, baikk dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan siswa (klien). Agar mau terbuka,
guru pembimbing terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidek
berpura-pura.Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas
kerahasiaan dan kesukarelaan.
d. Asas kegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran
layanan dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan
bimbingan. Guru pembimbing harus mendorong dan memotivasi
siswa untuk aktif salam setiap layanan yang diberikan kepadanya.
e. Asas kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan konseling
yaitu siswa (klien) seabagai sasaran layanan bimbingan konseling
diharapkan menjadi individu yang mandiri, dengan cirri-ciri
mengenal diri sendiri dan lingkungannya, maupun mengambil
keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru
pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan konseling bagi perkembangan kemandirian siswa
(klien).
f. Asas kekinian
Asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
konseling yakni permasalahan yang dihadapi siswa adalah dalam
kondisi sekarang. Adapun kondisi masa lampau dan masa depan
dilihat siswa (klien) pada saat sekarang.
g. Asas kedinamisan
Asas kedinamisan menghendaki agar isi layanan sasaran
hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya sendiri waktu ke waktu.
h. Asas keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan konseling baik yang dilakukan oleh guru pembimbing

19
maupun pihak lain saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Dalam hal ini kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak
yang terkait dengan bimbingan konseling menjadi amta penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
i. Asas alih tangan kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat
mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima hali tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain,, atau ahli lain. Demikian pula sebaliknya guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang
lebih kompeten baik yang di dalam lembaga sekolah maupun di
luar sekolah.
j. Asas tut wuri handayani
Asas ini menunjukkan bawa suasana umum yang hendaknya
tercapai dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing
dan yang terbimbing. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini
makin dirasakan manfaatnya, dan bahkan perlu dilengkapi dengan
“ing ngarso sung tulodo, ing madya mbangun karso.”Asas ini
menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah dan
menghadap pembimbing saja, namun di luar hubungan kerja
kebimbingan dan konselingan pun hendaknya dirasakan adanya
dan manfaatnya.
6. Program layanan bimbingan dan konseling
a) Empat bidang layanan bimbingan dan konseling
Secara umum tujuan dari pada adanya bantuan layanan bimbingan
dan konseling adalah uoaya untuk membantu siswa. Guna
menemukan pribadinya dan memahami potensi yang terdapat
dalam dirinya sebagai modal untuk mengembangkan diri
Kemudian empat bidang bimbingan semestinya menjadi program
kerja bagi kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Misalnya:
 Bimbingan pribadi
 Bimbingan sosial
 Bimbingan belajar
 Bimbingan karier
Untuk masing-masing bidang tersebut, digunakan bagi setiap siswa
baik SD, SLTP, SMU/SMK yang mana semua dijelaskan butir-butir
materi pokok pada bidang-bidang bimbingan khusus bagi SMU/SMK
saja, sebagaimana tertera pada daftar berikut:

20
1) Bidang pribadi
 Pada bidang bimbingan pribadi ini berguna untuk
membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan pribadi
yang beriman dan sehat jasmani dan rohaninya.
 Pemantapan sikap dan adanya pembiasaan serta
pengembangan wawasan atau pengetahuan dalam beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
 Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri serta
mengembangkannya guna kegiatan-kegiatan yang
mengandung unsur kreatif dan produktif, baik didalam
kehidupan sehari-hari ataupun untuk perannya dimasa yang
akan datang.
 Pemantapan pemahaman tentang kekurangan ataupun bahkan
kelemahan diri dan menemukan usaha untuk
menanggulanginya.
 Pemantapan tentang kemampuan dalam menngambil semua
keputusan.
 Kemantapan kemampuan untuk mengarahkan diri yang sesuai
dengan keputusan yang telah diambil.
 Pemantapan pada perencenaan dan penyelenggaraan hidup
sehat, baik secara rohani dan jasmani.
2) Bidang sosial
 Pemantapan kemampuan cara berkomunikasi, baik melalui
ragam lisan ataupun tulisan secara efektif.
 Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan
sebuah pendapat dan beragumentasi secara dinamis, kreatif,
dan produktif.
 Pemahaman kemampuan bertingkah laku dan menjalin
hubungan sosial, baik dirumah, sekolah maupun didalam
masyarakat luas dengan menunjung tinggi tata krama, sopan
santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu, dan
kebiasaan yang berlaku.
 Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif
dengan teman sebaya disekolah atupun dimasyarakat.
 Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta
cara pelaksanaannya secara dinamis dan bertangung jawab.
 Orientasi tentang hidup berkeluarga.
 Bidang bimbingan belajar
7. Aplikasi instrument bimbingan dan konseling
a. Pengertian

21
Aplikasi instrument layanan bimbingan dan konseling adalah kegiatan
pendukung. Layanan bimbingan dan konseling yang mengandung manfaat
untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik. Adapun
pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument, baik tes
maupun non-tes.
b. Tujuan
Aplikasi instrument layanan bimbingan dan konseling mempunyai
tujuan untuk mengumpulkan data dan keterangan peserta didik dan
lingkungannya. Unntuk mengumpulkan data dan keterangan dapat
dilakukan dengan cara berbagai instrument baik tes maupun non-tes.
Hasil pengumpulan data tersebut dpat digunakan dalam setiap
kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
c. Fungsi
Untuk fungsi dari aplikasi instrument layanan bimbingan dan
konseling adalah fungsi pemahaman.
d. Materi umum aplikasi instrument
 Pembiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan yang Maha Esa.
 Kondisi mental dan fisik siswa, pengendalian terhadap diri
sendiri.
 Kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial.
 Tujuan, sikap dan kebiasaan, keterampilan dan kemampuan
belajar.
 Informasi karier dan pendidikan.
 Kondisi keluarga dan lingkungan.

22
BAB III Penutup

3.1Kesimpulan

Menurut Edward C. Glanz (1964) dalam sejarah perkembangan


pelayanan bimbingan di institusi pendidikan muncul 4 pola dasar yang diberi
nama 1.Pola generalis. Segi positif dari pola dasar ini adalah tekanan yang
diberikan pada perhatian terhadap perkembangan optimal masing-masing
siswa dan pada partisipasi semua tenaga kependidikan dalam program
kegiatan bimbingan. Kelemahannya adalah terdapat persebaran pelayanan
bimbingan yang luas, dengan melibatkan banyak pengajar. 2. Pola spesialis
berasaskan keyakinan, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan
harus ditangani oleh para ahli bimbingan yang masing-masing
berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu seperti
testing psikologis, bimbingan karier, dan bimbingan konseling. Segi positif
pola dasar ini adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada siswa
bermutu tinggi. 3. Pola kurikuler berasaskan keyakinan, bahwa kegiatan
bimbingan di institusi pendidikan diusulkan dimasukkan dalam kurikulum
pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka kursus
bimbingan. Segi positif dari pola ini adalah hubungan yang lebih dekat
dengan staf pengajar, karena semua tenaga bimbingan langsung terlibat
dalam seluk beluk pengajaran. 4. Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan
mental berasaskan keyakinan, bahwa seseorang akan lebih hidup bahagia
apabila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik
dengan orang lain.

Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan


dengan pola yang tidak jelas, ketidakjelasan pola yang harus diterapkan
berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga
melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi
negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai kritikan muncul sebagai wujud
kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi
kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut. Sejak tahun
1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah
memperoleh perbendaharaan istilah baru, yaitu BK Pola-17 (Prayitno, 2004:
i). BK Pola-17 merupakan pola dasar dalam BK yang dilaksanakan di
lingkungan sekolah. Jika pola 17 bimbingan konseling dapat dilaksanakan
maksimal, terprogram dan berkualitas dapat menunjang hasil belajar siswa.
Pelaksanaan bimbingan konseling pola 17 dapat maksimal apabila dalam
kurikulum diberikan alokasi waktu minimal 1 jam pelajaran sehingga empat
bidang bimbingan, delapan layanan, lima kegiatan pendukung dapat
diberikan pada seluruh siswa dan bukan pada siswa yang bermasalah saja.
Bimbingan Konseling komprehensif adalah suatu program pendidikan di

23
sekolah yang diberikan oleh konselor sebagai penanggungjawab dan
pelaksana program bimbingan konseling di sekolah. Bimbingan konseling
komprehensif yang telah dikenalkan sekarang ini adalah program bimbingan
konseling yang bertujuan untuk memandirikan peserta didik. Terdapat
beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi
layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis
tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan
atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan dan
Konseling menekankan hal yang positif. Bimbingan dan Konseling
Merupakan Usaha Bersama. Program bimbingan dan konseling mengandung
empat komponen layanan, yaitu: layanan dasar bimbingan dan konseling,
layanan responsif bimbingan dan konseling, layanan perencanaan individual
bimbingan dan konseling, dan layanan dukungan sistem Bimbingan dan
Konseling. Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling diartikan sebagai proses
pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui kegiatan
penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka
panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang
dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan
dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan
dalam menjalani kehidupannya. Layanan responsif bimbingan dan konseling
merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab
jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses
pencapaian tugas-tugas perkembangan. Layanan Perencanaan Individual
Bimbingan dan Konseling. Layanan perencanaan individual bimbingan dan
konseling ini diartikan proses bantuan kepada peserta didik agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan
masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan
dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya. Layanan dukungan sistem bimbingan dan konseling
merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra
struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan
pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang
secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.

24
Daftar Pustaka

http://bk13006-wastitiadiningrum.blogspot.com/2014/12/jenis-jenis-
bimbingan-dan-pola-dasar.html?m=1

https://utariyahya95.wordpress.com/2014/04/23/bk-pola-17-dan-bk-
komprehensif/

http://indonesiakonselor.blogspot.com/2012/12/lahirnya-bk-pola-17-
plus.html?m=1

http://neilcl.blogspot.com/2012/05/bk-komprehensif.html?m=1

https://bksmkmsumpiuh.wordpress.com/bk-komprehensif/

https://www.materikonseling.com/2021/03/bimbingan-dan-konseling-
komprehensif.html?m=1

Munawar, Nyani (2016) Hubungan layanan bimbingan dan konseling


dengan kedisiplinan peserta didik di Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 13 Surabaya.  Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel
Surabaya.

Illahi Ulya, Neviyarni Neviyarni. DKK. 2018. Hubungan antara kecerdasan


emosi dengan perilaku agresif remaja dam implikasinya dalam bimbingan
dan konseling. Vol 3, No 2.

25
Lampiran

No Nama NIM Tugas dalam


Kelompok
1 Meisarah 2005126273 PPT

2 Silvi Wiliya Asiva 2005126493 Makalah

3 Uswatun Hasanah 2005114134 Makalah dan


Hasibuan pertanyaan

Soal pilihan ganda

1. Bimbingan dan Konseling Komprehensif terbagi menjadi tiga bidang


bimbingan, yaitu...
a. Bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan sosial pribadi, dan
bidang bimbingan karir
b. Bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan karir, bimbingan
dan konseling sebagai proses individuasi
c. Bidang bimbingan informasi, bidang bimbingan kelompok, dan
bidang bimbingan akademik
d. Bidang bimbingan belajar, bidang bimbingan sosial, dan bidang
bimbingan politik
e. Bidang bimbingan politik, bidang bimbingan edukasi, dan bidang
bimbingan sosial

2. Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam


suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas
usaha belajar siswa merupakan pengertian pola dasar yaitu...
a. Pola kurikuler
b. Pola instrumental
c. Pola generalis
d. Pola spesialis
e. Pola 17 plus

i. Fungsi pemahaman
ii. Fungsi pencegahan
iii. Fungsi perbaikan
iv. Fungsi sosial
v. Fungsi Preventif

3. Dari pernyataan diatas sebutkan fungsi butir-butir pokok BK Menurut


Prayitno (2004: i-ii) dalam pola 17 Plus adalah...

26
a. (i),(v),(iii)
b. (i),(ii),(iii)
c. (i),(ii),(iv)
d. (iii),(iv),(ii)
e. (ii),(i),(v)

4. Tujuan bimbingan dan konseling komprehensif dalam pemberian layanan


bimbingan ialah agar individu dapat...
a. Memberikani hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin
c. Mengenal dan memahami peluang kerja yang ada di
lingkungannya
d. Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya
e. Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.

5. Menurut Prayitno (2004: i-ii) butir-butir pokok BK Pola-17 Plus salah


satunya adalah kegiatan pendukung, kemudian kegiatan pendukung
terbagi lagi menjadi beberapa bagian, kecuali...
a. Aplikasi instrumentasi
b. Alih tangan kasus
c. Konferensi kasus
d. Penyaluran bakat
e. Terapi kepustakaan

6. Suatu layanan bimbingan konseling yang bertujuan mengatasi masalah


klien adalah
a. Layanan penempatan
b. Layanan orientasi
c. Layanan informasi
d. Layanan konseling
e. Layanan permasalahan

7. Menurut Dewa Ketut Sukardi secara istilah bimbingan adalah...


a. suatu tindakan sukarela dari satu pihak ke pihak lain dengan
tujuan hanya sekedar membantu atau adanya permintaan kepada
pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya
b. suatu proses pemberian bantuan yang terus tercapai dalam
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dalam penyesuaian
diri di lingkungan
c. suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai

27
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian
diri dengan lingkungannya
d. bantuan yang diberikan oleh seorang kepada seseorang agar
memperkembangkan potensi potensi yang dimilikinya mengenai
dirinya sendiri
e. suatu petunjuk atau penjelasan cara untuk mengerjakan sesuatu

8. Kecerdasan emosi remaja disebabkan oleh...


a. kemampuan remaja untuk merasakan dan memahami emosi pada
dirinya
b. peka terhadap emosi dirinya sendiri dalam menjalin hubungan
dengan orang
c. interaksi orang sekitar yang dapat membimbing pikiran untuk
mengambil keputusan yang terbaik
d. pengaruh lingkungan sekitar yang mampu membentuk karekter
e. tekanan orang tua yang mewajibkan seorang anak untuk belajar

9. Menurut Dika, Syahniar & Marjohan, 2016 salah satu keberhasilan dalam
berkomunikasi adalah adanya
a. rasa percaya diri
b. rasa sopan santun
c. rasa hormat kepada orang tua
d. rasa ingin tahu
e. rasa persaudaraan

9. Aspek-aspek dalam prilaku agresif yang timbul pada individu yaitu agresi
fisik, agresif verbal, kemarahan dan permusuhan merupakan pernyataan
dari...
a. Buss dan Perry
b. Edward C. Glanz
c. Prayitno
d. Goleman
e. Dayaksini & Hudaniah

10. Pengertian bimbingan soaial dari pola 17 plus adalah...


a. bidang layanan pengembangan kemampuan mengatasai masalah-
masalaah pribadi dan kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek
intelektual, afektif dan motorik
b. bidang layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi
masalah-masalah social, dalam kehidupan keluarga, disekolah,
maupuin di masyarakat juga upaya dalam berinteraksi dengan
masyarakat
c. bidang layanan yang merencanakan dan mempersiapkan masa
depan karier peserta didik
d. bidang layanan untuk mengoptimalkan perkembangan dan
mengatasi masalah dalam proses pembelajaran

28
e. bidang layanan untuk memilih dan menganut kepercayaan sesuai
dengan dirinya.

11. Bimbingan dan konseling komprehensif atau disebut juga...


a. bimbingan dan konseling pertumbuhan
b. bimbingan dan konseling pendukung
c. bimbingan dan konseling perkembangan
d. bimbingan dan konseling sosial
e. bimbingan dan konseling terstuktur

12. Berikut asas-asas dalam layanan bimbingan dan konseling, kecuali...


a. Asas kerahasiaan
b. Asas kesukarelaan
c. Asas keterbukaan
d. Asas kemanusiaan
e. Asas kekinian

13. Materi layanan yang dapat diberikan oleh guru Bk melalui jenis
layanannya adalah sebagai berikut, kecuali
a. Layanan Informasi
b. Layanan Konseling Individual
c. Layanan Bimbingan Kelompok
d. Layanan Konseling Kelompok
e. Layanan Bimbingan Mandiri

14. Salah satu tujuan layanan bimbingan konseling secara umum adalah
sebagai berikut...
a. Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan
dan harga orang lain
b. Agar para siswa dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi
kesulitan dalam memahami dirinya sendiri.
c. Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
memahami lingkungan.
d. Agar para siswa dapat mengatasi dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalah.
e. Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan
menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya.

15. Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu


menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan siswa dapat mengalihtangankan kepada pihak
yang lebih ahli merupakan pengertian dari asas...
a. Asas keterpaduan
b. Asas kedinamisan

29
c. Asas kekinian
d. Asas alih tangan kasus
e. Asas sosial

30

Anda mungkin juga menyukai