Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM DIAGNOSIS KESULITAN

BELAJAR DI SMP SETIABUDHI SEMARANG

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Tugas Akhir Mata Kuliah Praktik


Bimbingan dan Konseling Belajar
Dosen Pengampu :1. Dra. Ninik Setyowani, M.Pd
2. Muslikah, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh
Nama : Halimatus Sa’diyah
NIM : 1301417003
Rombel :2

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

`Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktik
Bimbingan dan Konseling Belajar, tanpa melakukan tindakan plagiarisme yang
disusun oleh:

Nama : Halimatus Sa’diyah

NIM : 1301417003

Laporan yang berjudul “Laporan Praktikum Bimbingan dan Konseling di


SMP Setiabudhi Semarang” telah melalui proses bimbingan dan telah disahkan
serta disetujui oleh dosen pengampu mata kuliah Praktik Bimbingan dan Konseling
Belajar.

Mengetahui

Dosen Pengampu 1 Dosen Pengampu 2

Dra. Ninik Setyowani, M.Pd Muslikah, S.Pd, M.Pd


NIP. 19521030 197903 2 001 NIP. 19861108 201404 2 002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan penulis kekuatan
dan kesempatan untuk menyusun Laporan Praktikum Bimbingan dan Konseling di
SMP Setiabudhi Semarang.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini, diantaranya kepada:
1. Dra. Ninik Setyowani, M.Pd dan Muslikah, S.Pd, M.Pd Pd sebagai dosen
pengampu Mata Kuliah Praktik Bimbingan dan Konseling.
2. Pihak Sekolah SMP Setiabudhi Semarang.
3. Siswa Kelas 8C SMP Setiabudhi Semarang.
4. Seluruh rekan di Rombel 2 Semester 3 Jurusan BK FIP UNNES.
5. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap portofolio ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya. Dan
akhir kata, penulis meminta maaf jika dalam laporan ini terdapat kekurangan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran.

Semarang, 25 Oktober 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 2
D. Waktu dan Tempat ............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar ......................................... 4


B. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa ...................................... 5
C. Ciri-Ciri Siswa Berkesulitan Belajar ............................................... 7

BAB III METODE

A. Leger ................................................................................................... 10
B. Pedoman Observasi ............................................................................ 11
C. Pedoman Wawancara ........................................................................ 11
D. Daftar Cek Masalah ........................................................................... 12
E. Sosiometri ........................................................................................... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kasus Kesulitan Belajar


1. Identifikasi Siswa Berkesulitan Belajar ............................... 14
a. Tahapan dalam Diagnosis Kesulitan Balajar .......... 14
b. Alasan Pemilihan Konseli .......................................... 15
2. Analisis .................................................................................... 15

iv
3. Sintesis ..................................................................................... 23
4. Diagnosis ................................................................................. 24
5. Prognosis ................................................................................. 24
6. Rencana Pemberian Bantuan ............................................... 25
B. Pembahasan .................................................................................. 27

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................... 30

Daftar Pustaka

Lampiran

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau


potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Dalam proses pembelajaran dibutuhan adanya bimbingan, agar tidak terjadi
masalah pada peserta didik yang berkaitan dengan belajarnya.

Proses pembelajaran di Sekolah tidak luput dari berbagai masalah yang


terjadi. Untuk membantu dalam pemecahan masalah tersebut, dibutuhkan ilmu
yang mempuni dalam bidang belajar. Salah satu pihak yang dapat membantu
dalam proses pemecahan masalah siswa yang berkaitan dengan belajarnya
adalah konselor. Salah satu bidang layanan dalam bimbingan dan konseling
berkaitan dengan bidang belajar.

Bimbingan dan konseling belajar adalah suatu proses bantuan dalam


bidang layanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/ madrasah dan belajar
secara mandiri (Awalya, dkk : 2016). Hal ini menandakan bahwa dalam proses
pembelajaran, peserta didik memerlukan bantuan baik untuk mengembangkan
kemampuan belajarnya maupun mengatasi masalahnya yang berkaitan dengan
belajar, agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan tanpa adanya
masalah yang berkaitan dengan belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada pembahasaan laporan ini adalah :

1. Bagaimana tahapan dalam diagnosis siswa yang berkesulitan belajar?


2. Apa faktor penyebab siswa yang mengalami kesulitan belajar?

1
2

3. Apa rekomendasi yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan


belajar?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam laporan ini adalah :

1. Mengetahui tahapan dalam mendiagnosis siswa yang berkesulitan belajar.


2. Mengetahui faktor penyebab siswa yang mengalami kesulitan belajar.
3. Mengetahui rekomendasi yang dapat diberikan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar.

Adapun manfaat yang diharapkan dalam laporan ini adalah :

1. Siswa dapat mengetahui tentang kesulitan belajar yang dialaminya dan


berupaya untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
2. Praktikan dapat mempelajari lebih jauh mengenai masalah kesulitan belajar
yang dialami siswa dan dapat membantu dalam mengatasi kesulitan belajar
yang dihadapi oleh siswa.
3. Guru BK/ Konselor dapat mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa dan melakukan upaya tindak lanjut untuk menangani masalah
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.

D. Waktu dan Tempat

a. Di Sekolah

Laporan ini dibuat dalam observasi lapangan yang dilakukan di SMP


Setiabudhi Semarang, yang beralamat di Jalan. WR. Supratman Nomor.
37, Kelurahan. Kalibanteng Kidul, Kecamatan. Semarang Barat, Kota
Semarang, Jawa Tengah. Adapun waktu pelaksanaan observasi dilakukan
pada :
3

No. Hari/ tanggal Tempat Keterangan


1. Jum’at, 14 September Ruang BK SMP Melakukan izin observasi di
2018 Setiabudhi SMP Setiabudhi
2. Rabu, 19 September Ruang BK SMP Mengambil legger di SMP
2018 Setiabudhi Setiabudhi
3. Senin, 8 Oktober 2018 Ruang BK SMP Melakukan wawancara
Setiabudhi, dan dengan wali kelas dan siswa,
Ruang Guru SMP serta menyebarkan DCM
Setiabudhi kepada siswa yang
teridentifikasi mengalami
kesulitan belajar
4. Jum’at, 26 Oktober Ruang Kelas 8C Melakukan observasi dan
2018 SMP Setiabudhi melaksanakan bimbingan
klasikal di sekolah.

b. Di Kampus
1) Tempat : A2-102
2) Hari, tanggal : Jum’at, 13 Oktober 2018
3) Pukul : 08.00 – 08.30
4) Observer : 1. Zulfa Mawadah

2. M. Dwi Arfani

3. Dewi Indah Lestari


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Dalam belajar siswa tidak hanya mengalami suatu proses yang berkaitan
dengan pengalaman siswa dan pemberian informasi yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didik, namun belajar juga merupakan suatu proses yang dapat
terjadi fase terbaik dan juga fase sulit yang dialami siswa maupun guru.
Menurut Tim dosen PPB UNY (2000) dalam bukunya, kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk hasil belajar.

Dalam mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa,


diperlukan diagnosis kesulitan belajar siswa. Istilah diagnosis banyak
digunakan dalam dunia kedokteran dalam mengetahui dan menetukan suatu
penyakit yang dialami oleh pasien. Dalam dunia pendidikan, arti “diagnosis”
tidak mengalami perubahan, yaitu diartikan sebagai usaha-usaha untuk
mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat dari kesulitan belajar
seorang murid (Mulyadi, 2010).

Diagnosis kesulitan belajar diperlukan oleh guru dan juga konselor untuk
dapat mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa yang berkaitan dengan
belajarnya. Hal ini juga diperlukan untuk membantu guru dan juga konselor
dalam mengambil langkah penanganan, maupun pencegahan dari masalah
kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Diagnosis kesulitan belajar menjadi salah
satu cara yang dilakukan oleh guru maupun konselor untuk menangani dan
meminimalisir hal-hal yang dapat mengganggu belajar siswa.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar, terkadang tidak menyadari hal


tersebut. Siswa sering kali merasa hal tersebut adalah hal yang biasa yang tidak
memerlukan penanganan, namun sebenarnya jika hal tersebut didiamkan maka

4
5

terdapat beberapa akibat yang akan dihadapi oleh siswa dalam


pembelajarannya, diantaranya siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik, siswa akan mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan harapan
siswa, dan jika itu dibiarkan terus menerus akan dapat berdampak pada
psikologis siswa.

Diagnosis kesulitan belajar yang dilakukan oleh guru maupun konselor di


sekolah diharapkan dapat mencegah kesulitan belajar yang dapat terjadi pada
siswa, dan juga membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Jika hal
tersebut dapat dilakukan maka siswa akan dapat melakukan proses
pembelajaran dengan baik dan juga mencapai tujuan dengan maksimal.

B. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pastinya memiliki faktor-faktor


yang melatarbelakanginya. Menurut Tidjan (2000) faktor-faktor yang
menimbulkan kegagalan dalam belajar antara lain faktor intern dan extern.
Faktor intern mencakup antara lain :

1. Faktor fisiologis-kesehatan fisik terganggu, cacat fisik dan sebagainya


2. Faktor intelektual, misal kecerdasan kurang, kecakapan kurang, bakat-bakat
kurang
3. Faktor minat, misal tak berminat/kurang minat
4. Fakror konsentrasi perhatian kurang
5. Faktor ingatan kurang
6. Faktor emosi, misalnya rasa benci, rasa tak puas.

Faktor extern meliputi antara lain :

1. Faktor tempat, misalnya tak ada tempat khusus untuk belajar


2. Faktor alat, alat-alat yang diperlukan dalam belajar kurang/tak ada
3. Faktor waktu, tak dapat mengatur waktu belajar.
6

4. Faktor suasana, misalnya suasana rumah gaduh, ramai, rumah dekat jalan
cukup ramai dan sebagainya.
5. Faktor lingkungan sekolah, misalnya bahan pelajaran, metode guru mengajar
tak memuaskan, pengaruh kawan-kawan yang tak baik (negatif)
6. Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, misalnya situasi keluarga yang
tak menguntungkan anak dalam belajar, begitu pula lingkungan
masyarakatnya.

Selain hal-hal tersebut dijelaskan juga oleh Burton sebagaimana dikutip


dalam Abin S.M (2002:325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri
yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar
diri yang bersangkutan.

1. Faktor Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Faktor Kejiwaan, antara lain
1) Minat terhadap mata pelajaran kurang
2) Motif belajar rendah
3) Rasa percaya diri kurang
4) Disiplin pribadi rendah
5) Sering meremehkan persoalan
6) Sering mengalami konflik psikis
7) Integritas kepribadian lemah
b. Faktor Kejasmanian
1) Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit)
2) Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan
3) Adanya gangguan pada fungsi indra
4) Kelelahan secara psikis
2. Faktor Eksternal, adalah faktor yang berada atau berasal dari luar diri siswa.
Faktor ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Faktor Instrumental
7

1) Kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai


2) Kurikulum yang terlalu berat bagi siswa
3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan
kebutuhan
b. Faktor Lingkungan
1) Disitegrasi atau disharmonisasi keluarga
2) Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif
3) Teman-teman bergaul yang tidak baik
4) Lokasi sekolah yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan siswa dapat


mengalami kesulitan belajar berasal dari faktor internal dan eksternal dari diri
siswa. Faktor-faktor penyebab ini tentunya dapat menjadi sebuah tanda bagi
siswa maupun guru/konselor dalam mengidentifikasi kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa.

C. Ciri-Ciri Siswa Berkesulitan Belajar

Siswa yang memiliki masalah yang berkaitan dengan kesulitan belajar


tentunya memiliki ciri-ciri yang menandakan bahwa siswa tersebut mengalami
kesulitan belajar. Banyak jenis dari kesulitan belajar yang dapat dialami oleh
siswa, menyebabkan banyaknya contoh ciri-ciri dari siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Pada kesempatan kali ini akan dijelaskan beberapa ciri-ciri
siswa yang mengalami kesulitan belajar dari beberapa jenis kesulitan belajar
siswa.

Dalam buku Mulyadi (2010) menyatakan, dari hasil studi tentang


hubungan antara ciri-ciri kepribadian dengan prestasi belajar menyatakan
bahwa murid yang tergolong pencapai rendah (under achiever) menunjukkan
ciri-ciri sebagai berikut:
8

1. Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri


terhadap kecemasan
2. Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang kepercayaan diri
3. Kurang mampu mengikuti otoritas
4. Kurang mampu dalam penerimaan sosial
5. Lebih banyak mengalami konflik ketergantungan
6. Kegiatannya kurang berorientasi pada akademik dan sosial
(Rosyidan, 1998).
Salah satu jenis lainnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah
lambat belajar. Siswa lambat belajar berbeda dengan siswa yang mengalami
pencapai rendah (under achiever). Siswa lambat belajar perkembangan atau
prestasi belajarnya lebih rendah dari rata-rata. Sedangkan murid yang
berprestasi rendah (under achiever) prestasi belajarnya lebih rendah dari rata-
rata, tetapi kemampuan kecerdasannya normal atau mungkin lebih tinggi
(Mulyadi, 2010). Adapun ciri-ciri lambat belajar diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Kemampuan kecerdasan rendah/di bawah rata-rata.
2. Perhatian dan konsentrasinya terbatas.
3. Terbatasnya kemampuan untuk menilai bahan-bahan pelajaran yang
relevan.
4. Terbatasnya kemampuan untuk mengarahkan diri (Self direction).
5. Terbatasnya kemampuan mengabstraksi dan menggeneralisir yang
membutuhkan pengalaman-pengalaman konkret
6. Lambat dalam melihat dan menciptakan hubungan antara kata dan
pengertian.
7. Sering mengalami kegagalan dalam mengenal kembali hal-hal yang telah
dipelajari dalam bahan dan situasi baru.
8. Waktu untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran cukup lama, akan
tetapi tidak dapat bertahan lama dalam ingatannya. Cepat sekali melupakan
apa yang telah dipelajari.
9. Kurang mempunyai inisiatif.
9

10. Tidak dapat menciptakan dan memiliki pedoman kerja sendiri, serta kurang
memiliki kesanggupan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat.
11. Kurang mempunyai daya cipta (kreativitas).
12. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menguraikan, menganalisis atau
memecahkan suatu persoalan atau berfikir kritis.
13. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menggunakan proses mental yang
tinggi. (Herniyanto dan Triyono, Tanpa Tahun)

Pencapai rendah (Under achiever) dan lambat belajar merupakan jenis


kesulitan belajar yang bersifat umum. Ada beberapa kesulitan belajar yang
bersifat khusus, salah satunya adalah disleksia. Disleksia didefinisikan oleh
Snowling dalam Mulyadi (2010) adalah gangguan kemampuan dan kesulitan
yang memberikan efek terhadap proses belajar, di antaranya adalah gangguan
dalam proses membaca, mengucapkan, menulis, dan terkadang sulit untuk
memberikan kode (pengkodean) angka ataupun huruf.

Karakteristik umum disleksia adalah, (1) kurangnya kesadaran akan suara


dalam kata-kata, (2) kesulitan membaca, (3) kesulitan menulis, (4) lemah dalam
mengurutkan huruf atau angka, (5) kesulitan dengan ekspresi tulisan, (6) lambat
dalam bahasa lisan, (7) lemah dalam menginterpretasikan apa yang didengar,
(8) kesulitan dalam mengekspresikan secara lisan, (9) lemah dalam pemahaman
membaca, (10) bingung dengan arah, jarak, dan waktu, (11) problem dengan
tulisan tangan, (12) kesulitan dalam matematika, terutama mengurutkan, arah,
dan rumus matematis (Jordan, 1996).

Dari beberapa ciri-ciri jenis kesulitan belajar yang dialami siswa ini, dapat
membantu guru/konselor dalam mengidentifikasi kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa. Selain jenis-jenis yang telah disebutkan sebelumnya, masih
banyak lagi jenis kesulitan belajar yang dapat dialami oleh siswa dan ciri-ciri
yang menyertai kesulitan belajar tersebut.
BAB III

METODE

Praktik ini dilakukan di SMP Setiabudhi Semarang dengan populasi


sebanyak 12 kelas yang terdiri dari 4 kelas 7 (7A, 7B, 7C, dan 7D), 4 kelas 8
(8A, 8B, 8C, dan 8D), dan 4 kelas 9 (9A, 9B, 9C, dan 9D). Pada kesempatan
kali ini, penulis melakukan praktik di kelas 8C dengan populasi 32 siswa. Dan
yang menjadi sampel dalam penelitan ini adalah 2 orang siswa dari kelas 8C
SMP Setiabudhi yang didiagnosa mengalami kesulitan dalam bidang belajar.

Pada kesempatan kali ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam


mendiagnosa kesulitan belajar yang dialami oleh siswa SMP Setiabudhi
Semarang. Adapun metode yang digunakan diantaranya, leger, pedoman
observasi, pedoman wawancara, daftar cek masalah dan sosiometri.

A. Leger

Menurut KBBI daring, leger adalah daftar nilai asli siswa (sebelum
dipindahkan ke dalam buku laporan pendidikan). Fungsi dari leger siswa adalah
sebagai dokumentasi tentang peserta didik/siswa untuk mengatisipasi yang
terjadi untuk dikemudian hari. Misalnya ada peserta didik yang kehilangan
raport atau ijazah, maka pihak sekolah tidak akan repot untuk mencari
dokumentasi tentang peserta didik yang kehilangan raport/ijazahnya tadi. Leger
yang digunakan pada enelitian kali ini adalah leger siswa saat kelas 7, karena
siswa di SMP Setiabudhi tidak mengalami perubahan kelas saat berpindah dari
kelas 7 menuju ke kelas 8, sehingga dalam penggunaan leger siswa dapat
teridentifikasi dengan mudah. Untuk memudahkan mengetahui bentuk dari
leger yang digunakan pada praktik ini, dapat dilihat pada lampiran 1.

10
11

B. Pedoman Observasi

Observasi adalah proses pengamatan yang disertai dengan pemusatan


perhatian terhadap suatu obyek dan gejala-gejala yang perlu diamati. Observasi
harus dilakukan secara sistematis dan bertujuan. Ada beberapa bentuk
observasi, jika dilihat dari keterlibatan observer terhadap kegiatan yang sedang
dilakukan observee, observasi bisa dikelompokkan menjadi observasi
partisipan dan non-partisipan.

Observasi partisipan, yaitu apabila pihak yang melakukan obervasi


(observer) turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang dilakukan
oleh subyek yang sedang diobservasi (observee). Observasi non-partisipan,
yaitu bila observer tidak terlibat secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam
aktivitas yang sedang dilakukan oleh observee. Pedoman observasi dibuat,
untuk memudahkan observer atau dalam hal ini praktikan dalam mengobservasi
observee (siswa yang mengalami kesulitan belajar).

Dalam pembuatan pedoman obervasi ini, penulis menggunakan jenis


observasi partisipan. Observer mengamati secara langsung siswa yang
teridentifikasi mengalami kesulitan belajar melalui proses belajar mengajar
yang diikuti oleh siswa tersebut, untuk diamati perilaku apa saja yang
menunjukkan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar. Untuk
memudahkan mengetahui bentuk dari pedoman observasi yang digunakan pada
praktik ini, dapat dilihat pada lampiran 2.

C. Pedoman Wawancara

Wawancara didefinisikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara


tanya jawab lisan yang dilakukan secara sistematis guna mencapai tujuan
praktik. Pada umumnya interviu dilakukan oleh dua orang atau lebih, satu pihak
sebagai pencari data (interviewer) pihak lain sebagai sumber data (interviewee)
dengan memanfaatkan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar.
12

Interviu dipandang sebagai metode tanya jawab untuk menyelidiki pengalaman,


perasaan, motif serta motivasi rakyat.

Dalam pembuatan pedoman wawancara ini, interviewer atau dalam hal ini
praktikan melakukan wawancara kepada siswa yang teridentifakasi mengalami
kesulitan belajar dan juga wali kelas dari siswa tersebut. Untuk memudahkan
mengetahui bentuk dari pedoman wawancara yang digunakan pada praktik ini,
dapat dilihat pada lampiran 3.

D. Daftar Cek Masalah


Daftar cek dipandang sebagai instrumen psikometrik yang paling
sederhana, yang berisi kata-kata, kalimat atau pernyataan-pernyataan yang
berisi kegiatan-kegiatan atau pikiran-pikiran atau kegiatan individu yang
sedang menjadi fokus perhatian atau sedang diamati. Dengan daftar cek
memungkinkan pengamat meneliti seseorang secara sistematis dan obyektif dan
merekam hasil observasi tersebut secara cepat.
Beberapa macam daftar cek yang lazim digunakan yaitu :
1. Daftar cek perorangan
2. Daftar cek kelompok
3. Daftar cek dalam skala penilaian
4. Daftar cek masalah
5. Daftar cek terstandar dan tidak terstandar
Dalam kesempatan kali ini praktikan menggunakan jenis daftar cek masalah
berdasarkan analisis masalah yang berkaitan dengan belajar siswa, untuk
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dalam kaitannya
dengan masalah belajar siswa. Untuk memudahkan mengetahui bentuk dari
daftar cek masalah yang digunakan pada praktik ini, dapat dilihat pada lampiran
4.
13

E. Sosiometri
Sosiometri (sociometry) didefinisikan sebagai teknik untuk memetakan
relasi daya tarik dan daya tolak antar anggota dalam suatu kelompok. Hasil dari
pengungkapan relasi antar anggota kelompok lazim disajikan dalam bentuk peta
hubungan atau diagram yang lazim disebut “sosiogram” (Sutoyo, 2017). Alat
untuk mendapatkan materi sosiometri dengan menggunakan beberapa
pertanyaan yang berisi mengenai siapa yang disenangi (dipilih) dan siapa yang
tidak disenangi (ditolak) dari anggota kelompoknya.
Dalam kesempatan kali ini praktikan menggunakan sosiometri, untuk
mengetahui siswa yang disenangi dan siswa yang kurang disenangi dalam kelas
8C. Sosiometri ini dapat bermanfaat sebagai salah satu cara mengidentifikasi
apakah faktor dari kesulitan belajar yang dialami oleh siswa berkaitan dengan
hubungan sosialnya di dalam kelas. Untuk memudahkan mengetahui bentuk
dari sosiometri yang digunakan pada praktik ini, dapat dilihat pada lampiran 5.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kasus Kesulitan Belajar


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap siswa
di SMP Setiabudhi Semarang, menunjukkan terdapat beberapa siswa
terindentifikasi yang mengalami kesulitan belajar, adapun siswa yang
teridentifikasi megalami kesulitan belajar adalah FJA dan HRM.
1. Tahapan dalam Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam mendiagnosis kesulitan belajar memerlukan beberapa tahapan
yang harus dilalui, diantaranya :
a. Identifikasi Siswa Berkesulitan Belajar
Adapun identitas dari siswa yang mengalami kesulitan belajar
diantaranya
1) Siswa Pertama (FJA)
Nama : FJA
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 26 Desember 2005.
Agama : Kristen
Alamat : Jatisari RT. 4/ RW. 13,
Kelurahan Grisikdono, Semarang.
Riwayat Pendidikan : SDN Gisikdrono 3.
Nama Ayah : DW
Nama Ibu : PW
Pekerjaan : Pegawai swasta

2) Siswa Kedua (HRM)


Nama : HRM
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 6 Juni 2005
Agama : Islam

14
15

Alamat : Kumudasmoro Utara. IV RT.


4/ RW. 7, Kelurahan Bongsari, Semarang
Riwayat Pendidikan : SDN Salaman Mloyo
Nama Ayah : Sus
Nama Ibu : Sur
Pekerjaan : Pegawai swasta

b. Alasan Pemilihan Konseli


Alasan penulis memilih FJA dan HRM sebagai konseli dalam
kasus kesulitan belajar ini adalah, didasarkan oleh hasil analisis
leger yang telah dilakukan oleh penulis menyatakan, teridentifikasi
terdapat dua orang siswa yang memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata siswa di kelas 8C. Selain hal tersebut,
penulis juga memilih FJA dan HRM sebagai konseli, dengan alasan
kedua siswa tersebut mudah untuk diajak bekerjasama untuk
mendiagnosis kesulitan belajar yang dihadapinya.

2. Analisis

Tahap analisa dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi dan


data yang berkaitan dengan kesulitan belajar yang dialami siswa. Dalam proses
analisa dapat menggunakan berbagai instrument seperti leger, wawancara,
observasi, dan DCM. Berbagai informasi tentang siswa yang bersangkutan
dapat dicari baik melalui sumber primer maupun sekunder. Sumber primer
adalah konseli itu sendiri (siswa yang bersangkutan), sedangkan sumber
sekunder mencakup seluruh komponen yang berada di lingkungan konseli
(siswa yang berkesulitan belajar), contohnya orang tua, guru, saudara, maupun
teman.

Berdasarkan beberapa metode yang digunakan dalam praktik ini, adapun


hasil analisis dari metode tersebut adalah;
16

a. Analisis Leger

Dalam metode pertama yaitu menggunakan metode analisis leger.


Adapun leger yang digunakan oleh penulis dalam mengidentifikasi
siswa yang mengalami kesulitan belajar di kelas 8C berdasarkan hasil
nilai dari siswa saat di kelas 7. Adapun hasil analisis dari leger kelas 8C
adalah

Rata-Rata Nilai Siswa Kelas VIII C di SMP Setia Budhi


90
88
87
85 85 84
82 82
80
81 81 81 81 81 81 81
79 79 79 79 79 79 80
79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 80
79 79
78 78 78 78 77 77
77
75 76 75
74 74 74 74

70

65
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Rata-Rata Siswa Rata-Rata Kelas

Grafik 1

Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki
nilai terendah (di bawah rata-rata kelas) adalah siswa dengan absensi 1
yaitu ARPR (79), absensi 16 yaitu DWS (74), kemudian absensi 20
yaitu FJA (74), selanjutnya absensi 21 yaitu FA (74) dan absensi 22
yaitu HRM (74).

Berdasarkan analisis leger rata-rata nilai siswa 8C di SMP


Setiabudhi, maka teridentifikasi terdapat 2 siswa yang memiliki nilai
rata-rata rendah yaitu FJA dan HRM. Adapun grafik nilai dari FJA
adalah ;
17

NILAI FJA
Nilai Mapel Rata-Rata Kelas

100
80 79 79 79 79 82
79 79 79 79 84
79 79 79
75 76 71 77 75 71
70 65 70
60
40
20
0

Grafik 2

Dari grafik nilai mata pelajaran FJA, diketahui bahwa siswa


yang bersangkutan memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran
Matematika. Sedangkan grafik nilai dari HRM adalah ;

NILAI HRM
Nilai Mapel Rata-Rata Kelas

85
83
80 79 79 79 79 79 80
79 79 79 79 79 79
78
75 75
73 73 72
70 70 70 70 71

65
60

Grafik 3
18

Dari grafik nilai mata pelajaran HRM, diketahui bahwa


siswa yang bersangkutan memiliki nilai rendah dalam mata
pelajaran B. Indonesia, Matematika dan B. Inggris.

b. Analisis Hasil Wawancara Siswa dan Wali Kelas

Metode kedua yang digunakan oleh penulis dalam praktik diagnosis


kesulitan belajar siswa di SMP Setiabudhi ini menggunakan metode
wawancara. Wawancara dilakukan kepada wali kelas 8C, yaitu Bapak
Suyana, S.Pd., serta kepada siswa yang teridentifikasi mengalami
kesulitan belajar yaitu FJA dan HRM.

Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas 8C yaitu Bapak


Suyana, S.Pd., diketahui bahwa kedua siswa (FJA dan HRM) yang
teridentifikasi mengalami kesulitan belajar ini, memang dalam
kesehariannya ketika melakukan presentasi di depan kelas terlihat
mengalami kelemahan dalam hal tersebut. Kedua siswa tersebut juga
cukup merasa terganggu saat pembelajaran karena ramainya suasana
kelas. Ditambahkan oleh Bapak Suyana, S.Pd., sebelum melakukan
pembelajaran, guru mata pelajaran telah melakukan review terhadap
materi pada pembelajaran sebelumnya, namun jika siswa ditanyakan
mengenai review materi sebelumnya seringkali siswa tidak merespon
dengan baik hal tersebut. Terkait dengan fasilitas sekolah, Bapak
Suyana, S.Pd., menyatakan bahwa fasilitas terasa kurang memadai,
terutama di bidang media, karena tidak semua kelas menyediakan media
dan juga stopkontak, ukuran ruangan juga kurang mendukung. Untuk
hal kekondusifan siswa di sekolah, Bapak Suyana, S.Pd., menyatakan
bahwa siswa harus dikondusifkan terlebih dahulu oleh masing-masing
guru, jika guru tidak bisa mengkondusifkan kelas maka siswa tidak akan
kondusif, dan pembelajaran pun akan berjalan secara tidak kondusif.
Mengenai teman-teman disekitar siswa yang teridentifikasi mengalami
19

kesulitan belajar yang berkemungkinan menggagu proses pembelajaran,


Bapak Suyana, S.Pd., menyatakan kondisi siswa yang beragam sehingga
tidak semua siswa mengganggu proses belajar, dan subyek tidak merasa
terganggu dengan keadaan kelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pertama yang


teridentifikasi mengalami kesulitan belajar yaitu FJA, ditemukan hasil
bahwa FJA tidak menyukai mata pelajaran Bahasa Jawa, karena
dianggap sulit dipahami oleh FJA. Kemudian FJA tidak merasa takut
jika melakukan presentasi di depan kelas, dia merasa tidak malu untuk
melakukan hal tersebut. Selain itu FJA juga tidak merasakan masalah
terkait dengan kesehatannya, namun FJA jika duduk di bagian belakang
merasa tidak jelas dalam melihat materi yang sedang disampaikan di
depan kelas. FJA menambahkan bahwa dalam memahami materi FJA
merasa terkadang mudah memahami materi, namun terkadang sulit pula
dalam memahami materi, pelajaran yang sulit dipahami adalah
matematika. Untuk fasilitas sekolah FJA menyatakan bahwa tidak ada
yang kurang dan semuanya telah memadai untuk proses pembelajaran.
FJA merasa cukup terganggu dengan keramaian yang terjadi di dalam
kelas, namun FJA merasa teman-temannya dapat membantunya dengan
baik jika FJA mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu. Selain
itu FJA juga masih tinggal bersama kedua orang tuanya, dan jarak antara
sekolah dan rumah FJA dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 5
menit dengan kendaraan bermotor.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kedua yang


teridentifikasi mengalami kesulitan belajar yaitu HRM, ditemukan hasil
bahwa HRM tidak menyukai mata pelajaran Bahasa Jawa, karena
dianggap guru yang mengajar pada pelajaran tersebut cukup galak.
Kemudian HRM juga tidak merasa takut jika melakukan presentasi di
depan kelas, dia merasa tidak malu untuk melakukan hal tersebut. Selain
itu HRM juga tidak merasakan masalah terkait dengan kesehatannya,
20

dan terkait pengelihatannya HRM dapat melihat dengan jelas dalam


melihat materi yang sedang disampaikan di depan kelas. HRM
menambahkan bahwa dalam memahami materi HRM merasa terkadang
mudah memahami materi, namun terkadang sulit pula dalam memahami
materi, pelajaran yang sulit dipahami adalah matematika dan untuk
pelajaran yang dianggap mudah dipahami oleh HRM adalah PPKn dan
BK. Untuk fasilitas sekolah HRM menyatakan bahwa tidak ada yang
kurang dan semuanya telah memadai untuk proses pembelajaran. HRM
merasa cukup terganggu dengan keramaian yang terjadi di dalam kelas,
namun HRM merasa teman-temannya dapat membantunya dengan baik
jika FJA mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu dan HRM
tidak mengalami bully oleh teman-temannya. Selain itu FJA juga masih
tinggal bersama kedua orang tuanya, dan jarak antara sekolah dan rumah
FJA dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan kendaraan bermotor.

c. Analisis Hasil Observasi Siswa


Metode ketiga yang digunakan oleh penulis dalam praktik diagnosis
kesulitan belajar siswa di SMP Setiabudhi ini menggunakan metode
observasi. Observasi dilakukan kepada siswa yang teridentifikasi
mengalami kesulitan belajar yaitu FJA dan HRM saat mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas 8C.
Adapun hasil observasi yang dilakukan kepada FJA menunjukkan
bahwa, FJA terlihat tidak berminat dalam mengikuti pembelajaran di
dalam kelas. Selain itu belum terlihatnya rasa percaya diri pada diri FJA
saat pembelajaran berlangsung. FJA juga tampak tidak mengalami
gangguan yang terkait dengan kesehatannya (pengelihatan dan
pendengaran) pada saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil
observasi yang dilakukan kepada HRM menunjukkan bahwa, HRM
terlihat tidak berminat dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas,
namun mulai terlihatnya rasa percaya diri pada diri HRM saat
21

pembelajaran berlangsung dengan mencoba bertanya kepada guru yang


sedang mengajar saat itu mengenai hal yang kurang dipahaminya. HRM
juga tampak tidak mengalami gangguan yang terkait dengan
kesehatannya (pengelihatan dan pendengaran) pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Untuk keprofesionalan guru saat
pembelajaran sudah terlihat cukup baik. Dalam proses pembelajaran
terlihat fasilitas belajar belum sesuai dengan kebutuhan siswa, masih
tampak seadanya, dan masih kurang layaknya fasilitas pembelajaran
yang ada.

d. Analisis Sosiometri Siswa

Metode keempat yang digunakan oleh penulis dalam praktik


diagnosis kesulitan belajar siswa di SMP Setiabudhi ini menggunakan
metode sosiometri. Pemberian angket sosiometri dilakukan kepada
siswa kelas 8C, untuk mengetahui hubungan pertemanan sosial yang
terjadi di kelas 8C. Dengan sosiometri ini diharapkan, dapat diketahui
siswa mana yang memperoleh penerimaan baik dalam kelas, dan
mengetahui siswa mana yang mendapatkan penolakan dalam kelas.

Adapun hasil sosiometri yang didapatkan dari kelas 8C, diketahui


bahwa siswa yang mendapatkan penerimaan tinggi di kelas (disenangi
oleh siswa) adalah siswa dengan nomer absen 29, yaitu NNA dengan
jumlah yang memilih sebanyak 9 siswa. Sedangkan siswa yang
mengalami penolakan di dalam kelas (tidak disenangi oleh siswa) adalah
siswa dengan nomor absen 7, yaitu Asi dengan jumlah yang menolak
sebanyak 6 siswa. Dari 32 siswa dalam kelas 8C terdapat 3 orang siswa
menuliskan nama temannya selain yang berada dalam kelas, dan 5 siswa
yang tidak mengisi angket sosiometri. Sedangkan untuk FJA dan HRM
tidak mengalami penolakan namun juga tidak menjadi orang yang
dipilih oleh teman-temannya, hal ini dapat dikatakan bahwa FJA dan
HRM kurang dalam hubungan dengan teman-teman yang ada di kelas
22

8C. Namun hal tersebut juga pertanda bahwa HRM dan FJA tidak
memiliki masalah yang berkaitan dengan pertemanan dengan teman-
teman di kelasnya.

e. Analisis Hasil DCM Siswa

Metode keempat yang digunakan oleh penulis dalam praktik


diagnosis kesulitan belajar siswa di SMP Setiabudhi ini menggunakan
metode DCM. DCM diberikan kepada siswa yang teridentifikasi
mengalami kesulitan belajar yaitu FJA dan HRM.

Adapun analisis DCM per-Individu Per-Topik Masalah adalah


sebagai berikut.

Masalah
Kode siswa L/P Mn Nm %
1 2 3 4 5 6
A (FJA) P 6 4 16 4 2 0 32 75 43%
B (HRM) P 4 2 15 5 2 0 28 75 37%
Jumlah 10 6 31 9 4 0
Tabel 1

Keterangan

1. Masalah dengan keluarga


2. Masalah dengan teman
3. Masalah dengan pelajaran
4. Masalah dengan guru
5. Masalah dengan kesehatan
6. Masalah berkaitan dengan hobi

Dari grafik di atas bisa diketahui dengan cepat dapat diketahui


dengan cepat, bahwa masalah yang menonjol dihadapi oleh 2 siswa
kelas 8C, berturut-turut dari yang paling menonjol adalah: (1)
Masalah dengan pelajaran, (2) Masalah dengan keluarga, (3)
23

Masalah dengan guru, (4) Masalah dengan teman, (5) Masalah


dengan kesehatan, (6) Masalah dengan hobi.

3. Sintesis

Tahap sintesa dilakukan dengan membuat deskripsi mengenai kesulitan


belajar yang dialami siswa. Dalam tahap ini, konselor membuat uraian yang
dikembangkan berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari pelaksanaan
tahap analisa. Sintesa dapat dilakukan dengan cara menghubung hubungkan,
merangkum, dan melihat pola perilaku dari data yang diperoleh sehingga
menghasilkan gambaran yang bermakna tentang kesulitan belajar yang dialami
siswa.

Berdasarkan analisis siswa yang berkesulitan belajar diatas, teridentifikasi


FJA memiliki ciri-ciri kurangnya minat terhadap mata pelajaran yang terlihat
dalam proses pembelajaran kurang aktifnya FJA dalam pembelajaran. Selain itu
kurangnya rasa percaya diri pada FJA dan ketika melakukan presentasi di depan
kelas FJA merasa gugup. Selain itu FJA cukup mengalami masalah dalam hal
pelajaran yang berkaitan dengan kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran di sekolah. Adapun faktor yang teridentifikasi dari kesulitan
belajar yang dialami oleh FJA adalah faktor yang berkaitan dengan kejiwaan
yang ada pada sisi internal siswa, antara lain:

a. Minat terhadap mata pelajaran kurang


b. Motif belajar rendah
c. Rasa percaya diri kurang

Berdasarkan analisis siswa yang berkesulitan belajar diatas, teridentifikasi


HRM memiliki ciri-ciri kurangnya minat terhadap mata pelajaran yang terlihat
dalam proses pembelajaran kurang aktifnya HRM dalam pembelajaran. Selain
itu rasa percaya diri pada HRM cukup baik dan ketika melakukan presentasi di
depan kelas HRM tidak merasa gugup. Selain itu HRM juga cukup mengalami
masalah dalam hal pelajaran yang berkaitan dengan kesulitan dalam
24

memahami materi pembelajaran di sekolah. Adapun faktor yang teridentifikasi


dari kesulitan belajar yang dialami oleh HRM adalah faktor yang berkaitan
dengan kejiwaan yang ada pada sisi internal siswa, antara lain:

a. Minat terhadap mata pelajaran kurang


b. Motif belajar rendah

4. Diagnosis

Diagnosa merupakan salah satu proses dalam praktik ini. Diagnosa


bertujuan : Untuk mengetahui lokasi kesulitan belajar, untuk mengetahui jenis
kesulitannya dan untuk mengetahui latar belakang kesulitannya (Tijan, 2000).

Berdasarkan hasil analisis serta sintesis yang dilakukan, maka didapatkan


bahwa siswa mengalami kesulitan belajar berupa kurangnya motivasi dalam
belajar. Hasil diagnosis ini berlaku untuk FJA dan juga HRM, karena keduanya
memiliki hasil sintesa yang hampir sama. Masalah yang dihadapi oleh kedua
siswa ini berkaitan dengan motivasi yang rendah pada diri siswa untuk
mengikuti pembelajaran sehingga banyak mempengaruhi dalam permasalahan
pelajaran yang terjadi di sekolah.

5. Prognosis

Tahap prognosa dilakukan dengan menyususn serangkaian prediksi apabila


masalah atau kesulitan belajar yang dialami konseli tetap berlanjut. Penyusunan
prognosa merupakan proses yang penting karena diharapkan dengan
mengetahui dampak di masa mendatang, kesulitan belajar yang dialami siswa
akan dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk berubah. Untuk itu, prognosa
harus dibuat secara signifikan dan relevan dengan kesulitan belajara yang
dialami siswa.
25

Pada permasalahan yang diteliti saat ini, prognosis yang didapatkan antara
lain:

a. jika kedua siswa tersebut tidak segera ditangani dengan baik, maka akan
berakibat pada nilai siswa yang tidak mencapai kemaksimalan dan juga
semangat belajar yang terus menurun yang nantinya dapat berakibat pada
ketidakinginan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas,
b. jika siswa sudah tidak ingin mengikuti pembelajaran di kelas dapat
mengakibatkan siswa tidak hadir di sekolah tanpa keterangan yang jelas,
c. siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, nantinya akan mengganggu
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas yang dapat
mengakibatkan teman-temannya menjauh dari siswa tersebut, dan
d. jika terus dibiarkan maka prestasi belajar kedua siswa tersebut akan
menurun dan dapat mengakibatkan nilai yang diperoleh tidak
memuaskan serta tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya.

6. Rencana Pemberian Bantuan

Rencana pemberian bantuan menurut Tijan (2000) memiliki tujuan untuk


memberikan bantuan kepada para siswa agar dapat mengatasi kesulitannya
sendiri (belajar) agar supaya siswa-siswa tersebut dapat mencapai hasil yang
optimal dan penyesuaian yang sehat. Adapun rencana pemberian bantuan yang
digunakan pada praktik ini diantaranya dengan secara individu, kelompok dan
juga klasikal.

a. Rencana pemberian bantuan secara individu


Rencana pemberian bantuan secara individu yang dapat
dilakukan untuk FJA dan HRM, dapat berupa pengajaran remedial
pada beberapa mata pelajaran yang mendapatkan nilai masih di
bawah rata-rata terutama pada mata pelajaran matematika, karena
berdasarkaan hasil analisis leger ditemukan bahwa FJA dan HRM
26

mendapatkan nilai terendah pada mata pelajaran matematika. Selain


ini untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran bagi FJA dan
juga HRM, guru dapat memberikan penguatan (reinforcement)
kepada kedua siswa tersebut, baik dengan kata-kata yang dapat
memotivasi maupun pemberian hadiah jika mereka telah melakukan
suatu hal yang baik dan mengalami peningkatan dari sebelumnya.
b. Rencana pemberian bantuan secara kelompok
Rencana pemberian bantuan secara kelompok yang dapat
dilakukan untuk FJA dan HRM, dapat berupa bimbingan kelompok
yang dapat berkelanjutan sebagai wadah diskusi FJA dan HRM
dengan siswa lain yang memiliki nilai lebih baik dari FJA dan HRM.
Bimbingan kelompok yang dapat diberikan kepada FJA dan HRM
berkaitan dengan upaya meningkatkan motivasi serta kepercayaan
diri dari FJA dan HRM dengan melibatkan pula siswa-siswa yang
mempunyai nilai cukup tinggi di kelas serta yang memiliki motivasi
belajar yang baik. Kemudian setelah bimbingan kelompok tersebut
selesai, dapat berlanjut menjadi kelompok belajar sehingga dapat
membantu FJA dan HRM untuk termotivasi dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas.
c. Rencana pemberian bantuan secara klasikal
Rencana pemberian bantuan secara klasikal yang dapat
dilakukan untuk FJA dan HRM, yaitu dengan pemberian layanan
pada bidang belajar. Topik yang dapat dibahas dalam bimbingan
klasikal tersebut adalah belajar efektif untuk persiapan ujian, dengan
tujuan agar siswa dapat mempersiapkan ujian secara efektif agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun metode yang digunakan
pada bimbingan klasikal ini adalah project based learning, yang
diharapkan siswa dapat berdiskusi dengan teman-temannya
mengenai cara belajar yang efektif untuk persiapan ujian dan
kemudian mempresentasikan hasil diskusinya pada media yang
menarik di depan kelas. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
27

rencana pelaksanaan layanan klasikal yang akan diberikan, dapat


dilihat pada lampiran 6.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Setiabudhi mengenai


kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik, diketahui bahwa FJA dan
HRM mengalami kurangnya motivasi dalam belajar. Hal tersebut dapat terlihat
dari kurang bersemangatnya kedua siswa tersebut dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, sehingga berdampak kepada kurangnya prestasi nilai yang
diperoleh oleh FJA dan HRM. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Abin S (2002) yang menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar adalah berkaitan dengan faktor internal yang dalam
hal ini berkaitan dalam faktor kejiwaan yaitu motif belajar yang rendah. Motif
belajar siswa dapat mempengaruhi proses belajar mengajar pada siswa, jika
proses belajar mengajar siswa mengalami gangguan maka akan berpengaruh
pada hasil belajar dari siswa tersebut.

FJA dan HRM tidak mengalami masalah yang berkaitan dengan teman atau
sosialnya, karena FJA dan HRM merasa teman-temannya banyak membantu
mereka dalam pembelajaran, juga bersosialisasi di kelas. Memang FJA dan
HRM kadang merasa terganggu dengan keramaian yang ditimbulkan oleh
teman-temannya, sehingga cukup mengganggu saat proses pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan hasil sosiometri yang didapatkan ternyata FJA dan
HRM tidak dipilih oleh siswa-siswa yang ada di kelas, hal ini menandakan
kurangnya sosialisasi FJA dan HRM di kelas namun dapat dikatakan pula FJA
dan HRM tidak mengalami penolakan atau dijauhi oleh teman-teman di
kelasnya. Selain itu FJA dan HRM juga tidak mengalami masalah yang
berkaitan dengan kesehatan, baik yang berkaitan dengan indra pendengaran
maupun penglihatan yang dapat mengganggu saat proses belajar mengajar.
28

Berdasarkan hasil diatas, seharusnya FJA dan HRM dapat mengurangi


bahkan terlepas dari kesulitan belajarnya yang berkaitan dengan kurangnya
motivasi belajar. Dengan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari
pihak guru, terutama guru BK, FJA dan HRM dapat mengatasi kesulitan belajar
yang dihadapinya yang berkaitan dengan kurangnya motivasi belajar dengan
baik.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu FJA dan HRM dalam
mengatasi kurangnya motivasi belajar. Hal yang dapat dilakukan diantaranya ;
jika FJA dan HRM mendapatkan nilai yang masih di bawah rata-rata dalam
suatu atau beberapa mata pelajaran, maka dapat diberikan program remedial
untuk membantu siswa dalam memperbaiki hasil nilai yang sebelumnya. Selain
itu dapat diberikan bimbingan kelompok dengan bantuan dan dukungan dari
teman-teman FJA dan HRM, sehingga dapat mengembalikan motivasi belajar
dari FJA dan HRM. Dan cara terakhir adalah dengan memberikan bimbingan
klasikal, salah satu topik yang dapat diangkat dalam bimbingan klasikal adalah
belajar efektif untuk persiapan ujian, karena dimungkinkan salah satu penyebab
rendahnya nilai dari FJA dan HRM adalah karena kurangnya persiapan dalam
menghadapi ujian, sehingga topik tersebut dapat digunakan dalam upaya
bantuan untuk FJA dan HRM dalam meningkatkan motivasi belajar FJA dan
HRM.

Dengan upaya bantuan yang diberikan kepada FJA dan HRM baik secara
pribadi, kelompok, maupun klasikal, diharapkan dapat membantu FJA dan
HRM dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Jika motivasi belajar FJA dan
HRM telah meningkat maka diharapkan FJA dan HRM dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik dan juga mendapatkan hasil nilai yang baik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam belajar siswa tidak hanya mengalami suatu proses yang berkaitan
dengan pengalaman siswa dan pemberian informasi yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didik, namun belajar juga merupakan suatu proses yang dapat
terjadi fase terbaik dan juga fase sulit yang dialami siswa maupun guru.
Menurut Tim dosen PPB UNY (2000) dalam bukunya, kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk hasil belajar.

a. Faktor Penyebab Siswa Mengalami Kesulitan Belajar


Faktor yang menyebabkan siswa dapat mengalami kesulitan belajar
berasal dari faktor internal dan eksternal dari diri siswa. Faktor-faktor
penyebab ini tentunya dapat menjadi sebuah tanda bagi siswa maupun
guru/konselor dalam mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa.
b. Tahapan dalam Diagnosis Siswa Kesulitan Belajar
Dalam mendiagnosis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dapat
dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu dimulai dari menganalisis
berbagai metode yang digunakan oleh penulis (leger, pedoman
observasi, pedoman wawancara, sosiometri, dan daftar cek masalah)
untuk membantu penulis dalam mengidentifikasi faktor penyebab
kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kemudian dengan melakukan
sintesis dan dilanjutkan dengan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa, kemudian mengetahui prognosis dari hasil
diagnosis tersebut, dan terakhir merencanakan pemberian bantuan
untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

29
30

c. Rekomendasi yang Diberikan Kepada Siswa Kesulitan Belajar


Berdasarkan hasil praktik yang dilakukan di kelas 8C SMP
Setiabudhi, ditemukan terdapat 2 orang siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Adapun kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa
tersebut berkaitan dengan kurangnya motivasi dalam belajar yang dapat
mengganggu siswa dalam proses pembelajarannya. Upaya bantuan
yang dapat diberikan kepada dua siswa tersebut diantaranya program
remedial pada beberapa mata pelajaran yang mendapatkan nilai rendah,
kemudian bimbingan kelompok yang didukung oleh teman-teman dari
siswa tersebut dan bimbingan secara klasikal untuk mempersiapkan
ujian secara efektif untuk membantu siswa dalam meningkatkan
motivasi belajarnya.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan pada kesempatan ini diantaranya :

1. Siswa dapat mengetahui tentang kesulitan belajar yang dialaminya dan


berupaya untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
2. Praktikan dapat mempelajari lebih jauh mengenai masalah kesulitan
belajar yang dialami siswa dan dapat membantu dalam mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
3. Guru BK/ Konselor dapat mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa dan melakukan upaya tindak lanjut untuk menangani masalah
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
Daftar Pustaka

FIP, Tim Dosen PPB. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah.
Yogyakarta. UNY PRESS.

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Nuha Litera.

Sutoyo, Anwar. 2011. Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsuddin Makmun, Abin. 2001. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda


Karya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai