Disusun Oleh
Nama : Halimatus Sa’diyah
NIM : 1301417003
Rombel :2
`Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktik
Bimbingan dan Konseling Belajar, tanpa melakukan tindakan plagiarisme yang
disusun oleh:
NIM : 1301417003
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan penulis kekuatan
dan kesempatan untuk menyusun Laporan Praktikum Bimbingan dan Konseling di
SMP Setiabudhi Semarang.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini, diantaranya kepada:
1. Dra. Ninik Setyowani, M.Pd dan Muslikah, S.Pd, M.Pd Pd sebagai dosen
pengampu Mata Kuliah Praktik Bimbingan dan Konseling.
2. Pihak Sekolah SMP Setiabudhi Semarang.
3. Siswa Kelas 8C SMP Setiabudhi Semarang.
4. Seluruh rekan di Rombel 2 Semester 3 Jurusan BK FIP UNNES.
5. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap portofolio ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya. Dan
akhir kata, penulis meminta maaf jika dalam laporan ini terdapat kekurangan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Leger ................................................................................................... 10
B. Pedoman Observasi ............................................................................ 11
C. Pedoman Wawancara ........................................................................ 11
D. Daftar Cek Masalah ........................................................................... 12
E. Sosiometri ........................................................................................... 13
iv
3. Sintesis ..................................................................................... 23
4. Diagnosis ................................................................................. 24
5. Prognosis ................................................................................. 24
6. Rencana Pemberian Bantuan ............................................... 25
B. Pembahasan .................................................................................. 27
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................... 30
Daftar Pustaka
Lampiran
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada pembahasaan laporan ini adalah :
1
2
a. Di Sekolah
b. Di Kampus
1) Tempat : A2-102
2) Hari, tanggal : Jum’at, 13 Oktober 2018
3) Pukul : 08.00 – 08.30
4) Observer : 1. Zulfa Mawadah
2. M. Dwi Arfani
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam belajar siswa tidak hanya mengalami suatu proses yang berkaitan
dengan pengalaman siswa dan pemberian informasi yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didik, namun belajar juga merupakan suatu proses yang dapat
terjadi fase terbaik dan juga fase sulit yang dialami siswa maupun guru.
Menurut Tim dosen PPB UNY (2000) dalam bukunya, kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk hasil belajar.
Diagnosis kesulitan belajar diperlukan oleh guru dan juga konselor untuk
dapat mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa yang berkaitan dengan
belajarnya. Hal ini juga diperlukan untuk membantu guru dan juga konselor
dalam mengambil langkah penanganan, maupun pencegahan dari masalah
kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Diagnosis kesulitan belajar menjadi salah
satu cara yang dilakukan oleh guru maupun konselor untuk menangani dan
meminimalisir hal-hal yang dapat mengganggu belajar siswa.
4
5
4. Faktor suasana, misalnya suasana rumah gaduh, ramai, rumah dekat jalan
cukup ramai dan sebagainya.
5. Faktor lingkungan sekolah, misalnya bahan pelajaran, metode guru mengajar
tak memuaskan, pengaruh kawan-kawan yang tak baik (negatif)
6. Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, misalnya situasi keluarga yang
tak menguntungkan anak dalam belajar, begitu pula lingkungan
masyarakatnya.
1. Faktor Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Faktor Kejiwaan, antara lain
1) Minat terhadap mata pelajaran kurang
2) Motif belajar rendah
3) Rasa percaya diri kurang
4) Disiplin pribadi rendah
5) Sering meremehkan persoalan
6) Sering mengalami konflik psikis
7) Integritas kepribadian lemah
b. Faktor Kejasmanian
1) Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit)
2) Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan
3) Adanya gangguan pada fungsi indra
4) Kelelahan secara psikis
2. Faktor Eksternal, adalah faktor yang berada atau berasal dari luar diri siswa.
Faktor ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Faktor Instrumental
7
10. Tidak dapat menciptakan dan memiliki pedoman kerja sendiri, serta kurang
memiliki kesanggupan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat.
11. Kurang mempunyai daya cipta (kreativitas).
12. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menguraikan, menganalisis atau
memecahkan suatu persoalan atau berfikir kritis.
13. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menggunakan proses mental yang
tinggi. (Herniyanto dan Triyono, Tanpa Tahun)
Dari beberapa ciri-ciri jenis kesulitan belajar yang dialami siswa ini, dapat
membantu guru/konselor dalam mengidentifikasi kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa. Selain jenis-jenis yang telah disebutkan sebelumnya, masih
banyak lagi jenis kesulitan belajar yang dapat dialami oleh siswa dan ciri-ciri
yang menyertai kesulitan belajar tersebut.
BAB III
METODE
A. Leger
Menurut KBBI daring, leger adalah daftar nilai asli siswa (sebelum
dipindahkan ke dalam buku laporan pendidikan). Fungsi dari leger siswa adalah
sebagai dokumentasi tentang peserta didik/siswa untuk mengatisipasi yang
terjadi untuk dikemudian hari. Misalnya ada peserta didik yang kehilangan
raport atau ijazah, maka pihak sekolah tidak akan repot untuk mencari
dokumentasi tentang peserta didik yang kehilangan raport/ijazahnya tadi. Leger
yang digunakan pada enelitian kali ini adalah leger siswa saat kelas 7, karena
siswa di SMP Setiabudhi tidak mengalami perubahan kelas saat berpindah dari
kelas 7 menuju ke kelas 8, sehingga dalam penggunaan leger siswa dapat
teridentifikasi dengan mudah. Untuk memudahkan mengetahui bentuk dari
leger yang digunakan pada praktik ini, dapat dilihat pada lampiran 1.
10
11
B. Pedoman Observasi
C. Pedoman Wawancara
Dalam pembuatan pedoman wawancara ini, interviewer atau dalam hal ini
praktikan melakukan wawancara kepada siswa yang teridentifakasi mengalami
kesulitan belajar dan juga wali kelas dari siswa tersebut. Untuk memudahkan
mengetahui bentuk dari pedoman wawancara yang digunakan pada praktik ini,
dapat dilihat pada lampiran 3.
E. Sosiometri
Sosiometri (sociometry) didefinisikan sebagai teknik untuk memetakan
relasi daya tarik dan daya tolak antar anggota dalam suatu kelompok. Hasil dari
pengungkapan relasi antar anggota kelompok lazim disajikan dalam bentuk peta
hubungan atau diagram yang lazim disebut “sosiogram” (Sutoyo, 2017). Alat
untuk mendapatkan materi sosiometri dengan menggunakan beberapa
pertanyaan yang berisi mengenai siapa yang disenangi (dipilih) dan siapa yang
tidak disenangi (ditolak) dari anggota kelompoknya.
Dalam kesempatan kali ini praktikan menggunakan sosiometri, untuk
mengetahui siswa yang disenangi dan siswa yang kurang disenangi dalam kelas
8C. Sosiometri ini dapat bermanfaat sebagai salah satu cara mengidentifikasi
apakah faktor dari kesulitan belajar yang dialami oleh siswa berkaitan dengan
hubungan sosialnya di dalam kelas. Untuk memudahkan mengetahui bentuk
dari sosiometri yang digunakan pada praktik ini, dapat dilihat pada lampiran 5.
BAB IV
14
15
2. Analisis
a. Analisis Leger
70
65
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Grafik 1
Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki
nilai terendah (di bawah rata-rata kelas) adalah siswa dengan absensi 1
yaitu ARPR (79), absensi 16 yaitu DWS (74), kemudian absensi 20
yaitu FJA (74), selanjutnya absensi 21 yaitu FA (74) dan absensi 22
yaitu HRM (74).
NILAI FJA
Nilai Mapel Rata-Rata Kelas
100
80 79 79 79 79 82
79 79 79 79 84
79 79 79
75 76 71 77 75 71
70 65 70
60
40
20
0
Grafik 2
NILAI HRM
Nilai Mapel Rata-Rata Kelas
85
83
80 79 79 79 79 79 80
79 79 79 79 79 79
78
75 75
73 73 72
70 70 70 70 71
65
60
Grafik 3
18
8C. Namun hal tersebut juga pertanda bahwa HRM dan FJA tidak
memiliki masalah yang berkaitan dengan pertemanan dengan teman-
teman di kelasnya.
Masalah
Kode siswa L/P Mn Nm %
1 2 3 4 5 6
A (FJA) P 6 4 16 4 2 0 32 75 43%
B (HRM) P 4 2 15 5 2 0 28 75 37%
Jumlah 10 6 31 9 4 0
Tabel 1
Keterangan
3. Sintesis
4. Diagnosis
5. Prognosis
Pada permasalahan yang diteliti saat ini, prognosis yang didapatkan antara
lain:
a. jika kedua siswa tersebut tidak segera ditangani dengan baik, maka akan
berakibat pada nilai siswa yang tidak mencapai kemaksimalan dan juga
semangat belajar yang terus menurun yang nantinya dapat berakibat pada
ketidakinginan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas,
b. jika siswa sudah tidak ingin mengikuti pembelajaran di kelas dapat
mengakibatkan siswa tidak hadir di sekolah tanpa keterangan yang jelas,
c. siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, nantinya akan mengganggu
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas yang dapat
mengakibatkan teman-temannya menjauh dari siswa tersebut, dan
d. jika terus dibiarkan maka prestasi belajar kedua siswa tersebut akan
menurun dan dapat mengakibatkan nilai yang diperoleh tidak
memuaskan serta tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya.
B. Pembahasan
FJA dan HRM tidak mengalami masalah yang berkaitan dengan teman atau
sosialnya, karena FJA dan HRM merasa teman-temannya banyak membantu
mereka dalam pembelajaran, juga bersosialisasi di kelas. Memang FJA dan
HRM kadang merasa terganggu dengan keramaian yang ditimbulkan oleh
teman-temannya, sehingga cukup mengganggu saat proses pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan hasil sosiometri yang didapatkan ternyata FJA dan
HRM tidak dipilih oleh siswa-siswa yang ada di kelas, hal ini menandakan
kurangnya sosialisasi FJA dan HRM di kelas namun dapat dikatakan pula FJA
dan HRM tidak mengalami penolakan atau dijauhi oleh teman-teman di
kelasnya. Selain itu FJA dan HRM juga tidak mengalami masalah yang
berkaitan dengan kesehatan, baik yang berkaitan dengan indra pendengaran
maupun penglihatan yang dapat mengganggu saat proses belajar mengajar.
28
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu FJA dan HRM dalam
mengatasi kurangnya motivasi belajar. Hal yang dapat dilakukan diantaranya ;
jika FJA dan HRM mendapatkan nilai yang masih di bawah rata-rata dalam
suatu atau beberapa mata pelajaran, maka dapat diberikan program remedial
untuk membantu siswa dalam memperbaiki hasil nilai yang sebelumnya. Selain
itu dapat diberikan bimbingan kelompok dengan bantuan dan dukungan dari
teman-teman FJA dan HRM, sehingga dapat mengembalikan motivasi belajar
dari FJA dan HRM. Dan cara terakhir adalah dengan memberikan bimbingan
klasikal, salah satu topik yang dapat diangkat dalam bimbingan klasikal adalah
belajar efektif untuk persiapan ujian, karena dimungkinkan salah satu penyebab
rendahnya nilai dari FJA dan HRM adalah karena kurangnya persiapan dalam
menghadapi ujian, sehingga topik tersebut dapat digunakan dalam upaya
bantuan untuk FJA dan HRM dalam meningkatkan motivasi belajar FJA dan
HRM.
Dengan upaya bantuan yang diberikan kepada FJA dan HRM baik secara
pribadi, kelompok, maupun klasikal, diharapkan dapat membantu FJA dan
HRM dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Jika motivasi belajar FJA dan
HRM telah meningkat maka diharapkan FJA dan HRM dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik dan juga mendapatkan hasil nilai yang baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam belajar siswa tidak hanya mengalami suatu proses yang berkaitan
dengan pengalaman siswa dan pemberian informasi yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didik, namun belajar juga merupakan suatu proses yang dapat
terjadi fase terbaik dan juga fase sulit yang dialami siswa maupun guru.
Menurut Tim dosen PPB UNY (2000) dalam bukunya, kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk hasil belajar.
29
30
B. Saran
FIP, Tim Dosen PPB. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah.
Yogyakarta. UNY PRESS.