Anda di halaman 1dari 4

ProsedurdanTeknikKonseling

Realitas
Sistem WDEP

Wubbolding sebagai seorang jurubicara terkemuka konseling


realitas mengemukakan prosedur konseling realitas dengan
sistem WDEP, yang terdiri empat tahap, yakni:

W wants (keinginan, kebutuhan, dan persepsi konseli)

Pada tahap Wants, konselor mengidentifikasi apa yang


diinginkan konseli dalam kehidupan dengan mengajukan
pertanyaan seperti Apa yang kamu inginkan? (dari belajar,
keluarga, teman-teman, dan lain-lain).

D doing (apa yang dilakukan konseli dan arah yang dipilih


dalam hidupnya)

Pada tahap Doing ini, konselor membantu konseli


mengidentifikasi apa yang dilakukannya dalam mencapai
tujuan yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan
antara lain Apa yang kamu lakukan? dan mengidentifikasi
arah hidupnya dengan mengajukan pertanyaan Jika kamu
terus menerus melakukan apa yang kamu lakukan sekarang,
akan ke mana kira-kira arah hidupmu?
E evaluation (melakukan evaluasi terhadap apa yang
dilakukan akhir-akhir ini)

Pada tahap Evaluation ini, konselor membantu konseli


melakukan penilaian diri untuk menentukan keefektivan apa
yang dilakukan bagi pencapaian kebutuhannya. Untuk itu,
konselor dapat menggunkan pertanyaan antara lain Apakah
yang kamu lakukan akhir-akhir ini dapat membantumu
memenuhi keinginanmu?

P planning (membuat rencana perubahan perilaku)

Pada tahap Planning ini, konselor membantu konseli


merencanakan pengubahan tingkah laku yang lebih
bertanggung jawab bagi pencapaian kebutuhannya.
Perencanaan dibuat berdasarkan hasil evaluasi perilaku pada
tahap sebelumnya. Dalam tahap tersebut, konselor dapat
mengajukan pertanyaan misalnya, Apa yang akan kamu
lakukan agar dapat memenuhi keinginanmu? Agar rencana
tersebut efektif maka perencanan tindakan yang dibuat
berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai, terukur,
segera, dan terkendalikan oleh konseli.

Teknik-Teknik Konseling

Konselor yang berorientasi konseling realitas cenderung


eklektik dalam menggunakan teknik-teknik konseling. Namun,
ada beberapa teknik yang acapkali digunakan konselor
tersebut untuk membantu konseli dalam proses konseling.
Teknik-teknik tersebut adalah:
(1) melakukan permainan peran (role playing) dengan
konseli,
(2) menggunakan humor, untuk menghadirkan suasana yang
segar dan rileks,
(3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
(4) tidak menerima alasan-alasan tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab,
(5) berperan sebagai model dan guru,
(6) menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan
konseling,
(7) melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup
yang lebih efektif,
(8) mengkonfrontasikan tingkah laku konseli yang tidak
realistis, misalkan dengan kejutan verbal berupa sindiran atau
ejekan,
(9) memberikan pekerjaan rumah untuk dilaksanakan konseli
pada waktu antara pertemuan satu dengan lainnya,
(10), meminta konseli membaca artikel/bacaan tertentu yang
relevan dengan masalah yang dihadapinya,
(11) membuat kesepakatan sebagai kontrak antara konselor
dan konseli,
(12) memberikan tekanan tentang pentingnya tanggung jawab
konseli dalam membuat pilihan perilakunya dalam mencapai
keinginannya,
(13) debat konstruktif,
(14) dukungan terhadap pelaksanaan rencana konseli, dan
(15) pengungkapan diri konselor dalam proses konseling.

Anda mungkin juga menyukai