Anda di halaman 1dari 30

Terapi Realitas

Sarah Talita Primadani


1823021002
Konsep Teori
• Terapi realitas (Reality therapy) adalah pendekatan kombinasi
psikoterapi dan konseling.

• Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku
sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain.
Konsep Teori
• Terapi realitas ini didasarkan pada teori yang menekankan bahwa
manusia merupakan makhluk sosial dan setiap perilaku yang
dikerjakan ada tujuannya.

• Perilaku dipandang sebagai pilihan, dan penggunaan secara luas untuk


terapi konseling, evaluasi serta pendidikan dimana terapi realitas
berusaha untuk menghindari pemaksaan dan hukuman serta
mengajarkan tanggung jawab (Wubbolding, 2002).
Tokoh
Dr. William Glasser, M.D. lahir di Cleveland,
Ohio pada tanggal 11 Mei 1925. Dia awalnya
belajar Teknik Kimia, tapi masuk ke psikiatri
ketika dia menyadari psikologi adalah minat
sebenarnya. Glasser berkuliah di Case
Western Reserve University di Cleveland, dia
mempelajari tentang psikologi klinis,
memperoleh gelar BS dan MA, dan akhirnya
gelar MD di bidang psikiatri pada tahun 1953.
Beliau menyelesaikan pelatihan psikiatrisnya di Los Angeles,
California di UCLA dan Pusat Administrasi Veteran antara tahun 1954
dan 1957. Setelah sekolah kedokteran di Case Western Reserve
University di Cleveland, dia pindah ke Los Angeles. Pelatihan
psikiatrisnya dari tahun 1954 hingga 1957 dilakukan di UCLA dan
Rumah Sakit Administrasi Veteran di Los Angeles Barat. Pada tahun
1961, dia mendapat Sertifikasi Dewan di bidang Psikiatri. Dia
mempertahankan praktik pribadi di Los Angeles Barat dari tahun 1957
hingga 1986, dan melanjutkan keterlibatannya dalam psikiatri
komunitas selama dua puluh tahun berikutnya.
Reality Therapy sebagai salah satu pendekatan dalam
konseling individual dan konseling kelompok yang
pertama kali dikembangkan oleh William Glesser
(1962). Dalam proses konselingnya, dipengaruhi oleh
suatu pandangan tentang manusia.
Pandangan Tentang Manusia
1. Manusia adalah makhluk rasional (Rational Being).
2. Manusia memiliki potensi dan dorongan untuk belajar dan tumbuh
(growih force).
3. Manusia memiliki kebutuhan dasar (basic needs).
4. Manusia mempunyai motivasi dasar untuk mendapat identitas diri
yang sukses (Suc-ces Identity).
5. Manusia selalu menilai tingkah lakunya.
6. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia terikat prinsip 3 R
(responsibility, reality, dan right)
5 Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan cinta dan rasa
01 memiliki 04 Kesenangan (fun)
(love and belonging)

Kebutuhan akan kekuasaan dan


Kebutuhan untuk hidup
02 prestasi 05 (survive)
(power or achievement)

03 Kebebasan (freedom)
Prinsip 3R
1. Right (mempelajari apa yang benar)
2. Responsibility (bertingkah laku secara
bertanggung jawab)
3. Reality (memahami serta menghadapi
kenyataan)
Konsep pribadi sehat
■ Dapat mengembangkan identitas sukses.
■ Dapat memenuhi kebutuhan dasarnya; tanpa mengabaikan
prinsip 3R (right, reality, responsibility), bertanggungjawab,
tidak merugikan orang lain serta mempunyai disiplin diri
(tidak melanggar aturan/ norma yang berlaku obyektif).
Konsep pribadi sehat
■ Tingkah laku: berorientasi pada lingkungan dan bersifat tidak
bertentangan dengan prinsip realitas, tidak tenggelam dengan perasaan-
perasaannya sendiri, segala kebutuhan diwujudkan dalam tindakan
nyata.
■ Individu yang sehat juga dapat membedakan baik buruk, benar-salah
secara tegas dan bertingkah laku menurut aturan atau norma yang ada.
Ia selalu mengadakan penilaian atas kualitas perilakunya.
Konsep Pribadi Tidak Sehat

1 Cenderung mengabaikan prinsip 3R


untuk memenuhi kebutuhannya

Kurang terlibat dengan orang lain, tidak


2
pernah belajar untuk belajar secara
bertanggung jawab, dan tidak dapat
berbuat berdasarkan prinsip 3 R dan
mendukung identitas gagal
Ketika pengendalian diri individu lemah, maka individu akan
cenderung berperilaku menyimpang. Yang disebut sebagai
bentuk masalah/pelaggaran disiplin (Berk, 1993) antara lain :

■ Membolos.
■ Terlambat.
■ Keluar meninggalkan kelas.
■ Ribut di kelas, berkelahi/tawuran.
■ Tidak menggunakan atribut sekolah.
■ Merokok di sekolah, mengganggu teman, mencontek.
Peran Konselor
 Motivator
 Penyalur tanggungjawab
 Moralist
 Guru
 Pengikat janji
Sikap/perilaku konselor
 Hangat
 Ramah, penuh pengertian
 Menerima, menghormat klien,
 Terbuka dan kesediaan untuk ditantang orang lain
Hubungan konseli
Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara
konseli dan konselor. Konselor dengan kehangatan, pengertian, penerimaan dan
kepercayaan pda kapasitas orang untuk mengembangkan identitas berhasil,
harus mengkomunikasikan dirinya kepada konseli bahwa dirinya membantu.
Melalui keterlibatan ini, konseli belajar mengenai hidup daripada memusatkan
pada mengungkap kegagalan dan tingkah laku yang tidak bertanggungjawab.
Dalam konseling realita ditekankan tidak adanya ampunan / no excuses ketika
konseli tidak melaksanakan rencananya
Proses konseling
 Involvement
 Eksplorasi kebutuhan (Want)
 Doing
 Evaluasi
 Planning
Involvement
(Tahap Keterlibatan)
Konseling Realitas dimulai dengan usaha konselor untuk
menciptakan sebuah hubungan (rapport) yang akrab, saling
percaya dan saling menerima diantara para konseli sebagai
peserta, yang didasarkan pada perhatian dan respek, saling
mendukung, terbuka dan terlibat antara satu dengan lainnya.
Wants (Tahap Eksplorasi/
Menggali Kebutuhan-Kebutuhan)

Pada tahap ini konselor Bentuk pertanyaan yang diajukan, misalnya: Jika
mengeksplorasi gambaran konseli Anda menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan
mengenai keinginan-keinginan atau Anda, akan menjadi orang seperti apakah Anda?,
kebutuhan-kebutuhannya. Akan seperti apakah keluarga Anda jika keinginan-
Konseli/anggota kelompok keinginan Anda dan keinginan-keinginan mereka
dimotivasi untuk mengenali bersesuaian?, Apa yang akan sedang Anda lakukan
keinginan dalam memenuhi jika kehidupan Anda seperti yang Anda inginkan?,
kebutuhannya Apakah Anda benar-benar ingin merubah kehidupan
Anda?
Direction&Doing
(Tahap Arah dan Tindakan)
Pada tahap ini proses konseling lebih menekankan pada
pengontrolan perilaku sekarang (now) dan memfokuskan pada
perubahan perilaku total.
Bentuk pertanyaan yang diajukan, misalnya :

“Apa yang Anda lakukan sekarang?”


“Apa yang sebetulnya telah Anda lakukan pada minggu terakhir
ini?”
“Apa yang Anda ingin lakukan secara berbeda pada minggu terakhir
ini?”
“Apa yang akan kamu lakukan untuk menghentikan perilaku anda
yang menyimpang itu?
Evaluation
(tahap evaluasi diri)
Pada tahap ini, konselor meminta konseli untuk
mengevaluasi setiap komponen dari perilaku
totalnya.
Tugas konselor mengkonfrontasikan perilaku
konseli dan meminta konseli menilai kualitas
perilakunya.
Bentuk pertanyaan yang dapat diajukan :
■ “Apakah perilaku Anda di saat ini memiliki kesempatan/kemungkinan yang
realistis untuk membuat Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan
sekarang, dan apakah perilaku tersebut akan mengarahkan Anda/membawa
Anda ke arah yang Anda inginkan?”

■ Dengan mengajukan pertanyaan secara terampil, konselor membantu konseli


untuk mengevaluasi perilaku mereka di saat ini dan kemana/ke arah mana
perilaku tersebut membawa mereka.
Planning
(tahap perencanaan)

Pada tahap planning, konselor meminta anggota kelompok


(konseli) menetapkan perencanaan tingkah laku yang
bertanggungjawab dan membuat komitmen untuk melaksanakan
rencana tersebut. Perencanaan yang dibuat diharapkan dapat
mengontrol hidup konseli menjadi lebih efektif.
Tugas konselor : menolong konseli menemukan cara yang lebih
efektif guna mendapatkan apa yang diinginkan.
Bentuk pertanyaan yang dapat diajukan:
 “Apakah anda benar-benar ingin merubah sikap dan perilaku anda yang
selama ini cenderung melanggar aturan sekolah?”
 “Apa yang ingin anda lakukan hari ini untuk memulai merubah hidup
anda?”
 “Apa yang akan anda lakukan sekarang ini untuk bisa mencapai
keinginan /kebuituhan anda?” Pada tahap ini, konselor juga mengajarkan
bagaimana membuat kontrak tertulis secara baik dan benar
Tahap Terminasi
 Pembukaan/salam
 Komitmen peserta/konseli atas perencanaan yang
dituangkan dalam bentuk kontrak tertulis
 Sejauh mana kebermanfaatan proses konseling kelompok
terapi realitas ini bagi peserta/konseli
 Ucapan terima kasih
Cara membuat kontrak tertulis secara benar :

 Rumusan: bentuk pernyataan positif, sederhana dan mudah


dipahami.
 Rencana yang dirumuskan hendaknya realistis, operasional dan
dapat dilakukan.
 Buat reinforcement bagi dirimu sendiri, jika anda telah melakukan
sesuai dengan kontrak perilaku tertulis yang dibuat.
(Reinforcement sebaiknya dalam bentuk kegiatan konkrit tanpa
harus mengeluarkan uang)
 Kontrak tertulis ditandai dengan kata:
“Jika/Kalau..........., maka............”
 Kontrak tertulis yang telah Anda buat, ditanda
tangani oleh diri sendiri (pembuat) dan konselor
sekolah
Contoh:
Kalau/Jika Saya terlambat datang ke sekolah
selama satu minggu berturut-turut,
Maka Saya Akan Membuat puisi untuk teman yang
paling saya sukai
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai