Anda di halaman 1dari 24

PENDEKATAN-PENDEKATAN KONSELING INDIVIDU

1. Realita
Reality therapy (terapi realitas) adalah sebuah pendekatan yang awalnya dikembangkan
pada 1950-an dan 1960-an oleh William Glasser, seorang psikiater berbasis California.
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah laku sekarang. Terapis
berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan konseli dengan cara-cara
yang bisa membantu menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan
tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental.
a. Hakekat Manusia
1) Manusia terlahir dengan kebutuhan dasar
2) Sumber tindakan pada suatu peristiwa disebabkan karena perbedaan antara apa
yang diinginkan dengan persepsi tentang apa yang diperoleh
3) Perilaku dibentuk atas dasar Total Behavior meliputi berpikir (thinking), merasa
(feeling), melakukan (doing), dan mekanisme aspek fisik/ tubuh yang menyertai
perasaan, pikiran dan perbuatan ( Physiology) yang manusia pilih untuk
bagaimana melakukannya
4) Perilaku dari dalam diri karenanya harus bertanggung jawab
5) Manusia melihat dunia melalui sistem Perseptual. “ perilaku manusia terbentuk
karena faktor persepsinya. Adanya perbedaan persepsi karena adanya perbedaan –
kognisi, Konasi dan Pengalaman
b. Konsep kebutuhan dasar manusia
Semua tingkah laku kita ditujukan untuk mengontrol lingkungan untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Kebutuhan tersebut bersifat tidak pernah berakhir, sebab ketika
suatu kebutuhan telah dipenuhinya, maka kebutuhan lain akan muncul.
Ada lima kebutuhan manusia yaitu
1) Survival (Kelangsungan hidup)
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki kebutuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya (survival), seperti kebutuhan makan dan minum
2) Love and belonging (Cinta dan rasa memiliki)
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk mencintai (juga
dicintai) dan memiliki kesenangan. Kebutuhan inilah merupakan kebutuhan yang
paling sulit dipenuhi
3) Power or achievement (Kekuasaan atau prestasi)
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, kompeten dan penghargaan
dari orang lain.
4) Freedom (Kebebasan
kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan tidak tergantung
pada orang lain
5) Fun (Kesenangan
Melalui kebutuhan ini, seseorang tidak hanya belajar tentang dirinya dan orang
lain, tetapi juga dapat membangun hubungan yang lebih memuaskan dengan
orang lain

Kebutuhan selalu menuntut individu untuk memenuhinya. Bentuk pemenuhan


kebutuhan akan membentuk identitas. Ada dua identitas:

1) Identitas gagas : apabila seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhannya


2) Identitas berhasil: apabila bisa memenuhi kebutuhannya
c. Kriteria Identitas = 3 R
Kriteria 3R ini digunakan sebagai penentuan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan
dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya. 3 R meliputi:
1) Tanggungjawab (Responsibility)
- Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus
merugikan orang lain.
2) Kenyataan (Reality)
- Dapat menerima konsekuensi logis dari hasil pilihan individu. Setiap individu
harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang
dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa
adanya.
3) Kebenaran (Right)
- Pembanding untuk menentukan perilaku itu benar atau salah.
- Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga
tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu
mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan
tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang
diterima secara umum.
# apa bila ada siswa yang memeiliki masalah maka dilihat identitas gagas atau berhasil
dengan melihat cara pemenuhan kebutuhan berdasarkan 3R apa ndak
d. Teori pilihan
1) Manusia ditentukan oleh kekuatan dari dalam diri bukan kekuatan dari luar
2) Individu pada dasarnya selalu memilih setiap tindakan dan dia lakuan dan
individu selanjutnya selalu memiliki kontrol atas setiap pilihan
3) Konsekuensi pilihan adalah tanggung jawab
e. Quality Word (dunia berkualitas)
1) Orang berada dalam situasi sama tetapi cara pandang yang berbeda. Perbedaan
cara pandang di pengaruhi oleh kebutuhan dan keyakinan.
2) 3 unsur dunia berkualitas adalah orang, pengalaman, ide/ Sistem keyakinan
3) Implikasi dari pemahaman Quality Word (dunia berkualitas) dalam konseling:
- Konselor perlu memahami Quality Word konseli secara tepat dan akurat
- Konselor membantu konseli memilih cara bertindak secara efektif
f. pandangan pribadi sehat dan tidak sehat
1) konseling realitas menekankan pilihan pada setiap situasi, individu memiliki
kemampuan untuk membuat pilihan dan mempertanggung jawabkannya
2) terkait dengan identitas, pribadi sehat muncuk pada pribadi yang memiiki
identitas berhasil
3) status kesehatan mental seseorang dapat dilihat dalam tahapan yang dialaminya
g. Proses Konseling
1) Tujuan konseling
Konselor realita bertujuan mengajarkan konseli untuk mengontrol kehidupannya. .
membantu menghubungkan atau menghubungkan kembali (ulang) konseli dengan
lingkngannya
2) Prinsip pengubahan perilaku
- Orientasi pada pilihan
- Kontrol tindakan mementingkan hubungan/perilaku menimbulkan dampak
positif atau negatif pada orang lain
3) Peranan konselor
- Mengembangkan kondisi fasilitator konseling dan hubungan baik dengan
konseli
- Mengajarkan konseli untuk mengevaluasi perilakukanya
- Menyampaikan dan meyakinkan kepada konseli bahwa seburuk apapun suatu
kondisi masih ada harapan.
4) Pengalaman konseli
- Konseli memusatkan pada perilaku
- Konseli mengevaluasi dirinya sendiri : menyadari bahwa perilakunya salah
tidak sesuai dengan norma tidak bertanggung jawab (3R)
- Konseli membuat pilihan
5) Hubungan konselor dengan konseli
6) Proses konselingnya
Ada empat tahap konseling realita yang diberi akronim WDEP, yang maksudnya
adalah
a) Want W
- keinginan (want), kebutuhan atau persepsi konseli.
- konselor membantu konseli untuk menemukan keinginan atau harapannya
- konselor mengeksplorasi apa yang diinginkan atau apa yang diharapkan
konseli dengan mengajukan pertanyaan seperti “apa yang benar-benar anda
inginkan saat ini
- hal yang dianalisis adalah
 analisis kebutuhan: kebutuhan apa saja yang diinginkan
 analisis persepsi: sudut pandang
 analisis komitmen: seberapa besar komitmennya memecahkan masalah
b) Doing “D”
- direction and doing, apa yang konseli kerjakan atau lakukan untuk meraih
yang diinginkannya
c) Evaluation
- Tahap ini merupakan konsep utama dalam konseling realita. Ini merupakan
pembentukan dasar perubahan perilaku
- Evaluasi diri dapat membantu konseli dalam menganalisis dirinya dalam
menjawab “apakah kegiatan yang dilakukan dapat memenuhi keinginannya
ataukah tidak
- Elemen dalam evaluasi meliputi :
 Evaluasi tehadap arah perilaku
 Evaluasi tehadap tindakan spesifik
 Evaluasi tehadap kebutuhan
 Evaluasi tehadappersepsi dan sudut pandang
 Evaluasi tehadap Keinginan dan kebutuhan
 Evaluasi tehadap Arah dan tindakan baru
 Evaluasi tehadap rencana yang akan dilakukan
d) Planning “P”
- Untuk membantu konseli membuat rencana melakukan tindakan baru dalam
rangka memenuhi kebutuhan secara efektif.
- Konseli mempunyai rencana baru dan komitmen untuk memenuhi kebutuhan
secara efektif
- Konseli akan dapat mengontrol kehidupannya secara efektif dengan
perencanaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Konseli memiliki motivasi dan kemampuan untuk merealisasikannya.
 Perencanaan itu sederhana dan mudah untuk dipahami.
 Perencanaan itu ideal tetapi operasional.
- Pada tahap ini konseli dibantu untuk membuat perencanaan dengan sistem
SAMI2C3 (Fall a. Kevin, et al., 2004) yaitu sebagai berikut :
 Simple; perencanaan itu mudah dipahami.
 Attainable; klien mampu merealisasikan perencanaan dalam perilaku
nyata.
 Measurable; perencanaan itu terukur, baik hasil maupun waktu
pencapaian, seperti klien mengatakan “saya akan membaca buku dua jam
setiap hari”.
 Immediate; perencanaan itu sesegera mungkin dapat direalisasikan.
 Involve counselor; keterlibatan konselor dapat memberikan dukungan dan
umpan balik yang objektif pada klien.
 Controlled by the client; klien bertanggung jawab terhadap pilihan yang
diambilnya.
 Commitment; klien memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang
direncanakannya, seperti dengan mengatakan “saya akan melakukannya.
 Consistent; klien memantapkan perilaku yang sudah berubah dengan baik
menjadi kebiasaan dalam hidupnya
2. Behavior
Pendekatan behavior merupakan terapi tingkah laku yang merupakan penerapan aneka
ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar.
a. Seputar mengenai teori belajar
Prosedur dan teori yang mendasar
1) Teori Clasical Conditioning
- Ivan pulow dengan aksperiment dengn anjing (pembiasaan)
- Menekankan pada awal tingkah laku => stimulus, stimulus menimbulkan
respon
2) Operant conditioning
- Skinner: Menekankan pada Reinforcement (segala sesuatu yang dapat
menguatkan dan meningkatkan perilaku yang dikenhendaki dan
memungkinkan perilaku diulang)
- Penguatan positif -- > reword
- Mementingkan pentingnya respon
- Memusatkan akibat
3) Social learning
- Bandura : belajar observasional, modeling
- Lingkungan internal & eksternal
b. Komponen belajar
Konsep yang memberikan dasar

A B C
Antecedent Behavior Consequense
A = Antecedent (Pencetus Perilaku).
B = Behavior (Perilaku yang dipermasalahkan)
C = Consequense ( konsekuensi atau akibat perilaku tersebut/reasi lingkungan)

“ yang menyebabkan C karena adanya A” yaitu yang menyebabkan akibat perilaku


karena adanya peristiwa
“ bukan karena perilakunya yang meyebabkan A dan B tapi karena A dan C nya ada
apa ?
c. Prinsip penerapan teknik behavior
1) Teknik konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang telah
dipelajari(yang membnetuk perilaku bermasalah) terhadap perangsang dengan
demikian respon-respon yang baru sebagai tujuan konseling akan dapat dibentuk
2) Memodifikasi tingkah laku baru melalui pemberian kekuatan
3) Perilaku bahavior harus:
- Dapat diukur
- Dampak nampak
- Spesifik bisa dioperasionalkan
d. Tujuan konseling Behavior
Penentuan berhasi atau tidaknya konseling
1) Tujuan dalam konseling ditentukan bersama dengan klien
2) Tujuan dibuat pada awal proses konseling
3) Penilaian dilakukan secara kontinu selama konseling
4) Tujuan umum konseling behavior: menciptakan kondsi baru melalui belajattr karena
asumsinya perilaku baik dan buruk dapat dipelajari
e. Langkah-langkah perumusan tujuan konseling
1) Menjabarkan tujuan umum menjadi tujuan khusus
2) Tujuan dirumuskan dalam benuk yang lebih tepat
3) Tentukan 1 tujuan utama dari tujuan khusus
4) Tujuan dirumuskan dalam pernyataan positif
5) Tujuan harus jelas
f. Tahapan konseling
secara umum ada 5 tahapan konseling:
1) Assesmen,
a) Untuk menentukan apakah yang dilakukan oleh klien saat ini (perasaan , nilai,
pikiran klien)
b) Menekankan pada kelebihan dan kekuatan diri klien
c) Mendapatkan informasi yang menggambarkan masalah klien
d) Landasan menyusun tujuan dan stategi konseling yang tepat
2) Goal Setting
a) Disususn bersma klien sebagai penenutun aktivitas belajar
b) Fase goal setting:
- Membantu klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan yang
diinginkan
- Hambatan situasional, tujuan belajar yang dapat diterima dan diukur
- Memecahkan tujuan ke dalam sub tujuan dan menyusun tujuan menjadi
sususnan yang berurutan
3) Technique Implementation,
a) Menentukan stategi perubahan tingkah laku
b) Menentukan teknik yang digunakan
c) Kecemasan dan ketakutan dihasilkan dari lingkungan
4) Evaluation-Termination
a) Melakukan penilaian kegiatan konseling
b) Melihat apakah seseuai dengan tunuan konseling
5) Feed Back
a) Menganalisis umpan balik untuk memeperbaiki dan meningkatkan proses
konseling

g. Teknik-teknik tingkah laku umum

1) Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika
tingkah laku yang baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Penguatan harus
dilakukan terus-menerus sampai tingkah laku tersebut terbentuk dalam diri klien.
Setelah terbentuk, frekuensi penguatan dapat dikurangi atau dilakukan pada saat-
saat tertentu saja (tidak setiap kali perilaku baru dilakukan)
2) Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku
baru secara bertahap.
3) Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku
maladaptif tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak
akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan.
Misalnya, seorang anak yang selalu menangis untuk mendapatkan yang
diinginkannya.
4) Reinforcement positif. Adalah teknik yang digunakan melalui pemberian ganjaran
segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Contoh: senyuman,
persetujuan, pujian, bintang emas, medali, uang, dan hadiah lainnya.
5) Modelling. Dalam teknik ini, klien dapat mengamati seseorang yang dijadikan
modelnya untuk berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku
sang model.
6) Token Economy. Teknik ini dapat diberikan apabila persetujuan dan penguatan
lainnya tidak memberikan kemajuan pada tingkah laku klien. Metode ini
menekankan penguatan yang dapat dilihat dan disentuh oleh klien (misalnya
kepingan logam) yang dapat ditukar oleh klien dengan objek atau hak istimewa
yang diinginkannya
h. Teknik spesifik
1) Desentisasi Sistematik. Teknik ini adalah teknik yang paling sering digunakan.
Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respons yang tidak konsisten
dengan kecemasan. Desentisasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien
diminta untuk menggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai
titik di mana klien tidak merasa cemas.
2) Pelatihan Asertivitas.Teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku
agresif, pasif, dan asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran (role
playing). Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain.
3) Implosion dan Flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk
membayangkan situasi stimulus yang mengancam secara berulang-ulang, karena
dilakukan terus-menerus sementara konsekuensi yang menakutkan tidak terjadi,
maka diharapkan kecemasan klien akan tereduksi atau terhapus
3. Person Centered
a. Asumsi dasar
1) Rogers berasumsi tentang padangan manusia. Manusia adalaha makhuk yang pada
hekekatnya mampu bisa beraktualisasi diri (kemampuan untuk mengembangkan
diri sesuai potensi diri )
2) Manusia pada dasarnya baik dan unik serta ingin dihargai (tanpa syarat)
3) Manusi itu dalam on becaming : proses menjadi
4) Manuasi beraktualisasi dengan keselelarasan konsep diri dengan pengalaman
5) Emosi (motivasi ) memberikan dorongan bagi perilaku demi aktualisasi diri
6) Keselaranan merupakan faktor penting dalam proses aktualisasi diri
7) Keyword: aktualisasi diri , willingness: kesediaan menjalani proses
b. Ciri-ciri Konseling Person Centered
1) Terapi berpusat pada pribadi difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan
konseli untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan lebih sempurna;
2) Menekankan medan fenomenal konseli. Medan fenomenal (fenomenal field)
merupakan keseluruhan pengalaman seseorang yang diterimanya, baik yang
disadari maupun yang tidak disadari. Konseli tidak lagi menolak atau mendistorsi
pengalaman-pengalaman sebagaimana adanya;
3) Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkan bahwa hasrat kematangan psikologis
manusia itu berakar pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat
konstrukstif dimana dampak psikoterapeutik terjadi karena hubungan konselor
dan konseli;
4) Terapi ini tidak dilakukan dengan suatu sekumpulan teknik yang khusus. Tetapi
pendekatan ini berfokus pada person sehingga konselor dan konseli
memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman
pertumbuhan
c. Tujuan konseling:
1) Menjadi pribadi yang sehat
2) Fully Funnetions Person : Menjadi pribadi yang berfungsi seutuhnya
Dengan ciri
a) Terbuka terhadap pengalaman
b) Percaya pada dirinya sendiri
c) Evaluasi diri bersumber dari internal
d) Keinginan selalu berkembang dan mau menjalani proses
d. Pandangan orang bermasalah
1) orang yang tidak menunjukan Fully Funnetions Person
2) Adanya masalah atau manusia yang tidak sehat adalah apabila adanya kesenjangan
antara self consep dengan ideal sels

Kesenjangan Ideal self


Selft consep

Akan menimbulkan kecemasan, sehingga biasanya yang dilakukan


Denial : menyangkal
Distorsi: menyalahkan
e. konseli sebagai subjek yang memiliki 3 struktur kepribadian
1) Organism atau organisme
Merupakan keseluruhan totalitas individu, yang meliputi pemikiran, perilaku, dan
keadaan fisik. Konseli disini dipandang sebagai seorang manusia yang mempunyai
satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan,
mempertahankan, dan mengembangkan diri. Sehingga konseli perlu dieksplor
secara mendalam agar oleh konselor agar dapat mengetahui tujuan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya yang sesuai dengan medan fenomenal
(pengalaman)
2) Medan fenomenal
Merupakan keseluruhan pengalaman seseorang yang diterimanya baik yang
disadari maupun yang tidak disadari. Konseli dipandang sebagai makhluk yang
memiliki pengalaman atau peristiwa-peristiwa yang diperoleh dari pengamatan dan
dari apa yang pernah dilakukannya. Maka dalam hal ini, konselor dapat
memunculkan atau “memanggil” kembali pengalaman tersebut. Tujuannya agar
konseli mampu menyesuaikan antara perilaku yang saat ini dijalaninya dengan
pengalaman yang dimiliki. Sehingga pengaktualisasian diri konseli mampu disusun
dan dilaksanakan secara tepat. Konselor perlu memiliki pemahaman secara empati
kepada pengalaman konseli, sebagai bentuk internal frame of reference, yang
merupakan kerangka pandangan terhadap perilaku yang dilakukan oleh konseli
pada masa sekarang
3) Self
Merupakan bagian dari kepribadian yang terpenting dalam pandangan Rogers. Self
disebut pula structure self atau self concept. Self concept adalah persepsi dan nilai-
nilai individu tentang dirinya atau hal-hal lain yang berhubungan dengan dirinya.
Self meliputi dua hal, yaitu pribadi yang nyata (real self) dan pribadi yang ideal
(ideal self).
Kepribadian yang dimiliki oleh konseli dapat diberikan arahan dan
kemampuan untuk diaktualisasikan dan menghargai orang lain secara positif oleh
konselor. Hal ini dilakukan agar konseli dapat memiliki kesesuaian dalam menjalani
proses kehidupannya. Maka dengan kata lain, konselor dapat membantu konseli untuk
mewujudkan pengaktualisasian diri konseli dengan memandang ketiga hal tersebut
sebagai konsep dasar dalam melakukan konseling.
f. Fungsi dan Peran Konselor
1) Fungsi Konselor
konselor berfungsi mempertahankan tiga kondisi inti (core condition) yang
menghadirkan iklim kondusif untuk mendorong terjadinya perubahan terapeutik
dan perkembangan konseli. Dalam peran tersebut konselor menunjukkan sikap
yang selaras dan asli (congruence or genuineness), penerimaan tanpa syarat
(unconditional positive regard and acceptance) dan pemahaman empati yang tepat
(accurate empathic understanding)
2) Peran konselor
konselor lebih banyak berperan sebagai partner konseli dalam memecahkan
masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan
kesempatan kepada konseli untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan
dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh konsel
g. Tahapan Konseling
1. Rapport: membuat suasana empatik, nyaman, respek mesti konseli merasa bahwa
dirinya baik-baik saja dan belum menyadari keredaaadan masalah berakar pada
dirinya
2. Mendorong penerimaan diri konseli dengan menyediakan kondisi fasilitatif hingga
konseli mengungkapkan ekspresi tertentu meski belum terbuka apa adanya
3. Membebaskan indivisu untuk mengekspresikan apapun terkait dengan dirinya
4. Mendorong klien mampu menafsirkan makna akan pengalaman yang telah
dilaluinya, menjabarkan perasaan yang muncul, komitmen untuk bertanggung
jawab terhadap maslah
5. Memebebaskan klien untuk jauh lebih menyalami pengalamannya dan bebas
berekspersi kendati masih ada sedkit rasa takut dan tidak percaya
6. Membantu klien menerima keadaan dirinya apa adanya sebagaimana yang ia
persepsikan tanpa rasa takut adanya penolaka
h. Teknik-teknik Konseling
1) Active listening ( mendengarkan secara aktif ), yang merujuk kepada pemberian
perhatian secara penuh dan memberikan respon secara tepat. Dalam mendengarkan aktif,
terjadi tiga proses yang berjalan bersamaan, 1) mengamati, yaitu memperhatikan dengan
seksama pesan verbal dan non verbal yang nampak maupun tersembunyi, 2) memahami,
yaitu menganalisa dan menerima apa yang dirasakan dan dialami konseli, 3)
menanggapi, yaitu memberikan umpan balik secara verbal dan non verbal dengan tepat
yang menunjukkan bahwa konselor mendengarkan dengan baik dan memahami “pesan”
yang disampaikan konseli.
2) Reflection of feelings ( refleksi pikiran dan perasaan ), yaitu teknik yang digunakan
konselor untuk memantulkan perasaan / sikap yang terkandung dibalik pernyataan
konseli dengan tujuan memperjelas apa yang sebenarnya dirasakan konseli. Contoh dari
teknik ini dapat dilihat pada lampiran 2 yaitu verbatim.
3) Clarification ( klarifikasi ), yaitu teknik yang digunakan untuk memperjelas,
menjernihkan, mengungkap kembali isi pernyataan konseli yang dianggap kurang jelas,
samar-samar, meragukan bagi konselor. Tujuannya adalah untuk memperjelas isi pesan
konseli dengan persepsi konselor. Contoh dari teknik ini dapat dilihat pada lampiran 2
yaitu verbatim.
4) Summarization (kesimpulan) , teknik yang digunakan konselor untuk menyimpulkan atau
ringkasan mengenai berbagai apa yang telah dikemukakan konselipada proses
komunikasi konseling. Contoh dari teknik ini dapat dilihat pada lampiran 2 yaitu
verbatim.
5) Confrotation, yaitu teknik komunikasi yang menantang konseli, karena adanya
ketidaksesuaian yang terlihat dalam pernyataan dan tingkah laku konseli. Tujuannya
adalah membantu konseli menjadi lebih baik menyadari kesenjangan atau
ketidakselarasan didalam pemikiran, perasaan dan perilaku.
6) Open-ended statements, yaitu bahwa konselor sebaiknya menggunakan pertanyaan
terbuka kepada konseli agar terjadi dialog dan memfasilitasi berkembangnya
kemampuan berpikir konseli.
Teknik-teknik tersebut akan dipakai dalam melakukan konseling person centered
yang pembagiannya akan dijelaskan kembali pada bab berikutnya tentang tahap-tahap
konseling. Selain itu, tiga sikap dasar konselor yang perlu diterapkan dalam teknik konseling
berpusat pada person, yaitu congruence or genuine, unconditional positive regard and
acceptance, dan accurate empathic understanding.
1) Congruence or genuine
Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers adalah bagaimana konselor tampil nyata,
utuh, otentik dan tidak palsu serta terintegrasi selama pertemuan konseling. Konselor
tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-perasaan secara
impulsif terhadap  konseli. Pendekatan person-centered berasumsi bahwa jika konselor
selaras atau menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan dengan konseli, maka
proses konseling bisa berlangsung.
2) Unconditional positive regard and acceptance
Perhatian tak bersyarat tidak dicampuri oleh evaluasi atau penilaian terhadap
pemikiran-pemikiran dan tingkah laku konseli sebagai hal yang buruk atau baik.
Acceptance mengindikasikan bahwa konselor menunjukkan penghargaan yang spontan
terhadap konseli, dan menerimanya sebagai individu yang berbeda dengan konselor.
4. Solution Focused Brief Counseling
a. Konsep dasar
1) Sekitar tahun 1980 dan 1990-an, Steve de Shazer, Insoo Kim Berg, Bill O’Hanlon,
dan Michele Weiner-Davis memberikan kontribusi penting pada perkembangan
konseling singkat berfokus solusi kebutuhan layanan yang cepat, efisien
2) Berikut ini merupakan konsep utama SFBC:
a) Positif
SFBC adalah pendekatan yang menekankan kompetensi kekuatan dari pada
kelemahan. Dengan menekankan dimensi positif, klien dengan cepat menjadi
terlibat dalam menyelesaikan masalah mereka, itulah yang menjadikan
pendekatan ini merupakan pendekatan yang memberdayakan.
b) Terfokus pada kegiatan/pekerjaan
SFBC menekankan kepada apa yang dilakukan klien, bukan kepada masalah
klien. Berikuti ini adalah 10 inti dari ajaran SFBC diadopsi dari Walter dan
Peller (dalam Corey, 2013) dan Cardus (dalam Priscilia, 2015) sebagai berikut :

Jika hal tersebut (apa yang Jika hal tersebut (apa yang Jika hal tersebut (apa yang
dilakukan klien) tidak efektif, dilakukan klien) efektif/berhasil dilakukan klien) tidak efektif maka
maka jangan dipaksakan untuk tetaplah untuk menjaga berhenti untuk melakukannya lagi.

dilakukan konsistensinya Lakukan sesuatu yang berbeda

Bahasa untuk
Perubahan yang kecil akan Solusi tidak selalu secara pengembangan solusi
membuka jalan bagi langsung berkaitan berbeda dari yang diperlukan
perubahan yang lebih besar dengan masalah untuk menggambarkan
masalah
Tidak ada masalah yang Klien yang memiliki keinginan,
Masa depan dapat dibuat terjadi sepanjang waktu, memiliki kemampuan, dan

dan dirundingkan selalu ada “pengecualian” melakukan yang terbaik untuk

yang dapat dimanfaatkan membuat terjadinya perubahan.

Tidak ada solusi yang


bersifat “benar” pada
setiap masalah yang
dialami semua orang
b. Hakekat manusia
1) Manusia adalah makluk otonom dan menyukai perubahan
2) Manusia memiliki kemampuan potensi dan sumber-sumber yang dapat digunakan
untuk mengkonstruk dan membuat kisah baru dalam rangka meningkatkan taraf
kehidupan
3) Manusia tidak bisa dikotak-kotakan
c. Asumsi dasar
1. Individu memiliki kemampuan untuk menciptakan sendiri solusi atas problem
2. Terapai berfokus pada mencipatakan/ mengkonstuksi solusi daripada
membicarakan pada masalah
3. Perubahan-perubahan kecil membuka jalan bagi perubahan-perubahan lain yang
lebih besar
4. Tiada masalah yang terjadi setiap hari, selalu ada pengecualian yang dapat
dimanfaatkan. Manusia tidak ada yang memiliki masalah secara teruss
5. Tujuan dinyatakan dalam bentuk positif, terukur, aktif dan spesifik
6. Semua individu dapat meyelesaikan problemnya dan menampakna, merincikan dan
mereplikasi kesuksesan
d. Asumsi pribadi bermasalah
Asumsi pribadi sehat menurut Corey (2013: 401-402) menjelaskan bahwa pribadi
yang mampu (kompeten), memiliki kapasitas untuk membangun, merancang ataupun
mengkonstruksikan solusi-solusi, sehingga individu tersebut tidak terus menerus
berkutat dalam problem-problem yang sedang ia hadapi. Pribadi yang tidak terpaku
pada masalah, lebih berfokus pada solusi, bertindak dan mewujudkan solusi yang ia
inginkan. Sedangkan untuk pribadi yang bermasalah adalah pribadi yang Individu
menjadi bermasalah karena ketidakefektifannya dalam mencari dan menggunakan
solusi yang dibuatnya. Individu menjadi bermasalah karena ia meyakini bahwa
ketidakbahagiaan atau ketidaksejahteraan ini berpangkal pada dirinya.
e. Tujuan Konseling

Terdapat beberapa tujuan dalam pelaksanaan konseling singkat berfokus solusi


diantaranya:
1) Mengubah keadaan klien, maksudnya mengubah perbuatan dalam keadaan yang
bermasalah, dan menekankan pada kekuatan klien.
2) Membantu klien untuk mengadopsi sebuah sikap baru dan mengukur perubahan yang
terjadi.
3) Mendorong klien untuk terlibat dalam perubahan dan membicarakan solusi daripada
membicarakan masalah
f. Pandangan SFBC terhadap maslah
1) Ketidak efektifan individu dalam mencari dan melakukan solusi
2) Memamknai membahas diri secara negatif
3) Bagian dari pengalaman individu dalam menjalani kesuluruhan kisah
kehidupannya
g. Peran dan fungsi konselor
Tugas konselor adalah untuk menunjukkan klien ke arah perubahan tanpa mendikte
apa yang harus berubah. Konselor berusaha untuk menciptakan iklim saling
menghormati, dialog, dan penegasan di mana klien mengalami kebebasan untuk
membuat dan mengeksplorasi. Peran konselor sebagai ahli digantikan oleh klien.
SFBC beranggapan dalam proses konseling, konselor mengadopsi posisi tidak tahu
(not knowing) untuk menempatkan klien dalam posisi yang ahli tentang kehidupan
mereka sendiri.
h. Tahapan-tahapan konseling
1) Pembinaan hubungan dengan klien
Pembinaan hubungan baik antara konselor dan klien adalah faktor yang
menentukan dalam hasil konseling SFBC. Hal ini merupakan langkah dasar dalam
konseling SFBC. Dalam penerapannya konselor bisa menggunakan teknik
pembicaraan topik netral (problem free talk) yang bertujuan untuk mengidentifikasi
informasi yang ada pada diri klien agar klien merasa lebih rileks.
Topik yang dibahas berkaitan dengan prestasi biasa, kehidupan sehari-hari,
teman, hobi, liburan dan lain sebagainya. Contohnya “Nilai ulangan semester kamu
bagus ya ?”, “Saya lihat kemarin kamu mengikuti ekstrakulikuler basket, kamu
sangat menyukai permainan basket ?”.
2) Mengeksplorasi keluhan/masalah yang bisa dicari alternatif solusinya (Identifying a
solvable complaint)
Mengekplorasi dan mengidentifikasi keluhan yang dialami klien merupakan
langkah awal yang penting dalam konseling. Tidak hanya memfasilitasi
pengembangan tujuan dan intervensi, tetapi mempromosikan perubahan. klien dan
konselor berkolaborasi untuk membuat gambaran permasalahan yang dialami klien.
Konselor menggunakan empati, ringkasan, mengartikan, pertanyaan terbuka, dan
keterampilan mendengarkan aktif untuk memahami situasi klien dengan jelas dan
spesifik.
Dalam tahap mengeksplorasi keluhan/masalah konselor dapat menggunakan
teknik khusus dalam konseling SFBC yaitu Pertanyaan skala (scaling questions)
yang diberikan untuk mengindentifikasi sejauh mana permasalahan yang dihadapi
klien.
3) Menetapkan Tujuan (Establishing Goals)
Menetapkan tujuan melanjutkan proses konseling. Konselor berkolaborasi
dengan klien untuk menentukan tujuan yang spesifik, dapat diamati, diukur, dan
konkret. Salah satu cara yang paling berguna dalam pendekatan konseling singkat
berfokus solusi adalah dengan menggunakan pertanyaan ajaib (miracle question).
Pertanyaan ini memungkinkan orang-orang membayangkan bahwa masalahnya bisa
diselesaikan, harapan, dan memfasilitasi diskusi tentang bagaimana untuk membuat
keajaiban menjadi kenyataan.
2) Mendesain Intervensi (Designing an Intervention)
Ketika merancang intervensi, konselor mempunyai gambaran tentang
pemahaman klien dan penggunaan kreativitas strategi konseling untuk mendorong
perubahan, tidak peduli seberapa kecil.
3) Pemberian Tugas Penting Untuk Mendorong Perubahan (Strategic Task then Promote
Change)
Pemberian tugas strategis kemudian mempromosikan perubahan. Biasanya ini
ditulis sehingga klien dapat memahami dan menyetujuinya. Tugas secara hati-hati
direncanakan untuk memaksimalkan kerja sama klien dan sukses. Orang dipuji atas
upaya keberhasilan dan kekuatan mereka di dalam menyelesaikan tugas. Pada tahap
ini sekaligus menekankan dan mengidentifikasi perilaku dan perubahan yang baru
terhadap klien. Ketika perubahan kecil mulai terjadi, konselor melakukan stabilisasi
terhadap perubahan tersebut.
Segala sesuatu yang didapatkan dalam pengamatan yang dilakukan klien,
dibahas atau diulas lebih lanjut pada pertemuan/sesi konseling selanjutnya.
4) Evaluasi, Tindak Lanjut dan Terminasi
Pengakhiran konseling terjadi, sering diprakarsai oleh klien yang kini telah
mencapai tujuan mereka. Untuk mengetahui sejauh mana perasaan atau keyakinan
klien terhadap penyelesaian masalahnya konselor bisa memberikan pertanyaan
berskala (scaling question). Untuk dapat melihat perkembangan maka klien
diingatkan pentingnya pertemuan lanjutan.
i. Teknik spesifik

1) Membicarakan topik netral (Problem Free Talk)


Teknik pembicaraan topik netral (problem free talk) bertujuan untuk mengidentifikasi
informasi yang ada pada diri klien agar klien merasa lebih rileks. Contoh topik yang
dibahas berkaitan dengan prestasi biasa, kehidupan sehari-hari, teman, liburan dan
lain sebagainya.
2) Pertanyaan tentang pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi
sebelumnya (Coping Questions)
Merupakan pertanyaan yang membantu klien fokus pada apa yang mereka lakukan
sejauh ini untuk bertahan hidup dalam situasi sulit. Teknik ini membantu klien
menghilangkan pikiran mereka dari kegagalan dan menempatkan perhatian pada apa
yang telah mereka lakukan dalam mengatasi permasalahannya.
3) Perubahan Sebelum Konseling (Pretherapy Change)
Selama sesi terapi awal, umum bagi SFBC untuk bertanya, "apa yang telah
Anda lakukan sebelum konseling ini yang membuat perbedaan terkait masalah yang
anda alami?", dengan menanyakan tentang perubahan tersebut, konselor dapat
mendatangkan, membangkitkan, dan memperkuat apa yang telah dilakukan klien
dengan cara membuat perubahan positif. Pertanyaan ini untuk mendorong klien dapat
mengolah sumber daya atau kempuannya dalam mengatasi permasalahan yang
dialami.
4) Pertanyaan Pengecualian (Exception Question)
Konseling singkat berfokus solusi menanyakan pertanyaan-pertanyaan
pengecualian (exception) untuk mengarahkan klien pada waktu ketika masalah
tersebut tidak ada atau ketika masalah tidak begitu intens.  Eksplorasi ini
mengingatkan klien bahwa masalah-masalah tidak semua kuat dan tidak selamanya
ada, tetapi juga memberikan kesempatan untuk membangkitkan sumber daya,
menggunakan kekuatan-kekuatan dan menempatkan solusi-solusi yang mungkin
dilakukan.
5) Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)..
Pertanyaan Keajaiban (Miracle question) merupakan teknik utama dalam
pendekatan konseling singkat berfokus solusi. Konselor meminta klien untuk
mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban akan membuka berbagai kemungkinan
masa depan. klien didorong untuk membiarkan dirinya bermimpi sebagai cara untuk
mengidentifikasi jenis perubahan yang paling mereka inginkan.
6) Pertanyaan Berskala (Scalling Question)
Konseling singkat berfokus solusi juga menggunakan scalling question ketika
perubahan dalam pengalaman manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana
hati (mood), atau komunikasi. Pertanyaan Berskala (Scalling question)
memungkinkan klien untuk lebih memperhatikan apa yang mereka telah lakukan dan
bagaimana meraka dapat mengambil langkah yang akan mengarahkan pada
perubahan-perubahan yang mereka inginkan.
7) Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula First Session Task/FFST)
FFST adalah suatu format tugas yang diberikan oleh konselor  kepada klien
untuk diselesaikan pada antara sesi pertama dan sesi kedua. Konselor dapat berkata :
“Antara sekarang dan pertemuan kita selanjutnya, saya ingin Anda dapat mengamati
sehingga Anda dapat menjelaskan kepada saya pada pertemuan yang akan datang,
tentang apa yang terjadi pada (keluarga, hidup, pernikahan, hubungan) Anda yang
diharapkan terus terjadi” (de Shazeer, 1985 dalam Corey 2013).
Pada sesi kedua, klien dapat ditanya tentang apa yang telah mereka amati dan
apa yang mereka inginkan dapat terjadi di masa mendatang. Contoh instrument dari
Umpan Balik (Feedback)
Para praktisi konseling singkat berfokus solusi pada umumnya mengambil
istirahat 5 sampai 10 menit menjelang akhir setiap sesi untuk menyusun suatu
ringkasan pesan untuk klien. Selama waktu ini konselor memformulasikan umpan
balik yang akan diberikan pada klien setelah istirahat. De Jong dan Berg (dalam
Corey, 2013) menggambarkan tiga bagian dasar yaitu :
a) Pujian adalah afirmasi asli dari apa yang sudah dilakukan klien dan mengarah
pada solusi yang efektif. Memuji tidak dilakukan dengan cara rutin atau mekanis,
tetapi dengan cara yang menggembirakan yang menciptakan harapan dan
menyampaikan harapan kepada klien bahwa mereka dapat mencapai tujuan
mereka dengan menggambar pada kekuatan.
b) Jembatan menghubungkan pujian awal dengan pemberian tugas.
c) Pemberian tugas kepada klien, yang dapat dianggap sebagai pekerjaan rumah.
Tugas observasional meminta klien untuk memperhatikan beberapa aspek
kehidupan mereka. Proses pemantauan diri membantu klien memperhatikan
perbedaan ketika ada yang lebih baik, terutama apa yang berbeda tentang cara
mereka berpikir, merasa, atau berperilaku.
9. Membangun hubungan yang kolaboratif
Konselor mendengarkan dengan cermat apa yang klien ingin ubah. Bertanya
tentang apa yang telah berubah pada sesi pertama untuk menghargai kekuatan klien
untuk mengubah dirinya sendiri dan fokus pada perubahan. (O'Connell dalam Sharf,
2012: 459).
10. Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji konseli (Compliments)
Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji klien atas kelebihan, kemajuan,
dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuannya.  Ini adalah metode yang positif
dan membantu klien merasa lebih terpacu.

8) Membicarakan topik netral (Problem Free Talk)


Teknik pembicaraan topik netral (problem free talk) bertujuan untuk mengidentifikasi
informasi yang ada pada diri klien agar klien merasa lebih rileks. Contoh topik yang
dibahas berkaitan dengan prestasi biasa, kehidupan sehari-hari, teman, liburan dan
lain sebagainya.
9) Pertanyaan tentang pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi
sebelumnya (Coping Questions)
Merupakan pertanyaan yang membantu klien fokus pada apa yang mereka lakukan
sejauh ini untuk bertahan hidup dalam situasi sulit. Teknik ini membantu klien
menghilangkan pikiran mereka dari kegagalan dan menempatkan perhatian pada apa
yang telah mereka lakukan dalam mengatasi permasalahannya. Contoh pertanyaan
“Hal-hal berguna apa sajakah yang telah kamu lakukan untuk mengatasi permasalahan
itu ?”. Kaitannya dalam penyelesaian masalah.
10) Perubahan Sebelum Konseling (Pretherapy Change)
Selama sesi terapi awal, umum bagi SFBC untuk bertanya, "apa yang telah
Anda lakukan sebelum konseling ini yang membuat perbedaan terkait masalah yang
anda alami?", dengan menanyakan tentang perubahan tersebut, konselor dapat
mendatangkan, membangkitkan, dan memperkuat apa yang telah dilakukan klien
dengan cara membuat perubahan positif. Pertanyaan ini untuk mendorong klien dapat
mengolah sumber daya atau kempuannya dalam mengatasi permasalahan yang
dialami.
11) Pertanyaan Pengecualian (Exception Question)
Konseling singkat berfokus solusi menanyakan pertanyaan-pertanyaan
pengecualian (exception) untuk mengarahkan klien pada waktu ketika masalah
tersebut tidak ada atau ketika masalah tidak begitu intens.  Eksplorasi ini
mengingatkan klien bahwa masalah-masalah tidak semua kuat dan tidak selamanya
ada, tetapi juga memberikan kesempatan untuk membangkitkan sumber daya,
menggunakan kekuatan-kekuatan dan menempatkan solusi-solusi yang mungkin
dilakukan.
12) Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)..
Pertanyaan Keajaiban (Miracle question) merupakan teknik utama dalam
pendekatan konseling singkat berfokus solusi. Konselor meminta klien untuk
mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban akan membuka berbagai kemungkinan
masa depan. klien didorong untuk membiarkan dirinya bermimpi sebagai cara untuk
mengidentifikasi jenis perubahan yang paling mereka inginkan.
Contoh dari pertanyaan keajaiban (Miracle question) misalnya bahwa satu
malam ada keajaiban dan saat Anda sedang tidur masalah yang Anda alami sudah
terselesaikan. Bagaimana Anda tahu? apa yang akan menjadi berbeda? apa yang akan
Anda perhatikan berbeda pagi berikutnya yang akan memberitahu Anda bahwa telah
ada sebuah keajaiban? apa yang akan pasangan Anda dapatkan?".
13) Pertanyaan Berskala (Scalling Question)
Konseling singkat berfokus solusi juga menggunakan scalling question ketika
perubahan dalam pengalaman manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana
hati (mood), atau komunikasi. Pertanyaan Berskala (Scalling question)
memungkinkan klien untuk lebih memperhatikan apa yang mereka telah lakukan dan
bagaimana meraka dapat mengambil langkah yang akan mengarahkan pada
perubahan-perubahan yang mereka inginkan.
Contoh instrument dari pertanyaan berskala (Scalling Question) dapat dilihat pada
lampiran VI
14) Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula First Session Task/FFST)
FFST adalah suatu format tugas yang diberikan oleh konselor  kepada klien
untuk diselesaikan pada antara sesi pertama dan sesi kedua. Konselor dapat berkata :
“Antara sekarang dan pertemuan kita selanjutnya, saya ingin Anda dapat mengamati
sehingga Anda dapat menjelaskan kepada saya pada pertemuan yang akan datang,
tentang apa yang terjadi pada (keluarga, hidup, pernikahan, hubungan) Anda yang
diharapkan terus terjadi” (de Shazeer, 1985 dalam Corey 2013).
Pada sesi kedua, klien dapat ditanya tentang apa yang telah mereka amati dan
apa yang mereka inginkan dapat terjadi di masa mendatang. Contoh instrument dari
Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula First Session Task/FFST) dapat dilihat pada
lampiran VII
15) Umpan Balik (Feedback)
Para praktisi konseling singkat berfokus solusi pada umumnya mengambil
istirahat 5 sampai 10 menit menjelang akhir setiap sesi untuk menyusun suatu
ringkasan pesan untuk klien. Selama waktu ini konselor memformulasikan umpan
balik yang akan diberikan pada klien setelah istirahat. De Jong dan Berg (dalam
Corey, 2013) menggambarkan tiga bagian dasar yaitu :
a) Pujian adalah afirmasi asli dari apa yang sudah dilakukan klien dan mengarah
pada solusi yang efektif. Memuji tidak dilakukan dengan cara rutin atau
mekanis, tetapi dengan cara yang menggembirakan yang menciptakan harapan
dan menyampaikan harapan kepada klien bahwa mereka dapat mencapai tujuan
mereka dengan menggambar pada kekuatan.
b) Jembatan menghubungkan pujian awal dengan pemberian tugas.
c) Pemberian tugas kepada klien, yang dapat dianggap sebagai pekerjaan rumah.
Tugas observasional meminta klien untuk memperhatikan beberapa aspek
kehidupan mereka. Proses pemantauan diri membantu klien memperhatikan
perbedaan ketika ada yang lebih baik, terutama apa yang berbeda tentang cara
mereka berpikir, merasa, atau berperilaku.
9. Membangun hubungan yang kolaboratif
Konselor mendengarkan dengan cermat apa yang klien ingin ubah. Bertanya
tentang apa yang telah berubah pada sesi pertama untuk menghargai kekuatan klien
untuk mengubah dirinya sendiri dan fokus pada perubahan. (O'Connell dalam Sharf,
2012: 459).
11. Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji konseli (Compliments)
Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji klien atas kelebihan, kemajuan,
dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuannya.  Ini adalah metode yang positif
dan membantu klien merasa lebih terpacu.
Contohnya; konselor mengirim pesan (surat, email, Media Sosial) untuk memberikan
pujian dan penguatan terhadap keberhasilan yang dilakukan oleh klien.
5. Rational Emotive Behavioral Therapy
a. Asumsi
1) Dari albert ellis: Bukan barang yang menggangu manusia melainkan pandangan
manusia tentang barang itu
2) Manusia dilahirkan dengan kemungkin untuk berpikir rasional dan irrasional
b. Ciri berpikir rasional
1) Didasarkan pada realita empirik
2) Melihat sesuatu dari berbagai perpektif
3) Adanya pilihan dibanding tuntutan
4) Tiada penyalahan atas diri sendiri
5) Toleransi yang tinggi
c. Gangguan emosi
1) Pandangn belief tak rasional yang dipelajari orang lain dan diri sendiri
2) Pernyataan keliru tidak logis tidak sahih yang dipelajari secara buta sehingga
merugikan diri sendiri
3) Sikap menyalahkan akibat tuntutan dogmatis
d. Proses konseling
Suatu proses konseling harus mengajarkan teori ABC
A: activiting event / peristiwa terten yang mnegkativasi
B: Belief/ kepercayaan terhadap sesuatau
C: consequent/ akibat
D: Dispare/ pendorong
Bukan karena A menyebabkanC tapi karena adanya B ynag salah maka C menunjukan
perilaku yang salah
Jika dalam peristiwa ada sesuatu dan menimbulkan masalah maka menunjukan adanya “
belief” yang bermasalah
e. Tujuan konseling
Tujuan umum: Mengurangi cara berpikir keliru memiliki pandangn hidup realistik
Tujuan khusus: menerima diri tanpa syarat, penerimaan orang lain, tanpa syarat,
menerima kehidupan tanpa syarat
6. Cognotif behavioral therapy
a. Konsep dasar
1) Mengutamakan peran kognitif keyakinan dalam perubahan tingkah laku
2) Menekankan perubahan pikiran negatif
b. Tujuan konseling
Menghilangkan bias-bias distorsi dalam proses berpikir hingga individu lebih berfungsi
efektif dalam kehidupannya
7. Psikoanalisa
a. Mengandalkan pengalaman pada usia 5 tahun pertama
b. Energi positif akan terpenuhi energi biologis
c. Perkembangan seseorang ditentukan pada 5 tahun pertama
d. Jika ada masalah maka menandakan di masa lalu ada masalah dan perlu digali
masalahnya karena dimungkinkan masalah sekarang bersumber dari masa lalu
8. Gestal
a. Memandang masa lalu hanya sebagai proyeksi sebuah masalah bukan sebagai
penyebab utamanya terjadi masalah
b. Pandanagn manusia menurut Yung terdiri dari 4 aspek yaitu pikir, rasa, emosi, intuisi

Anda mungkin juga menyukai