Anda di halaman 1dari 14

METODE PENDEKATAN KONSELING

(Tugas Pertemuan III Psikologi Konseling)

Nama : Rizka Mahfuza Fadli

NIM : 1724090177

Dosen : Dewi Syukriah., S.Psi., M.A

Fakultas Psikologi

Universitas Persada Indonesia Y.A.I.

2020
Metode Pendekatan Konseling

Dalam menangani suatu masalah, konselor tidak akan dapat terlepas dari
pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam proses konseling.
Pengertian pendekatan menurut istilah bahasa (Kamus Besar Bahasa
Indonesia; 2002) adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam
rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan yang diteliti.
Maka penerapan pendekatan dalam proses konseling adalah proses perbuatan
seseorang (konselor) untuk berhubungan dengan konseli yang dilakukan secara
dekat dalam rangka untuk menggali permasalahan dengan metode yang terencana
secara cermat agar memperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Berikut adalah beberapa pendekatan konseling yang dapat digunakan konselor
dalam memberikan layanan konseling individual dan kelompok kepada konseli.

A. KONSELING REALITAS

1. Konsep Dasar
Pendekatan konseling realitas dikembangkan terutama oleh
William Glasser dengan nama Reality Therapy (terapi realitas) sejak
tahun 1950-an dan 60-an (Glasser, 1984a, Nelson-Jones, 2001).
Ancangan ini berkembang karena ketidakpuasan Glasser terhadap
pelaksanaan praktik ancangan tradisional yang berlaku saat itu, terutama
ancangan psikoanalisis.
Pendekatan ini lebih menekankan pada masa kini, maka dalam
memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa
lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli
dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
William Glasser memusatkan perhatiannya terhadap kelakuan
yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan tiga hal yang disebut
dengan 3R, yaitu :
1) Right : adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan
standar norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum, dan
lain-lain.
2) Reality : adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai
dengan kenyataan yang ada.
3) Responbility : adalah bertanggung jawab, yaitu tingkah laku
dalam memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang
tidak merugikan orang lain.

2. Hakikat Manusia
a. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir
di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki
keunikan dalam kepribadiannnya.
b. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan
berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan
aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang
sukses.
c. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi
realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang
akhirnya menentukan nasibnya sendiri

3. Karakteristik Konseling Realitas


a. Menekanakan pada pilihan dan tanggung jawab.
b. Mengadakan penolakan terhadap transferensi.
c. Menekankan pentingnya konsep bahwa konseling terjadi pada
saat sekarang.
d. Menghindarkan diri dari pemusatan pada gejala-gejala perilaku
bermasalah.
e. Menentang pandangan tradisional tentang penyakit mental.
4. Tujuan Konseling Realitas
a. Membantu individu untuk mampu mengurus diri sendiri agar
dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk
nyata.
b. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul
segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan
keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
c. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistis dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan
pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan
menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk
mengubahnya sendiri.
e. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas
kesadaran sendiri.

5. Teknik Dalam Konseling Realitas


a. Melakukan permainan peran dengan konseli.
b. Menggunakan humor.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
d. Tidak menerima alasan-alasan tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab.
e. Berperan sebagai model dan guru.
f. Menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan konseling.
g. Melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup yang
lebih efektif.
h. Mengkonfrontasikan tingkah laku konseli yang tidak realistis.
i. Memberikan pekerjaan rumah untuk dilaksanakan konseli pada
waktu antara pertemuan satu dengan lainnya.
j. Meminta konseli membaca artikel/bacaan tertentu yang relevan
dengan masalah yang dihadapinya.
k. Membuat kesepakatan sebagai kontrak antara konselor dan
konseli.
l. Memberikan tekanan tentang pentingnya tanggung jawab konseli
dalam membuat pilihan perilakunya dalam mencapai
keinginannya.
m. Debat konstruktif.
n. Dukungan terhadap pelaksanaan rencana konseli.
o. Pengungkapan diri konselor dalam proses konseling.

6. Tahapan Konseling Realitas


a. Penciptaan hubungan baik
b. Identifikasi keinginan saat ini
c. Identifikasi tingkah laku saat ini
d. Penilaian tingkah laku saat ini
e. Perencanaan tingkah laku yang bertanggung jawab
f. Komitmen
g. Terminasi

7. Proses Konseling
Konselor berperan sebagai:
1) Motivator, yang mendorong konseli untuk :
 Menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam
perbuatan maupun harapan yang ingin dicapai.
 Merangsang konseli untuk mampu mengambil keputusan
sendiri, sehingga konseli tidak menjadi individu yang hidup
selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan
dirinya sendiri.
2) Penyalur tanggung jawab, sehingga:
 Keputusan terakhir berada di tangan konseli.
 Konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik
dalam menilai perilakunya sendiri.
3) Moralis, yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan
nilai dari tingkah laku yang dinyatakan konselinya. Konselor
akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas
perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat
bertanggung jawab terhadap perilakunya.
4) Guru, yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh
berbagai pengalaman dalam mencapai harapannya.
5) Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya
batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup
kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang
ditimbulkannya.

B. PENDEKATAN BEHAVIORAL

1. Pandangan Tentang Manusia


Behavioral adalah suatu pandangan teoritis yang
beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa
mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas
(Chaplin, 2002: 54).
Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah
laku dapat dipelajari dan proses belajar tingkah laku adalah melalui
kematangan dan belajar.
Pendekatan behavioral didasarkan pada pandangan ilmiah
tentang tingkah laku manuisa yang menekankan pada pentingnya
pendekatan sistematik dan terstruktur pada konseling.

2. Konsep Dasar Pendekatan Behavioral

Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya


dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai
kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya
dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian.
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh
kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah
hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar,
sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.

3. Karakteristik Pendekatan Behavioral


a. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik.
b. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling.
c. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan
masalah konseli.
d. Penilaian yang objektif terhadap tujuan konseling.

4. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah


a. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-
kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah
laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau
lingkungan yang salah.
c. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon
tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif
terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan
dengan tepat.
d. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga
tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-
prinsip belajar.

5. Tujuan Pendekatan Behavorial


a. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
b. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.
c. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.
d. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang
merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons
yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
e. Konseli belajar perlaku baru dan mengeliminasi perilaku yang
maladaptif, memperkuat seta mempertahankan perilaku yang
diinginkan.
f. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran
dilakukan bersama antara konseli dan konselor.

6. Proses Pendekatan Behavorial


a. Merumuskan masalah yang dialami konseli dan menetapkan
apakah konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak.
b. Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan
konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam
konseling.
c. Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas
hasil-hasilnya.

7. Tahapan Dalam Pendekatan Behavorial


a. Assesment, bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika
perkembangan konseli. Diperlukan untuk mengidentifikasi metode
yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
b. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling.
c. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan
teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku
yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
d. Evaluation-termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian
apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan
mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
8. Teknik Dalam Pendekatan Behavorial
a. Latihan asertif
b. Desensitisasi sistematis
c. Pengkondisian aversi
d. Pembentukan tingkah laku model

C. KONSELING RINGKAS BERFOKUS SOLUSI

1. Hakikat Manusia

Pada dasarnya, KRBS didasarkan pada pandangan yang


positif dan optimistik tentang hakikat manusia. Manusia adalah
makhluk yang sehat dan kompeten. KRBS merupakan model
konseling yang nonpatologis yang menekankan pentingnya
kompetensi manusia daripada kekurangmampuan, dan kekuatan
daripada kelemahannya.
Manusia mampu membangun solusi yang dapat
meningkatkan kehidupannya. Manusia memiliki kemampuan
menyelesaikan tantangan dalam hidupnya. Bagaimanapun pengaruh
lingkungan terhadap manusia, konselor meyakini bahwa saat dalam
layanan konseling, konseli mampu mengonstruksi (membangun)
solusi terhadap masalah yang dihadapinya. Karena itu, konseli juga
mampu mengonstruksi solusi terhadap masalah-masalah yang
dihadapinya.

2. Teori Kepribadian
Dalam pelaksanaan bantuan terhadap konseli, KRBS tidak
menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang berkembang
saat ini. Konselor KRBS berkeyakinan bahwa kita tidak bisa
memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu. Oleh
karena itu, konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki
masa depan yang lebih baik dan lebih sehat, yaitu tujuan yang lebih baik
dan lebih sehat. Individu tidak bias mengubah masa lalu tetapi ia dapat
mengubah tujuannya. Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah
dan mengantarkan ke masa depan yang lebih produktif. Konselor perlu
mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif:
positif, proses, saat sekarang, praktis, spesifik, kendali konseli, bahasa
konseli.
Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan
masa lalu, KRBS berfokus pada saat sekarang yang dipandu oleh tujuan
positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli yang
berada di bawah kendalinya

3. Tujuan Konseling Ringkas Berfokus Solusi

a. Mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.


b. Mengantar konseli meraih kehidupan yang lebih sehat dan lebih
bahagia baik masa kini maupun ke masa depan.
c. Membantu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
diinginkan konseli, terjadi di dalam kehidupan mereka dan terus
terjadi.
d. Membantu konseli membangun visi yang dipilih untuk masa depan
mereka.
e. Membantu konseli mengidentifikasi hal-hal yang baik untuk
kehidupan mereka saat ini dan ke masa depan.
f. Membantu konseli membawa kesuksesan sekecil apapun ke dalam
kesadaran mereka.
g. Membantu konseli untuk mengulang keberhasilan yang pernah
mereka lakukan.
h. Pengubahan pandangan mengenai situasi atau kerangka berpikir,
pengubahan cara menghadapi situasi problematik, dan merekam
sumber-sumber dan kekuatan konseli.
4. Asumsi dan Aturan Dasar
Asumsi dasar :
a. Konseling hendaknya memusatkan pada solusi daripada
masalah bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat
b. Suatu strategi konseling yang efektif ialah menemukan dan
mengubah eksepsi/pengecualian (saat-saat individu bebas dari
belitan masalah) menjadi solusi.
c. Perubahan kecil mengarahkan pada perubahan yang lebih
besar
d. Konseli memiliki sumber-sumber yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah
e. Konselor hendaknya memusatkan pada pengembangan tujuan
bermakna yang dibangun konselor dan konseli dengan tekanan
pada apa yang diharapkan konseli daripada ide/pendapat
konselor.

Aturan dasar :
a. Menghindari penjelajahan/ekplorasi masalah.
b. Efisien dalam pelayanan konseling.
c. Memusatkan tindakan daripada pembahasan masalah yang
dialami konseli.
d. Berfokus pada saat sekarang dan mendatang.

5. Proses Konseling Ringkas Berfokus Solusi


a. Pembinaan hubungan baik
b. Penetapan tujuan
c. Penetapan dan pelaksanaan solusi
d. Pengakhiran
6. Teknik Konseling Ringkas Berfokus Solusi
a. Exception-finding questions (pertanyaan penemuan pengecualian),
membantu konseli memperjelas kondisi perubahan, memiliki
kekuatan dan kemampuan menyelesaikan masalah, memberikan
bukti nyata penyelesaian dan membantu menemukan kekuatan
dirinya yang terlupakan yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
b. Miracle questions (pertanyaan keajaiban), membantu memperjelas
tujuan dan menyoroti eksepsi masalah dengan merangsang konseli
untuk mengimajinasikan suatu solusi dan memberantas hambatan
dalam penyelesaian masalah serta membangun harapan terhadap
terjadinya perubahan yang diharapkan.
c. Scaling questions (pertanyaan berskala), untuk membantu konseli
mengetahui kemajuan yang dicapainya.
d. Compliments (penghargaan/pujian), memberikan penghargaan dan
pujian atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi
pencapaian tujuan konseli.
e. Presession change question (pertanyaan perubahan prapertemuan),
untuk menemukan eksepsi atau mengeksplorasi solusi yang telah
diupayakan konseli sebelum pertemuan konseling.
f. Formula first session task (formula tugas pertemuan pertama)
g. Pemberian balikan, digunakan untuk memotivasi konseli agar
mencapai tujuannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan teori di atas, menurut pendapat saya, metode


pendekatan konseling terbaik adalah metode pendekatan konseling realitas.
Pendekatan ini dapat secara langsung memberi solusi kepada konseli tanpa
harus membahas masa lalu yang dimiliki oleh konseli. Berfokus pada masa
kini dan mendatang, hal ini tentu akan membuat konseli merasa lebih
nyaman. Selain itu, pendekatan ini juga membantu konseli untuk dapat lebih
bertanggung jawab dan disiplin atas keinginan sendiri. Sehingga, konseli
dapat mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistis dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
Namun, terdapat banyak metode pendekatan dalam konseling yang
dapat digunakan pada individu. Setiap metode pendekatan memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode pendekatan
digunakan sesuai dengan kebutuhan tiap individu. Penggunaan metode
merupakan hasil analisa dari konselor terhadap konseli. Oleh karena itu,
metode pendekatan yang terbaik untuk satu individu belum tentu akan
cocok pada individu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, M. Andi. 2018. Pendekatan-Pendekatan Konseling (Teori dan Aplikasi).


Yogyakarta : Deepublish.
Patmala, Dwi Eka., Ani M., dan Rizqi B. 2016. Makalah Konseling Realitas.
Diakses dari https://dwiekasite.wordpress.com/2016/06/24/41/
Ahmad, Hariadi. 2017. Konseling Realitas William Glasser. Diakses dari
https://hariadimemed.blogspot.com/2017/12/konseling-realita-william-
glasser.html
Guru, Annisa. 2011. Terapi Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief
Therapy / SFBT). Diakses dari https://annisaguru.wordpress.com/2011/11/19/
terapi-singkat-berfokus-solusi-solution-focused-brief-therapy-sfbt/
Ali, M dkk. 2017. Pendekatan Konseling. Diakses dari https://www.usd.ac.id/
fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/bk/BAB-IV-
Pendekatan-Konseling.pdf

Anda mungkin juga menyukai