1. Teori Psikososial
Jawaban :
- Pemahaman setiap orang dalam mengembangkan kepribadian secara bertahap
Sebagai anak-anak, remaja dan orang dewasa, manusia melewati sejumlah tahap
yang berurutan, seperti memperoleh otonomi, inisiatif, identitas, kreativitas, dan
kapasitas membangun hubungan secara dekat dengan manusia lain. Namun, di
setiap tahap itu, ada kemungkinan seseorang malah mengembangkan kapasitas
yang sebaliknya, seperti ketidakpercayaan pada orang lain, rasa malu, rasa
bersalah, terisolasi, hingga inferioritas dan keputusasaan. Fenomena seperti ini
bisa ditemukan dalam banyak kasus perilaku menyimpang di kalangan anak-anak
dan remaja.
Albert Bandura merupakan salah satu tokoh utama yang mengembangkan social
learning theory atau teori belajar Sosial. Teori belajar sosial disebut juga sebagai
observational learning, yaitu belajar dengan cara mengamati perilaku orang lain. Teori
social learning menjelaskan bahwa seseorang mempelajari perilaku sosial dengan
melakukan pengamatan dan imitasi terhadap orang lain di lingkungan sosial mereka.
CONTOH :
- Salah satu contoh teori belajar sosial adalah ketika seorang anak
memperhatikan perilaku orangtuanya setiap hari, seperti pergi ke kantor,
menjalani hobi, atau menolong orang lain yang membutuhkan. Anak
kemungkinan dapat meniru perilaku-perilaku positif tersebut. Begitupun
sebaliknya. Jika orang tua ataupun lingkungannya melakukan perilaku buruk
maka anak akan meniru perilaku negatif itu pula.
Social learning theory adalah teori mengenai perilaku belajar manusia yang pada
intinya menganggap belajar dilakukan secara internal oleh individu dengan cara
melakukan observasi terhadap perilaku kelompok sosial, tidak hanya berdasarkan
respons akan stimulus eksternal saja.
Teori belajar sosial disebut sebagai observational learning, yaitu belajar dengan jalan
mengamati perilaku orang lain. Selanjutnya, observasional learning dianggap
merupakan bagian dari teori belajar sosial atau social learning theory yang
menjelaskan bahwa seseorang mempelajari perilaku sosial dengan melakukan
pengamatan dan imitasi terhadap orang lain di lingkungan sosial mereka yang telah
mendapatkan ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) dari perilaku yang telah
mereka lakukan (Mulyadi dkk, 2016, hlm. 37).
3. Teori Konflik
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat
adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan
kondisi semula.
Contoh :
Kemiskinan
- Kemiskinan melatar belakangi masyarakat untuk melakukan perubahan sosial
ke arah yang lebih baik, perubahan ini terbentuk karena masyarakat miskin
berupaya melakukan sesuatu hal yang bisa meningkatkan pendapatannya.
Namun karena sulitnya mendapatkan pekerjaan, banyak orang miskin
melakukan tindakan kriminalitas untuk mendapatkan uang, sedangkan orang
kaya bertahan untuk memperluaskan jaringan usahanya agar bisa bertahan
dalam kekayaan. Kondisi ini jika terjadi secara terus menerus akan
menyebabkan masyarakat berada dalam kesenjangan sosial yang lebih tinggi
dan menghasilkan konflik yang lebih besar lagi, selama itu pula konflik akan
terjadi dalam kehidupan masyarakat karena berdasarkan faktor ekonomi dan
perebutan antara status kaya dan miskin.
Pekerjaan sosial selama ini tidak hanya mengandalkan teori dari disiplin itu sendiri.
Bidang ini pun mengadopsi sejumlah teori dari ilmu-ilmu murni, seperti sosiologi,
psikologi, ekonomi, antropologi, biologi, medis, hukum, dan lain sebagainya.
Dikutip dari sejumlah sumber, salah satunya publikasi University of Nevada Reno,
berikut sejumlah teori pekerjaan sosial dan metode yang diterapkan di bidang ini
hingga sekarang, yaitu :
- Erik Erikson
- Albert Bandura
- Abraham Maslow
- Harry Hopkins
- Frances Perkins