Abstrak:
Dalam sosiologi dikenal dengan istilah paradigma yaitu cara pandang
atau cara melihat dari sudut pandang tertentu terhadap suatu masalah.
Memahami paradigma dalam sosiologi sangat penting bagi kita. Dalam
sosiologi ada tiga paradigma utama menurut Goerge Ritzer, yaitu, paradima
fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.
Paradigma kedua yaitu Definisi Sosial yakni bagamana seseorang
memahami fakta dengan dirinya. Menurut Ritzer paradigma ini dimasuki
oleh tiga teori, yaitu Teori Aksi yang digagas oleh Max Weber, Teori
Fenomenologis yang dikembangkan oleh Alfred Schutz, dan Teori
Interaksionalisme Simbolis yang tokoh populernya adalah G. H. Mead.
Secara khusus makalah ini akan mengkaji tentang teori aksi sosial
yang digagas oleh Max Weber. Teori aksi ini dikenal dengan tindakan sosial,
dimana Weber membedakan antara tindakan dan perilaku yang murni
reaktif. Perilaku reaktif ditafsirkan sebagai perbuatan otomatis yang tidak
melalui proses pemikiran. Perilaku muncul setelah ada stimulus
(rangsangan) dan terdapat jeda waktu diantara keduanya. Namun Weber
tidak memfokuskan perhatiannya pada masalah ini (masalah perilaku), ia
lebih memfokuskan pada masalah tindakan. Tindakan ditafsirkan sebagai
suatu orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subyektif hanya hadir
sebagai perilaku individual. Untuk mempelajari tindakan sosial, Weber
menganjurkan metode analitiknya melalui penafsiran dan pemahaman
(interpretative understanding) atau menurut terminologinya disebut dengan
verstehen.
Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam. Pertama,
Tindakan Rasional-Instrumental yaitu suatu tindakan yang ditentukan oleh
harapan terhadap perilaku obyek dalam lingkungan dan perilaku manusia
lain, yang mana harapan ini nanti merupakan syarat untuk mencapai tujuan
melalui upaya dan perhitungan yang rasional. Kedua, Tindakan Rasionalitas
nilai yaitu suatu tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran
akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius maupun bentuk perilaku
lain yang terlepas dari prospek keberhasilannya atau tindakan-tindakan
yang berkaitan dengan nilai - nilai dasar dalam masyarakat. Ketiga,
Tindakan Tradisional yaitu tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak
aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan. Selain itu, tindakan jenis ini
mencakup tingkah laku berdasarkan kebisaaan yang timbul dari praktik-
praktik yang telah mapan & menghormati otoritas yang telah ada.
A. PENDAHULUAN
Sosiologi secara etimologi berasal dari dua kata dasar, yaitu Socius dari
bahasa Latin yang berarti teman atau sesama dan logos dari bahasa Yunani yang
berarti ilmu. Jadi menurut Etimonologisnya sosiologi adalah ilmu tentang hidup
bersama atau ilmu tentang hidup sama atau ilmu tentang hidup bermasyakat.
Tetapi tentu saja deIinisi ini tidak memuaskan, karena cakupan sosiologi
sangatlah luas.
Menurut August Comte, sosiologi adalah ilmu positip tentang masyarakat.
Ia menggunakan kata positip yang artinya empiris. Jadi sosiologi baginya adalah
studi empiris tentang masyarakat. Menurut August Comte, obyek studi dari
sosiologi adalah tentang masyarakat, ada dua unsure yaitu struktur masyarakat
yang disebut statika sosial dan proses-proses sosial di dalam masyarakat yang
disebut dinamika sosial.
Menurut Emile Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari Iakta
sosial.Iakta sosial adalah sesuatu yang berada di luar individu. Contoh-contoh dari
Iakta sosial adalah kebisaaan-kebisaaan, peraturan-peraturan, norma-norma,
hukum-hukum dan adat istiadat. Dan Iakta sosial yang paling besar adalah
masyarakat menurut Durkhiem. Fakta sosial ini bersiIat eksternal, obyektiI dan
berada di luar individu.
Menurut Max Weber, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan
memahami tindakan sosial secara interpretatiI agar diperoleh kejelasan mengenai
sebab-sebab, proses dan konsekuensinya. Dengan kata lain, sosiologi adalah ilmu
yang berhubungan dengan pemahaman interpretatiI mengenai tindakan sosial agar
dengan demikian bisa diperoleh penjelasan kausal mengenai arah dan konsekuensi
dari tindakan itu. Dengan interpretative dimaksudkan untuk memahami arti dan
makna dari tindakan sosial.
Dalam sosiologi dikenal dengan dengan istilah paradigma yang merupakan
cara pandang atau cara melihat dari sudut pandang tertentu terhadap suatu
masalah. Memahami paradigma dalam sosiologi sangat penting bagi kita. Dalam
sosiologi ada tiga paradigma utama menurut Goerge Ritzer, yaitu, paradima Iakta
sosial, paradigma deIinisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.
1
. Paradigma fakta sosial.
Dalam paradigma Iakta sosial mengakui bahwa pokok persoalan yang
harus menjadi pusat perhatian dari penyelidikan sosiologi adalah Iakta sosial.
Fakta sosial itu adalah sesuatu (things) yang berada diluar individu tetapi bisa
mempengaruhi individu di dalam bertingkah laku. Misalnya masyarakat dengan
hukum, adat, kebisaaan, organisasi, hirarki kekuasaan, sistem peradilan, nilai-
nilainya dan institusi sosial lainnya. Secara garis besar Iakta sosial terdiri dua tipe,
yaitu struktur sosial dan pranata sosial.
SiIat sasaran dalam paradigma ini adalah objek, umum, makro, dan
eksternal, karena paradigma ini bagaimana Iakta itu memaksa seseorang
melakukan sesuatu. Ada dua teori besar yang bernaung di bawah paradigma Iakta
sosial, yaitu teori Iungsionalisme struktural dan teori konIlik.
a. Teori Fungsionalisme Struktural
Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu system yang teratur yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, di mana bagian
yang satu tidak bisa berIungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Bila
terjadi perubahan pada satu bagian akan menyebabkan ketidak seimbangan dan
dapat menyebabkan perubahan pada bagian lainnnya. Sebagai contoh institusi
pendidikan atau keluarga. Dalam keluarga ayah berIungsi sebagai kepala keluarga
yang melindungi dan memberi naIkah untuk keluarga dan ibu sebagai memelihara
kehidupan dalam rumah tangga dan mengasuh anak-anak. Kalau salah satu tidak
berIungsi maka akan terjadi kepincangan dalam keluarga tersebut. Teori ini
digagas oleh Emile Durkheim.
b. Teori Konflik
Teori ini merupakan reaksi atas teori Iungsionalisme. Teori konIlik
melihat elemen-elemen dan komponen-komponen dalam masyarakat merupakan
suatu persaingan dengan kepentingan yang berbeda sehingga pihak yang satu
selalu berusaha menguasai pihak yang lain. Pihak yang kuat berusaha menguasai
1
Materi perkuliahan, Dr. Dodi S. Truna
pihak yang lemah. Dengan demikian konIlik menjadi tak terhindarkan. Teori ini
digagas oleh Karl Mark.
. Paradigma Definisi Sosial
Paradigma ini menekankan kenyataan sosial yang subyektiI, tindakan
individu. Paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi atau ilmu yang
berusaha menaIsirkan dan memahami tindakan sosial, yaitu tindakan yang penuh
arti dari seorang individu.
SiIat sasaran kajian dari paradigm ini adalah subjektiI, khusus, mikro, dan
bebas karena paradigm ini bagaimana seseorang memahami Iakta dengan
sendirinya. Menurut Ritzer paradigma ini dimasuki oleh tiga teori, yaitu Teori
Aksi yang digagas oleh Max Weber, Teori Fenomenologis yang dikembangkan
oleh AlIred Schutz, dan Teori Interaksionalisme Simbolis yang tokoh populernya
adalah G. H. Mead.
a. Teori Aksi
Aksi sosial atau dikenal juga dengan tindakan sosial (social action)
merupakan suatu kegiatan yang terkoordinasikan untuk mencapai tujuan
perubahan kelembagaan dalam rangka memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah, mengoreksi ketidakadilan atau meningkatkan kualitas hidup manusia.
Terjadi atas inisiatiI dari tenaga proIesional di bidang kesejahteraan sosial,
ekonomi, politik, agama, militer, orang-orang yang secara langsung terkena
masalah.
b. Teori Interaksionnisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik menyatakan bahwa individu atau manusia
dalam berinteraksi tidak hanya memberi reaksi terhadap tingkah laku atau
perbuatan individu lain, melainkan terlebih dahulu menaIsirkan atau memberi
interpretasi sebelum bertindak. Di sinilah letak perbedaan manusia/individu
dengan hewan. Hewan hanya memberi reaksi tanpa memberi interpretasi, tetapi
manusia memberi reaksi setelah itu menaIsir arti atas tindakan atau aksi tersebut.
c. Teori fenomenologi
Teori ini berpendapat bahwa manusia atau individu bisa menciptakan
dunia sosialnya sendiri dengan memberikan arti kepada perbuatan-perbuatannya
itu. Teori ini muncul sebagai reaksi atas anggapan yang memandang bahwa
manusia atau individu dibentuk oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mengitarinya.
Untuk melakukan studi Ienomenologis orang harus tinggal dalam masyarakat
yang bersangkutan agar ia bisa menangkap arti Ienomena sosial yang ada dalam
masyarakat itu. Tokoh terkemuka teori ini adalah AlIred Schultz.
. Paradigma perilaku sosial
Paradigma ini menyatakan bahwa obyek studi sosiologi yang konkrit dan
realistis ialah perilaku manusia atau individu yang tampak dan kemungkinan
perulangannya. Paradigma ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara
pribadi dan hubungan pribadi dengan lingkungannya. Menurut paradigma ini
tingkah laku seorang individu mempunyai hubungan dengan lingkungan yang
mempengaruhi dia dalam bertingkah laku. Menurut teori ini tingkah laku manusia
atau individu lebih ditentukan oleh sesuatu diluar dirinya seperti norma-norma,
nilai-nilai atau struktur sosialnya. Jadi dalam hal ini individu atau aktor kurang
sekali memiliki kebebasan. Teori yang bernaung dibawah paraigma ini adalah
teori pertukaran dan tokoh utamanya Goerge Hommas.
A.Teori pertukaran nilai
Teori ini berangkat dari asumsi dasar /o ut /es artinya saya memberi
supaya kamu juga memberi. Menurut Goerge Simmel peletak toeri ini, semua
kontak di antara manusia bertolak dari skema memberi dan mendapatkan kembali
dalam jumlah yang sama.
B. PEMBAHASAN
. Biografi
Max Weber lahir di ErIurt, Jerman pada tanggal 21 april 1864
yang dilahirkan dari keluarga menengah. Ia dilahirkan dari latar
belakang keluarga yang berbeda.
2
2
George Ritzer & Douglas J. Goodman, %eori sosiologi. 2008. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Halaman 124
jati dirinya sama dengan pandangan hidup ayahnya tetapi juga pada waktu itu
memilih karir bidang hukum seperti ayahnya.
3
Setelah kuliah tiga semester Weber meninggalkan Heidelberg untuk dinas
militer dan tahun 1884 ia kembali ke Berlin, ke rumah orang tuanya, dan belajar
di Universitas Berlin. Ia tetap disana hampir 8 tahun untuk menyelesaikan studi
hingga mendapat gelar Ph.D., dan menjadi pengacara kemudian mulai mengajar
di Universitas Berlin. Dalam proses itu minatnya bergeser ke ekonomi, sejarah
dan sosiologi yang menjadi sasaran perhatiannya selama sisa hidupnya. Selama 8
tahun di Berlin, kehidupannya masih tergantung pada ayahnya, suatu keadaan
yang segera tak disukainya. Pada waktu bersamaan ia beralih lebih mendekati
nilai-nilai ibunya dan antipati terhadapnya meningkat. Kemudian ia menempuh
kehidupan prihatin (ascetic) dan memusatkan perhatian sepenuhnya untuk studi.
Misalnya, selama satu semester sebagai mahasiswa, kebiasaan kerjanya dilukiskan
sebagai berikut : 'Dia terus mempraktikkan disiplin kerja yang kaku, mengatur
hidupnya berdasarkan pembagian jam-jam kegiatan rutin sehari-hari ke dalam
bagian-bagian secara tepat untuk berbagai hal. Berhemat menurut caranya, makan
malam sendiri dikamarnya dengan 1 pon daging sapi dan 4 buah telur goreng.
Jadi, dengan mengikuti ibunya, Weber menjalani hidup prihatin, rajin,
bersemangat kerja, tinggi dalam istilah modern disebut Workaholic (gila kerja).
Semangat kerja yang tinggi ini mengantarkan Weber menjadi proIesor ekonomi di
Universitas Heidelberg pada 1896.
4
Pada tahun 1896, ia berhasil menjadi ProIesor ekonomi di Heidelberg.
Namun ia mulai mengalami keruntuhan mental pada tahun 1897, saat ayahnya
meninggal dunia setelah bertengkar dengan dirinya. Ia berada dalam kondisi yang
hampir mati suri. Namun ia pulih kembali pada tahun 1903 dan pada 1904 ia
kembali ke dunia akademik. Pada 1905 ia menerbitkan hasil karyanya yang
berjudul %he Protestant Ethic an/ %he Spirit of Capitalism. Selain itu, ia juga
3
ProI. Dr. Faisal Halim, M.Hum : doktorpaisal.wordpress.com/2009/11/24/biograIi-max-weber
4
-i/
menulis karya yang berjudul etho/ology of the Social Sciences pada tahun yang
sama.
5
Meski terus diganggu oleh masalah psikologis, setelah 1904 Weber
mampu memproduksi beberapa karya yang sangat penting. Ia menerbitkan hasil
studinya tentang agama dunia dalam perspektiI sejarah dunia (misalnya Cina,
India, dan agama Yahudi kuno). Menjelang kematiannya (14 Juni 1920) ia
menulis karya yang sangat penting, Economy an/ Society. Meski buku ini
diterbitkan, dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, namun
sesungguhnya karya ini belum selesai. Selain menulis berjilid-jilid buku dalam
periode ini, Weber pun melakukan sejumlah kegiatan lain. Ia membantu
mendirikan German Sociological Society di tahun 1910. Rumahnya dijadikan
pusat pertemuan pakar berbagai cabang ilmu termasuk sosiologi seperti Georg
Simmel, AlIred, maupun IilsuI dan kritikus sastra Georg Lukacs (ScaII,
1989:186:222). Weberpun aktiI dalam aktivitas politik dimasa itu. Ada
ketegangan dalam kehidupan Weber dan, yang lebih penting, dalam karyanya,
antara pemikiran birokratis seperti yang dicerminkan oleh ayahnya dan rasa
keagamaan ibunya. Ketegangan yang tak terselesaikan ini meresapi karya Weber
maupun kehidupan pribadinya.
6
. Hasil Karya
7
Ini adalah daItar karya Max Weber yang disusun secara kronologis. Judul-
judul aslinya serta tanggal penerbitan dan judul terjemahan diberikan apabila
mungkin, kemudian daItar karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan tanggal tertua yang ditemukan dari terbitan terjemahan. DaItar
terjemahannya kemungkinan sekali tidak lengkap.
Catatan: Weber menulis buku-bukunya dalam bahasa Jerman. Judul-judul
asli yang dicetak setelah kematiannya (1920) kemungkinan sekali merupakan
kompilasi dari karya-karyanya yang belum selesai (perhatikan bentuk judul
'Kumpulan Esai...'). Banyak terjemahan yang dibuat dari bagian atau seleksi dari
5
Campbell, Tom. %ufuh %eori Sosial (Sketsa, Penilaian, Per-an/ingan). 1994. Yogyakarta :
Kanisius. Halaman 199-200.
6
Faisal Halim, Op. Cit
7
http://id.wikipedia.org/wiki/DaItarkaryaMaxWeber
Terkait hal ini, Weber percaya bahwa sejarah terdiri dari berbagai
Ienomena spesiIik yang tidak akan habis. Untuk mempelajari Ienomena ini harus
melalui beragam konsep yang diciptakan untuk menunjang penelitian di dunia
nyata. Disinilah sosiologi memiliki peran sebagai pengembang konsep-konsep
tersebut yang digunakan sejarah dalam menganalisa kausalitas tentang Ienomena
sejarah yang spesiIik.
Weber mendeIinisikan sejumlah tipe arti sosial dan ia pun menyatakan
perkembangan dari pendekatan bertingkat. Hal ini melibatkan dua teknik
metodologi utama, yaitu menerjemahkan pengertian atau mamahami sesuatu
(versthehen) dan melakukan percobaan (gimnastik).
8
Istilah versthehen (Pemahaman SubyektiI) diartikan Weber sebagai suatu
penggunaan intuisi oleh peneliti, yang melibatkan penelitian yang ketat &
sistematis serta melalui prosedur studi yang rasional. Verstehen merupakan suatu
metode yang dilakukan Weber untuk memperoleh pemahaman yang valid (sah)
tentang arti-arti subyektiI dari suatu tindakan sosial yang memerlukan rasa empati
untuk memahami arti-arti subyektiI tersebut.
9
Max Weber menawarkan model analisis sistem simbol dengan pendekatan
Jerstehen (pemahaman) yang memungkinkan orang untuk bisa menghayati apa
yang diyakini oleh pihak lain tanpa prasangka tertentu. Dalam tradis Jerstehen,
jika obyeknya adalah sistem budaya, maka bisa dipihal antara tradisi agung (great
tr/ition) dan tradisi rendah (litlle tra/ition).
Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi
idealis adalah tekanannya pada verstehen (pemahaman subyektiI) sebagai metode
untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektiI tindakan
sosial. Bagi weber, istilah ini tidak hanya sekedar merupakan introspeksi.
Intrspeksi bisa memberikan seorang pemahaman akan motiInya sendiri atau arti-
arti subyektiI, tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektiI dalam
tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empati, kemampuan
untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang prilakunya mau
8
Graham C. Kinloch. Perkem-angan /an Para/igma Utama Sosiologi. 2009. Pustaka Setia:
Bandung, hal. 142
9
Doyle Paul Johnson. %eori Sosiologi Klasik /an o/ern. 1986. Jakarta : PT Gramedia. Halaman
216 217.
dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektiI itu.
Proses itu menunjuk pada konsep 'mengambil peran yang terdapat dalam
interaksionisme simbol.
Tindakan Subyek harus dimengerti dalam hubungannya dengan arti
subyektiI yang terkandung didalamnya. Untuk itu, orang perlu mengembangkan
suatu metode untuk mengetahui arti subyektiI ini secara obyektiI dan analitis.
Konsep Rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa obyektiI mengenai arti-
arti subyektiI dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-jenis
tindakan sosial yang berbeda. Pendekatan ' obyektiI hanya berhubungan dengan
gejala-gejala yang dapat diamati (benda Iisik atau perilaku nyata), sedangkan
pendekatan 'subyektiI ' berusaha untuk memperhatikan juga gejala-gejala yang
sukar ditangkap dan tidak dapat diamati seperti perasaan individu, pikiran dan
motiI-motiInya.
Memahami reaitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti
menjelaskan mengapa manusia menentukan pilihan. Metode yang dikembangkan
oleh Weber adalah Jerstehen, karena menurutnya sosiologi juga adalah manusia
yang mengapresiasi lingkungan sosial dimana mereka berada, memperhatikan
tujuan-tujuan warga masyarakat yang bersangkutan dan oleh sebab itu berupaya
memahami tindakan mereka, sehingga konsep inilah yang dapat membedakan
antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu sosial.
Verstehen adalah suatu metode pendekatan yag berusaha untuk mengerti
makna yang mendasari dan mengitari peristiwa social dan histori. Pendekatan ini
bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi social didukung oleh jaringan makna
yang di buwat oleh actor yang terlibat di dalamnya. Yang menjadi inti dari
sosiologi bukanlah bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun
nilai yang obyektiI dari tindakan, melainkan semata-mata arti yangnyata dari
tindakan perseorangan yang timbul dari alasan subyektiI itu yang di sebut dengan
Jerstehen/e sociologie.
10
4. Teori Sosiologi Max Weber (Aksi Sosial)
10
http://bintangjiwaku.blogspot.com/2010/11
Weber adalah orang yang pertama kali menggagas teori aksi sosial. Dalam
hal ini, Weber membedakan antara tindakan dan perilaku yang murni reaktiI.
Perilaku reaktiI ditaIsirkan sebagai perbuatan otomatis yang tidak melalui proses
pemikiran. Perilaku muncul setelah ada stimulus (rangsangan) dan terdapat jeda
waktu diantara keduanya. Namun Weber tidak memIokuskan perhatiannya pada
masalah ini (masalah perilaku). Weber lebih memIokuskan pada masalah
tindakan. Tindakan ditaIsirkan sebagai suatu orientasi perilaku yang dapat
dipahami secara subyektiI hanya hadir sebagai perilaku individual.
11
Aksi sosial adalah suatu kegiatan yang terkoordinasikan untuk mencapai
tujuan perubahan kelembagaan dalam rangka memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah, mengoreksi ketidakadilan atau meningkatkan kualitas hidup manusia.
Terjadi atas inisiatiI dari tenaga proIesional di bidang kesejahteraan sosial,
ekonomi, politik, agama, militer, orang-orang yang secara langsung terkena
masalah.
12
Aksi sosial adalah usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau
pencegahan terhadap praktek dalam situasi sosial yang telah ada didalam
masyarakat melalui pendidikan, propaganda, persuasi atau pertukaran melalui
tujuan yang dianggap baik oleh perencana aksi sosial.
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu
yang dapat mempengaruhi individuindividu lainnya dalam masyarakat. Tindakan
sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. %in/akan rasionalitas sarana tufuan (%in/akan Rasional-nstrumental)
13
Yaitu suatu tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku
obyek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain, yang mana harapan ini nanti
merupakan syarat untuk mencapai tujuan melalui upaya dan perhitungan yang
rasional. Contoh : seseorang belajar agar pandai, untuk meraih status sosial yang
lebih tinggi kita perlu pendidikan, bekerja Keras untuk mendapatkan naIkah yang
cukup .
11
George Ritzer & Douglas J. Goodman, %eori sosiologi. 2008. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Halaman 136 138.
12
Drs. Hudri : Ensiklopedia Mini Pekerjaan Sosial.
13
Johnson, Doyle Paul. %eori Sosiologi Klasik /an o/ern. 1986. Jakarta : PT Gramedia.
Halaman 220.
Tujuan dan sasaran dari aksi sosial/ social action adalah perubahan
Iundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melaui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi
sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang
sering kali menjadi 'korban ketidakadilan struktur.
Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat
diorganisir melalui penyadaran, pemberdayaan dan tindakan aktual untuk
mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi,
kemerataan dan keadilan.
Aksi pekerja sosial masuk ke dalam dua klasiIikasi primer yaitu praktik
langsung (aksi dengan para kelayan) dan praktik tidak langsung (aksi dengan
sistem-sistem lain daripada para kelayan).
. Aksi Praktik Langsung
Praktik langsung menyangkut aksi dengan para individu, keluarga-
keluarga, dan kelompok-kelompok kecil yang memIokuskan pada perubahan baik
transaksi dalam keluarga atau sistem kelompok kecil atau dalam cara para
individu, para keluarga dan Iungsi kelompok-kelompok kecil dalam hubungan
dengan orang-orang dan institusi-institusi kemasyarakatan dalam lingkungan
mereka, misalnya aksi dalam situasi krisis, aksi memberdayakan para kelayan.
Praktik langsung tampaknya termasuk dalam kategori-kategori sebagai berikut :
1. Aksi yang dilakukan untuk memungkinkan pengembangan hubungan-
hubungan.
2. Aksi yang dilakukan untuk memungkinkan pengembangan pemahaman
tentang orang-orang dalam situasi-situasi tertentu.
3. Aksi yang dilakukan dalam proses perencanaan.
4. Aksi yang dilakukan untuk memungkinkan kelayan mengetahui dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
5. Aksi yang memberdayakan para kelayan.
6. Aksi yang dilakukan dalam situasi-situasi krisis.
7. Aksi yang dilakukan untuk mendukung keberIungsian sosial para kelayan.
dilakukan dengan pertolongan dan bekerja untuk seorang kelayan, hanya apa yang
tidak dapat kelayan lakukan untuk dirinya.
2. Hak menentukan diri sendiri kelayan
Aksi yang sangat diharapkan pada kelayan harus digunakan kapanpun yang
mungkin. Aksi pekerja direncanakan dengan kelayan selama Iase perencanaan
dari proses pertolongan.
3. Individualisasi
Tiap aksi yang dilakukan harus diadaptasikan berbeda dengan kebutuhan-
kebutuhan dan karakteristik-karakteristik sistim kelayan tertentu dengan sistim
mana aksi tersebut digunakan. Hal ini memerlukan pekerja mengadaptasikan aksi,
bergantung pada karakteristik kelayan dan situasi dan menjadi kreatiI dalam
penggunaan tiap aksi tersebut.
4. Pengembangan
Aksi pekerja bergantung pada tahap perkembangan sistim kelayan, pada tahap
perkembangan yang berbeda individu, keluarga dan kelompok kecil, yang
masing-masing memerlukan macam pertolongan yang berbeda.
5. Saling ketergantungan ( Interdependance )
Aksi pekerja bergantung pada bagian aksi kelayan, ada selalu pertimbangan dari
aktiIitas kelayan dan kapasitas kelayan untuk berubah. Aksi pekerja dan kelayan
harus saling melengkapi.
Bilamana pekerja sosial sedang melakukan aksi untuk memberdayakan
para kelayan, menggunakan sumber-sumber yang tersedia, Iungsi pekerja sosial
adalah untuk menghubungkan orang dengan sumber dimana mereka dapat
menggunakan dalam memenuhi kebutuhannya dan dengan demikian
meningkatkan keberIungsian sosialnya dan menangani kapasitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Tom. %ufuh %eori Sosial (Sketsa, Penilaian, Per-an/ingan). 1994.
Yogyakarta : Kanisius.
Doyle Paul Johnson. %eori Sosiologi Klasik /an o/ern. 1986. Jakarta : PT
Gramedia.
George Ritzer & Douglas J. Goodman, %eori sosiologi. 2008. Yogyakarta : Kreasi
Wacana.
Graham C. Kinloch. Perkem-angan /an Para/igma Utama Sosiologi. 2009.
Pustaka Setia: Bandung
Drs. Hudri : Ensiklopedia Mini Pekerjaan Sosial.
Johnson, Doyle Paul. %eori Sosiologi Klasik /an o/ern. 1986. Jakarta : PT
Gramedia.
ProI. Dr. Faisal Halim, M.Hum :
doktorpaisal.wordpress.com/2009/11/24/-iografi-max-we-er
http://id.wikipedia.org