Anda di halaman 1dari 6

A.

Apa itu Teori


Kata teori memberikan arti yg bermacam-macam kepada setiap orang. Ada yang
menghubungkan dengan hal-hal yg tidak realistis. Coba diperhatikan kata-kata yang orang sering
bicara tentang teori berikut ini:
1. Itu Cuma teori sedang kenyataan lain.
2. Teori tidak sejalan dengan hal-hal yang praktis
3. Jangan Cuma berteori tetapi coba berbuat
4. Apa gunanya teori kalau tidak didukung oleh fakta.
Keberatan seperti itu bisa juga dating dari mahasiswa. Misalnya menpertanyakan tentang
pentingnya teori sosiologi karna mereka berfikir bahwa apalah gunanya teori kalau faktanya
sudah diketahui. Orang cukup bicara fakta dan tidak perlu bicara teori. Masalahnya ialah tidak
semua fakta jelas di dalam dirinya sendiri. Ada banyak fakta yang samar-samar, dalam hal ini
kita butuh teori untuk menjelaskannya.
Teori berusaha memberikan interpretasi atas fakta yang bersifat samar-samar itu. DefinisiTeori:
“Teori ialah seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu
pandangan sistematis tentang fenomen dengan merinci hubungan-hubungan antar
variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu” (Kerlinger, 2000: 14)
FungsiTeori:
 Sistematika ilmu pengetahuan
 Untuk esplanasi, prediksi, dan kontrolsosial
 Untuk mengembangkan hipotesa.
Teori implisit Vs teori eksplisit
Teori implicit adalah kebenaran-kebenaran baku yang diterima begitu saja di dalam masyarakat
tanpa mengujinya terlebih dahulu.
Teori eksplisit adalah proposisi-proporsi yang diuji melalui data lapangan.

B. Konstruksi Teori
Konsep adalah suatu kata yang menunjuk kepada suatu gejala atau fenomena. Konsep terbagi
dua yaitu yang dapat diamati (Observable) dan yang tidak dapat diamati secara langsung
(construct).
Sistem Klasifikasi, konsep membentuk dasar yang penting untuk klasifikasi. Dengan
menggunakan variabel, kita bias bedakan satu hal dari halainnya. Variabel yang terdapat dalam
system klasifikasi dibedakan atas dua yaitu variabeldiskrit dan variabelcontinuum
.Variabeldiskrit adalah yang perbedaannya cukup jelas dan tajam. Contoh seks menunjuk kepada
laki-laki dan perempuan. Kewarganegaraan = Indonesia, Malaysia, Brunei dll. Variabel
continuum adalah variable perbedaannya tidak begitu jelas dan tajam. Contoh: Tinggi badan.
Atauberat badan dll.
 Proposisi, adalah suatu pernyataan mengenai hubungan antara dua atau lebih konsep atau
variabel.
 Penjelasan kausal, secara ideal usaha untuk mengembangkan pernyataan-pernyataan yang
ada dalam propisisi harus terarah kepada penjelasan klausal. Contoh: X menyebabkan Y.
 Para ahli filsafat ilmu membedakan sebab-sebab atas sebab-sebab yang mutlak perlu
(necessary) dan sebab yang cukup (suffient)
 Sebab-sebab yang mutlak perlu (necessary) adalah sebab-sebab atau kondisi-kondisi
(variable pertama) yang harus ada supaya akibat atau kondisi-kondisi lainnya (variable
kedua) bias terjadi.
 Sebab-sebab yang cukup (Suffient) adalah sebab-sebab yang tingkat kemutlakannya lebih
rendah dari sebab yang necessary.
 Variabelindependen dan dependen
 Variabel adalah: cirri-ciri seseorang atau sekelompok orang atau fenomena yang bias
menunjukkan perbedaan.
 Ada dua macam variable yaitu variable indenpenden atau variable bebas yang biasa
disimbolkan X dan variable dependen atau variable terkait yang biasa disimbolkan
dengan Y.
 Teori adalah seperangkat proposisi.
Proposisi adalah pernyataan yang menghubungkan dua atau lebih konsep atau variabel.
Perludi ingat
 Ada teori yang bersifat aksiomatis atau deduktif dan ada teori yang bersifat induktif.
Teori deduktif bertolak dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat
khusus.
Teori Induktif bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat
umum.
Bahwa teori dalam ilmu sosial tidak sama dalam ilmui lmu alam. Kalau dalam ilmu alam
teori begitu pasti sedang teori dalam ilmu sosial lebih bersifat paradigm atau perspektif
dari pada teori spt dirumuskan dalam ilmu alam.

C. SOSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN BERPARADIGMA GANDA


Secara garis besar George Ritzer mengelompokkan teori sosiologi dalam tiga paradigm yaitu
fakta sosial yang membawa hiteoristruktural fungsional, dan teori konflik. Paradigma define
sisosial, membawahi: teori tindakan, dramaturgi, interaksionis simbolik, fenemenologi,
etnometodologi, dan teoriaksi. Paradigma perilaku sosial, membawahi teori sosiologi perilaku
dan teori pertukaran sosial
Margaret Poloma mengkelompokkan teori sosiologi yaitu:
Teori sosiologi naturalis, menaungi beberapa teori yaitu structural fungsional, konflik,
teoripertukaran, teori strukturalisme, dan teori sistem
Teori sosiologi interpretatif, menaungi teori drama turgi, interaksi onissim bolik, fenomenologi,
dan etnometodologi.
Teori evaluatif, menaungi teori sosiologi Wright Mills tetang perpaduan strukturalisme dan
psikologi sosial, teori sosiologi ref lektif dari Alvin Gouldner, dan teori masyarakat post industry
dari Daniel Bell

D. FAKTA SOSIAL
Emile Durkheim sebagai pelatak dasar paradigma fakta sosial merupakan tokoh sentral dalam
sejarah awal perkembangan sosiologi.
Durkheimlah yang berhasil menjadikan sosiologi sebagai ilmu bersifat otonom terlepas dari
pengaruh filsafat dan psikologi sosial dan mendapat pengakuan secara akademik
Kerja keras Durkheim itu ditunjukkan lewat karyanya The Rule of Sociological Method (1895).
Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut dengan
fakta sosial. Fakta sosial itu merupakan sesuatu yang benar ada (riil) dan memiliki kekuatan dan
struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu (Ritezer dan Goodman, 2004).
Fakta sosial mesti dipelajari dengan perolehan data dari luar pikiran kita melalui metode
observasi dan eksperimen
Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial material dan non material. Yaitu:

• Fakta sosial material seperti gaya arsitektur, teknologi, hukum dan perundang-
undangan,

• Apa yang saat ini disebut norma dan nilai, atau budaya oleh sosiolog secara umum
adalah contoh yang tepat untuk apa yang disebut Durkheim dengan fakta sosial
nonmaterial.
Durkheim mengemukakan dengan tegas tiga karakteristik fakta sosial, yaitu :
1. Gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu
2. Fakta itu memaksa individu. Individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong, atau
dengan cara tertentu dipengaruhi oleh pelbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya
3. Fakta itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat.
Dengan kata lain, fakta sosial itu merupakan milik bersama bukan sifat individu perorangan
Durkheim menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali
bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan
hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu
bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran.
Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat restitutif: ia
bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu
masyarakat yang kompleks

Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik


Durkheim, masyarakat tradisional bersifat mekanis dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa
setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan.
Dalam masyarakat tradisional, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual –
Norma-norma sangat kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi Solidaritas Mekanik dan
Solidaritas Organik
Durkheim, Masyarakat modern,dimana pembagian kerja sangat kompleks menghasilkan
solidaritas organik. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial
menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi
dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Bunuh diri tergolong kedalam beberapa bagian,yaitu:


 Bunuh diri Egoistik,bunuh diri egoistik yang tinggi kemungkinan akan ditemukan dalam
masyarakat atau kelompok-kelompok tempat individu tidak terintegrasi dengan baik ke
dalam unit sosial yang lebih besar. Kurangnya integrasi yang dirasakan menyebabkan
individu yang bersangkutan merasa bukan bagian dari masyarakatnya, dan masyarakat itu
sendiri bukan bagian dari individu
 Bunuh diri Altruistik. Bunuh diri karena altruistik disebabkan karena integrasi sosial yang
terlalu tinggi/kuat. Rasa cinta yang berlebih (integrasi yang kaut) dapat mengantarkan
seseorang melakukan bunuh diri
 Bunuh Diri Anomik. Bunuh diri karena anomik disebabkan karena regulasi (norma-
norma, aturan-aturan, adat-istiadat dan lainnya) sebagai pengatur masyarakat menjadi
terganggu.
E. PENDIDIKAN,Durkheim berpendapat bahwa pendidikan mempunyai banyak fungsi:
1. Memperkuat solidaritas sosial
 Sejarah: belajar tentang orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik bagi banyak
orang membuat seorang individu merasa tidak berarti.
 Menyatakan kesetiaan: membuat individu merasa bagian dari kelompok sehingga akan
mengurangi kecenderungan untuk melanggar peraturan.
2. Mempertahankan peranan sosial
 Sekolah adalah miniatur dari masyarakat. Sekolah mempunyai hierarkhi, aturan, tuntutan
yang sama dengan "dunia luar". Sekolah mendidik orang muda untuk memenuhi berbagai
peranan.
3. Mempertahankan pembagian kerja.
 Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecakapan. Mengajar siswa untuk
mencari pekerjaan sesuai dengan kecakapan mereka

F. TEORI SIKLUS PERUBAHAN IBNU KHALDUM


Teori ashabiyyah, Ibnu Khaldun membuat teori tentang tahapan timbul tenggelamnya suatu
Negara atau sebuah peradaban.
Ibn Khaldum membagi lima tahap perubahan, yaitu:
1. Tahap sukses atau tahap konsolidasi
2. Tahap ini dimana otoritas negara didukung oleh masyarakat (`ashabiyyah) yang berhasil
menggu lingkan kedaulatan dari dinasti sebelumnya.
3. Tahap Tirani
Tahap dimana penguasa berbuat sekehendaknya pada rakyatnya. Pada tahap ini, orang
yang memimpin negara senang mengumpulkan dan memperbanyak pengikut. Penguasa
menutup pintu bagi mereka yang ingin turut serta dalam pemerintahannya. Maka segala
perhatiannya ditujukan untuk kepentingan mempertahankan dan memenangkan
keluarganya
4. Tahap sejahtera
Ketika kedaulatan telah dinikmati. Segala perhatian penguasa tercurah pada usaha
membangun negara.
5. Tahap kepuasan hati, tentram dan damai.
Pada tahap ini, penguasa merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun para
pendahulunya.
6. Tahap hidup boros dan berlebihan.
Pada tahap ini, penguasa menjadi perusak warisan pendahulunya, pemuas hawa nafsu dan
kesenangan. Pada tahap ini, negara tinggal menunggu kehancurannya.
Tahap-tahap tersebut menurut Ibnu Khaldun memunculkan tiga generasi
Kemunculan peradaban baru ini biasanya diikuti dengan kemunduran suatu peradaban lain
(Muqaddimah: 172). Tahapan-tahapan di atas kemudian terulang lagi, dan begitulah seterusnya
hingga teori ini dikenal dengan Teori Siklus

Anda mungkin juga menyukai