Anda di halaman 1dari 319

1

BAB I
KETERKAITAN ANTARA TEORI SOSIOLOGI DENGAN
SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

A. TEORI TINDAKAN SOSIAL
Teori ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran sosiolog
sebelumnya, seperti Alferd Marshall, Vilfredo Pareto, Emile Durkheim, dan
Max Weber yang dituangkan dalam karyanya The Structure of Social Action
(1937). Inti argumennya adalah bahwa keempat tokoh teoritis tersebut
akhirnya sampai pada suatu titik temu dengan elemen-elemen dasar untuk
suatu teori tindakan social yang bersifat voluntaristik, walaupun mereka
berbeda dalam titik tolaknya. Dalam analisisnya, Parsons menggunakan
kerangka alat tujuan (means ends framework) yang intinya (a) tindakan itu
diarahkan pada tujuannya atau memiliki suatu tujuan; (b) tindakan terjadi
dalam suatu situasi, dimana beberapa elemennya sudah pasti, sedangkan
elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak sebagai alat untuk
mencapai tujuan tersebut; (c) secara normative tindakan itu diatur
sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan. Dalam arti bahwa tindakan
itu dilihat sebagai satuan kenyataan sosial yang paling kecil dan paling
fundamental. Elemen-elemen dasar dari suatu tindakan adalah tujuan, alat,
kondisi, dan norma. Antara alat dan kondisi itu berbeda, orang yang
bertindak mampu menggunakan alat dalam usahanya untuk mencapai tujuan,
sedangkan kondisi merupakan aspek situasi yang dapat dikontrol oleh orang
yang bertindak.
1

Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu bahwa tindakan
individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di samping itu, tindakan itu
terjadi pada suatu kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur
lainnya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara
normative tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan
tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan itu
dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang unsur-
unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma. Dengan demikian, dalam
tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan
alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga

1
Dadang Supardan, pengantar ilmu sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 hlm: 153
2

individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih
tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu
diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu manusia itu
juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa motivasional dan
orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu tersebut dalam
realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur sebagaimana
dikemukakan di atas.
Max Weber menyatakan mengenai teori perilaku sosial (Social
Action Theory) atau disebut juga dengan teori tindakan sosial bahwa adanya
suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri
anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada
kelakuannya. konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang
tidak melibatkan proses pemikiran. Stimulus datang dan perilaku terjadi,
dengan sedikit saja jeda antara stimulus dan respons. Ia memusatkan
perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas campur tangan proses pemikiran
antara terjadinya stimulus dan respons. Salah satu contoh dari jenis-jenis
tindakan social max weber adalah Tindakan Afektif dimana Tindakan ini
sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan-
pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan
matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi
spontan atas suatu peristiwa. Contohnya tindakan meloncat-loncat karena
kegirangan, menangis karena orang tuanya meninggal dunia, dan sebagainya.

B. TEORI EVOLUSI SOSIAL
1. Pengertian Teori Evolusi Sosial
Evolusi sosial (social evolution) menurut bahasa evolution yaitu
perkembangan secara perlahan-lahan. Social yaitu berkenaan dengan
masyarakat, suka bergotong royong, senang bergaul.
Sedangkan menurut istilah evolusi sosial yaitu perubahan masyarakat
kebudayaan melalui urutan pentahapan yang sama dan bermula dari tahap
perkembangan awal menuju ke tahap perkembangan terakhir
2
. Teori-teori
evolusi menyatakan bahwa perubahan masyarakat dan kebudayaan memiliki

2
Makalah Teori-Teori Sosial semester IV Jurusan P. IPS. Hlm. 3 .
3

arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat, dan mana kala tahap terakhir
telah dicapai maka pada saat itu perubahan evolusi pun berakhir.
3


2. Rasionalitas dan Karya Herbert Spencer dalam Teori Evolusi Sosial
Herbert Spencer mengatakan bahwa prinsip evolusi yang menguasai
semua makhluk baik alam aslinya, manusia, maupun masyarakat, mencakup
mulai dari homogenitas yang tak beraturan, yang kacau membingungkan,
hingga heteroginitas yang teratur dan masuk akal. Cara lain untuk
menyatakan ini adalah dengan mengatakan evolusi adalah diferensiasi dan
intetegrasi secara beraturan. Herbert Spencer dalam menyusun teori
perubahan sosialnya, yakni bahwa masyarakat adalah sebuah organisasme,
yakni sesuatu yang hidup. Pendapat Spencer tentang evolusi masyarakat itu
dapat disimpulkan bahwa: (1) berbagai fakta menunjukkan evolusi sosial
adalah bentuk bentuk dari suatu bagian keseluruhan evolusi. Masyarakat
memperlihatkan suatu integrasi (2) perubahan dari homogenitas kepada
heterogenitas, dari kelompok kecil kebangsa beradap adalah penuh dengan
ketaksamaan struktural dan fungsional.
4

Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi,
ia juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial. Dia
berkontribusi terhadap berbagai macam subyek, termasuk etnis, metafisika,
agama, politik, retorik, biologi dan psikologi. Menurutnya, objek sosiologi
yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan
industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja,
pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta
penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Pada tahun 1879 ia
mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi Sosial yang hingga kini masih
dianut walaupun di sana sini ada perubahan. Ia juga menerapkan secara
analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin (yang
mengatakan bahwa manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia.
Ia yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke
masyarakat industri.
5

Teori evolusi Sosial yang merupakan bagian dari teori-teori social
dengan tokoh Herbert Spencer telah memberikan kejelasan mengenai

3
Paul B. Horton & Chester L.Hunt yang diterjemah oleh Aminuddin Ram, Sosiologi edisi
keenam, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1984 hlm:209
4
Makalah teori sosial hlm: 4-5.
5
Ibid., 14-15.
4

keterkaitan atau hubungan antara sosiologi pembangunan dengan teori
evolusi, dimana spencer menyatakan bahwa adanya integrasi dan diferensiasi
yang beraturan dalam masyarakat, perubahan homogenitas yang tak
beraturan, yang kacau membingungkan, hingga heteroginitas yang teratur
dan masuk akal, dan dari kelompok kecil kebangsa yang beradap.

C. TEORI TEKNOLOGI
Menurut Ogburn, teknologi adalah mekanisme yang mendorong
perubahan, manusia selamnaya berupaya memelihara dan meyesuaikan diri
dengan alam yang senantiasa diperbaharui oleh teknologi.
Sumbangan dari William F Ogburn yang paling terkenal terhadap
bidang sosiologi adalah konsepnya tentang ketinggalan budaya (cultural
lag). Konsep itu mengacu kepada kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan
sosial dan pola-pola organisasi sosial yang tertinggal di belakang (lag
behind) perubahan kebudayaan materiil. Pemikiran-pemikiran Ogburn dapat
digolongkan dalam pendekatan perilaku (behaviorisme). Maka, Ogburn
dalam karyanya Social Change with Respect to Culture and Original Nature,
mengemukakan:
a. Perilaku manusia merupakan produk warisan sosial atau budaya, bukan
produk factor faktor biologis yang diturunkan lewat keturunan.
b. Kenyataan sosial pada dasarnya terdiri atas pola-pola perilaku individu
yang nyata dan konsekuensi-konsekuensinya.
c. Perubahan-perubahan kebudayaan materiil terbentang mulai dari
penemuan awal. Sedangkan kebudayaan nonmateriil, yang akhirnya
berkonsekuensi harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan-kebudayaan
materiil.
d. Kebudayaan nonmateriil yang tidak mampu mengejar kecepatan
perubahan dalam kebudayaan materiil yang terus melaju. Hasilnya adalah
suatu ketegangan yang terus meningkat antara budaya materiil dengan
nonmateriil.
6

Kemajuan yang telah dicapai manusia dalam bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi merupakan sesuatu yang patut kita syukuri karena
dengan kemajuan tersebut akan memudahkan manusia dalam mengerjakan
pekerjaan dan tugas yang harus dikerjakannya. Namun, tidak semua
kemajuan yang telah dicapai tersebut membawa dampak positif. Diantara

6
Dadang Supardan, pengantar ilmu sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 hlm: 157
5

kemajuan yang telah dicapai tersebut ternyata dapat membawa dampak
negatif bagi manusia. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai dampak positif
dan negative dari penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Dalam Bidang Sosial, Keuntungan :
Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah
komunikasi antara suatu tempat dan tempat yang lain. Kerugian : Seseorang
yang terus menerus bergaul dengan komputer akan cenderung menjadi
seseorang yang individualis, Dengan pesatnya teknologi informasi baik di
internet maupun media lainnya membuat peluang masuknya hal-hal yang
berbau pornografi, pornoaksi, maupun kekerasan semakin mudah. Dalam
Bidang Pendidikan, Keuntungan : Informasi yang dibutuhkan akan semakin
cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan. Kerugian:
Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran
terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya
mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan
kecurangan. Dalam Bidang Ekonomi, Keuntungan : Semakin maraknya
penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan pekerjaan, Dengan
fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan
mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk. Kerugian :
Hal yang sering terjadi adalah pembobolan rekening suatu lembaga atau
perorangan yang mengakibatkan kerugian financial yang besar.



D. TEORI DRAMATURGI
Latar Belakang Teori Dramaturgi
Dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh
manusia. Kita lihat kembali contoh di atas, bagaimana seorang polisi
memilih perannya, juga seorang warga negara biasa memilih sendiri peran
yang dinginkannya. Goffman menyebutnya sebagai bagian depan (front) dan
bagian belakang (back). Front mencakup, setting, personal front (penampilan
diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri).
Sedangkan bagian belakang adalah the self, yaitu semua kegiatan yang
tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting atau penampilan diri
yang ada pada Front. Berbicara mengenai Dramaturgi Erving Goffman,
6

maka kita tidak boleh luput untuk melihat George Herbert Mead dengan
konsep The Self, yang sangat mempengaruhi teori Goffman.
Erving Goffman lahir di Mannville, Alberta, Canada, 11 Juni 1922.
Meraih gelar Bachelor of Arts (B.A) tahun 1945, gelar Master of Arts tahun
1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D) tahun 1953. Tahun 1958 meraih
gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota Committee for
Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia memperoleh penghargaan
Guggenheim. Meninggal pada tahun 1982, setelah sempat menjabat sebagai
Presiden dari American Sociological Association dari tahun 1981-1982.
Sebagaimana telah kami sebutkan di atas bahwa, karya-karya Erving
Goffman sangat dipengaruhi oleh George Herbert Mead yang memfokuskan
pandangannya pada The Self. Misalnya, The Presentation of self in everyday
life (1955), merupakan pandangan Goffman yang menjelaskan mengenai
proses dan makna dari apa yang disebut sebagai interaksi (antar manusia).
Dengan mengambil konsep mengenai kesadaran diri dan The Self Mead,
Goffman kembali memunculkan teori peran sebagai dasar teori Dramaturgi.
Goffman mengambil pengandaian kehidupan individu sebagai panggung
sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang dilakukan oleh
individu sebagai aktor kehidupan. Dan, bagaimanakah sebenarnya dengan
The Self Mead tersebut?
Bagi Mead, The Self lebih dari sebuah internalisasi struktur sosial dan
budaya. The Self juga merupakan proses sosial, sebuah proses dimana para
pelakunya memperlihatkan pada dirinya sendiri hal-hal yang dihadapinya,
didalam situasi dimana ia bertindak dan merencanakan tindakannya itu
melalui penafsirannya atas hal-hal tersebut. Dalam hal ini, aktor atau pelaku
yang melakukan interaksi sosial dengan dirinya sendiri, menurut Mead
dilakukan dengan cara mengambil peran orang lain, dan bertindak
berdasarkan peran tersebut, lalu memberikan respon atas tindakan-tindakan
itu. Konsep interaksi pribadi (self interaction) dimana para pelaku menunjuk
diri mereka sendiri berdasarkan pada skema Mead mengenai psikologi sosial.
The Self disini bersifat aktif dan kreatif serta tidak ada satupun variable-
variabel sosial, budaya, maupun psikologis yang dapat memutuskan
tindakan-tindakan The Self. (Wagiyo, 2004: 107)
Dari deskripsi di atas, Mead menegaskan bahwa The Self merupakan
mahluk hidup yang dapat melakukan tindakan, dan bukan sesuatu yang pasif
yang semata-mata hanya menerima dan merespon suatu stimulus belaka.
7

Secara hakiki, pandangan Mead merupakan isu sentral bagi interaksionisme
simbolik.
Dramaturgi itu sendiri merupakan sumbangan Goffman bagi
perluasan teori interaksi simbolik. Mead menyatakan bahwa konsep diri pada
dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan mengenai siapa aku
untuk kemudian dikumpulkan dalam bentuk kesadaran diri individu
mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial
yang sedang berlangsung. Pendapat Mead tentang pikiran adalah bahwa
pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah percakapan
antara aku dengan yang lain pada titik ini, konsepsi tentang aku itu
sendiri merupakan konsepsi orang lain terhadap individu tersebut. Atau
dengan kalimat singkat, individu mengambil pandangan orang lain mengenai
dirinya seolah-olah pandangan tersebut adalah dirinya yang berasal dari
aku.
Pada pandangan Goffman, kesadaran diri adalah hasil adopsi dari
ajaran-ajaran Durkheim. Dan bagi Goffman, struktur sosial merupakan
countless minor synthesis (sintesis-sintesis kecil yang tak terbilang), dimana
manusia ini menurut Simmel- merupakan atom-atom atau partikel-partikel
yang sangat kecil dari sebuah masyarakat yang besar. Dan ide serta konsep
Dramaturgi Goffman itu sendiri, menolong kita untuk mengkaji hal hal yang
berada di luar perhitungan kita (hal-hal kecil yang tak terbilang tersebut),
manakala kita menggunakan semua sumber daya yang ada di bagian depan
dan bagian belakang (front and back region) dalam rangka menarik perhatian
orang-orang yang disekeliling kita. Bentuk-bentuk interaksi, komunikasi
tatap muka, dan pengembangan konsep-konsep sosiologi, merupakan
sumbangan Goffman bagi interaksionis simbolik bahkan Goffman juga
mempengaruhi tokoh-tokoh di luar interaksionis simbolik. Walaupun pada
karya terakhirnya, Goffman terfokus pada gerakan-gerakan yang mengarah
pada bentuk-bentuk strukturalisme masyarakat.
Esensi Teori Dramaturgi
Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul The Presentational of
Self in Everyday Life memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat
penampilan teateris. Banyak ahli mengatakan bahwa dramaturginya Goffman
ini ini berada di antara tradisi interaksi simbolik dan fenomenologi (Sukidin,
2002: 103).
8

Maka sebelum menguraikan teori dramaturgis, perlu kita uraikan terlebih
dahulu sekilas tentang inti teori interaksi simbolik. Hal ini didasari bahwa
perspektif interaksi simbolik banyak mengilhami teori dramaturgis, di
samping persektif-perspektif yang lain.
Interaksi simbolik sering dikelompokan ke dalam dua aliran (school).
Pertama, aliran Chicago School yang dimonitori oleh Herbert Blumer,
melanjutkan tradisi humanistis yang dimulai oleh George Herbert Mead.
Blumer menekankan bahwa studi terhadap manusia tidak bisa dilakukan
dengan cara yang sama seperti studi terhadap benda. Blumer dan pengikut-
pengikutnya menghindari pendekatan-pendekatan kuatitatif dan ilmiah dalam
mempelajari tingkah laku manusia. Lebih jauh lagi tradisi Chicago
menganggap orang itu kreatif, inovatif, dan bebas untuk mendefinisikan
segala situasi dengan berbagai cara dengan tidak terduga. Kedua Iowa
School menggunakan pendekatan yang lebih ilmiah dalam mempelajari
interaksi. Manford Kuhn dan Carl Couch percaya bahwa konsep-konsep
interaksionis dapat dioperasikan. Tetapi, walaupun Kuhn mengakui adanya
proses dalam alam tingkah laku, ia menyatakan bahwa pendekatan struktural
objektif lebih efektif daripada metode lemah yang digunakan oleh Blumer.
Interaksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum
tentang komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer
memisahkan tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan metodologis dari
interaksionisme simbolik, yaitu:
1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman.
Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam siombol-simbol.
2. Berbagai arti dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang. Arti
muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok-kelompok
sosial.
3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di
antara orang-orang.
4. Tingkah laku seseorang tidaklah mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian
pada masa lampa saja, tetapi juga dilakukan secara sengaja.
5. Pikiran terdiri dari percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang
telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.
6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama
proses interaksi.
9

7. Kita tidak dapat memahami pengalaman seorang individu dengan
mengamati tingkah lakunya belaka. Pengalaman dan pengertian seseorang
akan berbagai hal harus diketahui pula secara pasti.
Dari sekian banyak ahli yang punya andil popular sebagai peletak
dasar interaksi simbolik adalah George Herbert Mead yang dikembangkan
pada tahun 1920-1930. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Herbert
Blumer (1937) sebagai mahasiswa Mead dengan menggunakan istilah
interaksi simbolik. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau pertukaran simbol yang
diberi makna.
Pada dasarnya interaksi manusia menggunakan simbol-simbol, cara
manusia menggunakan simbol, merepresentasikan apa yang mereka
maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamannya. Itulah interaksi
simbolik dan itu pulalah yang mengilhami perspektif dramaturgis, dimana
Erving Goffman sebagai salah satu eksponen interaksionisme simbolik,
maka hal tersebut banyak mewarnai pemikiran-pemikiran dramaturgisnya.
Pandangan Goffman agaknya harus dipandang sebagai serangkaian tema
dengan menggunakan berbagai teori. Ia memang seorang dramaturgis, tetapi
juga memanfaatkan pendektan interaksi simbolik, fenomenologis Schutzian,
formalisme Simmelian, analisis semiotic, dan bahkan fungsionalisme
Durkhemian.
Salah satu kontribusi interaksionisme simbolik (Jones) adalah
penjabaran berbagai macam pengaruh yang ditimbulkan penafsiran orang
lain terhadap identitas atau citra diri individu yang merupakan objek
interpretasi. Dalam kaitan ini, perhatian Goffman adalah apa yang ia sebut
ketertiban interaksi (interaction order) yang meliputi struktur, proses, dan
produk interaksi sosial. Ketertiban interaksi muncul untuk memenuhi
kebutuhan akan pemeliharaan keutuhan diri. Seperti ini pemikiran kaum
interaksionis umumnya. Inti pemikiran Goffman adalah diri (self), yang
dijabarkan oleh Goffman dengan cara yang unik dan memikat yaitu Teori
Diri Ala Goffman (Mulyana, 2004:106).
Kalau kita perhatikan diri kita itu dihadapkan pada tuntutan untuk
tidak ragu-ragu melakukan apa yang diharapakan diri kita. Untuk
memelihara citra diri yang stabil, orang melakukan pertunjukan
(performance) di hadapan khalayak. Sebagai hasil dari minatnya pada
pertunjukan itu, Goffman memusatkan perhatian pada dramaturgi atau
10

pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama
yang mirip dengan pertunjukan drama di panggung.
Fokus pendekatan dramaturgis adalah bukan apa yang orang lakukan,
bukan apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka melakukan,
melainkan bagaimana mereka melakukannya. Berdasarkan pandangan
Kenneth Burke bahwa pemahaman yang layak atas perilaku manusia harus
bersandar pada tindakan, dramaturgi menekankan dimensi ekspresif/impresif
aktivitas manusia. Burke melihat tindakan sebagai konsep dasar dalam
dramatisme. Burke memberikan pengertian yang berbeda antara aksi dan
gerakan. Aksi terdiri dari tingkah laku yang disengaja dan mempunyai
maksud, gerakan adalah perilaku yang mengandung makna dan tidak
bertujuan. Masih menurut Burke bahwa seseorang dapat melambangkan
simbol-simbol. Seseorang dapat berbicara tentang ucapan-ucapan atau
menulis tentang kat-kata, maka bahasa berfungsi sebagai kendaraan untuk
aksi. Karena adanya kebutuhan sosial masyarakat untuk bekerja sama dalam
aksi-aksi mereka, bahasapun membentuk perilaku.
Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif/impresif aktivitas
manusia, yakni bahwa makna kegiatan manusia terdapat dalam cara mereka
mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang lain yang juga ekspresif.
Oleh karena perilaku manusia bersifat ekspresif inilah maka perilaku
manusia bersifat dramatik.
Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan bahwa ketika
manusia berinteraksi dengan sesamannya, ia ingin mengelola pesan yang ia
harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Untuk itu, setiap orang
melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kaum dramaturgis memandang
manusia sebagai aktor-aktor di atas panggung metaforis yang sedang
memainkan peran-peran mereka. Burce Gronbeck memberikan sketsa
tentang ide dasar dramatisme seperti pada gambar berikut (Littlejohn,
1996:166):
Pengembangan diri sebagai konsep oleh Goffman tidak terlepas dari
pengaruh gagasan Cooley tentang the looking glass self. Gagasan diri ala
Cooley ini terdiri dari tiga komponen. Pertama, kita mengembangkan
bagaimana kita tampil bagi orang lain; kedua, kita membayangkan bagimana
peniliaian mereka atas penampilan kita; ketiga, kita mengembangkan sejenis
perasaan-diri, seperti kebanggaan atau malu, sebagai akibat membayangkan
penilaian orang lain tersebut. Lewat imajinasi, kita mempersepsi dalam
11

pikiran orang lain suatu gambaran tentang penampilan kita, perilaku, tujuan,
perbuatan, karakter teman-teman kita dan sebagainya, dan dengan berbagai
cara kita terpangaruh olehnya.
Konsep yang digunakan Goffman berasal dari gagasan-gagasan
Burke, dengan demikian pendekatan dramaturgis sebagai salah satu varian
interaksionisme simbolik yang sering menggunakan konsep peran sosial
dalam menganalisis interaksi sosial, yang dipinjam dari khasanah teater.
Peran adalah ekspektasi yang didefinisikan secara sosial yang dimainkan
seseorang suatu situasi untuk memberikan citra tertentu kepada khalayak
yang hadir. Bagaimana sang aktor berperilaku bergantung kepada peran
sosialnya dalam situasi tertentu. Focus dramaturgis bukan konsep-diri yang
dibawa sang aktor dari situasi kesituasi lainnya atau keseluruhan jumlah
pengalaman individu, melainkan diri yang tersituasikan secara sosial yang
berkembang dan mengatur interaksi-interaksi spesifik. Menurut Goffman diri
adalah suatu hasil kerjasama (collaborative manufacture) yang harus
diproduksi baru dalam setiap peristiwa interaksi sosial.
Menurut interaksi simbolik, manusia belajar memainkan berbagai
peran dan mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran-peran ini,
terlibat dalam kegiatan menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan apa
mereka. Dalam konteks demikian, mereka menandai satu sama lain dan
situasi-situasi yang mereka masuki, dan perilaku-perilaku berlangsung dalam
konteks identitas sosial, makna dan definisi situasi. Presentasi-diri seperti
yang ditunjukan Goffman, bertujuan memproduksi definisi situasi dan
identitas sosial bagi para aktor, dan definisi situasi tersebut mempengaruhi
ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi
yang ada.
Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi,
mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain.
Ia menyebut upaya itu sebagai pengelolaan pesan (impression
management), yaitu teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk
kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi
sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas penggung, yang menampilkan
peran-peran yang dimainkan para aktor. Untuk memainkan peran tersebut,
biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan perilaku
noverbal tertentu serta mengenakan atribut-atribut tertentu, misalnya
12

kendaraan, pakaian dan asesoris lainnya yang sesuai dengan perannya dalam
situasi tertentu. Aktor harus memusatkan pikiran agar dia tidak keseleo-
lidah, menjaga kendali diri, melakukan gerak-gerik, menjaga nada suara dan
mengekspresikan wajah yang sesuai dengan situasi.
Menurut Goffman kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi
wilayah depan (front region) dan wilayah belakang (back region).
Wilayah depan merujuk kepada peristiwa sosial yang menunjukan bahwa
individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Mereka sedang
memainkan perannya di atas panggung sandiwara di hadapan khalayak
penonton. Sebaliknya wilayah belakang merujuk kepada tempat dan
peristiwa yang yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di wilayah
depan. Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage)
yang ditonton khalayak penonton, sedang wilayah belakang ibarat panggung
sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain
sandiwara bersantai, mempersiapkan diri, atau berlatih untuk memainkan
perannya di panggung depan.
Goffman membagi panggung depan ini menjadi dua bagian: front
pribadi (personal front) dan setting front pribadi terdiri dari alat-alat yang
dianggap khalayak sebagai perlengkapan yang dibawa aktor ke dalam
setting, misalnya dokter diharapkan mengenakan jas dokter dengan stetoskop
menggantung dilehernya. Personal front mencakup bahasa verbal dan bahasa
tubuh sang aktor. Misalnya, berbicara sopan, pengucapan istilah-istilah
asing, intonasi, postur tubuh, kespresi wajah, pakaian, penampakan usia dan
sebagainya. Hingga derajat tertentu semua aspek itu dapat dikendalikan
aktor. Ciri yang relatif tetap seperti ciri fisik, termasuk ras dan usia biasanya
sulit disembunyikan atau diubah, namun aktor sering memanipulasinya
dengan menekankan atau melembutkannya, misalnya menghitamkan
kembali rambut yang beruban dengan cat rambut. Sementar itu setting
merupakan situasi fisik yang harus ada ketika aktor melakukan pertunjukan,
misalnya seorang dokter bedah memerlukan ruang operasi, seorang sopir
taksi memerlukan kendaraan. (Mulyana, 2004:115)
Goffman mengakui bahwa panggung depan mengandung anasir
struktural dalam arti bahwa panggung depan cenderung terlembagakan alias
mewakili kepentingan kelompok atau organisasi. Sering ketika aktor
melaksanakan perannya, peran tersebut telah ditetapkan lembaga tempat dia
bernaung. Meskipun berbau struktural, daya tarik pendekatan Goffman
13

terletak pada interaksi. Ia berpendapat bahwa umumnya orang-orang
berusaha menyajikan diri mereka yang diidealisasikan dalam pertunjukan
mereka di pangung depan, meresa merasa bahwa mereka harus
menyembunyikan hal-hal tertentu dalam pertunjukannya. Hal itu disebabkan
oleh (Mulayan, 2004:116):
1. Aktor mungkin ingin menyembunyikan kesenangan-kesenangan
tersembunyi (misalnya meminum minuman keras sebelum pertunjukan).
2. Aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang dibuat saat
persiapan pertunujkan, langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki
kesalahan tersebut (misalnya sopir taksi menyembunyikan fakta bahwa ia
mulai salah arah).
3. Aktor mungkin merasa perlu menunjukan hanya produk akhir dan
menyembunyikan proses memproduksinya (missal dosen menghabisakan
waktu beberapa jam untuk memberi kuliah, namun mereka bertindak seolah-
olah telah lama memahami materi kuliah).
4. Aktor mungkin perlu menyembunyikan kerja kotor yang dilakukan
untuk membuat produk akhir dari khalayak (kerja kotor itu mungkin meliputi
tugas-tugas yang secara fisik kotor, semi-legal, dan menghinakan)
Dalam melakukan pertunjukan tertentu, aktor mungkin harus mengabaikan
standar lain (missal menyembunyikan hinaan, pelecehan, atau perundingan
yang dibuat sehingga pertunjukan dapat berlangsung) (Ritzer, 2004:298).
Aspek lain dari dramaturgi di panggung depan adalah bahwa aktor
sering berusaha menyampaikan kesan bahwa mereka punya hubungan
khusus atau jarak sosial lebih dekat dengan khalayak daripada jarak sosial
yang sebenarnya. Goffman mengakui bahwa orang tidak selamanya ingin
menunjukan peran formalnya dalam panggung depannya. Orang mungkin
memainkan suatu perasaan, meskipun ia menggan akan peran tersebut, atau
menunjukkan keengganannya untuk memainkannya padahal ia senang bukan
kepalang akan peran tersebut. Akan tetapi menurut Goffman, ketika orang
melakukan hal semacam itu, mereka tidak bermaksud membebaskan diri
sama sekali dari peran sosial atau identitas mereka yang formal itu, namun
karena ada perasaan sosial dan identitas lain yang menguntungkan mereka.
Fokus perhatian Goffman sebenarnya bukan hanya individu, tetapi
juga kelompok atau apa yang ia sebut tim. Selain membawakan peran dan
karakter secara individu, aktor-aktor sosial juga berusaha mengelola kesan
orang lain terhadap kelompoknya, baik itu keluarga, tempat bekerja, parati
14

politik, atau organisasi lain yang mereka wakili. Semua anggota itu oleh
Goffman disebut tim pertunjukan (performance team) yang
mendramatiasikan suatu aktivitas. Kerjasama tim sering dilakukan oleh para
anggota dalam menciptakan dan menjaga penampilan dalam wilayah depan.
Mereka harus mempersiapkan perlengkapan pertunjukan dengan matang dan
jalannya pertunjukan, memain pemain inti yang layak, melakukan
pertunjukan secermat dan seefisien mungkin , dan kalau perlu juag memilih
khalayak yang sesuai. Setiap anggota saling mendukung dan bila perlu
memberi arahan lewat isyarat nonverbal, seperti isyarat dengan tangan atau
isyarat mata, agar pertunjukan berjalan mulus. (Mulyana, 2004:123)
Goffman menekankan bahwa pertunjukan yang dibawakan suatu tim
sangat bergantung pada kesetiaan setiap anggotanya. Setiap anggota tim
memegang rahasia tersembunyi bagi khalayak yang memungkinkan
kewibawaan tim tetap terjaga. Dalam kerangka yang lebih luas, sebenarnya
khalayak juga dapat dianggap sebagai bagian dari tim pertunjukan. Artinya
agar pertunjukan sukses, khalayak juga harus berpartisipasi untuk menjaga
agar pertunjukan secara keseluruhan berjalan lancar.
Dalam perspektif Goffman unsur penting lainnya adalah pandangan
bahwa interaksi mirip dengan upacara keagamaan yang sarat dengan
berbagai ritual, aspek-aspek remeh dalam perilaku yang sering luput dari
perhatian orang merupakan bukti-bukti penting, seperti kontak mata antara
orang-orang yang tidak saling mengenal ditempat umum. Bagi Goffman,
perilaku orang-orang yang terlibat dalam interaksi yang sepintas tampak
otomatis itu menunjukan pola-pola tertentu yanbg fungsional. Perilaku saling
melirik satu sama lain untuk kemudian berpaling lagi kearah lain
menunjukan bahwa orang-orang yang tidak saling mengenal itu menaruh
kepercayaan untuk tidak saling mengganggu. (Mulyana, 2004: 126)
Bagi Goffman, tampaknya hamper tidak ada isyarat nonverbal yang
kosong dari makna. Isyarat yang tampak sepelepun, seperti berpaling ke
arah lain, atau menjaga jarak dengan orang asing yang dimaksudkan
untuk menjaga privasi orang adalah ritual antarpribadi atau dalam istilah
Goffman menghargai diri yang keramat (sacred self), bukan sekedar adat
kebiasaan. Tindakan-tindakan tersebut menandakan keterlibatan sang aktor
dan hubungan yang terbina dengan orang lain, juga menunjukan bahwa sang
aktor layak atau berharga sebagai manusia. Maka penghargaan atas diri yang
15

keramat ini dibalas dengan tindakn serupa, sehingga berlangsunglah upacara
kecil tersebut.
Kehidupan manusia tampaknya akan berjalan normal bila kita
mengikuti ritual-ritula kecil dalam interaksi ini, meskipun kita tidak
selamanya menjalankannya. Etiket adalah kata lain untuk ritual itu, yakni
seperangkat penghargaan yang sama yang melandasi apa yang pantas dan
tidak pantas kita lakukan dalam suatu situasi. Goffman menegaskan bahwa
masyarakat memang memobilisasikan anggota-anggotanya untuk menjadi
para peserta yang mengatur diri-sendiri, yang mengajari kita apa yang harus
dan tidak boleh kita lakukan dalam rangka kerjasama untuk
mengkonstruksikan diri yang diterima secara sosial, salah satunya adalah
lewat ritual, Menurut Goffman keterikatan emosional pada diri yang kita
proyeksikan dan wajah kita merupakan mekanisme paling mendasari kontrol
sosial yang saling mendorong kita mengatur perilaku kita sendiri. Wajah
adalah suatu citra-diri yang diterima secara sosial. Menampilkan wajah yang
layak adalah bagian dari tatakrama situasional, yaitu aturan-aturan mengenai
kehadiran diri yang harus dikomunikasikan kepada orang lain yang juga
hadir.
Untuk menunjukkan bahwa kita orang yang beradab, kita begitu
peduli dengan tatakrama sebelum kita melakukan sesuatu, tetapi ada kalanya
kita melanggar etiket tersebut. Misalnya kita datang terlambat kesuatu
pertemuan penting. Ketika kita menyadarinya, kita hamper selalu apa yang
oleh Goffman disebut berbagai tindakan perbaikan (remedial work of
various kind) yang fungsinya mengubah hal yang opensif menjadi hal yang
diterima.

THE PRESENTATION OF SELF IN EVERYDAY LIFE
Goffman bukan nemusatkan perhtiannya pada struktur sosial. Dia
lebih tertarik pada interaksi tatap-muka atau kehadiran bersama (Co-
presence). Interaksi tatap muka itu dibatasinya sebagai individu-individu
yang saling mempengaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain ketika
masing-masing berhadapan secara fisik. Biasanya terdapat suatu arena
kegiatan yang terdiri dari serangkaian tindakan individu itu. Dalam suatu
situasi social, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai suatu
penampilan (performance), sedang orang-orang lain yang terlibat di dalam
situasi itu disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya. Para actor
16

adalah mereka yang melakukan tindakan-tindakan atau penampilan rutin
(routine). Goffman membatasi routine sebagai pola tindakan yang telah
ditetapkan sebelumnya, terungkap di saat melakukan pertunjukan dan yang
juga bias dilakukan atau diungkapkan dalam kesempatan lain.
7

Di dalam membahas pertunjukan itu, Goffman menyaksikan bahwa
individu dapat menyajikan suatu pertunjukan (show) bagi orang lain, tetapi
kesan (impression) si pelaku terhadap pertunjukan ini bias berbeda-beda.
Seseorang bias merasa sangat yakin akan tindakan yang
diperlihatkannya,atau bias pula bersikap sinis terhadap pertunjukan itu.
Menurut Goffman, dua bidang penampilan perlu dibedakan:
panggung depan panggung belakang. Panggung depan adalah bagian
penampilan individu yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang
umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yang
menyaksikan penampilan itu. Di dalamnya termasuk setting dan personal
front, yang selanjutnya dapat dibagi menjadi penampilan dan gaya.
Penampilan dibatsi sebagai, stimuli yang berfungsi memberitahu kita status
social para si pelaku. Sedangkan gaya menunjuk pada stimuli yang
berfungsi mengingatkan kita akan peranan interkasi yang diharapkan si
pelaku harus dimainkan pada situasi mendatang.
Seorang pelaku harus berhasil memainkan suatu karakter. Bila
tterjadi krisis atau situasi gawat, demi menyelamatkan pertunjukan dia
harus memiliki atribut-atribut tertentu. Goffman mengidentifikasikan tiga
kategori atribut dan praktek yang dipakai untuk melindungi si pelaku dari
berbagi kesulitan:
1. Langkah bertahan yang diambil oleh si pelaku untuk menjamin
kelangsungan pertunjukannya;
2. Langkah pencegahan yang diambil oleh penonton dan pihak lain untuk
membantu si pelaku menjamin kelangsungan pertunjukannya;
3. Langkah-langkah yang harus diambil si pelaku untuk memungkinkan
para penonton dan pihak lain untuk mengambil langkah-langkah
pencegahan demi kepentingan si pelaku sendiri.
Termasuk di dalam langkah-langkah bertahan adalah kesetiaan
dramaturgis semacam kewajiban moral untuk mendiamkan pelaksanaan
mereka, disiplin dramaturgis (termasuk tetap berpegang pada bagiannya dan

7
Margeret M. Poloma, sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
hlm: 232.
17

tidak terpengaruh oleh pertunjukan sendiri), dan kewaspadaan dramaturgis
(penggunaan metode yang tepat untuk menyajikan pertunjukan itu telah
ditentuka sebelumnya). Menurut Goffman, kesetiaan, disiplin, dan
kewaspadaan adalah merupakan tiga atribut esensial bagi keberhasilan tim
melaksanakan pertunjukannya.

ASYLUMS: DRAMATURGI EMPIRIS ANALISA INSTITUSI TOTAL
Dramaturgi Goffman berkenaan dengan interaksi yang seolah-olah
merupakan produk suatu sistem tertutup. Oleh sebab itu dia merasa cocok
untuk meneliti suatu tipe ideal sistem tertutup, yang disebutnya sebagai
institusi total. Goffman mendefinisikan institusi total sebagai tempat tinggal
dan kerja di mana sejumlah besar individu, yang untuk waktu cukup lama
terlepas dari masyarakat luas, bersama-sama terlihat dan berperan dimana
kehidupan di atur secara formal. Rumah sakit jiwa sangat sesuai dengan
batasan ini. Goffman mengidentifikasi lima kategori institusi total yaitu:
1. Institusi yang dibangun untuk merawat orang yang dianggap tidak
mampu dan tidak berbahaya; misalnya wisma tuna netra, rumah jompo,
asrama yatim piatu dan fakir miskin.
2. Tempat yang dibangun untuk orang yang dianggap tidak mampu
merawat dirinya sendiri dan berbahaya bagi masyarakat, sekalipun
mereka tidak bermaksud demikian: sanatorium, rumah sakit jiwa, rumah
sakit kusta.
3. Institusi total yang ketiga diorganisir untuk melindungi masyarakat dari
apa yang dirasakan sebagai bahaya yang mengancam, di mana
kesejahteraan mereka yang diasingkan tersebut tidak dianggap sebagai
suatu masalah penjara, kamp tawanan perang, kamp konsentrasi.
4. Keeempat, ada juga beberapa institusi yang pada dasarnya dibangun
untuk menunaikan beberapa tugas-tugas yang mirip dengan kerja dan
yang mengesahkan diri mereka di atas dasar-dasar instrumental ini: barak
tentara, asrama sekolah, kampong kerja, perkampungan colonial, dan
bangsal-bangsal.
5. Akhirnya terdapat lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dirancang
sebagai tempat mengasingkan diri dan kadang-ladang sering berfungsi
sebagai tempat latihan keagamaan; misalnya biara, pendopo dan tempat
menyepi lainnya.
18

Tujuan analisa Goffman ialah menjelaskan penyajian self. Goffma
tidka membatasi analisa sosiologisnya pada dampak struktur social terhadap
perilaku, seperti yang banyak dilakukan oleh fungsionalisme. Bagi Goffman
situasi-situasi sesaat merupakan lapangan penyeidikan sosiologis yang
bermanfaat. Perilaku dalam situasi sesaat itu bias dianalisa dalam suatu
kerangka dramaturgis, seperi halnya denga perilaku dalam lembaga-lembaga
yang juga bias dianalisa lewat perspektif ini.

EVALUASI KRITIS TERHADAP DRAMATURGI GOFFMAN
Pendekatan Goffman merupakan pergeseran kearah humanisme dan
penghindaran dari model ilmiah. Dia lebih tertarik mempelajari manusia
sebagaimana adanya daripada menyesuaikan abstraksi- abstraksi perilaku
mereka ke dalam proposisi-proposisi dan teori-teori yang sudah diketahui.
Model manusia serta konsepsi teori sosiologis Goffman merupakan langkah
yang meninggalkan berbagai pendekatan yang telah kita bicarakan. Bagi
Goffman manusia dilingkupi oleh berbagai jenis kesan yang mereka ciptakan
untuk orang lain. Menurut para pengkritik hal ini merupakan suatu
pandangan yang sempit.
Seperti yang dinyatakan oleh Goffman self bukan merupakan
keseluruhan perkembanagan yang sangat penting. Bagi kaum interaksionis
simbolis: self sebagai karakter yang dilakukan bukan merupakan organis
yang memiliki lokasi khusus yang nasibnya harus dilahirkan, dipelihara, dan
dilenyapkan; ini merupakan efek yang dramatis. Cara Goffman membahas
self itu banyak sekali meninggalkan masalah yang tidak terjawab. Gouldner
mengemukakan 4 pertanyaan dasar yang tidak terjawab Goffman, yaitu:
1. Mengapa beberapa self tertentu saja, bukan self lain yang dipilih dan
diketengahkan oleh aktor?
2. Mengapa orang menerima atau menolak self itu?
3. Apakah konsekuensi dari beberapa self itu lebih memuaskan bagi self
dan bagi orang lain?
4. Bagaiman kekuasaan dan kekayaan berhasil menyediakan sumber-
sumber yang mempengaruhi kemampuan rancanagan self?
Analisa Goffman gagal memberikan jawaban yang tepat pada
keempat pertanyaan penting itu. Pandangan dunia sosial yang diketengahkan
dramaturgi benar-benar sebagai suatu sistem tertutup: suatu establishment
social adalah setiap tempat yang dilingkupi oleh rintangan-rintangan yang
19

kukuh bagi persepsi di mana jenis kegiatan tertentu terjadi secara teratur.
Sebagaimana yang kita lihat, Goffman ternyata kurang memperhatikan
struktur social itu sendiri daripada cara-cara dubyektif dimana para aktor
mengorganisir pengalaman mereka. Data bagi pemikiran teoritis Goffman itu
ternyata berasal dari situasi yang khusus. Seperti yang dinyatakan Gouldner
ketika ia melakukan evaluasi dramaturgi:
Melihat kehidupan hanaya karena ia hidup dalam lingkaran
interpersonal yang sempit, historis dan noninstitusional suatu eksistensi yang
melampaui sejarah dan masyarakat, dan yang hidup hanya dalam waktu
sesaat, sementara dan rapuh. Berbeda dengan Parson yang melihat
masyarakat sebagia suatu bola karet yang padat dan kenyal, sehingga tetap
dapat dipakai walaupun bentuknya sudah tidak semulus yang semula,
gambaran kehidupan sosial dari Goffman bukan sebagai struktur sosial yang
kukuh dan tegar, tetapi sebagi sesuatu yang terlantar, berselang-seling,
seperti cat-walk yang bergoyang keras, di mana manusia harus berlari
dengan cepat. Dalam pandangan ini manusia merupakan aktor-aktor akrobat
dan pemain yang entah bagaimana, terlepas dari struktur social dan peranan-
peranan yang secara kultural telah ditentukan. Mereka tidak benar-benar
dianggap sebagai produk system, individu yang menggerakkan sistem
untuk peningkatan self itu.
Perlu diingat bahwa Goffman tidak pernah menolak eksistensi
kebudayaan, struktur sosial, atau kekuasaan. Dinyatakan bahwa dramaturgi
adalah pendekatan untuk mempelajari fakta-fakta sosial. Suatu establishment
dapat dilihat secara cultural, structural, politis, dan juga secara dramaturgis.
Dari penjelasan teori Dramaturgi yang sesuai menurut Erving
Goffman, kami kelompok satu dapat mengambil analisis dari teori
Dramaturgi yaitu dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan
oleh manusia. Goffman disebut sebagai seorang dramaturgist, yang
menggunakan bahasa dan tamsil panggung teater. Teori ini menceritakan
mengenai dasar teori bagaimana individu tampil di dalam dunia sosial.
Sebenarnya inti dari teori ini yaitu adanya proses interaksi sehari-
hari. Goffman mengambil pengandaian kehidupan individu sebagai
panggung sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang
dilakukan oleh individu sebagai aktor kehidupan. Pada dasarnya interaksi
manusia menggunakan simbol-simbol, cara manusia menggunakan simbol,
merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi
20

dengan sesamanya. Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat
teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas penggung, yang
menampilkan peran-peran yang dimainkan para aktor. Untuk memainkan
peran tersebut, biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan
menampilkan perilaku noverbal tertentu serta mengenakan atribut-atribut
tertentu, misalnya kendaraan, pakaian dan asesoris lainnya yang sesuai
dengan perannya dalam situasi tertentu.
Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan
pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk
menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui
pertunjukan dramanya sendiri. Dalam mencapai tujuannya tersebut,
menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-
perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama,
seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan
pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum,
penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya
bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan
memuluskan jalan mencapai tujuan, sehingga dari contoh tersebut bisa di
simpulkan bahwa adanya keterkaitan/hubungan antara perkembangan dan
pembangunan dalam sosiologi dengan teori dramaturgi itu sendiri.

E. TEORI STRUKTURASI
Gagasan Giddens yang cukup terkenal adalah teori strukturasi. Dalam
teori ini, Giddens menyebut individu dengan istilah human agent. Giddens
menjelaskan masyarakat dengan konsep agen dan struktur. Makna agen
hampir sama dengan individu, namun agen lebih menunjuk pada watak
individu aktif. Setiap manusia merupakan agen yang memiliki tujuan, karena
sebagai individu ia memiliki alasan-alasan untuk tindakannya dan kemudian
memperinci alasan-alasan ini secara terus-menerus. Giddens telah banyak
menyurvei teori yang dimulai dari individu atau agen maupun struktur
(masyarakat) dan menolak kedua alternatif tersebut. Giddens berpendapat
bahwa kita harus mengawalinya dari praktik atau tindakan sosial yang tengah
berlangsung. Ranah dasar studi ilmu-ilmu sosial menurut teori strukturasi
bukanlah pengalaman aktor individu, atau eksistensi bentuk totalitas apapun,
namun praktik yang ditata di sepanjang ruang dan waktu.
21

Kunci pendekatan Giddens adalah bahwa ia melihat agen dan struktur
sebagai dualitas, artinya keduanya dapat dipisahkan satu sama lain. Agen
terlibat dalam struktur dan struktur melibatkan agen. Menurutnya, seluruh
tindakan sosial memerlukan sturktur dan seluruh struktur memerlukan
tindakan sosial. Giddens menolak untuk melihat struktur semata sebagai
pemaksa terhadap agen (misalnya seperti Durkheim), tetapi melihat struktur
baik sebagai pemaksa maupun penyedia peluang.
8

Giddens dianggap sebagai salah satu kontributor sosiologi modern.
Tiga tahap terpenting dapat diidentifikasi di dalam kehidupan akademisnya.
Hal yang pertama yaitu melibatkan penjabaran sebuah visi baru tentang apa
sosiologi itu, menyajikan pemahaman teoritis dan metodologis dari bidang
itu, berdasarkan reinterpretasi kritis terhadap klasik. Pada tahap kedua
Giddens mengembangkan teori strukturasi, analisis agen dan struktur, di
mana keutamaan diberikan kepada keduanya. Karya-Nya periode itu, seperti
Pusat Permasalahan dalam Teori Sosial (1979) dan Konstitusi Masyarakat
(1.984), membawa dia terkenal di dunia internasional pada arena sosiologis.
9

Buku The Constitution of Society (Outline Of The Theory Of
Structuration) barangkali dapat dikatakan sebagai buku inti dari pemikiran
Giddens yang menguraikan teori strukturisasi (Theory Of Structuration).
Yang mana teori ini sebenarnya ingin menyelesaikan konflik besar dalam
ilmu social yang terjadi sampai sekarang, yaitu konflik antara struktur dan
agensi.
10


F. TEORI GLOBALISASI
1. Pengertian Teori Globalisasi
Globalisasi adalah penyebaran kebiasaan-kebiasaan mendunia,
ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial
pada skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersama.
Globalisasi merupakan proses yang sedang terjadi di dunia dengan ditandai
oleh perdagangan bebas antar negara, transnasional. Berdirinya lembaga-
lembaga seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary

8
Raditia Wahyu. 2011. Antony Giddens: The last modernist (Sebuah biografi singkat)
Diakses di http://radhitisme.blogspot.com/2012/01/anthony-giddens-last-modernist-
sebuah.html pada tanggal 14 September 2012 pukul 17.24 WIB.
9
http://id.wikipedia.org/wiki/Anthony_Giddens diakses pada tanggal 14 September 2012
pukul 17.23 WIB.
10
Teori_strukturasi_giddens.pdf. hal. 2.
22

Fund (IMF) merupakan lembaga penting yang berperan dalam arus
globalisasi saat ini. Teori Globalisasi juga muncul sebagai akibat
perkembangan di dalam teori sosial.
11

2. Rasionalitas dan karya George Ritzer dalam Teori Globalisasi
Dalam bukunya Globalization of Nothing, George Ritzer kembali
melakukan pemaparan secara jelas mengenai globalisasi. Globalisasi sebagai
sebuah proses mendunia telah membawa satu efek besar terkait dengan pola
konsumsi individu dalam masyarakat. Pemaparan Ritzer terkesan sangat
filosofis sekaligus sosiologis dan ingin mengungkap makna tersembunyi dari
apa yang disebut sebagai nothing (ketiadaan / kehampaan) yang dikonsumsi
oleh manusia modern di era globalisasi saat ini. Ritzer memberikan
penjelasan mengenai globalisasi dunia, yang mana segala sesuatunya
dikendalikan secara terpusat dengan standardisasi yang meliputi tempat,
segala benda, pelayanan dan jasa.
Ritzer menyatakan globalisasi sebagai peredaran yang dipercepat
menciptakan suatu masyarakat global, dimana sensitivitas hubungan personal
mulai minimalis (atau bahkan tidak ada) karena jasa pelayanan yang
diberikan sangat bersifat impersonal, bahkan bukan lagi orang yang
menggerakan pelayanan tersebut, karena orang yang melakukan pelayanan
dikendalikan secara terpusat oleh mekanisme mesin dengan teknologi tinggi.
Tempat yang menjadi rujukan dan referensi dalam masyarakat global adalah
supermarket, yang disebut Ritzer sebagai bukan tempat, lantaran ruang yang
dimasuki adalah kehampaan yang tanpa memberikan makna apapun kecuali
setting seragam dengan aneka barang bermerk global, produk individu
semakin lemah dan terdominasi oleh pabrik global yang memproduksi bukan
benda (non things) lantaran benda yang diproduksi tidak mengandung
substansi apapun sebagai sebuah benda yang dikonsumsi melainkan telah
direkayasa sedemikian rupa dengan merk yang mendunia.
Fenomena ini dicontohkan Ritzer melalui keberadaan supermarket,
shopping mall (yang disebut sebagai non-places, bukan tempat), dan Gucci
Jeans, ATM, Dolce serta pakaian merk Gabbana (yang disebut sebagai non-
things, bukan benda) yang awalnya mendominasi masyarakat AS hingga
sekarang dan kemudian diikuti tempat lain di dunia saat ini.

11
George Ritzer & Douglas J. Goodman, edisi terbaru Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi
Wacana, 2012 hlm: 634
23

Ritzer memberikan suatu definisi mengenai apa ia maksudkan sebagai
ketiadaan dan keberadaan (bukan sesuatu dan sesuatu, nothing and
something) pada awal buku ini. Nothing (kehampaan) didefinisikan sebagai
bentuk sosial yang biasanya disusun dan terkontrol terpusat dan sedikit sekali
unsur membedakan (kekhasannya), tanpa isi substantif yang berbeda.
Sedangkan something (keberadaan) didefinisikan sebagai sebuah bentuk
sosial yang biasanya berasal dari yang asli pribumi, disusun dan terkontrol
secara asli dan menguasai banyak di dalamnya unsur pembeda
(kekhasannya), kaya muatan substansi yang berbeda. Dengan kata lain,
keberadaan sesuatu adalah salah satu dari suatu jenis, dan kehampaan adalah
ketiadaan keunikan.
12

Karya pertama Ritzer adalah Sociology; A Multiple science (1075),
selain itu Ritzer juga menginginkan kerukunan dalam sosiologi, keinginan
itulah yang mendorongnya menerbitkan buku Toward an integrated
sociological paradigm (1981a). Dalam bukunya Metatheorizing (1992b)
Ritzer telah mengemukan perlunya studi sistematis atas teori sosiologi, dia
percaya bahwa diperlukan lebih banyak melakukan studi itu untuk
memahami teori dengan lebih baik, menghasilkan teori baru, dan perspektif
teoritis yang lebih luas jangkauanya (Metateori) studi metateoritis juga
beroreantasi untuk menjernikan masalah yang di pertentangkan,
menyelesaikan perselisian pendapat dan untuk menemukan peluang lebih
besar.
Pada tahun 1980-an Ritzer menerapkan teori Weber pada
rasionalisasi restoran Fasr-Food (1893) dan profesi medis (Ritzer dan
Walczak,1988) kemudian merevisi esai tersebut pada tahun 1982. Dan
hasilnya adalah sebuah buku The McDonaldization of Society (1993, 1996,
2000a). Capital Global dari McDonald dan McDonaldisasi, kartu kredit, dan
alat-alat konsumsi baru membawanya pada Globalisasi dan menghasilkan
buku Globalization of Nothing (2004), langkah selanjutnya bagi Ritzer
adalah melanjutkan penggunaan teori untuk memikirkan dunia kontemporer,
khususnya konsumsi dan globalisasi.
13


12
rohmadsosiawan. 2011. The Globalization of Nothing. Diakses
dihttp://rohmadsosiawan.blog.uns.ac.id/ pada tanggal 14 September 2012 pukul 17.16
WIB.
13
Adi. 2011. George Ritzer. http://petualangan2.blogspot.com/2011/09/george-ritzer.html
tanggal 14 September 2012 pukul 17.21 WIB.
24

Pendapat kami kelompok satu mengenai adanya keterkaitan/hubungan
sosiologi pembangunan dengan Teori globalisasi George Ritzer yakni teori
globalisasi dapat dinyatakan bahwa globalisasi sebagai peredaran yang
dipercepat menciptakan suatu masyarakat global, dimana hubungan
individu/personak sudah sangat berkurang bahkan tidak ada karena jasa
pelayanannya sangat bersifat impersonal, bahkan bukan lagi orang yang
menggerakan pelayanan tersebut, melainkan dikendalikan secara terpusat
oleh mekanisme mesin dengan teknologi tinggi. Misal diantaranya
masyarakat global yang telah ada di dunia saat ini adalah supermarket,
shopping mall, dan ATM dimana Ritzer menyebutnya sebagai non-places,
bukan tempat_ lantaran ruang yang dimasuki adalah kehampaan yang tanpa
memberikan makna apapun kecuali setting seragam, bangunan dengan
aneka barang bermerk global, selain itu_ produk individu semakin lemah dan
terdominasi oleh pabrik global yang memproduksi bukan benda (non things)
karna benda yang diproduksi tidak mengandung substansi apapun sebagai
sebuah benda yang dikonsumsi melainkan telah direkayasa sedemikian rupa
dengan merk yang mendunia. Sehingga Ritzer memberikan distribusi
karyanya mengenai fenomena ini dengan mengeluarkan buku yang berjudul
Globalization of Nothing











25

BAB II
TOKOH-TOKOH PEMIKIR SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

A. Auguste Comte
Tokoh utama dalam sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857)
berasal dari perancis yang merupakan manusia pertama yang
memperkenalkan istilah sosiologi kepada masyarakat luas. Auguste Comte
disebut sebagai Bapak Sosiologi di dunia internasional.
Sosiologi adalah ilmu positif tentang masyarakat. Ia menggunakan kata
positif yang artinya empiris. Jadi sosiologi baginya adalah studi empiris
tentang masyarakat. MenurutAugust Comte, obyek studi dari sosiologi
adalah tentang masyarakat, ada dua unsure yaitu struktur masyarakat yang
disebut statika sosial dan proses-proses sosial di dalam masyarakat yang
disebut dinamika sosial.
Pemandangan Comte rasanya dapat terlihat dalam penjabarannya
mengenai ilmu pengetahuannya, yang mengidamkan adanya tata yang jelas
mengedepankan keteraturan sosial dan kemajuan perkembangan serta
pemikiran masyarakat ke arah positif. Sebagai seorang ilmuwan Comte
mengharapkan sesuatu yang ideal tetapi, dalam hal ini Comte berbenturan
dengan realitas sosial yang menginginkan perubahan sosial secara cepat,
revolusi sosial.
Comte terpaksa memberikan stigma negatif terhadap konflik, letupan-
letupan yang mengembang melalui konflik dalam masyarakat karena akan
menyebabkan tidak tumbuhnya keteraturan sosial yang nantinya mempersulit
perkembangan masyarakat. Ketertiban harus diutamakan apabila masyarakat
menginginkan kemajuan yang merata dan bebas dari anarkisme sosial,
anarkisme intelektual. Keteraturan sosial tiap fase perkembangan sosial
(sejarah manusia) harus sesuai perkembangan pemikiran manusia dan pada
tiap proses fase-fasenya (perkembangan) bersifat mutlak dan universal,
merupakan inti ajaran Comte.
26

Comte memainkan peran ganda pada pementasan teater dalam hidupnya,
pertama-tama Comte yang menggebu dalam menyelematkan umat manusia
dari kebodohan, menginginkan adanya radikalisasi perkembangan
pemikiran dengan wacana positivisme dan progresiv dalam tata masyarakat.
Kedua, Comte menolak keras bentuk anarkisme sosial yang merusak moral
dan intelektual.
Teori yang paling terkenal dari Auguste Comte POSITIVISME
Mulailah dapat disaksikan sekarang bintang keberuntungan Comte sebagai
salah satu manusia yang tercatat dalam narasi besar prosa kehidupan yang
penuh misteri, pemikiran brilian Comte mulai terajut menjadi suatu aliran
pemikiran yang baru dalam karya-karya filsafat yang tumbuh lebih dulu.
Comte dengan kesadaran penuh bahwa akal budi manusia terbatas, mencoba
mengatasi dengan membentuk ilmu pengetahuan yang berasumsi dasar pada
persepsi dan penyelidikan ilmiah
Tiga hal ini dapat menjadi ciri pengetahuan seperti apa yang sedang
Comte bangun, yaitu: 1. Membenarkan dan menerima gejala empiris
sebagai kenyataan, 2. Mengumpulkan dan mengklasifikasikan gejala itu
menurut hukum yang menguasai mereka, dan 3. Memprediksikan fenomena-
fenomena yang akan datang berdasarkan hukum-hukum itu dan mengambil
tindakan yang dirasa bermanfaat.
Keyakinan dalam pengembangan yang dinamakannya positivisme
semakin besar volumenya, positivisme sendiri adalah faham filsafat, yang
cenderung untuk membatasi pengetahuan benar manusia kepada hal-hal yang
dapat diperoleh dengan memakai metoda ilmu pengetahuan. Disini Comte
berusaha pengembangan kehidupan manusia dengan menciptakan sejarah
baru, merubah pemikiran-pemikiran yang sudah membudaya, tumbuh dan
berkembang pada masa sebelum Comte hadir.
Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positiv itu sendiri, antara lain :
Pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral)
seorang ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam
melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti. Kedua, ilmu
pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali. Ketiga,
ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari
mutualisma simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
27

Dari teori diatas kita bisa menganalisis bahwa positivisme merupakan
progrevitas dari pemerataan pembangunan sumber daya manusia dan
sosialnya. Seperti menyelematkan umat manusia dari kebodohan,
menginginkan adanya radikalisasi perkembangan pemikiran dengan wacana
positivisme dan progresiv dalam tata masyarakat. Serta menolak keras
bentuk anarkisme sosial yang merusak moral dan intelektual.
B. Plato
Plato ia adalah murid setia Socrates yang banyak mewarisi tradisi
keilmuan dan filsafat gurunya, malalui Plato pemikiran-pemikiran Socrates
dilestarikan, Socrates mempunyai kelemahan karena buah atau hasil dari
pemikirannya tidak ditulis dalam bentuk tulisan oleh Plato, adalah kemudian
Plato berinisiatif menulis semua pemikiran-pemikiran gurunya, melalui
karya Plato yang fenomenal diantarannya; dialog, republic, negara dan
apologia.
Nilai-nilai atau pandangan Plato pada dasarnya adalah pandangan tentang
kebajikan sebagai dasar negara ideal, ajaran Socrates kebajikan pengetahuan
adalah diterima secara taken for granted, jadi penulis melihat bahwa
pemikiran Plato nilai- nilai orisionalitasnya dipertannyakan, penulis berani
mengatakan bahwa pemikiran Plato tidak ada, tapi yang ada adalah
kelanjutan pemikiran Socrates saja yang ditulis dan dilanjutkan oleh Plato,
artinya Plato hanya melanjutkan pemikiran Socrates yang kemudian
dikembangkannya yang tidak terlalu mendalam, jadi menurut penulis kita
tidak boleh terlalu mengagung-agungkan pemikiran Plato itu sendiri.
Menurut Plato negara ideal menganut prinsip yang mementingkan
kebajikan. Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang
dilakukan atas nama Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan,
atas dasar itulah kemudian Plato memandang perlunya kehidupan bernegara.
Tidak ada cara lain menurut Plato untuk membanguan pengetahuan kecuali
dengan lembaga-lembaga pendidikan, inilah yang kemudian memotivasi
Plato untuk mendirikan sekolah dan akademi pengetahuan.
Plato menilai negara yang mengabaikan prinsip kebajikan jauh dari
negara yang di dambakan oleh manusia, sehinga negara yang ideal menurut
Plato adalah negara negara yang menjunjung kebajikan. Plato
28

mengambarkan seorang filsuf adalah dokter, filsuf meski mengetahui
penyakit-penyakit yang dialami oleh masyarakat, mampu mendiagnosa dan
mendeteksi sejak dini. Plato beranggapan munculnya negara adalah akibat
hubungan timbal balik dan rasa saling membutuhkan antar sesama manusia.
Plato berangapan munculnya negara karena adanya hubungan timbal
balik dan rasa saling membutuhkan antara sesama manusia, manusia juga
dianugerahi bakat dan kemampuan yang tidak sama, pembagian kerja-kerja
sosial muncul akibat adanya perbedaan alami, masing-masing memiliki
bakat alamiah yang berbeda, perbedaan bakat dan kemampuan justru baik
bagi kehidupan masyarakat, karena menciptakan saling ketergantungan,
setiap manusia tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara
subsistensi, yang untuk memenuhi kebutuhan tersebut membutuhkan orang
lain, negara dalam hal ini berkewajiban memperhatikan pertukaran timbal
balik, dan berusaha agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan
atas kepemilikan pribadi, baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak
dan istri inilah yang disebut nihilism. Dengan adanya hak atas kepemilikan
menurut filsuf ini akan tercipta kecemburuan dan kesenjangan sosial yang
menyebabkan semua orang untuk menumpuk kekayaannya , yang
mengakibatkan kompetisi yang tidak sehat. Anak yang baru lahir tidak boleh
dikasuh oleh ibu yang melahirkan tapi itu dipelihara oleh Negara, sehinga
seorang anak tidak tahu ibu dan bapaknya, diharapkan akan menjadi manusia
yang unggul, yang tidak terikat oleh ikatan keluarga dan hanya memiliki
loyalitas mati terhadap negara.
Di Negara demokrasi setiap orang berhak dan memiliki kebebasan dalam
melakukan apa yang dikehendakinya, tanpa ada kontrol yang ketat dari
negara, karena adanya kebebasan setiap orang berhak dalam mengkritik
orang lain, terlepas apakah yang di kritik tersebut rakyat atau negara. Bila
kekuatan saling mengkritik tanpa adanya control pemerintah, maka akan
menimbulkan kekacauan sosial.
Bagi Plato adalah kehidupan yang senang dan bahagia, manusia harus
mengupayakan kesenangan dan kebahagian itu, menurut plato kesenangan
itu tidak hanya kepuasan hawa nafsu selama hidup di dunia, Plato sepakat
29

dengan kesenangan dua dunia itu. Dunia ide semua ide dengan ide yang baik
atau kebaikan dengan kebajikan sebagai ide yang tertinggi di dunia, ide
adalah realitas yang sesunguhnya, sementara segala sesuatu yang ada di
indrawi merupakan realitas bayangan .
Hanya orang yang baik dan bijaksana yang akan dapat memahami segala
sesuatu yang beraneka ragam yang berubah-ubah yang ada di dunia indrawi.
Dengan demikian jelas bahwa etika Plato adalah etika yang berdasarkan
dengan ilmu pengetahuan yang benar itu, sementara pengetahuan hanya
dapat diperoleh diraih, dimiliki lewat akal budi, maka itulah kenapa etika
Plato disebut dengan etika rasional.
Teori yang terkenal dari Plato yang diwarisi oleh gurunya Socrates
adalah DIALECTICA dari teori tersebut bisa kita menganalisis bahwa
dalam membangun sebuah sumberdaya manusia, Negara, politik, serta
ekonomi perlu adanya sebuah dialektika atau musyawarah. Sehingga dalam
memutuskan sebuah problema atau kesepakatan bisa menghasilkan solusi
yang baik. Demi kesejahteraan masyarakat.
C. Max Weber
Lahir di Erfurt, Thuringia, Jerman, 21 April 1864. Meninggal di Munich
pada 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun. Karya karya utama Max weber
diantaranya :
Methodological Essays (1902)
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1902-4)
Enonomy and Socienty (1910-14)
Sosiology of Religion (1916)
Weber lahir dari keluarga kelas menengah, ayahnya, Max Weber Sr
adalah politikus liberal, pegawai sipil dan seorang birokrat yang menduduki
posisi politik yang relatif penting dan menjadi bagian dari kekuasaan politik
yang mapan. Dan Ibunya, Helene Fallenstein adalah seorang Calvinis yang
taat, wanita yang berupaya menjalani kehidupan prihatin (asetic) tanpa
kesenangan seperti yang sangat menjadi dambaan suaminya.
30

Perhatiannya kebanyakan tertuju pada aspek kehidupan akhirat; ia
terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya menjadi pertanda
bahwa ia terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya menjadi
pertanda bahwa ia tak ditakdirkan akan mendapat keselamatan di akhirat.
Kontribusi Max Weber denga Birokrasi. Weber seorang ahli sosiologi
menulis dan mengembangkan model struktural yang dikatakan sebagai alat
paling efisien bagi organisasi organisasi untuk mencapai tujuannya. Dia
menyebut struktur ideal ini sebagai birokrasi. Struktur birokrasi memiliki ciri
a) Adanya pembagian kerja
b) Hierarki wewenang yang jelas
c) Prosedur seleksi formal
d) Peraturan yang rinci
e) Hubungan yang tidak di dasarkan atas hubungan pribadi
Dari teori BIROKRASI kita bisa menganilis bahwa dalam pembangunan
haruslah mempunya birokrasi yang jelas, jadi ada yang mengontrol dan
mengawasi dari setiap aktifitas yang dikerjakan.
D. Emile Durkheim
Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April 1858. Ia keturunan
pendeta Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta (rabbi). Tetapi,
ketika berumur 10 tahun ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu perhatiannya
terhadap agama lebih bersifat akademis ketimbang teologis (Mestrovic,
1988). Ia bukan hanya kecewa terhadap pendidikan agama, tetapi juga
pendidikan masalah kesusastraan dan estetika. Ia juga mendalami
metodologi ilmiah danprinsip moral yang diperlukan untuk menuntun
kehidupan sosial.
Ia menolak karir tradisional dalam filsafat dan berupaya mendapatkan
pendidikan ilmiah yang dapat disumbangkan untuk pedoman moral
masyarakat. Meski kita tertarik pada sosiologi ilmiah tetapi waktu itu belum
ada bidang studi sosiologi sehingga antara 1882-1887 ia mengajar filsafat di
sejumlah sekolah di Paris
31

Hasratnya terhadap ilmu makin besar ketika dalam perjalanannya ke
Jerman ia berkenalan dengan psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm
Wundt (Durkheim, 1887/1993). Beberapa tahun sesudah kunjungannya ke
Jerman, Durkheim menerbitkan sejumlah buku diantaranya adalah tentang
pengalamannya selama di Jerman (R. Jones, 1994). Penerbitan buku itu
membantu Durkheim mendapatkan jabatan di Jurusan Filsafat Universitas
Bordeaux tahun 1887. DI sinilah Durkheim pertama kali memberikan kuliah
ilmu sosial di Universitas Perancis.
Ini adalah sebuah prestasi istimewa karena hanya berjarak satu dekade
sebelumnya kehebohan meledak di Universitas Perancis karena nama
Auguste Comte muncul dalam disertasi seorang mahasiswa. Tanggung jawab
utama Durkheim adalah mengajarkan pedagogik di sekolah pengajar dan
kuliahnya yang terpenting adalah di bidang pendidikan moral. Tujuan
instruksional umum mata kuliahnya adalah akan diteruskan kepada anak-
anak muda dalam rangka membantu menanggulangi kemerosotan moral
yang dilihatnya terjadi di tengah masyarakat Perancis
Tahun-tahun berikutnya ditandai oleh serentetan kesuksesan pribadi.
Tahun 1893 ia menerbitkan tesis doktornya, The Devision of Labor in
Society dalam bahasa Perancis dan tesisnya tentang Montesquieu dalam
bahasa Latin (W. Miller, 1993). Buku metodologi utamanya, The Rules of
Sociological Method, terbit tahun 1895 diikuti (tahun 1897) oleh hasil
penelitian empiris bukunya itu dalam studi tentang bunuh diri. Sekitar tahun
1896 ia menjadi profesor penuh di Universitas Bordeaux. Tahun 1902 ia
mendapat kehormatan mengajar di Universitas di Perancis yang terkenal,
Sorbonne, dan tahun 1906 ia menjadi profesor ilmu sangat terkenal lainnya,
The Elementary Forins of Religious Life, diterbitkan pada tahun 1912.
Kini Durkheim sering dianggap menganut pemikiran politik konservatif
dan pengaruhnya dalam kajian sosiologi jelas bersifat konservatif pula.
Tetapi dimasa hidupnya ia dianggap berpikiran liberal dan ini ditunjukkan
oleh peran publik aktif yang dimainkannya dalam membela Alfred Drewfus,
seorang kapten tentara Yahudi yang dijatuhi hukuman mati karena
penghianatan yang oleh banyak orang dirasakan bermotif anti-yahudi (Farrel,
1997).
32

Durkheim merasa sangat terluka oleh kasus Dreyfus itu, terutama oleh
pandangan anti-Yahudi yang melatarbelakangi pengadilannya. Namun
Durkheim tidak mengaitkan pandangan anti-Yahudi ini dengan rasialisme di
kalangan rakyat Perancis. Secara luas ia melihatnya sebagai gejala penyakit
moral yang dihadapi masyarakat Perancis sebagai keseluruhan (Bimbaum
dan Todd, 1995). Ia berkata : Bila masyarakat mengalami penderitaan maka
perlu menemukan seorang yang dapat dianggap bertanggung jawab atas
penderitaannya itu. Orang yang dapat dijadikan sebagai sasaran pembalasan
dendam atas kemalangannya itu, dan orang yang menentang pendapat umum
yang diskriminatif, biasanya ditunjuk sebagai kambing hitam yang akan
dijadikan korban.
Yang meyakinkan saya dalam penafsiran ini adalah cara-cara masyarakat
menyambut hasil pengadilan Dreyfus 1894. keriangan meluap di jalan raya.
Rakyat merayakan kemenangan atas apa yang telah dianggap sebagai
penyebab penderitaan umum. Sekurang-kurangnya mereka tahu siapa yang
harus disalahkan atas kesulitan ekonomi dan kebejatan moral yang terjadi
dalam masyarakat mereka; kesusahan itu berasal dari Yahudi. Melalui fakta
ini juga segala sesuatu telah dilihat menjadi bertambah baik dan rakyat
merasa terhibur (Lukes, 1972:345).
Perhatian Durkheim terhadap perkara Dreyfus berasal dari perhatiannya
yang mendalam seumur hidupnya terhadap moralitas modern. Menurut
Durkheim, jawaban atas perkara Dreyfus dan krisis moral seperti itu terletak
di akhir kekacauan moral dalam masyarakat. Karena perbaikan moral itu tak
dapat dilakukan secara cepat dan mudah, Durkheim menyarankan tindakan
yang lebih khusus, seperti menindak tegas orang yang mengorbankan rasa
benci terhadap orang lain dan pemerintah harus berupaya menunjukkan
kepada publik bahwa menyebarkan rasa kebendaan itu adalah perbuatan
menyesatkan dan terkutuk. Ia mendesak rakyat agar mempunyai keberanian
untuk secara lantang menyatakan apa yang mereka pikirkan dan bersatu
untuk mencapai kemenangan dalam perjuangan menentang kegilaan publik
(Lukas, 1972:347)
Tetapi minat Durkheim terhadap sosialisme juga dijadikan bukti bahwa
ia menentang pemikiran yang menganggapnya seorang konservatif, meski
jenis pemikiran sosialismenya sangat berbeda dengan pemikiran Marx dan
pengikutnya.
33

Durkheim sebenarnya menamakan Marxisme sebagai seperangkat
hipotesis yang dapat dibantah dan ketinggalan zaman (Lukes, 1972:323).
Menurut Durkheim, sosialisme mencerminkan gerakan yang diarahkan pada
pembaharuan moral masyarakat melalui moralitas ilmiah dan ia tak tertarik
pada metode politik jangka pendek atau pada aspek ekonomi dari sosialisme.
Ia tak melihat proletariat sebagai penyelamat masyarakat dan ia sangat
menentang agitasi atau tindak kekerasan. Menurut Durkheim, sosialisme
mencerminkan sebuah sistem dimana didalamnya prinsip moral ditemukan
melalui studi sosiologi ilmiah di tempat prinsip moral itu diterapkan.
Durkheim berpengaruh besar dalam pembangunan sosiologi, tetapi
pengaruhnya tak hanya terbatas di bidang sosiologi saja. Sebagian besar
pengaruhnya terhadap bidang lain tersalur melalui jurnal Lannee
Sociologique yang didirikannya tahun 1898. Sebuah lingkaran intelektual
muncul sekeliling jurnal itu dan Durkheim berada dipusatnya. Melalui jurnal
itu, Durkheim dan gagasannya mempengaruhi berbagai bidang seperti
antropologi, sejarah, bahasa dan psikologi yang agak ironis, mengingat
serangannya terhadap bidang psikologi.
Durkheim meninggal pada 15 November 1917 sebagai seorang tokoh
intelektual Perancis tersohor. Tetapi, karya Durkheim mulai memengaruhi
sosiologi Amerika dua puluh tahun sesudah kematiannya, yakni setelah
terbitnya The Structure of Social Action (1973) karya Talcott Parsons

Dari teori DEVISION OF LABOR kita bisa menganalis bahwa
pembagian kerja dalam pembangunan, baik birokrasi, industri, ekonomi,
politik memang diperlukan. Untuk mengetahui potensi dari individu.
Sehingga dalam penempatan posisi tidak terjadi kerancuan dan tugas
terkordinir dengan baik







34

E. Leopold von Wiese
Von Wiese,Lahir pada tanggal 2 Februari 1876, diGlatz, kiniKtodzko.
Jermansosiolog. Leopold von Wiese adalah putra tungga lseorang perwira
Prusia awalakhir dan menerima pendidikan disekolah kadet dimedan tempur
danLichterfelde,dimana dia menghabiskan hampir delapan tahun sangat
bahagia sebelum ia bisa meninggalkan korpskadet.
Dia kemudian belajarekonomi diFriedrich-Wilhelm University diBerlin
danberada di sanapada tahun 1902, Dr phil. doktor.Selanjutnya, iaadalah
sekretarisilmiah dari"Institut untuk kebaikan bersama" di Frankfurtam
Main.Pada tahun 1905iadosenekonomi diUniversitas Berlin.Diangkatpada
tahun 1906sebagai guru besarilmu politikdi Royal Academydi Poznan,ia
bergabungpada tahun 1908sebagai profesorekonomi danekonomi
bisnisdiTechnical University ofHanover.Pada tahun 1912, direktur studi
lapangandi "Academy untuk PemerintahLokal"di Dsseldorfpada tahun
1915danprofesor diGraduate School ofCologne
seorang Jerman, menganggap sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
empiris yang berdiri sendiri. Objek sosiologi adalah penelitian terhadap
hubungan antarmanusia yang merupakan kenyataan sosial. Jadi, menurutnya,
objek khusus ilmu sosiologi adalah interaksi sosial atau proses social
Penelitiannya yang pertama merupakan suatu penyelidikan terhadap
klasifikasi proses-proses sosial dengan terutama menyoroti proses-proses
sosial yang asosiatif dan disosiatif. Setiap kategori proses sosial dibagi-
baginya ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil atas dasar derajat asosiatif
atau disosiatifnya.
Penelitian selanjutnya dilakukannya terhadap struktur sosial yang
merupakan saluran dari hubungan antara manusia. Hasil-hasil karyanya
adalah antara lain:
a. The Basis of sociology: A critical examination of Herbert
Spencers Synthetic Philosophy (1906);
b. General Sociology, jilid I Social Relations (1924); dan jilid II
c. Social Forms (1929);
d. Systematic Sociology (bersama-sama dengan Howard Becker,
1932);
35

e. Sociology of Social Relation (1941)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1. yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-
gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2. yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka
umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
3. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang
mengecewakan pihak lain
4. yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
5. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan
pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan
kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman
yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam
keluarga.
3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas
dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut
hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan,
pendidikan, dst.



36

Tipe Kontravensi :
1. Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
a. Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan
(intracommunity struggle)
b. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat
setempat (intercommunity struggle)
1. Antagonisme keagamaan
2. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
3. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
4. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
5. Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan,
pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut
dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu
pertentangan atau pertikaian.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya
pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah
tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa
adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan
dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-
perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan
negara
37

Akibat-akibat bentuk pertentangan
1. Tambahnya solidaritas in-group
2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
3. Perubahan kepribadian para individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk
proses sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat.















38

BAB III
PEMIKIRAN PEMBANGUNAN MENURUT SOSIOLOG ISLAM
Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan
terencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia seperti
termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah
mencantumkan tujuan pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan masyarakat
adalah suatu keadaan yang selalu menjadi cita-cita seluruh bangsa di dunia
ini. Berbagai teori tentang pembangunan telah banyak dikeluarkan oleh ahli-
ahli sosial barat, salah satunya yang juga dianut oleh Bangsa Indonesia
dalam program pembangunannya adalah teori modernisasi. Modernisasi
merupakan tanggapan ilmuan sosial barat terhadap tantangan yang dihadapi
oleh negara dunia kedua setelah berakhirnya Perang Dunia II.
A. IBNU KHALDUN
Ibnu khaldun (1333-1406), merupakan sarjana arab yang lahir ditunis
adalah tokoh politik praktis yang ternama dan salah seorang bapak sosiologi
abad XIV serta dikenal sebagai pemikir besar di dunia.
Bukunya mukaddimah merupakan karyanya yang monumental
mengenai sejarah umat manusia dalam bahasan sosiologi.mukaddimah
mengemukakan pengaruh lingkungan fisik terhadap manusia, bentuk
organisasi primitive dan modern, hubungan antarkelompok, dan berbagai
fenomena cultural.
Ibnu kaldun memperkenalkan 6 prinsip landasan sosiologis sebagai berikut:
39

1. Fenomina sosial mengikuti pola pola yang sah menurut
hukum, walaupun teratur tetapi sifatnya tidak kaku dan dapat
dikenali dan dilukiskan.
2. Hukum hukum perubahan berlaku pada tingkat kehidupan
masyarakat, bukan pada tingkat individual
3. Hukum hukum proses sosial harus ditemukan melalui
pengumpulan banyak data dan dengan mengamati hubungan
antar berbagai variable.
4. Hukum hukum sosial yang serupa, berlaku dalam masyarakat
yang satu.
5. Masyarakat ditandai oleh perubahan
6. Hukum hukum yang berlaku terhadap perubahan bersifat
sosiologis, bukan biologis ataupun ilmiah.

Sebagai seorang muslim yang sadar, Ibnu Khaldun tekun mengamati
bagaimana caranya membalik atau mereversi gelombang penurunan
peradaban Islam. Sebagai ilmuwan sosial, Ibnu Khaldun sangat menyadari
bahwa reversi tersebut tidak akan dapat tergambarkan tanpa menggambarkan
pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih dahulu untuk menentukan faktor-
faktor yang membawa sebuah peradaban besar melemah dan menurun
drastis.
Ibnu khaldun berangkat dari asumsi dasar bahwa manusia adalah mahluk
sosial yang sangat penting. Dari ini manusia dapat berkembang sebagai
mahluk sosial dan politik. Semua ini menunjukan bahwa manusia dalam
kehidupan bermasyarakat hanya dapat dipenuhi melalui kerjasama antar
sesamanya.
40


Konsep ibnu khaldun:
kekuatan kedaulatan tidak dapat dipertahankan kecuali dengan
mengimplementasikan syariah.
syariah tidak akan dimplementasikan kecuali oleh sebuah kedaulatan
kedaulatan tidak akan memperoleh kekuatan kecuali didukung oleh
sumber daya manuasia
pembangunan tidak dapat dicapai kecuali dengan keadilan
keadilan merupakan tolak ukur yang digunakan Allah untuk
mengevaluasi manusia dan
kedaulatan mengandung muatan tanggung jawab untuk menegakkan
keadilan
Dari delapan konsep tersebut, kebijakan-kebijakan yang masing-masing
dihubungkan dengan yang lain untuk memperolah kekuatan.termasuk
keyakinan dan aturan perilaku atau syariah,manusia, harta benda dan
cadangan sumber daya ,pembangunan dan keadilan.
Hasil dari Ibnu Khaldun berpusat pada aspek manusia karena
perkembangan perdaban berhubungan erat dengan aspek kesejahteraan dan
penderitaan manusia. Pada gilirannya hal ini tidak saja bergantung pada
variabel-variabel ekonomi namun terkait erat dengan peran faktor
moral, kelembagaan, psikologi, politik, sosial, dan kondisi demografi melalui
sebuah proses daur sebab akibat yang membentang sepanjang perjalanan
sejarah. Penekanan pada aspek manusia ini disandarkan pada ayat-ayat al-
Quran yang telah disinggung dalam pendahuluan Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. (Q.S Ar-Rad 13:11), ayat ini menekankan
pentingnya peran manusia bagi perkembangan kehidupan.
41

pemikiran Ibnu Khaldun tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan
mengenai pembangunan dan politik kenegaraan. Ibnu khaldun telah
memaparkan konsep-konsep pembangunan itu dibangun. Mulai dari sumber
daya manusia yang baik, sebagai faktor yang menjalankan pembangunan itu
sendiri.
Kemudian ada keadilan, yang mana hal ini harus bisa menjaga kondisi
dalam masyarakat. Bagaimana menjalankan keadilan dan bijaksana sehingga
bisa menjadi pondasi yang kuat dalam pembangunan dalam masyarakat.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan
pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak
kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu
memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang
pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan
tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam
tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan
kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi oleh
situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun
dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar
pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun
mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman.
Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan
Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, "Ketahuilah bahwa pendidikan
Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh
dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam
42

hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan
sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain."
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya,
disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara,
masyarakat, atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-
nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk
menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat.
Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat
bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret
1406 M.
B. Ibnu Batutah
Ibnu Batutah (24 Februari 1304 - 1368 atau 1377) adalah seorang
pengembara Berber Maroko. Dalam literatur Barat, tokoh ini hanya dikutip
sebagai catatan kaki dalam beragam buku ilmiah, meski sebenarnya apa yang
dia wariskan kepada dunia ilmu pengetahuan sangat besar.
Yang mengesankan, semua pengalamannya dalam pengembaraan dia catat
dengan kecermatan luar biasa, dimulai sejak Ibnu Batutah berusia 21 tahun
meninggalkan Tangier, Maroko.
Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah menekankan beberapa
perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang
ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Catatan tersebut dinamai Rihlah,
merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dariabadke-14.

Nama Abu Abdullah Muhammad Ibn Abdullah Al Lawati Al Tanj,
atau lebih dikenal dengan Ibn Batutah. Ia lahir di Tangiers (Afrika Utara),
43

keturunan suku Barbar di Lawata. Ia mendapat pendidikan agama dan sastra.
Ketika usianya belum genap 21 tahun ia melakukan perjalanan dan
pengembaraan dengan meninggalkan tangier pada 14 Juni 1325 dan kembali
pada tahun 1354 M. Ia mendapat sambutan hangat dari penguasa dinegerinya
(Sultan Abu Enan dari Maroko), dan kemudian diangkat menjadi kadi
(hakim).
Atas permintaan sultan Abu Enan, Ibn Batutah mentekan cerita
perjalanannya kepada juru tulis sultan, Ibn Juzay (seorang teolog Andalusia),
yang kemudian dibukukan dengan judul Tuhfat al Nuzzarfi Gharaib Al
amsar Wa Ajaib Al asfar (Hadiah buat para pengamat yang meneliti
keajaiban-keajaiban kota dan keanehan-keanehan perjalanan). Buku ini
kemudian dikenal umum dengan nama Rihlat Ibn Batuta, atau Rihla
(perjalanan). Karya ini diselesaikan oleh Ibn Juzay pada 13 Desember 1355
M, dengan tulisan tangan, yang kemudian disalin pada bulan Februari 1356
M.
Pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji ke
Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi
120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).

Ibnu batutah, sosok musafir Muslim dan ahli hukum abad ke 14 tersohor
sebagai petualang terbesar zaman pra-modern. Kisah perjalanannya adalah
suatu petualangan mencekam dan luar biasa, yang membuat dunia Barat
menghargainya sebagai Marco Polo dunia Muslim. Sebuah karya literatur
yang paling ambisius dan informatif tentang abad pertengahan, kaya akan
lukisan mengenai lembaga-lembaga keagamaan, bangunan-bangunan
monumental serta tokoh-tokoh alim di kota-kota Islam yang besar

44

C. Alfarabi


Al Farabi, seorang Filsuf Islam
Ab Nasir Muhammad bin al-Farakh al-
Frbi (870-950, Bahasa Persia: )
singkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf
Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Ab Nasir al-Frbi (dalam
beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad
Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia barat sebagai
Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. Kemungkinan lain Farabi
adalah seorang Syiah Imamiyah (Syiah Imamiyah adalah salah satu aliran
dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah mereka adalah soal Imam)
yang berasal dari Turki.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di
dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia
mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan
baik.Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi,
pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang
sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-
Musiqa.Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai
alat musik.
45

Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena
kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru
pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah filusuf Islam pertama yang berupaya
menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat
politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa
dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al
Dawla dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk
Monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Ia lahir dimasa
kepemimpinan Khalifah Mutamid (869-892 M) dan meninggal pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Muthi (946-974 M) dimana periode tersebut
dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan
politik. Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-
pemikiran dari para ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan
mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno
dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan
yang ideal (Negara Utama).
Buah Pemikiran
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu
Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian
.

1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
46

6. Bunga rampai (Kutub Munawwaah).
Sebagian besar riwayat menyebutkan bahwa buku-buku al-Farabi
berjumlah lebih dari 70 buah judul buku. Semuanya ditulis sewaktu ia
berpindah tempat dari Baghdad ke Damaskus, yaitu masa yang dianggap
sebagai masa kematangan dalam kehidupan al-Farabi. Namun buku-bukunya
tidak banyak beredar secara luas, karena sebagian besar ditulis diatas
potongan kertas kecil dan kertas-kertas yang terpisah. Artinya, al-Farabi
sedikit sekali menulis buku dalam bentuk berjilid-jilid ataupun artikel
panjang.
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota
atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui
kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut
pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam. Filsafat politik Al-Farabi,
khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama mencerminkan
rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.
Pemikiran tentang Asal-usul Negara dan Warga Negara
Menurut Al-Farabi manusia merupakan warga negara yang
merupakan salah satu syarat terbentuknya Negara. Oleh karena manusia
tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain, maka
manusia menjalin hubungan-hubungan (asosiasi). Kemudian, dalam proses
yang panjang, pada akhirnya terbentuklah suatu Negara. Menurut Al-Farabi,
negara atau kota merupakan suatu kesatuan masyarakat yang paling mandiri
dan paling mampu memenuhi kebutuhan hidup antara lain: sandang, pangan,
papan, dan keamanan, serta mampu mengatur ketertiban masyarakat,
sehingga pencapaian kesempurnaan bagi masyarakat menjadi mudah. Negara
47

yang warganya sudah mandiri dan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan
yang nyata , menurut al-Farabi, adalah Negara Utama.
Menurutnya, warga negara merupakan unsur yang paling pokok
dalam suatu negara.yang diikuti dengan segala prinsip-prinsipnya (mabadi)
yang berarti dasar, titik awal, prinsip, ideologi, dan konsep dasar.
Keberadaan warga negara sangat penting karena warga negaralah
yang menentukan sifat, corak serta jenis negara.Menurut Al-Farabi
perkembangan dan/atau kualitas negara ditentukan oleh warga
negaranya.Mereka juga berhak memilih seorang pemimpin negara, yaitu
seorang yang paling unggul dan paling sempurna di antara mereka.
Negara Utama dianalogikan seperti tubuh manusia yang sehat dan
utama, karena secara alami, pengaturan organ-organ dalam tubuh manusia
bersifat hierarkis dan sempurna. Ada tiga klasifikasi utama:
Pertama, jantung. Jantung merupakan organ pokok karena jantung
adalah organ pengatur yang tidak diatur oleh organ lainnya.
Kedua, otak. Bagian peringkat kedua ini, selain bertugas melayani
bagian peringkat pertama, juga mengatur organ-ogan bagian di
bawahnya, yakni organ peringkat ketiga, seperti : hati, limpa, dan
organ-organ reproduksi.
Organ bagian ketiga. Organ terbawah ini hanya bertugas mendukung
dan melayani organ dari bagian atasnya.
Al-Farabi membagi negara ke dalam lima bentuk, yaitu:
48

1. Negara Utama (Al-Madinah Al-Fadilah): negara yang dipimpin oleh
para nabi dan dilanjutkan oleh para filsuf; penduduknya merasakan
kebahagiaan.
2. Negara Orang-orang Bodoh (Al-Madinah Al-Jahilah): negara yang
penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
3. Negara Orang-orang Fasik: negara yang penduduknya mengenal
kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk
negara orang-orang bodoh.
4. Negara yang Berubah-ubah (Al-Madinah Al-Mutabaddilah): pada
awalnya penduduk negara ini memiliki pemikiran dan pendapat
seperti penduduk negara utama, namun kemudian mengalami
kerusakan.
5. Negara Sesat (Al-Madinah Ad-dallah): negara yang dipimpin oleh
orang yang menganggap dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia
menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
Pemikirannya Tentang Pemimpin
Dengan prinsip yang sama, seorang pemimpin negara merupakan
bagian yang paling penting dan paling sempurna di dalam suatu
negara.Menurut Al Farabi, pemimpin adalah seorang yang disebutnya
sebagai filsuf yang berkarakter Nabi yakni orang yang mempunyai
kemampuan fisik dan jiwa (rasionalitas dan spiritualitas).
Disebutkan adanya pemimpin generasi pertama (the first one
dengan segala kesempurnaannya (Imam) dan karena sangat sulit untuk
ditemukan (keberadaannya) maka generasi kedua atau generasi selanjutnya
sudah cukup, yang disebut sebagai (Rais) atau pemimpin golongan kedua.
Selanjutnya al-Farabi mengingatkan bahwa walaupun kualitas lainnya sudah
49

terpenuhi , namun kalau kualitas seorang filsufnya tidak terpenuhi atau tidak
ambil bagian dalam suatu pemerintahan, maka Negara Utama tersebut bagai
kerajaan tanpa seorang Raja. Oleh karena itu, Negara dapat berada
diambang kehancuran.
D. Ibnu Taimiyah
Riwayat Singkat Hidup Ibn Taimiyah
Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abi Al-
Halim binTaimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 rabiul
awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20
Dzul Qaidah tahun 729 H. Kewafatannya telah menggetarkan dada seluruh
penduduk Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kaum muslimin pada
umumnya. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim bin
Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyah, seorang syekh, khatib dan hakim di
kotanya.
Dikatakan oleh Ibrahim Madkur bahwa ibn Taimiyah merupakan
seorang tokoh salaf yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak
leluasa kepada akal. Ia adalah murid yang muttaqi, wara, dan zuhud, serta
seorang panglima dan penentang bangsa tartas yang berani. Selain itu ia
dikenal sebagai seorang muhaddits mufassir, faqih, teolog, bahkan memiliki
pengetahuan luas tentang filsafat. Ia telah mengkritik khalifah Umar dan
khalifah Ali bin Abi Thalib. Ia juga menyerang Al-Ghazali dan Ibn Arabi.
Kritikannya ditujukan pula pada kelompok-kelompok agama sehingga
membangkitkan para ulama sezamannya. Berulangkali Ibn Taimiyah masuk
kepenjara hanya karena bersengketa dengan para ulama sezamannya.

Pemikiran Teori Ibn Taimiyah
Pikiran-pikiran Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut :
50

Sangat berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadist
Tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal
Berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama
Di dalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja (sahabat,
tabiin, dan tabii-tabiin)
Allah memili sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya.
Jabatan-jabatan dalam pemerintahan sendiri menurut Ibnu Taimiyah
terdiri atas empat fasal, yakni:
1. Memakai tenaga yang lebih patut.
1. Memilih yang lebih utama (Afdhal)
2. Amanah dan kekuatan yang jarang ditemui pada diri seorang
manusia
3. Mengenal yang lebih maslahat dan cara kesempurnaanya

Ibn Taimiyah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa
kalaulah kalamullah itu qadim, kalamnya pasti qadim pula. Ibn Taimiyah
adalah seorang tekstualis. Oleh sebab itu pandangannya dianggap oleh ulama
mazhab Hanbal, Al-kitab Ibn Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim
(antropomorpisme) Allah, yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Oleh karena itu, Al-Jauzi berpendapat bahwa pengakuan Ibn Taimiyah
sebagai salaf perlu ditinjau kembali.
Berikut ini adalah pandangan ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat Allah.
a) Percaya Sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang Ia sendiri atau
Rasul-Nya menyifati. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:
Sifat salbiyah, yaitu qidam, baqa, muhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu
binafsihi, dan wahdanniyah.
51

Sifat manawi, yaitu qudrah, iradah, samea, bashar, hayat, ilmu, dan
kalam.
Sifat khabariah (sifat-sifat yang diterangkan Al-Quran dan Hadis
walaupun akal bertanya tentang maknanya). Seperti keterangan yang
menyatakan bahwa Allah dilangit; Allah diatas Arasy; Allah turun
kelangit dunia; Allah dilihat oleh orang beriman diakhirat kelak; wajah,
tangan dan mata Allah
Sifat dhafiah, meng-idhafat-kan atau menyandarkan nama-nama Allah
pada alam makhluk, rabb al-amin, khaliq al-kaum. Dan falik al-habb
wa al-nawa.
b) Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah dan Rasul-
Nya sebutkan, seperti al-awwal, al-akhir, azh-zhahir, al-bathin, al-alim, al-
qadir, al-hayy, al-qayyum, as-sami, dan al-bashir.
c) Menerima sepenuhnya nama-nama Allah tersebut dengan tidak
mengubah makna yang tidak dikehendaki lafadz, tidak menghilangkan
pengertian lafazd, tidak mengingkarinya, tidak menggambarkan bentu-
bentuk Tuhan, dan tidak menyerupai sifat-sifat-Nya dengan sifat-sifat
makhluknya.
Ibn Taimiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-ayat mutsyabihat.
Menurutnya, ayat atau Hadist yang menyangkut sifat-sifat Allah harus
diterima dan diartikan sebagaimana adanya, dengan cacatan tidak men-
tajsim-kan, tidak menyerupakanNya dengan makhluk, dan tidak bertanya-
tanya tentangNya.




52


Kegunaan Sosiologi Pembangunan
Sosiologi merupakan ilmu terapan dan ilmu murni.Dalam hal ini
tentunya peran ilmu sosiologi amat dibutuhkan terutama di bidang
pembangunan dan kepentingan masyarakat.
Kegunaan sosiologi dalam masyarakat antara lain:
Untuk pembangunan. Sosiologi berguna untuk memberikan data
sosialyang diperlukan dalam tahap perencanaan pembangunan maupun
pelaksanaan pembangunan.Pada tahap perencanaan,yang harus diperhatikan
yaitu apa yang menjadi kebutuhan sosial.Pada tahap pelaksanaan yang harus
diperhatikan yaitu kekuatan sosialdalam masyarakat serta proses perubahan
social.Sementara itu pada tahap penilaian pembangunan,yang harus
dilakukan adalah analisis terhadap efek atau dampak dari social
pembangunan itu.
Kegunaan sosiologi dalam penelitian:
Untuk penelitian,Sosiologi berguna untuk memberikan suatu
perencanaan atau pemecahan masalah social yang baik.di Negara yang
sedang membangun,peran ilmu sosiologi sangat penting.Dari data yang
dihasilkan oleh para sosiolog,para pengambil keputusan dapat menyusun
rencana dan tahap penyelsaiannya. Contohnya,cara pencegahan kenakalan
remaja dan cara meningkatakan kembali raa solidaritas antarwarga yang
semakin pudar



53

E. Ibnu Maskawaih
Ibn Maskawaih atau nama sebenarnya Abu Ali bin Ahmad bin Muhammad
bin Yaakub bin Maskawaih merupakan ilmuwan Islam yang terpenting.
Walaupun pemikiran falsafahnya tidak banyak dibicarakan tetapi beliau telah
mengemukakan berbagai-bagai teori falsafah penting yang menjadi asas
kepada pemikiran falsafah tokoh-tokoh selepasnya.
Pandangannya mengenai manusia dan perkembangan masyarakat
bukan saja menjadi asas pemikiran kepada ilmuwan Islam yang lain seperti
Ibnu Khaldun dan Jamaluddin Al Rini tetapi juga para sarjana Barat. Teori
evolusi yang dikemukakannya telah dijadikan sebagai bahan kajian oleh
Charles Darwin yang kemudiannya menerbitkan buku Origin of Species
mengenai kejadian dan asal-usul mansia. Dalam buku tersebut, Charles
Darwin telah menyatakan bahawa manusia berkembang secara evolusi dari
pada spesies hidupan yang paling ringkas kepada yang kompleks.
Perkembangan itu berlaku secara perlahan-lahan dan mengambil masa yang
lama. Hasil daripada kajian dan pemerhatiannya terhadap berbagai spesies
kehidupan dan fosil di beberapa buah benua, beliau akhirnya membuat
keputusan bahawa manusia sebenarnya berasal dari pada beruk melalui
proses evolusi. Teori evolusinya telah menjadi kontroversi dan mendapat
tantangan dari pada pihak gereja kerana dia menafikan peranan Tuhan dalam
menjadikan kehidupan di muka bumi ini. Namun begitu, teori berkenaan telah
menjadikan Darwin terkenal dan dianggap sebagai pelopor teori evolusi yang
digunakan oleh para sarjana dalam bidang antropologi dan sosiologi dalam
menghuraikan sejarah serta perjalanan manusia serta perkembangan
masyarakat.Padahal teori evolusi telah lama digunakan oleh Ibn Maskawaih
dalam kajiannya mengenai perabadan manusia. Menurutnya, kecerdikan
manusia tidaklah mengatasi kepintaran yang dimiliki oleh beruk. Tetapi
54

manusia menjadi lebih cerdik karena pengalaman yang mereka peroleh dalam
kehidupan bermasyarakat. Bagi Ibn Maskawaih, manusia itu ialah sebuah
dunia yang kecil dan padanya terdapat gambaran mengenai segala yang ada di
dunia ini. Setiap manusia mempunyai peranannya yang tersendiri sama ada
sebagai individu ataupun anggota masyarakat. Pendapat beliau ini menepati
"Teori Fungsi" yang dikemukakan oleh seorang ahli sosiologi Perancis yang
bernama Auguste Comte. Sekiranya setiap anggota masyarakat melaksanakan
peranan dan fungsinya maka masyarakat itu akan berada dalam keadaan yang
stabil dan bersatu padu serta membolehkannya berkembang dengan teratur.
ManakalaBerbagai gangguan terhadap fungsi itu akan mengakibatkan
berlakunya konflik dan pergolakan dalam masyarakat. Secara tidak langsung
akan membawa keruntuhan kepada masyarakat tersebut. Jadi, tidak
keterlaluan kalau di katakan bahawa Ibn Maskawaih juga merupakan
pengasas kepada Teori Fungsi yang digunakan oleh para penganalisis sosial
yang menjalankan kajian tentang masyarakat kuno dan moden. Walaupun
beliau terdidik dalam bidang perubahan, tetapi minatnya yang mendalam
terhadap ilmu, telah mendorongnya mempelajari kesusasteraan, falsafah,
kimia, bahasa, dan ilmu klasik yang lain. Beliau menguasai dan mempunyai
kepakaran setiap bidang yang dipelajarinya. Ibnu Maskawaih juga ahli
sejarah dan ilmuwan akhlak yang handal. Semua ilmu pengetahuan itu tidak
dipelajari sekaligus seperti yang sering dilakukan oleh sarjana Islam yang
lain. Beliau mempelajarinya secara berperingkat-peringkat dan akhirnya
mendapati bidang falsafah sesuai dengan dirinya sebagai seorang pemikir.
Memulaikan kerjanya sebagai doktor sebelum dilantik menjadi setia usaha
kepada beberapa orang menteri seperti Mueiz al Daulah. Pengalaman tersebut
memberikan beliau peluang yang luas untuk mendampingi masyarakat dan
orang ramai. Selepas kematian Mueiz, beliau dilantik oleh Menteri Ibnu
Amid menjadi ketua perpustakaan. Kesempatan ini telah digunakan untuk
55

menelaah berbagai-bagai buku yang ditulis oleh para ilmuwan Islam dan
Yunani. Selepas itu, beliau dilantik pula sebagai Ketua Pemegang Amanah
Khazanah yang bertanggungjawab menjaga Perpustakaan Malik Adhdud
Daulah yang memerintah dari tahun 367-372H. Dengan pengetahuan dan
pengalaman yang ada padanya, Ibn Muskawaih telah berjaya membina
ketokohannya sebagai seorang ilmuwan yang mempunyai pengetahuan yang
luas dalam berbagai bidang.
Banyak teori telah dihasilkan oleh beliau dan tidak terbatas kepada bi-
dang falsafah semata-mata. Beliau menulis berbagai-bagai kitab yang
membicarakan pelbagai persoalan.
Antaranya:
Kitab al-Fauz al-Saghir yang menumpukan pembicaraan kepada persoalan
yang berkaitan dengan metafizik yaitu tentang Allah, kerasulan dan
jiwa.Kebanyakan pandangannya mengenai perkara ini disesuaikan daripada
pandangan ahli falsafah Yunani. Kesan pemikiran falsafah Yunani terhadap
Ibn Muskawaih dapat dilihat pada pandangannya mengenai jiwa. Semasa
mengungkap persoalan ini, beliau menyatakan bahawa jiwa merupakan roh
yang berlainan dari pada tubuh dan tidak mungkin dapat dilihat dan disentuh
oleh pancaindera. Baginya jiwa sesuatu yang dapat menerima dua perkara
pada satu masa yang sama seperti keadaan hitam dan putih pada satu waktu.
Beliau juga telah mengemukakan teori akhlak dalam kitabnya yang
berjudul kitab Tahzib al-Akhlaq. Dalam kitab itu, beliau menyebut kemuncak
akhlak ialah apabila lahirnya perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan secara
teratur. Oleh itu, akhlak yang baik hanya akan lahir daripada jiwa yang bersih
dan begitu juga sebaliknya. Untuk mendapat jiwa yang bersih maka anak-
anak sejak kecil lagi harus didedahkan dengan nilai-nilai yang baik. Nilai-
nilai buruk pula hanya akan mengganggu proses pembesaran dan
menyebabkan mereka membesar tanpa menghiraukan tatasusila. Anak-anak
56

perlu dilatih pada peringkat awal tumbesaran supaya bersikap dan bertindak
mengikut nilai-nilai ini agar sebati dengan diri serta sanubari mereka. Ibn
Maskawaih turut menulis beberapa buah kitab yang lain seperti al'Adwiah al-
Mufra-dah tentang ubat-ubatan, Uns al'Farid sebuah antologi cerpen, Tajarub
al'Umarn sebuah catatan mengenai sejarah, al-Tabikh mengenai kaedah
memasak, al'Asyribah yang membicarakan tentang minuman, al'Fauz al-
Kabir, dan Tajrib al'Um. Berdasarkan banyak kitab yang ditulisnya maka
ketokohannya sebagai ahli falsafah dan pengarang tidak dapat dinafikan. Idea
dan pandangannya jelas mendahului zaman menjadikannya sebagai salah
seorang ilmuwan serta sarjana Islam yang tiada tolok bandingan pada
zamannya. Sesungguhnya Ibn Maskawaih yang dilahirkan pada 330H (941M)
di Kota Rhages itu akan terus dikenang sebagai seorang ahli falsafah yang
kaya dengan teori-teorinya.

ibnu maskawih juga mempunyai teori dengan ajaran "jalan tengah",
karena ia mendasarkan teori keutamaan moralnya pada bagian "pertengahan"
(al-wasath).
14

Pendapat Ibnu Miskawaih Tentang Jalan Tengah
Ajaran tentang jalan tengah (a1-wasath) yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah The Doctrine of the Mean atau The Golden Mean ternyata
sudah dikenal para filsuf sebelum Ibnu Miskawaih. Mencius (551-479 SM),
seorang filsuf Cina, misalnya, telah menulis buku tentang ajaran jalan
tengah. Filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, dan Filsuf Muslim seperti al-
Kindi dari Ibn Sina juga didapati memiliki ajaran tentang jalan tengah.

14
http://kajianislamnugraha.blogspot.com/2009/10/pandangan-etika-menurut-
ibn-maskawaih.html Oleh DR.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag. waktu akses tgl 17
September 19.30 pm
57

Ibnu Miskawaih secara umum memberikan pengertian jalan tengah
tersebut antara lain dengan keseimbangan, moderat,harmoni, utama, mulia,
atau posisi tengah antar dua ekstrem. Akan tetapi ia tampak cenderung
berpendapat bahwa keutamaan moral secara umum diartikan sebagai posisi
tengah antara ekstrem kelebihan dan ektrem kekurangan masing-masing jiwa
manusia. Jiwa manusia mempunyai tiga fakultas, yaitu: jiwa al-bahimiyyat,
jiwa al-ghadabiyat, dan jiwa al-nathiqat.
15

Menurut Ibnu Miskawaih, posisi tengah jiwa al-bahimiyyat adalah
menjaga kesucian diri (al-iffat/ temperance). Posisi tengah jiwa al-
ghadabiyyat adalah keberanian (al-syaja'at / courage). Posisi tengah jiwa al-
nathiqat adalah kebijaksanaan (al-hikmat/wisdom). Adapun gabungan dari
posisi tengah atau keutamaan semua jiwa tersebut adalah keadilan (al-
adalat/justice). Rincian masing-masing jalan tengah ini akan kami tempatkan
sesudah pembahasan ini.
Keempat keutamaan moral (akhlakul al-Karimah) tersebut
merupakan pokok, sedangkan keutamaan lainnya adalah sebagai cabang.
Cabang dari keempat pokok keutamaan itu sangat banyak jumlahnya, tidak
terhitung jumlah banyaknya. Jenis dan pemahamannyapun dapat disesuaikan
dengan perkembangan jaman.
Menurut Ibnu Miskawaih, setiap keutamaan mempunyai dua ekstrem.
Yang tengah adalah terpuji dan yang ekstrem adalah tercela. Posisi tengah
yang dimaksudkan di sini adalah suatu standar atau prinsip umum yang
berlaku bagi manusia. Posisi tengah yang sebenarnya (al-wasath al-haqiqi)

15
http://thkhusus.wordpress.com/2010/01/03/ibnu-maskawaih-dan-filsafatnya/

58

adalah satu, yaitu keutamaan (al-fadilat) . Yang satu ini disebut juga garis
lurus (al-khathth al-mustaqim).
Karena pokok keutamaan ada empat yaitu menahan diri,
keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan, maka yang tercela intinya ada
delapan. Kedelapan sifat tercela tersebut antara lain:
Nekad
Pengecut
Rakus
Dingin hati
Kelancangan
Kebodohan
Aniaya
Teraniaya
Dalam menguraikan sikap tengah dalam moral (al-Wasath fi al-
akhlaq) ini, Ibn Miskawaih tidak membawa satu ayat al-Quranpun atau
Hadits. Namun demikian, spirit ajaran jalan tengah ini adalah Islami karena
memang banyak dijumpai ayat-ayat al-Qur'an yang memberi isyarat untuk
itu, seperti tidak boleh kikir tetapi juga tidak boleh boros, makan dan
minumlah tetapi jangan berlebihan.
Manfaat
Sosiologi merupakan ilmu terapan dan ilmu murni. Dalam hal ini
tentunya peran ilmu sosiologi amat dibutuhkan terutama di bidang
pembangunan dan kepentingan masyarakat. Manfaat sosiologi dalam
masyarakat antara lain:
59


Pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan
dalam tahap perencanaan pembangunan maupun pelaksanaan pembangunan.
Pada tahap perencanaan,yang harus diperhatikan yaitu apa yang menjadi
kebutuhan sosial. Pada tahap pelaksanaan yang harus diperhatikan yaitu
kekuatan sosial dalam masyarakat serta proses perubahan social.Sementara
itu pada tahap penilaian pembangunan,yang harus dilakukan adalah analisis
terhadap efek atau dampak dari sosial pembangunan itu. Berikut adalah
program yang harus dilakukan :
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola
seluruh potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak
dengan menerapkan asas ekonomi kerakyatan.
Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
pembangunan. Semakin tinggi sumber daya manusia maka semakin
mendorong kemajuan suatu negara. Saat ini, peranan SDM lebih
menonjol dibandingkan dengan modal fisik dalam proses
pembangunan ekonomi.
Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan ifrastruktur mampu mendukung prioritas
pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi
kerakyatan dan peningkatan kualitas SDM.
Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata daerah diarahkan pada upaya pelestarian
nilai-nilai luhur warisan budaya lokal sebagai pendukung obyek
wisata daerah.
60

BAB IV
PEMBANGUANAN MENURUT PARA TOKOH ISLAM

A. Pembangunan Dalam Pandangan Islam
Pemmangunan dalam pengertian islam adalah kemampuan untuk
mewujudkan cita-cita islam melalui pribadi,keluarga,masyarakat, dan
kehidupan ummat termasuk mengurus negara. Dalam rangka merusmuskan
dan merespon tantangan barat dan modern ,para membaharu islam
menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda-beda. Azyumardi Azra
dalam hal ini menyebutkan ada tiga pebdekatan yang secara implisit
digunakan para pembaru. Tiga terebut adalah pendekatan
Apologetik,Indetifikatif dan Affirmatif.
a. Pendekatan apologetik adalah bahwa seorang pemikir Muslim
mengmukakan berbagai kelebihan islam untuk menjawab tantangan
islam.
b. Pendekatan identifikatif adalah bermaksud mengidentifikasi masalah-
masalah yang di hadapi guna memberikan respons sekaligus sebagai
identitas islam di masa modern. Pendekatan ini lebih membuka
peluang bagi munculnya pemikir yang kreatif dan pro aktif
,karenanya lebih bersifat problem solving.
c. Pendekatan affirmatif adalah cara yang di lakukan untuk
menegaskan kembali kepercayaan kepada islam dan segaligus
mengingatkan kembali eksistensi masyarakat muslim
Ketiga pendekatan di atas ,walaupun sering tumpang tindih dan sulit
di pisahkan, dapat di jadikan landasan tipologis untuk menentukan
berbagai orientasi idiologis bagi gerakan pembaharuan islam. Paling
tidak ada empat tipe orientasi idiologis yang muncul dari tiga pendekatan
di atas yaitu:
61

a. Konservatif-Tradisionalis
Merupakan pendekatan yang digunakan gerakan pembaruan dalam
membangun dan mempertahankan islam yang berorientasi idiologi
konservatif-tradisionalis adalah apologetik. Tipe ini biasanya berusaha untuk
mempertahankan tradisi lama tanpa ada perubahan yang menolak segala
bentuk revolusi pemikiran sehingga pemikiran ini nampak untuk
menciptakan kemurnian islam ,dalam pengetahuan manusia,pemahaman dan
pembangunan dalam segala aspek kehidupan. Dalam kajiannya konservatif
tradisionalis mengambil dari tema :taqlid.muhafazhab,dan ruju.
b. Modernitas Reformis
Dalam konsep ini menggunakan metode identifikatif dalam
menghadapi tantangan yang datang dari barat dan tuntutan dunia moderen.
Dengan sikap adoptif rasionalnya mereka berusaha mengaplikasikan islam
dalam kehidupan realitas yang penuh dengan dinamika perubahan. ,mereka
berusaha mencipatakan ikatan positif antara pemikiran Qurani dengan
pemikiran modern. Perpaduan kedua pemikiran menghasilkan berbagai
lembaga sosial dan moral modern dengan berorientasi pada Al Quran. Dan
untuk pembaruan memiliki tiga tema yakni menggunakan Al Quran dan Al
Hadis ,perlunya jtihad untuk memecahkan persoalan.di samping itu juga
menggunakan proses reinterpretasi dan reformulasi warisan tradisi islam
dalam konteks dunia kontemporer.
c. Modernis- Sekuler
Dalam konsep ini adalah bertujuan menjadikan sekulerisasi sebagai
upaya pembaruan islam , dengan idiologisnya modernis-sekuler telah
menggunakan pendekatan identifikatif,di mana islam hanya dapat dilakukan
dengan hanya dengan cara identifikasi hal-hal yang datang dari barat apa
adanya. Oleh karena itu dalam rangka pembaruan islam muslim hendaknya
menoleh dan meniru ke barat dalam memperbarui soial politik dalam
62

kehidupan mereka.dengan prinsip ini ,kaum modernis-sekuler menyimpulkan
barat bisa menjadi guru. Demikian kaum modernis menganggap pembaruan (
modernisasi) sebagai weternisasi ( proses pembaratan).
Akibat dari proses pembaratan ini ,memunculkan lembaga-lembaga
pendidikan yang di rubah seperti birokrasi,maupun militer. Dan ini
mengakibatkan pematian islam yakni penggatian syariat secara perlahan
yang di pisakan lewat lembaga kenegaraan.
d. Puritan-Fundamentalis
Dengan menggunakan pendekatan affirmatif , yaitu dengan
menguatkan keotentikan dan keorisinilan Islam,pembaruan islam yang
orientasi idiologisnya puritan-fundamentalis berusaha memberikan respon
terhadap tantangan terhadap medernisasi yang dilakukan barat. Pokok
pemikiran kaum gerakan ini adalah segala aspek kehidupan orang muslim
harus di islamisasikan kembali.
Ideologi Pembagunan
Sumber- sumber hukum yang di gunakan adalah Alquran
merupakan sumber hukum ilahi, adalah inti dari islam berisikan hukum yang
umum yang bersifat universal mencakup publik ataupun privat dan berlalu
untuk seluruh ummat islam dan semua golongan non islam.
As-Sunnah merupakan sumber hukum pelengkap dari Alquran atau
penjelasan dari Al Quran, Sunnah ada, Qouliayah,Filiah dan Taqririyah.
dari kedua sumber hukum ini memuat masing-masing hukum mengatur
berbagai kegiatan ummat islam secara terinci dan analitis.
Prinsip dasar Islam
Prinsip- prinsip Utama Syariah ( Mabdaal Syariah ) perlu di di
ketahui bahwa prinsip-prinsip utama Syariah (Mabdaal Syariah) terdapat
tiga komponen prinsip utama Syariah, yakni: Keadilan ( al adalah),
Persamaan( al Musawa), dan Musyawara ( al Musyawarah), ketiga prisip
63

tersebut merupakan asas dalam syariah yang berlandaskan Al Quran dan
Sunnah ,sehingga secara umum ini adalah analisis prinsip-prinsip umum
nomokrasi islam yang bertujuahan membangun sendi-sendi kehidupan
ummat islam. Aplikasi dari prinsip prinsip Syariah ini adalah mengatur
hukum- hukum negara, seperti pemerintahan, ekonomi, politik, dan
pemecahan masalah

B. Pemikiran Pembangunan menurut Imam Al Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Tusi Al-Ghazali dilahirkan
pada tahun 450 Hijriah di desa Ghazalah, dipinggir kota Tus, sebuah kota
kecil di Khurasan, Iran. Abu Hamid Al-Ghazali terkenal di Barat sebagai Al-
Ghazel, merupakan salah satu pemikir besar Islam. Dan meninggal dunia
pada 14 Jumadil Akhir 505 H (19 Desember 1111 M).
Dalam karyanya Imam Ghazali dapat menulis berbgai buku sebanyak 70
buah. Diantara yang paling terkenal adalah
a. Al-Munqizh Penyelamat Kesesatan
b. Tahaful-ul falasifa Penghancuran Filsafat
c. Mizan-ul Amal- Timbangan amal.sebuah buku logika di salin ke
bahasa inggris oleh M.Goldenthal. artinya Timbangan Usaha
d. Ihya-ul-ulum penghidup pengetahuan
e. Al-Wajiz. Memuat ilmu fiqih
f. Mahkun Nazar,sebuah buku tentang logika
g. Miyar-ul-ilmi, buku tentang logika
h. Masaqat-ul-falasifa, tujuan filsafat, mengandung logika, ilmu alam,
metaphysika dan lain-lain.Buku ini telah disalin ke dalam bahasa
jerman.

Bidang kenegaraan
64

Dalam karya imam al Ghazali yang sangat berkenaan dengan
pembangunan adalah tentang masalah administratif dan berkenaan dengan
politik yakni tertera dalam Nasihat al Mulk (Nasihat bagi Raja ),yang telah
di terjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh F.R.C. Bagley pada tahun 1964.
Buku ini menerangkan dua bagian , pertama berisi tentang keimanan,bagian
kedua Cermin bagi Para Pangeran yang isinya terdiri atas tujuh
bab.1)kualifikasi raja dan iman, 2) dan 3) kualifikasi wuzara dan sekretaris.
4) kebajikan raja. 5)kebijaksanaan 6)intelejen dan orang-orangnya 7) hal
baik dan buruk dari wanita.
Seperti halnya para cendekiawan muslim terdahulu, perhatian al-
Ghazali terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang
tertentu, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Ia melakukan
studi Islam secara luas untuk mempertahankan ajaran agama Islam.disiplin
ilmunya mengara pada semua ummat muslim dan non-muslim.
Oleh karena itu, kita tidak akan menemuka karya tulisnya yang khusus
membahas tentang ekonomi Islam. Perhatiannya dibidang ekonomi itu
terkandung dalam berbadai studi fiqihnya, karena pada hakikatnya ekonomi
Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fiqih Islam. Namun
demikian, pemikiran-pemikiran ekonomi al- Ghazali didasarkan pada
pendekatan tasawwuf, karena pada masa hidupnya, orang-orang kaya,
berkuasa, dan sarat prestise sulit menerima pendekatan fiqih dan filosofis.
Bidang pendidikan
Al-Ghazali adalah orang yang banyak mencurahkan perhatiannya
terhadap bidang pengajaran dan pendidikan. Oleh karena itu ia melihat
bahwa ilmu itu sendiri adalah keutamaan dan melebihi segala-galanya. Oleh
sebab itu menguasai ilmu baginya termasuk tujuan pendidikan dengan
melihat nilai-nilai yang dikandungnya dan karena ilmu itu merupakan jalan
65

yang akan mengantarkan anda kepada kebahagiaan di akhirat serta sebagai
alat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Oleh karena itu ia menyimpulkan bahwa pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampi akhir hayatnya
melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung
jawab orang tua dan masyarakat. Maka sistem pendidikan itu haruslah
mempunyai filsafat yang mengarahkan kepada tujuan yang jelas.Beliau
menjelaskan juga tentang tujuan pendidikan, yaitu :
1) Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan
kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunah.
2) Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
3) Mewujudkan profesionalitas manusia untuk mengemban tugas keduniaan
dengan sebaik-baiknya.
4) Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan
budi dan sifat-sifat tercela.
5) Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama, sehingga menjadi
manusia yang manusiawi.
Bertolak dari pengertian pendidikan menurut al-Ghazali, dapat di
mengerti bahwa pendidikan merupakan alat bagi tercapainya suatu tujuan.
Pendidikan dalam prosesnya memerlukan alat, yaitu pengajaran atau talim.
Sejak awal kelahiran manusia sampai akhir hayatnya kita selalu bergantung
pada orang lain. Dalam hal pendidikan ini, orang (manusia) yang bergantung
disebut murid sedangkan yang menjadi tempat bergantung disebut guru.
Murid dan guru inilah yang disebut sebagai subyek pendidikan.
Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi tujuan
penidikan, kurikulum, metode, etika guru dan murid. Berikut uraianya :

66

1) Tujuan Pendidikan
a) Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri
kepada Allah.
b) Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia
akhirat.
2) Kurikulum
Menurut Al-Ghozali, konsep mata pelajaran yang seharusnya diajarkan dan
masuk kedalam kurikulum didasarkan pada dua kecenderungan sebagai
berikut : Kecenderungan agama dan tasawuf, Kecenderungan pragmatis.
3) Metode Pengajaran.
Perhatian Al-Ghozali dalam bidang metode ini lebih ditujukan pada metode
khusus bagi pengajaran agama anak-anak. Untuk itu ia mencotohkan sebuah
metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti dan
penanaman sifat-sifat keutamaan diri mereka. Pada metode pengajaran Al-
Ghozali lebih di tekankan pada pembentukan moral yang baik dan sesuai
dengan aturan-aturan agama.

C. Pembangunan menurut Ibnu Qoyyim
Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh dewasa
dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah al-
Jauziyah di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah,
sang ayah digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal di
kalangan ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dan meninggal pada
tanggal 13 Rajab tahun 751.
Disiplin ilmu yang didalami dan dikuasainya hampir meliputi semua
ilmu syariat dan ilmu alat. Ibnu Rajab, muridnya, mengatakan, Dia pakar
dalam tafsir dan tak tertandingi, ahli dalam bidang ushuluddin dan ilmu ini
mencapai puncak di tangannya, ahli dalam fikih dan ushul fikih, ahli dalam
67

bidang bahasa Arab dan memiliki kontribusi besar di dalamnya, ahli dalam
bidang ilmu kalam, dan juga ahli dalam bidang tasawuf.

Dia berkata juga,
Saya tidak melihat ada orang yang lebih luas ilmunya dan yang lebih
mengetahui makna Al-Quran, Sunnah dan hakekat iman daripada Ibnu
Qayyim. Dia tidak makshum tapi memang saya tidak melihat ada orang yang
menyamainya.
Ibnu Katsir berkata, Dia mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Dia
menguasai berbagai cabang ilmu, utamanya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
ushuluddin, dan ushul fikih.
Adz-Dzahabi berkata, Dia mendalami hadits, matan dan perawinya. Dia
menggeluti dan menganalisa ilmu fikih. Dia juga menggeluti dan
memperkaya khasanah ilmu nahwu, ilmu ushuluddin, dan ushul fikih.
Ibnu Hajar berkata, Dia berhati teguh dan berilmu luas. Dia menguasai
perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf.
As-Suyuthi berkata, Dia telah mengarang, berdebat, berijtihad dan menjadi
salah satu ulama besar dalam bidang tafsir, hadits, fikih, ushuluddin, ushul
fikih, dan bahasa Arab.

D. Muhammad Abduh
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad
Abu Bakr bin Ayyub bin Sad bin Huraiz bin Makk Zainuddin az-Zuri ad-
Dimasyqi dan dikenal dengan nama Ibnu Qayyim al Jauziyah. Dia
dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh dewasa dalam
suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah al-Jauziyah
di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah, sang ayah
digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal di kalangan
ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah
68

Dalam ketiga pendekatan pembaruan islam dan beberapa orientasi
idiologis gerakan pembaruan islam tersebut ,bagaimanakalah pendekatan
dan corak pemikiran yang di lakukan oleh Muhammad Abduh ,dalam hal
ini Muhammad Abduh menggunakan pendekatan indentifikatif, selain juga
menggunakan pendekatan apologetik. Pendekatan yang di lakukan
Muhammad Abduh nampak dari esensi pemikirannya yang merumuskan
kembali pemikiran dan revitalitasasi masyarakat muslim melalui
identifikasi gagasan dan intitusi-intitusi modern. Adapun pendekatan
apologetiknya dari upaya untuk mempertahankan eksistensi doktrin islam
sebagai landasannya.
Di samping itu,Marcel A. Boisard menyatakan bahwa pendekatan
pembaruan Muhammad Abduh di dasarkan pada dua postulat. Pertama
menkankan peran bagi kehidupan manusia yang secara mutlak merupakan
wahyu yang bersumber dari Alquran dan Al Hadis. Kedua menekankan
perlunya penggunaan bagian terbaik dari peradapan Barat yang telah
demikian rupa mencapai kemajuan.islam adalah agama yang sesuai dengan
akal dan tidak akan menolak kemajuan. Dari kedua postulat ini.
Muhammada Abduh tampakanya adalah dalam rangka membela islam
sebagai doktrin dan sekaligus memadukannya dengan kemajuan modern
sebagai hasil rekayasa akal. Sikap kreatif yang dilakukan oleh Muhammad
abduh dalam rangka mengahdapi peradapan barat merupakan bukti bagi
pendekatan indentifikatif apologetik yang digunakannya. Muhammad
abduh menegaskan bahwa agama islam adalah agama yang rasional yang
dapat menjadi dasar untuk mengadapi kehidupan modern. Dalam agenda
Muhammad Abduh dalam membangun islam terdapat empat agenda yaitu.
a. Moderenisasi
Abduh berusaha mengadakan penyesuaian ajaran Islam dengan
tuntutan zaman, seperti penyesuaian dengan perkembangan ilmu
69

pengetahuan dan tekhnologi.Sumber dari gagasan moderenisasi Abduh
tersebut bersumber dari penentangannya terhadap taqlid. Abduh menetapkan
tiga hal yang menjadi kritrea perbuatan taqlid ini, ketiga kriteria tersebut
adalah:
1) Sangat mengagung-agungkan para leluhur dan para guru mereka secara
berlebihan.
2) Mengiktikadkan agungnya pemuka-pemuka agama yang silam, seolah-
olah telah mencapai kesempurnaan.
3) Takut dibenci orang dan dikritik bila ia melepaskan fikirannya serta
melatih dirinya untuk berpegang kepada apa yang dianggap benar secara
mutlak. Berdasarkan pada pandangan tersebut, Abduh memahami
Alquran, terutama yang berkaitan dengan kecaman terhadap sikap dan
perbuatan taqlid tersebut, walaupun menyangkut sikap kaum musrikin.
Selanjutnya ia mengecam kaum muslimin, khususnya yang
berpengetahuan yang mengikuti pendapat ulama-ulama terdahulu tanpa
memperhatikan hujahnya.
b. Reformis
Muhammad Abduh Adalah seorang pembaharu yang corak
pembaharuannya bersifat reformistik-rekonsturktif. Karena, Muhammad
Abduh senantiasa melihat tradisi dengan perpektif membangun kembali.
Agar tradisi suatu masyarakat dapat survive dan terus diterima, ia harus
dibangun kembali. Pembangunan kembali ini tentunya dengan kerangka
modern dan prasyarat rasional. Pemikiran pembaharuan yang bercorak
reformistik dalam bentuknya yang pertama secara filosofis.
c. Konservatif
Gerakan pembaharuan yang diinagurasikan Muhammad Abduh
bersifat konservatif, hal ini terlihat dari sikap Muhammad Abduh yang tidak
bermaksud mengubah potret diri Islam. Risalah Tauhid merupakan bukti dari
70

pemikiran ini. Muhammad Abduh dalam karya ini berupaya menegaskan
kembali potret diri Islam yang telah mencapai finalitas dan keunggulan.
Menurut Muhammad Abduh terpecahnya ummat Islam menjadi
beberapa golongan disebabkan oleh kelemahan mereka sebagai satu ummat
yang kuat, dan itu terjadi karena adanya fanatisme terhadap suatu madzhab.
Banyaknya aliran madzhab pemikiran atau keyakinan, sebenarnya, bukanlah
bahaya yang menghancurkan satu ummat, tapi yang bahaya adalah berhukum
dan tunduk kepada aliran tersebut, sehingga pengikutnya tidak berani
mengemukakan kritik atau pendapat lain. Ketika itu satu jamaah akan
menjadi beberapa jamaah, suku dan golongan yang terpisah-pisah yang tidak
memiliki satu arah dan tujuan, pemisah itulah fanatisme buta. Inti dari
pemikiran Muhammad Abduh yaitu :
1) Membebaskan pikiran dari ikatan taqlid dan memahami agama seperti
kaum salaf sebelum timbulnya pertentangan-pertentangan dan kembali
dalam mencari pengetahuan agama kepada sumbernya yang pertama dan
mempertimbangkan dalam lingkungan timbangan akal yang diberikan
Allah SWT untuk mencari keseimbangan dan mengurangi
kecampuradukan dan kesalahan. Dengan cara ini orang dianggap sebagai
sahabat ilmu yang bergerak untuk meneliti rahasia-rahasia alam,
mengajak menghormati kebenaran dan untuk berpegang kepada
pendidikan jiwa dan perbaikan amal.
2) Memperbaiki bahasa arab dan susunan kata, baik dalam percakapan resmi
atau dalam surat menyurat antar manusia.
3) Pembaharuan di bidang politik, ini dilakukannya di Majlis Syura sejak ia
dipilih menjadi anggota majelis itu.
Dengan demikian identifikatif-apologetik yang telah di pilihnya
sebagai corak pemikiran pembaruan dalam pembangunan untuk mencakup
semua aspek kehidupan manusia. Dalam mengkaji pemikiran Muhammad
71

Abduh terbagi menjadi tiga bagian untuk menjawab tipolgi yang menjadi
dasar Muhammad abduh. Pertama Muhammad abduh adalah seorang
medernis. Seorang modernis memiliki beberapa ciri, di antaranya adalah
selalu berusaha mengadapi segalasituasi dengan penu keyakinan gerakannya
bersifat kerakyatan, dan senantiasa melibatkan pemikiran pribadi. Dalam
menghadapi peradapan barat Muhammad Abdu mengambil sikap selektif
dan kritis dengan senantiasa menggunakan ijtihad sebagai pembuka jalan
dalam pembekuan pemikiran kaum muslim. Untuk menentang peradapan
Barat dalam bentuk kolonialisme Muhammad Abduh dengan berbagai
strategi , yakni dengan strategi apresiasi terhadap filsafat agar pola pikir
kaum muslim lebih rasional dan terbebas dari kebekuan. Kedua Muhammad
abduh adalah seorang pembaru yang bercorak sifat reformistik rekontruktif.
Muhammad abduh selalu melihat tradisi dengan perspektif pembangunan
kembali. Agar tradisi suatu masyarakat dapat tetap survive dan terus di
terima ,ia harus di bangun kembali. Ketiga muhammad Abduh adalah
seorang pembaru yang konservatif . menurut pandangan Watt hal ini di lihat
dari sikap Muhammad abduh yang tidak ingin menguba potret diri islam.
Terbukti dari apa yang di katakan dalam risalah Al Tauhid merupakan bukti
pemikiran ini.
Fokus Pemikiran Muhammad Abduh di Bidang Pendidikan adalah :
1) Perlawanan terhadap taqlid dan kemadzahaban perlawanan terhadap
buku-buku yang tendensius, untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan
pemikiran rasional dan historis.
2) Reformasi Al-Azhar yang merupakan jantung umat Islam, jika ia rusak
maka rusaklah umat dan jika baik maka baiklah umat.
3) Menghidupkan kembali buku-buku lama untuk mengenal intelektualisme
Islam yang ada dalam sejarah ummatnya, serta mengikuti pendapat-
pendapat yang benar disesuaikan dengan rasionalitas.
72

Demikianlah tiga tipologi yang berkaitan dengan pemikiran
Muhammad Abduh yang merupakan refleksi dalam mebaca pemikiran
Muhammad Abduh yakni reformis, menekankan pada selektifitas dan sikap
kritis, modernis, menekankan pada pembangunan islam kembali dengan
tradisi islam secara rekontruktif, dan konservatif,menekankan pembelaan
islam dengan melalui finalitas dan keunggulan islam.

E. Sayyit Hossein Nasr
Seyyed Hossein Nasr dilahirkan pada tanggal 17 April 1933 di kota Teheran,
Iran. Sayyid Hussein Nasr adalah seorang ilmuan kontenporer muslim dari
iran, menyatakan bahwa manusia akan sampai pada pengakuan bahwa
masalah-masalah sosial dan teknis yang di hadapi ummat islam dewasa ini ,
bukan kurangnya pembangunan tetapi boleh jadi berlebihnya
pembangunan. Dalam pemikirannya..., menekankan perdamaian dengan
tatanan rohaniah. Dan untuk damai dengan bumi.langit, manusia dan alam
dalam bukunya The Encounter of ,Man Nasr ( 1968: 14) menawarkan tesis
baru , ia menyatakan sains mengabsahkan dirinya sendiri ,namun peranan
dan fungsi sains modern beserta penerapannya justru menjadi tidak
sah,bahkan berbahaya sekaligus merusak. Sementara itu ,islam bahkan
menawarkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam
(Nasr:94-95)
Dalam pemikiran Seyyed Hossein Nasr lebih menggunakan idiologi
konservatif-tradisionalis nampak pada pemikirannya yakni tentang tradisi
Islam atau Islam tradisional di tengah modernitas merupakan kritik terhadap
pola pikir modernitas yang mengagungkan rasionalitas dalam segala hal.
Menurut Islam tradisional menurut pemikiran Seyyed Hossein Nasr bahwa
pola pikir yang demikian akan membawa manusia kepada keterambangan
73

dan tidak punya tujuan hingga menjadikan hidup manusia jauh dari
kebahagiaan.
Islam tradisional ditawarkan sebagai alternatif untuk menggantikan
modernitas yang tidak mampu memandang realitas kehidupan secara
keseluruhan. Visi Islam tradisional lebih utuh untuk bisa memandang realitas
karena Islam tradisional memandang realitas dalam bingkai yang lebih besar
yang terhubungan dengan keilahian.
Tradisi ibarat pohon yang akarnya terbenam dalam hakekat ilahi dan dari
pohon itulah tumbuh batang dan rantingnya yang tumbuh sepanjang masa.
Tradisi yang ditawarkan oleh Seyyed Hossein Nasr ini merupakan versus
paham modern yang melepaskan diri dari ilahi dan dari prinsip-prinsip abadi
yang dalam realitasnya mengatur segala sesuatu. Inilah yang menjadi titik
landasan dan dasar pemikiran yang ia bangun.
Dari pemikiran yang Seyyed Hossein Nasr jelas menekankan,
pertama tradisionalis sebagai cara membangun islam tetap pada kemurnian
dan kesucian kedua adalah kesimbangan manusia dengan alam dan tentang
batasan penggunaan segala apapun.

F. Ikhwanussofah
Karakteristik dasar pemikiran mereka, terefleksi dalam pandangan
pendidikannya. Menurutnya, aktivitas pendidikan dimulai sejak sebelum
kelahiran, sebab kondisi diri bayi dan perkembangannya sudah
dipengaruhi oleh keadaan kehamilan dan kesehatan sang ibu hamil.
Dengan demikian, perhatian pendidikan harus sudah diberikan sejak masa
janin dalam rahim (embrio). Karena janin berada dalam rahim selama
sembilan bulan itu adalah agar sempurna bentuk dan kejadiannya.
(Muhammad Jawwad Ridla, 2002)
74

Dalam perkembangan pemikiran pendidikan, Ikhwan al-Shafa
memiliki beberapa keistimewaan. Di antaranya, pertama, aplikasi
keilmuan atas problema sosial melalui sistem pendidikan yang efektif
dan berorientasi pada rekonstruksi keseimbangan ranah intelektual dan
moral, dan pembebasan potensi nalar masyarakat luas. Mereka
berpendapat bahwa fenomena kelaliman, otoritanisme dan tiranisme
politik tidak akan berlangsung kontinu kecuali akibat merebaknya
kebodohan dan kelalaian mayoritas masyarakat. Dengan diubahnya pola
pikir dan disadarkannya mayoritas masyarakat dari kebodohan dan
kelalaian mereka, maka akan sulit terjadi kelaliman, otoritanisme dan
tiranisme.
Kedua, paradigma talimiy (pengajaran). Ini tampak dalam
praktik politiknya, yaitu dalam pola relasi dan organisasi antar mereka
berada pada penjenjangan dawah. Ketiga, difersifikasi sumber-sumber
pengetahuan, yang merupakan refleksi dari sabda Nabi Hikmah itu
barang hilang orang mukmin, ia akan mengambilnya di manapun
ditemukan.
Keempat, penolakan fanatisme buta, peneguhan paham kebebasan
dan apresiasi pluralitas pemikiran sebagai hal produktif bagi dinamika
intelektual dan sosial.(Muhammad Jawwad Ridla, 2002)
Menurut Ikhwan al-Shafa, aktivitas pendidikan bukan sekedar
mentransfer pengetahuan atau pengalaman dari seseorang pada orang lain.
Tapi jauh lebih luas dari itu. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan tidak
dimulai sedari kecil, tetapi sejak seorang anak masih dalam kandungan.
Saran para dokter agar ibu yang hamil berhati-hati dalam segala
aktivitasnya, menurutnya, adalah karena kehati-hatian sang ibu sangat
berpengaruh pada kesehatan bayi dalam rahimnya, yang selanjutnya
berpengaruh pada intelektual dan kejiwaan sang bayi. (Ahmad Tafsir,
75

2001). Keberadaan janin dalam rahim selama sembilan bulan,
menurutnya, hanyalah demi kesempurnaan bentuk dan kejadian sang bayi.
(Muhammad Jawwad Ridla, 2002).
Kemudian berkenaan dengan pemikiran para tokoh islam mengenai
pembangunan terdapat Firman Allah yang mendukung atau mempunyai
kesamaan dengan pemikiran para tokoh islam tersebut, seperti :
QS. An-Nisa: 59
!!., _ `.., `-,L < `-,L _.l _|` . `>.. |
,.s.. . _ ,`_: ::` _|| < _.l | ,.. `... <!, ,,l >
,l: ,> _.> ,! . __

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.





76

QS. Ar-Rad: 11
.l .,1-`. _. _,, ,., _. .l> ..L> _. . < _| < ,-`, !. ,1,
_.> ,-`, !. ..!, :| : < ,1, ,. :. .l !. l _. ..: _.
_
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.















77

BAB V
STRUKTURAL FUNGSIONAL DALAM KAJIAN SOSIOLOGI
PEMBANGUNAN ERA MODERNISASI
(Tokoh-tokoh Islam)
A. Pengertian Teori Struktural Fungsional
Struktur ditinjau dari segi etimologi adalah susunan atau bagian-
bagian. Sedangkan menurut terminologi adalah pengaturan unsur atau bagian
suatu benda.
16
Functionalism-fungsionalisme secara etimologi berasal dari
bahasa Latin funger = saya laksanakan., sedangkan menurut terminologi
adalah suatu metode untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan struktur sosial dalam suatu tataran masyarakat.
17

Robert Nisbet menyatakan: Jelas bahwa fungsionalisme structural
adalah satu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu social
di abad sekarang. Kingsley Davis (1959) berpendapat, fungsionalisme
structural adalah sinonim dengan sosiologi. Alvin Goulduer (1970) secara
tersirat berpendapat serupa ketika ia menyerang sosiologi Barat melalui
analisis kritis terhadap teori fungsionalisme structural Talcott Parsons.
Meski hegemoninya tak diragukan dalam dua decade sesudah Perang
Dunia II, fungsionalisme structural sebagai teori sosiologi telah merosot arti
pentingnya. Bahkan Wilbert Moore, yang sangat memahami teori ini,
menyatakan bahwa teori ini telah menjadi suatu yang memalukan dalam
perkembangan teori sosiologi masa kini (1978:321). Dua pengamat lain
menyatakan: Jadi, fungsionalisme sebagai sebuah teori yang bersifat
menjelaskan, kami kira sudah mati, dan upaya untuk menggunakan
fungsionalisme sebagai penjelasan teoritis harus ditinggalkan dan mencari

16
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
17
http://www.teori-struktur-fungsional-dalam-kajian.html, terakhir diakses Senin, 17
September 2012, jam 14.15 WIB
78

perspektif teoritis lain yang lebih member harapan. (Turner dan
Maryanski, 1979:141).
Demerath dan Peterson (1967) berpandangan lebih positif,
menyatakan bahwa fungsionalisme struktural belum mati. Tetapi mereka
menambahkan teori ini mungkin dapat dikembangkan menjadi teori lain
sebagaimana teori ini dikembangkan dari pemikiran organisme lebih awal.
Dalam fungsionalisme struktural, istilah struktural dan fungsional
tidak selalu perlu dihubungkan, meski keduanya biasanya dihunbungkan.
Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa memperhatikan fungsinya
(atau akibatnya) terhadap struktur lain. Begitu pula, kita dapat meneliti
fungsi berbagai proses sosial yang mungkin telah mempunyai struktural
memperhatikan kedua unsur itu. Meski fungsionalisme struktural
mempunyai bentuk (Abrahamson, 1978), fungsionalisme kemasyarakatan
(societal functionalism) adalah pendekatan dominan yang digunakan di
kalangan fungsionalis struktural sosiologi (Sztompka, 1974) dan karena itu
akan menjadi sarana perhatian pada pembahasan ini.
18

Lahirnya fungsionalisme struktual sebagai suatu perspektif yang
berbeda dalam sosiologi memperoleh dorongan yang sangat besar lewat
karya-karya klasik seorang ahli sosiolog Perancis, yaitu Emile Durkheim.
Masyarakat modern dilihat oleh Durkheim sebagai keseluruhan organis yang
memilki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki seperangkat
kebutuhan atau fungsi-ungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian
yang menjadi anggotanya dalam keadaan normal, tetap langgeng. Bilamana
kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan berkembang suatu keadaan
yang bersifat patologis. Sebagai contoh dalam masyarakat modern fungsi
ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Bilamana kebutuhab

18
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6 (Jakarta:
Kencana, 2007), 117-118
79

ekonomi mengalami suatu fluktuasi yang keras, maka bagian ini akan
mempengaruhi bagian lain dari sistem itu dan akhirnya sistem sebagai
keseluruhan.
Suatu depresi yang parah dapat menghancurkan sistem politik,
mengubah sistem keluarga dan menyebabkan perubahan dalam struktur
keagamaan. Pukulan yang demikian terhadap sistem dilihat sebagai suatu
keadaan patologis, yang pada akhirnya akan teratasi dengan sendiri nya
sehingga keadaan normal kembali dapat dipertahankan.
19

Talcott Parsons menyatakan bahwa masyarakat manusia tidak ubahnya
seperti organ tubuh manusia sehingga, masyarakat manusia dapat juga
dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia. Dalam melakukan pengamatan
teori fungsionalisme, Parsons memiliki beberapa konsep yaitu:
a. Konsep Keseimbangan dinamis-stasioner (Homeostatic
Equilibrium).
Jika satu bagian tubuh manusia berubah maka, bagian lain akan
mengikutinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan intern
dan mencapai keseimbangan baru. Sama halnya denga masyarakat yang
selalu mengalami perubahan, namun teratur. Perubahan sosial yang terjadi
pada satu lembaga akan berakibat pada perubahan di lembaga lainnya
untuk mencapai keseimbangan baru. Jadi, masyarakat bukan sesuatu yang
statis, tetapi dinamis. Sekalipun perubahan itu amat teratur dan selalu
menuju pada keseimbangan baru.
b. Konsep Faktor kebakuan dan pengukur (Pattern variables)
Konsep ini merumuskan bagaimana menjelaskan perbedaan masyarakat
tradisional dengan masyarakat modern, dengan mengacu pada faktor
kebakuan dan pengukur sebagai alat utama untuk memahami hubungan

19
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), 25-
26
80

sosial yang langgeng, berulang, dan mewujud dalam sistem kebudayaan,
yang merupakan sistm yang tertinggi dan terpenting.
c. Hubungan Kecintaan dan Kenetralan (Affective and Effective-
neutral)
Masyarakat tradisional cenderung memiliki hubungan kecintaan, yakni
hubungan yang mempribadi dan emosional. Masyarakat modern memiliki
hubungan kenetralan, yakni hubungan kerja yang tidak langsung, tidak
mempribadi dan berjarak.
d. Hubungan Kekhususan dan Universal(Particularistic and
Universalistic)
Mayarakat tradisional cenderung untuk berhubungan dengan anggota
masyarakat dari satu kelompok tertentu, sehingga ada rasa untuk memikul
beban tanggung jawab bersama. Sedangkan masyarakat modern
berhubungan satu sama lain dengan batas-batas norma universal, yang
lebih tidak terikat dengan tanggung jawab kelompok dan kekhususan.
Namun, Teori Fungsionalisme Parsons sering disebut konservatif karena,
menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni,
stabil, simbang, dan mapan.
Teori fungsionalisme juga merupakan salah satu pola pikir dari teori
modernisasi. Teori fungsionalisme memberikan tekann pada keterkaitan dan
ketergantungan lembaga social, pentingnya varabel kebakuan dan pengukur
dalam system budaya, dan adanya kepastian keseimangan dinamis-stasioner
dari perubahan sosial. Ciri modernisasi dalam teori fungsional yaitu sebagai
berikut:
a. Modernisasi merupakan proses sistematik
b. Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi
81

c. Modernisasi melibatkan proses yang terus-menerus (immanent).
20


B. Pengertian Sosiologi Pembangunan
Istilah pembangunan telah banyak digunakan oleh banyak orang. Bagi
sebagian orang pembangunan berkonotasi pada sebuah proses perubahan
ekonomi yang dibawa oleh proses Industrialisasi. Istilah ini juga dapat
diartikan sebagia proses perubahan sosial yang dihasilkan dari urbanisasi,
adopsi gaya hidup modern, dan perilaku masa kini. Jadi istilah istilah ini juga
memiliki konotasi kesejahteraan yang menawarkan bahwa pembangunan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan level pendidikan
mereka, memperbaiki kondisi pemukiman dan kesehatan mereka. (James
Madgley).
Menurut Easton (Miriam Budiardjo,1985) proses sistematik paling
tidak terdiri atas tiga unsur. Pertama adanya input yaitu bahan masukkan
konversi, kedua adanya proses konversi yaitu wahana untuk mengolah,
ketiga adanya output yaitu sebagai hasil dari proses konversi yang
dilaksanakan. Proses pembangunan sebagai proses sistematik pada akhirnya
akan menghasilkan keluaran (output) pembangunan, kualitas pembangunan
tergantung pada kualitas input kualitas dari pembangunan yang
dilaksanakan, serta seberapa besar pengaruh terhadap lingkungan dan faktor-
faktor alam lainnya. Bahan masukkan pembangunan, salah satunya adalah
sumber daya manusia, yang dalam konkrtinya adalah manusia. Manusia
dalam proses ini mengandung beberapa pengertian yaitu manusia sebagai
pelaksaan pembangunan, manusia sebagi perencana pembangunan dan
manusia sebagai sasaran pembangunan.

20
http://cassiouvheyaa.wordpress.com/2011/07/10/teori-pembangunan/. Unduh pada
tanggal 17, 14.16 WIB
82

Pembangunan juga dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi
untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap
warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling
manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai
Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pengertian pembangunan dalam sosiologi adalah cara menggerakkan
masyarakat untuk mendukung pembangunan dan masyarakat adalah sebagai
tenaga pembangunan, dan dampak pembangunan.[1] Menurut Soerjono
Soekanto, pengetahuan sosiologi dapat diterapkan dan berguna untuk
kehidupan sehari-hari, misalnya untuk memberikan data-data sosial yang
diperlukan pada tahapan perencanaan, pencaharian, penerapan dan penilaian
proses pembangunan.
Pada tahap perencanaan hasil penelitian sosiologi dapat digunakan
sebagai bahan pada tahap evaluasi. Pada tahap penerapan, perlu diadakan
identifikasi terhadap kekuatan sosial yang ada di dalam masyarakat. Dengan
mengetahui kekuatan sosial tersebut dapat diketahui unsur-unsur yang dapat
melancarkan pembangunan dan yang menghalangi pembangunan.
Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terncana
melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat.


83

Pada masa sekarang ini, konsep pembangunan sudah merupakan suatu
ideologi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya mengejar
pertumbuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
pembangunan sangat berhubungan dengan soiologi pembangunan. Dalam
suatu proses pembangunan perlu adanya kemauan keras serta kemampuan
untuk memanfaatkan potensi-potensi yang tersedia dalam masyarakat untuk
keperluan pembangunan. Berbagai perencanaan perlu disusun dan digelar
dalam rangka menghimpun kekuatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
usaha mencapai tingkat kesejahteraan lebih tinggi.
21


C. Tokoh-Tokoh Islam

a. Ibnu Kholdun
Dalam bahasa Ibnu Khaldun, ada sikap taashud di antara umat Islam
yang ia sebut dengan Ashabiyah karena adanya upaya pelestarian perilaku
dari berbagai generasi atau karena generasi dahulu mewariskan secara
struktural ataupun kultural pada generasi berikutnya. Pewarisan perilaku ini
lebih sempurna karena dilengkapi oleh sistem nilai dan sistem sosial yang
sesuai. Kesesuaian itu terjadi karena sbaik dalam aling membutuhkan atau
sama kepentingannya dalam orientasi nilai ataupun motivasionalnya. Ibnu
Kholdun (Yatim, 1997: 139) menyebutnya sebagai jasad yang satu yang
saling membutuhkan satu dengan yang lain. Sesungguhnya, pewarisan
perilaku ini bersifat menyerupai simbol-simbol karena simbol merupakan
representasi dari khas komunitas yang ditirunya. Rasulullah Saw, dalam
hadistnya bersabda man tashabaha biqaumin fahuwa minhum, barang
siapa yang berperilaku sama dengan salah satu kaum, maka ia tergolong

21
http://siismile.blogspot.com/2011/12/sosiologi-modernisasi-dalam-pembangunan.html
19-09-2012 20:45 WIB
84

kaum yang ditirunya. Hadist tersebut memberikan pelajaran berharga pada
teori perilaku mukallaf, bahwa ide dasar enkulturasi dan transgeneration
berasal dari Nabi Muhammad Saw. yang lahir sejak 14 abad yang lalu.
Tentu, saat itu Ibnu Kholdun belum ada demikian pula teori perilaku lainnya
yang datang dari barat.
Teori perilaku mukallaf berkaitan pula dengan tiga potensi manusia
yang secara fungsional saling berhubungan, sebagaimana Talcot Parsons
mengatakan bahwa perilaku yang terinstitusikan adalah integrasi antara
orientasi integral, baik dalam dimensi kognitif, katektik, evaluative,
apresiatif, maupun dimensi moral.dalam teori perilaku mukallaf,
sebagaimana ditegaskan bahwa manusia adalah human relation, makhluk
yang saling berhubungan dan berinteraksi. Dengan demikian, manusia
sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendirian. Maka membentuk
komunitas merupakan fitrah manusia itu sendiri. Dalam hal ini, Juhaya S.
Pradja (2000:59) memahami dimensi-dimensi tersebut dengan istilah teori
fitrah (nadzariyyah al-Fitrah). Teori ini dibangun atas pandangan Juhaya
terhadap pemikiran Imam Ghozali dalam Ihya Ulumuddin dan Ibnu
Taimiyyah dalam DarTaarud al-Aql wa al-Naql. Potensi manusia ada
tiga macam, yaitu:
1) Potensi akal (quwwah al-aql) berfungsi untuk mengenal,
mengesahkan, dan mencintai Tuhan;
2) Potensi Syahwat (quwwah al-syahwat) berfungsi untuk menginduksi
segala hal yang menyenangkan; dan
3) Potensi Ghadab (quwwah al-ghadab) berfungsi untuk
mempertahankan diri.
Tiga potensi tersebut jika dikaitkan dengan teori perilaku mukallaf
dapat dipahami, bahwa ketiganya harus integral dan secara fungsional
85

berjalan harmoni, tidak saling bertentangan. Sebagaimana dalam fungsional
structural bahwa dimensi kognitif dalam orientasi motivasional berhubungan
dengan kognitivitas dalam orientasi nilai, sedangkan dimensi katektik
berhubungan dengan dimensi apresiasi, sebagaimana dimensi evaluative
berkaitan dengan dimensi moral. Potensi akal berfungsi mengenal Tuhan,
membedakan baik dan buruk, dan mencintai kebenaran berhubungan secara
harmonis dengan potensi syahwat dan ghadab yang berfungsi untuk
mengenal segala hal yang bermanfaat dan menghindari segala yang
mencelakakan dengan membentuk system pertahanan diri dan pertahanan
komunitasnya.
22

Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun,
namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup
beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadist, usul fikih,
tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika
dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat
memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes
telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan
nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun
berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam
dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan
seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-
lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu
Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun
melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya.

22
Beni Ahmad Saebani, Sosoilogi Agama, (Bandung: Refika Aditama, 2007), 47-49
86

Seperti kitab al-ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-
bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-Ibar wa Diwanul
Mubtada awil Khabar fi Ayyamil Arab wal Ajam wal Barbar wa Man
Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-ibar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane
pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes dIbn Khaldoun. Namun
pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun
1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh
sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi
para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya,
at-Tariif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab
sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-ibar yang bercorak
sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin
(sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang
merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-
Mutaakh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen,
Scotland dalam artikelnya The Islamic Review & Arabic Affairs di tahun
1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan,
Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya
dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-
ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam
bahasa Inggris). Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah
muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu
sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini
Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan gejala-gejala sosial
87

dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia
menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke
dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara
masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem
pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang
berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh
faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke
empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu,
bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang
paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh
mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap
menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan.
Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori
sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-
negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang
memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh
generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang
ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang
tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga
sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu
pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun karena serangan musuh-
musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan
pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak
kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu
88

memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang
pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan
tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam
tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan
kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi oleh
situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun
dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar
pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun
mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman.
Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan
Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, Ketahuilah bahwa pendidikan
Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh
dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam
hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan
sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya,
disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara,
masyarakat, atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-
nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk
menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat.
Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat
bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret
1406 M.
23




23
http://hafez.wordpress.com/2008/03/14/seri-biografi-tokoh-islam-ibnu-khaldun/ 19-09-
12 19:38
89

b. Abdul Qadir Djaelani
Bagi membincangkan pendekatan struktural-fungsional: dalam
menjelaskan teori timbulnya negara, Abdul Qadir Djaelani (2001) ada
perinciannya. Kerana pendekatan ini dijelaskan adalah relatif sifatnya dalam
soal bernegara. Menurut beliau, Al-Ghazali juga sependapat dengan
Aristotles dan Al-Farabi dalam menjelaskan hal ini. Al-Ghazali telah
menyatakan bahawa sesungguhnya manusia dijadikan tidaklah hidup
sendirian, tetapi sangat perlu bergaul dan berkumpul bersama manusia
lainnya. Hal ini disebabkan oleh dua perkara, iaitu: pertama, seseorang itu
memerlukan keturunan untuk kelangsungan kehidupannya di dunia ini. Oleh
yang demikian, antara lelaki dan perempuan perlu melakukan ikatan
perkahwinan; dan kedua, seseorang itu perlu saling tolong-menolong untuk
menyediakan makanan, pakaian, dan pendidikan anak-anaknya.
Selain itu, Al-Ghazali selanjutnya mengatakan, sudah menjadi sifat
istimewa manusia, selain suka bergaul dan bekerjasama, juga suka
berlawanan dan bermusuhan di antara satu sama lainnyaantara suami dan
isteri, ayah dan anak, antara anggota masyarakat, dan sebagainya. Semuanya
mempunyai keperluan dan saling bantu-membantu, dan semuanya juga
saling berlumba-lumba untuk bersaing bagi memenuhi keperluan masing-
masing. Maka dengan itu, jelas Al-Ghazali, sesudah berkumpul hingga
membentuk negeri, mereka lalu berebut dan berkelahi untuk mendapatkan
keperluan masing-masing dan memuaskan nafsunya sendiri. Hal ini pastinya
mewujudkan permusuhan, perkelahian, perompakan, pencurian, dan pelbagai
tindakan jahat yang membahayakan keselamatan masyarakat dan anggota
individu tersebut.
90

Di samping itu, Djaelani menjelaskan, Ibnu Khaldun telah mengajukan
teorinya, iaitu dengan menyatakan, kemampuan setiap orang adalah sangat
terbatas. Untuk memenuhi keperluan hidupnya sehari-hari seperti makanan,
ia memerlukan pekerjaan yang banyak; yang perlu dilakukan seseorang itu,
mulai menumbuk tepung gandum, meremasnya dalam air dan kemudian
memasaknya menjadi roti. Ia memerlukan bantuan dari pelbagai pihak,
seperti tukang besi, tukang kayu, dan penjual tembikar. Bahkan, sejak
menanam, mengetam, mengirik, semuanya memerlukan bantuan orang lain,
terutamanya dalam menyediakan alat-alatnya. Kerana itu tambah beliau,
mustahil bagi setiap individu untuk memenuhi keperluannya sendiri, hanya
dengan seorang diri. Ia memerlukan bantuan orang lain, dengan jalan
bekerjasama dan bergotong-royong. Masing-masing pihak (struktur) bekerja
menurut keahliannya (fungsi).
Seorang lagi tokoh yang mengutarakan pendapat yang sama dalam soal
struktural-fungsional ini sehingga membentuk negara; yang disebutkan
Djaelani adalah Ibnu Taimiyah. Beliau mengajukan teorinya dengan
menyatakan kesejahteraan umat manusia tidak dapat diwujudkan di dunia
mahu pun di akhirat, kecuali mereka bergabung menjadi sebuah masyarakat,
bekerja sama dan saling menolong. Kerja sama dan tolong-menolong
tersebut perlu menciptakan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan.
Kerana alasan inilah, dikatakan bahawa manusiai pada dasarnya adalah
makhluk sosial. Apabila umat manusia telah diorganisasikan, sudah pasti
banyak hal-hal yang harus mereka lakukan untuk mewujudkan kesejahteraan
mereka dan banyak pula hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan kerana
akibatnya sangat buruk. Mereka harus mematuhi pemimpin yang
menjunjung tinggi cita-cita tersebut. Jadi, seluruh umat manusia harus
tunduk kepada para pemimpin atau orang-orang yang mencegah kejahatan.
91

Masyarakat dengan pimpinan seorang penguasa yang ditaati itulah, yang
disebut negara.
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukan oleh tokoh-tokoh ilmuan
tersohor di atas, maka jelas menunjukkan bahawa terkaitan diantara
struktur dan fungsi dalam masyarakat untuk menjelaskan maksud
bernegara. Suatu elemen penting bagi menjelaskan peranan atau fungsi
setiap individu yang perlu dimainkan dalam setiap lapisan masyarakat atau
struktur untuk keseimbangan dan kelangsungan hidup. Manusia tidak dapat
(mustahil) secara bersendirian untuk memenuhi tingkat keperluan dirinya,
malah perlu berhubungan dengan manusia yang lainnya bagi tujuan tersebut.
Maka dengan sebab itu juga, Nidzam Sulaiman (2008) menjelaskan bahawa,
pendekatan fungsionalisme yang menjadi pendekatan utama di dalam
peringkat awal kajian sosial kerap kali digunakan di dalam mengkaji
integrasi sosial. Hubungan integrasi dengan pendekatan ini menjadi begitu
rapat seolah-olah pendekatan ini sekali gus membayangkan keadaan yang
imbang, harmoni, dan stabil.
Melalui Djaelani, Plato telah menjelaskan dengan mengemukakan
adanya analogi antara jiwa dan negara. Hakikat jiwa sebagaimana hakikat
negara. Unsur yang ada pada jiwa itu antara lain adalah keinginan, seperti
lapar, dahaga, dan cinta. Ada pula unsur logis (akal), iaitu jalan yang
menghantarkan manusia agar dapat belajar mengetahui sesuatu. Kerana
mengetahui itu, manusia mencintainya. Di antara unsur keinginan dan unsur
logis, dalam jiwa manusia, juga ada unsur semangat, yang menyangkut soal
kehormatan. Unsur ini memberikan inspiras kepada manusia untuk
bertempur. Hal itu tidak didorong oleh ambisi atau keinginan, tetapi kerana
didorong oleh rasa berontak terhadap ketidakadilan, dan rasa tunduk pada
keadilan.
92

Abdul Qadir Djaelani (2001), manusia itu sendiri sejak permulaan
kejadiannya mempunyai ciri kontradiksi dialektis, suatu pertarungan konstan
antara dua anasir yang berlawanan. Dan, pertarungan itu berlangsung di
segenap tempat dan waktu.
24

D. Hubungan Struktural Fungsional dengan pembangunan
Sosiologi pembangunan membawa dampak pada lahirnya dimensi-
dimensi baru dalam konsep pembangunan. Menurut Webster, terdapat lima
dimensi yang perlu diungkap antara lain :
Posisi Negara miskin dalam hubungan sosial dan ekonominya dengan
negar-negara lain.
Ciri khas atau karakter dari suatu masyarakat yang mempengaruhi
pembangunan.
Hubungan antara proses budaya dan ekonomi yang mempengaruhi
pembangunan.
Aspek sejarah dalam proses pembangunan atau perubahan social
yang terjadi.
Penerapan berbagai teori perubahan sosial yang mempengaruhi
kebijakan pembangunan nasional pada negara-negara berkembang.
Pada masa sekarang ini , konsep pembangunan sudah merupakan
suatu ideologi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya
mengejar pertumbuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pembangunan sangat berhubungan dengan soiologi pembangunan.
Dalam suatu proses pembangunan perlu adanya kemauan keras serta
kemampuan untuk memanfaatkan potensi-potensi yang tersedia dalam
masyarakat untuk keperluan pembangunan. Berbagai perencanaan perlu

24
http://alfilsuf.wordpress.com/2011/07/13/pendekatan-struktural-%E2%80%93-
fungsional-dalam-menjelaskan-teori-dan-konsep-bernegara/ 20-09-2012, 10:15
93

disusun dan digelar dalam rangka menghimpun kekuatan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam usaha mencapai tingkat kesejahteraan lebih tinggi.
Selain itu sosiologi pembanguan juga menimbulkan hubungan
interaksi pada masyarakat. Interaksi tersebut menimbulkan adanya gotong
royong. Aktivitas gotong royong dalam berbagai dimensi memberikan
implikasi semangat dan value untuk saling memberikan jaminan atas hak dan
kelangsungan hidup antar sesama warga masyarakat yang masih melekat
cukup kuat.
a. Tahap-Tahap
Dalam setiap pembangunan terdapat berbagai tahapan. Dalam
sosiologi pembangunan terdapat beberapa tahapan antara lain :
1) Perencanan
Pada tahap ini faktor yang harus diperhatikan adalah apa yang menjadi
kebutuhan sosial. Seperti :
Pusat perhatian sosial
Stratifikasi sosial
Pusat kekuasaan
Sistem dan saluran komunikasi sosial
2) Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam
masyarakat serta proses perubahannya.
3) Evaluasi
Dalam tahap evaluasi yang harus dilakukan adalah analisis atau penilaian
terhadap dampak sosial dari pembangunan tersebut.
Dalam setiap pembangunan dilakukan prosedur yang sedemikian
rupa agar setiap pembangunan berjalan sesuai dengan perkembangan sosial
yang terjadi di dalam masyarakat.
b. Manfaat
94

Sosiologi merupakan ilmu terapan dan ilmu murni.Dalam hal ini
tentunya peran ilmu sosiologi amat dibutuhkan terutama di bidang
pembangunan dan kepentingan masyarakat. Manfaat sosiologi dalam
masyarakat antara lain:
1) Pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan
dalam tahap perencanaan pembangunan maupun pelaksanaan
pembangunan.Pada tahap perencanaan,yang harus diperhatikan yaitu apa
yang menjadi kebutuhan sosial.Pada tahap pelaksanaan yang harus
diperhatikan yaitu kekuatan sosial dalam masyarakat serta proses perubahan
social.Sementara itu pada tahap penilaian pembangunan,yang harus
dilakukan adalah analisis terhadap efek atau dampak dari sosial
pembangunan itu. Berikut adalah program yang harus dilakukan :
a) Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola
seluruh potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan
menerapkan asas ekonomi kerakyatan.
b) Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
pembangunan. Semakin tinggi sumber daya manusia maka semakin
mendorong kemajuan suatu negara. Saat ini, peranan SDM lebih menonjol
dibandingkan dengan modal fisik dalam proses pembangunan ekonomi.
c) Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan ifrastruktur mampu mendukung prioritas
pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakyatan dan
peningkatan kualitas SDM.
d) Pengembangan Pariwisata
95

Pengembangan pariwisata daerah diarahkan pada upaya pelestarian
nilai-nilai luhur warisan budaya lokal sebagai pendukung obyek wisata
daerah.
Selain dibidang pembangunan dan kepentingan masyarakat, sosiologi
juga berguna dalam bidang penelitian. Manfaat sosiologi dalam bidang
penelitian antara lain :
Perencanaan
Sosiologi berguna untuk memberikan suatu perencanaan atau
pemecahan masalah sosial yang baik.Di Negara yang sedang
membangun,peran ilmu sosiologi sangat penting.Dari data yang dihasilkan
oleh para sosiolog,para pengambil keputusan dapat menyusun rencana dan
tahap penyelsaiannya. Contohnya,cara pencegahan kenakalan remaja dan
cara meningkatakan kembali rasa solidaritas antarwarga yang semakin pudar.
Bicara masalah pembangunan jelas akan berhubungan dengan
hubungan sosial, diantaranya adalah Perubahan sosial dalam pembanguna.
Perubahan sosial ditengah pembangunan yang dilakukan oleh manusia baik
oleh negara, masyarakat, dan sektor swasta yang dibagi kedalam beberapa
bidang pembahasan sebagai berikut ini: tipe- tipe perubahan, faktor
pendorong perubahan, dan faktor penghambat perubahan. Perubahan sosial
mencakup ilmu sosial politik, budaya, ekonomi, bahkan pada persoalan
tehnik sipil, industri, dan informasi. Perubahan sosial dapat terjadi disegala
bidang, dan pendorong perubahan sosial dapat disebabkan oleh segala bidang
utamanya bidang ilmu yang disebutkan di atas. Meskipun perubahan sosial
terjadi disegala bidang seperti yang disebutkan tadi, perubahan sosial
memiliki satu arti yang sama, yaitu pergeseran sesuatu menuju yang baru.
Namun menjadi arti yang berbeda ketika didefinisikan berdasarkan
bidang/spesifikasi ilmu. Dalam mengulas masalah perubahan sosial dalam
pembangunan harus mengerti titik pendekatan teori perubahan sosial. Karena
96

pendekatan adalah kacamata awal untuk melihat, menganalisa, bahkan
menjadi paradigma pemikiran dalam memahami realitas sosial termasuk
perubahan sosial dalam pembangunan. Perbedaan pendekatan akan
menghasilkan perbedaan pendefinisian realitas sosial (perubahan sosial).
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi membagi tiga pendekatan teori
perubahan sosial, yaitu: Pendekatan teori klasik, Pendekatan teori
equilibrium, Pendekatan teori modernisasi, dan Pendekatan teori konflik.
Berikut diuraikan pendekatan-pendekatan tersebut.
a. Pendekatan Teori Klasik.
b. Pendekatan Teori Eqiulibrium
c. Pendekatan Teori Modernisasi
d. Pendekatan Teori Konflik
Berdasarkan pendekatan pendekatan perubahasan sosial yang
dijelaskan di atas perubahan sosial dapat dibagi dua, yaitu tipe evolusi
(perubahan bertahap), dan tipe revolusi (perubahan cepat). Ditinjau dari
perencanaan, tipe perubahan sosial terdiri dari, perubahan terencana dan
tidak terencana. Diukur dari pengaruh, maka perubahan sosial dibagi dua
tipe, yaitu perubahan sosial yang pengaruhnya kecil dan perubahasan sosial
yang pengaruhnya besar.
Jadi disimpulkan perubahan sosial ada enam tipe: Perubahan sosial
evolusi, Perubaan sosial revolusi, perubahan sosial terencana, perubahan
sosial tidak terencana, perubahan sosial berpengaruh kecil, dan perubahasan
sosial berpengaruh besar. Berikut penjelasan definisi serta contoh tipe- tipe
perubahan sosial tersebut.
1) Perubahan Sosial Evolusi
Perubahasan sosial evolusi adalah perubahan- perubahan yang
memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan
perubahan- perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada
97

evalusi, perubahan- perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu
rencana ataupun suatu kehendak tertentu. Perubahan- perubahan terjadi
oleh karena usaha- usaha masyarakat untuk menyusaikan diri dengan
keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-
perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa
peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka ciri-ciri perubahan evolusi
adalah:
a. Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
b. Perubahan membutuhkan rentan waktu yang lama
c. Perubahan terjadi karena usaha manusia untuk mendapatkan
kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada disekitar kehidupan
manusia (kondisi-kondisi baru).
d. Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur sosial
namun kebutuhan dan kondisi riil yang ada.
Perubahan sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat
tradisional, yaitu masyarakat yang memiliki struktur sosial tertutup
(tidak memiliki akses informasi dari lingkungan eksternal). Dan
biasanya persoalan yang terkait dengan immaterial tidak dapat
dilakukan perubahan. Contoh, masyarakat di bali yang memiliki strata
sosial ksatria, brahmana, waisyak, dan sudra. Masyarakat digolongkan
pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan keterampilan seperti di
masyarakat modern (open society). Oleh karena itu masyarakat sulit
merubah status sosial yang dimiliki.
Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan di atas
menenuai banyak kritikan dan pertanyaan. Misalnya Soerjono Soekanto
dalam buku pengantar sosiologi (buku rujukan sosiologi sekolah dasar
98

hingga perguruan tinggi) mempertanyakan seperti berikut ini apakah
suatu masyarakat berkembang melalui tahap- tahap tertentu. Lagipula
adalah sangat sukar untuk memastikan bahwa tahap yang telah dicapai
dewasa ini, merupakan tahap terakhir dan sebaliknya telah berkembang
secara pasti, apakah pasti menuju ke bentuk kehidupan sosial yang lebih
sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, atau
bahkan sebaliknya?. Atas pertanyaannya itu Soerjono Soekanto
mengatakan para sosilog telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi
tentang masyarakat.
2) Perubahan Sosial Revolusi
Secara sederhana arti perubahan sosial revolusi adalah perubahan
yang terjadi dengan cara cepat mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi
pokok daripada kehidupan manusia. Di dalam revolusi, perubahan sosial
dapat terjadi dengan terencana dan tidak terencana (spontan). Dan
perubahan revolusi yang terencana membutuhkan waktu yang agak lama
namun secara psikologis dirasakan cepat, seperti misalnya revolusi
industri yang dimulai di Inggris, dimana terjadi perubahan perubahan
dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke tahap produksi dengan
menggunakan mesin. Perubahan tersebut dianggap cepat, karena
merubah sendi-sendi pokok daripada kehidupan masyarakat, seperti
misalnya sistem kekeluargaan , hubungan antara buruh dengan majikan
dan seterusnya (contoh dikutip dari Soerjono Soekanto).
Revolusi yang tidak terencana (direncanakan dalam waktu yang
singkat), yaitu perubahan sosial yang terjadi pada struktur politik dan
pemerintahan yang disebabkan oleh adanya gerakan sosial melawan
ketidakadilan Negara dalam distribusi kekuasaan, kewenangan, dan
distribusi ekonomi kepada masyarakat umum, seperti misalnya gerakan
reformasi 1998 di Indonesia, gerakan sosial 2011 di Tunisia dan Mesir.
99

Perubahan struktur politik dan pemerintahan di ketiga negara tersebut
terjadi dalam waktu yang sangat cepat (hitungan bulan). Untuk menuju
revolusi yang demikian dibutuhkan hal- hal berikut ini, memiliki
pimpinan revolusi (gerakan sosial), memiliki kesadaran bersama,
memiliki kondisi yang sama, memiliki solidaritas sosial yang tinggi,
momentum yang tepat, dan memiliki kekuatan finansial dan fisik.
Secara teoritis perubahan sosial revolusi terjadi pada masyarakat
terbuka (open society), yaitu masyarakat yang sadar akan informasi dan
teknologi. Kekuatan revolusi di Mesir dan Tunisia digalang melalui
teknologi internet program Twiter dan Facebook. Ini menjadi buktinyata
pengaruh teknoligi terhadap perubahan sosial revolusi.
3) Perubahan Sosial Terencana
Perubahan sosial terencana merupakan perubahan yang diatur
oleh aktor-aktor tertentu dalam mewujudkan tujuan yang sama. Aktor-
aktor tersebut menyusun strategi, ide, dan program dengan sistimatis
bahkan dijadikan sebagai acuan normatif seperti misalnya Negara
melalui birokrasi untuk mewujudkan tujuan kesejahteraan masyarakat
(merubah Negara miskin menjadi Negara berkembang, Negara
berkembang menjadi Negara maju) direncanakan dan ditetapkan
program-program bersama jadwal untuk mewujudkan tujuan tersebut.
4) Perubahan Sosial Tidak Terencana
Perubahan sosial tidak terencana adalah perubahan sikap dan
perilaku manusia disebakan oleh lingkungan dan kondisi yang ada
seperti misalnya perubahan perilaku komunikasi manusia, sebelum
memasuki abad teknologi manusia tidak pernah membayangkan diabad
sekarang ini (abad modern) manusia tidak lagi hanya komunikasi tatap
muka namun bisa dilakukan dengan cara jarak jauh melalui Handpon
(HP), Internet (Email, Twiter, Feecbook, dll).
100

5) Perubahan Sosial Pengaruhnya Kecil
Perubahan sosial pengaruhnya kecil adalah perubahan yang
dampaknya tidak langsung pada perubahan struktur sosial politik dan
pemerintahan. Pengaruhnya hanya pada wilayah perilaku manusia
secara individu misalnya seperti mode/tren pakaian.
6) Perubahan Sosial Pengaruhnya Besar
Perubahan sosial yang dirasakan oleh orang banyak (institusi
sosial) seperti misalnya perubahan dari agraris menuju industri.
Perubahan tersebut membawa dampak pada perubahan struktur sosial
yang ada. Dari struktur sosial yang orientasi agraris menjadi industri.
Contoh lain, perubahan struktur politik pemerintahan otoriter menuju
politik pemerintahan demokratis mebawa dampak besar bagi perubahan
sikpa dan budaya politik masyarakat.
7) Perubahan Materiil dan Immateriil
Selain tipe-tipe perubahan sosial yang didiskusikan di atas masih
ada beberapa tipe perubahan sosial yang ditinjau dari perspektif struktur
sosial sebagaimana yang didiskusikan oleh Drs. Wawan Ruswanto,
M.Si dalam buku modul/bahan ajar (reviuwer Juli Astutik, belum
dipublikasikan dalam bentuk buku). Berdasarkan teori-teori perubahan
sosial strukturasi Ruswanto menguraikan tipe perubahan sosial
berdasarkan perspektif struktur sosial sebagai berikut.
1. Perubahan dalam personel (changes in personnel), yang
berhubungan dengan perubahan peran dan individu-individu baru
dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan dengan
keberadaan struktur.
2. Perubahan dalam cara bagian-bagian dari struktur berhubungan
(changes in the way parts of structures relate). Perubahan pada tipe
ini menyangkut hubungan-hubungan peran (role relationships).
101

3. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur (changes in the functions of
structures). Perubahan dalam tipe ini berkaitan dengan apa yang
dilakukan masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut
melakukannya.
4. Perubahan dalam hubungan antara struktur yang berbeda (changes
in the relationships between different structures).
5. Kemunculan struktur baru (the emergence of new structures).
Perubahan yang terjadi merupakan peristiwa munculnya struktur
baru untuk menggantikan struktur sebelumnya.
Dari tipe-tipe perubahan sosial diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa hubungan sosial masyarakat sangat mempengaruhi pembangunan.
Dijelaskan diperubahan sosial masyarakat yang terjadi. Masyarakat memang
menjadi subjek yang sangat penting dalam pengaruh pembangunan.
Karenanya hal yang pertama harus disoroti untuk menganalisis
pembangunan adalah perubahan masyarakatnya terlebih dahulu.

E. Hubungan sosial dalam pembangunan di Era Modernisasi
Modernisasi menjadi sebuah model pembangunan yang berkembang
dengan pesat seiring keberhasilan negara dunia kedua. Negara dunia ketiga
juga tidak luput oleh sentuhan modernisasi ala barat tersebut. Berbagai
program bantuan dari negara maju untuk negara dunia berkembang dengan
mengatasnamakan sosial dan kemanusiaan semakin meningkat jumlahnya.
Namun demikian kegagalan pembangunan ala modernisasi di negara dunia
ketiga menjadi sebuah pertanyaan serius untuk dijawab. Beberapa ilmuan
sosial dengan gencar menyerang modernisasi atas kegagalannya ini.
Modernisasi dianggap tidak ubahnya sebagai bentuk kolonialisme gaya baru,
bahkan Dube (1988) menyebutnya seolah musang berbulu domba.

102

BAB VI
PARADIGMA TEORI INTERAKSI SIMBOLIK DAN STRUKTURAL
KONFLIK TERHADAP PEMBANGUNAN MASYARAKAT
A. Pengertian Teori Interaksi simbolis dan struktural konflik
Interaksionisme simbolik (IS) adalah nama yang diberikan kepada
salah satu teori tindakan yang paling terkenal. Melalui interaksionisme
simboliklah pernyataan-pernyataan seperti definisi situasi, realitas dimata
pemiliknya, dan jika orang mendefinisikan situasi itu nyata, maka nyatalah
situasi itu dalam konsekuensinya, menjadi paling relevan. Meski agak
berlebihan, nama IS itu jelas menunjukkan jenis-jenis aktifitas manusia yang
unsur-unsurnya memandang penting untuk memusatkan perhatian dalam
rangka memahami kehidupan sosial.
25

Teori interaksionisme simbolik dikonstruksikan atas sejumlah ide-ide
dasar.Ide dasar ini mengacu pada masalah-masalah kelompok manusia atau
masyarakat, interaksi sosial, obyek, manusia sebagai pelaku, tindakan
manusia dan interkoneksi dari saluran-saluran tindakan. Secara bersama-
sama, ide-ide mendasar ini mepresentasikan cara dimana teori
interaksonalisme simbolik ini memandang masyarakat mereka memberikan
perangkat kerja pada ilmu sekaligus menganalisisnya. Secara singkat kita
akan mempelajari kerangka-kerangka itu:
1. Sifat masyarakat
Secara mendasar, masyarakat atau kelompok-kolompok manusia
berada dalam tindakan dan harus dilihat dari segi tindakan
pula.Prinsip utama dari teori interaksionisme simbolis adalah apapun

25
Pip Jones, pengantar teori-teori sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1979 hlm:142
103

yang berorientasi secara empiris atas masyarakat manusia, dan dari
mana pun asalnya, haruslah memperhatikan kenyataan bahwa
masyarakat manusia tersebut terdiri dari orang-orang yang sedang
bersama-sama dalam sebuah aksi sosial manusia.
26

2. Sifat interaksi social
Menurut Tri Dayakisni Hudaniah yang mengutip dalam buku Bimo
Walgito Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu
satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat
mempengaruhi individu lainnya sehingga terdapat hubungan yang
saling timbal balik.
Sementara dalam buku Soekanto yang dikutip oleh Tri
Dayakisnimendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan antar
orang per orang atau dengan kelompok manusia.
27

Masyarakat merupakan bentukan dari interaksi antar individu.Teori
interaksionisme melihat pentingnya interaksi sosial sebagai sebuah sarana
ataupun sebagai sebuah penyebab ekspresi tingkah laku manusia.
1. Ciri-ciri Obyek
Posisi teori interaksionisme simbolik adalah bahwa dunia-dunia
yang ada untuk manusia dan kelompok-kelompok mereka adalah
terdiri dari obyek-obyek sebagai hasil dari interksi simbolis. Sebuah
obyek adalah sesuatu yang dapat diindikasikan atau di tunjukkan.
Obyek yang sama mempunyai arti yang berbeda-beda untuk individu
yang berbeda pula. Dari proses indikasi timbal balik, obyek-obyek
umum bermunculan. Obyek-obyek yang memiliki arti yang sama

26
Riyadi Soeprapto, interaksionisme simbolik (perspektif sosiologi modern),(Malang:
Averroes Press,2001) hlm.145
27
Tri Dayakisni Hudaniah, psikologi sosial,(Malang: UMM Press,2009) hlm.119
104

bagi sekelompok manusia, akan dipandang dengan cara yang sama
pula oleh mereka.
2. Manusia sebagai makhluk bertindak
Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial sejak ia dilahirkan,
ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan, minuman dan lain-
lain.
Teori interaksionisme simbolis memandang manusia sebagai
makhluk sosial dalam suatu pengertian yang mendalam, yakni suatu makhluk
yang ikut serta dalam berinteraksi sosial dengan dirinya sendiri dengan
membuat indikasi sendiri, dan memberikan respon pada sejumlah indikasi.
Dalam pengertian ini, manusia sebagai makhluk yang ikut serta dalam
berinteraksi sosial dengan dirinya sendiri, bukanlah makhluk yang hanya
merespon saja, akan tetapi makhluk yang bertindak atau beraksi, sebuah
makhluk yang harus mencetak sederetan aksi berdasarkan pada perhitungan,
tidak hanya berfungsi melepaskan respon pada interaksi sosial yang ada.

3. Sifat aksi manusia
Manusia individual adalah manusia yang mengartikan dirinya dalam
dunia ini agar bertindak. Tindakan atau aksi bagi manusia terdiri dari
perhitungan berdasarkan berbagai hal yang ia perhatikan dan
penampakan sejumlah tindakan berdasarkan pada bagaimana dia
menginterpretasikannya. Dalam berbagai hal tersebut, seseorang
harus masuk ke dalam proses pengenalan dari pelakunya agar
mengerti tindakan atau aksinya pandagan ini berlaku juga untuk aksi
bersama atau kolektif dimana sejumlah individu ikut di perhitungkan.
105

Aksi bersama adalah hasil dari sebuah proses interaksi yang
interpretatif.
4. Pertalian aksi
Aksi bersama dari situasi-situasi baru, muncul dalam sebuah
masyarakat yang bermasalah, dimana peraturan-peraturan yang ada
tidak mencukupi. Proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang
menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Aksi bersama
mengacu pada aksi-aksi yang merubah sangat banyak kehidupan
kelompok manusia.aksi bersama tidak hanya menyajikan pertalian
horisontal tetapi juga pertalian vertikal denan aksi bersama
sebelumnya.
Herbert Blumer
Herbert Blumer lahir 7 Maret 1900, di St. Louis, Missouri. Ia
bekarier di Fakultas Sosiologi pada Universitas Chicago tahun 1927-1952.
Blumer adalah murid dari George H. Mead, yang juga mengajar di
Universitas Chicago. Setelah Mead meninggal di tahun 1931, Blumer banyak
mengganti posisi gurunya tersebut. Tidak heran jika gagasan Blumer banyak
mengacu pada tradisi keilmuan yang telah dirintis oleh gurunya itu. Tidak
main-main, waktu Blumer untuk mengembangkan gagasan Mead sampai 25
tahun.
Menariknya, selam era Chicago, selain aktif menekuni keilmuan, ia
juga sempat melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti bermain sepak bola
profesional, sebagai mediator dalam perselisihan perburuhan, dan
mewawancarai tokoh-tokoh jahat pada sebuah gang. Penghargaan tertinggi
sesuai dengan profesi saat Blumer menjadi redaktur dari American jurnal of
sociology dari tahun 1941-1952. Juga, sebagai Presiden American
sociological Association (ASA) pada tahun 1956.
106

Menurut Rachmad K. Dwi Susilo yang mengutip dalam buku Gordon
Marshall Bisa dicatat bahwa sumbangan penting Blumer adalah
kegetolannya dalam mengembangkan pendekatan/perspektif interaksionisme
simbolik dalam sosiologi Amerika. Beberapa penulis mengatakan bahwa
yang menciptakan istilah interaksionisme simbolik (symbolic interactionism)
adalah Blumer. Menurut Rachmad yang mengutip dalam bukunya Ruth. A.
Wallace dan Alison Wolf, Dengan mengembangkan beberapa konsep
penting, seperti penafsiran (interpretation), struktur dan proses, dan
metodologi, kajian tentang interaksi yang diantarai penafsiran dan simbol
terasa menjadi lebih hidup.
28

Seperti dikatakan di muka, bahwa Blumer lebih banyak dipengaruhi
oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori
interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap
memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu
membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan gurunya,
Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas
dalam berbagai riset sosiologi.Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan
teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci. Teori interaksionisme
simbolis yang dimaksud blumer bertumpu pada tiga premis utama:
Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna
yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan
dengan orang lain.
Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi
sosial sedang berlangsung.

28
Rachmad K. Dwi Susilo, 20 tokoh sosiologi modern,(Jogjakarta:Ar-ruz Media,2008)
hlm:163
107

Teori interaksionisme simbolis merujuk pada karakter interaksi
khusus yang berlangsung antar manusia. Aktor tidak semata-mata beraksi
terhadap tindakan yang lain, tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan
setiap tindakan orang lain. Respon aktor secara langsung maupun tidak,
selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karena itu, interaksi
manusia di jembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau
dengan menamukan makna tindakan orang lain.
Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa,
berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan makna dalam kaitannya
dengan situasi dimana dan kemana arah tindakannya. Sebenarnya,
interpretasi harus tidak di anggap hanya sebagai penerapan makna-makna
yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi pengarahan dan
pembentukan tindakan.Blumer mengatakan bahwa individu bukan di
kelilingi oleh lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkannya
dan membentuk perilakunya. Gambaran yang benar ialah ia membentuk
obyek-obyek itu.
Dalam pada itu, maka individu sebenarnya sedang merancang obyek-
obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan
tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut.Inilah
yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol.
Dengan begitu, manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif,
yang menyatukan obyek-obyek yang di ketahuinya melalui apa yang disebut
Blumer sebagi self indication. Self indication adalah proses komunikasi yang
sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya,
memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna
itu. Proses self indication ini terjadi dalam konteks sosial dimana individu
108

mencoba mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan
tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu.
Menurut kami interaksi simbolik adalah teori yang menyatakan
bahwa hubungan antar manusia dapat diketahui melalui simbol yang di
bangun oleh setiap individu. Dan pengaruh dari penilaian kita melalui simbol
yang diberikan kepada orang lain bisa berpengaruh positif dan negatif
tergantung dari interpretasi individu masing-masing.
Kami sependapat dengan John Dewey yang menyatakan bahwa
manusia tidak secara pasif menerima begitu saja pengetahuannya dari luar,
karena pengetahuan individu di dapatkan dari pengalaman yang di alami oleh
individu tersebut. Menurut Cooley individu dan masyarakat merupakan dua
sisi dari realitas yang sama. Keduannya ibarat dua sisi dari satu mata uang.
Cooley mengacu pada gagasan wiliam james tentang konsep diri sosial.
Konsep diri seseorang dipahami sebagai bayangan yang menurut dirinya
dimiliki oleh orang lain (tentang dirinya tersebut). Sehingga bisa dikatakan
bahwa seseorang melihat dirinya melalui mata orang lain. Sedangkan Mead
memperkenalkan dialektika hubungan antara manusia dengan manusia dan
manusia dengan alam. Bagi Mead, individu merupaka makhluk yang sensitif
dan aktif. Keberadaan sosialnya sangat mempengaruhi bentuk lingkungannya
(secara sosial maupun dirinya sendiri). Secara efektif, sebagaimana
lingkungan mempengaruhi kondisi sensivitas dan aktifitasnya. Mead
menekankan bahwa individu itu bukanlah merupakan budak masyarakat.
Dia membentuk masyarakat sebagaimana masyarakat membentuknya. Bagi
Mead tertib masyarakat akan terjadi manakala ada komunikasi yang
dipraktikan melalui simbol-simbol.
109

Begitu juga dengan Blumer yang banyak mengembangkan
pemikiran-pemikiran Mead. Bahwasanya teori interaksionisme simbolis
bertumpu pada tiga premis:
a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-
makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
b. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang
dilakukan dengan orang lain.
c. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses
interaksi sosial sedang berlangsung.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi
terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai,
baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang
lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan
menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
Teori structural konflik muncul dalam sosiologi Amerika Serikat
pada tahun 1960-an yang merupakan kebangkitan kembali berbagai gagasan
yang diungkapkan sebelumnya oleh Karl Marx dan Max Weber. Kedua
tokoh ini merupakan teoritis konflik meski satu sama lain mereka berbeda.
Kedua teoritisi konflik ini, Marx dan Weber menolak tegas terhadap
gagasan bahwa masyarakat cenderung kepada beberapa consensus dasar atau
harmoni, dimana struktur masyarakat bekerja untuk kebaikan setiap orang.
Kedua teoritisi ini memandang konflik dan pertentangan kepentingan serta
110

concern dari berbagai individu dan kelompok yang saling bertentangan
adalah determinan utama dalam pengorganisasian kehidupan social.
29

Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang
masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas
secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada
abad ke-19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal
(borjuis) dan kelas pekerjamiskin sebagai kelas proletar.
30

Pikiran awal Marx amat dipengaruhi oleh munculnya industrialisasi
abad ke-19, yang telah melahirkan fenomena yang bertolak belakang antara
buruh yang hidup menderita dan sengsara di satu pihak dan pemilik alat-alat
produksi yang menikmati surplus yang disumbangkan oleh keringat dan
tenaga yang dikeluarkan oleh kaum buruh di lain pihak. Dari latar belakang
sejarah kemudian dapat ditelusuri benang merah yang menggambarkan
munculnya kondisi yang mempengaruhi aliran Marxis awal, yaitu pertama
munculnya tekanan structural yang kuat terhadapindividu dan kedua, kondisi
industry yang memperburuk hubungan sosial yang membawa ke dalam
alienasi, bukan saja alienasi indicidual melainkan alienasi missal sejalan
dengan persebaran mode of production yang dikendalikan oleh indutri.
Sejumlah ilmuwan sosial berusaha menjelaskan bahwa, perspektif
konflik yang berakar pada pemikiran Karl Marx, betapapun radikalsme
diakui sebagai salah satu jalan keluar sehingga sangat erat dengan revolusi,
hal ini tidak dimaksudkan menumpahkan darah. George Ritzer misalnya
mengatakan bahwa tidak benar kalau Marxisme dikatakan sebagai ideology
radikal yang haus darah (a bloodthirsty radical ideology). Marx adalah
seorang humanis. Hatinya terluka melihat penderitaankaum buruh akibat

29
Nasrullah Nazsir, M.S., Teori-Teori Sosiologi, Bandung: Widya Padjajaran. Hlm 17
30
Umm_blog_article_184.pdf. (diakses pada 21 Maret 2012, pukul 14:45)
111

eksploitasi di bawah sistem yang kapitalistik. Rasa kemanusiaan itu
mendorongnya untuk mencetuskan keinginan merubah tatanan kapitalistik
dalam sistem yang mapan tetapi dalam praktek mengeksplotasi masyarakat.
Oleh karena itu, sistem tersebut harus diubah agar menjadi lebih manusiawi.
Tetapi hal itu hanya harus mungkinterjadi dalam sistem sosialis.
31

Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial.
Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya
berada pada keteraturan. masyarakat. Teori konflik juga membicarakan
mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini
menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi
dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan
kepentingan. Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar
terciptanya perubahan sosial.
32

Setelah untuk waktu yang lama perspektif konflik diabaikan oleh
para sosiolog, baru-baru ini perspektif tersebut telah dibangkitkan kembali
oleh C. Wright Mills [1956-1959], Lewis Coser: [1956] dan yang lain [Aron,
1957; Dahrendorf, 1959, 1964; Chambliss, 1973; Collins, 1975]. Bilamana,
para fungsionalis melihat keadaan normal masryarakat sebagai suatu
keseimbangan yang mantap, maka para teoritisi konflik melihat masyarakat
sebagai berada dalam konflik yang terus-menerus di antara kelompok dan
kelas.sekalipun Marx memusatkan perhatiannya pada pertentangan antar
kelas untuk pemilikan atas kekayaan yang produktif, para teoritisi konflik
modern berpandangan sedikit lebih sempit. Mereka melihat perjuangan
meraih kekuasaan dan penghasilan sebagai suatu proses yang

31
Zulfi Mubaraq, Sosiologi Pendidikan. Malang: UIN Press. Hal 147-148
32
Ibid.,umm_blog_article_184.pdf
112

berkesinambungan terkecuali satu hal, di mana orang-orang muncul sebagai
penentang kelas, bangsa, kewarganegaraan dan bahkan jenis kelamin.
Menurut para teoritisi konflik, para fungsionalis gagal mengajukan
pertanyaan secara fungsional bermanfaat untuk siapa. Para teoritisi konflik
menuduh para fungsionalis berasumsi bahwa keseimbangan yang serasi
bermanfaat bagi setiap orang sedangkan hal itu menguntungkan beberapa
orang dan merugikan sebagian lainnya. Para teoritisi konflik memandang
keseimbangan suatu masyarakat yang serasi sebagai suatu khayalan dari
mereka yang tidak berhasil mengetahui bagaimana kelompok yang dominan
telah membungkam mereka yang dieksploitasi.
Marx dan Weber menerapkan gagasan umum dalam teori sosiologi
mereka dengan cara masing-masing yang mereka pandang menguntungkan.
Karl Marx (Stephen K. Sanderson, 1993: 12-13) berpendapat bahwa bentuk-
bentuk konflik yang terstruktur antara berbagai individu dan kelompok
muncul terutama melalui terbentuknya hubungan-hubungan pribadi dalam
produksi. Sampai pada titik tertentu dalam evolusi kehidupan social manusia,
hubungan pribadi dalam produksi mulai menggantikan pemilihan komunal
atas kekuatan-kekuatan produks. Dengan demikian masyarakat terpecah
menjadi kelas-kelas social berdasarkan kelompok-kelompok yang memiliki
dan mereka yang tidak memiliki kekuatan-kekuatan produksi. Jadilah kelas
dominan menjalin hubungan dengan kelas-kelas yang tersub-ordinasi dalam
sebuah proses eksploitasi ekonomi. Secara alamiah saja, kelas-kelas yang
memberontak dari kelasnya. Dalam situasi ini, hanya negara yang mampu
menekan pemberontakan tersebut dengan kekuatan.
Dengan demikian, teori Marx di atas memandang eksistensi
hubungan pribadi dalam produksi dan kelas-kelas social sebagai elemen
kunci dalam banyak masyarakat. Ia juga berpendapat bahwa pertentangan
113

antara kleas dominan dan kelas yang tersubordinasi memainkan peranan
sentral dalam menciptakan bentuk-bentuk penting perubahan social.
Sebenarnya sebagaimana yang ia kumandangkan, sejarah dari semua
masyarakat yang ada hingga kini adalah sejarah pertentangan-pertentangan
kelas. Dalam Hal ini Stephen K Sanderson (1993: 12) menyebutkan bahwa,
beberapa strategi konflik marsian-modern adalah sebagai berikut:
33

1) Kehidupan social pada dasarnya merupakan arena
konflik atau pertentangan di antara dan didalam
kelompok-kelompok yang bertentangan.
2) Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuasaan-kekuasaan
politik merupakan hal penting, sehingga berbagai
kelompok berusaha merebutnya.
3) Akibat tipikal dari pertentangan ini adalah pembagian
masyarakat menjadi kelompok yang determinan secara
ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi.
4) Pola-pola social dasar suatu masyarakat sangat ditentukan
oleh pengaruh social dari kelompok yang secara ekonomi
merupakan kelompok yang determinan.
5) Konflik dan pertentangan social didalam dan di antara
berbagai masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang
menggerakkan perubahan social.
6) Karena konflik dan pertentangan merupakan cirri dasar
kehidupan social, maka perubahan social menjadi hal
yang umum dan sering terjadi.
Berikutnya Stephen K Sanderson menjelaskan bahwa strategi konflik
Marxian secara esensial lebih merupakan strategi materialis ketimbang

33
Ibid.,Nasrullah Nazsir, M.Si. hal 17-18
114

idelais. Tentu saja tidak mengherankan, karena kenyatan menunjukkan
bahwa Marx mengusulkan gagasan bersifat materialistis dan konflik. Para
teoritisi konflik Marxian memandang konflik social muncul terutama karena
adanya upaya untuk memperoleh akses kepada kondisi-kondisi material yang
menopang kehidupan soisal. Para teoritis ini melihat kedua fenomena ini
sebagai determinan krusial bagi pola-pola social dasar suatu masyarakat.
Sementara itu menurut R. Collins (Stephen K. Sanderson, 1993: 13),
Weber meyakini bahwa konflik terjadi dengan cara yang jauh lebih dari
sekedar kondisi-kondisi material. Weber mengakui bahwa konflik dalam
memperebutkan sumber daya ekonomi merupakan cirri dasar kehidupan
social. Tetapi jangan dilupakan bahwa banyak tipe-tipe konflik lain yang
juga terjadi. Di antara berbagai tipe konflik tersebut, Weber menekankan
yang sangat penting.
34

Pertama, yaitu bahwa konflik dalam arena politik sebagai sesuatu
yang sangat fundamental. Baginya kehidupan social dalam kadar tertentu
merupakan pertentangan untuk memperoleh kekuasaan dan dominasi oleh
sebagai individu dan kelompok tertentu yang lain dan dia tidak menganggap
pertentangan untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Sebaliknya Weber
melihat dalam kadar tertentu sebagai tujuan pertentangan untuk
memeperoleh keuntungan ekonomi. Lebih jelasnya Weber melihat dalam
kadar tertentu sebagai tujuan pertentangan itu sendiri; ia berpendapat bahwa
pertentangan untuk memperoleh kekuasaan tidaklah terbatas hanya pada
organisasi-organisasi politik formal, tetapi juga terjadi di dalam setiap tipe
kelompok seperti organisasi keagamaan dan pendidikan.

34
Op.,cit..hal 19
115

Kedua, adalah tipe konflik dalam hal gagasan dan cita-cita. Ia
berpendapat bahwa orang seringkali tertantang untuk memperoleh dominasi
dalam hal pandangan dunia mereka, baik itu berupa doktrin keagamaan,
filsafat sosial ataupun konsepsi tentang bentuk gaya hidup cultural yang
terbaik. Lebih dari itu, gagasan cita-cita tersebut bukan hanya
dipertentangkan, tetapi dijadikan senjata atau alat dalam pertentangan
lainnya, misalnya pertentangan politik. Jadi orang dapat berkelahi untuk
memperoleh kekuasaan dan pada saat yang sama, berusaha saling
meyakinkan satu sama lain bahwa kekuasaan itu yang mereka tuju tetapi
kemenangan prinsip-prinsip yang secara etis dan filosofis benar.
Dengan demikian jelaslah bahwa Weber bukan seorang materialis
ataupun idealis. Ia biasa disebut para sosiolog modern sebagai contoh
seseorang pemikir yang mengkombinasikan pola penjelasan materialis dan
idealis dalam pendekatan sosiologis yang bersifat menyeluruh. Lebih jauh,
Weber berpendapat bahwa gagasan bukanlah semata-mata hasil dari kondisi-
kondisi material yang ada, tetapi keduanya seringkali signifikan kausalnya
sendiri-sendiri.
35

Perbedaan Pendapat antara Marx dan Weber:
1) Marx berpendapat bahwa karena konflik pada dasarnya muncul
dalam upaya memperoleh akses terhadap kekuatan-kekuatan
produksi. Karenanya begitu begitu kekuatan-kekuatan ini
dikembalikan kepada seluruh masyarakat, maka konflik dasar
tersebut dapat dihapuskan. Jadi begitu kapitalis digantikan dengan
sosialisme, maka kelas-kelas akan terhapuskan dan pertentangan
kelas akan berhenti.

35
Log.,cit hal 19-20
116

2) Weber memiliki pandangan yang jauh pesimistik. Ia percaya bahwa
pertentangan merupakan salah satu prinsip kehidupan sosial yang
sangat kukuh dan tak dapat dihilangkan. Dalam suatu tipe masyarakat
masa depan, baik kapitalis, sosialis atau tipe lainnya orang-orang
akan tetap selalu bertarung memperebutkan berbagai sumber daya.
Karena itu Weber menduga bahwa pembagian atau pembelaan sosial
adalah ciri pemanen dari semua masyarakat yang sudah kompleks,
walaupun tentu saja akan mengambl bentuk-bentuk dan juga tingkat
kekerasan yang secara subtansial sangat bervarisai.
Dalam membahas berbagai situasi konflik Coser membedakan
konflik yang realistis dari yang tidak realistis. Konflik yang realistis berasal
dari kekecewaan terhadap tuntunan-tuntunan khusus yang terjadi dalam
hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan
yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Para karyawan
yang mengadakan pemogokan melawan manajemen meerupakan contoh dan
dari konflik realistis, sejauh manajemen memang berkuasa dalam hal
kenaikan gaji serta berbagai keuntungan buruh lainnya.
Di pihak lain, konflik yang tidak realistis adalah konflik yang bukan
berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan
untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak (Coser
1959: 49). Dalam masyarakat yang buta huruf pembalasan dendan lewat
ilmu gaib sering merupakan bentuk konflik non-realistis, sebagaimana
halnya dengan perkambinghitaman yang sering terjadi dalam masyarakat
yang telah maju. Dalam hubungan-hubungan antar kelompok,
perkambinghitaman digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana
seseorang tidak melepaskan prasangkan (prejudice) mereka melawan
kelompok yang benar-benar merupakan lawan, dan dengan demikian
menggunakan kelompok pengganti sebagai obyek prasangka.
117


Dalam hal lain, Lewis A. Coser (Margaret. M. Poloma, 1992:113-
117)
36
mengemukakan teori konflik dengan membahas tentang permusuhan
dalam hubungan-hubungan social yang intim, fungsionalitas konflik dan
kondisi-kondisi yang mempengaruhi konflik dengan kelompok luar dan
struktur kelompok social, sebagai berikut:
1. Permusuhan dalam hubungan social yang inti. Bial konflik
berkembang dalam hubungan-hubungan social yang intim,
maka pemisahan antara konflik realistis dan non realistis lebih
sulit untuk dipertahankan. Karena semakin dekat suatu
hubungan, semakin besar rasa kasih saying yang tertanam,
sehingga makin besar juga kecenderungan untuk menelan
ketimbang mengungkapkan permusuhan.
2. Fungsionalitas konflik
Coser mengutip hasil pemgamatan George Simmel yang
menunjukkan bahwa konflik mungkin positif sebab
merupakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok
dengan memantapkan keutuhan dan keseimbangan. Sebagai
contoh hasil pengamatan Simmel terhadap masyarakat
Yahudi, bahwa peningkatan konflik dalam kelompok dapat
dihubungkan dengan peningkatan interaksi dengan dan ke
dalam masyarakat secara keseluruhan. Karena homogenitas
mungkin penting bagi kelangsungan suatu kelompok terisolir
yang berarti konflik internal tidak ada, meski hal ini dapat
juga berarti kelemahan integrasi kelompok tersebut dengan
masyarakat secara keseluruhan.

36
Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal 113-117
118

3. Coser berpendapat bahwa kondisi-kondisi yang
mempengaruhi konflik dengan kelompok luar dan struktur
kelompok akan membantu memantapkan batas-batas
structural. Dan sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga
dapat mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Tingkat
consensus kelompok sebelum konflik terjadi merupakan
hubungan timbale balik paling penting dalam konteks apakah
konflik dapat mengurangi persatuan kelompok. Namun
bilamana consensus dasar suatu kelompok lemah, maka
ancaman dari luar dapat mengancam perpecahan.
Bila ditilik teori konflik dari Coser di atas, maka terlihat bahwa teori
yang ia kemukakan berbeda dengan analisis banyak kaum fungsionalis.
Teoritis fungsionalis memandang bahwa konflik itu merupakan disfunsional
bagi suatu kelompok. Sementara Coser memandang positif yaitu bahwa
konflik membantu memepertahankan struktur social.konflik sebagai proses
social dapat merupakan mekanisme atau filter untuk bentuk kelompok dan
batas-batasnya dipertahankan.
Coser juga menyebutkan konflik itu merupakan sumber kohesi atau
perpecahan kelompok tergantung atas asal mula ketegangan, isu tentang
konflik, cara bagaimana ketegangan itu ditangani dan yang terpenting adalah
tipe stuktur di mana konflik itu berkembang. Berikutnya Coser juga
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara konflik in group dan konflik
dengan out group, antara nilai inti dengan masalah yang lebih bersifat
pinggiran, antara konflik yang menghasilkan perubahan structural lawan
konflik yang disalurkan lewat lembaga-lembaga savety value yaitu salah satu
mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok
dari kemungkinan konflik social.
119


B. Tinjauan mengenai straegi pembangunan
Pembangunan bertujuan untuk mendapatkan kondisi kehidupan
manusia yanglebih baik dan lebih adil.Pembangunan dilakukan dalam level
makro, misalnya pembangunan nasional.level menengah tengah; dan level
mikro, seperti pembagunan pada komunitas lokal. Tujuan untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik sebagaimana tersebut di atas dilakukan melalui
berbagai cara, yaitumempengaruhi proses politik lokal dan nasional,
mengatasi pelanggaran hak asasimanusia, memelihara lingkungan,
meningkatkan perhatian pada pendidikan dan kesehatan, dan penguatan
sector perempuan.
Pembangunan dan konflik merupakan dua hal pandangan dalam satu
jalan.Pembangunan dapat menyebabkan atau memicu konflik dan konlik
dapat menghambat pembanguan. Pembangunan sering hanya mempunyai
target lokal dan untuk jangka pendek. Hal inilah yang menyebabkan
pembangunan tidak memperngaruhi perubahan lintas dan seluruh struktur di
masyarakat.Artinya pembangunan tersebut tidak efektif sebagaimana
seharusnya.
Beberapa hal juga sering diabaikan dalam masyarakat, seperti politik
lokal, realitas sosial, dan sistem kepercayaan.Faktor yang sebenarnya penting
dalam masyarakat tersebut tidak benar-benar dipahami selama menetapkan
tujuan-tujuan pembangunan.Sehingga pembangunan yang semestinya
memperbaiki kehidupan masyarakat justru menjadi sumber konflik di
masyarakat. Konflik yang muncul tersebut tak jarang menjadi sumber
masalah ketika penguatan institusi dan transfer kekuasaan. Penting untuk
mengintegrasikan dimensi-dimensi sosial, budaya, ekonomi, biologi, dan
120

politik dalam pembangunan. Pembanguna dengan menyatukan beragam teori
multidisiplin ini akan membuat pembangunan lebih efektif. Dan itulah
sebenarnya maksud dari pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan ekonomi mula-mula menggunakan tahap strategi
pertumbuhan dengan berusaha mengejar kenaikan produksi nasional
setinggi mungkin.Strategi tersebut mula-mula juga dikenal dengan istilah
Growth Strategy on GNP Oriented.Dalam pertunbuhan ini, kurang
diperhatikan siapa yang berdominasi dalam kegiatan investasi modal maupun
perdagangan.Untuk memungkinkan Growth Strategy ini berkembang
prasyarat stabilitas moneter justru sangat menentukan. Pada mulanya
pengejaran terhadap target GNP yang semata-mata dapat naik memang
menakjubkan. Tetapi sejarah membuktikan, bahwa pada Negara-negara
sedang berkembang dengan penduduk yang sangat besar, ternyata keadaan
ini belum memberikan kesempatan yang cukup untuk golongan kecil
terbesar dari penduduk dalam menikmati hasil pembangunan ini.Karena
kenaikan GNP sesungguhnya lebih banyak oleh faktor semu,
karenakeberhasilan golongan besar yang kecil yang telah mendominir
segala-galanya di Negara itu.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan
distribusi pendapatan yang adil dan merata, karena pertumbuhan ekonomi
yang tinggi ini hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat, seperti
masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat pedesaan atau pinggiran
mendapat porsi yang kecil dan tertinggal. Kesenjangan di daerah ini semakin
diperburuk karena adanya kesenjangan dalam pembangunan antar sektor,
terutama antara sektor pertanian (basis ekonomi pedesaan) dan non-pertanian
(ekonomi perkotaan).
121

Dalam menanggapi berbagai masalah yang di hadapi dalam
pelaksanaan pembangunan ada beberapa hal dan poin mendasar yang bisa
digunakan untuk melaksanakan pembangunan di antaranya
1. Partisipasi
Menurut Adams Charles (1993), partisipasi masyarakat dalam
pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat
pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah
satu kritik adalah masyarakat merasa tidak memiliki dan acuh tak acuh
terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai
subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat
berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
monitoring dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila kita akan
melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas.
Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya
tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga.
Midgley (1986) menyatakan bahwa partisipasi bukan hanya sekedar
salah satu tujuan dari pembangunan sosial tetapi merupakan bagian yang
integral dalam proses pembangunan sosial. Partisipasi masyarakat berarti
eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan akan partisipasi masyarakat semakin
menggejala seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.
Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan
partisipasi negara miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum
yang berharga dalam tuntutan peningkatan partisipasi negara miskin, tentu
saja termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Menurut Adams Charles
(1993), tuntutan ini semakin kuat seiring semakin kuatnya negara menekan
kebebasan masyarakat. Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk
122

perlawanan terhadap modernisme yang dianggap telah banyak memberikan
dampak negatif daripada positif bagi pembangunan di banyak negara
berkembang.Post-modernisme bukan hanya bentuk perlawanan melainkan
memberikan jawaban atau alternatif model yang dirasa lebih
tepat.Pembangunan dengan basis pertumbuhan ekonomi yang diusung oleh
paradigma modernisme memiliki banyak kekurangan dan dampak
negatif.Kesenjangan antar penduduk mungkin saja terjadi sehingga indikator
pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan keberhasilan semu
saja.Akumulasi modal yang berhasil dihimpun sebagian besar merupakan
investasi asing yang semakin memuluskan jalannya kapitalisme global.
2. Pemberdayaan
Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang
dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari
pengaruh globalisasi yang melanda dunia. Persolan politik dan ekonomi
tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai persoalan nasional.Keterkaitan
antar negara menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah
ekonomi atau politik yang dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi
negara lainnya dan permasalahan tersebut akan berkembang menjadi
masalah internasional.
Menurut Soejadi (2001), kemiskinan merupakan salah satu masalah
yang selalu dihadapi oleh manusia. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai
suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat
kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan
dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak
pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa
123

harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.Di negara-
negara sedang berkembang, wacana pemberdayaan muncul ketika
pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi,
degradasi sumber daya alam, dan alienasi masyarakat dari faktor produksi
oleh penguasa (Prijono, 1996).
Menurut Maria Fraskho, (2000), konsep pemberdayaan lahir sebagai
antitesis terhadap model pembangunan dan model industralisasi yang kurang
memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun sebagai kerangka
logik sebagai berikut; (1). Proses pemusatan kekuasaan terbangunan dari
pemusatan penguasaan faktor produksi; (2). Pemusatan kekuasaan faktor
produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha
pinggiran; (3). Keuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem
pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi yang manipulatif,
untuk memperkuat legitimasi; (4). Kooptasi sistem pengetahuan, sistem
hukum sistem politik dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua
kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya.
Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan
disisi lain manusia dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan
dikuasai, maka harus dilakukan pembebesan melalui proses pemberdayaan
bagi yang dikuasai (empowerment of the powerless).
Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan
sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari
nafkah. Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan menyangkut pada
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah pemberdayaan sering
dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh
individu, dalam keadaan tersebut masing-masing individu mempunyai
pilihan dan kontrol pada semua aspek kehidupannya. Menurut Sastroputo
124

Santoso, (1998), konsep ini merupakan bentuk penghargaan terhada manusia
atau dengan kata lain memanusiakan manusia. Melalui pemberdayaan
akan timbul pergeseran peran dari semula korban pembangunan menjadi
pelaku pembangunan. Perpektif pembangunan memandang pemberdayaan
sebagai sebuah konsep yang sangat luas.Pearse dan Stiefel dalam Prijono
(1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan partisipatif meliputi menghormati
perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan peningkatan
kemandirian.

125

3. Partisipasi dan Pemberdayaan
Menurut Hadiwinata dan Bob S (2003), Partisipasi dan
pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan.Untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa
pemberdayaan.Masyarakat yang dikenal tidak berdaya perlu untuk dibuat
berdaya dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan
proses pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat.
Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam
masyarakat tersebut, sehingga peningkatan kapasitas perlu dilakukan.
Sedangkan menurut Evers Hans-Dieter (1993), pemberdayaan yang
memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam
pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya sehingga variasi di
tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Menurut Moeljarto (1997), konsep
partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang
sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak
memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat.Menurut
Purnaweni Hartuti oleh karenanya diperlukan upaya membangkitkan
partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan
memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara
langsung terhadap pembangunan.
Pembangunan di bidang ekonomi seharusnya lebih difokuskan pada
penguatan ekonomi berbasis kerakyatan dengan menumbuhkan semangat
wirausaha , menciptakan iklim usaha yang kondusif, pembinaan koperasi dan
unit-unit ekonomi kerakyatan lainnya, hingga upaya-upaya untuk
mempermudah akses modal dan akses pasar bagi produk-produk usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM).
126

Upaya menekan angka pengangguran dan penyaluran angkatan kerja
perlu dilakukan dengan menggalang kerjasama yang baik dengan sektor
swasta dan masyarakat, diantaranya dengan pembukaan Balai Latihan Kerja
(BLK) dan pengembangan sekolah-sekolah kejuruan dengan konsep link and
match denganpasar tenaga kerja, serta melakukan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan lokal untuk menghasilkan
tenaga kerja yang trampil dan atau memiliki motivasi kuat untuk
berwirausaha dan membuka lapangan kerja bagi orang lain.



















127

BAB VII
SEJARAH 7 TEORI PENDEKATAN PEMBANGUNAN EKONOMI
MAKRO SEJAK 1960

Teori-teori pembangunan
Di era globalisasi ini semua negara di dunia tengah berkerja keras untuk
melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi merupakan komponen
utama pembangunan, akan tetapi bukan satu-satu komponen. Pada dasarnya,
pembangunan itu bukan hanya fenomena ekonomi, karena pada akhirnya
proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui
pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupannya sehara-
hari. Dengan demikian pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses
yang multidimensional, yang melibatkan segenap pengorganisasian dan
peninjauan kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara
keseluruhan.
Selain peningkatan pendapatan dan output, proses pembangunan itu juga
berkenaan dengan serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas
struktur-struktur kelembagaan, sosial, dan administrasi, sikap-sikap
masyarakat dan bahkan sering kali juga merambah adat istiadat, kebiasaan,
dan sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan.
Akhirnya meskipun konsep pembanguna itu bisa diartikan dalam konteks
nasional, akan tetapi jangkauannya yang sedemikian luas telah memaksa
dilakukannya serangkaian modifikasi atau penyesuaian yang bersifat
mendasar atas sistem-sistem ekonomi dan sosial internasional.
A. Teori-teori utama pembangunan ekonomi
pasca perang dunia kedua didominasi oleh empat aliran pemikiran yang
bersaing satu sama lain. Keempat pendekatan itu adalah: (1) model-model
pertumbuhan-bertahap-linier (linear-stages-of-growth models); (2) kelompok
128

teori dan pola-pola perubahan struktural (the structural change theories and
patterns); (3) revolusi ketergantungan internasional (international
dependence revolution); serta (4) kontrarevolusi pasar bebas neoklasik
(neoclassical free-market counterrevolution). Selain itu, selama beberapa
tahun terakhir ini, nampaknya telah muncul bibit-bibit pemikiran baru yang
kemudian berkembang menjadi pendekatan kelima. Pendekatan inilah yang
kini mulai populer dengan sebutan teori pertumbuhan ekonomi baru atau
endogen (new or endogenous theory of economic growth).
Para teorisi pada dekade 1950-an dan 1960-an cenderung memandang
proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi
yang berurutan, yang pasti akan dialami oleh setiap negara yang
menjalankan pembangunan. Pada dasarnya, pandangan ini merupakan suatu
bentuk teori ekonomi yang menyoroti pembangunan sebagai panduan dan
kualitas tabungan nasional, penanaman modal, dan bantuan asing dalam
jumlah yang tepat.
Pada dekade 1970-an, pendekatan tahapan linier ini tergusur oleh dua
aliran pemikiran ekonomi (yang sesunggguhnya lebih berbau ideologis
daripada akademis). Aliran pemikiran yang pertama menitikberatkan pada
teori dan perubahan struktural. Nyaris sepanjang dekade 1980-an, yang
paling menonjol adalah pendekatan yang keempat. Kontrarevolusi neoklasik
(seringkali disebut neoliberal) dalam pemikiran ekonomi ini menekankan
pada peranan menguntungkan yang dimainkan oleh pasar-pasar bebas,
perekonomian terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik
pemerintah atau negara yang kebanyakan memang tidak efisien dan boros.
Menurut teori ini, kegagalan pembangunan diakibatkan oleh terlalu
banyaknya campur tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan
perekonomian nasional. Akhirnya, pada penghujung dekade 1980-an dan
129

awal dekade 1990-an, sejimlah kecil ekonom neoklasik dan institusional
mulai mengembangkan apa yang kemudian menjadi pendekatan kelima,

B. Teori tahapan Linier
1. Tahapan-tahapan pertumbuhan Rostow
Bertolak dari lingkungan intelektual yang masih steril pada waktu itu,
dan dipacu oleh politik perang dunia yang berkobar pada dekade 1950-an
dan 1960-an yang memicu suatu persaingan sengit dikalangan negara-negara
besar untuk mencari pengikut setia dari kalangan negara-negara yang baru
saja merdeka, maka muncullah model-model pertumbuhan ekonomi
bertahap (stages-of-growth model of development). Adapun tokoh
penganjur tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal
adalah Walt W. Rostow, seorang ahli sejarah ekonomi dari amerika serikat.
Menurut ajaran Rostow, perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan
ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh
semua negara.
Menurut teori ini, negara-negara maju seluruhnya telah melampaui
tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan
yang berlangsung secara otomatis (kemajuan ekonomi mereka sudah
sedemikian mapan, sehingga roda ekonomi, tanpa diatur secara khusus,
sudah dapat berputar dengan sendirinya untuk menggerakkan perekonomian
dan membawa seluruh penduduk ke taraf hidup yang serba lebih baik).
Sedangkan negara-negara yang sedang berkembang atau apalagi yang masih
terbelakang, pada umumnya masih berada dalam tahapan masyarakat
tradisional atau tahapan kedua, yakni tahapan penyusunan kerangka dasar
tinggal landas.
Salah satu dari sekian banyak taktik pokok pembangunan untuk tinggal
landas adalah penggerahan atau mobilisasi dana tabungan (dalam mata uang
130

domestik maupun valuta asing) guna menciptakan bekal investasi dalam
jumlah yang memadai untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
2. Model pertumbuhan Harrod-Domar
Setiap perekonomian pada dasarnya memang harus senantiasa
mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan
nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal
(gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun,
untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang
merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital
stock). Bila kita asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara
besarnya stok modal secara keseluruhan, atau K, dengan total GNP, dan Y-
katakanlah jika dibutuhkan modal sebesar US$3 untuk menghasilkan US$1
dari GNP-maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan neto terhadap stok
modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output
nasional atau GNP.
3. Kendala dan batasan
Hambatan utama atau kendala terhadap kemajuan pembangunan
ekonomi, menurut kelompok teori ini adalah relatif terbatasnya peluang
pembentukan modal-modal baru, apalagi di negara-negara miskin. Meskipun
demikian, kalaupun ada negara yang mengiginkan pertumbuhan ekonomi
pada tingkat 7 persen per tahun dan ternyata negara tersebut tidak dapat
menciptakan tabungan dan investasi pada tingkat 21 persen dari pendapatan
nasional (dengan asumsi bahwa k, atau rasio modal-output agregatnya adalah
3), akan tetapi tabungan nasionalnya hanya 15 persen, maka tersebut masih
dapat mencari pengisi kesenjangan tabungan (savings gap) sebesar 6
persen melalui pencarianbantuan/pinjaman luar negeri atau penarikan dana-
dana investasi perusahaan-perusahaan swasta dari luar negeri.
131

Dengan demikian, menurut pemikiran ini, dalam rangka menciptakan
kemajuan ekonomi bersama, maka program pemberian bantuan teknis dan
finansial secara besar-besaran seperti Marshall Plan harus diadakan lagi, kali
ini khusus untuk negara-negara terbelakang di dunia ketiga.
Syarat-syarat yang diperlukan terhadap model pertumbuhan bertahap
Model-model pembangunan Rostow dan Harrod-Domar secara implisit
ternyata mengasumsikan adanya sikap-sikap dan pengaturan yang sama di
negara-negara terbelakang. Akan tetapi, asumsi itu tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada di negara-negara dunia ketiga. Negara-negara tersebut
masih sangat kekurangan faktor-faktor komplementer yang paling penting
seperti halnya kecakapan manajerial, tenaga kerja yang terlatih, kemampuan
perencanaan dan pengelolaan berbagai proyek pembangunan, dan
sebagainya.
Sebagaimana yang dilakukan oleh banyak ekonom pada dekade 1950-an
dan 1960-an, bahwa pembangunan itu pada dasarnya merupakan soal
penanggulangan aneka hambatan dan penyediaan berbagai komponen
penting yang belum ada atau belum memadai seperti modal, pengetahuan
mengenai kurs dan valuta asing, serta kecakapan manajemen. Semua itu,
secara teoritis dapat dilakukan oleh negara-negara maju.

C. Model perubahan struktural
Model perubahan struktural tersebut dalam analisisnya mengunakan
perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-konsep harga dan alokasi
sumber daya, serta metode-metode ekonometri untuk menjelaskan terjadinya
proses transformasi. Aliran pendekatan perubahan struktural ini didukung
oleh ekonom-ekonom yang sangat terkemuka seperti W. Arthur Lewis yang
termasyur dengan model teoritisnya tentang surplus tenaga kerja dua
sektor (two sector surplus labor) dan Hollis B.
132

1. Teori pembangunan Lewis
a. Model dasar
Menurut model pembangunan yang diajukan oleh Lewis, perekonomian
yang terbelakang terdiri dari dua sektor, yakni: (1) sektor tradisional, yaitu
sektor pedesaan subsisten yang kelebihan penduduk yang dan ditandai
dengan produktivitas marjinal tenaga kkerja sama dengan nol-ini merupakan
situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendifinisikan kondisi surplus
tenaga kerja (surplus labor) sebagai sustu fakta bahwa sebagain tenaga kerja
tersebut ditarik dari sebuah sektor pertanian dan sektor itu tidak akan
kehilangan outputnya sedikit pun-dan. (2) sektor industri perkotaan modern
yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan
tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten
Lewis berasumsi bahwasannya tingkat upah di daerah perkotaan
sekurang-kurangnya harus 30 persen lebih tinggi dari pada rata-rata
pendapatan didaerah-daerah pedesaan untuk memaksa para pekerja pindah
dari desa-desa asalnya kekota-kota. Pada tingkat upah didaerah perkotaan
yang konstan, maka kurva penawaran tenaga kerja pedesaan dianggap elastis
sempurna.
Lewis mengemukakan dua asumsi perihal sektor tradisional. Yang
pertama adalah adanya surplus tenaga kerja atau MP la, sama dengan nol,
kedua, bahwasannya semua pekerja didaerah pedesaan menghasilkan output
yang sama sehingga tingkat upah rill didaerah pedesaan ditentukan oleh
produktivitas tenaga kerja rata-rata, bukannya produktifitas tenaga kerja
marjinal (seperti pada sektor modern).
b. Kritik terhadap model Lewis
Meskipun model dua sektor lewis ini cukup lugas dan jelas, serta secara
umum sudah sesuai dengan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi
modern negara-negara barat, namun tiga dari asumsi-asumsi utamanya
133

ternyata sama sekali tidak cocok dengan kenyataan institusional dan
ekonomis disebagian besar negara-negara dunia ketika sekarang ini.
Pertama, model ini secara implisit mengasumsikan bahwa tingkat
pengalihan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja disektor modern
pasti sebanding dengan tingkat akumulasi modalnya, maka akan semakin
tinggi tingkat pertumbuhan sektor modern dan semakin cepat pula
penciptaan lapangan kerja baru. Kedua, yang sering dan patut dipersoalkan
dari model tersebut adalah adanya dugaan bahwa dipedesaan terjadi
kelebihan tenaga kerja, sedangkan di daerah perkotaan terjadi penyerapan
faktor-faktor produksi secara optimal (full employment). Ketiga, dugaan
tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif di sektor modern akan menjamin
keberadaan upah riil diperkotaan yang konstan sampai pada suatu titik
dimana surplus penawaran tenaga kerja habis terpakai, tidak dapat diterima.
2. Perubahan struktural dan pola-pola pembangunan
Pada umumnya, para analis perubahan struktural yang berhaluan empiris
selalu menekankan adanya kendala-kendala pembangunan, baik itu yang
berasal dari dalam negeri maupun yang bersumber dari lingkungan
internasional. Kendala pembangunan dari dalam negeri antara lain adalah
keterbatasan kepemilikan ekonomi seperti sumber daya alam dan besarnya
penduduk, serta keterbatasan kelembagaan (institusional) seperti masih
lemahnya mekanisme perumusan kebijakan dan kurang jelasnya sasaran
pemerintah. Adapun kendala-kendala yang bersumber dari lingkungan
internasional terhadap jalannya proses pembangunan antara lain adalah
kelangkaan akses atau saluran bagi negara yang bersangkutan untuk
mendapatkan modal dan tehnologi modern dari luar negeri, serta tuntutan
untuk menghadapi persaingan yang begitu ketat dalam perdagangan
internasional.
134

Model perubahan struktural yang paling terkenal adalah model yang
disusun oleh Hollis B. Chenery, seorang ekonom terkemuka dari universitas
Harvard. Chenery sendiri mendasarkan perumusan model perubahan
strukturalnya pada serangkaian penelitian empiris; Hollis B. Chenery secara
khusus mengadakan penelitian untuk menyelidiki pola-pola pembangunan di
sejumlah negara-negara dunia ketiga selama kurun waktu selama masa
perang dunia kedua.
3. Kesimpulan-kesimpulan dan implikasinya
Perubahan-perubahan struktural yang telah dijelaskan di atas merupakan
pola-pola pembangunan rata-rata diberbagai negara, yang dihasilkan oleh
suatu kajian dengan menggunakan analisis time series dan cross section
seperti yang telah dilakukan oleh Hollis B. Chenery dan rekan-rekannya.
Hipotesis utama dari model perubahan struktural adalah bahwa
pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan yang
dapat diamati, yang ciri-ciri pokoknya sama di semua negara.
Jadi singkatnya, telah empiris tentang proses perubahan struktural
mengarah kepada kesimpulan bahwa langkah dan pola pembangunan dapat
berbeda karena faktor-faktor domestik maupun internasional, dan banyak
diantaranya yang berada di luar jangkauan kendali negara-negara
berkembang.
D. Revolusi ketergantungan neokolonial
Sepanjang kurun waktu 1970-an, model-model ketergantungan
internasional mendapat dukungan yang cukup besar dan pengaruh
akademiknya sempat meluas dikalangan intelektual negara-negara dunia
ketiga. Pada intinya, model-model ketergantungan internasional itu
memandang negara-negara dunia ketiga sebagai korban kekakuan aneka
faktor kelembagaan,politik,dan ekonomi, baik itu yang berskala domestik
maupun internasional.
135

1. Model ketergantungan neokolonial
Aliran pemikiran ketergantungan pertama, yang kita sebut sebagai model
ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence model), secara tidak
langsung adalah suatu pengembangan pemikiran kaum Marxis. Model ini
menghubungkan keberadaan dan kelanggengan negara-negara dunia ketiga
kepada evolusi sejarah hubungan internasional yang sama sekali tidajk
seimbang antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin dalam suatu
sistem kapitalis internasional.
Dengan demikian, keterbelakangan, oleh penganut aliran ketergantungan
dipandang sebagai suatu fenomena yang diakibatkan atau diciptakan secara
sengaja oleh kondisi-kondisi eksternal. Anggapan ini jelas bertentangan
dengan teori pertumbuhan-bertahap-linear maupun model perubahan
struktural yang menekankan bahwa kondisi keterbelakangan itu juga
diakibatkan oleh berbagai keterbatasan internal seperti tingkat tabungan
nasional dan investasi yang tidak memadai, serta kurangnya pendidikan dan
keahlian.
2. Model paradigma palsu
Cabang atau aliran yang kedua dari teori ketergantungan internasional
terhadap topik pembangunan ini relatif tidak begitu radikal. Aliran ini biasa
disebut sebagai model paradigma palsu (false paradigm model). Ia mencoba
menghubungkan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga dengan
kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan oleh para pengamat atau
pakar internasional yang bernaung di bawah lembaga-lembaga bantuan
negara-negara maju dan organisasi-organisasi donor multinasional.
Seringkali tannpa disadari, mereka terlalu banyak menelan konsep-
konsep asing dan model-model teoritis yang serba hebat tetapi sebenarnya
tidak cocok dan tidak dapat diterapkan didaerah mereka sendiri. Akibat
ketiadaan atau terbatasnya pengetahuan yang tepat guna untuk mengatasi
136

masalah-masalah pembangunan, maka kalangan elit tersebut justru
cenderung menjadi pembela keyakinan asing yang melupakan atau
mengabaikan adanya sistem kebijakan elitis serta struktur kelembagaan yang
khas negara-negara berkembang.
3. Tesis pembangunan dualistik
Unsur pemikiran pokok yang secara implisit terkandung didalam teori-
teori perubahan struktural dan secara eksplisit telah dinyatakan dalam teori
ketergantungan internasional adalah gagasan akan adanya sebuah dunia
bermasyarakat ganda (a world of dual society). Secara garis besar,
pandangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua kelompok besar, yakni
negara-negara kaya dan miskin. Dualisme (dualism) adalah sebuah konsep
yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan.Konsep ini
menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara
negara-negara kaya dan miskin, serta di antara orang-orang kaya dan miskin
pada berbagai tingkatan di setiap negara.

4. Beberapa kesimpulan dan implikasinya
Terlepas dari soal perubahan ideologi di antara mereka, para pendukung
teori ketergantungan neokolonial, model paradikma palsu, dan model
dualisme, sama-sama secara tegas menolak penekanan-penekanan khusus
dalam model-model ekonomi barat tradisional yang dirancang untuk
mempercepat pertumbuhan GNP sebagai tujuan utama pembangunan. Teori
ketergantungan memiliki dua kelemahan yang pokok. pertama, walaupun
mereka menawarkan suatu penjelasan yang sangat menarik mengapa banyak
negara-negara dunia ketiga yang terbelakang, juga menawarkan sedikit
penjelasan formal maupun informal mengenai apa yang harus dilakukan oleh
negara-negara berkembang secara aktual diikitu dengan pengkampanyean
revolusi penasionalisasian industrinya di mana keadaan telah kita bahas pada
137

bab-bab sebelumnya, pemerintah juga akan mengalami kegagalan yang sama
seperti pasar; kunci kesuksesan dari kinerja pembangunan adalah tercapainya
keseimbangan yang berhasil disempurnakan oleh pemerintah secara hati-hati
diantaranya, sistem pasar individual/perseorangan dan seluruh kegiatan yang
paling baik yang dapat dilakukan bersama-sama.

E. Kontrarevolusi neoklasik
1. Tantangan bagi pendekatan statis: pasar bebas,pilihan rasional,dan
ramalan terhadap pasar
Memasuki dekade 1980-an, orientasi politik konservatif yang dianut dan
dijalankan oleh pemerintah di amerika serikat, kanada, inggris, dan jerman
(barat) menghadirkan kembali apa yang disebut sebagai kontrarevolusi
neoklasik (neoclassical counterrevolution) dalam teori dan kebijakan
ekonomi. Kontrarevolusi ini antara lain terwujud berupa aliran pemikiran
makroekonomi yang lebih mementingkan sisi penawaran (suuply-side
macroeconomics), teori rasional ekspektasi, gelombang swastanisasi
perubahan-perubahan milik negara di negara-negara maju, serta munculnya
himbauan yang sangat gencar bagi ditanggalkannya, paling tidak sebagian,
campur tangan pemerintah dalam perekonomian yang terwujud dalam
berbagai bentuk seperti kepemilikan perusahaan-perusahaan oleh pihak
pemerintah, perencanaan secara ekstensif atas perekonomian nasional, dan
regulasi terhadap aneka kegiatan ekonomi di negara-negara sedang
berkembang.
Argumen inti kontrarevolusi neoklasik menegaskan bahwa kondisi
keterbelakangan negara-negara berkembang bersumber dari buruknya
keseluruhan alokasi sumber daya yang selama ini bertumpu pada kebijakan-
kebijakan pengaturan harga yang tidak tepat dan adanya campur tangan
pemerintah yang berlebihan. Para tokoh kontrarevolusi neoklasik, seperti
138

Lord Peter Bauer, Deepak Lal, lan Littele, almarhum Harry Johnson, Bela
Balassa, Julian Simon, Jagdish Bhagwati, Anne Krueger, dan lain-lain,
menyatakan bahwa campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam
kegiatan ekonomi tidak diragukan lagi, merupakan sumber utama atas
terjadinya penurunan laju pertumbuhan di banyak negara berkembang.
Tantangan neoklasik terhadap pembangunan yang ortodoks dapat dipilih
menjadi tiga komponen, yakni: pendekatan pasar bebas; pendekatan pilihan
rasional (atau ekonomi politk baru), serta pendekatan ramah terhadap
pasar. Analisis pasar bebas (free-market analysis) menyatakan bahwa pasar-
pasar itu sendiri sudah dan selalu efisien-pasar produk dapat memberikan
sinyal terbaik untuk investasi apa yang harus digarap dan kegiatan-kegiatan
apa saja yang layak dikerjakkan (demi menciptakan keuntungan); pasar
tenaga kerja juga mampu memberi respon terhadap berbagai perkembangan
di sektor-sektor industri penyerap tenaga kerja; para produsen adalah mereka
yang paling tahu tentang apa yang harus dibuat dan bagaimana produksinyan
harus dilakukan agar seefisien mungkin; sedangkan harga-harga produk dan
faktor (input) dapat secara akurat mencerminkan nilai kelangkaan atas suatu
barang, jasa atau sumber daya untuk masa sekarang maupun dimasa
mendatang.
Sementara itu, teori pilihan rasional/public (public-choise theory), atau
yang juga dikenal sebagai pendekatan ekonomi politik baru (new political
economy approach) beranjak lebih jauh dengan menyatakan bahwa apa yang
dilakukan pemerintah dalam urusan-urusan ekonomi selalu salah, sehingga
setiap bentuk intervensi pemerintah harus dijauhi. Padangan pedas ini
bertolak bertolak dari asumsi dasarnya yang meyakini bahwa sikap,
tindakan, dan keputusan para politisi, birokrat, warga negara biasa, apalagi
pejabat pemerintah, senantiasa bertolak dari kepentingan-kepentingan
mereka sendiri, tidak peduli apa konsekwensinya terhadap pihak lain.
139

Pendekatan ramah terhadap pasar (market friendly approach)
merupakan varians terbaru dari kontrarevolusi neoklasik, yang terrutama
dikembangkan oleh bank dunia itu menganut pendekatan pasar-bebas dan
pendekatan pilihan rasional. Pendekatan ini mengakui adanya berbagai
kelemahan atau ketidaksempurnaan pasar, baik itu pasar produk maupun
pasar faktor, di negara-negara dunia ketiga, dan bahwa pemerintah memang
perlu menjalankan peran aktif dalam perekonomian, khususnya untuk
mengoreksi berbagai ketidaksempurnaan pasar itu. Yang ditekankan oleh
pendekatan ini adalah, intervensi pemerintah itu haruslah bersifat
nonselektif atau ramah terhadap mekanisme pasar. Bahkan pengakuan
atas adanya tiga kelemahan utama pasar itu kemudian menumbuhkan aliran
pemikiran baru, yakni yang dikenal sebagai pendekatan pertumbuhan
baru/endogen (new or endogenous growth).
2. Teori pertumbuhan neoklasik tradisional (lama)
Argumen pasar bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasannya
liberalisasi (pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang investasi,
baik itu investasi domestik maupun dari luar negeri, sehingga dengan
sendirinya hal itu akan memacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur
berdasarkan satuan tingkat pertumbuhan GNP, hal tersebut setara dengan
penambahan tingkat tabungan domestik, yang pada gilirannya akan
meningkatkan rasio modal-tenaga kerja (capital labor ratio) dan pendapatan
perkapita negara-negara berkembang yang pada umumnya miskin modal.
Model pertumbuhan neoklasik solow (solow neoclassical growth model)
merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan neoklasik
sehingga pengagasnya, Robert Solow, dianugerahi hadiah Nobel bidang
ekonomi, pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi
Harrod-Domar, dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta
memperkenalkan variabel independen ketiga, yakni tehnologi, kedalam
140

persamaan pertumbuhan (growth equation). Namun, berbeda dengan model
Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to
scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan neoklasik solow
berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing
returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara
terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, solow
juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut.
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (lama) (traditional
old neoclasiccal growth theory), pertumbuhan output itu selau bersumber
dari satu atau lebih dari tiga faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga
kerja (mulai pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan),
penambahan modal melalui tabungan dan dan investasi, serta
penyempurnaan tehnologi. Dan lebih lanjut lagi dikemukakan bahwa
perekonomian tertutup (closed economy), yakni yang tidak menjalani
hubungan dengan pihak-pihak luar, yang tingkat tabungannya rendah, maka
cateris paribus perekonomian itu dalam jangka pendek pasti mengalami laju
pertumbuhan yang lebih lambat apabila dibandingkan dengan perekonomian
lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Pada akhirnya hal ini
akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan perkapita.
Sedangkan perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengadakan
hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya dengan negara atau pihak-
pihak luar, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan
perkapita, karena arus pemodalan akan mengalir deras dari negara-negara
kaya kenegara-negara miskin dimana rasio modal tenaga kerjanya masih
rendah sehingga menjajikan imbalan atau tingkat keuntungan investasi
(returns on investments) yang lebih tinggi.
3. Beberapa kesimpulan dan implikasinya
141

Sama halnya denga revolusi ketergantungan pada dekade 1970-an, aliran
kontra-revolusi neoklasik pada dekade 1980-an juga memiliki akar ideologi
ekonomi tertentu dalam memandang negara-negara dunia ketiga dan segenap
permasalahannya. Bila pada teoritisi ketergantungan (beberapa
diantaranya,tentu saja tidak semuanya, adalah para ekonom negara-negara
dunia ketiga) memandang kondisi keterbelakangan sebagai fenomena yang
diakibatkan oleh faktor eksternal, maka para revisionis neoklasik (sebagian
besar,lagi-lagi tidak semuanya,adalah para ekonom dari negara-negara
barat). Melihat masalah tersebut sebagai sesuatu yang lebih diakibatkan oleh
faktor-faktor internal, yakni, antara lain terlalu besarnya campur tangan
pemerintah dan diterapkannya kebijakan-kebijakan ekonomi yang kurang
tepat.
Atas dasar latar belakang historis, serta faktor-faktor kelembagaan dan
kultural dari negara-negara berkembang itu, maka pasar kompetitif bukanlah
sesuatu yang dibutuhkan maupun diinginkan dalam perspektif sosial dan
ekonomi jangka panjang, mereka konsumen dinegara-negara berkembang
praktis tidak memiliki kedaulatan apapun. Banyak sekali komponen dari
teori neoklasik yang harus dipelajari dan direvisi agar dapat diterapkan
kenegara-negara berkembang. Tuntutan tersebut semakin terasa denga
semakin pentingnya penonjolan analisis penawaran dan permintaan guna
menciptakan atau menentukan produk, faktor produksi, dan kurs valuta asing
yang setepat-tepatnya demi melangsungkan suatu rangkaian kegiatan
produksi dan alokasi sumber-sumber daya yang benar-benar efisien.

F. Teori pertumbuhan yang baru
1. Motivasi untuk memunculkan teori pertumbuhan yang baru
Lemahnya kinerja teori-teori neoklasik dalam usahanya melacak sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang menimbulkan rasa tidak puas
142

terhadap teori-teori tradisional itu. Menurut teori tradisional, tidak ada
karakteristik intrinsik dalam suatu perekonomian yang menyebabkannya
tumbuh dan berkembang selama periode yang cukup panjang. Oleh karena
itu peningkatan GNP perkapita dipandang sebagai suatu fenomena yang
bersifat sementara yang bersumber dari kemajuan tehnoligi atau peroses
jangka pendek dalam menuju kondisi ekuilibrium yang secara bertahap
membawa suatu perekonomian ke ekuilibrium jangka panjang. Setiap
kenaikan GNP yang tidak bersumber dari penyesuaian jangka pendek atas
stok modal atau tenaga kerja dimasukkan kedalam kategori ketiga yang
lazim disebut sebagai residu solow (solow residual).Pendekatan baru ini
adalah konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth) atau, secara lebih
sederhana, disebut teori pertumbuhan baru (new growth theory)
2. Pertumbuhan endogen
Model-model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa pertumbuhan
GNP itu sebenarnya merupakan suatu konsekuensi alamiah atas adanya
ekuilibirium jangka panjang. Motifasi pokok tumbuhnya teori baru ini adalah
untuk menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antaranegara dan
mengapa konsep pertumbuhan itu sendiri sedemikian penting. Secara
spesifik para teoritisi pertumbuhan endogen itu berusaha menjelaskan
berbagai faktor yang menentukan besar-kecilnya tingkat pertumbuhan GNP
yang sebelumnya memang belum ditelaah, dalam persamaan pertumbuhan
GDP yang sebelumnya memang belum ditelaah, dalam persamaan
pertumbuhan neoklasik solow, hal itu hanya dinyatakan sebagai sesuatu yang
bersifat eksogen.
Sebenarnya, model-model pertumbuhan endogen, secara struktural,
memiliki sejumlah kesamaan dengan model-model neoklasik tradisional,
hanya saja, asumsi dasar yang dianutnya sama sekali berbeda. Oleh karena
itu, kesimpulan-kesimpulan yang didaptnya juga, tentu saja sangat berlainan.
143

Model-medel pertumbuhan endogen menolak asumsi penyusutan imbalan
marjinal atas investasi modal (diminishing marginal returns to capital
investments) yang dipegang teguh oleh model-model neoklasik; model
pertumbuhan endogen menyatakan hal sebaliknya, yakni bahwa hasil
investasi justru akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara
semakin besar (itu berarti negara-negara maju menawarkan hasil atau
keuntungan investasi justru akan semakin tinggi bila produksi agregat di
suatu negara semakin besar), itu berarti negara-negara maju menawarkan
hasil atau keuntungan investasi yang lebih tinggi; lebih lanjut model ini juga,
memberikan perhatian yang besar kepada peranan eksternalitas dalam
penentuan tingkat hasil investasi permodalan.
3. Kritik terhadap teori pertumbuhan yang baru
Ada satu kelemahaan mencolok pada teori pertumbuhan yang baru
tersebut, yakni ketergantungannya kepada sejumlah asumsi neoklasik
tradisional yang sebenarnya sudah jelas terbukti tidak cocok untuk
diterapkan kepada negara-negara berkembang. Faktor-faktor yang sangat
berpengaruh ini ternyata juga kurang diperhatikan oleh teori-teori
pertumbuhan endogen. Itulah sebabnya aplikasi teori tersebut dalam studi
pembangunan ekonomi juga sangat terbatas, apalagi jika studi tersebut
melibatkan perbandingan antarnegara.

G. Teori-teori pembangunan: usaha mempertemukan berbagai
perbedaan
Ilmu ekonomi pembanguan tidak memiliki doktrin-doktrin atau
paradigma baku yang telah diterima secara universal. apa yang ada adalah
pola-pola pemikiran dan pemahaman yang berkembang dan berubah secara
terus menerus. Kesemuanya itulah yang merupakan landasan utama bagi
segenap kegiatan pengkajian terhadap berbagai kemungkinan pembangunan
144

yang tengah ditempuh oleh negara-negara berkembang dikawasan Afrika,
Asia, dan Amerika Latin.
Sementara itu dari model-model perubahan struktural dua sektor rumusan
Lewis, kita bisa mengetahui betapa pentingnya upaya-upaya untuk
menganalisis keterkaitan-keterkaitan tertentu yang terdapat di antara sektor
pertanian tradisional denga sektor industri modern. Pemikiran para teoretisi
ketergantungan internasional juga bermanfaat karena telah berhasil
menonjolkan pentingnya struktur dan fungsi perekonomian dunia, dan
bahwasannya keputusan yang diambil oleh negara maju ternyata sedemikian
rupa sehingga selalu memberi pengaruh terhadap kehidupan jutaan penduduk
di negara-negara berkembang.

















145

BAB VIII
MODERNISASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PEMBANGUNAN
A. Teori Ketergantungan
Terbentuknya teori dependensia dilatarbelakangi oleh situasi
kemacetan ekonomi Negara-negara Amerika Latin serta keragu-raguan
mereka terhadap teori pembangunan. Para intelektual membuat kelompok
baru untuk mencari model interaktif. ECLA sendiri mempunyai keterbatasan
dalam hal ini. Pertama, karena ECLA memfokuskan perhatian pada
persoalan ekonomi murni, masalah sosial dan politik dikesampingkan dalam
analisis mereka. Kedua, ECLA bergantung pada pemerintah Negara Amerika
Latin yang konservatif dan sangat sensitif terhadap analisis yang mereka
nilai radikal, seperti land reform, misalnya. Sekelompok ekonom muda yang
bergabung dalam ECLA memulai babak baru dalam analisis mereka.
ECLA dan pelopor Dependensia:
1. Furtado dan Sunkel
Penganut teori dependensia yang teorinya dianggap paling radikal
adalah ekonom Brazil yang bernama Celco Furtado. Mulanya ia adalah
seorang ekonom penganut paham modernisasi yang percaya bahwa masalah
utama Negara berkembang adalah karena kurangnya modal. Asumsi itu
mulanya merupakan anggapan dan asumsi umum bagi semua ekonom yang
bergabung dalam ECLA. Atas dasar itu, umumnya untuk memecahkan
masalah Negara berkembang adalah dengan satu usulan pemecahan yang
biasanya disebutkan sebagai substitusi impor. Setelah pertumbuhan industri
yang cepat di Brazil pada tahun 1950-an Furtado menjadi sangat optimis.
Akan tetapi sesaat kemudian pandangannya berubah. Ternyata pembangunan
146

telah membawa pada kudeta militer tahun 1964. Menurut Fortado pada
waktu itu definisi pembangunan terlalu menitik beratkan pada pertumbuhan
industri.
Dalam perkambangan selanjutnya Fortado mulai meneliti dan
mencoba menjelaskan perbedaan antara Center dan Periphery yang menjadi
ciri mazhab dependensia itu. Negara maju ditandai dengan adanya saling
tergantung antara negara yang berkuasa dalam membeli dan investasi yang
mengakibatkan naiknya standart hidup Negara tersebut. Dalam hal ini akan
tercipta dasar demokrasi industri, yakni berbagai kekuatan politik akan
mampu membatasi kekuasaan para pemilik modal. Mulanya Furtado juga
percaya bahwa proses itu juga akan terjadi di Negara berkembang yang
modal pembangunannya dari kapitalis berasal akan menjadi sarana impor
substitusi. Namun dalam perjalanan hidupnya, akhirnya ia berubah pikiran,
bahwa terdapat struktur interen yang diwariskan kolonialisme dan telah
menjadikan Negara tersebut sangat kaku. Furtado berubah menjadi pesimis.
Strategi industrialisasi ECLA semakin menciptakan ketergantungan pihak
asing. Impor barang konsumsi diganti dengan barang impor dan prodik
intermediate untuk strukur industry tercipta di Brazil. Ketergantungan akan
produk primer semakin meningkat. Furtado menyimpulkan terdapat
interestyang besar bagi industri asing dan ologarki domestic untuk menjaga
sebagian besar penduduk yang tersingkirkan. Dengan cara itu upah buruh
akan tetap rendah dan keuntungan akan naik (Furtado, 1975: 148).
Sejak itu Furtado meninggalkan analisis ekonomi lama dan pindah ke
pendekatan yang lebih luas karena dalam pendekatan ini struktur sosial
mempunyai peran besar. Dia mencoba menggabungkan analisis Marxisme
dengan teori Keynesian. Menurutnya keduanya ada kelemahan dan
kelebihan. Marxisme mengisolasi struktur, sementara Keneys tak pernah
147

menitikberatkan pada perubahan struktural. Sumbangannya yang bermanfaat
adalah pandangannya tentang pemerintah dan perannya dalam ekonomi.
Menarik untuk dilihat bagaimana Furtado menyentuh soal struktur sosial.
Mesikipun Furtado tidak menggunakan analisis mode of production,
analisisnya adalah bahwa pembangunan di pirephery merupakan refleksi atas
apa yang terjadi di center- sesuatu yang biasanya menjadi pusat analisis
mazhab dependensia.
Furtado meninggalkan Brazil setelah kudeta 1964, dan pindah ke
Paris, melanjutkan analisisnya. Watak pesimisnya membawa usulan bahwa
Negara berkembang harus mengambil sikap berdikari, seperti diuraikan
dalam bukunya Economic Development of Latin America (1969). Secara
khusus dia menekankan perlunya peningkatan komitmen umum. Pemerintah
harus berjuang untuk merestrukturisasi seluruh ekonomi sehingga teknologi
modern harus disebarluaskan ke seluruh lapisan sector produksi. Hal itulah
yang akan menjamin pemerataan distribusi pendapatan dan akhirnya akan
mengakhiri proses marginalisasi rakyat. Penting pula bagi Negara Amerika
Latin untuk mendapat kemandirian teknologi dan meningkatkan
perdagangan inter-regional. Bersama Andre Gundre Frank, Furtado menjadi
tokoh utama madzab ini, dan karyanya telah diterjemahkan ke berbagai
bahasa. Selain itu Oswaldo Sunkel dari Chile juga punya andil dalam
meradikalkan ECLA. Mulanya sebagai ekonom tahun 1950-an, bersama
Furtado menyumbang gagasan dan paradigma dependensia pada tahun 1960-
an.
2. Pengaruh Marxis: Cordoso dan Faletto
Beberapa gagasan mazhab dependensia memang tidak hanya berasal
dari ECLA, tetapi juga bersumber pada tradisi Marxisme Amerika Latin.
Pengaruh Marxis di ECLA mulanya hanya sebagai sociological annaex yakni
148

di Latin American Institute for Social and Economic Planning (ILPES).
Setelah kudeta militer Brazil 1964. Fernando Cordoso pindah ke Chile dan
bergabung di ILPES. Di sini Cordoso dan sejarawan Chile Enzo Faletto
melakukan studi sosiologis dan historis tentang berbagai kasus
ketergantungan, suatu gagasan yang segera mendapat dukungan dari ilmuan
sosial di ECLA dan universitas Santiago. Buku berjudul Dependency and
Development in Latin America oleh Cordoso dan Faletto yang terbit tahun
1967 dianggap sebagai salah satu buku klasik teori dependensia. Berbeda
dengan analisis ECLA, Cordoso dan Faletto memfokuskan pada aspek
sosiopolitik. Mereka melihat pembangunan ekonomi sebagai campuran
berbagai interes kelas dari waktu ke waktu. Keadaan ketergantungan
ekonomi terhadap pasar dunia sangatlah krusial; kaitan dan respon lokal bisa
bermacam-macam. Oleh sebab itu, situasi ketergantungan terjadi dalam pola
yang secara historis berubah.
Akan tetapi, sangatlah mungkin untuk mengidentifikasikan langkah
perkembangan pembangunan dalam suatu Negara yang memiliki sejarah
yang sama seperti Negara Amerika Latin. Setelah merdeka (dari Spanyol dan
Portugal) kekuasaan politik modern telah dibiasakan oleh aliansi antara
kekuasaan politik modern, sektor agraris komersial, dan ekonomi Old
Hacienda. Komersial elite baru didominasi oleh aliansi ini, dengan politik
ekonomi yang dikenal dengan export oriented development, yang bersumber
pada produksi bahan mentah. Fase ini berakhir sampai tahun depresi 1930,
yang dianggap sebagai tahun dimulainya pembangunan yang lebih luas.
Menurut Cordoso dan Faletto, sesungguhnya pembangunan ini sudah mulai
lebih awal dengan munculnya kelas menengah yang secara perlahan-lahan
terserap oleh struktur kekuasaan nasional. Oleh karena itu, titik beratnya
lebih pada dasar kekuasaan politik dari pada faktor lain.
149

Cordoso dan Faletto mewakili suatu pendekatan yakni studi konkret
terhadap ketergantungan. Cordoso secara tegas menolak dianggap sebagai
pembuat teori baru, dan teori dependensia harus dianggap sebagai bagian
dari teori Marxis tentang imperialisme. Bagi Cordoso, teori kapitalis
imperialism mendapat perhatian besar dalam karya Lenin. Bagi Cordoso
analisis Paul Baran dan Sweezy tentang monopoly capitalism merupakan
pengembangan lebih jauh dari teori Marxis. Hal yang sama juga diperlukan
untuk melihat konsekuensi dari monopoli kapitalisme dalam ekonomi yang
tergantung.
Development dan underdevelopment (dalam karya G. Frank)
merupakan suatu miskonsepsi. Nyatanya asumsi struktural kurangnya
dinamika dalam ekonomi ketergantungan (akibat imperialisme) merupakan
kesalahan dalam melihat watakpandangan ekonomi. Development dan
underdevelopment adalah dua sisi dari satu mata uang, dan development
merupakan penyebab underdevelopment.
3. Pengaruh Neo-Marxis: Dos Santos dan Marini
Orang Brazil lainnya, Theotonio Dos Santos, juga pindah ke
Santiago, Chile setelah kudeta militer 1964. Dos Santos mengenalkan istilah
baru the new dependence dalam rangka menguraikan kesalahan kebijakan
import substitution.
The new dependence ditandai oleh kenyataan naiknya investasi
Amerika Utara di Amerika Latin. Titik beratnya berubah dari raw material
menuju produksi industri barang terkemuka seperti barang elektronika.
Menurutnya hal ini merupakan tanda mulainya devisi buruh internasional
dengan perekonomian Negara periphery tidak lagi berasal dari bahan
mentah. Sector modern di Negara periphery kini menjadi bagian dari sistem
150

imperialist, dan pembangunan masih tetap parsial karena adanya
ketergantungan itu. Dalam tulisannya, Dos Santos tidak saja mengkritik teori
pembangunan yang ada, tetapi juga memberikan alternatif pendekatan
ketergantungan. Konsep ketergantungan Cordoso sering jadi pijakan konsep
teori ini. Dalam hal ini makna ketergantungan di artikan sebagai suatu situasi
ketika ekonomi dari Negara tertentu yang diekspansi dikondisikan oleh
perkembangan dan ekspansi ekonomi lain. Hubungan saling ketergantungan
antara satu atau banyak ekonomi, dan hubungan antara mereka dengan
perdagangan dunia berada dalam suatu ketergantungan.
Bagi Dos Santos, rakyat Amerika Latin pada dasarnya menjadi
bagian dari sistem kapitalis dunia. Dari segi sejarah perkembangan, Dos
Santos menganalisis tiga macam bentuk dependensia. Pertama,
ketergantungan colonial yang ditandai oleh monopoli perdagangan yang
dilengkapi dengan monopoli tanah, tambang dan tenaga kerja di Negara
jajahan. Kedua, adalah ketergantungan financial-industry, dimulai sejak era
kemerdekaan dan ditandai oleh konsentrasi capital di Negara centers, dan
dengan penanaman investasi modal dalam bidang produksi bahan mentah
dan produk pertanian di Negara periphery. Sedang yang ketiga, adalah
ketergantungan industri teknologi (technological-industrial), muncul setelah
perang dunia kedua dan ditandai munculnya perusahaan multinasional yang
mendirikan pabrik yang berkaitan dengan dengan pasar domestik Negara
yang bergantung. Menurut Dos Santos, konsep ketergantungan
(dependensia) tak dapat dibahas di luar atau terpisah dari teori imperialisme,
atau bahkan merupakan pelengkap dari teori imperialisme. Pada dasarnya
teori dependensia adalah relasi imperealisme internal dari Negara-negara
Amerika Latin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bagi Dos Santos
teori dependensia adalah pelengkap dan implementasi dari teori imperialisme
yang lama.
151

4. Pengaruh Teori Dependensia: Gundre Frank
Andre Gundre Frank bergabung dengan lingkaran penganut teori
dependensia pada tahun 1960-an, dan menjadi motor perkembangan awal
teori tersebut. Dia menjadi terkenal secara internasional, karena berhasil
menyebarluaskan teori tersebut di kalangan akademisi Negara-negara yang
berbahasa Inggris. Itulah makanya di luar Amerika Latin nama Gundre Frank
menjadi identik dengan teori dependensia.
Dengan mengikuti Baran, Frank menekankan pada penggunaan
surplus ekonomi yang menjadi sebab dari underdevelopment. Analisis Frank
ditekankan pada struktur monopoli kapitalisme dan berakibat pada surplus
real dan potensial. Sistem kapitalis dunia ditandai oleh struktur monopolis-
satelite di mana metropolis mengeksploitasi satelite. Hal ini memungkinkan
eksploitasi surplus nyata dari Negara berkembang dan menghindarkan
Negara berkembang untuk mendapatkan surplus mereka. Struktur monopoli
terdapat di berbagai tingkatan: internasional, nasional maupun lokal;
menciptakan situasi eksploitasi dan sebaliknya, menjadi sebab mata rantai
arus surplus dari suatu desa terpencil di Amerika Latin sampai ke Wall Street
New York.
Satelite cenderung semakin didominasi oleh metropolis dan semakin
tergantung. Namun, ada pula kontradiksi dan kapitalisme ini, yakni
perubahan yang berkesinambungan. Di sini dia berpendapat bahwa dasar
struktur kapitalisme tetap tak berubah sejak abad ke-16. Development of
underdevelopment telah terjadi di Negara periphery dan menciptakan
kontradiksi. Itulah makanya konsep development yang diformulasikan ECLA
tak ada arti.

152

Esensi Perspectif Dependensia
Terjadinya kebingungan tentang apa sebenarnya mazhab
dependensia, sebenarnya menyangkut tentang apa akibat konkret secara
eksternal dan internal yang ditimbulkan oleh mahzab ini, sehingga semua
kritik terhadap mahzab ini selalu menjadi tidak fair. Posisi teori yang
dikembangkan teori dependensia tidaklah homogeny, sehingga agak sulit
untuk membuat posisi teoretik umum mahzab ini.
Richard Bath dan Dilmus mencoba membuat klasifikasi dengan
berdasarkan peran teori tersebut, baik internal ataupun eksternal. Mereka
membaginya dalam: conservatives, moderat dan radicals. Klasifikasi lain
dibuat oleh Sanjaya Lall. Ia membuat klasifikasi berdasar pendapat:
1. Mereka yang percaya bahwa dependensia selalu akan membawa
kemiskinan
2. Mereka yang percaya bahwa pertumbuhan dibatasi oleh terbatasnya
pasar, dan karenanya, cepat atau lambat akan mengakibatkan stagnasi
3. Mereka yang percaya bahwa yang pertumbuhan adalah mungkin.
Tetapi selalu menjadi subordinat dari center (Lall, 1975).
Klasifikasi yang ketiga adalah yang diajukan oleh Gabriel Palma (1978). Ia
membedakan teori itu dalam:
1. Dependensia sebagai teori ketergantungan Amerika Latin
2. Dependensia adalah reformulasi dan analisis ECLA terhadap
pembangunan dari Amerika Latin
3. Dependensia sebagai metode untuk menganalisis secara konkret
kasus underdevelopment di Dunia ketiga.
153

Palma membuat analisis yang menarik, suatu analisis seperti yang
dilakukan oleh Narodinks terhadap Rusia pada awal abad ini, bahwa
pembangunan kapitalisme di Rusia adalah mustahil karena berbagai
hambatan struktural. Dia membandingkan antara kritik Lenin dari Narodink,
seperti kritik Marxis terhadap mahzab dependensia (yang disimpatikinya).
Dengan demikian, Palma memilih kategori ketiga, yang tidak memiliki
ambisi teoritis untuk kepentingan diri mereka sendiri, tetapi teori itu justru
diakui sebagai pelengkap dari teori Marxis mengenai imperealisme. Tentu
menjadi perdebatan, apakah dependensia merupaka teori yang berdiri sendiri,
atau menjadi cabang dari Marxism.
Meskipun setiap upaya membuat klasifikasi akan relevan terhadap
kebutuhan yang pembuatannya, pengklasifikasian dapat mengakibatkan
timbulnya kesimpulan yang berbeda tentang peran tori dependensia. Oleh
karena itu, kami mencoba membuat skema multi-dimensional yang
mengeksplisitkan semua criteria. Kami menggunakan enam dimensi untuk
menyimpulkan berbagai pandangan penganut teori dependensia agar lebih
bernuansa, yakni sebagai berikut:
a. Holism versus Partikularisme
Dalam kritiknya terhadap modernisasi, Frank menggunakan konsep
holism sebagai kriteria ilmiah, yang dengan kriteria itu ia menolak teori
pembangunan borjuis. Frank menekankan bahwa keterbelakangan suatu
bangsa di suatu Negara hanya dapat dipahami, jika hal itu dilihat sebagai
akibat dari posisi Negara tersebut dari system yang lebih luas (karena hal itu
merupakan bagian yang integral). Ambisi untuk memahami secara holistic
inilah yang membawanya pada analisis global accumulation of capital, suatu
analisis yang dipakai oleh Frank dan Amin. Model kapitalisme transnasional
154

yang dikembangkan oleh Sunkel juga ditandai dengan ambisi melihat
masalah secara holistik.
Tokoh dependensia lain telah mempersempit analisis mereka pada
masyarakat yang tergantung jika dilihat secara global. Kita lihat misalnya
Dos Santos dan Marini, keduanya mencoba mengembangkan teori
kapitalisme periphery, demikian halnya Cordoso dan Faletto, melihat
pendekatan dependensia sebagai metode analisis yang konkret terhadap
periphery. Itulah makanya nantinya teori ini berkembang menjadi world
system theorist. Pendeknya, kita bisa menyatakan perhatian menuju holism,
yakni menekankan secara menyeluruh yang menjadi karakter penganut
mahzab dependensia, meskipun analisis utama mereka tertuju pada masalah
periphery.
b. Eksternal versus Internal
Disini masalahnya adalah apa yang sesungguhnya mempengaruhi
pembangunan periphery, apakah faktor internal ataukah faktor eksternal.
Faktor eksternal yang dimaksud adalah analisis terhadap hal-hal di luar area
ekonomi nasional, sedangkan faktor internal adalah hubungan kausal tingkat
domestik.
Ada kesalahpahaman terhadap mahzab dependensia, bahwa penganut
mazhab ini dianggap hanya melihat masalah dari faktor eksternal saja, yakni
penetrasi kapitalis-imperialis belaka. Sesungguhnya bagaimana kaitan faktor
internal dan faktor eksternal menjadi masalah mahzab ini, dan diantara
mereka berhasil menemukan jalan keluarnya. Adanya pikiran bahwa kondisi
eksternal secara mekanik menentukan kondisi internal terdapat dalam tulisan
awal Frank. Di atas segalanya, yang menjadi perhatian mazhab ini adalah
155

model kontroversi antara satelit, yakni Wall Steet di New York sampai ke
desa terpencil di India.
Seringkali Frank meningkatkan untuk menolak model interpretasi
mechanical-externalistic, tetapi model itu sendiri menjebak kearah sana.
Akan tetapi harus diingat bahwa dalam tahun 1960-an dependensia terlibat
dalam polemik dengan teori evolusionist pembangunan yang umumnya
mengabaikan hubungan internasional dan mengklaim bahwa pembangunan
nasional pada dasarnya ditentukan secara internal. Dos Santos membedakan
antara konsep conditioning (faktor eksternal) dan determining (faktor
internal). Dengan pembagian ini kelihatan ada tendensi bahwa titik tekan
berubah dari faktor eksternal ke internal. Dalam masalah ini Sunkel lebih
melihatnya sebagai dialektika antara internal dan eksternal, sedangkan
Cordoso lebih cenderung melihat faktor internal.
c. Ekonomi versus Analisis Sosio-Politik
Sejumlah tokoh mazhab ini secara jelas mengacu jelas mengacu pada
analisis ekonomi. Hal ini karena latar belakang disiplin ilmu mereka.
Analisis dependensia awal pada umumnya sangat ekonomis, sedangkan
analisis aspek lain hanya sedikit. Hampir semua tokoh, dari Prebisch sampai
Sunkel, hanya menitikberatkan pada analisis ekonomi. Furtado yang tadinya
sangat ekonomistik berubah analisisnya menjadi sosio-politik.
Formulasi Frank dan Santos melihat masalah ketergantungan
berdasar interaksi antara berbagai ekonomi yang berbeda. Mereka agak sulit
memasukkan analisis struktur kelas dan kondisi politik. Dengan spirit neo-
Marxis, mereka melihat bahwa pembangunan dan keterbelakangan adalah
konsekuensi dari arus surplus ekonomi dalam model metropolis-satelite.
Mazhab dependensia sering dituduh mengabaikan analisis kelas karena bias
156

ekonom mereka. Penggunaan istilah kelas, kesadaran kelas dan
perjuangan kelas memang tidak masuk dalam analisis mereka. Meskipun
Cordoso dan Faletto menekankan struktur sosial maupun kondisi politik,
pendekatan mereka terbatas pada pemerintah dan proses politik pengambilan
keputusan., serta tidak banyak melihat massa rakyat Amerika Latin sebagai
korban underdevelopment.
d. Kontradiksi Regional/Sektoral versus Kontradiksi kelas
Sementara sebagian tokoh menekankan pada polarisasi system total,
baik level internasional maupun nasional, namun sebagian menekankan
analisis pada konflik fundamental dalam kontradiksi kelas atau perjuangan
kelas. Kaum Marxis seringkali mengkritik mazhab dependensia karena
lemahnya analisis kelas. Konradiksi satellite-metropolit Frank pada dasarnya
adalah regional. Menurut Frank, kaum borjuis Amerika Latin tak mampu
memulai proses akumulasi dan tak sadar akan kebutuhan dan interes mereka
sendiri.
Analisis martini tertuju pada kontaradiksi regional. Dia mengklaim
bahwa kapitalis dan buruh di Negara center bersama-sama mengekploitasi
periphery. Sementara itu, Cordoso mencoba melakukan analisis kelas, tetapi
agak rumit, yakni menggunakan kontradiksi antara buruh dan capital.
Cordoso berpendapat bahwa struktur kelas Negara Barat pada dasarnya
berbeda dengan struktur yang berkembang di Brazil. Komponen analisisnya
bukanlah kelas, tetapi hubungan struktural antara berbagai kelompok.
e. Keterbelakangan versus pembangunan
Teori dependensia (ketergantungan) sering disebut juga teori
keterbelakangan (underdevelopment). Menurut teori ini, pembangunan tidak
cocok dengan ketergantungan. Frank dalam hal ini mempunyai pandangan
157

yang ekstrem., sedangkan lawan pandangan ini adalah mereka yang dekat
dengan Marxisme klasik. Harus di jelaskan bahwa yang dimaksud
development adalah kapitalis development. Pertanyaan yang muncul adalah
mungkinkah kapitalisme terjadi di periphery? Bagi Marx dan Engels ini
adalah hal yang lumrah, seperti hukum alam. Bagi Cordoso, kapitalisme di
periphery adalah mungkin, tetapi terbatas pada apa yang disebutnya sebagai
dependent capitalist development. Sunkel sangat pesimis ketika dia melihat
underdevelopment sebagai proses panjang yang akan memarjinalkan dan
mengstagnasikan periphery. Akan tetapi, harus diakui bahwa dalam lapisan
struktur tertentu di periphery menjadi terbelakang, bukan semata-mata
negaranya. Berbeda dengan center, lapisan struktur peripheral ini
mempengaruhi keseluruhan ekonomi nasional.
f. Voluntarisme versus Determinisme
Penganut mazhab dependensi umumnya mencoba membuat analisis
yang relevan secara politik, dan mendefinisikan dengan agak luas konsep
revolusi sosialis. Popularitas mereka di dorong oleh tumbuhnya
ketidaksabaran dan kekalahan partai komunis Amerika Latin. Menurut
pandangan resmi Marxis, Negara Amerika Latin harus bergerak dari
feodalisme ke kapitalisme. Akibatnya, kaum komunis Amerika Latin
mendukung partai borjuis untuk mengembangkan pembangunan industi-
kapitalis dan melawan aliansi antara feudal dan kekuatan imperialis.
Oleh karena kaum neo-Marxist menilai bahwa Amerik Latin telah
menjadi Negara kapitalis, tetapi dalam situasi terbelakang sehingga strategi
mereka berbeda. revolusi sekarang adalah sikap tipikal mereka , dan
revolusi kuba membuka jalan itu. Para tokoh dependensia awal, khususnya
Frank, adalah penganut voluntarisme dan bertentangan dengan pendekatan
kaum komunis yang deterministik itu. Cordoso dalam hal ini berada di antara
158

dua ekstrem, dia menuduh kaum komunis Amerika Latin sebagai sangat
deterministic, dan juga menuduh Debray dan Guevara sebagai voluntarisme.
Sunkel berbeda lagi, pendekatannya lebih kea rah reformisme yang dekat
dengan demokrasi sosial.
Yang paling menghambat pembangunan bukanlah kurangnya modal
ataupun keterampilan wiraswasta, tetapi adanya devisi buruh
internasional.
Devisi buruh internasional dianalisis dalam hubungan antar region
dalam dua hal: center dan periphery diasumsikan sangat penting
karena transfer surplus terjadi dari Negara periphery ke center.
Kenyataaan bahwa periphery telah diperas surplusnya, dan center
menggunakan hasil surplus itu bukan untuk tujuan pembangunan.
Namun, pembangunan di center mengakibatkan underdevelopment
(terbelakangnya) periphery. Development dan underdevelopment
adalah dua aspek dari proses global yang tunggal. Semua region yang
terlibat dalam proses ini disebut kapitalis, bedanya ada yang central
dan ada kapitalis periphery (pinggiran).
Periphery menjadi terbelakang karena hubungannya dengan center.
Maka perlu bagi mereka untuk memutuskan hubungan (disasociate)
dengan pasar dunia dan menekankan pada sikap berdikari. Untuk
memungkinkan hal ini, ttransformasi politik secara revolusi
diperlukan. Begitu hambatan eksternal bisa disingkirkan, secara
otomatis pembangunan akan berjalan.
Saya setuju dengan pendapat Furtado yang mengatak bahwa
Pemerintah harus berjuang untuk merestrukturisasi seluruh ekonomi
sehingga teknologi modern harus disebarluaskan ke seluruh lapisan sector
produksi. Hal itulah yang akan menjamin pemerataan distribusi pendapatan
159

dan akhirnya akan mengakhiri proses marginalisasi rakyat. Penting pula bagi
Negara Amerika Latin untuk mendapat kemandirian teknologi dan
meningkatkan perdagangan inter-regional. Dengan begitu proses
marginalisasi rakyat akan selesai dan akan menjadi lebih maju.
Saya juga setuju denga pendapat Cordoso Mereka melihat
pembangunan ekonomi sebagai campuran berbagai interes kelas dari waktu
ke waktu. Keadaan ketergantungan ekonomi terhadap pasar dunia sangatlah
krusial; kaitan dan respon lokal bisa bermacam-macam. Oleh sebab itu,
situasi ketergantungan terjadi dalam pola yang secara historis berubah. Jadi
kita dapat mengetahui bagaimana keterbelakangan dinegara pingir dan
deskripsi tentang keterbelakangan yang terjadi tersebut setelah bersentuhan
dengan negara maju.
Saya kurang sependapat dengan Dos Santos yang menyatakan bahwa
Dos santos menyatakan bahwa negara pinggiran atau satelit juga bisa
berkembang, meskipun perkembangan ini merupakan perkembangan yang
tergantung, perkembangan ikutan. Untuk melakukan perkembangan, Negara
berkembang masih tergantung pada Negara maju. Menurut saya itu kurang
baik, karena dengan mengikuti perkembangan yang di alami oleh Negara
maju, itu akan menyebabkan a).Kehidupan ekonomi negara pinggir
tergantung ke negara pusat, b).Terjadinya kerjasama modal asing dengan
kelas borjuasi dan kelas penguasa, c).Terjadi ketimpangan yang kaya dan
yang miskin terjadi ekploitasi rakyat kecil.
Saya sependapat dengan Gundre Frank yang menyatakan aliran
ketergantungan berpandangan bahwa aliran modernisasi tidak akan dapat
mensejahterakan masysarakat Dunia Ketiga karena aliran ini
mempertahankan statusquo kelompok yang berkuasa (yaitu Negara maju
yang kapitalistik dan imperialis). Karena selain itu, pembangunan di Negara
160

satelite dipengaruhi 3 komponen utama: modal asing, pemerintah lokal di
Negara satelite, dan kaum borjuis lokal. Itu dapat mempengaruhi Kehidupan
ekonomi negara pinggir tergantung ke negara pusat. Terjadinya kerjasama
modal asing dengan kelas borjuasi dan kelas penguasa. Terjadi ketimpangan
yang kaya dan yang miskin terjadi ekploitasi rakyat kecil.
Jadi menurut pemakalah Teori dependensi baru memberikan
perhatian pada kemungkinan munculnya ciri ketergantungan yang unik dan
khas secara historis seperti yang terjadi di Korea, taiwan dan Indonesia.
Dengan perspektif dependensi baru negara dunia ketiga tidak lagi dipandang
sebagai negara yang bergantung pada asing, tetapi sebagai aktor yang aktif
yang secara cerdik berusaha untuk bekerjasana dengan modal domestik dan
modal internasional. Jika negara dunia ketiga mampu secara selektif, hati-
hati dan terencana membangun hubungan dengan tata ekonomi kapitalis
dunia, maka akan bisa membebaskan dari keterbelakangan dan
ketergantungan.


B. Kapitalisme
Pemikiran Kapitalisme adl sebuah sistem ekonomi yg filsafat sosial dan
politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan
pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Sistem ini telah banyak
melahirkan malapetaka terhadap dunia. Tetapi ia terus melakukan tekanan-
tekanannya dan campur tangan politis sosial dan kultural terhadap bangsa-
bangsa di dunia.
1. Sejarah berdiri dan Tokoh-tokohnya
Eropa pernah diperintah kerajaan Romawi yg telah mewariskan
sistem feodalistik.
161

Dalam rentang waktu antara abad ke-14 sampai abad ke-16 muncul apa yg
disebut kelas bourgeois mengiring tahap feodal dimana keduanya saling
mengisi. Kemudian sejak awal abad ke-16 secara bertahap fase borjuis
disusul dgn fase kapitalisme. Maka yg pertama kali muncul ialah seruan
kebebasan menyusul seruan-seruan nasionalisme sekuler dan penciutan
dominasi spiritual Paus. Di Perancis kemudian muncul aliran bebas pada
pertengahan abad ke-18 yg melahirkan kaum naturalis.
2. Prinsip-prinsip Kapitalisme
Mencari keuntungan dgn berbagai cara dan sarana kecuali yg terang-
terangan dilarang negara krn merusak masyarakat seperti heroin dan
semacamnya.
Mendewakan hak milik pribadi dgn membuka jalan selebar-lebarnya
agar tiap orang mengerahkan kemampuan dan potensi yg ada utk
meningkatkan kekayaan dan memeliharanya serta tidak ada yg
menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yg cocok utk
meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan
negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yg yg
sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan
keamanan.
Perfect Competition .
Price system sesuai dgn tuntutan permintaan dan kebutuhan dan
bersandar pada peraturan harga yg diturunkan dalam rangka
mengendalikan komoditas dan penjualannya.
3. Bentuk Kapitalisme
Kapitalisme perdagangan yg muncul pada abad ke-16 setelah
dihapusnya sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha
mengangkat hasil produksinya dari satu tempat ke tempat lain sesuai
162

dgn kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi sebagai perantara
antara produsen dan konsumen
Kapitalisme industri yg lahir krn ditopang oleh kemajuan industri
dgn penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin
tenun tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan revolusi industri
di Inggris dan Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme industri ini
tegak di atas dasar pemisahan antara modal dan buruh yakni antara
manusia dan mesin.
Sistem Kartel yaitu kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam
membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan utk
memonopoli pasar dan pemerasan seluas-luasnya. Aliran ini tersebvar
di Jerman dan Jepang.
Sistem Trust yaitu sebuah sistem yg membentuk satu perusahaan
dari berbagai perusahaan yg bersaing agar perusahaan tersebut lbh
mampu berproduksi dan lbh kuat utk mengontrol dan menguasai
pasar.
Pendapat Adam Smith yg paling penting ialah tentang ketergantungan
peningkatan perekonomian kemajuan dan kemakmuran kepada kebebasan
ekonomi yg tercermin pada Kebebasan individu yg memberikan seseorang
bebas memilih pekerjaannya sesuai dgn kemampuannya yg dapat
mewujudkan penghasilan yg dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Kebebasan
berdagang di mana produktivitas peredaran produksi dan distribusinya
berlangsung dalam iklim persaingan bebas.
Kaum kapitalis memandang kebebasan adl suatu kebutuhan bagi individu
utk menciptakan keserasian antara dirinya dan masyarakat. Sebab kebebasan
itu adl suatu kekuatan pendorong bagi produksi krn ia benar-benar menjadi
hak manusia yg menggambarkan kehormatan kemanusiaan.
163

Perbaikan-perbikan Kapitalisme Inggris sampai tahun 1875
merupakan negara kapitalis terbesar dan termaju. Tetapi pada perempat akhir
abad ke-19 muncul Amerika Serikat dan Jerman. Menyusul Jepang setelah
perang dunia ke-2.
Pada tahun 1932 di Inggris negara mulai langsung melakukan campur
tangan secara basar-besaran. Di Amerika campur tangan negara mulai
ditingkatkan sejak tahun 1933. Di Jerman campur tangan negara dimulai
sejak Hitler. Tujuannya tidak lain hanyalah memelihara kesinmbungan
kapitalisme.
Campur tangan negara ini terutama dalam bidang perhubungan pengajaran
dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara dan masa peraturan yg
bersifat sosial seperti asuransi sosial dan orang-orang jompo pengangguran
orang lemah pemeliharaan kesehatan perbaikan pelayanan dan peningkatan
taraf hidup. Kapitalisme mulai berorientasi kepada perbikan sektoral
disebabkan munculnya kaum buruh sebagai kekuatan produktif di negara-
negara demokrasi tekanan dari komite hak-hak azasi manusia dan utk
membendung ekspansi komunisme yg berpura-pura menolong kaum buruh
dan mengklaim sebagai pembelanya.
Menurut pemakalah Kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang
meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak
dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi
pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan
pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi
universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan
kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad
ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan
164

komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat
bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun
melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti
tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi.
Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan
bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga
untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem
perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal
dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme
tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan
keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya
pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad
yang lalu.
Pemerintah mendominasi bidang perdagangan selama berabad-abad
namun kemudian malah memunculkan ketimpangan ekonomi.Para pemikir
ini mulai beranggapan bahwa para borjuis, yang pada era sebelumnya mulai
memegang peranan penting dalam ekonomi perdagangan yang didominasi
negara atau lebih dikenal dengan merkantilisme, seharusnya mulai
melakukan perdagangan dan produksi guna menunjang pola kehidupan
masyarakat.
Adam Smith adalah seorang tokoh ekonomi kapitalis klasik yang
menyerang merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi
masyarakat.Ia menyerang para psiokrat yang menganggap tanah adalah
sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi haruslah
bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-
uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan
165

beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam
Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan
mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau
kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai
pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
C. Teori Pasca Ketergantungan
Teori pasca-ketergantungan ini muncul sebagai alternative dari teori
sebelumnya, teori ketergantungan dan memberi perspektif baru pada teori-
teori pembangunan pada umumnya.
Salah satu persfektif penting yang diberikan adalah bahwa aspek
eksternal dari pembangunan menjadi penting. Sebelumnya aspek tersebut
kurang dianggap berperan. Negara-negara lain hanya dianggap sebagai mitra
dagang, yang sering kali sangat membantu proses pembangunan yang terjadi
di suatu Negara. Ataupun dianggap menghambat, paling-paling karena
Negara itu sangat besar kekuatan ekonominya, sehingga Negara yang sedang
membangun tidak bisa bersaing dengan mereka.
1. Teori-Teori Pasca Ketergantungan
a. Teori Liberal
Teori liberal pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi oleh teori
ketergantungan, teori liberal tetap berjalan seperti sebelumnya yakni
mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah masalah utama
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Teori yang dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih mengembangkan diri
pada keterampilan teknisnya, yakni bagaimana membuat table input-output
yang baik, bagaimana mengukur keterkaitan diantara berbagai sector
166

ekonomi dan sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi, yang
kurang dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik bisa dimasukkan ke
dalam model mereka.
Kritik terhadap teori liberal pada umumnya berkisar pada ketajaman
definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada dianggap terlalu kabur,
sulit dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa kejelasan dan ketajaman
konsep konsep dasarnya, teori ketergantungan lebih merupakan sebuah
retorika belaka.
Agar konsep ketergantungan dapat di pakai untuk menyusun teori,
maka ada dua kriteria yang harus dipenuhinya, yaitu:
a. Gejala ketergantungan ini harus hanya ada di negara negara yang
ekonominya mengalami ketergantungan dan tidak di negara yang
tidak tergantung dengan negara lain.
b. Gejala ini mempengaruhi perkembangan dan pola pembangunan di
negara negara yang tergantung.
Dari penelitiannya terhadap aspek ekonomi dan sosiopolitik dari gejala
ketergantungan , Lall melihat bahwa gejala ini juga terdapat di Negara-
negara yang dianggap tidak tergantung. Misalnya tentang dominasi modal
asing.
b. Teori Artikulasi
Mula-mula dikembangkan oleh Claude, Meillassoux dan Pierre
Philippe Rey Berititik tolak dari konsep formasi social. Dalam Marxisme
dikenal konsep cara produksi (mode of production) , misalnya cara
produksi kapitalis, cara produksi sosialis, dsb. Masing-masing cara
produksi tersebut mempunyai ciri sendiri dibandingkan dengan cara
produksi lainnya.
167

Ada peralihan dari satu cara produksi ke produksi lain. Peralihan itu
memakan waktu berabad-abad. Pada waktu peralihan inilah dimungkinan
ada beberapa cara produksi sekaligus. Pada tataran nyata dimungkinkan
cara produksi kapitalis bersamaan dengan cara produksi feodal. Kondisi
diatas dinamakan formasi sosial, yaitu ada cara produksi yg lebih dari satu
ada bersama.
Menurut Marx: Di satu formasi sosial, ada 1 jenis cara produksi yang
menguasai cara produksi lainnya. Cara produksi yg dominan ini berfungsi
seperti memberi pengaruh dan mengubah sifat-sifat utama dari cara produksi
lainnya. Bila cara produksi feodal dominan maka disebut formasi sosial
feodal. Perbedaan dominasi itu yg memunculkan konsep artikulasi.
Pendapat Teori Artikulasi: Kapitalisme di negara Pinggiran tidak
bisa berkembang karena artikulasinya atau kombinasi unsur-unsurnya tidak
efisien. Kegagalan kapitalisme di negara pinggiran karena cara produksi
yang ada di negara tersebut saling bertentangan dan menghambat. Teori
Artikulasi disebut juga sebagai teori yang memakai pendekatan cara
produksi. Pada teori ini, persoalan keterbelakangan dilihat dalam lingkungan
proses produksi. Bagi teori artikulasi, keterbelakangan di Negara-negara
duniaketiga harus di dilihat sebagai kegagalan dari kapitalisme untuk
berfungsi secara murni. Sebagai akibat dari adanya cara produksi lain di
Negara-negara tersebut.
2. Bill Waren
Warren membantah inti teori ketergantungan, yakni bahwa perkembangan
kapitalisme di Negara-negara pusat dan pinggiran berbeda. Menurutnya,
kapitalisme di Negara manapun sama. Inti dari kritik Warren adalah :
Bahwa dalam kenyataannya, negara-negara yang tergantung
168

menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan
proses industrialisasinya. Bahkan kemajuan ini menunjukkan
bahwa negara-negara yang tergantung ini sedang mengarah pada
pembangunan yang mandiri. (Hal ini berbeda dengan pandangan
kaum Marxis) Oleh karena itu, dia menyimpulkan : Jadi,
berlawanan dengan pendapat umum yang ada, dunia ketiga tidak
mengalami kemandekan secara relative maupun absolut setelah
perang dunia ke dua, sebaliknya, kemajuan yang berarti dalam hal
kemakmuran material dan pembangunan kekuatan produksi telah
tercapai, dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
keadaan sebelum perang. Kenyataan ini juga berlawanan dengan
pandangan kaum marxis yang menyatakan bahwa pembangunan
nasional yang mengikuti jalan kapitalis bisa terjadi di dunia
ketiga.

3. Immanuel Wallerstein (Teori SistemDunia)
Mengemukakan Teori sistem dunia Ia mengkritik bahwa teori
ketergantungan tidak bisa menjelaskan pembangunan di dunia ketiga, yang
bisa dijelaskan hanya gejala terjadinya keterbelakangan.
Dunia dikuasai oleh sistem-sistem kecil atau sistem mini dalam
bentuk kerajaan-kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya karena waktu itu
belum ada sistem dunia. Dan masing-masing sistem mini tidak saling
berhubungan atau dunia waktu itu terdiri dari banyak sistem mini yang
terpisah.
Kemudian terjadi penaklukan-penaklukan secara militer maupun
bergabung dengan sukarela, lalu muncul apa yang disebut kerajaan dunia
169

(world empire). Kerajaan dunia ini mengendalikan kawasannya melalui
sebuah sistem politik yang dipusatkan.
Perkembangan teknologi perhubungan dan perkembangan di bidang
lain kemudian memunculkan sistem perekonomian dunia yang menyatu.
Dengan kata lain, sistem perekonomian dunia adalah satu-satunya sistem
dunia yang ada. Sistem dunia inilah yang sekarang ada sebagai kekuatan
yang menggerakkan negara-negara di dunia. (Sistem dunia saat ini hanya
satu yakni kapitalisme global pasar internasional) Sistem dunia = kekuatan
yang menngerakkan Negara-negara di dunia (termasuk sistem ekonomi,
misalya kapitalisme global, ekonomi pasar, dsb.).
Menurutnya, sebuah sistem dunia tidaklah harus berarti menguasai
seluruh dunia, atau harus ada satu kekuasaan pusat, Negara-negara dapat
berdiri sendiri dengan pembagian kerja tertentu satu dengan yang lain dan
dapat bekerjasama.
Dalam mengadopsi teori ketergantungan, Ia mengklasifikasikan negara-
negara menjadi 3 kelompok kelas:
1. Negara pusat (Negara maju)
2. Negara setengah pinggiran (Negara semi-periphery)
3. Negara pinggiran (Negara terbelakang/ periphery)
Dengan komposisi:
v 1 mengeksploitir 2
v 2 mengeksploitir 3
v 3 yang paling dieksploitir .
170

Perbedaan pokok diantaranya adalah pada pada kekuatan ekonomi,
dan yang paling kuat adalah negara pusat. Ketiganya saling berinteraksi,
sehingga untuk menganalisis suatu negara harus dilihat sebagai
keseluruhan dunia.
Setiap kelompok negara bisa naik atau turun kelas. Setelah negara-
negara Eropa hancur (inggris, belanda dan perancis) kini amerika yang
terkuat. Munculnya negara-negara industri baru (korsel,taiwan, singapura
hongkong, cina) merupakan contoh naiknya kelas negara pinggiran ke
setengah pinggiran dan mungkin merebut menjadi pusat .
Strategi proses kenaikan kelas (pandangan teori sistem dunia)
1. Dengan merebut kesempatan yang datang
Hanya bisa dilakukan dengan cara merebut kesempatan yang
datang.
Pada suatu kondisi tertentu karena tidak seimbangnya
perdagangan negara pusat dan pinggir, akan terjadi harga barang
mentah sangat murah dan harga barang industri/ olahan sangat
mahal negara pingiran tidak tidak bisa impor barang industri
olahan.
Karena itu, harus berani melakukan tidakan radikal, antara lain:
Melakukan industrialisasi di negeri sendiri sebagai substitusi
barang-barang impor tsb. Dengan resiko ada ketergantungan lain
yaitu barang-barang seperti impor mesin produkasi.
Mengoptimalkan potensi dalam negeri dan kencangkan ikat
pinggang barang produksi
2. Melalui undangan (keikutsertaan dalam saham multi national
coorporation)
171

Biasanya karena keterbatasan tenaga kerja dan wilayah di negara
pusat, maka mereka berusaha mengekspansi perusahaan
multinasional ke negara lain.
Mereka butuh mitra usaha di negara lain, termasuk mendirikan
perusahaan-perusahaan/pabrik sebagai cabangnya. Bagi negara
pinggirian yang menerima tawaran seperti ini, maka akan banyak
berdiri perusahaan/pabruk, tetetapi milik negara luar.
Kegiatan industrialisasi seakan cepat berkembang, penduduk
tertampung sebagai pekerja, dan sebagaian keuntungan akan
dinikmati oleh negara pingiran tersebut.
Dalam hal ini tergantung bargaining yang dibuat antara negara
pinggirian dan pusat kapan negara pinggirian dapat naik kelas/
kapan paerusahaan dapat dialihkan kepemilikannya ke negara
pinggir. Dengan cara demikian negara pinggir akan menjadi
negara setengah pinggiran
3. Memandirikan negara sendiri
Berusaha melepas ketergantungan dengan negara pusat.
Tergantung ada tidak kesempatan untuk ini. Punyakah kemampuan
untuk lepas dari kungkungan negara pusat. Contohnya adalah negara
kenya dengan konsep ujamaa untuk melepaskan dari eksploitasi
negara maju.
Menurut pemakalah Teori liberal pada dasarnya tidak banyak
dipengaruhi oleh teori ketergantungan, teori liberal teteap berjalan
seperti sebelumnya yakni mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal
dan investasi adalah masalah utama dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Kritik terhadap teori liberal pada umumnya berkisar pada
ketajaman definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada
172

dianggap terlalu kabur, sulit dijadikan sesuatu yang operasional.
Tanpa kejelasan dan ketajaman konsep konsep dasarnya, teori
ketergantungan lebih merupakan sebuah retorika belaka.
Teori liberal pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi oleh
teori ketergantungan. Teori liberal tetap berjalan seperti sebelumnya,
yakni mengikuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah
masalah utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori yang
dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih mengembangkan diri pada
keterampilan teknisnya, yakni bagaimana membuat table input-output
yang baik, bagaimana mengukur keterkaitan diantara berbagai sector
ekonomi dan sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi,
yang kurang dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik bisa
dimasukkan ke dalam model mereka. Teori Artikulasi bertitik tolak
dari konsep Formasi Sosial. Dalam marxisme dikenal konsep cara
produksi (mode of production), misalnya cara produksi feodal, cara
produksi kapitalis, dan cara produksi sosialsi, yang ketiganya
memiliki perbedaan. Misal dalam kapitalisme terdapat pasar bebas,
akumulasi modal yang cepat dan sebagainya. Namun, kenyataan yang
sesungguhnya dalam masyarakat tidak hitam putih seperti itu.
Adanya cara peralihan seperti dari cara produksi feodal ke kapitalis
bukan terjadi pada hitungan hari, tetapi memakan waktu yang lama
dan pada waktu peralihan yang lama inilah terjadi percampuran dari
dua atau lebih cara produksi. Oleh karena itu, gejala di mana
beberapa cara produksi ada bersama disebut dengan formasi sosial.
Teori Artikulasi disebut juga sebagai teori yang memakai pendekatan
cara produksi. Pada teori ini, persoalan keterbelakangan dilihat dalam
lingkungan proses produksi. Bagi teori artikulasi, keterbelakangan di
173

Negara-negara duniaketiga harus di dilihat sebagai kegagalan dari
kapitalisme untuk berfungsi secara murni. Sebagai akibat dari adanya
cara produksi lain di Negara-negara tersebut.
Warren membantah inti teori ketergantungan, yakni bahwa
perkembangan kapitalisme di Negara-negara pusat dan pinggiran
berbeda. Kapitalisme di negara manapun sama. Oleh karena itu, tesis
warren cenderung menjadi a-historis dan dekat dengan teori para ahli
ilmu social liberal. Inti dari kritik Warren adalah bahwa dalam
kenyataannya, negara-negara yang tergantung menunjukkan
kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan proses industrialisasinya.
Bahkan kemajuan ini menunjukkan bahwa negara-negara yang
tergantung ini sedang mengarah pada pembangunan yang mandiri.
D. Teori Globalisasi
Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan
masyarakat domestik/lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang.
Pertukaran barang dan jasa, pertukaran dan perkembangan ide-ide mengenai
demokratisasi, hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan hidup, migrasi dan
berbagai fenomena human trafficking lainnya yang melintas batas-batas
lokalitas dan nasional kini merupakan fenomena umum yang berlangsung
hingga ke tingkat komunitas paling lokal sekalipun. Pendek kata, komunitas
domestik atau lokal kini adalah bagian dari rantai perdagangan, pertukaran
ide dan perusahaan transnasional. Yang perlu diperhatikan adalah implikasi
dari kecenderungan-kecenderungan itu. Kita perlu memperhatikan
munculnya global governance yang mengatur berbagai kecenderungan tadi.
Dalam bidang perdagangan, pemerintah nasional kita adalah anggota dari
WTO (World Trade Organization) yang terikat dengan aturan-aturan yang
diratifikasi di dalamnya.
174

Dalam hal perburuhan kita juga adalah anggota ILO (International
LaborOrganization) yang semakin memperhatikan prinsip-prinsip penerapan
HAM dalam kehidupan kaum buruh. Demikian pula dalam isu-isu yang
berhubungan dengan prinsipprinsip pelestarian lingkungan hidup, kita
termasuk salah satu negara yang menandatangani Protokol Kyoto yang
mengatur pengurangan emisi karbon dan sejumlah gas lainnya yang
mengancam keberadaan ozon dan menimbulkan efek pemanasan global.
Melihat implikasi yang isunya begitu beragam tetapi begitu mendalam dan
spesifik konteks persoalannya, globalisasi bukanlah fenomena hitam putih
yang bisa secara mudah dan cepat dikelola. Fenomena ini berada di sekitar
dan bahkan embedded dengan berbagai kepentingan kita. Global governance
di berbagai area -yang sebagian sudah disebut tadi- tidak saja
menggambarkan kompleksitas persoalannya, tetapi juga sekaligus
menawarkan ide atau bahkan aturan main alternatif untuk mengelola dan
menyelesaikan persoalanpersoalan di seputar isu-isu itu.
Eksplorasi berbagai ide, inisiatif dan tindakan yang berasal dari
kalangan domestic atau lokal (local genuines) oleh karenanya perlu secara
serius dilakukan agar pertentangan global versus lokal tidak menemukan
jalan keluar yang ekstrim, yaitu either simply join the club or go to hell
with globalization. Proses 'glokalisasi' yang menggabungkan arus
globalisasi dari atas dengan berbagai tradisi, nilai atau ide lokal adalah salah
satu tema yang perlu mendapat kajian mendalam. Dalam sejumlah studi,
proses ini tidak hanya mengidentifikasi kecenderungankecenderungan yang
berorientasi ke politik dan pasar global, tetapi juga kecenderungan
fragmentasi kultural dan sosial yang bermuara pada penemuan kembali
(reinvention) tradisitradisi dan identitas lokal. Eropa adalah salah satu contoh
di mana pusaran pasar dan politik global tidak serta merta menghilangkan
identitas lokal. Ketika Belgia mendesentralisasi proses dan kegiatan
175

politiknya, Catalonia pada saat yang sama mendapatkan otonomi yang lebih
besar. Proses globalization from below dengan demikian perlu
dikembangkan untuk menandingi dan sekaligus mendampingi proses hiper-
globalisasi yang selama ini digambarkan secara amat menakutkan.
Pertanyaannya: bagaimana melakukan itu? Pada level negara/pemerintah,
proses itu bisa dilakukan dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang
dituntun oleh strategi penyesuaian yang cocok untuk merespon perubahan-
perubahan di tingkat global. Penelitian oleh Nanang Pamuji Mugasejati dkk.
(Jurusan llmu Hubungan Intemasional FISIPOL UGM & Balitbang Deplu,
2000) merekomendasikan 5 (lima) strategi penyesuaian yang secara teoretik
bisa diadopsi. Rekomendasi ini ditawarkan setelah terlebih dahulu
mengidentifikasi 2 (dua) macam rute yang selama ini dilalui ketika
perubahan-perubahan di tingkat global mempengaruhi tingkah laku negara
dan masyarakat di tingkat domestik. Rute pertama menggambarkan proses
perubahan di tingkat global yang menyebabkan munculnya institusi
internasional. Institusi ini kemudian memiliki peluang untuk mempengaruhi
negara dan masyarakat domestik. Di rute yang pertama ini peran lembaga-
lembaga formal antar-negara di tingkat internasional adalah sentral. Rute
kedua menggambarkan proses perubahan di tingkat global yang
menyebabkan munculnya institusi trans-nasional. Institusi ini kemudian
mempengaruhi terutama masyarakat domestik tetapi juga negara. Di rute
yang kedua inilah kita melihat peran komunitas internasional, sepert i
komunitas epistemik, dalam mempengaruhi masyarakat domestik.
Berikut ini 5 (lima) strategi penyesuaian yang diajukan.
Pertama, strategi otonomi nasional. Dalam strategi ini mengurangi
dalam jumlah besar atau bahkan menghentikan sama sekali kontak dengan
dunia internasional yang dianggap akan membahayakan kedaulatan dan
otonomi dalam pengambilan kebijakannya. Dalam bidang ekonomi, kasus
176

Kuba dan Korea Utara adalah contoh ekstrim ketika mereka mengambil jalan
isolasi. Dalam isu non-ekonomi, seperti hak asasi manusia (HAM) dan
demokratisasi, sejumlah negara membuat kebijakan yang membatasi
warganya terhadap akses informasi atau partisipasi politik guna mencegah
intervensi nilai-nilai global.
Strategi kedua adalah pengakuan timbal balik (mutual recognition).
Strategi ini masih
menyisakan keputusan atau kebijakan politik sebagai otoritas negara, akan
tetapi menyerahkan proses integrasi ekonomi domestik ke dalam pasar
internasional ditentukan oleh kekuatan pasar. Negara berusaha menciptakan
kebijakan yang sesuai dengan keinginan pasar dan bekerjasama dengan
negara lain dalam bentuk konsultasi yang tidak mengikat.
Strategi ketiga adalah koordinasi. Strategi ini menekankan pada
pentingnya kerjasama antar-negara agar kebijakan nasional masing-masing
bisa saling bersesuaian. Tujuannya menghindarkan pay-off yang tidak
diinginkan bersama. Strategi ini mendorong negara untuk aktif dalam
berbagai perundingan internasional yang berupaya membentuk institusi-
institusi internasional dalam isu-isu tertentu.
Strategi keempat: adalah harmonisasi eksplisit (explicit
harmonization) atau Dalam strategi ini negara rnenerima adanya joint-
adjustment dalam kebijakan nasionalnya. Di sini berlaku juga proses
monitoring yang dilakukan oleh institusi internasional untuk menjamin
adanya kepatuhan terhadap setiap kesepakatan yang berlaku. Ini berlaku
secara substantif maupun prosedural. Kebijakan Negara yang menyesuaikan
berbagai kesepakatan dalam bidang investasi internasional di Negara-negara
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) seperti
termuat dalam MAI (Multilateral Agreement on Investment) adalah contoh
penerapan kebijakan ini.
177

Strategi kelima adalah federalist mutual governance. Strategi ini
mendorong Negara untuk menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada
institusi internasional dengan membentuk suatu organ supra-negara. Uni
Eropa dalam batas-batas tertentu adalah contoh sebuah istitusi internasional
yang memiliki organ-organ supra-negara untuk mengatur bidang-bidang
tertentu. Salah satunya adalah rejim moneter yang menerbitkan dan mengatur
peredaran mata uang Euro di negara-negara anggotanya.
Terakhir, pada level individual atau masyarakat, kita bisa
mengadopsi strategi yang ditawarkan oleh Brechen & Costello (1994) yang
mereka sebut sebagai Strategi Liliput. Strategi ini menekankan pada aksi
non-negara atau non-pemerintah yang bisa dilakukan oleh para aktivis
masyarakat, buruh, akademisi, pengusaha, partai politik, atau bahkan aparat
negara yang concern terhadap proses globalisasi yang merugikan banyak
kalangan masyarakat. Inilah guidelines-nya :
1. Linking self-interest with common interest
2. Linking the global to the local
3. Linking North and South
4. Linking constituences across borders
5. Linking particular interest with wider Commonalities
6. Linking issues and constituencies
7. linking the threatened with the marginalized
8. Linking different power sources
9. Linking struggle against targeted institutions
10. Linking resistance with institutional change
11. Linking economic issues and democratization



178

BAB IX
PENGEMBANGAN KOMUNITAS DALAM DIMENSI-DIMENSI
PEMBANGUNAN
A. Pengembangan Komunitas
Salah satu cara memahami pengertian suatu konsep adalah melalui
definisinya. Sehubungan dengan hal tersebut, community development
ternyata mempunyai banyak definisi, bahkan dapat dikatakan sangat banyak.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan tulisan hayden (1979: 175 ) yang
menyajikan sejumlah definisi yang berbeda yang berlaku dalam berbagai
Negara. Ia menyajikan definisi community development yang berlaku di
inggris, amerika serikat, kanada, india, Rhodesia dan juga definisi yang
digunakan perserikatan bangsa-bangsa. Community development adalah
suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan
dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi social ekonomi dan
cultural komunitas, mengintegrasikan komunitas kedalam kehidupan
nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi
kemajuan nasional.
Definisi tersebut juga definisi lain yang senada, pada umumnya
mendapat kritik paling tidak dalam hal adanya unsure patronase yang
terkandung di dalamnya. Penilaian semacam itu muncul karena dalam
definisi tersebut terkesan adanya orientasi yang lebih mengarah pada
kepentingan masyarakat makro dibandingkan kehidupan komunitas. Di
samping itu juga dirasakan hubungan antara komunitas dengan otoritas
pemerintah bersifat vertical. Seolah- olah otoritas di luar komunitas yang
lebih memiliki sumber daya, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
skill, sehingga berprofesi sebagai pihak pemberi dan komunitas sebagai
pihak penerima.
179

Kesan akan adanya hubungan vertical antara badan-badan
pembangunan pemerintah dan non pemerintahdengan komunitas yang akan
dibangun juga semakin menguat dari anggapan adanya beberapa waktu yang
lalu bahwa strategi community development diperuntukkan bagi usaha
membantu pengembangan masyarakat yang masih terbelakang bahkan
primitive.
Melalui pemikiran seperti itu, kemudian dianggap bahwa jarak dalam
tingkat peradaban antara komunitas yang hendak di bantu dengan badan-
badan pembangunann dari luar komunitas. Dalam hal ini, pihak dari luar
komunitas yang lebih maju peradabannya akan membantu masyarakat untuk
mempercepat proses perubahan dan pembaruan guna mengejar ketinggalan.
Dalam tinjauan ilmu politik penertian community development
seperti itu juga mudah menimbulkan kehawatiran sebagai sarana
memperkuat penetrasi Negara terhadap masyarakat. Dalam konteks
hubungan antara Negara dengan masyarakat, community development
mengandung dua proses yang berjalan serentak namun kontradiktif, yaitu
proses memasukkan desa kepada Negara dan proses memasukkan Negara
dalam desa (Masoed, dalam soemarjono,1994:24). Penetrasi Negara ke desa
akan lebih menguat apabila proses kedua yang lebih dominan. Kekhawatiran
akan tinjauan politik tersebut akan memperoleh dasarnya apabila digunakan
untuk memahami pelaksanaan community development yang dilancarkan
oleh pemerintah colonial di daerah jajahannya. Barang kali pertanyaan yang
akan muncul dari fenomena tersebut apakah pemerintah colonial demikian
murah hatiterhadap masyarakat jajahannya, ataukah apa maksud dan
kepentingan politik di balik usaha tersebut.
Sebagai bahan perbandingan dapat ditampilkan definisi yanh di
rumuskan Christenson dan Robinson (1989:14). Dengan terlebih dahulu
180

memaparkan sejumlah definisi yang sudah ada, mereka kemudian
mendefinisikan community development sebagai suatu proses dimana
masyarakat yang di tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa
untuk melaksanakan suatu tindakan social untuk mengubah situasi ekonomi,
social, cultural dan atau lingkungan mereka. Dari rumusan tersebut terlihat
kesan bahwa definisi Christenson dan robinson hendak menyatakan bahwa
dalam community development intervensi bukanlah hal yang mutlak, justru
yang lebih penting adalah prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam proses
yang berlangsung walaupun terkesan adanya variasi dalam definisi yang ada
dengan masing-masing memberikan penekanan pada aspek yang berbeda,
tetapi dapat di tarik beberapa prinsip umum yang selalu muncul.
Prinsip-prinsip tersebut adalah (1)focus perhatian di tujukan pada
komunitas sebagai suatu kebulatan (2) berorientasi pada kebutuhan dan
permasalahan komunitas (3) mengutamakan prakarsa, partisipasi dan
swadaya masyarakat.
Di tempatkannya komunitas sebagai focus perhatian dan di lihat
sebagai focus kebulatan lebih memungkinkan mengingap berbagai cirri dan
karakteristik yang terkandung dalam komunitas tersebut. Conyers (1994:190)
mengemukakan adanya tiga kreteria dalam pengertian komunitas. Pertama,
konsep komunitas memiliki komponen-komponen fisik yang
menggambarkan adanya kelompok manusia yang hidup di daerah tertentu
dan saling mengadakan interaksi. Kedua, anggota komunitas pada umumnya
memiliki beberapa cirri khas yang sama yang menyebabkan timbulnya
identifikasi mereka sebagai sebuah kelompok. Ketiga, suatu komunitas pada
umumnya memiliki keserasian dalam hal perhatian dan aspirasi. Sementara
itu davies (1991:108) menyatakan bahwa elemen yang ada dalam suatu
komunitas adalah lokalitas, hubungan emosional, keterlibatan social, kohesi
181

social dan kepentingan bersama. Dalam kehidupan bersama, elemen tersebut
mendorong tumbuhnya jaringan social dan komunitas yang lebih baik
melalui interaksi dan relasi social yang bersifat formal maupun informal.
Jaringan social ini mempunyai kapasitas untuk mendorong tindakan
individual maupun tindakan kolektif dalam menghadapi berbagai persoalan.
Hal itu di sebabkan karena berbagai karakteristik yang melekat pada
konsep komunitas tersebut memungkinkan dalam kehidupan yang berada
dalam suatu lokalitas tertentu terkandung adanya kesadaran kolektif dan
solidaritas social di antara para warganya. Kesadaran kolektif dan solodaritas
social tadi akan merupakan modal social dan energy social yang cukup besar
dalam mendasari tindakan social social bersama bagi peningkatan kehidupan
social bersama, ekonomi maupun cultural. Ukuran komunitas sebagai satuian
kehidupan bersama yang tidak terlalu besar mengakibatkan antar anggota
saling mengenal secara pribadi sehingga menumbuhkan saling percaya,
tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga dapat dilakukan usaha dan aktifitas
bersama secara efisien. Selanjutnya agar tindakan bersama tersebut lebih
bersandar pada prakasa dan partisipasi masyarakat sendiri dibutuhkan adanya
kompetensi masyarakat terhadap proses pembangunan di lingkungan
kehidupannya.
Pada tingkat warga masyarakat kompetensi terhadap proses
pembangunan di wujudkan dalam dua hal: tanggung jawab social dan
kapasitas. Setiap warga masyarakat merasa bahwa proses pembangunan di
lingkungan komunitas untuk meningkatkan taraf hidup, merupakan tanggung
jawab mereka sendiri, di samping itu untuk mengaktualisasikan tanggung
jawab social tersebut warga masyarakat perlu mempunyai kapasitas untuk
melakukannya, baik dalam merencakan maupun melaksanakan
pembangunan secara mandiri. Pada tingkat komunitas kompetensi tersebut
182

dilakukan dengan adanya komunitas yang kompoten. Komunitas yang
kompoten merupakan kehidupan bersama yang memiliki empat komponen
berikut: (1) mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitas, (2)
mampu mencapai kesepakatan sasaran yang hendak di capai dan skala
prioritasnya, (3) mampu menemukan dan menyepakati cara dan alat sebagai
sasaran yang telah di sepakati bersama, (4) mampu bekerja sama secara
rasional dalam bertindak mencapai sasaran ( Ndraha, 1987:58).
Dipandang dari terminology yang digunakan, konsep community
development juga sering dikatakan mengandung potensi kontradiksi. Hal ini
disebabkan karena dalam konsep community terkandung tiga elemen penting
yaitu lokalitas, kehidupan social yang terorganisasi dan solidaritas social. Di
lain pihak, dalam konsep development terkandung unsure perubahan kondisi
social ekonomi. Unsure-unsur yang terkandung dalam kedua konsep dapat
berjalan seiring dengan saling mendukung, tetapi dapat juga sebaliknya.
Sebagai contoh hubungan yang tidak saling mendukung adalah, perubahan
kehidupan ekonomi dalam suatu masyarakat dapat mengakibatkan lemahnya
solidaritas masyarakat. Menanggapi permasalahan tersebut, para
pengembangnya mengatakan bahwa strategi community development justru
ingin mengintegrasikan dan mensinergikan unsure-unsur dari kedua konsep
tersebut, yang sekaligus merupakan cirri khasnya. Dengan kata lain dapat
dijelaskan, bahwa dalam community development terkandung pembangunan
ekonomi sekaligus pembangunan manusia dan relasi sosialnya dalam posisi
saling mendukung.
Pembangunan ekonomi tanpa pembangunan aspek manusianya tidak
dapat di sebut sebagai community development (Christenson dan Robinson,
1989:4). Penjelasan yang senada juga dapat dijumpai dalam uraian sanders
(1958) dalam rangka menjelaskan hubungan sekaligus perbedaan antara
183

community development dan community organization. Ia mengurai konsep
community development dengan menggunakan analogi nama orang barat
tang pada umumnya mengandung first name dan surname. Dalam hal ini
community sebagai first name dan development sebagai surname.
Community sebagai first name sebetulnya yang dimaksud adalah community
organization yang didalamnya memiliki penekanan dan partisipasi
masyarakat dan perencanaan social, sedangkan development srbagai surname
yang di maksudkan adalah economic development yang mengandung unsure
peningkatan produktifitas dan efisiensi, distribusi sumber daya dan perbaikan
kondisi ekonomi. Dengan demikian, community development adalah
community organization yang mengandung unsure pembangunan ekonomi
yang juga mempunyai watak social atau watak sebagai pembangunan
manusia.
Dengan demikian melalui community development sebagai proses
untuk meningkatkan kondisi kehidupan yang memberikan focus perhatian
pada komunitas sebagai kesatuan kehidupan bermasyarakat, guna
merealisasikan tujuan tersebut cenderung lebih mengandalkan pada
pemanfaatan dan pemberdayaan energy yang ada dalam komunitas
kehidupan itu sendiri. Sebagaimana sudah di singgungkan sebelumnya,
dalam kehidupan komunitas terdapat beberapa karakteristik yang penting di
antaranya adalah asas resiprositas dan ikatan lokalitas adanya kehidupan
social yang terorganisasi.
Modal social secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para
anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja
sama di antara mereka (Fukuyama, 2002a:22). Jika para anggota kelompok
184

itu masing-masing mengharapkan bahwa anggota-anggota yang lain akan
berperilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling mempercayai.
Kepercayaan adalah by product yang sangat penting dari norma-
norma social kooperatif yang memunculkan modal social. Jika masyarakat
bisa diandalkan untuk tetap menjaga komitmen, mengembangkan norma-
norma saling menolong yang terhormat, dan menghindari perilaku
oportunistik, maka berbagai kelompok akan terbentuk secara lebih cepat, dan
kelompok yang terbentuk itu mampu mencapai tujuan bersama yang lebih
efisien (fukuyama,2002a:ix)
Hilangnya ikatan komunitas dapat menghambat masyarakat dalam
menggali kesempatan ekonomi yang sebenarnya bisa mereka dapatkan.
Penyebabnya adalah karena dalam masyarakat yang bersangkutan
kukarangan sesuatu yang oleh james coleman disebut sebagai modal social
(fukuyama, 2002:12). Menurut coleman, modal social adalah kemampuan
masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam
berbagai kelompok dan organisasi. Selain pengetahuan dan keterampilan,
porsi lain dari human capital adalah kemampuan masyarakat untuk
melakukan asosiasi satu sama lain. Kemampuan berasosiasi ini menjadi
modal penting bukan hanya dalam kehidupan ekonomi, tetapi juga bagi
aspek social yang lain. Kemampuan ini sangat tergantung dari kondisi
dimana komunitas mau berbagi untuk mencari titik temu norma-norma dan
nilai bersama.
Melihat pengalaman beberapa Negara industry tertentu, kehadiran
modal social ini terbukti dapat meringankan beban Negara dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi keluar dari krisis ekonomi. Di jepang, jerman dan AS,
organisasi yang kuat, kohesif dan berskala besar berkembang secara spontan
terutama di sector swasta. Meskipun Negara kadang campur tangan untung
185

menopang industry yang merosot, tetapi tingkat intervensinya kecil
(fukuyama, 2002:220).memerhatikan beberapa realitas dan pemikiran
tersebut, dewasa ini orang tidak lagi melihat modal hanya dari segi modal
financial dan modal fisik saja, tetapi melainkan juga human capital. Seperti
yang telah disinggung sebelumnya, berdasarkan pendapat coleman, human
capital tidak terbatas dari pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga
berasal dari kemampuan untuk bekerja sama guna mencapai tujuan bersama
yang kemudian di sebut sebagai modal sosial.
Dengan demikian tindakan bersama yang saling menguntungkan
yang terwujud dari keberadaan modal social tidak selalu dapat
diinterpretasikan sebagai tindakan ekonomi, melainkan juga tindakan saling
menguntungkan dari sudut social termasuk di dalamnya dalam mewujudkan
tindakan bersama untuk kesejahtraan social. Dengan memanfaatkan modal
social seseorang dapat memperoleh rasa aman, merasa terlindungi,
memperoleh jaminan social untuk mewujudkan kesejahtraannya. Lebih
dengan adanya anggapan bahwa modal social dapat ditransmisikan melalui
mekanisme cultural seperti agama, tradisi atau kebiasaan sejarah (fukuyama.
2002:37).
Bentuk akulturasi modal social baik dalam fenonema structural
maupun kognitif itulah yang perlu di gali dalam kehidupan masyarakat,
untuk selanjutnya dikembangkan dalam usaha peningkatan taraf hidup dan
kesejahraan. Dalam kenyataannya, unsure seperti itu banyak dijumpai dalam
berbagai dimensi kehidupan. Beberapa diantaranya adalah kehidupan
keagamaan, kehidupan masyarakat local-tradisional dan bentuk nilai serta
pranata yang mempunyai ruang lingkup yang sanagat luas dalam bentuk
solidaritas, toleransi, empati dan filantropi.
186

Dalam banyak kasus dijumpai kenyataan bahwa modal social dalam
kebutuhan tersebut dengan difasilitasi oleh instusi local dapat mendorong
tindakan bersama guna membangun fasilitas umum, bahkan juga sekaligus
pengolahannya untuk memberikan pelayanan social. Sebagai contoh instusi
yang berbasis modal social yang menjadi sarana tindakan bersama untuk
membangun prasarana irigasi dan sekaligus pengolahannya.
Dalam penggunaannya di Indonesia, konsep community development
juga di terjemahkan kedalam beberapa istilah yang berbeda. Sementara
beberapa pihak menerjemahkan sebagai pembangunan masyarakat. Di lihat
dari terjemahan unsure kata-katanya barangkali tidak salah, walaupun
demikian dalam penggunaannya sebagai konsep yang bulat mungkin dapat
mendatangkan dualism pengertian. Sebagimana di ketahui, pengertian
pembangunan masyarakat dapat dipandang dari sudut arti luas dan dapat
pula dari sudut arti sempit.
Dalam arti luas pembangunan masyarakat berarti perubahan social
berencana baik dalam bidang ekonomi, teknologi, social maupun pilitik.
Pembangunan masyarakat dalam arti luas dapat juga berarti proses
pembangunan yang lebih memberikan focus perhatian pada aspek manusia
dan masyarakatnya. Dalam arti sempit, pembangunan masyarakat berarti
pembangunan berencana pada suatu lokalitas tertentu. Dilihat dari
pelaksanaannya sampai saat ini, community development lebih condong
merupakan pengertian yang kedua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
community development merupakan salah satu pelaksanaan dari
pembangunan masyarakat dalam pengertian luas. Oleh karena itu untuk
menghindari kekacauan dengan pengertian pembangunan masyarakat dalam
arti luas, community development oleh sementara pihak tidak di terjemahkan
187

sebagai pembangunan masyarakat, tetapi dengan istilah pembangunan
komunitas atau pengembangan komunitas.
Dalam perkembangannya kemudian, konsep community development
dalam dilihat dalam beberapa penampakan. Paling tidak, sebagaimana
dekatakan sanders (dalam Christenson dan Robinson, 1989: 13), community
development dapat dilihat sebagai suatu proses, karena aktifitas community
development tersebut bergerak dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Dalam
pandangan biddle (1965:78), proses community development bergerak kea
rah suatu tahap dimana masyarakat menjadi semakin kompeten terhadap
permasalahan dan kondisi komunitas terhadap lingkungannya. Kompetensi
masyarakat yang semakin semingkat ini di harapkan dapat menimbulkan
aktifitas pembangunan atas prakarsa masyarakat sendiri. Sebagai suatu
metode, karena community development merupakan suatu cara dan strategi
untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini peningkatan kondisi kehidupan
social, ekonomi dan cultural masyarakat. Dalam pembahasan pada bagian
lain akan tampak bahwa cara dan strategi community development
mempunyai berbagai spesifikasi dibandingkan strategi pembangunan
masyarakat yang lai, sebagai suatu program, karena metode community
development tersebut kemudian di jabarkan dalam seperangakat prosedur
dan berisi sejumlah kegiatan yang merupakan bentuk aktualisasi dan
operasionalisasinya.
Sebagai suatu gerakan, Karena melalui community development
diharapkan masyarakat lebih mempunyai komitmen terhadap kondisi
kehidupannya, sehingga kemudian bergerak untuk melakukan upaya
perubahan dan perbaikan. Sebagai suatu gerakan yang tidak bersifat netral
melainkan berusaha melakukan reformasi terhadap kondisi yang dianggap
kurang menguntungkan.
188

Analisis
Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metoda yang
memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta
mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya.
Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong
anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja
sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan
kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

B. KESADARAN SEJARAH DAN PEMBANGUNAN
Sebagai warga Negara Indonesia dan sebagai manusia, mau tak mau
setiap orang Indonesia terlibat dan turut bertanggung jawab, baik didalam
pembuatan sejarah maupun didalam penulisan sejarah bangsanya.
Bagaimanapun juga kita tidak bisa melepaskan diri dari keterlibatan itu dan
dari tanggung jawab terhadap sejarah. Sebabnya ialah oleh karena cara suatu
bangsa menghadapkan diri dengan kenyataan, dengan realitas social, dalam
perspektif hari depan, juga mempengaruhi tingkah laku bangsa itu dibidang
politik.
Ilmu sejarah adalah suatu ilmu yang paling terbuka bagi para amatir
bagi para pecinta sejarah. Gedung ilmu sejarah yang berupa yang telah
dibina dan dimiliki oleh umat manusia untuk sebagian penting diwujudkan
oleh orang-orang yang bukan ahli sejarah, melainkan hanya untuk pecinta
sejarah.
Pada kesempatan ini saya tidk akan membahasan sejarah sebagai;
saya tidak akan membicarakan arti sejarah sebagai suatu kekuatan
189

emansipasi didalam pertumbuhan suatu bangsa. Saya hanya ingin
memngemukakan beberapa manfaat yang dapat diambil dari ilmu sejarah,
mengenai bebrapa penggunaan ilmu sejarah yaitu suatu bidang yang lebih
praktis daripada suatu pembicaraan yang filosofis cultural. Khususnya saya
ingin bicara mengenai suatu sikap jiwa tertentu pada suatu bangsa , suatu
oientasi tertentu dalam menghadapi pengungkapan sejarah, khususnya
sejarah suatu bangsa yang sedang membangun. Dalam pada itu saya ingin
memfokuskan pembicaraan saya pada dua pokok, yaitu soal identitas
nasional dan soal kessdaran mengenai sejarah sebagai proses.
Keunikan ( uinquences ) realitas social, realitas masyarakatbaik
masyarakat dalam bentuk hari kinimaupun dalam penjelmaan di hari yang
sudah ialah bahwa dia selalu mempunyai dua sifat yaitu faktisitas objektif
kenyataan social dan sekaligus makna subjektif dari masyarakat itu. Setiap
kenyataan social diwujudkan, dijelmakan oleh suatu aktivitas yang
mempunyai arti subjektif. Maka kalau kita bicara mengenai sejarah, tidak
cukup kalau kita hanya mengatakan bahwa semuanya yang ada di
masyarakat berakar pada masa lampau. Kita harus mengatakan bahwa
kenyataan hari kini itu hanya dapat diartikan, kalau kita mampu menangkap
arti keaktifan yang menjelmakan kenyataan social itu, dan kita hanya dapat
menangkap arti jikalau kita juga melihat sekaligus pandangan dan harapan
mengenai hari depan yang menggerakkan keaktifan itu.
Maka dalam menghadapi realitas sosialnya, suatu bangsa selalu
hidup dalam ketegangan. Ketegangan yang timbul karena jarak antara
perspektif pengertian sejarah yang menjelmakan kenyataan hari kini dengan
realitas hari kini itu, dan ketegangan yang timbul antara kenyataan realitas
social yang dihadapkan dengan cita-citanya yang akhirnya memungkinkan
manusia untuk mengatasi kenyataan itu. Maka dengan demikianlah
190

berubahlah kenyataan itu. Segi penglihatan realitas social ini bagi suatu
bangsa ialah subjektifitasnya, dalam mencari arti hari kini sebagai buah
daripada yang sudah dan sebagai pangkal dari yang mndatang. Maka suatu
bangsa yang sedang membangun, suatu bangsa yang sedang berjuang, tidak
bisa lain daripada melahkangkan kakinya pada jalan yang dissinari oleh cita-
citanya, dengan penuh kesadaran tentang yang sudah, yaitu sejarahnya.
Fokus subjektifitas suatu bangsa adalah sumber dari rasa sendirinya,
dari harga diri bangsa itu. Dia juga merupakan sumber vitalitas dan
kreatifitas sesuatu bangsa. Tanpa harga diri kreativitas tidak dapat berakar.
Yang kita namakan kepribadian nasional itu tak lain daripada endapan
refleksi diri terus-menerus, dari sikap mawas diri, dari usaha merenungkan
hakikat dirinya sebagai bangsa, sebagai suatu keaktifan yang tidak ada
hentinya. Maka tidak tepatlah kalau kita bicara mengenai kepribadian
nasional seolah-olah kepribadian itu merupakan suatu benda yang
mempunyai bentuk, struktur dan sifat-sifat yang pasti dan yang tidk berubah.
Kita perlu menyadari khususnya dimasa peralihan ini, bahwa kepribadian
nasional itu merupakan suatu realitas yang mengungkap diri hanya didalam
relasi. Ia mempunyai relation objectivity yang hanya mengungkapkan diri
[pada interaksi-interaksi sesuatu bangsa dengan realitas social , dan dengan
pilihan-pilhan dan keputusan-keputusan yang harus diambilnya.
Oleh sebab itu kepribadian nasional itu tidak pernah akan selesai
perwujudannya dan tidak akan final dan tetap dalam bentuknya. Dia
senantiasa berubah, atau lebih tepat konfigurasi unsure-unsurnya senantiasa
berubah menurut keperluan vital bangsa itu. Vitalitas suatu bangsa itu sangat
erat hubungannya dengan harga diri bangsa itu dengan keyakinannya bahwa
kehidupan bangsanya itu ada makna dan arti . maka demikianlah kepribadian
191

nasional itu mencerminkan dan merupakan penjelmaan rasa kontuitas
sesuatu bangsa, sesuatu syarat yang mutlak bagi suatu bangsa.
Kita dapat melihat berbagai contoh betapa pentingnya didalam
sejarah Indonesia merdeka yang demikian pendek itu, dirasakan keperluan
akan suatu kontinuitas yang merupakan legitimasi bagi suatu susunan
kekuasaan tertentu. Berkali-kali kita telah melihat bahwa diantara orang-
orang yang berkuasa di Indonesia selalu ada yang merasa perlu mencari
legitimasi kekuasaanya dalam kelangsungan hubungannya dengan
mataram,majapahit,sriwijaya,dan kadang-kadang dengan para wali.
Kenyataan bahwa kepribadian nasional itu merupakan suatu
kenyataan relasional, dan bukan merupakan benda juga berarti bahwa
sesuatu dengan keperluan sejarah, setiap generasi mau tak mau harus
menyelami kembali dan mencari bagi dirinya arti khas kepribadian
nasionalnya, dalam penghadapan generasi baru itu dengan tantangan baru.
Maka kepribadian nasional, seperti juga sejarah Indonesia yang tidak dapat
dilepaskan dari padanya, keduanya memerlukan re-interpretasi yang kontinu
pula oleh setiap generasi ahli dan pecinta sejarah. Memang kepribadian
nasional diwujudkan oleh sejarah ; oleh kesadaran sejarah kita, oleh arti yang
kita sarikan dari fakta-fakta sejarah yang kita kenal dan dari pengalaman
sejarah yang tidak tertuang dalam bentuk fakta-fakta.
Namun dia juga diwujudkan oleh bayangan kita, harapan kita
mengenai hari depan; oleh cita-cita kita, aspirasi-aspirasi bangsa kita. Bagi
suatu bangsa yang pluralistis, yang beraneka ragam suku-sukunya, sifat-sifat
kebudayaannya, harapan-harapan dan aspirasi-aspirasinya, itu bukan hanya
bersifat universal dan nasional, melainkan juga local. Aspirasi-aspirasi local
itu sama dayanya dalam mewujudkan kesadaran diri suatu bangsa. Aspirasi
local itu bersama aspirasi-aspirasi nasional juga ikut menciptakan gambaran
192

tentang sifat hakiki manusia, mensbeeld manusia Indonesia yang menghayati
harapan-harapan mengenai hari depan. Demikianpun dia menghayati
maatschappij beeld, gambaran masyarakat, gambaran yang menjadi tujuan
perjuangan bangsa.
Bagi seorang sejarawan sangat pentinglah untuk menyadari bahwa
wujud dan isi cita-cita serta nilai-nilai bangsanya tidak bisa dimengerti tanpa
referensi kepada sejarah dan pengalaman bangsa itu. Maka usaha untuk
mengungkapkan serta sejarah bagaimana sejarah serta pandangan mengenai
hari depan kait mengait dalam usaha manusia mengartikan kenyataan hari
kini, merupakan hari intisari tanggung jawab para ahli sejarah. Kepribadian
nasional juga merupakan endapan kesadaran yang dihasilkan oleh ahli-ahli
sejarah itu. Konsepsi ini, konsepsi mengenai manusia yang menghadapi
kenyataan hari kini dengan rasa tegang yang ditimbulkan karena bayangan
mengenai hari depannya berlainan dengan realitas sekarang., merupakan
suatu suatu konsepsi yang sangat penting lagi oleh karena pemikiran dan
kesadaran kita mengenai intisari pembangunan sekarang sudah berubah.
Sampai kurang lebih lima tahun yang lalu kita umumnya berpikir mengenai
pembangunan sebagai suatu dikotomi antara modernitas dan tradisi.
Sekarang mulai kita sadari bahwa pembangunan itu tidk lepas dari
tradisi. Sekarang mulai kita bahwa pembangunan itu tidak bisa lepas dari
tradisi, dan bahwa modernitas dan tradisi terpaut satu sama lain dalam suatu
hubungan dialektis. Kita sekarang mengerti bahwa gerak maju suatu bangsa
menuju pembangunan merupakan suatu kontinum antara tradisi dan
modernitas, tanpa dikotomi. Modernitas ternyata juga meliputi unsure-unsur
tradisional. Maka jikalau kita mau mengerti dan menyelami arti proses
pembangunan, kita harus dapat melihat misalnya pentingnya pranan aliran-
aliran dan bentuk-bentuk nonkonformistis didalam struktur social sebagai
193

sumber kreativitas bangsa. Aliran-aliran ini merupakan sumber dari
fleksibilitas struktur social tradisi dan merupakan sumber berkemampuan
untuk memperbaharuhi diri dari suatu angsa. Maka sekali lagi kesadaran
sejarahlah yang dapat memberikan kepada kita kepekaan terhadap konsepsi
pembangunan semacam itu.
Maka ternyata sekarang bahwa lebih penting lagi daripada yang kita
sangka beberapa tahun yang lalu keperluan bagi suatu bangsa untuk
memperdalam dan mepertegas pengertian sejarahnya yang dapat menyinari,
dan yang dapat menghayati kepribadian nasional itu. Refleksi diri yang
kontinu yang berdasarkan kesadaran sejarah juga akan membebaskan
manusia Indonesia dari rasa diri yang serba mitologis sifatnya. Cerita yang
kita dengar tentang para pandhawa dan semar merupakan suatu contoh yang
menarik sekali tentang kesadaran diri sebagai bangsa yang mitologis wujud
dan akarnya, dan ykan historis. Kemampuan kreatif Indonesia tidak bisa
dipertahankan momentumnya, tanpa kita memperdalam kesadaran mengenai
diri kita sevcara historis dan bukan hanya secara mitologis. Perlu sekali kita
menyadarai bahwa kalau kita bicara mengenai pembangunan dan proses
pembangunan, kita pada hakekatnya bicara suatu konsepsi sejarah, yag
terbuka, yang open ended.
Kita bicara mengenai suatu pandangan sejarah yang bukan cyclis dan
yang bukan a-historis, yaitu yang memandang kehidupan manusia dalam
suatu kekinian yang kontinu. Kita hanya bisa bicara mengenai suatu
pembangunan kalau kita menerima bahwa sejarah bukan tidak mempunyai
arti, bahkan mempunyai arti yang dapat dan harus diwujudkan oleh keaktifan
kreatif manusia. Maka dalam menggunakan pengertian kepribadian nasional,
kita harus sangat menyadari kemungkinan-kemungkinan penyalahgunaan
konsepsi kepribadian nasional. Seperti sudah dikatakan tadi, konsepsi
194

kepribadian nasional sering dipakai dalam arti mitologis, dan ini tidak tepat.
Usaha pembangunan akan memakan beberapa dasawarsa, dan kita tidak akan
dapat menjaga momentum dari usaha itu jikalau setiap frustasi, setiap
kekecewaan mendorong kita kembali ke dalam jurang pemikiran a-historis.
Konsepsi kepribadian nasional juga dapat disalahgunakan secara lain.
Kita juga harus waspada misalnya terhadap penggunaan kepribadian nasional
sebagai alas an untuk menghalangi atau menghentikan eksperimentasi dan
inovasi. Dalam hal demikian itu kepribadian nasional Indonesia dipakai
sebagai kedok untuk menutupi suatu konservatisme yang steril. Ada baiknya
barangkali untuk menyadari bahwa jikalau kita menggunakan tahun 1910
misalnya sebagai cut off date, sebagai titik selesai terciptanya kepribadian
nasional Indonesia, maka yang kita kenal sebagai kesenian lukisan bali
modern tidak termasuk kepribadian nasional, peranan pesinden didalam
gamelan merupakan suatu penyelewengan dari kepribadian nasional; dan
berbagai tarian sunda yang sekarang ini sangat popular tidak pula termasuk
kepribadian nasional.
Maka kita sebagai ahli sejarah dan pecinta sejarah, senantiasa harus
sadar dan waspada agar supaya kepribadian nasional itu tidak dilepaskan
orang dari jangkar kesadaran sejarah. Sebab tanpa jangkar sejarah itu, istilah
kepribadian nasional sangat mudah digunakan untuk mematikan unsure-
unsur kreatif di Indonesia. Maka kesadaran sejarah, merupakan suatu
orientasi intelektual, suatu sikap jiwa yang perlu untuk memahami secara
tepat paham kepribadian nasional. Kesadaran sejarah ini membimbing
manusia kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa, kepada self
understanding of a nation, kepada sangkanparan suatu bangsa, kepada
persoalan what we are, why we are what we are. Pemangunan dan tujuan-
tujuan yang terkanung didalamnya tak lain merupakan proyeksi dari
195

kemampuan bangsa untuk, dengan keaktifan kreatifnya, mengatasi batas-
batas dirinya. Didalam jangkauan itu, kemantapan membangun dan
kreativitas dalam membangun tidak akan mengalami kesulitan-kesulitan
besar dalam mencoba memelihara momentum pembangunan dan
kemampuan kreatif bangsanya.
Sampai kita sekarang pada masalah kedua yang ingin saya utarakan
dari sudut kesdaran sejarah. Sebab selain untuk self understanding,
kesadaran sejarah juga harus kita tunjukkan kepada sejarah itu sendiri; yaitu
kepada sejarah sebagai proses. Bukan sejarah sebagai urutan fakta-fakta
sejarah belaka, melainkan sebagai proses interaksi terus menerus antara
realitas social dan manusia pada setiap titik pada garis waktu. Disini
kesadaran sejarah perlu mencerminkan komplektisitas perubahan-perubahan
social yang ditimbulkan oleh interaksi dialektis antara masyarakat dan
manusia yang ingin melepaskan diri dari genggaman realitas yang ada.
Saya bicarakan kesadaran sejarah sebagai suatu kesadaran atas
kontinuitas namun kita juga harus mengartikannya sebagai kesadaran akan
kemungkinan diskontinuitas didalam usaha-usaha pembangunan. Sebab
sudah nyata sekali, bahwa usaha pembangunan itu bukan semata-mata suatu
usaha ekonomis. Dia meliputi semua aspek kehidupan bangsa. Namun juga
diliputi, disertai oleh rasa tidak aman, oleh ketakutan, oleh kegelisahan,
daissamping harapan-harapan dan aspirasi-aspirasi karena perubahan-
perubahan yang sangat endalam didalam keadaan social. Kita harus
menyadari bahwa proses pembangunan itu mungkin sekali untuk sebagian
besar Negara-negara yang sedang membangun, merupakan suatu proses yang
menimbulkan dan disertai olehmacam-macam bahaya mengancam stabilitas
dan kontinuitas.
196

Diskontinuitas itu dapat meliputi system politik atau landasan
kekuasaannya. Dia juga bisa meliputi misalnya bidang struktur ekonomi,
social atau kebudayaan. Maka kita harus dapat mendudukkan usaha
pembangunan kita didalam rangka diskontinuitas itu, agar kita tidak putus
asa menghadapi kesulitan. Dan untuk itulah kita perlukan kesadran sejarah
supaya kita peka terhadap dimensi waktu didalam proses perwujudan suatu
masyarakat dan kebudayaan baru. Perlu kita menyadari bahwa untuk
kelahiran bayi dipeerlukan Sembilan bulan. Demikianpun kreativitas yang
menggerakkan proses perwujudan suatu masyarakat dan kebudayaan
Indonesia modern akan memerlukan waktu tersendiri, sesuai ritmenya
sendiri ditentukan oleh kompleksitas dan masa yang secara inherent
diperlukan dalam proses integrasi bangsa.
C. DIMENSI-DIMENSI PEMBANGUNAN LAIN
1. PEMBANGUNAN YANG MEMIHAK RAKYAT
Menurut Korten (1984), masa pasca industri akan menghadapi
kondisi-kondisi baru yang sama sekali berbeda dengan kondisi di masa
industri, di mana potensi-potensi baru penting dewasa ini memperkokoh
kesejahteraan, keadilan, dan kelestarian umat manusia. Titik pusat perhatian
adalah pada pendekatan ke arah pembangunan yang lebih berpihak kepada
rakyat. Tetapi, untuk mewujudkan potensi, tindakan-tindakan pembangunan
yang membentuk masa pancaindustri itu harus dituntun oleh suatu paradigma
baru yang didasarkan pada gagasan dan nilai-nilai, teknik sosial, dan
teknologi alternatif. Ada alasan untuk yakin bahwa paradigm seperti itu
dewasa ini sedang muncul dari proses penemuan sosial kolektif sedunia.
Logika paradigma ini yang menonjol adalah logika lingkungan hidup
manusia yang berimbang; sumberdayanya yang dominan adalah sumberdaya
informasi, dan prakarsa yang kreatif yang tak kunjung habis; dan sasarannya
197

yang dominan adalah pertumbuhan umat manusia yang dirumuskan dalam
rangka lebih terealisasinya potensi umat manusia. Individu bukanlah sebagai
objek, melainkan berperan sebagai pelaku, yang menentukan tujuan,
mengontrol sumberdaya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi
hidupnya sendiri. Pembangunan yang memihak rakyat, menekankan nilai
pentingnya prakarsa dan perbedaan lokal. Karenanya, pembangunan sepert
itu mementingkan sistem swaorganisasi yang dikembangkan di sekitar
satuan-satuan organisasi berskala manusia dan masyarakat yang berswadaya.
Kesejahteraan dan realisasi diri manusia merupakan jantung konsep
pembangunan yang memihak rakyat. Perasaan diri berharga yang diturunkan
dari keikutsertaan dalam kegiatan produksi adalah sama pentingnya bagi
pencapaian mutu hidup yang tinggi dengan keikutsertaan dalam konsumsi
produk-produknya. Keefisienan sistem produksi, karenanya, haruslah tidak
sematamata dinilai berdasar produk-produknya, melainkan juga berdasar
mutu kerja sebagai sumber penghidupan yang disediakan bagi para
pesertanya, dan berdasar kemampuannya menyertakan segenap anggota
masyarakat.
Salah satu perbedaan penting antara pembangunan yang memihak
rakyat dan pembangunan yang mementingkan produksi ialah bahwa yang
kedua itu secara terus-menerus menundukkan kebutuhan rakyat di bawah
kebutuhan sistem agar system produkasi tunduk kepada kebutuhan rakyat
(Korten, 1984). Perbedaan paradigma pembangunan yang mementingkan
produksi yang dewasa ini unggul dan pembangunan yang lebih berpihak
kepada rakyat sebagai tandingnya mengandung arti penting bagi penciptaan
masa depan yang lebih manusiawi khususnya pemaham akan perbedaan itu
penting artinya bagi pemilihan teknik social termasuk bagaimana penyuluhan
dilakukan yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan yang mementingkan
rakyat.
198

Penyadaran diri (conscienzacione) satu di antara argumen-
argumen paling telak dan tajam yang diajukan oleh Paulo Freire (1984),
adalah inti dari usaha bagaimana bisa mengangkat rakyat dari kelemahannya
selama ini. Kesempitan pandangan dan cakrawala rakyat yang tersekap
dalam kemiskinan dan sering menghayati kehidupan mereka dalam
keterpencilan (isolasi) dan kekumuhan, harus diubah ke arah suatu
keinsyafan, perasaan, pemikiran, gagasan, bahwa hal-ihwal dapat menjadi
lain, dan tersedia alternatif-alternatif. Kegiatan penyuluhan pembangunan
harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang
imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat.
Menurut Sikhondze (1999), orientasi penyuluhan haruslah membantu
petani (sasaran) agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi
yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang pendekatan metodenya
berorientasi pada sasaran penyuluhan dan hal-hal yang bersifat praktis, baik
dalam bentuk pelayanan individu maupun kelompok. Peran penyuluhan
dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu peran konsultan, peran
pembimbingan, dan peran penyampai informasi. Ketiga peran tersebut terkait
dengan peran difusi inovasi dan proses adopsi dalam penyuluhan.

2. PENGEMBANGAN STRUKTUR DAN SWAKELOLA
PEMBANGUNAN
a) Pengertian Swakelola Pembangunan
Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan dan diawasi sendiri. Hal ini tertuang dalam Keppres No.
80 Th. 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Selain pengertian diatas Swakelola adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh penanggungjawab
199

kegiatan dan koordinator Kegiatan dengan menggunakan tenaga
sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah
borongan, dengan ketentuan tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi
50% (lima puluh per seratus) dari tenaga sendiri.

Swakelola dapat dilaksanakan oleh :
Pengguna barang/jasa;
Instansi Pemerintah lain;
Kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah.
Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola :
Pekerjaan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumberdaya
manusia
Selain itu Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan sesuai
dengan ruang lingkup program dan kegiatan;
Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
masyarakat setempat;
Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau besaran
tidak diminati oleh penyedia barang/jasa;
Pekerjaan yang secara rinci tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa
akan menanggung resiko yang besar;
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran,
seminar, lokakarya, atau penyuluhan;
Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum
dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;
200

Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan
kebijakan pemerintah, pengujian di Laboratorium, pengembangan
sistem tertentu, dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah
pemerintah;
Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi Kementerian Negara Riset dan
Teknologi.
b) macam-macam swakelola dilihat dari pelaksana pekerjaan, model
swakelola ini dibedakan menjadi:

1) Swakelola oleh pengguna barang/jasa, adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pengguna barang/jasa
dengan menggunakan tenaga sendiri, dan/atau tenaga dari luar baik tenaga
ahli maupun tenaga upah borongan;
2) Swakelola oleh instansi pemerintah lain non-swadana (universitas negeri,
lembaga penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan), adalah pekerjaan
yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh pengguna barang/jasa,
sedangkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh instansi pemerintah yang
bukan penanggung jawab anggaran;
3) Swakelola oleh penerima hibah, adalah pekerjaan yang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok
masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan
swasta/lembaga penelitian/ilmiah non-badan usaha dan lembaga lain yang
ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh instansi pemberi
hibah.

201

c) Jenis Pekerjaan Yang Dapat Dilakukan Dengan Swakelola
Pada dasarnya hampir semua pekerjaan dapat dilakukan dengan
Swakelola, sejauh K/L/D/I atau kelompok masyarakat memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Namun demikian,
karena pada prinsipnya K/L/D/I memiliki tugas pelayanan kepada
masyarakat sehingga tidak banyak pekerjaan yang mampu dilakukan oleh
K/L/D/I sendiri. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat
dilakukan sendiri, maka dilakukan oleh Penyedia. Sedangkan untuk
pekerjaan yang dapat dilakukan atau lebih menguntungkan dilakukan
dengan Swakelola, maka dilakukan dengan Swakelola.


Diantara pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan
Swakelola diantaranya adalah:
a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia
serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I, misalnya pelaksanaan
pendidikan dan latihan dan workshop.
b. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat, misalnya pembuatan jalan
setapak, pembersihan sungai desa dan perbaikan jembatan desa.
c. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa, misalnya
pemeliharaan rutin yang sederhana misalnya
pengangkutan/pengerukan sampah pada instalasi pompa, penimbunan
daerah rawa dan lain-lain.
202

d. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia
Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;
e. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan, misalnya pelatihan keahlian/keterampilan, kursus
pengadaan barang/jasa pemerintah dan lain-lain.
f. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang
bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang
belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa, misalnya
prototipe rumah tahan gempa, prototipe sumur resapan, dan lain-lain.
g. Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian dilaboratorium dan pengembangan sistem
tertentu. Misalnya penyusunan/pengembangan peraturan perundang-
undangan dan lain-lain.
j. Penelitian dan pengembangan dalam negeri, misalnya penelitian
konstruksi tahan gempa dan lain-lain dan/atau
k. Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan
industri almatsus dalam negeri, pengembangan senjata keperluan
militer dan lain-lain.

Pada dasarnya prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, penyerahan pelaporan dan pertanggungjawaban
pekerjaan.
3. PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Menurut Korten (1984), masa pasca industri akan menghadapi
kondisi-kondisi baru yang sama sekali berbeda dengan kondisi di masa
industri, di mana potensi-potensi baru penting dewasa ini memperkokoh
203

kesejahteraan, keadilan, dan kelestarian umat manusia. Titik pusat
perhatianya adalah pada pendekatan ke arah pembangunan yang lebih
berpihak kepada rakyat. Logika yang menonjol dari paradigm ini adalah
logika lingkungan hidup manusia yang berkembang; sumberdayanya yang
dominan adalah sumber daya informasi dan prakarsa yang kreatif yang tak
kunjung habis; dan sasarannya yang dominan adalah pertumbuhan umat
manusia yang dirumuskan dalam rangka lebih terealisasinya potensi umat
manusia.
Salah satu perbedaan penting antara pembangunan yang memihak
rakyat dan pembangunan yang mementingkan produksi ialah bahwa yang
kedua ini secara terus menerus menentukan kebutuhan rakyat di bawah
kebutuhan sistem agar system produksi tunduk kepada kebutuhan rakyat
(Korten, 1984). Paradigma pembangunan yang lebih berpihak kepada rakyat
mengandung arti penting bagi penciptaan masa depan yang lebih manusiawi.
Pemahaman akan paradigma itu penting artinya bagi pemilihan teknik sosial
termasuk bagaimana pemberdayaan masyarakat dilakukan secara tepat untuk
mencapai tujuan-tujuan yang mementingkan rakyat.

Penyadaran diri merupakan satu di antara argumen-argumen yang
paling telak dan tajam diajukan oleh Freire (1984), adalah merupakan inti
dari usaha bagaimana bisa mengangkat rakyat dari kelemahannya selama ini.
Kesempitan pandangan dan cakrawala masyarakat yang tersekap dalam
kemiskinan dan kelemahan lainnya harus diubah ke arah suatu keinsyafan,
perasaan, pemikiran, gagasan, bahwa hal-ihkwal tersebut dapat menjadi lain,
dan pasti tersedia alternative alternatif untuk mengatasinya. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik-teknik
pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat.
204

Menurut Silkhondze (1999), orientasi pemberdayaan masyarakat
haruslah membantu masyarakat agar mampu mengembangkan diri atas dasar
inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang pendekatan
metodenya berorientasi pada kebutuhan masyarakat sasaran dan hal-hal yang
bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok.
Peran petugas pemberdayaan masyarakat sebagai outsider people
dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu peran konsultan, peran
pembimbingan dan peran penyampaian informasi. Dengan demikian peran
serta kelompok sasaran (masyarakat itu sendiri) menjadi sangat dominan.

Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat
diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan
masyarakat (Karsidi, 1988), sebagai berikut:
1. Belajar Dari Masyarakat
Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini
berarti, dibangun pada pengakuan serta kepercayaan akan nilai dan relevansi
pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk
memecahkan masalah-masalah sendiri.

2. Pendamping sebagai Fasilitator,
Masyarakat sebagai Pelaku Konsekuensi dari prinsip pertama adalah
perlunya pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan bukannya
sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan
belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai
narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu sendiri. Bahkan
dalam penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun
pada awalnya peran pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara
205

bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan-
kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri.
3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman
Salah satu prinsip pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat
adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan local masyarakat. Hal
ini bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan
tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan bahwa dalam banyak
hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan lokal (bahkan tradisional)
masyarakat tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan
tidak lagi dapat memecahkan masalah-masalah yang berkembang. Namun
sebaliknya, telah terbukti pula bahwa
pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang
luar tidak juga dapat memecahkan masalah mereka.

Beberapa pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat, dapat
ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :
(1) Memulai dengan tindakan mikro.
Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan tindakan mikro,
namun memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro-makro harus terus-
menerus menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar berbagaipengalaman
mikro dapat menjadi policy input dan policy reform sehingga memiliki
dampak yang sangat luas.
(2) Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal
(daerah).
Yang dimaksud produk strategis (unggulan) di sini tidak hanya
produksi yang ada di masyarakat seperti laku di pasaran, tetapi juga unggul
dalam hal ahan baku dan teknis produksinya, serta memiliki keterkaitan
sektoral yang tinggi.
206

(3) Mengganti pendekatan kewilayahan administrasi dengan pendekatan
kawasan.
Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas
kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan administratif berarti
lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh
suatu kawasan tertentu.
Pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masyarakat
dalam skala besar, di samping keragaman model yang didasarkan atas
keunggulan antara kawasan satu dengan yang lainnya. Lebih lanjut, akan
memungkinkan terjadinya kerjasama antara kawasan yang lebih produktif.

(4) Membangun kembali kelembagaan masyarakat.
Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya
pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi munculnya kelembagaan
sosial, ekonomi, dan budaya yang benar-benar diciptakan oleh masyarakat
sendiri.
(5) Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis.
Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur
ilmu pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan pada
input luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Penyuluhan
yang mampu mengembalikan kepercayaan diri sasaran penyuluhan serta
dapat menggerakkan proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka sangat penting untuk
dikembangkan. Temuan-temuan lokal harus mendapatkan pengakuan sejajar
dengan inovasi baru dari luar.



207

(6) Pengembangan kesadaran.
Karena peristiwa ekonomi juga merupakan juga
peristiwamerumuskan dan mengembangkan paradigma baru dalam
pembangunan ekonomi yang lebih demokratis dan menjamin kesejahteraan
dan keadilan bagi masyarakat banyak akan memperpanjang penderitaan
bangsa dalam proses pembangunan itu. Dalam rangka mencari solusi
masalah ekonomi dan politik serta budaya yang dihadapi bangsa Indonesia
saat ini, semua pihak telah memberikan rambu-rambu untuk tidak terjebak
membuat bungkus baru namun isi lama. Dari berbagai tawaran alternatif
model pemberdayaan masyarakat, model ekonomi kerakyatan secara
teoretis telah berkembang menjadi wacana baru saat ini. Paradigma
pemberdayaan ekonomi rakyat sebenarnya bukan saja berupa tuntutan atas
pembagian secara adil aset ekonomi, tetapi juga merupakan keniscayaan
ideologis dengan semangat meruntuhkan dominasi-dominasi birokrasi dalam
mengatur dan menentukan kehidupan rakyat (Sasono, 1999). Gagasan
pemberdayaan ekonomi rakyat, menurut Mahmudi (1999), merupakan upaya
mendorong dan melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi
lokal dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasiskan para
kekuatan rakyat. Muatan gagasan ini tidak saja dituntut untuk dapat
mendayagunakan dan enghasilgunakan potensi sumberdaya lokal untuk
kepentingan kesejahteraan rakyat, tetapi juga terlindungnya hak-hak rakyat
dalam pengelolaan sumber daya lokal sesuai dengan kepentingan ekonomi
dan sosialnya. Dengan kata lain, sentralisasi ekonomi bertentangan dengan
gagasan dasar pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk itu, perlu dipilih
pendekatan dan strategi yang tepat. Beberapa pendekatan dan strategi dalam
pemberdayaan masyarakat, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai
berikut :
208

(1) Memulai dengan tindakan mikro. Proses pembelajaran rakyat harus
dimulai dengan tindakan mikro, namun memiliki konteks makro dan global.
Dialog mikro-makro harus terus-menerus menjadi bagian pembelajaran
masyarakat agar berbagaipengalaman mikro dapat menjadi policy input dan
policy reform sehingga memiliki dampak yang sangat luas.
(2) Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal
(daerah). Yang dimaksud produk strategis (unggulan) di sini tidak hanya
produksi yang ada di masyarakat seperti laku di pasaran, tetapi juga unggul
dalam hal bahan baku dan teknis produksinya, serta memiliki keterkaitan
sektoral yang tinggi.
(3) Mengganti pendekatan kewilayahan administrasi dengan pendekatan
kawasan. Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas
kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan administratif berarti
lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh
suatu kawasan tertentu. Pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya
pemberdayaan masyarakat dalam skala besar, di samping keragaman model
yang didasarkan atas keunggulan antara kawasan satu dengan yang lainnya.
Lebih lanjut, akan memungkinkan terjadinya kerjasama antara kawasan yang
lebih produktif.
(4) Membangun kembali kelembagaan masyarakat. Peran serta masyarakat
menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat, jika tidak
dibarengi munculnya kelembagaan sosial, ekonomi, dan budaya yang benar-
benar diciptakan oleh masyarakat sendiri.
(5) Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis. Perlu dipahami
bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan dan
teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan pada input luar serta
hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Penyuluhan yang mampu
mengembalikan kepercayaan diri sasaran penyuluhan serta dapat
209

menggerakkan proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka sangat penting untuk
dikembangkan. Temuan-temuan lokal harus mendapatkan pengakuan sejajar
dengan inovasi baru dari luar.
(6) Pengembangan kesadaran. Karena
peristiwa ekonomi juga merupakan juga peristiwapolitik, atau yang lebih
dikenal dengan politik ekonomi, maka tindakan yang hanya berorientasi
memberikan bantuan teknis jelas tidak memadai. Yang diperlukan adalah
tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri dari
belenggu kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses
demokratisasi ekonomi. Penyuluhan yang berorientasi pada sasaran
merupakan pendekatan yang sangat penting sebagai upaya membangun
kesadaran masyarakat.
(7) Membangun jaringan ekonomi strategis. Jaringan strategis akan berfungsi
untuk mengembangkan kerjasama dalam mengatasi keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu dengan lainnya baik
dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi, dan permodalan. Di samping
itu, jaringan strategis juga akan berfungsi sebagai media pembelajaran
sasaran penyuluhan.
(8) Kontrol kebijakan. Agar kebijakan pemerintah benar-benar mendukung
pemberdayaan masyarakat, maka kekuasaan pemerintah harus dikontrol
sebagai contoh adalah keikutsertaan organisasi petani dalam proses
pengambilan keputusan tentang kebijakan pertanian.
(9) Menerapkan model pembangunan kelanjutan. Setiap peristiwa
pembangunan harus mampu secara terus-menerus mengkonservasi daya
dukung lingkungan. Dengan demikian, daya dukung lingkungan akan dapat
dipertahankan untuk mendukung pembangunan. Seperti telah diuraikan di
atas, sasaran strategis pemberdayaan masyarakat bukanlah sekadar
210

peningkatan pendapatan, semata melainkan sebagai upaya membangun
basis-basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumber
daya lokal yang andal. Disamping itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat
harus pula diarahkan pada upaya-upaya menciptakan proses-proses ekonomi
yang lebih demokratis dan berkeadilan serta menjamin bagi terciptanya
kemandirian dan keberlanjutan.






















211

BAB X
PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
RAKYAT

A. Pengertian pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya meliputi usaha masyarakat
keseluruhan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi
tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Namun demikian usaha-usaha
pembangunan suatu Negara meliputi pula usaha pembangunan di bidang
sosial, politik, kebudayaan dan sebagainya.
Dengan demikian pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita
penduduk suatu masyarakat(atau bangsa) meningkat dalam jangka panjang.
Jadi dalam pengertian dasar ini, terdapat tiga unsure penting dalam
pengertian pembangunan ekonomi, yaitu:
1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terus-menerus
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka
panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi Pembangunan sebagai suatu proses. Pembangunan
sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan merupakan suatu tahap
yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh,
manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi
dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap
212

bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi
yang adil, makmur, dan sejahtera.
37

2. Usaha dan keberhasilan menaikkan tingkat pendapatan per kapita, dan
Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang
harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan
perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk
berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena
kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam
kesejahteraan masyarakat.

3. Kenaikan pendapatan per kapita itu berlangsung terus dalam jangka
panjang.
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka
panjang Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang
apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat.
Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami
kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana
alam ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian negara
tersebut mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat
sementara yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara
rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Sehubungan dengan itu istilah pertumbuhan ekonomi itu pada
umumnya dikaitkan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi yang

37
Todaro, Michel P. (2004). Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
213

terdapat dinegara-negara maju dimana struktur ekonominya yang sudah
berindustri yang tidak mengalami perubahan struktural lagi, sedangkan
pembangunan ekonomi berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan
ekonomi di negara-negaraberkembang yang mengalami proses perubahan
struktural dari keterbelakangan ke arah kemajuan dan modernisasi.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk
suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara
dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan
GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
38

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam
standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan
pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi
dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga,
pengetahuan, sosial dan teknik.

38
Masykur Wiratmo. (1992). Ekonomi Pembangunan, Ikhtisar Teori, Masalah dan
Kebijakan. Yogyakarta: MW Mandala.
214

Dan definisi atau indikasi dari perkembangan ekonomi itu sendiri
dapat diartikan dalam tiga cara yaitu:
1. Perkembangan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan
nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang, tetapi ini bukanlah
definisi yang memuaskan.
pendapatan nasional nyata menunjuk pada keseluruhan output
barang-barang jadi dan jasa dari negara itu dalam arti nyata ketimbang dalam
arti uang. Jadi perubahan harga harus dekesampingkan pada waktu
menghitung pendapatan nasional nyata. Tetapi ini tidak sesuai dengan
kenyataan karena di dalam perekonomian yang sedang berkembang
keanekaan harga tak terelakkan. Di dalam definisi ini, kata dalam jangka
panjang menunjukkan suatu kenaikan pendapatan nyata yang
dipertahankan. Suatu kenaikkan jangka pendek dalam pendapatan nasional
yang terjadi selama pasang naik siklus bisnis tidak disebut sebagai
pembangunan ekonomi.
Definisi ini tidak mempertimbangkan berbagi perubahan dalam
pertumbuhan penduduk. Jika suatu kenaikan dalam pendapatan nasional
nyata dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka yang
terjadi bukan perkembangan ekonomi tetapi kemunduran.
jadi di dalam indikasi perkembangan ekonomi ini, kelonggaran harus
diberikan pada perubahan dalam pendapatan nasional nyata akibat pasang
naik siklus dan pada perubahan dalam nilai uang serta pertumbuhan
penduduk. Disamping itu, ada pula kesulitan konsepsi dalam mengkaitkan
pengukuran pendapat nasional negara-negara terbelakang yang akan dikaji
dengan pendapatan per kapita
2. Definisi kedua, berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata per
kapita dalam jangka panjang. Para ekonom berpendapat sama dalam
mendefinisikan pembangunan ekonomi dalam arti kenaikan pendapatan atau
215

output nyata per kapita. Prof. Meier mendefinisikan perkembangan ekonomi
sebagai proses kenaikan pendapatan per kapita dalam suatu jangka
panjang . Prof. Baran membenarkan pertumbuhan atau perkembangan
ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan output per kapita barang-barang
material dalam suatu jangka waktu . Menurut Buchanan dan Ellis,
perkembangan berarti mengembangkan potensi pendapatan nyata negara-
negara terbelakang dengan menggunakan investasi yang akan melahirkan
berbagai perubahan dan memperbesar sumber-sumber produktif yang pada
gilirannya menaikkan pendapatan nyata per orang.
definisi di atas bermaksud menekankan bahwa bagi perkembangan
ekonomi, tingkat kenaikan pendapatan nyata seharusnya lebih tinggi
daripada tingkat pertumbuhan penduduk. Toh berbagai kesulitan tetap saja
ada.
kenaikan pendapatan per kapita mungkin tidak menikkan standar
hidup riil masyarakat. Bisa terjadi bahwa sementara pendapatan nyata per
kapita meningkat akan tetapi konsumsi per kapita merosot. Rakyat mungkin
meningkatkan tingkat tabungan mereka atau bahkan pemerintah sendiri
menghabiskan pendapatan yang meningkat itu untuk keperluan militer atau
keperluan lain. Ada kemungkinan lain yang menyebabkan mesyarakat tetap
miskin kendati ada kenaikan dalam pendapatan nasional nyata jika kenaikan
pendapata itu hanya dinikmati oleh beberapa gelintir orang kaya dan tidak
oleh banyak orang miskin. Lagipula, definisi seperti itu menyepelahkan
masalah-masalah lain yang bertalian dengan struktur masyarakat ,
susunan dan besarnya penduduk, lembaga dan budaya masyarakat, pola
sumber-sumber dan bahkan distribusi output ke dan antara anggota
masyarakat.
39


39
Alfons Taryadi, op.cit.,hlm 5 tabel 3.
216

3. Ada kecenderungan lain untuk mendefinisikan perkembangan
ekonomi dari titik titik kesejahteraan ekonomi. Umpama, perkembangan
ekonomi dipandang sebagai suatu proses dimana pendapatan nasional nyata
per kapita naik dibarengi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan
pemenuhan keinginan masyarakat secara keseluruhan. Dalam ungkapan okun
dan Richardson, perkembangan ekonomi adlah perbaikan terhadap
kesejahteraan material yang terus-menerusdan berjangka panjang yang dapat
dilihat dari lancarnya distribusi barang dan jasa.
definisi demikian juga tidak bebas dari berbagai keterbatasan.
pertama, bisa saja terjadi bahwa kenaikan pendapatan nasional atau
perkapita nyata, sikaya bertambah kaya dan si miskin bertambah miskin. jadi
semata-mata kenaikan dalam kesejahteraan ekonomi tidak bermuara pada
perkembangan ekonomi kecuali jika distribusi pendapatan nasional yang
dihasilkan juga bersifat adil.
kedua, di dalam mengukur kesejahteraan ekonomi harus hati-hati
terutama menyangkut komposisi output total yang menyumbang kepada
kenaikan pendapatan nyata per kapita, dan bagaimana output tersebut dinilai.
keseluruhan output yang meningkat mungkin terdiri dari barang-barang
modal. umpama saja, bisa dengan mengorbankan output barang-barang
sumen.
akan tetapi kesulitan yang sebenarnya terletak pada cara menilai
output. output dapat dinilai berdasarkan harga pasar sedang kesejahteraan
ekonomi diukur dengan kenaikan dalam distribusi pendapatan, harga akan
berbeda-beda akan komposisi serta nilai output nasional juga berbeda.
ketiga, kita juga mesti mempertimbangkan tidak saja apa yang
diproduksi tetapi juga bagaimana ia diproduksi. perkiraan output nasional riil
mungkin telah meningkatkan ongkos nyata (derita dan korban) dan biaya
217

sosial dalam perekonomian. misalnya, output yang membesar terjadi karena
jam kerja yang panjang atau merosotnya kondisi kerja tenaga buruh.
Pendapat penulis: kalau menurut saya pribadi pembangunan
ekonomi ialah kemajuan yang dialami oleh suatu Negara bik itu dari
segi pendapatan atau dari segi sumber daya manusianya atau
bahkan dari sumber daya alamnya sendiri, biasanya pembangunan
ekonomi dilamai oeleh Negara-negara yang terbelakang menjadi
Negara yang berkembangan
Teori teori pembangunan
a. Teori pembangunan Adam Smith
Adam smith adalah ahli ekonomi klasik yang dianggap sangat
terkemuka. Karyanya yang sangat terkenal, adalah sebuah buku yang
berjudul An Inquiryinti the nature and cause of the wealth of nations yang
diterbitkan 1776, terutama menyangkut permasalahan pembangunan
ekonomi. Walaupun ia tidak memaparkan teori pertumbuhan secara
sistematik namun teori yang berkaitan dengan itu kemudian disusun oleh
para ahli ekonomi berikutnya seperti akan dijelaskan dibawa ini.
Hukum Adam Smith meyakini berlakunya doktrin hukum alam
dengan persoalan ekonomi, ia menganggap setiap orang sebagai hakim yang
paling tahu akan kepentingannya sendiri yang sebaiknya dibiarkan dengan
bebas mengejar kepentingannya itu demi keuntungan sendiri. Dalam
mengembangkan kepentingan pribadinya itu, orang akan memerlukan
barang-barang keperluan hidupnya sehari-hari. Dalam melakukan ini setiap
individu dibimbing oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat. Menurut adam
smith membagi teori pembangunan menjadi tiga yaitu: a. hukum alam, b.
pembagian kerja, c. proses pemupukan modal.
b. Teori Ricardian
218

Seperti halnya Smith, David Ricrdian juga mengungkapkan pandangnnya
mengenai pembangunan ekonomi dengan cara yang tidak sistematis dalam
bukunya the principles of political economy and taxation. Buku ini
diterbitkan 1917, edisi ketiga 1921 serta korespondensi pembentukan model
pembangunan Ricardian. Sesungguhnya Ricardian tidak pernah mengajukan
satu pun teori pembangunan. Ia hanya mendiskusikan teori distribusi. Oleh
sebab itu analisa Ricardian merupakan analisa yang memutar.
Asumsi teori Ricardian, teori-teori Ricardian didasarkan pada asumsi
bahwa:
1) Seluruh tanah digunakan untuk produksi gandum dan angkatan kerja
dalam pertanian membantu menentukan distribusi industry,
2) law of diminishing return berlaku bagi tanah,
3) Persediaan tanah adalah tetap,
4) Permintaan akan gandum benar-benar inelastic,
5) Bruh dan modal adalah masukan yang sangat variable,
6) Keadaan pengetahuan teknis adalah tertentu(given)
7) Seluruh buruh dibayar dengan upah yang cukup untuk hidup secara
minimal,
8) Harga penawaran buruh adalah tertentu dan tetap,
9) Permintaan akan buruh tergantung pada pemupuk modal dan bahwa baik
harga permintaan maupun penawaran buruh tidak tergantung pada
produktifitas marginal tenaga kerja
10) Terdapat persaingan yang sempurna,
11) Pemupukkan modal dihasilkan dari keuntungan.
c. teori Malthus
konsep pembangunan. Malthus tidak menganggap proses pembangunan
ekonomi menjadi dengan sendirinnya. Malahan proses pembnagunan
ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisiten di pihak rakyat. Dia
219

tidak memberikan gambaran adanya gerakan manuju keadaan stasioner tetapi
menekankan bahwa perekonomian mengalami kemerosotan beberapa kali
sebelum mencapai tingkat tertinggi dari pembangunan. Jadi menurut Malthus
proses pembangunan adalah suatu proses naik-turunnya aktivitas ekonomi
lebih daripada sekedar lancar-tidaknya aktivitas ekonomi.
d. Teori Mill
Mill menganggap pembangunan ekonomi sebagai fungsi dari tanah,
tenaga kerja, dan modal. Sementara tanah dan tenaga kerja adalah dua factor
produksi yang asli, modal adalah persediaan yang dikumpulakan dari
produk-produk tenaga kerja sebelumnya.
e. Teori Marxis
Marx menyumbang kepada teori pembangun ekonomi dalam tiga hali,
yaitu: dalam arti luas memberikan penafsiran sejarah dari sudut ekonomi,
dalam arti lebih sempit merinci kekuaatan yang mendorong perkembangan
kapitalis, dan terakhir menawarkan jalan alternative tentang pembangunan
ekonomi terencana.

B. Peran pemerintah dalam mengtasi masalah-masalah ekonomi
dalam Negara
Masalah-masalah ekonomi banyak sekali timbul di dalam Negara ini
salah satunya yaitu masalah ekonomi yang bisa saja berkaitan dengan
masalah-masalah yang lain misalnya: dengan masalah pendidikan karena
ekonomi sangatlah berperan penting dalam masalah pendidikan, walaupun
sekarang mulai sekolah dasar (SD) biaya sekolah sudalah tidak menjadi
masalah karena adanya BOS (Biaya Operasional Sekolah) begitu pula
dengan jenjang SLTP/SMP, akan tetapi dijenjang selanjutnya masih perlu
mengeluarkan biaya. Walaupun ada biaya BOS, tapi masih banyak sekolah
yang menarik uang gedung lah dll. Masalah yang lain ialah berkaitan dengan
220

maslah pengangguran, di Indonesia sendiri banyak sekali pengangguran
mulai dari yang hanya sekedar lulusan atau tamatan SMP/SLTP hingga
jenjang yang kata orang sebagai strata I atau sarjana, oleh karena itu inilah
(PR) pemerintah yang harus mengatasi masalah-masalah tersedut diatas dan
disini kami akan membahas bagaimanakah peran pemerintah dalam
mengatasi maslah-maslah tersebut diatas:
a. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi
Peranan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan
terutama di Negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga bekas
jajahan harus benar-benar aktif dan positif karena pemerintah harus
mempunyai sasaran utama bagi rakyatnya terutama yang berkenaan
denagn upaya meningkatkan taraf hidup atau tingkat kemakmuran
rakyatnya. Apalagi pemerintah mempunyai sumber daya alam yang
abnyak dan bernilai tinggi.karenanya penjajah melakukan penjajahan
di banyak Negara terbelakang yang kaya akan sumber daya
alamnya.
40

Dalam zaman yang segalanya serba global,peranan pemerintah
untuk melakukan pembangunan ekonomi khususnya merupakan
kunci menuju masyarakat yang lebih makmur.bahkan pada waktunya
diharapkan bisa menjadi Negara yang maju/industry.masalah Negara
terbelakang atau Negara berkembang begitu besarnya dan masalah itu
tidak bias diserahkan begitu saja pada mkanisme bebas kekuatan-
kekuatan ekonomi.
Untuk itu dalam upaya menyeimbangkan pertumbuhan
berbagai sector perekonomian hingga penawaran harus sesuai dengan
permintaan.untuk itu dibutuhkan pengawasan dan pengaturan oleh
Negara atau pemerintah dalam upaya mencapai pertumbuhan yang

40
Irawan, M. Suparmoko, 1995, Ekonomika Pembangunan
221

seimbang.karena kesimbangan membutuhkan suatu pengawasan
terhadap produksi,distribusi dan konsumsi komoditas.untuk itu
pemerintah harus membuat suatu rencana pengawasan fisik serta
langkah-langkah fiscal dan moneter yang perlu dilakukan.langkah-
langkah tersebut tidak dapat dihindarkan dalam upaya mengurangi
ketidak seimbangan ekonomi dan social yang mengancam Negara
berkembang.mengatasi perbedaan social dan menciptakan
psikologis,ideology,social,dan politik yang menguntungkan bagi
pembangunan ekonomi menjadi tugas penting pemerintah.
Oleh karena itu ruang lingkup tindakan pemerintah sangat luas
dan menyeluruh.menurut Arthur Lewis lingkup itu menyangkut
masalah :
Penyelenggaraan pelayanan umum
Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia,
kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan
mereka dalam mengakses dan menggunakan pelayanan publik, akan
tetapi permintaan akan pelayanan tersebut umumnya jauh melebihi
kemampuan pemerintah untuk dapat memenuhinya.Sebaliknya,
pemusatan segala urusan publik hanya kepada negara, pada
kenyataannya hanya sebuah retorika, sebab urusan pelayanan publik
yang demikian kompleks, mustahil dapat dikerjakan semua hanya
oleh pemerintah.
Menurut Miftah Thoha, pelayanan publik dapat dipahami
sebagai suatu usaha oleh seorang/ kelompok orang, atau institusi
tertentu untuk memberikan kemudahan dan bantuan kepada
masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu (1991).Hanya
222

saja, dalam rangka melakukan optimalisasi pelayanan publik yang
dilakukan oleh birokrasi pemerintahan bukanlah tugas yang mudah
mengingat usaha tersebut menyangkut berbagai aspek yang telah
membudaya dalam lingkaran birokrasi pemerintahan. Oleh karena itu
kemudian peran swasta sangat diharapkan untuk melengkapi
pemerintah dalam menciptakan kualitas pelayanan publik yang
optimal.
Nurcholis (2005: 180) secara rinci membagi fungsi pelayanan
publik ke dalam bidang-bidang sebagai berikut: Pendidikan,
Kesehatan, Keagamaan, Lingkungan: tata kota, kebersihan, sampah,
penerangan, Rekreasi: taman, teater, musium, turisme, Sosial,
Perumahan, Pemakaman/crematorium, Registrasi penduduk:
kelahiran, kematian, Air minum, Legalitas (hukum), seperti KTP,
paspor, sertifikat, dll.
Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan
kehidupan masyarakat yang berdaya untuk mengurus persoalannya
masing-masing
Penentuan sikap
Dalam hal ini pemerintah dalam melihat berbagai
permasalahan ekonomi hendaknya tanggap serta sensitive terhadap
berbagai masalah masyarakatnya. misalnya dalam penanggulangan
masalah kemiskinan. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah
dalam upaya penanggulangan masalah kemiskinan pada
pembangunan nasional, yaitu:
223

Kebijakan pemenuhan hak-Hak Dasar Masyarakat. Pemerintah
terus aktif melakukan kewajibannya dalam memenuhi hak-hak dasar
masyarakat seperti ketahanan pangan, penyadiaan perumahan murah,
layanan kesehatan dan layanan pendidikan. Kebijakan ini terlihat dari
program penyediaan distribusi bahan makanan, program wajib belajar
9 tahun, pembangunan perumahan rakyat, dan lain-lain.
Pembangunan pemerintah dan usaha kecil. Sektor pertanian
dan usaha kecil memegang peranan penting dalam pembangunan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan.
Pembangunan SDM. Pembangunan sumber daya manusia
dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas terutama untuk
golongan penduduk miskin. Peningkatan kualitas sumberdaya
manusia dilakukan melalui program pendidikan dan kesehatan.
Peraturan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peranan LSM
penting bagi program pengurangan kemiskinan.Mereka justru mampu
menjangkau golongan kelompok miskin.
Pembentukan lembaga-lembaga ekonomi
Lembaga ekonomi ialah pranata yang mempunyai kegiatan
dalam bidang ekonomi demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat
pada umumnya.Fungsi lembaga ekonomi: Memberi pedoman untuk
mendapatkan bahan pangan, Memberi pedoman untuk barter dan jual
beli barang, Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja dan
cara pengupahan, Memberi pedoman tentang cara pemutusan
224

hubungan kerja, Memberi identitas diri bagi masyarakat Beberapa
lembaga ekonomi yang dibentuk oleh pmerintah yaitu:
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.Koperasi bertujuan untuk
menyejahterakan anggotanya. Menurut Undang-undang No. 25
tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi
sebagai berikut: Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat. Memperkokoh perekonomian
rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan koperasi sebagai soko-gurunya. Berusaha untuk mewujudkan
dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi
para pelajar bangsa
Usaha kecil dan menengah Usaha Kecil dan Menengah
disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha
kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang
berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998
pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari
225

persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria usaha kecil menurut
UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar
Rupiah). Milik Warga Negara Indonesia, Berdiri sendiri, bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, Berbentuk
usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Di
Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.
Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan
UKM, di masing-masing Provinsi atau Kabupaten/Kota. Tujuan
lembaga ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok untuk
kelangsungan hidup masyarakat.
Penentuan penggunaan sumber daya
Sumber Daya Manusia Pembangunan sumber daya manusia
dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas terutama untuk
golongan penduduk miskin. Peningkatan kualitas sumberdaya
manusia dilakukan melalui program pendidikan dan kesehatan.
Sumber Daya Alam Pengelolaan lingkungan termasuk
pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta
pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya
berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang
226

didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya.
Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah sudah cukup
tepat dalam hal menjaga keseimbangan SDA yang berkelanjutan,
tetapi sebaiknya peran pemerintah tidak hanya sebagai pembuat
kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi ada beberapa hal
yang seharusnya dilakukan pemerintah : Melakukan pembaharuan
teknologi yang ramah lingkungan, dengan mendukung serta
memberikan dana bagi institusi atai individu yang melakukan
pembaharuan teknologi tersebut. Misalnya teknologi Biogas, Biopori,
dan minyak biji jarak. Mengajak perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang lingkungan dan SDA untuk ikut serta menjaga
SDA yang ada, dengan mendorong mereka melakukan corporate
sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
eksploitasi SDA yang dilakukan, dengan membuat UU perihal
kewajiban perusahaan melakukan CSR. Mengkampayekan Cinta
Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang sampah pada tempatnya,
tentunya dengan memberikan sanksi bagi para pelanggar (tanpa
pandang levelitas). Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-
kebijakan kepada seluruh aspek masyarakat, agar dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan serta
memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Penentuan distribusi pendapatan
Program kebijakan pemerataan distribusi pendapatan ditujukan
untuk menaikan produktivitas kerja, contohnya adalah program
transmigrasi, pekerjaan umum dan lain sebagainya. Program ini
diharapkan dapat menaikkan pendapatan masyarakat golongan
rendah. Selain itu, program pemerataan distribusi pendapatan juga
227

harus didukung dengan perluasan sarana dan prasarana di daerah
pedesaan dan daerah terpencil.
Pengendalian jumlah uang
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah
dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.
Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara : Menaikan suku bunga,
Menjual surat berharga, Menaikan cadangan kas, Membatasi
pemberian kredit
Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank
Sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :
Menurunkan tungkat suku bunga, Membeli surat-surat berharga,
Menurunkan cadangan Kas, Memberikan kredit longgar. Inflasi
adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara
terus menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan
arus uang.Pemerintah biasanya melakukan kebijakan yang strategis
dengan menaikkan suku bunga di bank agar orang mau menyimpan
uang di bank, hal ini diharap dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dimasyarakat dan menurunkan inflasi. Dampak inflasi yang
sangat jelas kita rasakan adalah kenaikan harga secara terus menerus
yang ada di pasar.
Pengendalian fluktuasi Menurut hukum pasar, (fluktuasi)
naik-turunnya harga karena pengaruh permintaan dan
penawaran.sebagai contoh fluktuasi yang terjadi pada harga minyak
dunia. Salah satu pemicu terbesar krisis ekonomi global yang
228

menular ke dalam ekonomi domestik selama hampir dua tahan
terakhir ini adalah fluktuasi harga minyak. Permintaan nyata maupun
permintaan maya lewat spekulasi terhadap minyak bumi
mengakibatkan harga meroket sampai USD 140 dolar per barel pada
tahun yang lalu. Krisis ekonomi terus menjalar ke berbagai negara
karena krisis energi. Penerimaan negara dari minyak bumi masih
sangat besar dan menentukan posisi anggaran negara. Harga minyak
naik atau turun akan menentukan jumlah penerimaan negara tersebut,
sekaligus menentukan seberapa banyak subsidi yang dikeluarkan
pemerintah untuk keperluan konsumsi maupun produksi, untuk
masyarakat atau perusahaan, untuk golongan bawah atau golongan
atas. Pendek kata, fluktuasi harga minyak sangat menentukan APBN
dan ekonomi domestik.
Penjaminan pekerjaan penuh Dengan adanya kebijakan
penjaminan pekerjaan penuh dari pemerintah diharapkan menekan
tingkat pengangguran yang semakin meningkat,yakni dengan cara
mempersiapkan sekolah kejuruan untuk menampung lulusan sekolah
menengah dan menjadi tenaga siap pakai, Memperluas kesempatan
kerja, menumbuhkan kreativitas dan keterampilan masyarakat untuk
menciptakan lapangan kerja sendiri ataupun orang lain dengan
melakukan pembinaan seperti greemet bank, teknologi tepat guna,
padat karya yang akan terus dikembangkan, selain itu ada Jobver
yaitu sosialisasi lapangan kerja kepada pekerja dengan mengundang
beberapa pengusaha atau perusahaan yang memiliki lowongan kerja.
Serta mandiri professional dengan diberikan pelatihan untuk sarjana-
sarjana baru.
229

Penentuan laju investasi Hal ini dapat dicapai dengan
mengendalikan konsumsi baik actual maupun potensial dan
meningkatkan rasio tabungan marginal ( inkrimental). Untuk
mendorong investasi optimal secara sosial ini berhubungan dengan
tanggung jawab Negara dan pola optimum investasi untuk
menciptakan investasi pada overhead ekonomi dan sosial. Seperti
investasi bidang transportasi, perhubungan, pengembangan tenaga
dan sungai, serta konservasi lahan, untuk overhead ekonomi. Serta
investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan fasilitas pelatihan,
untuk overhead sosial. Namun investasi dalam bentuk ini
memerlukan investasi yang besar.
Untuk itu perlu adanya perubahan-perubahan dan tindakan
dalam hal:
Perubahan kerangka kelembagaan
Perubahan organisasi
Over head social dan ekonomi
Pembangunan pertanian
Pembangunan industry
Kebijakan fiscal dan moneter
Kebijakan fiscal
Kebijakan fiskal berarti penggunaan pajak, pinjaman
masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan
stabilisasi dan pembangunan ekonomi. Bagi Negara maju, kebijkaan
fiskal bertujuan untuk stabilisasi laju pertumbuhan. Sedangkan bagi
Negara terbelakang, kebijkan fiskal bertujuan untuk pembentukan
modal. Namun secara umum, tujuan kebijakan fiskal adalah :
230

Meningkatkan Laju Investasi, Mendorong Investasi Optimal Secara
social, Meningkatkan Kesempatan Kerja, Meningkatkan Stabilisasi
Ekonomi ditengah Ketidakstabilan Internasional, Menanggulangi
Inflasi, Meningkatkan dan Redistribusi pendapatan
Kebijakan moneter
Kebijakn moneter dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang berhubunga
dengan : Pengendalian lembaga keuangan, Penjualan dan pembelian secara
aktif kertas- kertas berharga oleh otorita moneter sebagai usaha
mempengaruhi perubahan keadaan uang. Pembelian dan penjualan positif
kertas berharga sebagai usaha mempertahankan struktur bunga tertentu,
stabilitas saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan komitmen tertentu
lainnya. Kebijakan moneter berfungsi untuk memacu pembangunan, yaitu
melalui : Mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit, Pengendalian inflasi,
Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran, Peningkatan
perdagangan luar negeri Ekspor sangat penting dalam menunjang
perekonomian Indonesia, karena ekspor tidak saja sebagai sumber
penerimaan devisa tetapi juga sebagai perluasan pasar bagi produksi barang-
barang domestik dan penyerap tenaga kerja. Salain tingkat daya saing
barang-barang ekspor itu sendiri, faktor penting lainnya yang mempengaruhi
kinerja ekspor nasional adalah tingkat pertumbuhan perekonomian dunia,
khususnya tingkat pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang Indonesia.
Dan dijelaskan dalam Al-Quran An Nisaa ayat 2 tentang kekuasaan atau
wewenang pemerintah yang adil tercantum ayat sebagai berikut:
., _...,l 'l. l.,.. ,,>' ,Ll!, l!. >. _|| >l.
..| l !,`> ,, _
231

Artinya: Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta
mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan
kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-
tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.


b. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah pendidikan
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang
pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat
ini masih mengalami sakit. Dunia pendidikan yang sakit ini
disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia
menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.
Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian
manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di
Indonesia, menghasilkan manusia robot. Kami katakan demikian
karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata
lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan,
kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku
belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin
hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya
berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang
belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti
mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan
sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali
dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid.
Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan
sebagai pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai. Dan
232

siap pakai di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang
dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan
teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak
bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau
komponen pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan
diharapkan mampu menjadi lembaga produksi sebagai penghasil
bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang dituntut pasar.
Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh
banyak lembaga pendidikan.
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari
atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang
tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank.
Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena para peserta
didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa.
Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid untuk
menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru
sebagai pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid dipandang
sebagai safe deposit box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer
kedalam otak murid dan bila sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan
tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa saja yang
disampaikan guru.
Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid
sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan karena
sangat menindas para murid. Freire mengatakan bahwa dalam
pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang
dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan
kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan apa-
apa.
233

Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka
manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi
kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Manusia sebagai objek (yang adalah wujud dari dehumanisasi)
merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi
humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar
budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita telah sama-
sama melihat bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung
dengan hal-hal yang berbau Barat? Oleh karena itu strategi
pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam strategi kebudayaan
Asia, sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu kawasan
penentu yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan
politik internasional. Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini
penulis kemukakan. Melainkan justru hendak mengajak kita semua
untuk melihat kenyataan ini sebagai sebuah tantangan bagi dunia
pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan
sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia yang
sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya
sekaligus juga mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi,
budaya dan situasi masyarakat lain? Dalam hal ini, makna pendidikan
menurut Ki Hajar Dewantara menjadi sangat relevan untuk
direnungkan.
Kualitas Pendidikan di Indonesia
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,
khususnya di Indonesia yaitu :
Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu
Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan
juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi
234

dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar
pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
Faktor eksternal, adalah masyarakat pada
umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan
merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek
dari pendidikan. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan
kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Faktor-faktor
tersebut yaitu : Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Untuk sarana
fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media
belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara
laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak
memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang
tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak
memiliki laboratorium dan sebagainya.
Rendahnya Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga
amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat. Kendati secara kuantitas jumlah guru di
Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di
negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru
di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal,
karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka,
khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya.
235

Secara kuantitatif, sebenarnya jumlah guru di Indonesia relatif
tidak terlalu buruk. Apabila dilihat ratio guru dengan siswa,
angka-angkanya cukup bagus yakni di SD 1:22, SLTP 1:16, dan
SMU/SMK 1:12. Meskipun demikian, dalam hal distribusi guru
ternyata banyak mengandung kelemahan yakni pada satu sisi ada
daerah atau sekolah yang kelebihan jumlah guru, dan di sisi lain
ada daerah atau sekolah yang kekurangan guru. Dalam banyak
kasus, ada SD yang jumlah gurunya hanya tiga hingga empat
orang, sehingga mereka harus mengajar kelas secara paralel dan
simultan. Bila diukur dari persyaratan akademis, baik
menyangkut pendidikan minimal maupun kesesuaian bidang studi
dengan pelajaran yang harus diberikan kepada anak didik,
ternyata banyak guru yang tidak memenuhi kualitas mengajar
(under quality). Hal itu dapat dibuktikan dengan masih
banyaknya guru yang belum sarjana, namun mengajar di
SMU/SMK, serta banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan
disiplin ilmu yang mereka miliki. Keadaan seperti ini menimpa
lebih dari separoh guru di Indonesia, baik di SD, SLTP dan
SMU/SMK. Artinya lebih dari 50 persen guru SD, SLTP dan
SMU/SMK di Indonesia sebenarnya tidak memenuhi kelayakan
mengajar. Dengan kondisi dan situasi seperti itu, diharapkan
pendidikan yang berlangsung di sekolah harus secara seimbang
dapat mencerdaskan kehidupan anak dan harus menanamkan budi
pekerti kepada anak didik. Sangat kurang tepat bila sekolah
hanya mengembangkan kecerdasan anak didik, namun
mengabaikan penanaman budi pekerti kepada para siswanya.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik
236

sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas,
tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan
pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya
tingkat kesejahteraan guru.
Rendahnya Kesejahteraan Guru Rendahnya kesejahteraan guru
mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak
guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang
mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari,
menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS,
pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Dengan adanya UU Guru
dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak
lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan
hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan
mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain
meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan
profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang
berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat
pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah
dinas. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri
menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan
swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal.
Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen
dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk
menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU
Guru dan Dosen. Rendahnya Prestasi Siswa Dengan keadaan
yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
237

kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak
memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan
matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003
(2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44
negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari
44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa
kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara
tetangga yang terdekat. Dalam hal prestasi, 15 September 2004
lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga
telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara
serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul
Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini
Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara.
Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi
Indonesia berada jauh di bawahnya. Dalam skala internasional,
menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA
(Internasional Association for the Evaluation of Educational
Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan
membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah.
Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong),
74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7
(Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu
menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit
sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa
menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil
studi The Third International Mathematic and Science Study-
238

Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa,
diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia
berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika.
Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari
77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas
terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61,
ke-68, ke-73 dan ke-75.
Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan
memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan
Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000
menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD
pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian
APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni
Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan
menghambat pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi
pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur.
Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990
menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh
lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT
sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan
kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat
239

pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data
Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak
putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga
menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya
ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia
kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional
terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik
memasuki dunia kerja.
Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal.
Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang
harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki
pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh
sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp
500.000, sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas
Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5
juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari
kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai
upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite
Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu
disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha
memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite
Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, sesuai
keputusan Komite Sekolah. Namun, pada tingkat implementasinya,
ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan
anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala
240

Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator
kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi
dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan
pendidikan rakyatnya. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya
RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya
status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas
memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan
perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan
tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan
hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun
berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya
BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang
kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya
pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit. Privatisasi atau
semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik
tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan
pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen
dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi
pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar
seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong
hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005). Dari APBN 2005
hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan
dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja
dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi
pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum
Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar.
241

Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam
Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau
satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau
masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Seperti halnya
perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan
dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network
for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai
bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah
melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan
tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan
begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri
biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok
biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan
mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati
pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin
terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan
miskin. Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir.
Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme
global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor
lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan
Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana
memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan
menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber
dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari
SD hingga perguruan tinggi. Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN
yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara
(BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan
242

bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di
Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara
berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun
biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang
menggratiskan biaya pendidikan. Pendidikan berkualitas memang
tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis.
Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?
Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap
warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat
bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi,
kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab.
Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi
Pemerintah untuk cuci tangan.
41
Dan dalam Al-Quran yaitu An Nuur
ayat 48 di jelaskan hak-hak seorang pemimpin yaitu sebagai berikut:
:| `s: _|| < .. >`>,l '., :| _, .. .-. __
Artinya: dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya,
agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian
dari mereka menolak untuk datang.
Solusi Pendidikan di Indonesia

41
Atik Catur Budiati. 2009. Sosiologi Kontekstual untuk SMA & MA Kelas X. Jakarta. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

243

Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas
sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah
dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem
sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti
diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem
ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara
lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam
urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis
yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya
untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi
siswa.
Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada
upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan
alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya. Maka
dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di
Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat
menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM tinggi,
berkepribadian pancasila dan bermartabat.
244


c. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang klasik.
Seperti kita ketahui setiap tahun jumlah tenaga kerja yang sedang
mencari lapangan kerja terus bertambah, sedangkan lapangan kerja
yang tersedia sangat terbatas akibatnya semakin bertambah jumlah
pengangguran. Untuk dapat memperoleh lapangan kerja pada
lapangan lapangan usaha terlebih diluar sektor pertanian, pencari
kerja harus memiliki keahlian atau keterampilan yang sesuai dengan
bidang pekerjaan yang akan dikerjakan. Sedangkan menurut
kenyataannya, banyak pencari kerja usia muda tidak memiliki
keahlian atau keterampilan yang sesuai dengan yang dibutuhkan
berbagai lapangan kerja tersebut.

Sebab-sebab terjadinya pengangguran terutama disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Angkatan kerja yang terus meningkat jumlahnya dan
pertumbuhan kesempatan kerja tidak seimbang dengan
pertumbuhan angkatan kerja.
2) Angkatan kerja yang sedang mencari kerja tidak dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.
Pengangguran merupakan masalah di muara dan dapat
berdampak langsung dan tidak langsung terhadap masalah sosial dan
politik. Pengangguran dan setengah. Kita tidak dapat mengatasi
masalah pengangguran hanya dengan berkiprah di muara. Di samping
penanganan masalah-masalah di muara, penanganan pengangguran
secara strategis harus dilakukan di hulu. Sektor-sektor di hulu yang
245

banyak berdampak pada pengangguran adalah sektor kependudukan,
pendidikan, dan ekonomi.
Sektor kependudukan, terutama pertumbuhan penduduk akan
memengaruhi jumlah angkatan kerja baru yang akan memasuki pasar
kerja. Sedangkan sektor pendidikan akan mempengaruhi kualitas
angkatan kerja yang pada gilirannya juga berpengaruh pada
produktivitas tenaga kerja. Sektor ekonomi adalah sektor yang paling
krusial, karena pengaruhnya pada daya tampung dan daya serap
terhadap angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi dapat meningkat
apabila terjadi peningkatan akumulasi kapital, peningkatan tingkat
partisipasi, dan peningkatan produktivitas angkatan kerja.
Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat membuat sektor swasta lebih
berkembang.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang
belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan
penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a) Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment), adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-
turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b) Pengangguran struktural (Struktural Unemployment), adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi
dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran
struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti
akibat permintaan berkurang, akibat kemajuan dan pengguanaan
teknologi, akibat kebijakan pemerintah.
c) Pengangguran friksional (Frictional Unemployment), adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
246

kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar
kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
d) Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul
akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke
musim panen.
e) Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga
mesin-mesin.
f) Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi).
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerat demand).
Pengangguran memberi dampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak
dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal
dari sektor pajak berkurang. Pengangguran juga tidak menggalakkan
pertumbuhan ekonomi.
Adanya pengangguran seperti disebutkan di atas dikarenakan
adanya kesenjangan yang tinggi antara ratio pekerja dan lapangan
pekerja yang disebabkan faktor-faktor ekonomi dan pendidikan. Oleh
karena itu penulis mencoba memetakan faktor-faktor tersebut untuk
mencari alternatif masalah:
Tujuan Penyelesaian Masalah Mengatasi masalah pengangguran
di Indonesia memerlukan usaha yang cukup keras karena
banyaknya faktor-faktor seperti kondisi demografis, sosial
budaya, ekonomi, politik dan keamanan juga merupakan
rangkaian masalah yang cukup kompleks. Namun demikian jalan
247

keluar dan upaya untuk memperbaiki masalah pengangguran
tetap harus dicari. Tujuan penyelesaian masalah pengangguran ini
untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat
diketahui alternatif solusinya.
Sasaran Penyelesaian Masalah Sasaran penyelesaian masalah
lebih ditekankan pada arah kebijakan pemerintah untuk
mengurangi tingkat pengangguran dengan cara mendorong
investasi untuk menciptakan kesempatan, perbaikan iklim
investasi dalam mendorong kembalinya minat investasi dan
ekspor, memperbaiki regulasi. Sedangkan arah kebijakan
pemerintah untuk tenaga kerja dan dunia pendidikan adalah
dengan meningkatkan kemampuan tenaga kerja melalui perbaikan
kualitas pendidikan.
Seperti dijelaskan diatas, pemerintah dituntut peran yang lebih
besar dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan
pengurangan angka pengangguran. Pemerintah dapat berperan dalam
merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan
perluasan atau pendirian industri baru. Selain itu pemerintah dapat
membuat kebijakan untuk menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas
dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Sebagaimana dijelaskan di awal faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pengganguran diantaranya karena besarnya
Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja.
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar
daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat
jarang terjadi.
248

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pengangguran
diperlukan arah kebijakan yang jelas dari pemerintah. Adapun asumsi
yang digunakan dalam melihat masalah ini antara lain,
a. Struktur lapangan kerja tidak seimbang
b. Kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja tidak seimbang dengan
lapangan pekerjaan.
Berdasarkan asumsi permasalahan tersebut, maka dapat
ditetapkan asumsinya sebagai berikut:
Pemerintah berperan aktif dalam mengentaskan pengangguran.
Baik melalui deregulasi di bidang perekonomian maupun
kebijakan dibidang pendidikan.
Tenaga kerja berusaha meningkatkan kualitas ilmu dan keahlian
sesuai dengan perkembangan zaman.
Masalah pengangguran bukanlah semata masalah pemerintah
saja. Masalah ini menuntut peran serta berbagai pihak baik dari
perintah, kalangan swasta, kalangan pendidik maupun masyarakat
banyak. Untuk itu stakeholder yang terkait dengan masalah
pengangguran ini adalah sebagai berikut : Menteri tenaga kerja,
Menteri pendidikan nasional, Menteri yang berada dibawah
koordinator Menko perekonomian, Pemerintah daerah, Kalangan
dunia usaha, Kalangan dunia pendidikan, Masyarakat angkatan kerja
dan masyarakat umum lainnya
Identifikasi Alternatif Solusi Untuk memecahkan masalah
pengangguran ini penulis mencoba mengidentifikasi alternatif solusi.
Adapun secara garis besar solusi yang diberikan antara lain ,
249

1. Memperluas kesempatan kerja
2. Deregulasi dan debirokrasi di bidang ekonomi
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan fasilitas pelatihan

C. Pembangunan Indonesia dari masa orde lama, orde baru hingga
masa era reformasi
Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia
1. Orde Lama
Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara
tahun 1959-1967, pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS)
yang menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan
nasional:
TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik
Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969,
Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan.
Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam
melakukan pembangunan Indonesia yang diawali dengan babak baru dalam
mencipatakan iklim Indonesia yang lebih kondusip, damai, dan sejahtera.
Proses mengrehablitasi dan merekontruksi yang di amanatkan oleh MPRS ini
250

diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian untuk mendorong
pembangunan nasional yang telah didera oleh kemiskinan dan kerugian
pasca penjajahan Belanda.
Pada tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali
dengan lahirnya Panitia Pemikir Siasat Ekonomi. Perencanaan
pembangunan 1947 ini masih mengutamakan bidang ekonomi mengingat
urgensi yang ada pada waktu itu (meskipun di dalamnya tidak mengabaikan
sama sekali masalah-masalah nonekonomi khususnya masalah sosial-
ekonomi, masalah perburuhan, aset Hindia Belanda, prasarana dan lain lain
yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial). Tanpa perencanaan semacam
itu maka cita-cita utama untuk merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi
nasional tidak akan dengan sendirinya dapat terwujud. Apalagi jika tidak
diperkuat oleh Undang-Undang yang baku pada masa itu.
Sekitar tahun 1960 sampai 1965 proses sistem perencanaan
pembangunan mulai tersndat-sendat dengan kondisi politik yang masih
sangat labil telah menyebabkan tidak cukupnya perhatian diberikan pada
upaya pembangunan untuk memperbaiki kesejahtraan rakyat.
Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram.
Persediaan beras menipis sementara pemerintah tidak memiliki kemampuan
untuk mengimpor beras serta memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Harga
barang membubung tinggi, yang tercermin dari laju inflasi yang samapai 650
persen ditahun 1966. keadaan plitik tidak menentu dan terus menerus
bergejolak sehingga proses pembangunan Indonesia kembali terabaikan
sampai akhirnya muncul gerakan pemberontak G-30-S/PKI, dan berakir
dengan tumbangnya kekuasaan presiden Soekarno.
251

2. Orde Baru
Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis
Indonesia (G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde
Baru. Pada tanggal 1 Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk
menandatangani sebuah surat yang memerintahkan pada Jenderal Soeharto
untuk mengambil segala tindakan yang perlu untuk keselamatan negara dan
melindungi Soekarno sebagai Presiden. Surat yang kemudian dikenal
dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) itu diartikan
sebagai media pemberian wewenang kepada Soeharto secara penuh.
Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas
nasional dalam program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional
terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan konsensus nasional.
Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan bahwa
kerdaulatan dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam bidang sosial budaya. Tekad ini tidak akan bisa
terwujud tanpa melakukan upaya-upaya restrukturisasi di bidang politik
(menegakkan kedaulatan rakyat, menghapus feodalisme, menjaga keutuhan
teritorial Indonesia serta melaksanakan politik bebas aktif), restrukturisasi di
bidang ekonomi (menghilangkan ketimpangan ekonomi peninggalan sistem
ekonomi kolonial, menghindarkan neokapitalisme dan neokolonialisme
dalam wujudnya yang canggih, menegakkan sistem ekonomi berdikari tanpa
mengingkari interdependensi global) dan restrukturisasi sosial budaya
(nation and character building, berdasar Bhinneka Tunggal Ika dan
Pancasila serta menghapuskan budaya inlander).
252

Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap untuk
dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dan menciptakan lapangan kerja.
Pendapatan perkapita juga meningkata dibandingkan dengan masa orde
lama.
Kesemuanya ini dicapai dalam blueprint nasional atau rencana
pembangunan nasional. Itulah sebabnya di jaman orde lama kita memiliki
rencana-rencana pembangunan lima tahun (Depernas) dan kemudian
memiliki pula Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan-Tahun
(Bappenas). Di jaman orde baru kita mempunyai Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita) I, Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita
V,dan Repelita VII (Bappenas).
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya
krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia
terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia.
Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan
rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat
mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi
yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah
perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan
di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti,
yaitu me-ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti. Keempat
mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai Pahlawan
Reformasi.
Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan
mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain
itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan
253

UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU
Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite
Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk
diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut
menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
3. Reformasi
Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai tekanan
rakyat kepada presiden Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998
Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI
dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa
ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde
Reformasi.
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam
sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Selain itu pada masa ini juga memberi kebebasan dalam
menyampaikan pendapat, partisipasi masyarakat mulai terangkat kembali.
Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan
dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada
pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan
juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara
menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
254

Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol langsung
oleh rakyat, dan kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi yang
bebunyi dari, oleh dan untuk rakyat, sehingga dengan dasar ini partisipasi
rakyat tidak terkekang seperti pada masa orde baru,kehidupan perekonomian
Indonesia dapat didorong oleh siap saja.
Selain pembangunan nasional pada masa ini juga ditekankan kepada
hak daerah dan masyarakatnya dalam menentukan daerahnya masing-
masing, sehingga pembangunan daerah sangat diutamakan sebagaimana
dicantumkan dalam Undang-Undang no 32/2004,Undang-Undang 33/2004,
Undang-Undang 18/2001 Untuk pemerintahan Aceh, Undang-Undang
21/2001 Untuk Papua. Keempat undang-undang ini mencerminkan
keseriusan pusat dalam melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah dan
rakyat di daerah agar daerah dapat menentukan pembangunan yang sesuai
ratyatnya inginkan.
Kebijakan Ekonomi Dalam Pembangunan
1. Orde Lama
Masa pemerintahan Soekarno kebijakan ekonomi pembangunan
masih sangat labil, yang didera oleh berbagai persoalan antaranya
pergejolakankan politik yang belum kondusif dan juga system pemerintahan
yang belum baik, sehingga berdampak pada proses pengambilan kebijakan.
a. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat
buruk, antara lain disebabkan oleh :
255

Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari
satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk
sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang
berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945
untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
Kas negara kosong.
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi,
antara lain :
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.
Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli
1946.
Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India,
mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan
menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura
dan Malaysia.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19
Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948,
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan
dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada
256

pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab
Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
b. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan
pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire
laissez passer. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi, antara lain :
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20
Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun.
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15
Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank
sentral dan bank sirkulasi.
Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar,
termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan
pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.
c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah).
Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama
dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-
257

kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai
uang sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50,
uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan
di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap
ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian
Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang
senilai Rp 1000 menjadi Rp 1.Tindakan pemerintah untuk menekan
angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu
diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-
pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang
dilaksanakan pemerintah dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan
Malaysia dan negara-negara Barat.
2. Orde Baru
Pada masa Orde Baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak
mengalami perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada
masa itu pemerintah sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga
mendukung terjadinya stabilitas ekonomi. Karena hal itulah maka
pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-perubahan kebijakan
terutama dalam hal anggaran negara.
258

Pada masa pemerintahan Orde Baru, kebijakan ekonominya
berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut
didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah. Hal
tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan
Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang
stabil, dan pemerataan pembangunan.
Hal ini berhasil karena selama lebih dari 30 tahun, pemerintahan
mengalami stabilitas politik sehingga menunjang stabilitas ekonomi.
Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa itu dituangkan pada Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), yang pada akhirnya
selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk disahkan
menjadi APBN.
APBN pada masa pemerintahan Orde Baru, disusun berdasarkan
asumsi-asumsi perhitungan dasar. Yaitu laju pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, harga ekspor minyak mentah Indonesia, serta nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika. Asumsi-asumsi dasar tersebut dijadikan sebagai
ukuran fundamental ekonomi nasional. Padahal sesungguhnya, fundamental
ekonomi nasional tidak didasarkan pada perhitungan hal-hal makro. Akan
tetapi, lebih kearah yang bersifat mikro-ekonomi. Misalnya, masalah-
masalah dalam dunia usaha, tingkat resiko yang tinggi, hingga penerapan
dunia swasta dan BUMN yang baik dan bersih. Oleh karena itu pemerintah
selalu dihadapkan pada kritikan yang menyatakan bahwa penetapan asumsi
APBN tersebut tidaklah realistis sesuai keadaan yang terjadi.
Format APBN pada masa Orde Baru dibedakan dalam penerimaan
dan pengeluaran. Penerimaan terdiri dari penerimaan rutin dan penerimaan
pembangunan serta pengeluaran terdiri dari pengeluaran rutin dan
259

pengeluaran pembangunan. Sirkulasi anggaran dimulai pada 1 April dan
berakhir pada 31 Maret tahun berikutnya. Kebijakan yang disebut tahun
fiskal ini diterapkan seseuai dengan masa panen petani, sehingga
menimbulkan kesan bahwa kebijakan ekonomi nasional memperhatikan
petani.
APBN pada masa itu diberlakukan atas dasar kebijakan prinsip
berimbang, yaitu anggaran penerimaan yang disesuaikan dengan anggaran
pengeluaran sehingga terdapat jumlah yang sama antara penerimaan dan
pengeluaran. Hal perimbangan tersebut sebetulnya sangat tidak mungkin,
karena pada masa itu pinjaman luar negeri selalu mengalir. Pinjaman-
pinjaman luar negeri inilah yang digunakan pemerintah untuk menutup
anggaran yang defisit.
Ini artinya pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut ditempatkan pada
anggaran penerimaan. Padahal seharusnya pinjaman-pinjaman tersebut
adalah utang yang harus dikembalikan, dan merupakan beban pengeluaran di
masa yang akan datang. Penerapan kebijakan tersebut menimbulkan banyak
kritik, karena anggaran defisit negara ditutup dengan pinjaman luar negeri.
Padahal, konsep yang benar adalah pengeluaran pemerintah dapat ditutup
dengan penerimaan pajak dalam negeri. Sehingga antara penerimaan dan
pengeluaran dapat berimbang. Permasalahannya, pada masa itu penerimaan
pajak saat minim sehingga tidak dapat menutup defisit anggaran.
3. Reformasi
Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya
pemerintahan Orde Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang
dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal
260

ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi.
Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa
mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi
belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang
ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan
stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid
pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara
dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan
orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan
mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate
yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya,
kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.
Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami masalah-
masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan
penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi
persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada
pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang
luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan
negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan
negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi
beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu
261

banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke
perusahaan asing.
Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam
pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak
investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan
mengganggu jalannya pembangunan nasional.
Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan
kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain
menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga
minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan
kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat
miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.Kebijakan yang
ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.
Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada
bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan
kepala-kepala daerah.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh
sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka
262

diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi
pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa
kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005
menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006.
Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena
pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan
lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan
berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu
kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya
serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah
berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi
dalam negeri masih kurang kondusif.
Pada masa Reformasi ini proses pembangunan nasional memang
sudah demokratis dan sudah memerankan fungsi pemerintah daerah dalam
menjalankan pasipartisi rakyat daerahnya. Dengan peluang otonomi daerah
telah memberikan sumbangsi yang besar terhadap proses percepatan
pembangunan nasional dan juga menjaminnya sistem demokrasi yang
merakyat.
Sistem Pemerintahan
1. Orde lama
kebijakan pada pemerintah, berorientasi pada politik,semua proyek
diserahkan kepada pemerintah, sentralistik,demokrasi Terpimpin,
sekularisme.
263

2. Orde Baru
Kebijakan masih pada pemerintah, namun sektor ekonomi sudah
diserahkan ke swasta/asing, fokus pada pembangunan ekonomi, sentralistik,
demokrasi Pancasila, kapitalisme.
Soeharto dan Orde Baru tidak bisa dipisahkan. Sebab, Soeharto
melahirkan Orde Baru dan Orde Baru merupakan sistem kekuasaan yang
menopang pemerintahan Soeharto selama lebih dari tiga dekade. Betulkah
Orde Baru telah berakhir? Kita masih menyaksikan praktik-praktik nilai
Orde Baru hari ini masih menjadi karakter dan tabiat politik di negeri ini.
Kita masih menyaksikan koruptor masih bercokol di negeri ini. Perbedaan
Orde Baru dan Orde Reformasi secara kultural dan substansi semakin kabur.
Mengapa semua ini terjadi? Salah satu jawabannya, bangsa ini tidak pernah
membuat garis demarkasi yang jelas terhadap Orde Baru.
Tonggak awal reformasi 11 tahun lalu yang diharapkan bisa menarik
garis demarkasi kekuatan lama yang korup dan otoriter dengan kekuatan
baru yang ingin melakukan perubahan justru terbelenggu oleh faktor
kekuasaan.Sistem politik otoriter (partisipasi masyarakat sangat minimal)
pada masa orba terdapat instrumen-instrumen pengendali seperti pembatasan
ruang gerak pers, pewadahunggalan organisasi profesi, pembatasan partai
poltik, kekuasaan militer untuk memasuki wilayah-wilayah sipil, dll
3. Reformasi
Pemerintahan tidak punya kebijakan (menuruti alur parpol di DPR),
pemerintahan lemah, dan muncul otonomi daerah yang kebablasan,
demokrasi Liberal (neoliberaliseme), tidak jelas apa orientasinya dan mau
dibawa kemana bangsa ini.
264

BAB XI
PERAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DALAM
PEMBANGUNAN DESA TERPADU
A. Pengertian pembangunan desa terpadu
Pembangunan desa terpadu adalah suatu startegi pembangunan yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari strategi pembangunan desa.
Dalam pembangunan desa dilakukan usaha yang intensif dengan tujuan dan
kecenderungan memberikan fokus pada perhatian kepada kelompok maupun
daerah tertentu ,melalui penyampaian pelayanan, bantuan dan informasi
kepada masyarakat desa. Dengan demikian, startegi ini lebih banyak
menaruh perhatian pada proses penyampaian dari pada pengembangan
kapasitas dan respons masyarakat. Karena masyarakat desa mempunyai
banyak aspek, usaha pembangunan desa yang bersifat menyeluruh
semestinya juga meliputi keseluruan aspek tersebut. Apabila uasaha
pembangunan untuk masing-masing aspek ditangani oleh instansi yang
berbeda,akan dijumpai sejumlah instansi yang melakukan aktivitas di desa
dalam rangka melaksanakan programnya msing-masing untuk menghindari
duplikasi dan tumpang tindih serta untuk mewujudkan proses yang saling
mendukung maka perlu dilakukan suatu pendekatan yang mampu
mengkoordinasikan dan mensinergikan program-program yang bersifat
sektoral tersebut.
Menurut Honadle dan Vansant merumuskan pengertian pembangunan
desa terpadu sebagai suatu aktivitas pembangunan yang bersifat
multisektoral dan multifungsi yang dilaksanakan pada suatu lokasi atau
beberapa lokasi tertentu.

265

b. Perkembangan konsep pembangunan desa terpadu
Secara garis besar, tujuan pembangunan pada umumnya dan
pembangunan masyarakat desa pada khususnya adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat mempunyai berbagai dimensi, sementara pihak
beranggapan bahwa dalam pengertian kesejahteraan yang penuh terkandung
dimensi fisik,ekonomi,mental dan sosial. Dengan menggunakan ukuran
relatif dapat dikatakan bahwa kesejahteraan dan taraf hidup masyarkat akan
meningkat apabila semakin banyak kebutuhan dapt dipenuhi.
Walaupun kesejahteraan masyarakat mempunyai berbagai
dimensi,banyak pendapat yang mengatakan bahwa dimensi ekonomi
memegang peranan yang cukup penting karena dapat menjadi sarana dan
pendorong bagi pemenuhan kebutuhan pada dimensi yang lain.
Dengan menggunakan asumsi kasr bahwa mayoritas penduduk negara-
negara sedang berkembang tinggal di desa dan mayoritas warga masyarakat
desa bakerja disektor pertanian,maka agar pendapatan masyarakat meningkat
diperlukan peningkatan produktivitas pertanian. Baik Schultz maupun
Johnson dan Mellor sama-sama berpendapat bahwa pertanian adalah sektor
kunci bagi negara-negara sedang berkembang, karena sektor pertanian dapat
disebut sebagai mesin pertumbuhan baru dan mempunyai dampak yang luas
dan penguntungkan.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian tersebut,terutama di
daerah yang padat penduduknya dan perluasan lahan pertanian lebih terbatas,
cara yang banyak dipilih adalah melalui perubahan dan pembaruan dalam
sisitem usaha tani. Melalui cara tersebut dilakukan berbagai usaha untuk
memperkenalkan teknologi baru, cara kerja baru, dan ide-ide baru dibidang
pertanian. Pada awalnya khususnya untuk usaha tani padi, perubahan dan
266

pembaruan diharapkan terjadi dalam hal penggunaan bibit unggul,
pemupukan,pemberantasan hama,cara tanam di pengairan yang kemudian
dikenal dengan panca usaha tani. Atau biasanya dikenal dengan penyuluhan
pertanian.
Secara garis besar dikenal adanya dua pola penyuluhan pertanian
dikalangan negara-negara sedang berkembang yaitu pola Asia-Amerika latin
dan pola Afrika.
Asia Amerika latin yang sering juga disebut sebagai pola
konvensional, kegiatan penyuluhan pertanian pada umumnya
ditangani secara nasional denagn lingkup pelayanan meliputi seluruh
wilayah negara dengan aneka ragam budi daya pertanian dan aneka
ragam petani.
Pola Afrika yang disebut sebagai pola berspesialis, kegiatan
penyuluhan dengan maksut yang memperkenalkan dana memperluas
produksi pada umumnya dipilih budi daya tertentu, khusus dilakukan
di daerah yang dinilai paling cocok dengan budi daya tertentu.
Dalam penyuluhan pertanian dapat disangkal adanya dua lembaga yang
sangat berperan dalam keseluruhan proses tersebut.
1) Lembaga penelitian pertanian yang bertugas untuk selalu mncari dan
menemukan ide-ide baru dibidang pertanian yang sangat bermanfaat
bagi peningkatan produksi.
2) Lembaga penyuluhan yang bertugas menyebarkan ide-ide baru hasil
kerja lembaga penelitian tadi agar dapat diterapkan oleh kalangan
pertanian secara luas.
Dilain pihak penyuluhan selain bertugas menyebarkan ide-ide baru dan
teknologi baru juga dapat memberikan masukan pada lembaga penelitian
267

tentang kebutuhan dan permasalahan aktual yang dihadapi petani.
Sebgaimana diketahui, sejak dekade 1960-an kebijakan pembangunan di
negara-negara sedang berkembang menganut prinsip memaksimalkan
pertumbuhan. Penduduk pedesaan khususnya lapisan kemiskinan,
diharapkan dapat memperoleh manfaat proses pembangunan melalui
mekanisme tetesan kebawah dari pertumbuhan yang terjadi.
Oleh sebab itu mulai awal 1970-an, pembangunan desa telah berkembang
menjadi program yang berbasis lebih luas yang tidak hanya terfokus pada
sektor pertanian atau sektor khusus tertentu di pedesaan. Hal ini disebabkan
berdasarkan pertimbangan bahwa perubahan di bidang teknologi dan
ekonomi perlu memperhatikan pola keterkaitannya dengan aspek sosial di
politik bahkan psikologi. Dalam pelaksanaannya masing-masing aspek yang
terkait tadi tidak berjalan sendiri tetapi dalam saling hubungan terpadu.
c. Implementasi dan persoalannya
Memperhatikan sifat dari strategi ini sesuai namanya, maka perlu
ditegaskan kembali bahwa kata kunci dalam implementasinya adalah
koordinasi dan integrasi. Berdasarkan perkembangannya yang terakhir,
koordinasi dan integrasi tidak hanya diperlukan diantara berbagai pihak yang
menyampaikan program kepada masyarakat desa, tetapi juga natara pihak-
pihak yang menyampaikan program baik bantuan material maupun
pelayanan dengan masyarakat desa yang menjadi sasaran program. Bahkan,
koordinasi dan integrasi tersebut sedah harus dimulai sejak merumuskan
berbagai asumsi dan pola pikir dalam merancang program yang akan
diimplementasikan.
Dalam kenyataan tidak jarang strategi pembangunan desa terpadu lebih
menonjol dari sudut namanya dibandingkan terpadu dalam pelaksanaannya.
268

Pada umumnya agara dapat diimplementasikan secara konsisten,dibutuhkan
persyaratan baik pada pihak yang menyampaikan program maupun pada
tingkat masyarakat penerima program.
1. Pihak yang menyampaikan program
Mengingat persoalan yang mungkin timbul dalam implementasi terutama
yang menyangkut masalah koordinasi dan integrasi, ada baiknya di
ungkapkan kembali rekomendasi Honadle dan Vansant seperti yang
dikemukakan dalam uraian diatas. Mereka memberikan rekomendasi agar
sebalum implementasi, dipersiapkan hal-hal sebagai berikutini. Pertama,
dibuat suatu statemenformal yang jelas dan rinci tentang tujuan
program,filosofis dan dimensi teknis dari pendekatan yang terpadu, sehingga
cukup jelas memberikan petunjuk tentang apa yang tidak dikerjakan beserta
alasannya. Kedua,proses implementasi IRD sering terkendala oleh berbagai
kontrakdisi yang mendasar seperti trade off antara pencampaian hasil segera
dengan perkembangan kapasitas masyarakat. Ketiga, kegagalan program
mungkin bukan karena kuranganya kemauan politik, melainkan adanya
konflik atau dampak dari konflik organisasi dan menejemen program. Oleh
sebab itu, kemungkinan tersebut perlu diantisipasi sejak dini.
Ketiga rekomendasi tersebut menuntut adanya kesiapan saja dari pihak
yang melaksanakan dan menyampaikan program, melainka juga dari pihak
masyarakat penerimaan program. Kesiapan yang dimaksud meliputi baik
dalam proses perumusan desain program, pendekan dan metode dalam
pemyampaian program maupun dalam pengorganisasiannya termasuk aparat
pendukungnya. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penentuan bentuk dan pola pengorganisasian tersebut (Honodle dan
Vansant).
269

Pertama, pertimbangan tentang tingkat fragmentasi dari instansi terkait
akan menentukan bentuk dan pola koordinasi yang dibutuhkan. Kedua,
pilihan antara otoritas yang terpusat atau pembagian otoritas. Ketiga, pilihan
antara organisasi permanen atau organisasi sementara.
Dalam hal ini persoialan juga menjadi bertambah komplek karena, sama
sperti pertimbangan kedua,pilihan dapat berbeda untuk jenis bantuan dana
pelayanan yang berbeda. Sebgai contoh, untuk keperluan penyampain
program dalam bentuk bangunan fisik seperti jalan, poliklinik, cukup diurus
oleh organisasi yang bersifat sementara, tetapi pelayanan untuk mendorong
proses keberlanjutan cenderung dibutuhkan organisasi yang lebih permanen.
Rondidinelli (1978:116) menyatakan pada umumnya behwa negara-
negara sedang berkembang memilih satu diabtara tiga pilihan dalam
menentukan organisasi penyelenggaraan. Pertama memberikan tugas kepada
badan-badan pemerintah yang sudah ada, biasanya dari departemen pertanian
atau pembangunan desa atau instansi tingkat propinsi yang secara reguler
memberi pelayanan dibidang pembangunan desa. Hanya saja dalam
pelaksanaannya lebih ditekankan aspek pengelolaan bersama dan
koordinasinya. Kedua,membentuk suatu implementasi proyek yang otonom
dan berada diluar struktur birokrasi pemerintah yang reguler.
Sehubungan dengan berbagai pola organisasi pengelolaan dan
penyelenggara pembangunan desa terpadu tersebut,Hanadle dan
Vansant(1958:12-21)memberikan pilihan yang lebih betvariasi. Berbagai
alternatif yang di coba diinvestarisasi tersebut diperoleh dari berbagai
informasi pengalaman penyelenggara startegi pembengunan desa terpadu di
beberapa negara sedang berkembang, termasuk yang didianai oleh berbagai
lembega donor internasional. Beberapa alaternatif yang ditawarkan tadi
dapat diuraukan sebagai berikut ini.
270


a. Satuan manejemen proyek(project menegement unit)
Model ini merupakan analogi dari adanya proyek pembangunan
infrastruktur fisik yang sering menggunakan kantor lapangan sebagai basisi
kegiatannya yang biasa disebut projeck manegement office (PMO). Kantor
lapangan ini memeperkerjakan sejumlah profesional dari laborat untuk
melaksanakan pembangunan suatu infarastruktur fisik sesuai desing dan blue
print yang sudah ditetapkan,kantor lapangan ini merupakan suatu tugas
sementara dari suatu kontraktor bangunan atau suatu tugas sementara dari
organisasi publik, misalnya korp seni bangunan dan instansi militer dalam
rangka pelaksanaan pembangunan fisik tertentu. Keuntungan dari model ini
antara lain adalah adanya standar dan prosedur yang jelas,pembangian tugas
yang jelas dan loyalitas organisasi.
Apabila model ini akan diadopsi bagi pelaksanaan program pembangunan
desa terpadu, maka yang harus dilakukan adalah pertama kali membuat
desain program atau blue print program yang bagus, kemudian merekrut para
ahli dan profesional yang relevan, dan selanjutnya mempersiapkan organisasi
dan kantornya,setelah semuanya siap,program dapat mulai dilaksanakan
dengan memeberikan otonomi kepada suatu manajemen proyek yang telah
dibentuk tersebut. Pada umumnya keuntungan model ini adalah :dapat
mengurang campur tangan politik dalam pelaksanaan program,
memperpendek prosedur kerja sehingga program lebih cepat
selesai,pengaturan dan penggajian staf dan karyawan di luar regulasi
pegawai negeri sipil, dapat merekrut staf dan profesional sesuai kualifikasi
yang dibutuhkan.
271

Di samping itu dengan menggunakan moidel ini, para pelakasana dapat
betul-betul terfoku dan terkonsentrasi perhatiannya pada pelakasanaan
program serta dapat melangkahi prosedur birokrasi konvensional yang sering
menyita waktu dan energi. Dengan demikian, berbagai persoalan mendesak
dapat ditangani segera karena otoritas pengambilan keputusan lebih dekat
[ada akativitas lapangan. Di samping itu sesuai dengan sifatnya sebagai
organisasi dan satuan tugas yang bersifat sementara, maka melalui model ini
juga dapat digunakan untuk mendorong perubahan tanpa harus membentuk
pola birokrasi baru pedesaan.
Walau demikian, dalam pelaksanaan model ini juga tidak lepas dari
berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya dalah, sifat dari
program yang terintegrasi sering mengharuskan satuan manejemen proyek
itu berbegai otoritas dengan organisa sementsi lain. Tidak jarang organisasi
lain tersebut memiliki power dan sumber daya yang lebih besar dalam
bidang tertentu dari program yang akan dilaksanakan. Sebagai contoh,dalam
rangka pembengunan jalan sebagai bagian dari program dinas pekerjaan
umum atau instansi di bawah kementrian pemukiman dan prasarana wilayah,
maka kedua instansi tersebut lebih memiliki semberdaya dan power.
Tantangan lain dapat berasal dari sifata organisasi yang semnatara, sehingga
tidak dapat dimiliki alokasi anggaran berhenti selama proyek dinyatakan
selesai. Kenyataan ini sering memberikan dampak pda persoalan
berkelanjutan aktivitas dan kemanfaatan dari program yang bersangkutan
dalam kehidupan masyarakat desa.
b. Pemerintah Daerah Sebagai Penyelenggara
Dalam model ini pengorganisasian dan penyelenggaraan program
pembangunan Desa Terpadu di serahkan kepada pemerintah daerah ,dapat
pada tingkat profinsi atau pada tingkat di bawahnya, pengorganisasian
272

program yang menggunakan alternatif ini pada umumnya terfokus pada
pengembangan kapasitas perencanaan organisasi penyelenggara dengan
mengimplikasikan pendekatan multi-sektoral, di samping menerapkan sistem
bekerja sambil belajar dengan jalan memanfaatkan pengalaman dalam
pelaksanaan program sebagai proses belajar untuk memperoleh
penyempurnaan. Oleh sebab itu, model ini juga dapat di katakan berusaha
menghilangkan dikotomi antara perencanaan dan implimentasi yang sering
di jumpai dalam antara bagian dari birokrasi yang terlibat pelaksanaan
program pembangunan desa, sebagai suatu contoh, dalam senda gurau antar
pegawai di kalangan pemerintah daerah sering di katakan bahwa instansi
Bappeda (badan perencanaan pembangunan daerah) dalam praktek sering
kelebihan huruf p dalam singkatannya. Hal itu di sebabkan karena menurut
instansi lain, Bappeda di anggap berperanan besar tidak hanya dalam
perencanaan tetapi juga dalam pelaksanaan. Melalui model ini dikotomi
tersebut dapat di netralisasi dengan mengembangkan koordinasi dan kontrol
yang efektiv dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
Sudah barang tentu persyaratan utama agar model ini dapat di laksanakan
dengan baik adalah adanya desentralisasi. Diharapkan dapat terjadi
hubungan timbal balik antara pelaksanaan model ini dengan penguatan
desain translisasi. Hubungan tinbal balik yang saling mendukung tersebut
dapat dilihat dari kenyataan bahwa pada awalnya penerapan model ini dapat
dilaksanakan secara efektif apabila didukung oleh adanya desentralisasi.
Sebaliknya pada keberhasilan pelaksanaan program dengan menggunakan
model ini akan dapat memperkuat dan memberi dukungan bagi pelaksanaan
desentralisasi itu sendiri.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa desentralisasi bukan
panacea yang merupakan obat mujarap bagi setiap penyakit, dalam hal ini
273

berkaitan dengan kemampuannya mendorong implimentasiprogram
pembangunan desa terpadu yang dapat memberikan manfaat berkelanjutan
bagi masyarakat desa.
Memperhatikan hal-hal tersebut, keberhasilan pelaksanaan program
pembangunan desa melalui model inisangat tergantung pada
1. Tingkat komitmen pemerintah pusat terhadap desentralisasi
2. Tahap pelaksanaan desentralisasi pada daerah yang bersangkutan
3. Kekuatan proyek dalam pengertian solidnya organisasi dan dukungan
sumber daya, dan
4. Kapasitas lokal dan kemampuan proyek untuk membangun
mekanisme kerja yang lebih menjamin keberlanjutan baik proses
maupun kemamfaatan.
c. Badan Departemental
Alternatife ke-3 adalah model penyelenggaraan pembangunan desa
terpadu yang di laksanakan oleh suatu departemen tertentu, misalnya
departemen pertanian. Karena departemen ini hanya mempunyai otoritas
pada suatu bidang tertantu, dalam penyelenggaraannya dapat merekrut
personel atau unit dalam departemen laindalam rangka mewujudkan
pendekatan yang terintegrasi. Departemen dan unit apa yang di ajak dalam
berkoordinasi sangat tergantung pada fokus perhatian dari program yang
akan di laksanakan sesuai desain yang ada.
Dalam kenyataannya, pelaksanaan model ini akan lebih komplek dan
rumit dibandingkan model yang telah di uraikan sebelumnya. Hal itu
disebabkan karena untuk mengimplementasikan pendekatan yang terintegrasi
yang bersifat multi-sektoral harus meminjam staf atu unit dari departeman
lain. Tidak jarang staf atau unit dari departemen lain tadi mengalami
274

persoalan dalam menjalankan tugasnya, karena mereka harus memuaskan
dua atasan yang berbeda.
Untuk mencegah terjadinya masalah tersebut biasanya di bentuk suatu
badan koordinasi. Badan koordinasi ini di harapkan dapat menyelesaikan
permasalahan di antara dualisme dan perbedaan antara kebutuhan proyek
dan program dengan kebutuhan dan kepentingan departemen yang staf-nya
di pinjam tadi. Lebih dari itu, loka karya bersama, pengembangan semangat
bersamadalam tim, serta intensif finansial juga sering di lakukan sebagai
sarana untuk meningkatkan sarana meningkatkan loyalitas seluruh staf
terutama ynag berasal dari departemen lain terhadap proyek yang
bersangkutan. Pelajaran yang dapat di petik dalam pelaksanaan model ini
adalah suatu model organisasi departemental yang tadinya bersifat sederhana
dengan jalur otoritas yang jelas dalam suatu institusi yang sudah mapan
kemudian berubah menjadi rumit dan membingungkan setelah terlibat dalam
pelaksanaan program terintegrasi dengan departemen lain. Dari sebagian
lapangan dapat diidentifikasi, salah satu penyebabnya adalah kesulitan dalam
berbagai bentuk fisik dan pelayanan yang bersifat multisektoral, apabila di
bandingkan dengan pelaksanaan hal yang sama pada saat masih
menggunakan jalur sektoral. Sangat jarang di temukan organisai
pelaksanaaan program multisektoral yang cukup memiliki kemampuan dan
otonomi dalam membebaskan diri dari rasa iri hati, serta cemburu dan
konflik dari unsur- unsur yang berbeda dalam organisasi tersebut.
d. Badan pelaksanaan pembangunan desa tingkat nasional
Pendekatan ke-4 dalam pilihan organisasi penyelenggara pembangunan
desa terpadu adalah model badan pelaksana tingkat nasional, yang pada
umumnya berupa suatu badan koordinasi nasional. Dalam praktik
pelaksanaaannya di lapangan, sering di umpai berbagisatuan menejemen
275

proyek sebagai satuan alternatif model pertama yang sudah terbentuk dan
sudah menjalankan program pembangunan desa terpadu dan kemudian
berkoordinasi dan terjadi amalgamasidalam suatu otoritas dalam tingkat
nasionsl. Secara sepintas hal tersebut sama dengan model ke-4 ini. Memang
benar diantar ke-2nya merupakan model dan pendekatan yang sama-sama
bersifat top-down tetapi dilihat dari prosesnya merupakan kebalikannya satu
terhadap yang lain. Dalam model pertama di awali dengan kehadiran
berbagai macam proyek yang sudah beroperasi di lapanga kemudian
bergabung dalam suatu otoritas tingkat nasional, sedangkan model ke-4 ini
diawali dengan kehadiran badan tingkat nasional yang berfungsi dalam
penyelenggaraan program pembanguna desa terpaadu, baru kemudian
mendorong munculnyaberbagai aktifitas di lapangan untuk melaksanakan
fungsi tersebut.
Keberadaan badan koordinasi tingkat nasional sebagai otoritas
pembangunan desa terpadu ini banyak di jumpai di amerika latin. Rural
sektor grant (RSG) dapat di jadikan contoh model tingkat nasional yang
terbentuk lebih dulu, dan kemudian mendorong munculnyaproyek dan
aktifitas lokal. Sedangkan sekertariat nasional untuk pembangunan desa di
equador sebagai contoh persatuan menejemen proyek yang sudah terbentuk
dan menjalankan kegiatannya masing- masing, yang kemudian menjalankan
amalgamasi.
RSG merupakan badan yang memiliki otoritas penyelenggaraan
pembangunan desa terpadu tingkat nasional berusaha merespon seluruh
pihak yang berkepentingan untuk melakukan surve dan supervisi. Badan ini
berada di bawah naungan mentri keuangan dan perencanaan pembangunan,
dan berfungsi untuk memberikan dukungan finansial dalam pelaksanaan
pembangunan desa.
276

B. Peran pembangunan desa terpadu dalam organisasi pemerintah

a) Peran badan pemusyawaratan desa (BPD) dalam pembangunan desa
terpadu
1. Pengertian badan pemusyawaratan desa (BPD)
Merupakan suatu lembaga yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai "parlemen"-
nya desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada era otonomi daerah di
Indonesia.
Anggota Badan Permusyartan Desa (BPD) adalah wakil dari
penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang
ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota Badan
Permusyaratan Desa ( BPD) terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat,
golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat
lainnya. Masa jabatan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah 6
(enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya. Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD)
ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling
banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah
penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
Peresmian anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan
dengan keputusan Bupati/Walikota dihadapan masyarakat dan dipandu oleh.
Pimpinan BPD yang terdri dari 1 orang ketua, 1 orang wakil ketua, dan 1
orang sekretaris. Pimpinan Badan Permusyaratan Desa (BPD), dipilih dari
dan oleh anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) secara langsung dalam
rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) yang diadakan secara khusus, Rapat
pemilihan pimpinan Badan Permusyaratan Desa (BPD) untuk pertama kali
277

dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Badan
Permusyaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama
kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) dipimpin oleh pimpinan
Badan Permusyaratan Desa (BPD). Rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD)
dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya (satu per dua) dari
jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD), dan keputusan ditetapkan
berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal tertentu rapat Badan Permusyaratan
Desa (BPD) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua
per tiga dari jumlah anggota Badan Permusyaratn Desa (BPD),dan keputusan
ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya satu perdua ditambah 1
dari jumlah anggota Badan Permusyartan Desa (BPD) yang hadir.
Hasil rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan dengan
keputusan Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan dilengkapi dengan notulen
rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. Pimpinan dan anggota Badan
Permusyaratan Desa (BPD) menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa. Tunjangan pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan
Desa (BPD) ditetapkan dalam APB desa. Untuk kegiatan Badan
Permusyaratan Desa (BPD) disediakan biaya operasional sesuai kemampuan
keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris Badan Permusyaratan Desa
(BPD). Biaya ditetapkan setiap tahun dalam APB desa. Pimpinan dan
anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) tidak diperbolehkan merangkap
jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa.
2.Tugas badan pemusyawaratan desa (BPD)
1) Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa
2) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa
dan Peraturan Kepala Desa
3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
278

4) Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
5) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat dan menyusun tata tertib Badan
Permusyaratan Desa (BPD)
3.Peran badan pemusyawaratan desa (BPD)
1) Peran mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup
dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang
kelangsungan pembangunan.
2) Legilasi yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa
bersama-sama Pemerintah Desa.
3) Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan
aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau instansi
yang berwenang.
4) Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan
Peratauran Desa, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
desa, pelaksanaan Keputusan Kepala Desa dan Kebijaksanaan
Pemerintahan Desa serta memberikan pendapat dan pertimbangan
kepada Pemerintah Desa terhadap perjanjian kerja sama yang
menyangkut kepentingan desa.
LubukmudaBupati H Syamsurizal mengatakan, sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa, peran Badan Perwakilan Desa (BPD)
memiliki posisi yang strategis dalam menjawab kebutuhan masyarakat sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat desa setempat. Perannya sangat besar
dalam mempercepat keberhasilan pembangunan desa. Lebih-lebih dalam
melaksanakan otonomi desa. Karena itu, selain memahami dan mampu
melaksanakan kedudukan, fungsi, wewenang, hak dan kewajiban sesuai
ketentuan yang berlaku, setiap anggota BPD harus benar-benar dapat
279

menjadi lembaga tersebut sebagi saluran aspirasi masyarakat kepada
pemerintah desa. Sehingga pemerintahan desa dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan masyarakat desa. Oleh sebab itu, setiap anggota BPD juga
harus mampu membaca kepentingan-kepentingan masyarakatnya.
Menyalurkan aspirasi serta menjembatani apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat desa, katanya. Hal itu dikatakan Syamsurizal, ketika melantik
107 orang anggota BPD se Kecamatan Siak Kecil. Pelantikan anggota BPD
dari 12 desa tersebut dilaksanakan di Gedung Serbaguna Siak Kecil Desa
Lubuk Muda,
Rabu siang (28/1).Pada bagian lain, Syamsurizal mengigatkan, bahwa
BPD itu merupakan mitra kerja Kepala Desa dalam menyelenggarakan
pemerintah desa. Merupakan wadah permusyawaratan dalam pelaksanaan
demokrasi Pancasila di Desa. Kepala Desa bukan lawan politik BPD, begitu
juga sebaliknya. Keduanya harus dapat bekerjasama dengan baik. Satu sama
lain tidak boleh saling mencari kesalahan. Antara BPD dan Kepala Desa
harus sejalan. Sebagai mitra Kepala Desa, seluruh anggota BPD juga
diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam meningkatkan peranserta
masyarakat dalam membangun desa. Karena, salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan di sebuah desa, ditentukan oleh tinggi rendahnya
dukungan yang diberikan masyarakat desa tersebut, kata Syamsurizal. Ke-
107 anggota BPD yang dilantik dan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris dan anggota tersebut berasal dari Desa Sumber Jaya (7 orang),
Muara Dua (9), Sadar Jaya (7), Lubuk Muda (11), Lubuk Garam (7) dan
Tanjung Damai (7). Kemudian, Bandar Jaya (9), Tanjung Belit (7), Sepotong
(11), Langkat (11), Sungai Linau (5), Lubuk Gaung (9) dan Sungai Siput (7).
Selain wakil Ketua DPRD Bagus Santoso, turut mendampingi Syamsurizal
melantikan dan mengambil sumpah 107 anggota BPD tersebut, diantaranya
280

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Yuhelmi.
Selanjutnya, Kadis Dinas Bina Marga dan Pengairan H Khairussani,, Camat
Siak Kecil Sumarhadi, Camat Bukit Batu Basuki Rahmat serta Danramil
Bukit Batu Noto Susilo. Sementara itu Yuhelmi mengatakan, selain Siak
Kecil, sebelumnya sudah ada kecamatan yang anggota BPD sudah dilantik.
Menurut mantan pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Bengkalis ini, antara lain Kecamatan Bengkalis.
Dalam waktu dekat anggota BPD di Kecamatan Mandau dan Pinggir
segera dilantik Bupati Bengkalis. Direncanakan pelantikannya dilaksanakan
awal Februari ini, kata Yuhelmi.
b) Peran dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) dalam pembangunan
deas terpadu
1) Pengertian dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
Merupakan bentuk lembaga perwakilan rakyat (parlemen) daerah
(provinsi/ kabupaten/ kota) di indonesia yang berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara pemerintah daerah bersama dengan pemerintah
daerah. DPRD diatur dengan undang-undang, terakhir melalui
undang-undang nomer 27 tahun 2009.
2) Tugas dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.
Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang
diajukan oleh kepala daerah.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah
dan APBD.
Mengusulkan:
281

a. Untuk DPRD provinsi, pengangkatan/pemberhentian gubernur/wakil
gubernur kepada presiden melalui mentri dalam negeri untuk
mendapatkan pengesahan pengangkatan/pemberhentian.
b. Untuk DPRD kabupaten, pengangkatan/pemberhentian bupati/wakil
bupati kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
c. Untuk DPRD kota, pengangkatan/pemberhentian wali kota/wakil
wali kota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
Memilih wakil kepala daerah (wakil gubernur/wakil bupati/wakil
wali kota) dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan
daerah.
Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Peran dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
a. Legislasi, berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah
b. Anggaran,Kewenangan dalam hal anggaran daerah(APBD)
c. Pengawasan,Kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan
lainnya serta kebijakan pemerintah daerah
282



c). Peran dewan perwakilan daerah (DPD) dalam pembangunan desa
terpadu
1) Pengertian Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Merupakan representasi penduduk dalam suatu wilayah (ruang) yang akan
mewakili kepentingan-kepentingan daerah dalam proses pengambilan
keputusan politik penting ditingkat nasional. Sebagai lembaga legislatif
Dewan perwakilan Daerah (DPD) juga menjadi lembaga kontrol terhadap
jalannya roda pemerintahan, sehingga Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
benar-benar menjadi lembaga wakil rakyat.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah lebaga legislatif baru yang
dibentuk setelah amandeman UUD 1945. Dasar pembentukannya adalah
perubahan Ketiga UUD 1945, yaitu dalam Pasal 22C, 22D dan 22E UUD
1945. Dalam perubahan keempat UUD 1945, posisi DPD diatur lebih lanjut
dalam konteksnya sebagai bagian dari MPR. Dalam Pasal 2 ayat (1)
disebutkan bahwa Majelis Permusyawarahan Rakyta terdiri atas anggota
DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur
lebih lanjut dengan undang-undang. Berkaitan dengan keanggotaan
DPD,UUD 1945 menyatakan sebagai berikut:
a. DPD dipilih melalui Pemilihan Umum
b. Mewakili setipa propinsi untuk jumlah yang sama untuk setiap
propinsi
c. Merupakan Calon Perseorangan
283

d. Jumlah Anggota DPD tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004,
ketika 128 anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan
diambil sumpahnya. Pada awal pembentukannya, masih banyak tantangan
yang dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut mulai dari wewenangnya yang
dianggap jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang efektif dalam
sebuah parlemen bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang
juga jauh dari memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama
karena tidak banyak dukungan politik yang diberikan kepada lembaga baru
ini.
Bila dibandingkan dari segi kelahiran lembaganya, DPD memang jauh
lebih muda dari DPR, karena DPR lahir sejak tahun 1918 (dulu bernama
Volksraad). Namun, apabila dilihat dari segi gagasannya, keberadaan
lembaga seperti DPD, yang mewakili daerah di parlemen nasional,
sesungguhnya sudah terpikirkan dan dapat dilacak sejak sebelum masa
kemerdekaan. Dicatat oleh Indra J. Piliang dalam sebuah buku yang
diterbitkan DPD, bahwa pemikiran ini lahir pertama kali dalam konferensi
GAPI pada 31 Januari 1941 (Kelompok DPD di MPR RI, 2006: 15).
Pada masa pemerintahan Soeharto, utusan daerah sebagai anggota MPR
hanya bekerja sekali dalam lima tahun, untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, serta menetapkan GBHN. Tidak ada hal lainnya yang dapat
dilakukan oleh utusan daerah selama lima tahun masa jabatannya.
Akibatnya, efektivitasnya sebagai wakil daerah dalam pengambilan
keputusan tingkat nasional dapat dipertanyakan. Bila dibandingkan dengan
konsep parlemen dua kamar (bikameral) yang menjadi rujukan perwakilan
daerah, keberadaan utusan daerah ini berada di luar konteks.
284

Perkembangan pemikiran yang signifikan kemudian muncul pada
pembahasan amandemen UUD 1945 pada 1999-2002. Perubahan pertama
UUD 1945 disahkan pada Sidang Umum MPR tahun 1999 yang berlangsung
pada tanggal 14-21 Oktober 1999 dan perubahan kedua dilakukan pada
Sidang Tahunan MPR yang berlangsung pada tanggal 7-18 Agustus 2000.
Setelah perubahan kedua tersebut, MPR masih memandang perlu untuk
melanjutkan ke perubahan ketiga UUD 1945. Dalam perubahan ketiga inilah
muncul gagasan untuk membentuk parlemen yang menganut sistem
bikameral, yang kemudian melahirkan secara legal formal DPD yang ada
sekarang.
2) Tugas Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
a. Mengajukan RUU(Rancangan Undang-Undang) kepada DPR
b. Ikut membahas RUU
c. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan RUU. Adapun RUU yang
dimaksud hanya berkaitan dengan otonomi daerah,hubungan pusat
daerah,pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
penggolongan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3) Peran Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Selama lima tahun konstitusi memberikan peran yang sangat terbatas
kepada DPD RI sebagaimana diatur dalam pasal 22D UUD 1945. Untuk
mengoptimalkan peran DPD RI dalam memperjuangkan kepentingan
masyarakat dan daerah serta dalam rangka penguatan demokrasi di
Indonesia, maka DPD harus berupaya mengusulkan perubahan pasal 22D
UUD 1945.
285

Secara konstitusional usul perubahan itu dimungkinkan sebagaimana
ketentuan pasal 37 ayat 1 UUD 1945. Usul perubahan UUD 1945 dilandasi
pertimbangan:
a. Bahwa DPD RI mempunyai fungsi legitimasi yang sangat kuat karena
dipilih secara langsung oleh rakyat, seharusnya memiliki kewenangan
formal yang tinggi pula.
b. Dengan kewenangan yang sangat terbatas, mustahil bagi DPD RI
untuk memenuhi harapan masyarakat dan daerah mewujudkan maksud
dan tujuan pembentukan DPD RI.
c. Penerapan prinsip checks and balances tidak hanya diarahkan dalam
hubungan eksekutif presiden dan legislatif, tetapi juga antara sesama
lembaga legislatif (DPR dan DPD).

C. Peran pembangunan desa terpadu dalam non organisasi pemerintah

a. Peran lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pembangunan desa
terpadu
1) Pengertian lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan
ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan
kepada masyarakat tampa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatan tersebut.
2) Peran lembaga swadaya masyarakat (LSM)
LSM mempunyai prean yang sangat penting dalam penyebaran
informasi untuk masyarakat, karena lembaga tersebut mempunyai kedekatan
286

yang lebih terhadap masyarkat sekitarnya. Informasi yang yang dapat di
peroleh antara lain:
Memberikan informasi satu arah tertuju pada umum, misalnya
lewat media masa, poster, pembagian dokumen lewat pemda, dsb.
Memberikan pertukaran informasi dua arah yang melibatkan
masyarakat: kunjungan kedesa/rumah dan Tanya jawab, pertemuan
khusus dengan peserta-peserta yang diundang, pengumpulan
pendapat, dan pengetahuan dengan metode belajar bersama,
bertindak bersama.
Masyarakat mendapatkan media sebagai penyalur inspirasinya yang
dapat diperjuangkan sekuat tenaga dengan dukungan LSM dan piha-
pihak terkait
Masyarakat lebih mengenal lebih dekat LSM, bahwa pada saat ini
ada ratusan, bahkan ribuan LSM dengan full-timer. Bahkan ada yang
lebih besar organisasinya dengan ratusan tenaga full-timer. Ada yang
bekerja langsung melayani masyarakat kecil dengan memperkuat
kemampuan mereka. Ada yang mengkhususkan kegiatan
memperjuangkan kebijakan yang menguntungkan masyarakat bawah.
Ada pula yang berusaha menjembatani berbagai sektor : yang kuat
dengan yang lemah, yang formal dengan non formal, inti dan plasma,
tradisional dan modern dan lain-lain. Dan ada pula yang
melaksanakan hal-hal tersebut secara serempak. Sedang bidang
kegiatan LSM saat ini meliputi kegiatan yang cukup luas, meliputi
bidang-bidang lingkungan hidup, konsumen, bantuan hukum,
pendidikan dan latihan, perhutanan sosial, pengairan, koperasi,
penerbitan, kesehatan dan keluarga berencana, dan pengembangan
pedesaan dan pertanian dan lain-lain.
287

Dengan memahami informasi-informasi yang berpengaruh terhadap
keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya, dapatlah kemudian
disusun program-program pengembangan yang merupakan peran LSM untuk
mendorong keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya. Berdasarkan
pengalaman ada 5 (lima) program pengembangan yang dapat disusun untuk
mendorong keberhasilan kelompok swadaya yang disalurkan melalui tenaga-
tenaga pendamping kelompok, yaitu :
(1) Program Pengembangan sumber daya manusia, meliputi berbagai
kegiatan pendidikan dan latihan baik pendidikan dan latihan untuk
anggota maupun untuk pengurus yang mencakup pendidikan dan
letihan tentang ketrampilan mengelola kelembagaan kelompok,
ketrampilan teknik produksi, maupun ketrampilan mengelola usaha.
(2) Program pengembangan kelembagaan kelompok, dengan membantu
menyusun peraturan rumah tangga, mekanisme organisasi,
kepengurusan, administrasi dan lain sebagainya.
(3) Program pemupukan modal swadaya, dengan membangun sistem
tabungan dan kredit anggota serta menghubungkan kelompok swadaya
tersebut dengan lembaga-lembaga keuangan setempat untuk
mendapatkan manfaat bagi pemupukan modal lebih lanjut.
(4) Program pengembangan usaha, baik produksi maupun pemasaran,
dengan berbagai kegiatan studi kelayakan, informasi pasar, organisasi
produksi dan pemasaran dan lain-lain.
(5) Program penyediaan informasi tepat guna, sesuai dengan kebutuhan
kelompok swadaya dengan berbagai tingkat perkembangannya.
Informasi ini dapat berupa eksposure program, penerbitan buku-buku
maupun majalah-majalah yang dapat memberikan masukan-masukan
yang mendorong inspirasi ke arah inovasi usaha lebih lanjut.
288

"LSM" dapat memegang peranan penting dalam proses
pembangunan masyarakat desa (PMD), melalui usaha-usaha menggalakkan
proses perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat.Perencanaan
masyarakat ini sebgai micra level planning sangat membutuhkan usaha-
usaha yang dimiliki oleh LSM.
Peran "LSM" dalam membangkitkan masyarakat desa adalah
menghilangkan penyebab-penyebab pokok dari kemiskinan dan kebutaan-
kebutaan , menghilangkan ketimbang-ketimbang srtuktur yang berakar di
masyarakat dan menghilangkan nilai-nilai budaya yang menghambat
perkembanganmasyarakat.
Peran "LSM" selanjutnya adalah memanfaatkan potensi sumber daya
untuk pembangunan, mempersiapkan masyarakat akan hidup di masa depan
secara lebih baik, mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus yang
telah timbul di beberapa kalangan masyarakat tertentu, menciptakan iklim
agar masyarakat terdorong untuk giat berusaha dan lain-lain.
Peran "LSM" sebagai katalisator pembangunan biasanya dalam
bentuk mempengaruhi masyarakat dalam jangka waktu yang cukup pendek
guna untuk menciptakan suasana dapat terbentuknya organisasi di kalangan
masyarakat atau guna menciptakan struktur dan proses kegiatan masyarakat
yang mantap dalam usaha memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Sebagai katalisator, LSMmerupakam Agent of changeyang dapat
masuk atau menerobos sampai ke lingkungan masyarakat yang paling
bawah.



289

BAB XII
IMPLEMENTASI KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN KUALITAS LINGKUNGAN
GLOBAL
A. Komponen Pembangunan Berkelanjutan
1. Konsep dan Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
a. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pada tahun 1980 istilah pembangunan berkelanjutan atau sustainable
development, menjadi isu actual pembangunan yang penting di seluruh
Negara di dunia ini setelah dperkenalkan dalam Word Conservation Strategy
(Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations
Environment Programme (UNEP), International Union for conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN), World Wide Found for Nature
(WWF).
Pada 1982, UNEP menyelenggarakan siding istimewa memperingati 10
tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya.
Menghasilkan terbentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan (Wolrd Commission on Environment and Development-
WCED).
Pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat adalah tujuan utama
pembangunan. Kebutuhan dasar sebagian besra penduduk di bumi ini seperti
pangan, sandang, papan, pekerjaan perlu terpenuhi, disamping mempunyai
cita-cita akan kehidupn yang lebih baik.
42
Konsep pembangunan

42
http//totoksuharto.blogspot.com/2010/12/implementasi-konsep-pembangunan.html
(diunduh pada tanggal 12 september 2012, pukul 13:54)
290

berkelanjutan mengimplikasikan batas bukan absolute akan tetapi batas yang
ditentukan oleh teknologi dan organisasi masyarakat serta oleh kemampuan
kehidupan bumi menyerap dampak kegiatan manusia.
43

Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan
harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis
konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang
paling hakiki yaitu kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) serta
kebebasan (freedom).
Konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan
kepentingan generasi yang akan datang, pertama kali digunakan oleh Komisi
Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World Commission on Environment
and Development) atau The Brundtland Commission pada tahun 1987.
Palunsu dalam Hastuti (2001) mengemukakan bahwa pembangunan yang
berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa
yang akan datang.
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.
3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam serta sumberdaya
manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan
sumberdaya alam.
44


b. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan


43
Ibid.,
44
www.google.co.id
291

Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris,
sustainable development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan
dalam World Conservation Strategy (Strategi
Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment
Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada
1980.
Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10
tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya, sebagai
reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam sidang
istimewa tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan
dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development -
WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan
mantan Menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-masing menjadi Ketua dan
Wakil Ketua WCED.
Menurut Brundtland Report dari PBB (1987), pembangunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat,
dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Salah satu faktor yang harus
dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
45


45
www.google.co.id
292

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya.
46

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia
secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai
dengan kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang
wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan.
Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan
dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada
bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Lebih
lanjut menurut Aca Sugandhy, maka dalam konsep pembangunan
berkelanjutan segala upaya pemanfaatan sumber daya, pengembangan
teknologi, perubahan tatanan kelembagaan, peningkatan investasi, harus
diarahkan secara harmonis dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan generasi
masa kini dan generasi masa mendatang.
47

Menurut Sumarwoto (dalam Sugandhy dan Hakim, 2007: 21),
pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai: Perubahan positif sosial
ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana
masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan
kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang terpadu,

46
Ibid.,2
47
http://newberkeley.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-dan-ruang-lingkup-
pembangunan-berkelanjutan/. (diunduh pada tanggal 19 september 2012, pukul 14:44)

293

viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui
pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Hampir senada dengan definisi di atas, Undang-undang No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar, dan terencana dalam proses pembangunan, berbasis lingkungan
hidup untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan (Anonim,1997:2).
48

Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup adalah upaya
sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber
daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
49

Di dalam pembangunan berkelanjutan terkandung dua gagasan penting,
yaitu gagasan kebutuhan yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan
kehidupan manusia serta gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi
teknologi dan organisasi social terhadap kemampuan lingkungan untuk
ememnuhi kebutuhan kini dan hari depan. Sehingga untuk memenuhi dua
gagasan tersebut diperlukan syarat-syarat untuk pembangunan berkelanjutan,
sebagai berikut :
1) Keberlanjutan Ekologis
2) Keberlanjutan Ekonomi

48
http://aanforsmart.blogspot.com/2009/07/konsep-pembangunan-berkelanjutan.html.
(diunduh pada 19 september 2012, pukul 15:10)
49
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).1
294

3) Keberlanjutan Sosial dan Budaya
4) Keberlanjutan Politik
5) Keberlajutan Pertahanan dan Keamanan
Pembangunan berkelanjutan perlu mendapatkan perhatian agar supaya
suatu daerah dapat dikembangkan dengan tidak menganggu ekosistem
lingkungan yang ada. Masyarakat stempat tidak terpinggirkan
kepentingannya untuk pemenuhan hidup yang lebih baik.
50

2. Pengelolaan Lingkungan Hidup Menuju Pembangunan
Berkelanjutan
Mengahadapi tantangan kualitas lingkungan global saat ini memerlukan
budaya kearifan lingkungan. Masyarakat diharapkan sadar dan cinta kondisi
lingkungan yang bersih dan sehat. Dunia usaha berperan aktif dalam
menciptakan lapangan kerja dengan sebagian keuntungan dipergunakan untk
melestarikan fungsi lingkungan hidup. Pemerintah menciptakan program
pemangunan yang berkelanjutan denngan skala prioritas pada green
development. Sehingga indicator pembangunan makro yang diperoleh
merupakan The Green Gross Domestic Product Indicator (Green GDP).
Pembangunan yang berkelanjutan sangat berkaitan erat dengan program,
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. Terpenuhinya konsepsi
pembangunan yang berkelanjutan memerlukan nilai-nilai dasra
dalampelestarian lingkungan yang terdiri dari butir-butir sebagai berikut:
a. Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan yaitu potensi pemenuhan aspirasi dan
kebutuhan manusia pada generasi-generasi mendatang.

50
Ibid.,2
295

Pembangunanberkelanjutan didasrakan atas kesejahteraan masyarakat
serta keadilan dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang
dengan keseimbangan pertumbuhan ekonomi, dinamika sosial dan
pelestarian lingkungan hidup.
b. Fungsi lingkungan yang dilestarikan demi kepentingan manusia baik
dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Pengambilan keputusan dalam pembangunanperlu memperhatikan
pertimbangan daya dukung lingkungan sesuai fungsinya. Daya
dukung lingkungan menjadi kendala dalam pengambilan keputusan
dan prinsip ini perlu dilakukan secara kontinyu dan konsekuan.
51

c. Pemanfaatan sumber daya alam tak terpulihkan perlu meperhatikam
kebutuhan antar generasi. Pemanfaatan sumber daya alm terpulihkan
perlu mempertahankan daya pemulihannya.
d. Setiap warga negara mempunyai hak untuk memdapatkan lingkungan
yang baik dan sehat serta berkewajiban untuk melestarikan
lingkungan. Oleh karenanya, setiap warga negara mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi lingkungan yang benar, lengkap dan
mutakhir.
e. Dalam pelestarian lingkungan, usaha pencegahan lebih diutamakan
daripada penanggulangan dan pemulihan.
f. Kualitas lingkungan ditetapkan berdasrakan fungsinya. Pencemaran
dan kerusakan lingkungna perlu dihindari bila sampai terjadi
pencemaran dan perusakan lingkungna maka diadakan
penanggulangan dan pemulihan dengan tanggung jawab pada pihak
yang menyebabkannya bencana lingkungan yang melanda dunia
global yang diakibatkan adanya global warming yang berkaitan
dengan iklim ekstrim, dampak El nino dan La nina (El Nino dan La

51
Op.,cit
296

Nina adalah perubahan temperature permukaan air secara fluktuatif di
timur Samudra Pasifik. El Nino ini di deskripsikan tahun 1923 oleh
Sir Gilbert Thomas Walker. El Nino merupakan fenomena atmosfer
yang disebut Southern Oscillation (SO) karenanya disebut karenanya
disebut El Nino SO atau ENSO), merupakan pertanda alam sudah
dieksploitasi oleh manusia melalui program-program pembangunan
yang berlebihan. Sehingga kapasitas daya dukung lingkungan alam
tersebut menjadi berkurang bahkan menghilang secara perlahan.
Pelestarian lingkungan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pelestarian
melalui pendekatan manajemen yang layak dengan system
pertanggungjawaban. System manajemen pengelolaan lingkungan diperlukan
untuk mendorong pengelolaan program pembangunan yang terpadu dan
berkelanjutan. Salah satu kegiatan yang bias dilakukan adalah melalui
instrument insetntif reputasi/citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja
pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument diinsentif reputasi /citra
bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang
buruk atau pengurangan pajak bagi kegiatan pembangunan yang berprinsip
mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
52

3. Pertimbangan Keseimbangan Lingkungan Guna Terhindar dari
Krisis dan Bencana Lingkungan
53

a. Keterkaitan Lingkungan Global dan Lingkungan Nasional
Kehidupan selalu merupakan gerakan dan perubahan. Dengan diberi
tenaga oleh hasil matahari, tanah, air, dan udara kita terus tumbuh dan
mencipta merusak dan mati, memelihara dan mengorganisasi. Masyarakat

52
Log.,cit
53
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prisnsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 8.
297

manusia tumbuh terus semakin besar dan rumit, dengan demikian menuntut
lebih banyak lagi dari dunia alami. Ekologi adalah pelajaran tentang
keseimbangan dinamis dan beberapa prinsip sama, yang mengatur
keseimbangan unsur-unsur yang sehat dalam lingkungan hidup global. Selain
itu, juga berlaku untuk keseimbangan kekuatan-kekuatan yang sehat dalam
menyusun sistem politik kita, keterusterangan, pengelakan tanggung jawab
dan sifat malu-malu untuk mempunyai visi yang menjadi ciri banyak orang
di pemerintahan yang lebih memusatkan perhatian pada nilai-nilai berjangka
paling pendek.
Penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan terkurasnya sumber daya
keanekaragaman hayati merupakan ancaman bencana yang besar, yang tanpa
kita sadari, disebabkan oleh umat manusia dalam mengejar kebutuhan hidup
yang berlebihan. Konsentrasi karbon dioksida dan molekul-molekul
penyerap panas lainnya, telah meningkat hampir 25% sejak perang dunia II.
Hal ini mengancam kemampuan bumiuntuk mengatur jumlah panas dari
matahari, yang ditangkap dalam atmosfer dan berbalik ke ruang kehidupan di
permukaan bumi.
Meningkatnya intensitas sinar ultraviolet yang mencapai permukaan
bumi dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit,
katarak, dan penurunan daya tahan tubuh, dan bahkan terjadinya mutasi
genetik. Menipisnya lapisan ozon mengakibatkan terjadinya degradasi
lingkungan, keterbatasan sumber air bersih, kerusakan rantai makanan dilaut
lainnya, menurunnya hasil produksi pertanian yang dapat mengganggu
ketahanan pangan dan bencana alam lainnya.
54


54
Ibid.,8-9
298

Mata rantai dampak penipisan lapisan ozon berikutnya adalah pemanasan
global (global warning). Gas karbon dioksida (CO2) memiliki kontribusi
paling besar sekitar 50% diikuti chloroflourocarbon (CFC) 25 %, gas methan
10 % dan sisanya gas lain terhadap pemanasan global. Munculnya kembali
penyakit mendunia seperti malaria dan TBC yang diakibatkan oleh
pemanasan global. Nyamuk aedes aigepty sebagai vektor penyakit dapat
berpindah dan berkembang biak dari Afrika ke Eropa. Pemanasan global
juga menyebabkan mencairnya lapisan es di Benua Antartika. Akibatnya
muka air laut global naik sampai 25 cm di akhir abad ke-20. Sehingga terjadi
ketidakseimbangan iklim, di mana disuatu tempat terjadi bencana
kekeringan, dan ditempat lainnya terjadi bencana banjir. Kerugian dunia
mencapai 300 miliar dollar AS per tahun akibat dampak perubahan iklim dan
berkurangnya kemampuan hutan sebagai penyebab karbon (carbon sink)
karena 65 juta hektar dari 3.500 juta hektar hutan punah pada periode tahun
1990-1995, sebagaimana diungkapkan di Nairobi, ketika konferensi ke-21
UNEP oleh United Nation Environment Programme (UNEP) badan PBB
untuk program lingkungan.
Pada abad ini, kita telah menyaksikan perubahan-perubahan dalam dua
faktor kunci yang menentukan realitas fisik dari hubungan kita dengan bumi,
yaitu adanya suatu ledakan populasi manusia yang mengejutkan bukan hanya
dari sudut peningkatan jumlah, juga pembangunan yang tidak seimbang antar
wilayah pulau atau antar kawasan perkotaan dan pedesaan. Di samping
adanya peningkatan revolusi ilmiah, teknologi yang secara tiba-tiba
memungkinkan kita memperbesar kekuatan untuk menguras sumber daya
alam dengan dampak mempengaruhi dunia disekitar kita dengan membakar,
menebang, menggali, memindahkan, mengubah zat biologi, geologi, kimia,
299

dan fisik yang membentuk bumi geografis nasional sebagai bagian dan
subsistem dari bumi kita.
55

b. Persepsi Masalah Keseimbangan Lingkungan
Kebanyakan orang dan para pemimpin politik, para pembuat keputusan,
dan pengusaha masih berasumsi bahwa system ekologi bumi, dengan
caranya sendiri akan menyerap tindakan yang salah terhadap apa pun yang
kita lakukan padanya dan menyelamatkan kita dari perbuatan kita.
Kebanyakan orang masih berpikir tentang linhkungan hidup dalam arti local,
atau paling jauh secara regional sehingga masih terbatas untuk peka dan
sadar tentang keterkaitannya dengan permasalahan lingkungan global (gore,
1994).
56

Umat manusia, terutama di negeri-negeri indutri maju yang kemudian
disusul oleh negeri-negeri berkembang, telah mengembangkan gaya hidup
dan pola konsumsi yang menimbulkan perubahan atas kebutuhan energy. Hal
ini menimbulkan berbagai ancaman terhadap kelangsungan hidup di bumi.
Masalah lingkungan hidup, yang sering dianggap kecil, mendasari
munculnya masalah nasional, regional, dan global yang lebih luas
cakupannya, lebih serius dari masalah apa pun yang pernah kita hadapi.
Pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hilangnya spesies,
penggundulan hutan, semuanya mempunyai sebab yang sama, dimana
diperlukan suatu analisis dan evaluasi yang cermat dari waktu ke waktu
akibat terbentuknya pola hubungna baru antara peradaban manusia dan
keseimbangan alami bumi. Masalahnya bukanlah dampak kita terhadap
lingkungan hidup saja yang kita persoalkan, tetapi hubungan kita dengan

55
Op.,cit. 11-12
56
Log.,cit. 12
300

lingkungan hidup dan perubahan-perubahannya secara keseluruhan yang
harus kita cermati.
57

4. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
a. Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan
sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan
memanfaatkan teknologi.
58
Dalam pola pembangunan tersebut, perlu
memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya berkelanjutan.
Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah perubahan positif
sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana
masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan
kebijakan, perencanaan dan proses pembalajaran sosial yang terpadu,
viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui
pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Secara implisit, definisi tersebut menurut Hegley, Jr. 1992 mengandung
pengertian strategi imperatif bagi pembangunan berkelanjutan sebagai
berikut.
1) Berorientasi untuk pertumbuhan yang mendukung secara nyata
tujuan ekologi, sosial, dan ekonomi.
2) Memperhatikan batas-batas ekologis dalam konsumsi materi dan
memperkuat pembangunan kualitatif pada tingkat masyarakat dan
individu dengan distribusi yang adil.

57
Sugandhy dan Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).12- 13
58
Ibid.,21
301

3) Perlunya campur tangan pemerintah, dukungan, dan kerjasama dunia
usaha dalam upaya konservasi dan pemanfaatan yang berbasis
sumber daya.
4) Perlunya keterpaduan kebijakan dan koordinasi pada semua tingkat
dan antara yurisdiksi politik terkait dalam pembangunan energi bagi
pertumbuhan energi bagi pertumbuhan kebutuhan hidup.
5) Bergantunag pada pendidikan, perencanaan, dan proses politik yang
terinformasikan, terbuka, dan adil dalam pengembangan teknologi
dan manajemen.
6) Mengintegrasikan biaya sosial dan biaya lingkungan dari dampak
pembangunan ke dalam perhitungan ekonomi.
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan implikasi adanya batas
yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial mengenai
sumber daya alam, serta kemampuan biosfer dalam menyerap berbagai
pengaruh aktivitas manusia. Proses pembangunan berlangsung secara
berlanjut dan didukung sumber daya alam yang ada dengan kualitas
lingkungan dan manusia yang semakin berkembang dalampa batas daya
dukung lingkupannya. Pembangunan akan memungkinkan generasi sekarang
meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi
generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
59

b. Dimensi Manusia Sebagai Subjek Dan Objek Pembangunan Sosial
Ekonomi
1) Manusia Sebagai Individu
Proses pembangunan seharusnya menempatkan manusia sebagai subjek
sekaligus objek pembangunan itu. Manusia merupakan subjek pembangunan,

59
Op.,cit.21-22
302

karena ia merupakan pelaksana pembangunan. Manusia menjadi objek
pembangunan sebab sasaran hasil pembangunan pada hakikatnya untuk
kepentingan manusia itu sendiri. Pembangunan dilaksanakan oleh dan untuk
manusia. Karena aspek kesejahteraan yang adil dan merata di setiap wilayah
harus diupayakan. Dalam pelaksanaan pembangunan, manusia memiliki hak
dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini diatur sedemikian rupa sehingga
kedudukan manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dapat terwujud.
Dalam pembangunan lingkungan hidup indonesia, masalah hak dan
kewajiban pengelolaan lingkungan diatur dalam UU No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya pada Bab III yang
mengatur hak, kewajiban, dan peran masyarakat, yakni pada Pasal 5, Pasal 6,
dan Pasal 7.
Pasal 5 UU No.23 Tahun 1997 ini mengatur mengenai hak setiap orang,
yakni:
a. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
c. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
60

Kemudian pada Pasal 6 diatur mengenai kewajiban setiap orang yakni:
a. Setiap orang berkewajiban memelihara pelestarian fungsi lingkungan
hidup, mencegah serta menanggulangi penccemaran dan perusakan
lingkungan hidup.

60
Log.,cit.23-24
303

b. Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengeloolaan
lingkungan hidup.
Kewajiban setiap orang ini tidak terlepas dari kedudukannya sebagai
anggota masyarakat, yang mencerminkan harkat manusia sebagai individu
dan makhluk sosial.
Selanjutnya mengenai peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup beserta cara pelaksanaannya diatur dalam Pasal 7 yakni, masyarakat
mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaan hal tersebut dilakukan dengan
cara:
a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
c. Menumbuhkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial.
d. Memberikan saran pendapat.
e. Menyampaiakn informasi dan atau menyampaikan laporan.

2) Manusia Sebagai Masyarakat dan Bangsa
61

Manusia sebagai anggota masyarakat dan bangsa, di samping hak
kewajibannya, dituntut peranannya dalam pembangunan suatu bangsa. Untuk
itu, setiap orang dalam suatu masyarakat dan bangsa dituntut untuk memiliki
visi ke depan atau masa mendatang sebagai sebagai suatu tantangan yang
akan mereka hadapi dengan tindakan aktif dan kreatif. Setiap orang

61
Sugandhy dan Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007. 24-25
304

mempelajari potensi yang mereka miliki untuk menyiapkan mas depannya
yang lebih baik.
Sebagai bagian suatu bangsa, setiap manusia dituntut membawa misi
untuk mampu menjamin kebutuhan masa depan, secara pasti dan memuaskan
bagi setiap orang dalam masyarakat secara adil, pasti, dan penuh perhatian
akan semua kebutuhan dasar bagi kehidupan. Jaminan kebutuhan masa
depan ini juga menyangkut masa depan bangsanya, artinya generasi masa
depan bangsa juga harus terjamin kebutuhan hidupnya.
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, terkadang makna bahwa
segala upaya pemanfaatan sumber daya, pengembangan teknologi,
perubahan tatanan kelembagaan, peningkatan investasi harus diarahkan
secara harmonis dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini
dan generasi masa mendatang. Hal ini dinyatakan secara tegas oleh Komisi
Dunia untuk Pembangunan dan Lingkungan di Stockholm, Swedia tahun
1984 yakni manusia pada prinsipnya memilki kemampuan untuk membuat
pembngunan berkelanjutan, sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan
manusia untuk hari ini, tanpa mengurangi hak generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya akan sumber daya alam.
62

c. Dimensi Ruang Wilayah dari Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia
secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktifitas manusia sesuai
dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya dalam suatu
ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan.

62
Ibid.,25
305

Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan
dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada
bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Untuk itu,
hal yang berkaitan dengan upaya pelayanan pada masyarakat dalam
optimalisasi pemanfaatan ruang wilayah harus dianalisis secara dinamis.
Pembangunan yang dititikberatkan pada segi kebutuhan kualitas hidup
manusia dalam pemanfaatan ruang wilayah, meliputi masalah: pemenuhan
kebutuhan dasar, pengentasan kemiskinan, perubahan pola konsumsi
termasuk energi, dinamika kependudukan dan pertumbuhan wilayah,
pengelolaan dan peningkatan kesehatan, serta pengembangan perumahan dan
permukiman.
1) Pengentasan Kemiskinan
Merupakan masalah mendasar yang harus segera ditanggulangi.
Kemiskinan adalah salah satu penyebab kemerosotan lingkungan dan
dampak negatif dari pembangunan, sebaliknya kemerosotan daya dukung
lingkungan dapat menjadi penyebab muncul dan berkembangnya
kemiskinan.

2) Pola Konsumsi dan Pola Produksi
Pola konsumsi kebutuhan dasar dan poal hidup melalui pola produksi
yang tidak berkelanjutan merupakan salah satu penyebab utama berlanjutnya
kerusakan lingkungan. Tuntutan yang berlebihan dan gaya hidup dari
sebagian orang atau bangsa, terutama dari kalangan the haves telah
menimbulkan tekanan yang berat terhadap lingkungan. Selama ini belum ada
kebijakan yang secara eksplisit mendorong pola konsumsi dan pola produksi
yang berkelanjutan. Di kalangan masyarakat kota telah berkembang gaya
hidup konsumtif yang tidak lagi mengonsumsi atas dasar nilai guna dan nilai
pakai, tetapi berdasarkan simbol, citra, atau image.
306


3) Dinamika Kependudukan
63

Hal ini menjadi masalah sejalan deng an munculnya kekhawatiran akan
pertambahan jumlah penduduk yang cepat. Dalam perencanaan
pembangunan, dilakukan upaya untuk memahami keterkaitan antara variabel
kependudukan dan lingkungan, serta dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan. Hal ini sebagai upaya untuk mengatasi kemerosotan sumber
daya alam, yakni dengan menekan angka kelahiran, sehingga tercipta
keseimbangan antara penduduk dan lingkungan di dalam satu wilayah atau
antar wilayah.

4) Pengelolaan dan Peningkatan kesehatan
Meruapakan hal yang penting, sebab tingkat kesehatan masyarakat
berhubungan erat dengan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan. Hubungan
ini bersifat timbal balik, terkadang kualitas lingkungan akan mempengaruhi
kualitas lingkungan, terkadang kualitas lingkungan akan mempengaruhi
kesehatan, dan kesehatan merupakan modal dasar dalam pembangunan akan
mempengaruhi proses pembangunan itu sendiri. Pemenuhan kebutuhan
pangan, sandang, papan yang layak sangat menentukan terhadap kesehatan.


5) Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Dalam pemanfaatan ruang wilayah dengan dinamika kependudukan yang
terus berkembang akan didominasi untuk permukiman. Pada suatu
permukiman baik perkotaan maupun pedesaan 40% sampai dengan 60%
akan didominasi oleh kawasan perumahan. Untuk menciptakan iklim
kehidupan yang sehat dan dapat menjamin berlanjutnya peningkat kualitas

63
Op.,cit.25-27
307

kehidupan bagi semua orang dapat hidup lebih sejahterah dan saling
menghormati, serta mempunyai akses terdahap prasarana dasar dan
pelayanan diperlukan pengembangan perumahan dan permukiman yang
sesuai dan layak serta mampu memelihara, serta meningkatkan kualits
lingkungannya.

d. Prinsip Keterpaduan dan Koordinasi
Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup memerlukan
keterpaduan dan koordinasi yang mantap antara pemanfaatan sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dalam suatu kurun
waktu, dimensi ruang, dan terkoordinasi agar tepat guna, dan berdaya guna.
Prinsip ini telah disadari sejak konferensi lingkungan hidup di Stockholm
tahun 1972 dimana satu butir deklarasinya menyatakan: Bahwa dalam
rangka pengelolaan sumber daya yang lebih rasional untuk meningkatkan
kualitas lingkungan, diputuskan suatu pendekatan terpadu dan terkoordinasi
dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.
Dengan prinsip ini diharapkan pembangunan sesuai dengan upaya
perlindungan dan peningkatan lingkungan agar dapat bermanfaat bagi
masyarakat manusia itu sendiri.
64

5. Perencanaan Pembangunan Masyarakat Berkelanjutan
Implikasi Social Politik dari Pembangunan Berkelanjutan
Dalam membangun masyarakat berkelanjutan, kita perlu belajar untuk
hidup menyesuaikan dengan lingkungan ekologi kita dan mengubah dasar
prekonomian, dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Memang

64
Log.,cit.27
308

disadari, untuk proses transisi ini memerlukan dukungan yang kuat dan tepat,
agar tidak menghambat potensi serta pertumbuhan ekonomi yang ada saat ini
sehingga diperlukan pengembangan rencana kelembagaan teknologi dari
yang telah ada.
Dalam pembangunan berkelanjutan, diperlukan berbagai bentuk baru
organisasi social. Untuk itu, diperlukan koordinasi internasional, arah
kebijakan nasional, perencanaan regional, kerja sama pemerintah dan dunia
usaha. Hal ini memberikan skala besar, dalam rangka pengembangan
institusi-institusi manajemen yang inovatif di semua level. Sebagai contoh,
pembangunan suatu organisasi multilateral yang baru akan membutuhkan
perangkat untuk memonitor peraturan terbaru dalam tingkat global, serta
diperlkan pula perencanaan yang lebih besar dan kebebasan pembangunan,
dalam rangka penyebarluasannya di tingkat regional untuk meningkatkan
pengelolaan ekosistem.
Bagaimana Membuat Kehidupan Masyarakat Berkelanjutan
Berlanjutnya trend kea rah erpindahan penduduk ke perkotaan di seluruh
dnia menjadikan pola permukiman, mengakibatkan dampak yang besar
terhadap ekosistem regional. Oleh karena itu,diperlukan usaha yang besar
untuk memasukkan komponen-komponen yang berkaitan dengan masalah
tersebut, khususnya dalam perubahan yang terjadi di wilayah urban dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan.
65

Keberhasilan perubahan menuju pembangunan berkelanjutan
memerlukan perubahan nyata akan sikap masyarakat. Hal tersebut meliputi
evaluasi kembali atas hunian manusia di dunia, dan mendefinisikan kembali

65
Sugandhy dan Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).38-40
309

apa yang menjadi kebutuhan dasar manusia. Pemfokusan perubahan di
tingkat masyarakat memberikan kesempatan terbaik untuk melihat dampak
langsung pada individu-individu dan pengaruh potensial yang ada bagi gaya
hidup mereka.

Salah satu prinsip dalam perencanaan pembangunan masyarakat yang
berkelanjutan adalah bekerja dengan selalu peduli terhadap lingkungan.
Untuk dapat bekerja, agar selalu memperhatikan alam, memerlukan disiplin
yang kuat dengan menggunakan akal sehat. Prinsip keseimbangan ekologis
harus diterapkan. Hal ini penting, agar kondisi lingkungan dalam
perencanaan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan menjadi sehat
dan produktif, dan dengan demikian dapat memberikan kualitas hidup yang
baik bagi keseluruhan anggota masyarakat.
66

B. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Kunci utama memahami good governance, menurut Masyarakat
Transparansi Indonesia (MTI), adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini didapat tolok ukur kinerja
suatu pemerintah.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
a. Partisipasi masyarakat: semua warga masyarakat mempunyai suara dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
lembagalembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka.
Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul
dan mengungkapkan pendapat, serta kepastian untuk berpartisipasi secara
konstruktif.

66
Ibid.,
310

b. Tegaknya supremasi hukum: kerangka hukum harus adil dan
diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang
menyangkut hak asasi manusia.
67

c. Transparasi: transparansi dibangun atas dasar informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintah, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia
harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
d. Peduli dan stakeholder: lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah
harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
e. Berorientas pada consensus: tata pemerintahan yang baik menjembatani
kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedurprosedur
f. Kesetaraan: semua warga masyarakat mempunyai kesempatan
memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
g. Efektifitas dan efisiensi: proses-proses pemerintahan dan lembaga-
lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
h. Akuntabilitas: para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta,
dan organisasi masyarakat bertanggungjawab, baik kepada masyarakat
maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
i. Visi strategis: para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman

67
www.lfip.org. (diunduh pada 19 september 2012, pukul 16:09)
311

atas kompleksitas kesejarahan, budaya, dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.
68

Good governace hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh
lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Negara
1. menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil;
2. membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan;
3. menyediakan public service yang efektif dan accountable;
4. menegakkan HAM;
5. melindungi lingkungan hidup;
6. mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public
b. Sektor swasta:
1. Menjalankan industri;
2. Menciptakan lapangan kerja;
3. Menyediakan insentif bagi karyawan;
4. Meningkatkan standar kehidupan masyarakat;
5. Memelihara lingkungan hidup;
6. Menaati peraturan;
7. Melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masyarakat;
8. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM






68
ibid
312

c. Masyarakat madani:
1. Manjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi;
2. Mempengaruhi kebijakan;
3. Berfungsi sebagai sarana checks and balances pemerintah;
4. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah;
5. Mengembangkan SDM;



















313

DAFTAR PUSTAKA
A.Al Buraey, Muhammad. 1986. Islam Landasan Alternatif Administrasi
pembangunan. Jakarta : CV.Rajawali.
Alatas, S.H. 1988. Mitos Pribumi Malas: Citra Orang Jawa, Melayu Dan
Filipina Dalam Kapitalisme Kolonial. Jakarta: LP3ES
Alisyahbana, Sutan Takdir. (1988). Kebudayaan Sebagai Perjuangan,
Jakarta: PT Dian Rakyat.
Anwarudin Harahap. 1981. Posisi Abu Nasr Al Farabi dalam Dunia Islam
skripsi sarjana. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Basrowi,pengantar sosiologi;ciawi-bogor:Ghalia Indonesia
Boelaars, Y. (1984). Kepribadian Indonesia Modern, Suatu Peelitian
Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia
Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta ; PT
Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI.
Dwi susilo, Rachmad k. 2008. 20 tokoh sosiologi modern. Jogjakarta: Ar-ruz
Media.
Djojohadikusumo, sumitro. 1993. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Fakih, Mansour.2002. Runtuhya Teori Pembangunan dan
Globalisasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2012. edisi terbaru Teori Sosiologi.
Bantul: Kreasi Wacana
Hudaniah, Tri Dayakisni. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM Press
Jones Pip. 1979. Pengantar teori-teori sosial. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Kamaludin, R. (1998). Pengantar Ekonomi Pembangunan. FEUI. Jakarta.
314

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kuncoro, Mudrajad.2010. Ekonomika Pembangunan.jakarta : Erlangga
Makalah Teori-Teori Sosial semester IV Jurusan P. IPS
Madjid nurcholis.,1994,khazanah intelektual islam;Jakarta:P.T.Bulan Bintang
Mubaraq, Zulfi. 2011. Sosiologi pendidikan. Malang: UIN Press.
Mubyarto. 2004. Antara Krisis Ekonomi dan Krisis Ilmu Ekonomi. PUSTEP-
UGM
M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Radar Jaya Offset,
Jakarta, 1996.
Nazsir,Nasrullah. 2003. Teori-teori sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran.
Paul B. Horton & Chester L.Hunt yang diterjemah oleh Aminuddin
Ram,1984. Sosiologi edisi keenam, Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
Ritzer, George dkk. Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6. 2007. Jakarta:
Kencana
Poloma, Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Poloma, Margaret. 1986. Sosiologi kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
P. Todaro, Michael. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga Eidisi
ke-6. Jakarta: Erlangga
P. Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga Eidisi
ke-7 jilid 1. Jakarta: Erlangga
315

P. Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga Eidisi ke-
7. Jakarta: Erlangga.
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan.FE-UI Jakarta.
Saebani, Beni Ahmad. Sosoilogi Agama. 2007. Bandung: Refika Aditama
Sajogyo, Pudjiwati. Sosiologi Pembangunan. 1985. Jakarta: Badan Koordinasi
Keluarga
Sanusi, Bachrawi. (2004). Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta
Soedjatmoko,1995 Dimensi manusia dalam pembangunan: Jakarta.LP3ES.
Soeprapto, Riyadi. 2001. Interaksionisme simbolik (perspektif sosiologi
modern). Malang: Averroes Press.
Soetomo.2006. Strategi-strategi pembangunan Masyarakat.: Jogyakarta
Pustaka Pelajar.
Suharto, Toto.2006. Filsafat pendididikan Islam, Jogjakarta : Ar-Ruzz
Nasution, Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
Sugandhy Aca, Dr. Ir, dan Ir Rostam Hakim, MT. 2007. Prinsip Dasar
Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial (sebuah kajian pendekatan
struktural). Jakarta: PT Bumi Aksara
Suparmoko. (1994). PENGANTAR EKONOMI MAKRO, BPFE,
Yogyakarta
Todaro, Michel P. (2004). Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga.
Jakarta: Erlangga

316

http://tugas-akuntansi.blogspot.com/2012/02/pembangunan-ekonomi-
daerah.html.tgl18 sptmbr 2012
Umm_blog_article_184.pdf.(di akses pada 21 maret 2012, pukul 14:45)
http://www.teori-struktur-fungsional-dalam-kajian.html
http://cassiouvheyaa.wordpress.com/2011/07/10/teori-pembangunan
http://siismile.blogspot.com/2011/12/sosiologi-modernisasi-dalam-
pembangunan.html
http://hafez.wordpress.com/2008/03/14/seri-biografi-tokoh-islam-ibnu-
khaldun/
http://alfilsuf.wordpress.com/2011/07/13/pendekatan-struktural-
%E2%80%93-fungsional-dalam-menjelaskan-teori-dan-konsep-bernegara/
http://mbegedut.blogspot.com/2010/10/biografi-imam-al-ghazali.html
http://abuamincepu.wordpress.com
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/04/pemikiran-seyyed-hossein-
nasr-tradisi.html 170912 17 35
http://kajianislamnugraha.blogspot.com/2009/10/pandangan-etika-menurut-
ibn-maskawaih.html Oleh DR.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag. waktu akses tgl 17
September 19.30 pm
http://thkhusus.wordpress.com/2010/01/03/ibnu-maskawaih-dan-filsafatnya/
Raditia Wahyu. 2011. Antony Giddens: The last modernist (Sebuah
biografi singkat) Diakses di
http://radhitisme.blogspot.com/2012/01/anthony-giddens-last-modernist-
sebuah.html pada tanggal 14 September 2012 pukul 17.24 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Anthony_Giddens diakses pada tanggal 14
September 2012 pukul 17.23 WIB
317

rohmadsosiawan. 2011. The Globalization of Nothing. Diakses
dihttp://rohmadsosiawan.blog.uns.ac.id/ pada tanggal 14 September 2012
pukul 17.16 WIB.
Adi. 2011. George Ritzer. http://petualangan2.blogspot.com/2011/09/george-
ritzer.html tanggal 14 September 2012 pukul 17.21 WIB
http://aanforsmart.blogspot.com/2009/07/konsep-pembangunan-
berkelanjutan.html
http://newberkeley.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-dan-ruanglingkup-
pembangunan-berkelanjutan/
http://totoksuharto.blogspot.com/2010/12/implementasi-konsep-
pembangunan.html
www.google.co.id
www.lfip.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Permusyawaratan_Desa
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_perwakilan_rakyat_daerah
http://hujau.blogspot.com/2010/05/devinisi-lsm-lembaga-swadaya-
masyarakat.html jam 18.00
http://afzanuin.multiply.com/journal/item/23?&show_interstitial=1&u=%2Fj
ournal%2Fitem
http://www.bengkaliskab.go.id/berita-159-peran-bpd-sangat-besar-dalam-
pembangunan-desa.html
http://kodimsbysel.wordpress.com/peran-dewan-perwakilan-rakyat-daerah-
dprd-dalam-pembangunan-partisipasi-masyarakat/
318

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/implementasi_peran__fungsi_dprd.pdf
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_b015_033712_chapter2.pdf
http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/01/kebijakan-pemerintah-untuk-
mengatasi.html
http://srilestariperkembangankonsultanpjk.blogspot.com/2011/01/sikap-
pemerintah-dalam-menghadapi.html
http://lismasetyowati.blogspot.com/2010/12/peran-pemerintah-untuk-
mengatasi.html
http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/
http://triananur.wordpress.com/2010/09/24/masalah-pendidikan-di-
indonesia-dan-solusinya/
Yahoo! Answers. 2006. What is economic development?
(http://www.yahoo.com, //answers.yahoo.com,
http://afrizalwszaini.wordpress.com/2011/03/14/pembangunan-indonesia-
dari-masa-orde-lama-orde-baru-sampai-era-reformasi/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2138782-pengertian-
swakelola/#ixzz26FcdK76C diunduh tgl 12-9-2012 pukul 17.43
http://www.nandang-sutisna.com/2012/04/definisi-dan-jenis-pekerjaan-
swakelola.html diunduh tgl 12-09-2012 pukul 17.47
http://mutosagala.wordpress.com/2012/04/02/mengapa-masih-terjad-
masalah-pembangunan-di-indonesia/
http://andikaboni.blogspot.com/2011/12/birokrasi-dan-pembangunan-
ekonomi-di.html diakses pada tanggal 18 september 2012
319

http://irma-yulianti.blogspot.com/2011/01/teori-pasca-ketergantungan.html
DI akses tanggal 16 september 2012
http://sweet-polka.blogspot.com/2011/03/teori-pembangunan-teori-
pasca.html diakses tanggal 17 september 2012
http://blog.re.or.id/kapitalisme.htm diakses tanggal 15 september 2012

Anda mungkin juga menyukai