Refleksi moral adalah urusan setiap orang perorang dan sebagai pelaku bisnis merupakan tuntutan
yang hidup. Sesungguhnya , setiap orang sejak kecil dididik dalam suasana keluarga untuk memiliki
ketaatan moral, perlunya mencari harmoni, mengendalikan diri, memiliki tanggungjawab ,berterima
kasih pada orang tua , serta menaruh respek pada yang lebih senior sekalipun yang senior belum
tentu memiliki kredibilitas dan kompetensi professional dan sensitivitas etik.
Juga dalam dunia bisnis, tugas mulia setiap manusia pelaku dalam interaksi dengan lingkungan
luarnya yakni pelanggan, pesaing, oknum birokrasi pemerintah dan lingkungan dalam karyawan
untuk ikut menumbuhkan harmoni , ta;pi terlebihdulu harmoni dalam keluarga. Harmoni dalam
keluarga merupakan pilar untuk berperan serta dalam masyarakat luas termasuk komunitas bisnis.
Cinta kasih - Ren (humanity) merupakan manifestasi yang terdalam dari hati sanubari
manusia.sebagai Etika-Filosofi yang mengikat sesama orang perorang , sedangkan manivestasi keIlahian ialah agama yang mengikat segenap alam semesta. Cinta kasih atau R e n ,Kemanusiaan
(humanity) berarti senantiasa menggugat diri juga dalam berbisnis untuk gemar belajar, rendah
hati, tahu diri. Tanggap akan semua nilai manusia, jujur dalam meningkatkan mutu diri, bersedia
mengakui kelemahan dan kesalahan, serta sabar/tekun dalam mendidik orang lain.
konsep kebijaksanaan atau Yi yang dapat menyerap arti kebenaran-keadilan, kesusilaan dan saling
percaya mempercayai, keberanian atau Yong banyak kali diajarkan oleh Konfisius sejak dulu kala.
Konsep ini sampai dewasa ini juga sepatutnya dan built-in merupakan wujud tingkah laku pebisnis
yang memiliki sensitivitas etik.
Konfusius sanagat terkenal dengan kata kata sakti seperti Apa yang orang lain tidak ingin lakukan
terhadapmu, janganlah kamu lakukakan kepada orang lain dan Bila kita ingin tegak, upayakan juga
menegakkan orang lain. Aturan emas ini juga berlaku dalam interaksi bisnis. Aturan emas atau
tuntutan moral yang bersifat resiprokal (timbal balik) juga terdapat dalam agama besar dunia lainnya
seperti Buddhisme, Islam dan Kristen.
Disamping ajaran kuno filsafat Konfusius dan Tao banyak pelaku bisnis memakai panduan dalam
penerapan bisnis mereka yakni 16 prinsip berbisnis yang baik ( Sixteen principles of Good Business)
yang dirumuskan oleh Tao Chu Kung , abad 15 S.M. Dalam prinsip ini terdapat dua bagian. Yang
pertama menunjukkan hal-hal positif , bagian kedua merupakan petuah (warning) mengenai hal-hal
bersifat negatif.
Yang positif dan yang negatif dapat disamakan dengan Yang dan Yin.
Yang diasosiakan dengan surga, semua yang positif, pria, cahaya, api, keras , sisi kanan, dan
hidup yang dinamis, sedangkan Yin dikonotasikan dengan bumi (earth) , semua yang negatif,
wanita, kegelapan, air, lunak/halus, dingin, sisi kiri, kemandekan (deadly and still),. Kelihatannya
yang dan Yin berlawanan, tapi paga hekekatnya justru saling mengisi atau komplementer dan
merupakan kombinasi yang bermanfaat (beneficial combination). Komplementaritas ini perlu
depelihara demi keseimbangan dan harmoni.
Dalam menganalisa perilaku dan pola pikir (mindscape) bisnis China baik yang di daratan China
maupun Asia Timur, sebaiknya kita tidak serta merta mencap mereka sebagai egoistik karena
berbagai pengamatan dan referensi bacaan menunjukkan serangkaian landasan kultural dalam
berbisnis mereka. Tidak selalu apa yang tampak dipermukaan itu seperti mau cepat bertransaksi,
tidak sabaran merupakan cirri khas dan umumnya demikian.
Mempraktekkan etika bisnis menurut persepsi China merupakan proses tersendiri yang tidak selalu
berhasil apalagi kalau dari dalam hatinya terpendam mau menang sendiri, sikap tidak jujur dan sikap
menjatuhkan orang lain. Dalam mengembangkan diri dan lingkungan interaksi bisnis kredibilitas dan
kompetensi professional harus mewujudkan management of values yang berati berani menyambut
gugatan sensivitas etik bisnis.
Kembali pada tuntutan refleksi moral. Intinya adalah bagaiamana perilaku individual dan sebagai
pelaku dalam bisnis memberi respons pada hal hal yang erat kaitannya dengan nilai-nilai
fundamental dalam masyarakat : hak, keadilan, persamaan, manfaat dan kebajikan ( rights, justice,
equity, utility and virtues).
Menyelenggarakan bisnis dengan efisiensi ekonomi merupakan inti ilmu manajemen, sedangkan
upaya mencapai keadilan dan kedamaian/harmoni melalui manajemen yang peka dan efektif pada
tata nilai adalah intisarinya management of values.
Memasuki abad 21 yang disebut Abad Asia terungkap berbagai pergeseran paradigma atau cara
pandang dan bervisi dalam manajemen yang kejadiannya seiring dengan perubahan masyarakat
Asia Timur dan dunia secara cepat.