Anda di halaman 1dari 13

KONSEP ETIKA TRANSAKSI, MARKETING DAN IKLAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Etika Bisnis Islam


yang dibina oleh Ibu Zulaekah, M.E.I

Oleh:

Hofifatur Khori'ah (18382042057)


Khotimah (18382042070)
Mafkiyah (18382042073)
Nofa Lia Fajariyah (18382042101)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 25 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan masalah....................................................................................................1

C. Tujuan penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2

A. Paradigma Syariah..................................................................................................2

B. Asas/ Prinsip Transaksi Syariah.............................................................................2

C. Karekteristik Transaksi...........................................................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................................9

A. Kesimpulan...............................................................................................................9

B. Saran.........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah etika memiliki banyak makna berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa
etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil
penelaahan itu sendiri. Pendapat lain menyebutkan bahwa etika adalah kajian
moralitas. Sedangkan moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau
kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat suatu perbuatan.
Meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan
moralitas. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan utamanya adalah
menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan
dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar
dan salah, dan moral yang baik dan jahat.
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi
pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi,
tekhnologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis. Etika bisnis
merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam
sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi
dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang
ada didalam organisasi.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Paradigma syariah?
2. Apa saja Asas/ prinsip transaksi syariah?
3. Bagaimana Karekteristik transaksi?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Paradigma syariah.
2. Untuk mengetahui tentang Asas/ prinsip transaksi syariah.
3. Untuk mengetahui tentang Karekteristik transaksi.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Paradigma Syariah
Transaksi Syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta
dicipta oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan illahi) dan sarana kebahagian
hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara
material dan spiritual (al falah).
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma
ini akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata
kelolayang baik (good governance) dan disiplin pasar (market disciplin) yang
baik.
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat
manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan
interaksi vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama
makhluk. Prinsip Syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah
(transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder
entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak merupakan norma dan etika
yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan
tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.1
B. Asas/ Prinsip Transaksi Syariah
1. Ukhuwah
Prinsip persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang
menata interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk
kemanfaatan secara umum dengan semangat saling tolong menolong.
Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh
manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat
keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi syariah
berdasarkan prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum),
saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan
beraliansi (tahaluf).
1
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jkarta: Salemba Empat, 2011 hlm. 118.

2
2. ‘adalah
Prinsip keadilan (‘adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada
tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta
memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.
Islam mendukung prinsip keadilan, Secara umum Islam mendukung semua
prinsip dalam pendekatan keadilan terhadap etika, namun dalam proporsi yang
seimbang. Islam tidak mendukung prinsip keadilan buta. Kebutuhan semata-
mata tidak memerlukan keadilan. Karena seorang muslim yang tengah
berusaha untuk keluar dari situasi yang menindas lebih membutuhkan bantuan
dibanding dengan orang yang sekedar menuntut hak sebagai kekayaan dari
orang-orang kaya.2
Berbisnislah secara adil, demikian kata Allah. Sebagaimana firmanya,
“Berusahalah secara adil dan kamu tidak boleh bertindak tidak adil”. Allah
mencintai orang orang berbuat adil dan membenci orang-orang yang berbuat
zalim, Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung
kezaliman dan kewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasi dalam
hubungan dagang dan kontrak bisnis.
3. Mashlahah
Prinsip kemaslahatan (mashlahah) esensinya merupakan segala bentuk
kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan
spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan yang diakui
harusmemenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal) sertabermanfaat
dan membawa kebaikan ( thayib ) dalam semua aspek secara keseluruhan
yang tidak menimbulkan kemudharatan.
4. Tawazun
Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek
material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil,
bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian.
Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan
perusahaan semata untuk kepentingan pemilik(shareholder). Sehingga
manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan
tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan
ekonomi.
2
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004) hlm. 26.

3
5. Syumuliyah
Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan,
dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan
suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta
(rahmatan lil alamin).
C. Karekteristik Transaksi
Sifat dari suatu transaksi yang disebut sesuai syariat sangat banyak, lebih
banyak dari yang dilarang syariat. Memang bidang bisnis ini adalah bidang
muamalah yang ketentuan fikihnya adalah semua boleh dilakukan sepanjang tidak
ada larangannya. Jadi, memudahkan analisis sebenarnya cukup dengan membuat
daftar hal-hal yang tidak boleh atau dilarang syariat dan selebihnya berarti
dibolehkan. Hal-hal yang dilarang dalam transaksi syariah :
1. Haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasionalnya
2. Riba dalam segala bentuk
3. Zalim, jika transaksi mengandung unsur yang merugikan orang lain
dan lingkungan
4. Maysir, berarti mengandung judi atau spekulatif
5. Gharar mengandung unsur ketidakjelasan
Beberapa bentuk gharar antara lain :
 tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada
waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada;
 menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual;
 tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa;
 tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayaran;
 tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad;
 kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang
ditentukan dalam transaksi;3
Ada beberapa karakteristik Pemasaran Syari’ah yang dapat menjadi panduan
bagi para pemasar sebagai berikut:
1. Ketuhanan (Rabbaniyah)

3
Sofyan S. Harahap, 119.

4
Salah satu ciri khas pemasar syariah marketing yang tidak dimiliki
pasar konvensional yang dikenal selama ini adalah sifat yang religius.
Kondisi ini tercipta keterpaksaan tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai
religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar
tidak terperosok kedalam perbuatan yang tidak merugikan orang lain. Jiwa
seorang marketing syariah meyakini bahwa hukum-hukum syariah yang
teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah hukum yang paling adil, paling
sempurna, paling selaras dalam bentuk kebaikan, paling dapat mencegah
segala kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan
kebatilan, dan menyebarluaskan kemaslahatan.
Karena merasa cukup akan segala kesempurnaan dan kebaikannya,
diarela melaksanakannya dari hati yang paling dalam, seorang syariah
marketer menyakini bahwa Allah Swt selalu dekat dan mengawasinya
ketika dia sedang melaksanakan segala macam bentuk bisnis. Dan Allah
akan meminta pertanggungjawaban darinya atas pelaksanaan syariat
tersebut kelak dihari kiamat. Seorang syariah marketer akan menjalankan
sebagai seorang pemasar, mulai dari melakukan strategi pemasaran,
memilih-milih pasar (segmentasi), kemudian memilih pasar mana yang
harus menjadi fokusnya (targeting), hingga menetapkan identitas
perusahaan yang harus senantiasa tertanam dalam benak pelanggannya
(positioning).
Pemasar juga harus menyusun taktik pemasaran, apa yang menjadi
keunikan dari perusahaanya dibandingkan perusahaan lain (diferensial),
begitu juga dengan marketing mixnya, dalam melakukan promosi,
senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai relegius, di samping itu juga harus
menempatkan kebesaran Allah di atas segala-galanya, apabila dalam
melakukan proses penjualan (selling), yang menjadi tempat seribu satu
macam kesempatan untuk melakukan kecurangan dan penipuan, kehadiran
nilai-nilai relegius menjadi sangat penting Pemasaran syariah harus
memiliki value yang lebih tinggi. Ia harus memiliki merek yang lebih baik,
karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis berkeadilan dan
bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat didalamnya. Syariah marketer
selain patuh kepada hukum-hukum syariah, juga senantiasa menjauhi

5
segala larangan-laranganya dengan sukarela, pasrah, dan nyaman,
didorong oleh bisikan dari dalam, bukan dari paksaan dari luar.
Pelanggaran perintah dan larangan syariah,misalnya mengambil uang
yang bukan haknya, memberi keterangan palsu, ingkar janji dan
sebagainya, maka ia akan merasa berdosa, kemudian segera bertobat dan
menyesali diri dari penyimpangan yang dilakukan. Ia akan senantiasa
memeliharanya hatinya agar tetap hidup,dan memancarkan kebaikan
dalam segala aktifitas bisnisnya. Marketing syariah harus membentengi
dirinya dengan nilai-nilai spiritual karena marketing harus akrab dengan
penipuan, sumpah palsu riswah (suap) korupsi.4
2. Etika (Akhlaqiyyah)
Keistimewaan yang lain dari syariah marketer selain karena teistis
(rabbaniyyah), juga karena mengedepankan masalah akhlak (moral, etika)
dalam seluruh aspek kegiatanya. Sifat etis ini merupakan turunan dari sifat
teistis diatas. Dengan demikian marketing syariah adalah konsep yang
sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apa pun
agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilaiyang bersifat
universal, yang diajarkan oleh semua agamanya.
Untuk mencapai tujuan suci, Allah memberikan petunjuk melalui para
Rasulnya, Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan
manusia, baik akidah, akhlak, (moral, etika), maupun syariah. Dua
komponen pertama, akidah dan akhlak (moral, etika) bersifat konstan,
keduanya tidak mengalami perubahan apapun dengan berbedanya waktu
dan tempat. Sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai dengan
kebutuhan dan taraf perbedaan manusia, yang berbeda-beda sesuai dengan
rasulnya masing-masing.
Allah melapangkan hati makhluk-makhluknya untuk dirinya, dan Allah
membukakan pintu rizki untuknya yang tidak bisa dicapai kecuali
mempunyai karakter yang luhur. Karena dengan mempunyai karakter yang
mulia, pembisnis akan menjadi orang yang lemah lembut, ramah,
wajahnya berseri-seri, tidak banyak berpaling, berbicara dengan kata-kata
baik dan mengasihi orang yang lebih kecil. Sedangkan salah satu bentuk

4
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 17.

6
bisnis yang mengalami suatu masalah jika para pemasar kurang baik dan
dianggap bisa membawa kerugian suatu perusahaan.5
3. Realistis (Al-Waqi‟iyyah)
Syariah marketing bukanlah konsep yang tidak ekslusif, fanatis,anti-
modernitas, dan kaku, marketing syariah adalah konsep pemasaran yang
fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islami yang
melandasinya. Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
penampilan ala bangsa Arab dan mengharamkan dasi karena dianggap
merupakan simbol masyarakat barat, misalnya. Para pemasar juga
professional dengan penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, Ia tidak
kaku, tidak ekslusif, tetapi sangat fleksibel dan luwes dalam bersikap dan
bergaul.
Ia memahami dalam situasi pergaulan di lingkungan yang sangat
heterogen, dengan beragam suku, agama dan ras. Fleksibilitas atau
kelonggaran sengaja diberikan oleh Allah SWT agar penerapan syariah
senantiasa realisties (al-waqi’iyyah) dan dapat mengikuti perkembangan
zaman. Kelonggaran bukanlah suatu kebetulan, melainkan kehendak Allah
agar syariah Islam senantiasa abadi dan kekal sehingga sesuai bagi setiap
zaman, daerah, dan keadaan apapun. Dalamsisi inilah, syariah marketing
berada. Ia bergaul, bersilaturahmi, melakukan transaksi bisnis di tengah-
tengah realitas kemunafikan, kecurangan, kebohongan, atau penipuan yang
sudah biasa terjadi dalam dunia bisnis. Akan tetapi syariah marketing
berusaha tegar, istiqomah, dan menjadi cahaya penerang di tengah-tengah
kegelapan.6
4. Humanistis (Al-Insaniyyah)
Keistimewaan marketing syariah yang lain adalah sikapnya humanistis
universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk
manusia agar derajatnya terangkat, sifat manusia terjaga dan terangkat,
sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat kehewananiannya
terkekang dengan panduan syariah. Dengan memiliki, nilai humanistis ia
menjadi manusia yang terkontrol dan seimbang. Bukan manusia yang
5
Asyraaf Muhammad Dawwabah, Meneladani Keunggulan Bisnis Rasullulah, (Semarang:Pustaka
Nuun, 2007) hlm. 56.
6
Hermawan Kartajaya, Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: PT Mizan Pustaka,
2006) hlm. 35-37.

7
serakah, yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang
sebesar- besarnnya.
Bukan menjadi manusia yang bisa bahagia diatas penderitaan orang
lain atau manusia yang hatinya kering dengan kepedulian sosial. Syariat
Islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa
menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang
membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariat
humanistis. Hal tersebut dapat dikatakan prinsip ukhuwah insaniyyah
(persaudaraan antar manusia). Syariat Islam bukanlah syariat bangsa arab,
walaupun Muhammad yang membawanya adalah orang arab. Syariat
Islam adalah milik Tuhan bagi seluruh manusia.
Di antara dalil-dalil tentang sifat humanistis dan universal syariat Islam
adalah prinsip ukhuwah insaniyah (persaudaraan antara umat manusia).
Islam tidak memperdulikan semua faktor yang membeda-bedakan manusia
asal daerah, warna kulit, maupun status sosial. Islam mengarahkan serunya
kepada seluruh manusia, bukan kepada sekelompok orang tertentu, atas
dasar ikatan persaudaran antar sesama manusia.7

7
Hermawan Kartajaya, Op. Cit., hlm. 38-40.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha.
Paradigma ini akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya
karakter tata kelolayang baik (good governance) dan disiplin pasar (market
disciplin) yang baik.
2. PSAK mengajukan lima asas atau prinsip berikut yang harus mendasari setiap
transaksi syariah: ukhuwah, ‘Adalah, Maslahah, Tawazaun, Syumuliyah.
3. Sifat dari suatu transaksi yang disebut sesuai syariat sangat banyak, lebih
banyak dari yang dilarang syariat. Memang bidang bisnis ini adalah bidang
muamalah yang ketentuan fikihnya adalah semua boleh dilakukan sepanjang
tidak ada larangannya. Jadi, memudahkan analisis sebenarnya cukup dengan
membuat daftar hal-hal yang tidak boleh atau dilarang syariat dan selebihnya
berarti dibolehkan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari segi
konten, diksi, ataupun susunan. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar
pembaca melakukan proses membaca yang intensif, sehingga bisa memahami
konten makalah ini dengan baik dan tepat.
Selain itu, penulis juga mengharapkan pembaca mampu mengoreksi,
memperbaiki, dan menyempurnakan berbagai pernyataan yang dirasa kurang tepat
sehingga tidak terjadi kesesatan berpikir dan kesesatan pengaplikasian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Beekum, Rafik Issa. 2004. Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Belajar)

Dawwabah, Asyraaf Muhammad. 2007. Meneladani Keunggulan Bisnis Rasullulah,


(Semarang: Pustaka Nuun)

Harahap, Sofyan S. 2011. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba
Empat.

Hasan, Ali. 2009. Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing,


(Bandung: PT Mizan Pustaka,)

10

Anda mungkin juga menyukai