BAB 3
Ekonomi dan Keadilan
Kelompok 2 :
Yasa Gayatri – 115170314
Valeria Kiky Tiomantara – 115170366
1. Hakikat keadilan
Pengertian dari keadilan sendiri menurut pengarang Roma, Ulpianus, yang mengutip
Celsus mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan kepada setiap orang yang dia
empunya. Dapat diartikan juga sebagai memberikan kepada setiap orang yang
menjadi haknya.
Terdapat tiga ciri keadilan :
a. Keadilan selalu tertuju pada orang lain
Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya akan muncul antar-manusia, maka
diperlukan setidaknya dua orang manusia.
b. Keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan
Keadilan selalu berkaitan dengan hak orang lain yang harus dipenuhi bukan sekedar
dianjurkan atau diharapkan saja.
c. Keadilan menuntut persamaan
Keadilan harus dilaksanakan terhadap semua orang secara rata atau sama sesuai
dengan hak nya.
2. Pembagian keadilan
Keadilan dapat dibagi menjadi dua :
a. Pembagian klasik
Keadilan terbagi berdasarkan tiga kewajiban (atau hak) idividu : kewajiban individu
terhadap masyarakat, keadilan terhadap individu, dan keadilan antar individu satu
sama lain.
Keadilan umum
Merupakan keadilan yang umumnya diberikan masyarakat terhadap negara.
Keadilan ini menyajikan landasan untuk paham kebaikan Bersama, dimana
menjelaskan bahwa kita harus mengutamakan kepentingan Bersama diatas
kepentingan pribadi.
Contoh :
Kewajiban membayar pajak, membela negara, wajib militer,masa bakti dokter
di daerah, dsb.
Keadilan distributive
Keadilan dimana negara harus membagi segalanya dengan cara yang sama
kepada anggota masyarakat.
Contoh :
Perlindungan hukum, tanda kehormatan, tunjangan bulanan untuk veteran,
siskamling, beban pajak, dsb.
Keadilan Komutatif
Berdasarkan keadilan inisetiap orang harus memberikan kepada orang lain apa
yang menjadi haknya baik secara individu maupun kelompok.
2. Teori sosialistis
Teori ini tentang keadilan distributif memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya.
Menurut mereka masyarakat diatur dengan adil, jika kebutuhan semua warganya
terpenuhi, seperti kebutuhan pokok/primer. Dalam teori sosialis terkenal prinsip
oleh Karl Marx (1818-1883) diambil oleh dari sosialis Prancis, Louis Blanc
(1811-1882): “From each according to his ability, to each according to his needs”.
Bagian pertama dari prinsip ini berbicara tentang hal-hal yang menuntut
pengorbanan. Sedangkan bagian kedua berbicara tentang hal-hal yang enak untuk
didapat.
3. Teori liberalistis
Teori liberalistis menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil
karena manusia adalah makhluk bebas. Berarti kita harus membagi menurut
usaha-usaha bebas dari individu-individu bersangkutan. Teori ini digarisbawahi
pentingnya dari prinsip hak, usaha tetapi secara khusus prinsip jasa. Terutama
prestasi dilihat sebagai perwujudan pilihan bebas seseorang.
Teori keadilan distributif yang membatasi diri pada satu prinsip saja, ternyata sulit
dipertahankan. Untuk membagi dengan adil, kita harus memperhatikan semua
prinsip material. Jadi, salah satu tugas setiap masyarakat demokratis ialah
bersama-sama mengembangkan kesepakatan tentang yang bisa dinilai sebagai
pembagian adil dalam situasi tertentu. Berikut ini penjelasan singkat tentang dua
teori keadilan distributif dari abad ke-20 yang justru berusaha merumuskan
bagaimana keadilan distributif harus diwujudkan dalam masyarakat yang
demokratis.
Penjelasan :
Kasus ini membahas bagaimana tindakan masyarakat yang mendaftar sebagai
PBI(selain yang ditetapkan pemerintah) adalah tidak adil. Penerima Bantuan Iuran
(PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai
peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan
oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.Program ini diadakan dengan
tujuan membantu masyarakat golongan bawah serta membantu menyamaratakan
kesejahteraan masyarakat Indonesia, tindakan mereka justru membuat masyarakat lain
kehilangan haknya.