Anda di halaman 1dari 9

Cx

BAB 3
Ekonomi dan Keadilan

Kelompok 2 :
Yasa Gayatri – 115170314
Valeria Kiky Tiomantara – 115170366

Semester Genap 2019/2020


Hubungan antara ekonomi dan keadilan
Antara ekonomi dan keadilan terjalin hubungan erat, karena dua-duanya berasal dari
sumber yang sama yaitu masalah kelangkaan.
Ekonomi sebagai ilmu didefinisikan sebagai berikut : “ Ekonomi adalah studi tentang
cara bagaimana masyarakat menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi
komoditas-komoditas yang berharga dan mendistribusikannya di antara orang-orang yang
berbeda”.
Masalah mengenai keadilan atau ketidakadilan baru muncul, jika tidak tersedia barang
cukup bagi semua orang yang menginginkannya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa
kelangkaan barang dalam perekonomian dapat menyebabkan ketidakadilan distribusi barang
dalam masyarakat.
Di Indonesia sendiri keyakinan tersebut dirumuskan melalui ungkapan “masyarakat yang
adil dan makmur”. Dimana kemakmuran yang dapat diartikan sebagai kekayaan atau barang
yang tersedia harus dibagikan secara adil kepada orang yang berhak.

1. Hakikat keadilan
Pengertian dari keadilan sendiri menurut pengarang Roma, Ulpianus, yang mengutip
Celsus mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan kepada setiap orang yang dia
empunya. Dapat diartikan juga sebagai memberikan kepada setiap orang yang
menjadi haknya.
Terdapat tiga ciri keadilan :
a. Keadilan selalu tertuju pada orang lain
Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya akan muncul antar-manusia, maka
diperlukan setidaknya dua orang manusia.
b. Keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan
Keadilan selalu berkaitan dengan hak orang lain yang harus dipenuhi bukan sekedar
dianjurkan atau diharapkan saja.
c. Keadilan menuntut persamaan
Keadilan harus dilaksanakan terhadap semua orang secara rata atau sama sesuai
dengan hak nya.

2. Pembagian keadilan
Keadilan dapat dibagi menjadi dua :
a. Pembagian klasik
Keadilan terbagi berdasarkan tiga kewajiban (atau hak) idividu : kewajiban individu
terhadap masyarakat, keadilan terhadap individu, dan keadilan antar individu satu
sama lain.
 Keadilan umum
Merupakan keadilan yang umumnya diberikan masyarakat terhadap negara.
Keadilan ini menyajikan landasan untuk paham kebaikan Bersama, dimana
menjelaskan bahwa kita harus mengutamakan kepentingan Bersama diatas
kepentingan pribadi.
Contoh :
Kewajiban membayar pajak, membela negara, wajib militer,masa bakti dokter
di daerah, dsb.
 Keadilan distributive
Keadilan dimana negara harus membagi segalanya dengan cara yang sama
kepada anggota masyarakat.
Contoh :
Perlindungan hukum, tanda kehormatan, tunjangan bulanan untuk veteran,
siskamling, beban pajak, dsb.
 Keadilan Komutatif
Berdasarkan keadilan inisetiap orang harus memberikan kepada orang lain apa
yang menjadi haknya baik secara individu maupun kelompok.

b. Pembagian pengarang modern


 Keadilan disributif
Berhubungan dengan benefits dan burdens atau hak dan kewajiban individu
sama seperti pengertian klasik sebelumnya.
 Keadilan retributive
Berkaitan dengan hukuman atau denda yang akan diberikan terhadap individu
yang melakukan pelanggaran. Halini berarti suatu hukuman atau denda harus
diterapkan secara sama terhadap suatu pelanggaran yang sama berdasarkan
peaturan yang berlaku tanpa memandang orang dan statusnya.
 Keadilan kompensatoris
Berhubungan dengan sanksi, namun dalam hal iniindividu memiliki suatu
kewajiban untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi terhadap orang atau
instansi yang dirugikan.
c. Keadilan individu dan keadilan social
Keadilan individu adalah keputusan yang pelaksanaannya ditentukan oleh satu orang,
sementara keadilan social membutuhkan lebih dari satu orang. Pelaksanaan keadilan
social bergantung dari sturktur-struktur masyarakat di bidang social-ekonomi, politik,
budaya dan sebagainya.

3. Keadilan distributif pada khususnya


Keadilan dapat dirumuskan sebagai : “equals ought to be treated equally and
unequals may be treated unequally” yang berarti kasus-kasus yang sama harus
diperlakukan dengan sama, sementara kasus yang tidak sama tidap perlu diberlakukan
dengan sama.
 Kepada setiap orang bagian yang sama
Menurut prinsip ini, kita dapat dikatakan adil apabila kita semua orang yang
berkepentingan mendapat bagian yang sama.
 Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan individualnya
Menurut prinsip ini adil berarti membagi sesuai dengan kebutuhan individu
 Kepada setiap orang sesuai dengan haknya
Berlaku adil sesuai dengan hak yang dimiliki individu
 Kepada setiap orang sesuai dengan usaha individualnya
Prinsip ini menekankan bahwa kita berlaku adil sesuai dengan usaha yang
telah dilakukan oleh individu, dan dapat berbeda tiap individu.
 Kepada setiap orang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat
Perlakuan yang diberlakukan terhadap individu berbeda tergantung dari
kontribusi individu terhadap masyarakat atau lingkungan social.
 Kepada setiap orang sesuai dengan jasanya
Perlakuan yang dapat kita berikan terhadap individu berdasarkan jasa yang
telah diberikannya.
Berdasarkan prinsip di atas, dibentuk beberapa teori berikut :
1. Teori egalitarianisme
Teori ini berpendapat bahwa kita baru membagi dengan adil, bila semua orang
mendapat bagian yang sama. “Sama rata, sama rasa” merupakan semboyan
egalitarian yang khas. Pemikiran ini merupakan keyakinan umum sejak Revolusi
Prancis menumbangkan monarki absolut dan feodalisme. Dalam artikel
pertamanya yaitu “Deklarasi Hak Manusia dan Warga Negara” (1789). Beberapa
tahun sebelumnya di Amerika Serikat dalam The Declaration of Independence
(1776) sudah ditegaskan “All men are created equal”. Manusia sama yang
dimaksudkan ialah martabatnya. Satu manusia tidak pernah lebih manusia dari
manusia lain. Contohnya dalam bidang hukum tidak memandang orang kaya atau
miskin. Namun demikian, walapun martabat manusia selalu sama, dalam banyak
hal manusia tidak sama.

2. Teori sosialistis
Teori ini tentang keadilan distributif memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya.
Menurut mereka masyarakat diatur dengan adil, jika kebutuhan semua warganya
terpenuhi, seperti kebutuhan pokok/primer. Dalam teori sosialis terkenal prinsip
oleh Karl Marx (1818-1883) diambil oleh dari sosialis Prancis, Louis Blanc
(1811-1882): “From each according to his ability, to each according to his needs”.
Bagian pertama dari prinsip ini berbicara tentang hal-hal yang menuntut
pengorbanan. Sedangkan bagian kedua berbicara tentang hal-hal yang enak untuk
didapat.

3. Teori liberalistis
Teori liberalistis menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil
karena manusia adalah makhluk bebas. Berarti kita harus membagi menurut
usaha-usaha bebas dari individu-individu bersangkutan. Teori ini digarisbawahi
pentingnya dari prinsip hak, usaha tetapi secara khusus prinsip jasa. Terutama
prestasi dilihat sebagai perwujudan pilihan bebas seseorang.

Teori keadilan distributif yang membatasi diri pada satu prinsip saja, ternyata sulit
dipertahankan. Untuk membagi dengan adil, kita harus memperhatikan semua
prinsip material. Jadi, salah satu tugas setiap masyarakat demokratis ialah
bersama-sama mengembangkan kesepakatan tentang yang bisa dinilai sebagai
pembagian adil dalam situasi tertentu. Berikut ini penjelasan singkat tentang dua
teori keadilan distributif dari abad ke-20 yang justru berusaha merumuskan
bagaimana keadilan distributif harus diwujudkan dalam masyarakat yang
demokratis.

4. John Rawls tentang keadilan distributive


Rawls berpendapat bahwa bertindak adil dalam masyarakat berarti mengetahui
apa yang harus dibagi dengan adil dan mengetahui cara prinsip keadilan tersebut
diterapkan. Berkaitan dengan apa yang harus dibagi, Rawls menjelaskan bahwa
secara alamiah manusia dilahirkan dengan keadaanya masing-masing. Ada yang
terlahir dengan sehat, sakit-sakitan, berintelegensi rendah, maupun cerdas yang
ia sebut dengan natural lottery. Sehingga yang harus dibagi adalah the social
primary good (nilai-nilai social yang primer). Yang termasuk nilai-nilai sosial
yang primer antara lain:
1. Kebebasan-kebebasan dasar, seperti kebebasan mengemukakan pendapat,
kebebasan hati nurani dan kebebasan berkumpul, integritas pribadi, dan
kebebasan politik.
2. Kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi.
3. Kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan-jabatan dan posisi-
posisi penuh tanggung jawab.
4. Pendapatan milik.
5. Dasar-dasar sosial dari harga diri (self-respect).
Rawls menyebutkan terdapat cara untuk menerapkan prinsip keadilan, yaitu fair
berarti adil menurut prosedurnya, dan just berarti adil menurut isinya. Menurut
Rawls, nilai-nilai sosial primer tersebut harus dibagi secara adil dengan cara fair.
Dengan cara yang fair berarti keadilan tersebut didasarkan atas prosedur yang
wajar (tanpa direkayasa ataupun dimanipulasi). Misalnya, dengan meminta
seseorang membagikan sepotong roti kepada 20 orang, dan ia harus mendapatkan
potongan terakhir. Cara seperti ini dianggap adil karena sebelumnya peserta tidak
tahu siapa mendapat bagian mana.
Metode tersebut harus diterapkan dalam prinsip keadilan distributif, dimana kita
berada pada the original position atau posisi asali. Dengan posisi tersebut kita
dapat mewujudkan prinsip:
1. Kebebasan yang sedapat mungkin sama. Kebebasan tersebut seperti
mengemukakan pendapat dan berkumpul. Batas dari kebebasan satu orang adalah
kebebasan dari orang lain.
2. a. Prinsip perbedaan, dimana masyarakat diatur dengan adil tidak perlu semua
orang mendapat hal yang sama. Misalnya Negara memberikan fasilitas kursus
keterampilan untuk orang miskin.
b. Prinsip persamaan peluang yang fair, adanya jabatan atau posisi dianggap adil jika
pada prinsipnya terbuka bagi semua orang.
Menurut Rawls, hubungan dari ketiga prinsip ini yaitu kebebasan yang sedapat
mungkin sama diberi prioritas mutlak. Sedangkan prinsip persamaan peluang
yang fair harus ditempatkan diatas prinsip perbedaan.

5. Robert Nozick tentang keadilan distributive


Nozick menjadi terkenal karena bukunya Anachy, State, and Utopia (1974) yang
memuat pemikiran liberalistisnya tentang keadilan. Teorinya tentang keadilan
distributif disebutnya “entilement theory”. Menurutnya kita memiliki sesuatu dengan
adil, jika pemilikan itu berasal dari keputusan bebas yang mempunyai landasan hak.
Ada 3 kemungkinan yang mengeluarkan 3 prinsip :
1. Prinsip original acquisition: kita memperoleh sesuatu untuk pertama kali.
2. Prinsip transfer: kita memiliki sesuatu karena diberikan oleh orang lain.
3. Prinsip rectification of injustice: kita mendapat sesuatu kembali yang sebelumnya
dicuri dari kita.
Ketiga prinsip ini merupakan prinsip – prinsip historis , artinya mereka tidak saja
melihat hasil pembagian tetapi mempertanggungjawabkan juga proses yang
melandaskan pembagian atau pemilikan. Kesimpulan Nozick adalah bahwa keadilan
harus ditegakkan, jika diakui bakat-bakat dan sifat-sifat pribadi beserta segala
konsekuensinya (seperti hasil kerja) sebagai satu-satunya landasan hak. Ia juga
berpendapat bahwa prinsip dasar Immanuel Kant juga harus dipegang teguh. Tidak
pernah menjadi adil memerangi kemiskinan dengan memaksakan perubahan struktural
dalam masyarakat. Membantu orang miskin memang merupakan solidaritas tetapi
kewajiban itu termasuk etika pribadi dan haknya hanya boleh dijalankan dengan
keputusan-keputusan bebas.
6. Keadilan Ekonomis
Keadilan memegang peranan penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena
menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk dimilki atau dipakai. Sejarawan
ide sosial dan politik yang berkebangsaan Kanada, C.B. MacPherson, berpendapat
bahwa dalam zaman modern keadilan ekonomis tidak banyak diperhatikan, sampai
muncul lagi dengan kuatnya sekitar pertengahan abad ke 19 dan berperang penting
dalam demokrasi-demokrasi parlementer sepangjang abad ke 20.
Masyarakat tidak mungkin dikatakan diatur dengan baik kalau tidak ditandai dengan
keadilan. Namun alangkah lebih baik keadilan harus berperan pada tahap sosial maupun
individual. Juga dalam konteks ekonomi dan bisnis. Keadilan ekonomis harus
diwujudkan dalam masyarakat, tetapi keadilan merupakan juga keutamaan yang harus
dimiliki oleh pelaku bisnis secara pribadi. Supaya dapat hidup dengan baik, disamping
nilai-nilai ekonomis, pebisnis pun harus memberi tempat juga kepada nilai-nilai moral
yaitu yang terpenting adalah keadilan.
CONTOH KASUS
Sumber data : CNN Indonesia News Report
(https://www.cnnindonesia.com/tv/20200219170517-407-476163/video--mensos-30-
juta-peserta-pbi-bpjs-kes-bermasalah)
“Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri sosial, Juliari Batubara menyatakan ada
permasalahan dari sisi peserta penerima bantuan PBI program jaminan kesehatan
nasional yang dilakukan Bpjs kesehatan. Sebanyak 30 juta orang peserta PBI tidak
masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial, DTKS. DTKS merupakan data
masyarakat prasejahtera atau miskin. Itu berarti masyarakat yang tidak masuk dalam
DTKS bukan golongan masyarakat kelas miskin. Saat ini, kemensos masih melakukan
pembersihan data, dan akan mengevalusi data-data tersebut.”

Penjelasan :
Kasus ini membahas bagaimana tindakan masyarakat yang mendaftar sebagai
PBI(selain yang ditetapkan pemerintah) adalah tidak adil. Penerima Bantuan Iuran
(PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai
peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan
oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.Program ini diadakan dengan
tujuan membantu masyarakat golongan bawah serta membantu menyamaratakan
kesejahteraan masyarakat Indonesia, tindakan mereka justru membuat masyarakat lain
kehilangan haknya.

Anda mungkin juga menyukai