Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN

MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Dosen Pengampu: Nindya Kartika Kusmayati, SE.,MM.

Disusun Oleh :

Aqillah Zahraani Huba (20310166)

AKUNTANSI REGULER PAGI 2021


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA
 
Kata Pengantar
 

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga ka mi dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.  Dalam pembuatan makalah ini,
banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik
serta berdaya guna  dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam literatur-literatur kuno pada umumnya penduduk
dipandang sebagai penghambat pembangunan. Keberadaanya, apalagi dalam jumlah besar dan dengan
pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya menambah beban pembangunan. Dinyatakan dengan kalimat
yang lebih lugas: jumlah penduduk yang besar memperkecil pendapatan per kapita dan menimbulkan
masalah ketenagakerjaan. Dalam literatur-literatur modern, penduduk justru dipandang sebagai pemacu
pembangunan. Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang yang membeli dan
mengonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Konsumsi dari penduduk inilah yang menimbulkan
permintaan agregat. Pada gilirannya, peningkatan lonsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif
berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan. Jadi, perkembangan ekonomi turut
ditentukan oleh permintaan yang datang dari penduduk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja variabel-variabel kependudukan Indonesia?
2. Bagaimana karakteristik kependudukan Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah?
4. Apa kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui variabel-variabel kependudukan Indonesia
2. Mengerti karakteristik kependudukan Indonesia
3. Memahami tentang ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah
4. Mengetahui kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia

Menurut catatan, penaksiran yang pertama kali tentang jumlah penduduk di Indonesia dilakukan pada
tahun 1815. Itupun hanya sebatas pulau jawa, yang kala itu ditaksir berjumlah 4,5 juta jiwa. Pada
pertengahan tahun 1993 jumlah penduduk indonesia ditaksir sudah mencapai angka sekitar 187 juta jiwa (
World Development Report, 1995). Dengan jumlah ini indonesia menempati urutan keempat negara
berpenduduk terbesar didunia sesudah RRC, Cina, India dan Amerika Serikat.

Untuk jaman globalisasi seperti sekarang, dimana migrasi internasional semakin sangat mudah
berlangsung, gagasan tentang batas maksimum atau jumlah ideal penduduk menjadi tidak relevan.
Tekanan masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan
aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik
penduduk yang bersangkutan. Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan
pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan
dan pendidikan. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia bukan saja memiliki penduduk dalam jumlah besar.
Akan tetapi juga menghadapi masalah sebran yang tidak merata dan laju pertumbuhan yang masih relatif
tinggi. Dalam perspektif spasial, sebagian besar penduduk tinggal didaerah pedesaan. Dalam perspektif
regional, mayoritas penduduk bermukim di pulau Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk menyebabkan
masalah urbanisasi. Dalam perspektif jenis kelamin, proporsi penduduk perempuan lebih besar daripada
penduduk laki-laki. Mengatasi persoalan itu, sudah sejak lama transmigrasi menjadi salah satu program
penting. Kebijaksanaan mengenai hal itu merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program
pembangunan.

2. Karakteristik Kependudukan Indonesia

Sampai dengan akhir repelita VI komposisi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin diperkirakan tidak
akan berubah, penduduk perempuan masih tetap lebih banyak daripada laki-laki. Angka rata-rata harapan
hidup meningkat dari 62,7 tahun pada akhir Pelita yang lalu menjadi 64,6 tahun pada akhir pelita VI yang
akan datang. Pola ketimpangan pendidikan secara spasial tetap sama untuk jenjang yang lebih tinggi,
keadaan daerah perdesaan selalu lebih memprihatinkan. Mayoritas penduduk kita hanya berpendidikan
sekolah dasar. Proporsinya 36,77%, 30,09%, dan 34,60% masing-masing untuk daerah perdesaan, daerah
perkotaan dan seluruh Indonesia sebagai suatu kesatuan.
3. Ketenagakerjaan
Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, penduduk suatu Negara dipilah-pilah dalam berbagai
kelompok.  Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk
berdasarkan pendekatan angkatan kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.

Pemilihan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja


1) Tenaga Kerja-Manpower, berusia > 10 tahun
2) Angkatan kerja (Labour Force) yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang
bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang
mencari pekerjaan. Angkatan Kerja dibagi menjadi dua yaitu :
- Pekerja yaitu orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau disurvai)
memang sedang bekerja , serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara
waktu kebetulan sedang tidak bekerja.
- Penganggur yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak
bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
3) Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja,
tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja
dibagi menjadi tiga yaitu :
- Penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah
- Mengurus rumah tangga
- Penerima pendapatan lain
4) Bukan Tenaga Kerja, < 10 tahun
Pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja
1) Bekerja Penuh yaitu tenaga kerja yang bersangkutan termanfaatkan secara cukup atau
optimal.
2) Setengah menganggur yaitu bekerja tapi tenaganya kurang termanfaatkan diukur dari curahan
jam kerja, produktivitas kerja, atau penghasilan yang diperoleh. Setengah menganggur dibagi
menjadi dua yaitu :
- Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang
bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu
yang lebih pendek dari biasanya.
- Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika
seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak
mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak
memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.
4. Angkatan Kerja Indonesia

Pada tahun 1993 jumlah tenaga kerja Indonesia tercatat sebanyak 143,8 juta orang.  Proporsi tenaga kerja
yang tergolong sebagai angkatan kerja hanyalah sekitar 55-60 persen.  Pertumbuhan jumlah tenaga kerja
lebih tinggi daripada pertumbuhan jumlah penduduk secara keseluruhan.  Pada tahun 1994 jumlah
angkatan kerja yang tercatat sebanyak 85,5 juta orang.  Proporsi angkatan kerja terhadap jumlah seluruh
penduduk berkisar 40-45 persen dari tahun ke tahun.  Jumlah angkatan kerja tumbuh jauh lebih cepat
daripada jumlah penduduk, bahkan juga dibandingkan jumlah tenaga kerja.  Hal tersebut disebabkan oleh
struktur penduduk kita menurut komposisi umur hingga saat ini masih didominasi penduduk berusia
muda.

Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian,
yakni penciptaan atau perluasan lapangan kerja.  Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi
salah satu masalah rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air.  Kualitas tenaga kerja Indonesia
sebagaimana tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas pekerja yang ada masih
relative rendah.

5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran

Dari data-data ketenagakerjaan data diketahui dan dihitung berbagai konsep yang berkaitan dengan
tingkat pengerjaan dan tingkat pengangguran.  Konsep-konsep dimaksud adalah tingkat paertisipasi
angkatan kerja  (TPAK), tingkat pengerjaan, dan tingkat pengangguran.  Angka-angka semacam ini
berguna untuk mengenali situasi yang berlangsung di pasar kerja.

TPAK = JUMLAH ANGKATAN KERJA  X 100%

JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGERJAAN= JUMLAH PEKERJA X 100%

JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGANGGURAN = JUMLAH PENGANGGUR X 100%

JUMLAH ANGKATAN KERJA

TINGKAT PENGERJAAN + TINGKAT PENGANGGURAN = 1


Dalam perbandingan seksual atau antarjenis kelamin, TPAK laki-laki masih jauh lebih tinggi
dibandingkan TPAK perempuan.  Perbandingan angkanya untuk tahun 1994 adalah 72,3 banding 43,4. 
Ini mencerminkan peluang tenaga kerja perempuan untuk terlibat dipasar tenaga kerja masih rendah.

Jika dengan perbandingan spasial atau daerah, TPAK di daerah pedesaan justru lebih tinggi dibandingkan
di daerah perkotaan.

6. Pekerjaan dan Tingkat Upah


1) Lapangan, Status dan Jenis Pekerjaan

Lapangan pekerjaan utama bagi rakyat Indonesia masih di sektor pertanian. Sampai tahun 1994, separuh
dari jumlah pekerja menyandarkan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan
dan sektor jasa menempati kedudukan kedua dan ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di
urutan berikutnya. Menurut hasil survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1994, proporsi
pekerja perempuan yang bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan tidak berbeda jauh dengan pekerja
laki-laki, sebaliknya di daerah perkotaan pekerjaan bertani lebih banyak dilakukan oleh pekerja laki-laki.
Sektor perdagangan dan sektor industri, baik di perkotaan maupun pedesaan, didominasi oleh pekerja
perempuan. Di lain pihak, sektor bangunan dan sektor komunikasi, baik di perkotaan maupun pedesaan,
didominasi oleh pekerja laki-laki. Ditinjau menurut status dari pekerjaan utama yang dilakukan, hampir
sepertiga angkatan kerja yang bekerja berstatus sebagai buruh atau karyawan atau pegawai. Disamping
menurut  sektor dan status pekerjaan, para pekerja dapat pula dipilah-pilah menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. Kemampuan tenaga kerja Indonesia untuk menjalankan fungsi kepemimpinandan
keetatalaksaan masih rendah. Peran kaum wanita Indonesia di pasar kerja rasanya cukup berarti.
Tenaga=tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya justru lebih dominan diperankan oleh pekerja
perempuan.

2) Jam Kerja

Menilai seseorang bekerja ataukah menganggur semata-mata berdasarkan apakah ia mempunyai


pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kurang memadai. Pendekatan semacam itu mengabaikan kadar
pemanfaatan tenaga yang bersangkutan. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia
bekerja atau mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak termanfaatkan
secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh, maka sesungguhnya ia setengah
menganggur atau menganggur secara terselubung. Oleh karena itu, jam kerja yang dicurahkan perlu turut
untuk dipertimbangkan.

Seseoerang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah jam kerjanya telah mencapai
setidak-tidaknya 35 jam kerja dalam seminggu. Kriteria ini menuruti konsep bekerja minimal 1 jam
berturut-turut. Berlandaskan kriteria ini, maka dari seluruh pekerja yang ada (79.200.542 orang) hanya
58,46% saja yang bekerja penuh. Pekerja-pekerja yang bekerja tidak penuh ini  kebanyakan adalah
pekerja perempuan, baik di perkotaan maupun pedesaan. Di daerah pedesaan jumlah jam kerja yang
paling banyak dijalani para pekerja adalah antara 35 hingga 45 jam per minggu. Sedangkan di daerah
perkotaan jumlah jam kerja terbanyak yang dijalani adalh antara 45 hingga 59 jam per minggu.
3) Tingkat Upah

Upah tertinggi bagi pekerja yang berstatus karyawan atau buruh adalah di sektor pertambangan. Tingkst
upah para pekerja di Indonesia, khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah. Hal itu bisa
diukur dengan membandingkannya terhadap kebutuhan fisik minimum.

Variasi tingkat upah tidak hanya terjadi antarlapangan usaha atau secara sektoral. Akan tetapi juga secara
regional atau antarwilayah di tanah air, serta secara jenis kelamin. Dalam perbandingan jenis kelamin di
sekter industri pengolahan, hampir di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menerima upah lebih
tinggi daripada pekerja perempuan. Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin  di sektor industri
pengolahan berlaku umum di semua subsektor. Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang.
Hal ini bisa ditelaah melaui perbandingan upah rata-rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.

7. Kebijaksanaan Kependudukan dan Ketenagakerjaan


Secara konseptual pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Kedua aspek ini secara bersama-sama memberikan signal terhadap arah pengembangan sumber
daya manusia. Pergeseran struktur ekonomi ini akan berpengaruh terhadap pergeseran stuktur tenaga
kerja. Pada saat perekonomian suatu negara based onpertanian maka pengembangan sumber daya
manusia diarahkan kepada pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan sektor tersebut. Pada saat ini
permintaan tenaga kerja didominasi oleh sektor tradisional dan perencanaan ekonomi juga diarahkan pada
penciptaan sektor-sektor industri yang diharapkan mampu untuk menyerap hasil-hasil produksi pertanian.
Yang pada gilirannya kekuatan  sektor industri yang didukung oleh kemapanan sektor pertanian akan
mampu menciptakan kestabilan ekonomi suatu negara.

Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh pemerintah dalam upaya mengatasi
masalah-masalah kependudukan dan ketenagakerjaan. Dalam Repelita VI, pembangunan kependudukan
dalam PJPII diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan
penduduk. Dengan peningkatan kualitas penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan
dan kemampuan manusia serta masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan.
Sedangkan di bidang ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan tenaga kerja terus diupayakan terutama
melalui peningkatan dan pemerataan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan pada akhir PJP II kelak angka
sasaran-sasaran berikut dapat tercapai :
 Angka harapan hidup : 70,6 tahun
 Pertumbuhan penduduk : 0,88 persen
 Angka kelahiran kasar : 16,1 per seribu penduduk
 Angka pertumbuhan kasar : 7.4 per seribu penduduk
 Pertumbuhan alamiah : 8,8 per seribu penduduk
 Angka kematian bayi : 26 per seribu penduduk

Untuk mencapai sasaran-sasaran yang dicanangkan di atas, ditempuh berbagai kebijaksanaan dan
program-program berikut:

1) Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan perbaikan mutu
pendidikan.
2) Pengendalian pertumbuhan dan kualitas penduduk, melalui program keluarga berencana,
perbaikan layanan kesehatan dasar.
3) Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program transmigrasi, pemerataan
pembangunan antar wilayah.
4) Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program pengembangan
administrasi, dan penataan statistik kependudukan.
5) Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.

Sebagai langkah awal bagi sasaran jangka panjang tersebut, dalam Repelita VI Pemerintah
menganggarkan dana sebesar Rp12,89 miliar untuk program kependudukan dan Rp1,73 triliun untuk
program keluarga berencana.

Dibidang ketenagakerjaan, sasaran pokok pembangunannya dalam PJP II meliputi terciptanya lapangan
kerja baru dalam  jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja
baru yang masuk pasar kerja; mengurangi setengah pengangguran; mengurangi kesenjangan produktivitas
antar sektor; serta meningkatkan pemerataan kesempatan kerja antar wilayah. Secara konkret dalam PJP
II kelak diharapkan dapat diciptakan 68,6 juta tambahan kesempatan kerja untuk melayani sekitar 69 juta
orang tambahan angkatan kerja baru.

Secara lebih rinci sasaran konkret bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah sebagai berikut:

 Tambahan angkatan kerja                   : 69.089.400 orang


 Tambahan kesempatan kerja               : 68.647.500 orang

menurut status
 Berusaha sendiri : 1925.800
 Berusaha dengan keluarga : 545.300
 Berusaha dengan buruh tetap : 4.199.000
 Buruh/karyawan : 63.645.300
 Pekerja keluarga : -1.486.900

Kebijaksanaan yang ditempuh serta program-program yang akan dijalankan untuk mencapai sasaran di
atas meliputi:

1) Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas. Program-programnya


mencakup pengembangan produktivitas dan pembinaan lembaga produktivitas.
2) Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja.

Program-programnya antara lain perencanaan tenaga kerja; sistem informasi dan bursa tenaga kerja
terpadu; penciptaan tenaga kerja mandiri dan profesional; pemerataan kesempatan kerja antar daerah;
pengindonesiaan tenaga kerja asing; peningkatan ekspor jasa tenaga kerja; dan pemasyarakatan teknologi
padat karya dalam upaya mendayagunakan tenaga kerja yang menganggur dan setengah menganggur.

1) Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, melalui program kemitraan pelatihan,
pemagangan;serta perbaikan metode dan sistem informasi pelatihan.
2) Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja.

Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini Pemerintah menganggarkan
dana sebesar Rp1,073 triliun ntuk pembangunan di bidang ketenagakerjaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Variabel-variabel dalam kependudukan Indonesia misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan
pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan
dan pendidikan. Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan
pendekatan angkatan kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja. Sedangkan lapangan
pekerjaan utama bagi rakyat Indonesia masih di sektor pertanian. Sampai tahun 1994, separuh dari jumlah
pekerja menyandarkan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan dan sektor jasa
menempati kedudukan kedua dan ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di urutan
berikutnya. Dalam hal tingkat upah, variasi tidak hanya terjadi antarlapangan usaha atau secara sektoral.
Akan tetapi juga secara regional atau antarwilayah di tanah air, serta secara jenis kelamin. Dalam
perbandingan jenis kelamin di sekter industri pengolahan, hampir di semua wilayah tanah air pekerja laki-
laki menerima upah lebih tinggi daripada pekerja perempuan. Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin 
di sektor industri pengolahan berlaku umum di semua subsektor. Kesenjangan upah buruh berlangsung
pula antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui perbandingan upah rata-rata tertinggi terhadap upah rata-
rata terendah.
B. Lampiran

DATA JUMLAH PENDUDUK, ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA

Data Penduduk :

Populasi : 240.271.522 jiwa (per Juli 2009)

Persentase Pertambahan Angkatan


Kerja per Tahun menurut Propinsi
dan Daerah,
2004

Sumber/Source : Sakernas 1996-


Feb.2005

Provinsi 2004

Province Perkotaan Perdesaan Total

  Urban Rural Total

00. Indonesia 0.8 1.5 1.2

11. Nanggroe Aceh Darussalam -4.6 -2.8 -3.2

12. Sumatera Utara 3.3 -3.7 -1

13. Sumatera Barat 4 1.4 2.2

14. Riau -0.9 5.6 2.6

15. Jambi 5.6 1.8 2.7

16. Sumatera Selatan 7.4 -6.1 -2.4

17. Bengkulu 2.6 -10 -7


18. Lampung 3 0 0.6

19. Kep. Bangka Belitung 4.2 7.4 6.1

20. Kepulauan Riau na na na

31. DKI Jakarta 3.3 na 3.3

32. Jawa Barat 1.1 5.6 3.3

33. Jawa Tengah 0.6 3.7 2.4

34. DI Yogyakarta -3.3 7.2 1.3

35. Jawa Timur -4.8 4.6 0.7

36. Banten 2.7 2.5 2.6

51. Bali 3.7 -0.7 1.4

52. Nusa Tenggara Barat 6.1 -10.4 -5.1

53. Nusa Tenggara Timur -3.2 4.3 3.3

61. Kalimantan Barat -0.9 -7.3 -5.9

62. Kalimantan Tengah -3.8 -8.1 -7

63. Kalimantan Selatan 6.6 0.6 2.6

64. Kalimantan Timur 4.8 -14.4 -4.9

71. Sulawesi Utara 16.4 6.2 9.8

72. Sulawesi Tengah -3.8 2.3 1.2

73. Sulawesi Selatan 6.3 -1.7 0.5


74. Sulawesi Tenggara -1.5 -2.1 -2

75. Gorontalo -16 12.6 3

76. Sulawesi Barat -3.2 1.4 0.2

81. Maluku 13.4 -2.7 0.8

82. Maluku Utara na na Na

91. Irian Jaya Barat na na Na

92. Papua 5.3 7.6 7.1

Persentase Pertambahan Angkatan


Kerja per Tahun menurut Propinsi
dan Daerah, 2005

Sumber/Source : Sakernas 1996-


Feb.2005

Provinsi 2005

Province Perkotaan Perdesaan Total

  Urban Rural Total

00. Indonesia 2.1 1.5 1.8

11. Nanggroe Aceh Darussalam 3.6 5.4 4.9

12. Sumatera Utara 5.9 4.9 5.3

13. Sumatera Barat -2.8 -3.3 -3.1

14. Riau 6.1 7.7 7

15. Jambi 5.5 -3 -0.8


16. Sumatera Selatan -1.4 -0.2 -0.5

17. Bengkulu 6.6 4.2 4.9

18. Lampung -1.2 -1.1 -1.1

19. Kep. Bangka Belitung 7.6 -1.5 2.2

20. Kepulauan Riau na na Na

31. DKI Jakarta 2 na 2

32. Jawa Barat 2.7 -0.1 1.3

33. Jawa Tengah -0.2 1.8 1

34. DI Yogyakarta 3 0.8 2

35. Jawa Timur 2.5 2.5 2.5

36. Banten -2.4 4.4 0.7

51. Bali 6.8 4 5.3

52. Nusa Tenggara Barat 0.6 -3 -1.7

53. Nusa Tenggara Timur 7.7 5 5.3

61. Kalimantan Barat 5.9 1.6 2.6

62. Kalimantan Tengah 20.5 4 8.2

63. Kalimantan Selatan -5.2 -2.1 -3.2

64. Kalimantan Timur 0.7 12.1 5.9

71. Sulawesi Utara 5 -0.1 1.8


72. Sulawesi Tengah 13.7 -4.4 -1.2

73. Sulawesi Selatan 1.7 -0.1 0.4

74. Sulawesi Tenggara 4.3 -4.7 -3

75. Gorontalo -3.1 8.3 5.2

76. Sulawesi Barat 4.8 -9.2 -5.7

81. Maluku 3.8 1.8 2.3

82. Maluku Utara na na Na

91. Irian Jaya Barat na na Na

92. Papua 6.9 4.3 4.8

Jumlah
penduduk Tahun-year

Province 2000 2005

00. Indonesia 205,132,458 218,868,791

11. Nanggroe
Aceh
Darussalam 3,929,234 4,031,589

12. Sumatera
Utara 11,642,488 12,450,911

13. Sumatera
Barat 4,248,515 4,566,126

14. Riau 3,907,763 4,579,219


15. Jambi 2,407,166 2,635,968

16. Sumatera
Selatan 6,210,800 6,782,339

17. Bengkulu 1,455,500 1,549,273

18. Lampung 6,730,751 7,116,177

19. Kep.
Bangka
Belitung 899,968 1,043,456

20. Kepulauan
Riau 1,040,207 1,274,848

31. DKI
Jakarta 8,361,079 8,860,381

32. Jawa
Barat 35,724,093 38,965,440

33. Jawa
Tengah 31,223,258 31,977,968

34. DI
Yogyakarta 3,121,045 3,343,651

35. Jawa
Timur 34,765,993 36,294,280

36. Banten 8,098,277 9,028,816

51. Bali 3,150,057 3,383,572

52. Nusa
Tenggara
Barat 4,008,601 4,184,411

53. Nusa 3,823,154 4,260,294


Tenggara
Timur

61.
Kalimantan
Barat 4,016,353 4,052,345

62.
Kalimantan
Tengah 1,855,473 1,914,900

63.
Kalimantan
Selatan 2,984,026 3,281,993

64.
Kalimantan
Timur 2,451,895 2,848,798

71. Sulawesi
Utara 2,000,872 2,128,780

72. Sulawesi
Tengah 2,175,993 2,294,841

73. Sulawesi
Selatan 7,159,170 7,509,704

74. Sulawesi
Tenggara 1,820,379 1,963,025

75. Gorontalo 833,496 922,176

76. Sulawesi
Barat 891,618 969,429

81. Maluku 1,166,300 1,251,539

82. Maluku
Utara 815,101 884,142

91. Irian Jaya


Barat 529,689 643,012
92. Papua 1,684,144 1,875,388
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Erlangga.Jakarta.
Wirakartakusumah, M. Djuhari.1999.Bayang-Bayang Ekomoni Klasik.Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:Jakarta,
http://eprints.undip.ac.id/1178/1/analisis_faktor_tingkat_h.32.pdf
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/pengangguran-definisi-dimensi-dan-bentuk-pengangguran.html

Anda mungkin juga menyukai