Anda di halaman 1dari 51

MASALAH KEPENDUDUKAN

DAN KETENAGAKERJAAN
Ekonomi Pembangunan
Definisi
• Dalam nilai universal penduduk merupakan pelaku
dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati
hasil pembangunan.
• Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas
mereka perlu ditingkatkan dan pertumbuhan serta
mobilitasnya harus dikendalikan
• Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di
wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan
atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang
dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
Definisi
• Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau
perempuan yang sedang dalam dan/atau akan
melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
• Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15
tahun keatas yang selama seminggu sebelum
pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja dan mereka yang tidak
bekerja tetapi mencari pekerjaan
Definisi
Kesempatan Kerja  kebutuhan tenaga kerja yang
kemudian secara riil diperlukan oleh perusahaan atau
lembaga penerima kerja pada tingkat upah, posisi dan
syarat kerja tertentu, yang diinformasikan melalui iklan
dan lain².
Pengangguran  seseorang yang sedang tidak bekerja
tetapi sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan
suatu usaha baru, tidak memiliki pekerjaan karena merasa
tidak mungkin mendapat pekerjaan (discouraged worker)
sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Komposisi Penduduk & Tenaga Kerja
Penduduk

Penduduk Usia Kerja Penduduk di Luar Usia Kerja

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus Rumah Penerima


Tangga Pendapatan

Setengah Pengangguran
Menganggur Penuh

Kentara (Jam Tidak Kentara Pengangguran


kerja kurang) Potensial
Dependency ratio (usia kerja)

Dependency Ratio, menghitung jumlah


penduduk yang ditanggung oleh setiap
penduduk usia kerja, dirumuskan:

Dependency ratio
= Pend.Usia (0-14) + Pend.Usia (diatas 65)
jumlah penduduk usia 15 - 64
Dependency ratio..(lntn)
Dalam membahas aspek ketenagakerjaan,
umumnya para peneliti tertarik untuk
mengamati tingkat partisipasi angkatan kerja,
pengelompokan tenaga kerja menurut
lapangan, jenis dan status pekerjaan serta
masalah pengangguran.
C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK)

Adalah untuk memperoleh gambaran tentang


persentase angkatan kerja terhadap penduduk
usia kerja.

Tinggi rendahnya tingkat partisipasi angkatan


kerja sangat dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin dan kesempatan untuk memperoleh
pekerjaan.
TPAK..(lnjtn)

Indikator yang dipergunakan untuk menghitung


tingkat partisipasi angkatan kerja adalah rasio
antara jumlah angkatan kerja dengan
penduduk usia kerja.

Rumusnya:
Jumlah Angkatan Kerja
TPAK = ____________________________ X 100%
Jumlah penduduk usia kerja
TPAK..(lanjutan)
Pembahasan mengenai ketenagakerjaan ini menarik karena beberapa
alasan:
1. dapat melihat berapa besar jumlah penduduk yang bekerja
2. dapat mengetahui jumlah pengangguran dan pencari kerja
3. apabila dilihat dari segi pendidikan maka hal ini akan mencerminkan
kualitas tenaga kerja
4. dilihat dari statusnya dapat terlihat berapa jumlah penduduk, yang
bekerja di sektor formal yang jaminan sosialnya baik, dan berapa yang
bekerja di sektor informal
5. pengetahuan tentang karakteristik dan kualitas tenaga kerja akan berguna
sebagai dasar pengembangan kebijakan ketenagakerjaan, terutama
pengembangan kesempatan kerja dan peningkatan kualitas SDM yang
akan dapat meminimalkan jumlah pengangguran di suatu negara.
Jenis Pengangguran
1. Pengangguran Normal  golongan angkatan kerja yg betul² tidak mendapatkan
pekerjaan krn pendidikan dan ketrampilan yg tidak memadai
2. Pengangguran Terselubung  golongan angkatan kerja yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja atau golongan yg melakukan pekerjaan tetapi hasilnya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Pengangguran Terbuka  pengangguran yang timbul karena kurangnya kesempatan
kerja.
– Pengangguran Kronis / Friksional  pengangguran temporer yang terjadi karena
atas perubahan dan dinamika ekonomi
– Pengangguran Musiman  pengangguran yang terjadi secara musiman
4. Pengangguran Konjungtural  pengangguran yang terjadi karena berkurangnya
permintaan barang dan jasa (biasanya saat terjadi resesi)
4. Pengangguran Struktural  pengangguran yang muncul akibat terjadinya perubahan
struktur ekonomi, misal dari agraris ke industri
5. Pengangguran Sukarela  pengangguran yang terjadi karena adanya orang yang
sesungguhnya masih dapat bekerja, tetapi dengan sukarela dia tidak mau bekerja
(malas atau sudah kaya)
6. Pengangguran Deflasioner  pengangguran yang disebabkan lowongan pekerjaan tidak
cukup untuk menampung pencari kerja
7. Pengangguran Teknologi  pengangguran yang disebabkan karena kemajuan teknologi
Sebab² Pengangguran
• Menurunnya permintaan Tenaga Kerja
• Kemajuan Teknologi
• Kelemahan dalam Pasar Tenaga Kerja
– Serikat Pekerja meminta upah terlalu tinggi
– Adanya tunjangan pengangguran menurunkan niat
unutk bekerja
– Asuransi pekerja terlalu berat bagi perusahaan
– Kurangnya informasi mengenai lowongan kerja
– Ketidakmampuan pekerja untuk mencari pekerjaan
Dampak Pengangguran
• Dampak Ekonomi  biaya peluang yang timbul
karena hilangnya pendapatan dan menurunnya hasil
produksi (seperti GDP), menurunkan ketrampilan
tenaga kerja, faktor waktu menyulitkan pencari kerja
mendapatkan pekerjaan baru.
• Dampak Sosial  naiknya tingkat kriminalitas,
naiknya jumlah orang bunuh diri, retaknya
keluarga,dsb.
• Dampak Individu dan Keluarga  turunnya status
sosial, hilangnya harga diri, dsb
Tugas
1. Sebutkan setidaknya 5 cara mengatasi pengangguran. Berilah 2
cara yang menurut kelompok anda paling efektif dan beri
alasannya
2. Jelaskan definisi dan jenis-jenis migrasi. Jelaskan setidaknya 3
dampak ekonomi dan dampak sosial dari masing-masing migrasi
tersebut
3. Bukalah http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/
1. Data jawa tengah
2. Data DIY
3. Data jawa timur
4. Data jawa barat
5. Data DKI
6. Data banten
Dengan memperhatikan data-data tersebut. Analisislah kondisi kependudukan
dan ketenagakerjaa dari segala aspek yang menurut ana menarik untuk
didiskusikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, berilah saran kepada
pemerintah apa yang bisa dilakukan, apa yang bisa dikembangkan
1.Pertumbuhan Penduduk
• Masalah kependudukan yang dimaksud adalah
pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi di
Indonesia.
• Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan berbagai
masalah dan hambatan dalam upaya pembangunan
yang dilakukan.
• Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan
cepatnya laju pertambahan jumlah angkatan kerja,
sedangkan kemampuan NSB didalam menciptakan
peluang dan kesempatan kerja, masih terbatas.
Lanjutan
• Disisi lain, pertumbuhan pertumbuhan penduduk, kualitas
SDM yang rendah, sempitnya kesempatan kerja
merupakan akar permasalahan kemiskinan.
• Jadi, aspek demografi mempunyai kaitan erat dengan
masalah kemiskinan yang dihadapi Indonsia pada saat ini.
• Jumlah Penduduk Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa
•  Indonesia saat ini sedang menikmati masa bonus
demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih
banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari
total populasi.
• Adapun penduduk dengan kelompok umur 0-14 tahun (usia anak-
anak) mencapai 66,17 juta jiwa atau sekitar 24,8% dari total
populasi. Kemudian penduduk kelompok umur 15-64 tahun (usia
produktif) sebanyak 183,36 juta jiwa atau sebesar 68,7% dan
kelompok umur lebih dari 65 tahun (usia sudah tidak produktif)
berjumlah 17,37 juta jiwa atau sebesar 6,51% dari total populasi.
• Rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk Indonesia
pada tahun ini mencapai 45,56%. Artinya setiap 100 orang yang
berusia produktif (angkatan kerja) mempunyai tanggungan 46
penduduk tidak produktif (usia 0-14 tahun ditambah usia 65
tahun ke atas).
• Semakin tinggi rasio ketergantungan mengindikasikan semakin
berat beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif
untuk membiayai hidup penduduk tidak produktif.
• Kebijakan kependudukan dan program pembangunan nasional
yang dilakukan Indonesia 3 dekade lalu (1970-2000)telah
berhasil menurunkan angka kelahiran dan kematian, sehingga
mampu menghambat laju pertumbuhan penduduk.
• Didaerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun,
terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai
dengan penurunan proporsi anak2 usia dibawah 15 tahun
disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia
kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut secara
perlahan.
• Didaerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi,
proporsi pendudk usia 0-14 tahun masih besar sehingga
memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula
untuk penyediaan sarana tumbuh kembang termasuk
pendidikan da kesehatan
• Besarnya golongan umur anak-anak yang
disebabkan oleh tingginya angka kelahiran ,
merupakan faktor penghambat pembangunan
ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang
diperoleh yang seharusnya untuk ditabung dan
diinvestasikan bagi pembangunan ekonomi,
terpaksa harus dikeluarkan untuk keperluan
sandang, pangan, papan bagi mereka beban
tanggungan penduduk.
• Negara2 yang mempunyai angka beban tanggungan
rendah, investasi dapat dilakukan dengan baik
untuk menaikkan tingkat kemakmuran.
• Didaerah yang berhasil menekan laju
pertumbuhan penduduk menghadapi tantangan
baru dimana, peningkatan yang pesat proporsi
penduduk usia kerja akan berdampak pada
tuntutan perluasan kesempatan kerja.
• Disamping itu telah terjadi pergeseran permintaan
tenaga kerja dengan penguasan teknologi dan
matematika, yang mampu berkomunikasi dan
mempunyai daya saing tinggi diera globalisasi
yang kesemua itu berkaitan dengan program
menyiapkan calon pekerja yang mempunyai
kualitas tinggi dan keterampilan memadai.
• Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah 
penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019
mencapai 25,14 juta jiwa atau sekitar 9,82% dari total
penduduk. Jumlah tersebut berkurang 530 ribu jiwa
dibandingkan posisi September tahun lalu dan menyusut
805 ribu jiwa dibandingkan posisi Maret tahun lalu.
• tiga provinsi di Pulau Jawa terlihat lebih gelap karena
memiliki penduduk miskin yang lebih banyak dibanding
provinsi lainnya. Ketiga provinsi tersebut adalah Jawa
Timur dengan jumlah penduduk miskin 4,11 juta jiwa,
Jawa Tengah 3,74 juta jiwa, dan Jawa Barat 3,4 juta jiwa.
Secara regional, penduduk miskin di Pulau Jawa
mencapai 12,74 juta jiwa atau separuh total penduduk
miskin di tanah air.
• Dominasi penduduk perkotaan (urban
population) terhadap jumlah penduduk di
Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Worldometers mencatat pada 2019
jumlah penduduk perkotaan di Indonesia
sebanyak 150,9 juta jiwa atau 55,8% dari total
penduduk Indonesia yang sebesar 270,6 juta
jiwa. Dominasi tersebut meningkat 0,7% dari
tahun sebelumnya yang sebesar 147,6 juta
jiwa atau 55,1% dari total penduduk Indonesia
yang sebesar 267,7 juta jiwa.
• Menurut proyeksi penduduk Indonesia (2015-2045) dengan
dasar hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, jumlah
penduduk Indonesia pada 2019 sebanyak 266,91 juta jiwa.
Dari jumlah tersebut, sekitar 150 juta jiwa atau lebih dari 56%
berada di Pulau Jawa.
• Dari enam provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, lima di
antaranya berada di Pulau Jawa. Ini tercermin dari peta di
bawah ini yang terlihat lebih gelap dibanding pulau lainnya.
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak, yakni mencapai 49 juta jiwa atau sekitar 18% dari
total penduduk. Diikuti Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-
masing 39,7 juta jiwa dan 34,5 juta jiwa.
• Sementara provinsi dengan jumlah penduduk paling sedikit
adalah Papua Barat dan Kalimantan Utara, masing-masing 964
ribu jiwa dan 696 ribu jiwa.
• Laporan Bank Dunia yang berjudul “Mewujudkan Potensi Perkotaan
Indonesia” menunjukkan, rasio gini di daerah perkotaan Indonesia sebesar
0,41. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara
sebaya lainnya, seperti Malaysia (0,39), India (0,38), Thailand (0,36), dan
Tiongkok (0,34). Bank Dunia juga mencatat, rasio gini tertinggi terdapat di
Bandung, Yogyakarta, Surakarta, dan Malang.
• Rasio gini (gini ratio) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur
ketimpangan pengeluaran penduduk. Rasio gini berkisar antara nol
(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Jika rasio gini
semakin mendekati angka 1, ketimpangan di wilayah tersebut semakin
tinggi. Sebaliknya jika angkanya semakin mendekati nol, berarti
pemerataannya semakin baik.
• Untuk daerah perdesaan, Indonesia mencatat rasio gini sebesar 0,33 atau
lebih rendah dibandingkan rasio gini di perkotaan. Rasio gini perdesaan di
Indonesia berada di urutan kedua di Asia bersama dengan Thailand.
Ketimpangan tertinggi di perdesaan berada di Tiongkok dan Malaysia
sebesar 0,36. Adapun ketimpangan terendah terdapat di India sebesar 0,29.
• Tingkat ketimpangan atau gini ratio di Indonesia pada Maret
2019 sebesar 0,382. Angka ketimpangan ini menurun 0,002
dibandingkan September 2018 yang mencapai 0,384.
• Ada delapan provinsi yang memiliki angka ketimpangan di
atas rasio gini nasional, yakni Provinsi DI Yogyakarta (0,423),
Gorontalo (0,407), Jawa Barat (0,402), Sulawesi Tenggara
(0,399), DKI Jakarta (0,394), Papua (0,394), Sulawesi Selatan
(0,389), dan Papua Barat (0,386).
• Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur memiliki
tingkat ketimpangan yang lebih rendah dibandingkan rerata
nasional, dengan rasio gini sebesar 0,379 dan 0,370.
Adapun provinsi yang memiliki ketimpangan terendah
terdapat di Bangka Belitung sebesar 0,269 lalu Kalimantan
Utara sebesar 0,295 dan Sumatera Barat sebesar 0,306.
2. Pola Penyebaran Penduduk & Mobilitas TK
Yang Kurang Seimbang
• Sebagian besar penduduk Indonesia
terkonsentrasi di KBI yang meliputi pulau Jawa,
Bali, Sumatera.
• Sedangkan distribusi penduduk wilayah KTI
meliputi Kalimatan, Sulawesi, Papua serta
kepulauan lainnya relatif masih rendah.
• Ketimpangan penyebaran penduduk mempunyai
pengaruh yang luas terhadap berbagai segi
kehidupan manusia dan lingkungannya.
• Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di KBI
menyebabkan semakin sempitnya luas
kepemilikan lahan pertanian bagi petani,
sebliknya banyak lahan kosong di KTI yang
belum dimanfaatkan secara optimal.
• Keadaan demikian kurang menguntungkan bagi
pelaksanaan pembangunan daerah.
• Pola penyebaran penduduk antar desa dan kota
juga menimbulkan persoalan rumit.
• Timbulnya masalah di perkotaan seperti
lapangankerja, angkutan kota,
Teori perangkap penduduk Malthus
• Teori tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi.
• Tulisanya berjudul Essay on the principle of population. Menurut Malthus : adanya
kecenderungan umum dari penduduk suatu negara tumbuh menurut deret ukur
yaitu menjadi dua kali lipat setiap 30-40 tahun. Sementara itu, pada saat yang sama
karena hasil yang menurun dari faktor produksi tanah, persediaan pangan hanya
tumbuh menurut deret hitung. Oleh karena laju pertumbuhan persediaan pangan
tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan pendudk yang cepat dan tinggi, maka
tingkat pendapatan perkapita akan cenderaung mwnurun secara terus menerus.
• Satu2nya cara untuk menghapus tingkat kehidupan rendah atau kemiskinan adalah
menganjurkan masyarakat untuk membatasi jumlah keturunannya. Sehingga Malthus
dianggap sebagai Bapak dari gerakan pengendalian kelahiran modern.
• Para ekonom modern memberi nama ide dari Malthus ini sebagai Perangkap
penduduk pada tingkat keseimbangan rendah( low level –equilibrium population
trap), atau dikenal sebagai Teori perangkap penduduk.
•Pada sumbu vertikal dilukiskan persentase perubahan, positif dan negatif dari 2
variabel utama, yaitu jumlah penduduk dan pendapatan agregat. Sumbu horizontal
menggambarkan tingkat pendapatan perkapita.
•Bagian lain dari teori Malthus meminta kita untuk menggambarkan hubungan antara
tingkat pertumbuhan pendapatan agregat dan tingkat pendapatan perkapita.
Kemudian kita dapat membandingkan kedua tingkat tersebut, yaitu antara pendapatan
agregat dan jumlah penduduk.
Teori Transisi Kependudukan
Teori ini berusaha untuk menjelaskan tiga tahapan perkembangan
kependudukan berdasarkan pengalaman dari negara2 maju.
• Tahap I, sebelum adanya modernisasi perekonomian negara2 maju berabad2
lamanya mengalami perlambatan pertumbuhan penduduk karena laju
kelahiran dan kematian hampir sama.
• Tahap II, mulai terjadi saat terjadi modernisasi (perbaikkan kesehatan masy,
pendapatan makin tinggi dll) yang menyebabkan penurunan tingkat kematian
dan menaikkan tingkat harapan hidup namun tidak diikuti dengan
menurunnya tingkat kelahiran sehingga meningkatkan pertumbuhan jumlah
penduduk . Oleh karena itu, tahap ini menandai dimulainya transisi penduduk
yaitu dari pertumbuhan yang stabil dan lambat ke pertumbuhan yang cepat.
• Tahap III, terjadi pada saat kekuatan2 dan pengaruh2modernisasi dan
pembangunan menyebabkan tingkat kelahiran menurun seimbang dengan
tingkat kematian., sehingga pertumbuhan penduduk relatif kecil
Migrasi dan Pembangunan
• Awal mulanya migrasi dari desa ke kota,
dipandang sebagai hal menguntungkan dari
kajian pembangunan ekonomi.
• Migrasi internal dianggap sebagai proses
alamiah surplus TK secara perlahan dari sektor
tradisional di pedesaan ke sektor industri di
perkotaan, dan dapat menghilangkan
ketidakseimbangan struktural antara desa dan
kota.
Proses Migrasi dan Karakteristik Para Migran
• Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu
daerah tertentu ke daerah lainnya.
• Karakteristik para migran dalam melakukan migrasi :
– Karakteristik demografis : migran umumnya berusia antara
15-24 tahun. Proporsi migran wanita tampaknya
cenderung meningkat.
– Karakteristik pendidikan : orang yang tingkat pendidikan
lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan migrasi dari
pada yang berpendidikan lebih rendah.
– Karakteristik ekonomi : selama bertahun-tahun proporsi
migrasi terbanyak adalah kaum miskin yang tidak memiliki
tanah dan juga tidak mempunyai keterampilan .
Teori Lewis
• Teori yang pertamakali secara implisit memperhatiakan
tentang perpindahan TK dari desa ke kota dikembangkan
oleh Sir Arthur Lewis (1955) dan kemudian diperbaharui
oleh John C. Fei dan Gustav Ranis (1964). Model dua
sektor dari Lewis tersebut diterima menjadi teori umum
(general theory) dari proses pembangunan di NSB yang
mengalami surplus Tkselama tahun 1950-an.
• Lewis membagi perekonomian menjadi 2 sektor yaitu
sektor tradisional (pertanian subsisten) dan sektor
modern (industri)
Teori Migrasi Todaro
• Migrasi seringkali lebih didorong oleh pertimbangan2 ekonomis
yang rasional misal pertimbangan manfaat dan biaya.
• Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung pada perbedaan
upah riil yang diharapkan daripada yang terjadi.
• Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan
berhubungan terbalik dengan tingkat pengangguran di
perkotaan.
• Tingkat migrasi yang melebihi pertumbuhan kesempatan kerja di
perkotaan sangat mungkin terjadi. Sehingga tingkat penggauran
yang tinggi di perkotaan merupakan hal yang tidak terelakkan.
Pengangguran dan Pembangunan
• Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang
cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang
relatif lambat meyebabkan masalah
pengangguran di NSB
• Macam macam pengangguran : a.
pengangguran terbuka, b. setengah
menganngur. C. tampak bekerja namun tidak
bekerja secara penuh. D. TK yang lemah. E. TK
yang tidak produktif.
Hubungan antara pengangguran, kemiskinan
dan pendpatan
Hubungan anatar penggangguran dan
pertumbuhan ekonomi
MIGRASI PENDUDUK DAN FENOMENA
URBAN BIAS
• Salah satu faktor lain yang mendorong adanya
migrasi penduduk dari desa ke kota adalah
adanya kebijakan yang cenderung keperkotaan
(urban bias). Todaro dan Stilkind (1981) juga
menuding bahwa kegiatan industrialisasi di
NSB terlalu urban bias, akibatnya sektor
tradisional di pedesaan tidak tergarap dengan
baik. Wajar jika kesenjangan ekonomi di desa
dan di kota semakin lama semakin melebar.
• Semakin rendahnya pertumbuhan alamiah
penduduk di daerah perkotaan
• Relatif lambannya perubahan status dari
daerah pedesaan menjadi perkotaan serta
relatif kuatnya kebijakn ekonomi dan
pmbangunan ekonomi yang bersifat urban
bias tersebut sehingga memperbesar daya
tarik daerah perkotaan bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan.
Alasan penduduk pedesaan melakukan
urbanisasi
• Sejak krisis melanda, semakin hari kesempatan kerja
di pedesaan semakin langka, sementara usaha yang
sebelumnya digeluti mengalami kebangkrutan akibat
krisis
• Adanya selisih upah yang cukup mencolok antra desa
dan kota, tercermin dari perbedaan UMR (ketidak
merataan pembangunan antar daerah serta
kronisnya masalah kemiskinan di pedesaan.
• Karena masalah keluarga, atau lebih bersifat personal
• Perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang secara
garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor pendorong  dari desa (daya tolak desa)
dan faktor penarik dari kota (daya tarik kota).
1. Faktor pendorong dari desa
• Pemilikan tanah di desa semakin sempit sebagai akibat pertambahan penduduk yang cepat
sehingga pendapatan rendah.
• Kesempatan kerja atau lapangan kerja di desa terbatas, lebih bersifat homogen.
• Upah tenaga kerja rendah.
• Kurangnya fasilitas-fasilitas sosial di desa, misalnya fasilitas pendidikan, kesehatan, penerangan,
dan hiburan.
• Aturan adat yang terlalu mengekang.
2.Faktor penarik dari kota
• Kesempatan kerja di kota lebih banyak, misalnya di sektor industri, perdagangan, bidang jasa,
dan sebagainya.
• Upah tenaga kerja lebih tinggi.
• Kota memiliki kemudahan fasilitas, misalnya fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan,
penerangan, dan transportasi.
• Kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
sebagainya.
• Tidak ada norma hukum mengikat di kota.
1. Akibat negatif urbanisasi yang terjadi di desa antara lain :
• Terjadi kekurangan tenaga muda karena pemuda banyak yang pindah ke kota untuk mencari pekerjaan,
• Sulit mencari tenaga terdidik sebagai tenaga penggerak pembangunan sebab mereka yang mempunyai pendidikan cukup
tinggi tidak mau  pulang ke desanya, sedangkan yang tinggal di desa sebagian besar hanyalah anak- anak dan orang tua,
• Terhambatnya pembangunan di desa,
• Produktivitas pertanian dan sumber-sumber penghasilan di daerah pedesaan makin menurun sebab kekurangan tenaga
pengelola.
• Aturan adat desa perlahan luntur.
2. Akibat negatif urbanisasi yang terjadi di kota antara lain :
• Di bidang kependudukan, semakin meningkatnya kepadatan penduduk di kota,
• Di bidang ekonomi, akibat kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh para urban sehingga meningkatnya pekerja kasar di
kota, penghidupan semakin sulit, kesempatan kerja semakin sempit, dan jumlah pengangguran meningkat,
• Di bidang sosial, perumahan makin sulit diperoleh sehingga timbul  golongan tunawisma (gelandangan), gubuk-gubuk liar,
daerah pemukiman kumuh atau slum area, dan lingkungan kota menjadi kotor,
• Di bidang transportasi, sering terjadi kemacetan lalu lintas terutama dijalan-jalan besar, meningkatnya kecelakaan lalu
lintas, jumlah  transportasi umum tidak mencukupi jumlah penumpang,
• Di bidang keamanan, meningkatnya angka kejahatan, seperti pencopetan, penodongan, pencurian, penipuan, dan
perampokan.
Meskipun urbanisasi banyak membawa akibat negatif, ada juga akibat positifnya. Akibat positif urbanisasi bagi desa :
• Mengurangi pengangguran di pedesaan,
• Mengurangi kepadatan penduduk di desa,
• Tertanamnya sifat dinamis masyarakat desa akibat pengaruh dan urban yang pulang ke desa, sehingga menunjang
pembangunan desa.
• Akibat positif urbanisasi bagi kota adalah dapat memperoleh tenaga kerja yang murah untuk pembangunan, terutama
tenaga kerja kasar.
Usaha-usaha Mencegah atau Mengurangi Urbanisasi
Upaya pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terjadinya urbanisasi antara lain sebagai berikut :
• Melaksanakan pembangunan secara desentralisasi, yaitu pembangunan yang merata atau menyebar
berpusat pada daerah-daerah, misalnya pembangunan di Indonesia berpusat pada empat kota. seperti
Medan, Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang. Masing-masing daerah akan mengembangkan daerah
sekitarnya contohnya, untuk daerah Jakarta dikenal dengan istilah Jabotabek, di Surabaya dikenal dengan
istilah Gerbangkertasusila. Dengan demikian, penduduk desa yang ingin mencari pekerjaan tidak perlu ke
kota besar.
• Mengadakan modernisasi desa dengan program pembangunan.
• mengembangkan potensi desa dapat dilakukan sesuai dengan sumber daya yang ada seperti potensi
agrobisnis maupun aspek pariwisatanya. 
• Memperbanyak fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan, seperti fasilitas kesehatan, sekolah,
tempat hiburan, dan transportasi (aspek aksesibilitas)
• upaya peningkatan aspek pendidikan di desa dapat dilakukan dengan menggalakkan pendidikan
menengah yang bersifat kejuruan. Pendidikan menengah yang bersifat kejuruan tentunya akan sangat
membantu mengembangkan bakat peserta didik yang sifatnya praktis sesuai dengan peminatan yang
diinginkan. Selain itu, peningkatan aspek ini dapat juga digunakan untuk mendorong munculnya jiwa
kewirausahaan sehingga bisa menyediakan lapangan pekerjaan di desanya.
• Mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan melalui program keluarga berencana.
• Meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan, antara lain membangun irigasi, menggiatkan koperasi unit
desa atau KUD
• Meningkatkan keamanan di pedesaan dengan lehih mengaktifkan sistem keamanan lingkungan atau
siskamling.
• Mengeluarkan peraturan untuk mempersulit perpindahan penduduk desa ke kota, misalnya izin pindah ke
kota sulit, Jakarta dinyatakan tertutup bagi pendatang baru.
Usaha-usaha untuk mengatasi akibat urbanisasi di kota besar
sebagai berikut :
• Menertibkan pemukiman kumuh, pembuangan sampah,
dan air limbah.
• Mengadakan penghijauan kota, yaitu mengadakan jalur
hijau dan taman kota.
• Memperluas pemukiman dengan membangun kota satelit,
yaitu kota kecil di sekitar kota besar.
• Menambah perumahan rakyat dengan membangun rumah
murah, yaitu rumah susun, menambah sarana angkutan,
jaringan listrik, air minum, dan  sebagainya.
• Menciptakan kutub pertumbuhan baru.
Solusi
• Adanya kerangka kebijakan makro di tingkat
regional untuk mempercepat pembangunan
kota2 sekunder agar mampu menyediakan
lapangan kerja bagi penduduk desa
• Perlu adanya lembaga2 pemberi bekal
keterampilan bagi usia kerja.

Anda mungkin juga menyukai