DISUSUN OLEH :
DEPI ASTUTI
DOSEN PENGAMPU :
WAHYU RAMADHANI, M.E.Dev
PROGRAM STUDY
EKONOMI SYARIAH
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 18
Daftar Pustaka.................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi
dan atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku.
Pada prakteknya resiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait
dengan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko kredit
(KPMM, Kualitas Aktiva Produk, PPAP, BMPK) risiko yang lain terkait. Dalam
menilai risiko inheren atau risiko kepatuhan, indikator yang digunakan adalah
jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan atau track record kepatuhan
bank, perilaku yang mendasari pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi
keuangan tertentu.Kepatuhan manajemen risiko sering disatukan sebagai satu
konsep. Namun dalam kenyataannya, kepatuhan adalah bentuk manajemen risiko
bahwa sebuah perusahaan atau bisnis menganut dalam operasinya. Umumnya,
kepatuhan manajemen risiko terkait dengan industri keuangan dan perbankan,
yang sangat diatur oleh undang- undang dan peraturan. Faktor-faktor yang
perusahaan jasa keuangan, bank dan jenis lainnya bahkan usaha harus mengelola
risiko lain yang memerlukan manajemen. Ini termasuk resiko pergantian
karyawan, pertumbuhan perusahaan, ekonomi dan teknologi. Masing-masing
faktor dapat menempatkan perusahaan jasa keuangan, bank atau jenis lain dari
bisnis dan informasi dan produk beresiko.
1
Kepatuhan manajemen risiko sebenarnya adalah sebuah alat yang
digunakan bisnis. Kepatuhan adalah kepatuhan terhadap aturan dan peraturan
untuk bisnis atau industri di mana bisnis beroperasi. Sebagai contoh, auditor
datang ke bisnis jasa keuangan atau bank secara teratur untuk memastikan bahwa
itu beroperasi sesuai dengan aturan dan peraturan. Umumnya, kepatuhan
manajemen risiko dapat dipisahkan menjadi dua kategori utama. Kategori pertama
adalah kekuatan eksternal. Yang kedua adalah kekuatan internal. Faktor eksternal
terdiri dari orang-orang bahwa perusahaan tidak memiliki kontrol atas. Kekuatan
internal, bagaimanapun, adalah orang-orang bahwa perusahaan melakukan kontrol
dan dapat mengubah untuk memastikan kepatuhan manajemen risiko berlangsung.
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP), 2005, hlm 358.
2
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
keharusan bagi bisnis perbankan. Bahkan, dapat dikatakan sudah menjadi issue
global saat ini. Sebuah survei yang dilakukan oleh The Economist Intellegence
Unit (sebuah lembaga bisnis dan survei global yang independen, bermarkas di
london) terhadap tidak kurang dari 275 pejabat senior perbankan dari berbagai
negara mengenai sistemdan proses kepatuhan menyimpulkan bahwa kebutuhan
melaksanakan kepatuhan secara efektif pada poerusahaan yang bergerak dalam
bisnis perbankan saat ini sangat kuat dibandingkan dengan masa-masa yang lalu.
Namun demikian, yang perlu dipahami betul adalah kepatuhan yang lahir
dari sebuah tekanan yang semata-mata karena regulasi akan menghasilkan
kepatuhan semu. Kepatuhan semu adalah kepatuhan yang terjadi dan berjalan
tanpa pengertian, tanpa "ruh" dan akan sangat mudah berubah berupa pencarian
celah-celah untuk rekayasa (tidak patuh) manakala tekanan dan pengawasan
mengendur. Oleh karena itu, kepatuhan harus dibangun menjadi sebuah budaya
(culture) dan menjadi sebuah mekanisme kerja individual dalam arti
terinternalisasi dan terorganisasi secara instinktif. Bank Indonesia menjelaskan
bahwa budaya kepatuhan sebagai nilai, perilaku, dan tindakan yang mendukung
terciptanya kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank umum
5
syariah dan unit usaha syariah. Untuk itu, harus dibimbing oleh sebuah perangkat
aturan yang benar dan cukup. Benar dalam arti peraturan itu dilandasi input-input
yang representatip, diproses dan dilahirkan secara benar serta cukup dalam arti
telah mempertimbangkan segala segi termasuk sifat-sifat futuristiknya.
Fakta empiris membuktikan bahwa tidak ada satu bank pun di dunia ini
yang mampu survive secara sustainable dengan cara mengabaikan risiko
kepatuhan ketika menjalankan usaha. Banyak kerugian yang akan ditanggung oleh
suatu bank ketika melanggar kepatuhan. Bahkan, cepat atau lambat, bank-bank
yang mengabaikan fungsi kepatuhan akan mengalami kehancuran, tidak terkecuali
yang terjadi di Indonesia. Kasus-kasus seperti Bank Duta, Bank Global ataupun
Bank Asiatic merupakan sedikit contoh dari sejumlah kejadian yang menunjukan
bahwa risiko kepatuhan bukan saja berdampak pada risiko hukum melainkan juga
pada risiko-risiko lain yang berujung pada kehancuran lembaga itu. Secara lebih
luas lagi, ketidakpatuhan perbankan, ketidak patuhan perbankan nasional
berpengaruh secara significant terhadap stabilitas perekonomian nasional. Kisruh
krisis multidimensi yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997
beberapa tahun lampau adalah bukti nyata. Pakar perbankan menjelaskan bahwa
kelalaian perbankan nasional dalam menjalankan peran dan fungsi kepatuhan
yang inheren dengan sistem perbankan nasional saat itu, seperti :
6
berkesinambungan dan secara terus menerus akan mampu menjadi value driver
bagi bisnis sebuah bank, bukan sekedar untuk menggugurkan kewajiban dari
regulator an sich.
7
program ini secara tertulis. Item baru harus ditambahkan ke program kepatuhan
sebagai masalah timbul atau perubahan undang-undang dan peraturan. Manajer
risiko juga akan perlu untuk secara teratur meninjau program kepatuhan untuk
menentukan jika ada perubahan, penambahan atau penghapusan diperlukan.
Ketika menyusun dan mengelola program, barang-barang seperti kebijakan,
prosedur dan kontrol untuk risiko atas harus menjadi fokus utama dari program
ini. Program Kepatuhan juga harus sedetail mungkin sehingga setiap orang dalam
organisasi tahu persis bagaimana menangani risiko dan situasi yang terjadi dalam
bisnis.
2
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Pustaka Alvabet, 2005, hlm 60 .
8
Prinsip 4 : Pejabat eksekutif bank bertanggungjawab untuk membuat fungsi
kepatuhan secara efektif dan permanen sebagai bagian dari kebijakan kepatuhan
bank.
Prinsip 6 : Fungsi kepatuhan bank harus memiliki sumber daya yang memadai
untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya secara efektif
Prinsip 9 : Issue lintas negara, dimana Bank harus patuh terhadap pelaksanaan
hukum dan regulasi-regulasi dalam semua area yuridiksi dimana bisnis dijalankan
dan organisasi, struktur fungsi kepatuhan, dan semua tanggung jawabnya haruslah
konsisten dengan semua hukum lokal dan persyaratan regulator
9
situasi dan kondisi di suatu negara dan/atau pada suatu bank secara lebih spesifik.
Fungsi kepatuhan akan membutuhkan penyesuaian pada setiap institusi. Proposal
Basel Commitee lebih mudah diaplikasikan pada bank-bank internasional yang
besar, issue kepatuhan (seakan-akan) kurang relevan terhadap institusi-institusi
yang kecil, termasuk institusi yang paling kecil, harus menyesuaikan dengan
risiko kepatuhan, meskipun dengan cara masing-masing. Kalangan perbankan
haruslah memahaminya sebagai general application yang diterapkan pada sebuah
hukum yang spesifik dan kerangka kerja regulator.
Secara umum, pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, meliputi beberapa
hal, sebagai berikut:
10
2. Dewan Komisaris dan direksi harus memastikan bahwa setiap permasalahan
kepatuhan yang timbul dapat diselesaikan secara efektif oleh satuan kerja terkait
dan dilakukan monitoring atas tindakan perbaikan oleh satuan kerja kepatuhan.
Selain itu, Bank harus memiliki satuan kerja kepatuhan yang independen yang
memiliki tugas, kewenangan dan tanggung jawab paling kurang, sebagai berikut:
11
· Memiliki program kerja tertulis dan melakukan identifikasi, pengukuran,
monitoring dan pengendalian terkait dengan manajemen risiko kepatuhan
· Dalam hal tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi
risiko (risk tolerance) maka bank seharusnya tidak memiliki toleransi sama sekali
atas risiko kepatuhan dan mengambil langkah-langkah secara tepat dan cepat
dalam menangani risiko ini apabila terjadi. Hal ini karena pada dasarnya bank
harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik tulisan
maupun jiwa (spirit) dari ketentuan dimaksud.
12
1. Kebijakan dan Prosedur
Bank wajib memilki rencana kerja kepatuhan yang memadai dan bank harus
memastikan bahwa efektifitas penerapan manajemen risiko kepatuhan, terutama
dalam rangka penyusunan kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan standar
yang berlaku secara umum, ketentuan, dan/atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain yang berkaitan dengan
2. Limit
13
G. Alur Proses Manajemen Risiko Kepatuhan
Model tersebut menjelaskan suatu proses menajamen risiko kepatuhan yang dapat
diterapkan oleh suatu unit kerja di sebuah perusahaan. Model tersebut selaras
dengan berbagai literatur yang dipergunakan di berbagai negara dan juga sejalan
dengan standar pengelolaan risiko yang dikeluarkan oleh berbagai organisasi
internasional dan juga digunakan oleh negara-negara anggota OECD. Tidak jauh
berbeda dengan di Indonesia, proses pengelolaan manajemen risiko kepatuhan
perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia juga selaras dengan model yang
dibangun oleh OECD dimaksud. Dalam pedoman Penerapan Manajemen Risiko
Bagi bank umum, Bank Indonesia menjelaskan proses manajemen risiko
kepatuhan, yang intinya adalah penerapan manajemen risiko kepatuhan dapat
dilakukan melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian
risiko, serta didukung sistem informasi sebagai berikut:
Bank harus melakukan identifikasi dan analisis terhadap beberapa faktor yang
dapat meningkatkan eksposur risiko kepatuhan, diantaranya:
Jenis dan kompleksitas kegiatan usaha Bank, termasuk produk dan aktivitas baru
Pada tahap identifikasi ini, Bank harus memahami seluruh risiko yang sudah ada
(inherent risk) yang terkait dengan pelaksanaan fungsi kepatuhan, termasuk risiko
yang bersumber dari cabang-cabang dan perusahaan anak dengan memperhatikan
14
beberapa faktor diatas dengan melakukan identifikasi terhadap semua peraturan
yang berkaitan dengan kepatuhan.
1. Jumlah sanksi denda kewajiban membayar yang dikenakan kepada bank dari
otoritas
1. Jenis dan frekuensi pelanggaran yang sama yang ditemukan setiap tahunnya
dalam 3 tahun terakhir
Jenis dan signifikansi pelanggaran merupakan jenis dari ketentuan yang dilanggar
oleh bank yakni apakah ketentuan yang tergolong prudensial atau hanya
merupakan pedoman. Pada prinsipnya sanksi yang dikenakan juga berbeda
terhadap bank atas pelanggaran yang dilakukannya tersebut
Frekuensi lebih bersifat historical dengan melihat trend kepatuhan bank selama 3
tahun terakhir periode penilaian untuk mengetahui jenis pelanggaran yang
dilakukan apakah berulang ataukah memang atas kesalahan tersebut tidak
dilakukan perbaikan signifikasi oleh bank
15
Dalam hal ini contohnya adalah pelanggaran terhadap kode etik bisnis, ataupun
standar-standar lainnya yang umumnya digunakan di dunia keuangan.
Dalam hal bank memiliki kantor cabang di luar negeri, bank harus memastikan
bahwa bank memiliki tingkat kepatuhan yang memadai terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di negara mana kantor cabang bank tersebut
berada.
16
5. Sistem Informasi Manajemen Risiko Kepatuhan
3
https://www.coursehero.com/file/39668076/MANAJEMEN-RISIKO-kepatuhandocx/
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku. Kepatuhan terhadap hukum, norma-norma dan aturan-aturan membantu
memelihara reputasi bank-bank, sehingga sesuai dengan harapan dari para
nasabah, pasar dan masyarakat secara keseluruhan. Bank yang lalai menjalankan
peran dan fungsi kepatuhan akan berhadapan langsung dengan apa yang dikenal
dengan compliance risk yang didefiniska oleh Basel Commitee on Banking
Supervision sebagai risiko hukum atau sanksi-sanksi hukum, kerugian
keuangan/materi atau tercermarnya reputasi bank sebagai akibat dari pelanggaran
terhadap hukum, regulasi-regulasi, aturan-aturan, dihubungkan dengan norma-
norma organisasi yang menjadi aturan internal suatu bank. Sementara Bank
Indonesia (BI) mendefiniskan risiko kepatuhan sebagai risiko yang timbul akibat
bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan
dan ketentuan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah
dan unit usaha syariah.
18
3. Pemantauan Resiko Kepatuhan.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/39668076/MANAJEMEN-RISIKO-
kepatuhandocx/
20