Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

“MASALAH DAN KEPUTUSAN”

Oleh :
KELOMPOK 2 :

NAMA NIM DOSEN PA


Indah Mariana Lodon 2003020103 Drs. Yohanes Samuel Sarong,M.Si
Yoan Y Ludji Wadu 1903020103 Dra. Indri Astuti,MM,DM

PRODI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

2.1 Gejala dan Masalah.........................................................................................3

1. Diagram Tulang Ikan................................................................................4

2. Why-Why Diagram...................................................................................4

2.2 Masalah dan Keputusan..................................................................................5

2.3 Model-Model Pengambilan Keputusan........................................…………..6

1. Model Rasional……………………………………………………….....6
2. Model Kaleng Sampah…………………………………………………..7
3. Model Transenden…………………………………………………….....7
4. Model Intuitif………..……………………………………………….…..8
2.4. Taksonomi Pengambilan Keputusan……………………………………......8
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
1.4 Kesimpulan..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “MASALAH dan
KEPUTUSAN” yang bertujuan untuk memenuhi Tugas kelompok mata Kuliah Teori
Pengambilan Keputusan. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari adanya
kekurangan dalam penulisan makalah untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari pembaca, dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kupang, September 2022

Kelompok 2

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengambilan keputusan adalah serangkaian proses mental yang
dilakukan seseorang dalam menentukan jalan keluar bagi permasalahan
yang dihadapinya. Kreativitas dibutuhkan untuk menetukan berbagai
alternatif yang mungkin dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Ketidak kreatifan pengambilan keputusan hanya akan
membatasinya untuk mengakses alternatif yang paling baik. Akibatnya, hal
ini membuatnya terpaksa mengambil alternatif yang tidak efisien dan
efektif.
Dalam setiap perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya
sering kali masalah datang. Karena tidak ada masalah yang tidak terduga
dalam melaksanakan proses untuk mencapai tujuan. Ketika sedang ada
masalah harus bisa menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik.
Dapat diselesaikan melalui komunikasi dan kerjasama yang baik untuk
mengambil keputusan yang tepat.
Pengambilan atau pembuatan keputusan berarti memilih satu di antara
banyak alternatif. Dalam hal pengambilan keputusan minimal terdapat dua
alternatif di mana pembuat keputusan (decision maker) harus memilih salah
satu berdasarkan kepada pertimbangan atau kriteria tertentu. Setiap orang
dapat membuat keputusan akan tetapi dampak keputusan yang ditimbulkan
berbeda, ruang lingkup dari pengaruh keputusan tersebut ada yang sempit
dan ada yang luas. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka
untuk memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving). Setiap
keputusan yang diambil pasti ada tujuan yang akan dicapai.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Gejala dan Masalah?


2. Apa itu Masalah dan Keputusan?
3. Bagaimana model –model pengambilan keputusan?
4. Bagaimana Taksonomi Pengambilan Keputusan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Gejala dan Masalah
2. Untuk mengetahui Masalah dan Keputusan.
3. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana model–model
pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui dan memahami Taksonomi Pengambilan
Keputusan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gejala dan Masalah


Masalah adalah sumber dari terjadinya kesenjangan antara kondisi yang
dikehendaki dan kondisi yang tengah terjadi. Masalah tidak langsung dapat
dikenali. Untuk mengenalinya, kita membutuhkan data, inormasi, dan analisis
lebih mendalam. Seorang dokter tidak akan mampu memahami penyakit pasien
(masalah) tanpa data akurat dari laboratorium. Seorang manajer pemasaran tidak
akan mampu mengenali masalah pemasaran yang akan dihadapi tanpa memahami
data persaingan dan konsumen. Tanpa memahami masalah dengan benar,
keputusan yang di ambil mungkin salah, atau benar walaupun hanya sesaat
Gejala dapat dikenali secara langsung karena keberadaannya dapat dirasakan
oleh pancaindera. Seelain itu, seseorng pengamat dapat juga ditugaskan untuk
mencatat berbagai fenomena yang terjadi dengan statistik kejadiannya. Untuk
tujuan ini, formulir yang ditujukan dalam pada tabel 2.1 umumnya dapat
digunakan. Dengan formulir tersebut, berbagai gejala utama yang membutuhkan
prioritas keputusan yang harus di ambil oleh seorang manajer dapat
diidentifikasikan. Setelah gejala utama tertangkap, identifikasi masalah sebagai
penyebab gejala tersebut perlu dilakukan lebih lanjut. Setidaknya, ada dua cara
untuk memisahkan gejala dengan masalah. Pertama, menggunakan diagram tulang
ikan (fishbone diagram). Kedua, menggunakan why-why diagram. Kedua cara ini
telah terbukti efektif dalam dunia konsultasi sebagai “senjata” pencarian masalah
dalam perusahaan (dikenal dengan istilah company trouble shooting)

Tabel 2.1 Formulir pencatat gejala


Mei
Gejala Frekuensi
1 2 3 4
Absensi 3 4 4 5 16
Pulang Lebih Awal 2 2 3 4 11
Menggagur 4 4 3 5 16
Datang kesiangan 1 1 3 4 10
Total 11 11 13 18 53

3
1. Diagram Tulang Ikan
Dalam situasi keputusan yang bersifat pasti (certainly) dimana hubungan
antara gejala dan masalah bersifat deterministik,diagram tulang ikan merupakan
teknik yang sering digunakan dalam mengidentifikasi massalah (penyebab)dalam
manajemen mutu. Diagram tulang ikan sering juga disebut sebagai sebagai
Ishikawa Diagram yang ditemukan oleh Kaoru Ishikawa (1990). Diagram ini
bertujuan untuk menemukan masalah yang menyebabkan kualitass proses produksi
menurun. Ada empat langkah yang dibutuhkan dalam membentuk diagram tulang
ikan
1. Malakukan brainstorming untuk mengenali gejala dan masalah
2. Memetakan masalah dan gejala ke dalam diagram tulang ikan
3. Tanyakan pada setiap gejala, mengapa hal ini terjadi. Jawaban atas hal
tersebut diletakakn pada tulang yang lebih kecil sebagai masalah
4. Kumpulkan data atas gejala dan masalah untuk menentukan frekuensi
kejadian paling tinggi
2. Why-Why Diagram
Why-why diagram memetakan gejala dan masalah sebagai sebuah diagram
interaktif. Dengan menggunakan formulir pencatatan gejala (lihat figur 2.1)
kita petakan gejala utama yang memperoleh prioritas penyelesaian. Why-why
diagram selain lebih interaktif juga lebih intuitif jika dibandingkan dengan
diagram tulang ikan sehingga biasannya lebih mampu mengungkap persoalan
rill yang terjadi. Diagram ini tidak bertumpu pada kaidah standar manusia-
mesin-metode-material-sebagai penyebab gejala, namum membiarkan
identifikasi penyebab bergulir begitu saja sesuai jawaban mengapa hal ini dapat
terjadi?
Dalam kasusnya turunnya penjualan, ada beberapa sebab yang dapat
diidentifikasi. Salah satu penyebabnya adalahbeberapa gerai/toko yang sepi
pengunjung. Ketika terjadi dialetika atas penyebab sepinya gerai maka tiga
masalah diidentifikasi, yaitu parkir, tata letak (layout) toko, dan wiraniaga. Kita
tanyakan kembali salah satu masalah ini, misalnya parkir. Mengapa parkir
membuat pengunjung malas datang ke gerai perusahaan? Ada dua
kemungkinan jawaban, yaitu masalah keamanan dan biaya parkir yang mahal

Total Penjualan
Figur 2.4 Why-why diagram
Total Penjualan

4
Beberapa
gerai/toko
sepi

Wiraniaga
Parking
Total Penjualan
Layout Toko

Mahal Tidak Aman

2.2 Masalah Dan Keputusan


Menemukan masalah adalah satu hal. Penyelesainnya membutuhkan
ketersediaan berbagi alternatif jalan keluar. Keputusan untuk memilih alternatif
sebagai jalan keluar adalah hal yang lain. Dalam kasus permasalahan dalam
figur 2.4, biaya parkir yang mahal membuat pengunjung enggan datang ke
gerai perusahaan. Untuk memecahkan masalah ini, manajer perusahaan harus
memilikiberbagai alternatif yang mungkin (feaseible) untuk dilakukan.
Contohnya seperti menurunkan biaya parkir, mebebaskan biaya parkir bagi
pengunjung yang berbelanja di atas kuota tertentu, memberikan hadiah dalam
undian tiket parkir, memberikan asuransi yang akan mengganti harga mobil
apabila terjadi kehilangan, dan lain-lain
Dalam melakukan elaborasi alternatif, pihak-pihak yang terlibat perlu
dipikirkan, yang pada umumnya memiliki tujuan yang berbeda dalam konteks
masalah yang sama, misalkan, dalam persoalan turunnya penjualan
diidentifikasi adanya penyebab yang berakar pada tingginya penggunaan
telepon kantor untuk urusan pribadi karyawan sehingga kontak-kontak bisnis
yang seharusnya memiliki prioritas tinggi menjadi sulit untuk menghubungi
perusahaan. Dalam masalah ini, pihak-pihak yang relevan perlu diidentifikasi,

5
yaitu manajemen, karyawan, dan pelanggan yang msing-masing memiliki
tujuan yang tidak sama.

Tabel 2.2 Formulir Pengembangan Alternatif

Pihak Terlibat Tujuan Alternatif


Manajemen Meminimalkan biaya telepon (A1) Telepon dikunci
Menghilangkan Komplain
Karyawan Dapat menelpon dengan mudah (A2) Boleh menelpon
Menelpon tanpa biaya (A3) Telepon koin
(A4) Giliran menelpon
(A5) Telepon diletakan dimeja manajer
Pelanggan Mudah untuk melakukan kontak (A1) Telepon dikunci
(A6) Menambahkan line telepon
(A7) Sistem PABX

Apabila berbagai alternatif telah diidentifikasi maka keputusan hssarus


dilakukan untuk memilih alternatif terbaik ditinjau dari berbagai sudut
pandang. Masalah pengambilan keputusan sesungguhnya berfokus pada cara
memilih satualternatif dari berbagai pilihan yang tersedia, dimana secara
efektif dan efisien mampu memberikan jalan keluar bagi berbagai pihak yang
terlibat.

2.3 Model-model Pengambilan Keputusan


Tidak semua pemilihan alternatif dilakukan dengan cara yang sama oleh
berbagai pengambilan keputusan. Hal ini merupakan sumber dari perbedaan
keputusan yang diambil. Ada lima model pengambilan keputusan: (1) model
rasional, (2) model rasionalitas terbatas, (3) model kaleng sampah (garbage can
model), (4) model transenden, dan (5) model intuitif. Masing-masing model ini
memiliki asumsi yang berlainan
1. Model Rasional, Model rasional mengasumsikan empat hal, yaitu
pengambil keputusan bersikap rasional, memiliki pengetahuan yang tak
terbatas dan informasi yang luas dalam konteks pemecahan masalah,
mampu menghitung probabilitas kesuksesan masing- masing alternatif,
serta memiliki sistem preferensi yang konsisten dalam memilih alternatif
terbaik. Dalam model rasional, pengambil keputusan menjalani delapan
tahapan mental, sebagai berikut.
1. Mengenali masalah dan kebutuhan adanya keputusan.

6
2. Identifikasi tujuan pengambilan keputusan.
3. Mengidentifikasi data yang relevan dan menganalisis situasi keputusan.
4. Mengembangkan alternatif.
5. Memilih alternatif terbaik.
6. Melakukan implementasi keputusan.
7. Mengumpulkan umpan balik atas hasil keputusan yang diambil.
8. Merevisi keputusan apabila diperlukan.
Namun demikian, menurut Herbert A. Simon, tidak ada manusia yang
seperti itu. Mereka memiliki sistem preferensi yang tidak selalu konsisten.
Pengetahuan dan informasi yang mereka miliki pada umumnya juga
terbatas, kecuali apabila dimensi waktu dibiarkan tidak berhingga sehingga
sesungguhnya pengambil keputusan hanya mampu mengambil keputusan
yang bersifat "cukup memuaskan (satisfying)". Keterbatasan rasionalitas ini
dalam teori pengambilan keputusan dinamakan bounded rationality dan
menyebabkan pengambil keputusan mengambil alternatif paling
memuaskan yang pertama kali terlintas dalam pikirannya. Keputusan ini
tidak memedulikan kenyataan bahwa pemahaman pada realitas adalah
terbatas.
2. Model Kaleng Sampah, Model kaleng Sampah (garbage can model)
sebagai model keputusan ketiga (Cohen, M.D. dkk., 1972 tidak
memedulikan hubungan keteraturan di antara masalah yang terjadi-solusi
yang ada-pelaku-alternatif, namun menjelaskan bahwa pengambilan
keputusan dalam sebuah perusahaan bersifat acak (random) dan tidak
sistematis. Hal ini mirip dengan seseorang yang mengambil sesuatu dari
dalam kaleng sampah di mana dia bisa memperoleh apa pun tanpa terduga.
Model keputusan semacam ini di Indonesia bayak dilakukan oleh para
eksekutif dengan bantuan para penasihat spiritualnya
3. Model Transenden, Model transenden tidak pernah ditemukan dalam
referensi pengambilan keputusan yang pernah ada. Akan tetapi, dalam
kenyataannya, model ini banyak dilakukan oleh sebagian umat muslim
atau umat beragama lainnya di seluruh penjuru dunia (dalam mengambil
keputusan). Transenden mengandung arti di luar sistem yang dibicarakan.
Pengambil keputusan yang memiliki informasi dari objek yang berada di

7
luar sistem yang dibicarakan memiliki kemampuan tembus pandang ke
masa depan di mana akibat keputusan yang dilakukannya terjadi.
Oleh karena itu, dia akan mampu membuat keputusan yang tepat hari
ini. Pada hakikatnya, model ini berbeda dengan model kaleng sampah.
Pada model kaleng sampah, seorang pengambil keputusan mempercayai
apa yang dikatakan penasihat spiritualnya dan melakukan apa yang
dikatakan. Sementara pada model transenden, seorang pengambil
keputusan melakukan pengembangan alternatif dalam keterbatasan dirinya
dan menyerahkan keputusan atas alternative yang ada pada kekuatan
supranatural yang lebih tinggi yang pada umumnya adalah Allah Swt.
4. Model Intuitif, Model intuitif merupakan kebalikan dari model rasional.
Apabila dalam model rasional berlaku hukum "rasionalitas terbatas" maka
dalam model intuitif berlaku hukum "ketidakterbatasan di luar
rasionalitas". Ketidakterbatasan ini karena model intuitif menekankan pada
pengetahuan subsconscious (subconscious knowledge) yang dimiliki
manusia. Pengetahun ini di luar kesadaran manusia terakumulasi sebagai
pola-pola dan disimpan di dalam relung hatinya. Pengetahuan yang
terakumulasi seperti itu sangat tidak terbatas karena berbagai stimulan
yang ditangkap oleh seluruh pancaindra manusia akan disimpan sebagai
pengetahuan "subsconscious".
2.4 Taksonomi Pengambilan Keputusan
Sebagian besar pembahasan buku ini menggunakan model rasional untuk
mengambil keputusan dalam menghadapi suatu permasalahan. Model rasional
diterapkan karena memiliki validitas eksternal-internal paling tinggi jika
dibandingkan dengan model pengambilan keputusan lainnya. Artinya, siapa pun
dengan teknik yang sama akan memberikan keputusan yang nyaris sama dan
model rasional memiliki criteria keputusan paling pasti, namun tidak berarti
memberikan keputusan paling baik. Taksonomi pengambilan keputusan dilihat dari
situasi yang dihadapi pengambilkeputusan, di mana definisi situasi ini, dijelaskan
dalam lingkup berikut.

1. Pengambilan keputusan tunggal atau berkelompok

8
a. Situasi keputusan berhadapan dengan alam, memiliki tiga pendekatan:
situasi pasti, situasi tidak pasti, dan situasi di bawah risiko.
b. .Situasi keputusan berhadapan dengan tiga pendekatan situasi: win-win,
win-lose, dan segregatif.ass) foot terporsels)
c. Situasi keputusan dengan tujuan jamak..
d. Pengambilan keputusan kompleks.
e. Pengambilan keputusan intuitif.
f. Pengambilan keputusan transenden
2. Pengabilan keputusan berkelompok
g. Metode Delphy.

BAB III

9
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan atas atau materi yang sudah di jelaskan di atas dapat kita
terapkan bahwa masalah dan keputusan sangat berkaitan. Karena dengan adanya
masalah maka seseorang dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang
didapatkan secara langsung, baik dengan diskusi bersama maupun evaluasi untuk
memecahkan masalah atau mencari solusi baik dalam sebuah organisasi, perusahaan
dan dalam berbisnis yang akan di jalani agar keberlangsungan sebuah perusahaan
dapat berjalan sesuai dengan keputusan bersama

10
DAFTAR PUSTAKA

Triono, Agus Rachmadi. Pengambilan Keputusan Manajerial. Teori dan Praktik untuk
Manajer dan akademisi

11

Anda mungkin juga menyukai