Oleh :
KELOMPOK 2 :
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2. Why-Why Diagram...................................................................................4
1. Model Rasional……………………………………………………….....6
2. Model Kaleng Sampah…………………………………………………..7
3. Model Transenden…………………………………………………….....7
4. Model Intuitif………..……………………………………………….…..8
2.4. Taksonomi Pengambilan Keputusan……………………………………......8
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
1.4 Kesimpulan..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “MASALAH dan
KEPUTUSAN” yang bertujuan untuk memenuhi Tugas kelompok mata Kuliah Teori
Pengambilan Keputusan. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari adanya
kekurangan dalam penulisan makalah untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari pembaca, dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 2
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Gejala dan Masalah
2. Untuk mengetahui Masalah dan Keputusan.
3. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana model–model
pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui dan memahami Taksonomi Pengambilan
Keputusan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Diagram Tulang Ikan
Dalam situasi keputusan yang bersifat pasti (certainly) dimana hubungan
antara gejala dan masalah bersifat deterministik,diagram tulang ikan merupakan
teknik yang sering digunakan dalam mengidentifikasi massalah (penyebab)dalam
manajemen mutu. Diagram tulang ikan sering juga disebut sebagai sebagai
Ishikawa Diagram yang ditemukan oleh Kaoru Ishikawa (1990). Diagram ini
bertujuan untuk menemukan masalah yang menyebabkan kualitass proses produksi
menurun. Ada empat langkah yang dibutuhkan dalam membentuk diagram tulang
ikan
1. Malakukan brainstorming untuk mengenali gejala dan masalah
2. Memetakan masalah dan gejala ke dalam diagram tulang ikan
3. Tanyakan pada setiap gejala, mengapa hal ini terjadi. Jawaban atas hal
tersebut diletakakn pada tulang yang lebih kecil sebagai masalah
4. Kumpulkan data atas gejala dan masalah untuk menentukan frekuensi
kejadian paling tinggi
2. Why-Why Diagram
Why-why diagram memetakan gejala dan masalah sebagai sebuah diagram
interaktif. Dengan menggunakan formulir pencatatan gejala (lihat figur 2.1)
kita petakan gejala utama yang memperoleh prioritas penyelesaian. Why-why
diagram selain lebih interaktif juga lebih intuitif jika dibandingkan dengan
diagram tulang ikan sehingga biasannya lebih mampu mengungkap persoalan
rill yang terjadi. Diagram ini tidak bertumpu pada kaidah standar manusia-
mesin-metode-material-sebagai penyebab gejala, namum membiarkan
identifikasi penyebab bergulir begitu saja sesuai jawaban mengapa hal ini dapat
terjadi?
Dalam kasusnya turunnya penjualan, ada beberapa sebab yang dapat
diidentifikasi. Salah satu penyebabnya adalahbeberapa gerai/toko yang sepi
pengunjung. Ketika terjadi dialetika atas penyebab sepinya gerai maka tiga
masalah diidentifikasi, yaitu parkir, tata letak (layout) toko, dan wiraniaga. Kita
tanyakan kembali salah satu masalah ini, misalnya parkir. Mengapa parkir
membuat pengunjung malas datang ke gerai perusahaan? Ada dua
kemungkinan jawaban, yaitu masalah keamanan dan biaya parkir yang mahal
Total Penjualan
Figur 2.4 Why-why diagram
Total Penjualan
4
Beberapa
gerai/toko
sepi
Wiraniaga
Parking
Total Penjualan
Layout Toko
5
yaitu manajemen, karyawan, dan pelanggan yang msing-masing memiliki
tujuan yang tidak sama.
6
2. Identifikasi tujuan pengambilan keputusan.
3. Mengidentifikasi data yang relevan dan menganalisis situasi keputusan.
4. Mengembangkan alternatif.
5. Memilih alternatif terbaik.
6. Melakukan implementasi keputusan.
7. Mengumpulkan umpan balik atas hasil keputusan yang diambil.
8. Merevisi keputusan apabila diperlukan.
Namun demikian, menurut Herbert A. Simon, tidak ada manusia yang
seperti itu. Mereka memiliki sistem preferensi yang tidak selalu konsisten.
Pengetahuan dan informasi yang mereka miliki pada umumnya juga
terbatas, kecuali apabila dimensi waktu dibiarkan tidak berhingga sehingga
sesungguhnya pengambil keputusan hanya mampu mengambil keputusan
yang bersifat "cukup memuaskan (satisfying)". Keterbatasan rasionalitas ini
dalam teori pengambilan keputusan dinamakan bounded rationality dan
menyebabkan pengambil keputusan mengambil alternatif paling
memuaskan yang pertama kali terlintas dalam pikirannya. Keputusan ini
tidak memedulikan kenyataan bahwa pemahaman pada realitas adalah
terbatas.
2. Model Kaleng Sampah, Model kaleng Sampah (garbage can model)
sebagai model keputusan ketiga (Cohen, M.D. dkk., 1972 tidak
memedulikan hubungan keteraturan di antara masalah yang terjadi-solusi
yang ada-pelaku-alternatif, namun menjelaskan bahwa pengambilan
keputusan dalam sebuah perusahaan bersifat acak (random) dan tidak
sistematis. Hal ini mirip dengan seseorang yang mengambil sesuatu dari
dalam kaleng sampah di mana dia bisa memperoleh apa pun tanpa terduga.
Model keputusan semacam ini di Indonesia bayak dilakukan oleh para
eksekutif dengan bantuan para penasihat spiritualnya
3. Model Transenden, Model transenden tidak pernah ditemukan dalam
referensi pengambilan keputusan yang pernah ada. Akan tetapi, dalam
kenyataannya, model ini banyak dilakukan oleh sebagian umat muslim
atau umat beragama lainnya di seluruh penjuru dunia (dalam mengambil
keputusan). Transenden mengandung arti di luar sistem yang dibicarakan.
Pengambil keputusan yang memiliki informasi dari objek yang berada di
7
luar sistem yang dibicarakan memiliki kemampuan tembus pandang ke
masa depan di mana akibat keputusan yang dilakukannya terjadi.
Oleh karena itu, dia akan mampu membuat keputusan yang tepat hari
ini. Pada hakikatnya, model ini berbeda dengan model kaleng sampah.
Pada model kaleng sampah, seorang pengambil keputusan mempercayai
apa yang dikatakan penasihat spiritualnya dan melakukan apa yang
dikatakan. Sementara pada model transenden, seorang pengambil
keputusan melakukan pengembangan alternatif dalam keterbatasan dirinya
dan menyerahkan keputusan atas alternative yang ada pada kekuatan
supranatural yang lebih tinggi yang pada umumnya adalah Allah Swt.
4. Model Intuitif, Model intuitif merupakan kebalikan dari model rasional.
Apabila dalam model rasional berlaku hukum "rasionalitas terbatas" maka
dalam model intuitif berlaku hukum "ketidakterbatasan di luar
rasionalitas". Ketidakterbatasan ini karena model intuitif menekankan pada
pengetahuan subsconscious (subconscious knowledge) yang dimiliki
manusia. Pengetahun ini di luar kesadaran manusia terakumulasi sebagai
pola-pola dan disimpan di dalam relung hatinya. Pengetahuan yang
terakumulasi seperti itu sangat tidak terbatas karena berbagai stimulan
yang ditangkap oleh seluruh pancaindra manusia akan disimpan sebagai
pengetahuan "subsconscious".
2.4 Taksonomi Pengambilan Keputusan
Sebagian besar pembahasan buku ini menggunakan model rasional untuk
mengambil keputusan dalam menghadapi suatu permasalahan. Model rasional
diterapkan karena memiliki validitas eksternal-internal paling tinggi jika
dibandingkan dengan model pengambilan keputusan lainnya. Artinya, siapa pun
dengan teknik yang sama akan memberikan keputusan yang nyaris sama dan
model rasional memiliki criteria keputusan paling pasti, namun tidak berarti
memberikan keputusan paling baik. Taksonomi pengambilan keputusan dilihat dari
situasi yang dihadapi pengambilkeputusan, di mana definisi situasi ini, dijelaskan
dalam lingkup berikut.
8
a. Situasi keputusan berhadapan dengan alam, memiliki tiga pendekatan:
situasi pasti, situasi tidak pasti, dan situasi di bawah risiko.
b. .Situasi keputusan berhadapan dengan tiga pendekatan situasi: win-win,
win-lose, dan segregatif.ass) foot terporsels)
c. Situasi keputusan dengan tujuan jamak..
d. Pengambilan keputusan kompleks.
e. Pengambilan keputusan intuitif.
f. Pengambilan keputusan transenden
2. Pengabilan keputusan berkelompok
g. Metode Delphy.
BAB III
9
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan atas atau materi yang sudah di jelaskan di atas dapat kita
terapkan bahwa masalah dan keputusan sangat berkaitan. Karena dengan adanya
masalah maka seseorang dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang
didapatkan secara langsung, baik dengan diskusi bersama maupun evaluasi untuk
memecahkan masalah atau mencari solusi baik dalam sebuah organisasi, perusahaan
dan dalam berbisnis yang akan di jalani agar keberlangsungan sebuah perusahaan
dapat berjalan sesuai dengan keputusan bersama
10
DAFTAR PUSTAKA
Triono, Agus Rachmadi. Pengambilan Keputusan Manajerial. Teori dan Praktik untuk
Manajer dan akademisi
11