Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
terselesainya tugas makalah tentang materi Tradeoff jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran dalam bentuk yang senderhana ini sebagai bahan sumber belajar yang di
harapkan dapat mengantar pembaca khususnya Mahasiswa dan masyarakat pada
umumnya kearah pemahaman tentang bagaimana peranan dari Pengendalian khususnya di
dalam suatu Organisasi.
Namun demikian, kami menyadari kekurangan dalam paper ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna menyempurnakan paper ini
untuk sebagai pedoman dalam penulisan dan penyusunan paper selanjutnya. Sebagai akhir
kata dengan harapan semoga paper ini ada manfaatnya bagi kita semua.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 13 Mei 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kurva Phillips.................................................................................................3
2.2 Pergeseran dalam kurva Phillips dalam Peranan Harapan...............................................6
2.3 Pergeseran pada Kurva Phillips dalam Peranan Guncangan..........................................15
2.4 Biaya-Biaya untuk Menurunkan Inflasi.........................................................................17
BAB 3.......................................................................................................................................26
PENUTUP.................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................28

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflasi dan Pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang di hadapi setiap
masyarakat. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang
bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin
timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Di kebanyakan negara masalah utama
yang dihadapi adalah masalah pengangguran. Kebijakan pemerintah yang dapat di jalankan
untuk menangani masalah ini antara lain, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Ekonomi dan
Kebijakan Segi Penawaran.

Dalam perkonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, Inflasi dan Pengangguran
merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas,
kedua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya di atasi. Kebijakan pemerintah perlu
dijalankan apabila salah satu atau kedua masalah tersebut timbul.

Inflasi sebagai salah satu dinamika perekonomian adalah hal yang diprioritaskan oleh
pemerintah sebab dampaknya langsung terasa oleh masyarakat. Ketika inflasi meningkat,
maka harga-harga barang yang meningkat pula akan menyebabkan masyarakat kesulitan
dalam memenuhi berbagai kebutuhan pokoknya. Secara sederhananya, Inflasi yang dialami
masayarakat ini dirasakan dalam jangka pendek dan memiliki efek langsung (Direct Effect).

Berbanding terbalik dengan Inflasi, meski tingkat Pengangguran terjadi di lingkungan


masyarakat tapi dampaknya tidaklah di rasakan langsung (Indirect Effect) oleh masyarakat
secara keseluruhan melainkan hanya sebagian atau bahkan beberapa masyarakat yang
mungkin saling terkait. Karena hal ini pula, Pengangguran tidak menjadi prioritas utama
pemerintah meski menjadi salah satu perioritas penting yang harus ditangani pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Kurva Phillips ?

1
2. Bagaimana Pergeseran dalam Kurva Phillips dalam hal peranan harapan?

3. Bagaimana Pergeseran pada Kurva Phillips dalam hal peranan guncangan ?

4. Apa saja Biaya-biaya yang digunakan untuk menurunkan inflasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari kurva Phillips.

2. Mengetahui pergeseran dalam Kurva Phillips dalam hal peranan harapan.

3. Mengetahui pergeseran dalam Kurva Phillips dalam hal peranan guncangan.

4. Mengetahui biaya-biaya apa saja yang digunakan untuk menurunkan inflasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurva Phillips

Kurva Phillips
Kurva Phillips adalah hubungan jangka pendek antara inflasi dan pengangguran.

Asal mula kurva Philips

Pada 1958 ekonom yang bernama A.W Phillips menerbitkan sebuah artikel pada jurnal
Inggris,Economica yang membuat dirinya terkenal.Artikel tersebut berjudul”The Relesionship
between Unemployment and the Rate Of Change of Money Wages in the United
Kingdom,1861-1957”.Dalam artikel tersebut Phillips menunjukan korelasi negative antara
tingkat pengangguran dan tingkat inflasi.Dengan kata lain Phillips menunjukan bahwa tahun-
tahun dengan tingkat pengangguran rendah cenderung memiliki inflasi tinggi,sedangkan
tahun-tahun dengan pengangguran tinggi cenderung memiliki inflasi rendah.Philips

3
menyimpulkan bahwa dua variabel ekonomi makro yang penting-inflasi dan pengangguran-
terkain dengan cara sebelumnya tidak disadari oleh para ekonom.

Dua tahun setelah Philips menerbitka artikelnya di America Ekonomic Review dengan
judul”Analytics of Anti-Inflation Policy”,dimana mereka menunjukan korelasi negative yang
serupa antar inflasi dan pengangguran dalam data untuk Amerika Serikat.Mereka berpendapat
bahwa korelasi ini terjadi karena pengangguran yang rendah berhubungan dengan permintaan
agregat yang tinggi pada gilirannya menaikan tekanan pada upah dan harga di seluruh
perekonomian.Figur 1 menunjukan contoh kurva Phillips seperti yang ditemukan oleh
Samuelson dan Solow.

Samuelson dan Solow tertarik pada kurva Phillips karena mereka percaya bahwa
kurva Phillips memberikan pelajaran penting bagi para pembuat kebijakan.Secara khusus
mereka berpendapat bahwa kurva Phillips menawarkan pilihan hasil-hasil perekonomian yang
mungkin terjadi kepada para pembuat kebijakan.Dengan mengubah kebijakan moneter dan
fiscal untuk memengaruhi permintaan agregat,para pembuat kebijakan dapat memilih titik
mana pun dalam kurva ini.Titik A menawarkan pengangguran tinggi dan inflasi rendah.Titik
B menawarkan pengangguran rendah dan inflasi tinggi.Para pembuat kbijakan mungkin
memilih inflasi rendah dan pengangguran rendah,tetapi data terdahulu yang dirangkumkan
oleh kurva Phillips menunjukan bahwa kombinasi ini mustahil terjadi. Meenurut Samuelson
dan Solow,para pembuat kebijakan menghadapi tradeoff antar inflasi dan pengangguran dan
kurva Phillips menggambarkan tradeoff tersebut.

4
Permintaan agregat,penawaran agregat dan kurva Phillips
Model permintaan dan penawaran agregat memberikan penjelasan yang mudah untuk
pilihan hasil-hasil yang mungkin terjadi yang digambarkan kurva Phillips.kurva Phillips
menunjukan kombinasi inflasi dan pengangguran yang naik pada jangka pendek ketika
pergeseran pada kurva permintaan agregat menggerakan perekonomian di sepanjang kurva
penawaran agregat jangka pendek.Kenaikan permintaan agregat terhadap barang dan jasa
dalam jangka pendek mengakibatkan hasil produksi barang dan jasa yang lebih besar dn
tingkat harga yang lebih tinggi.Hasil produksi yang lebih besar berarti pengerjaan yang lebih
tinggi sehingga tingkat pengangguran rendah.Selain itu,berapa pun tingkat harga pada tahun
sebelumnnya,semakin tinggi tingkat harga pada tahun berjalan,semakin tinggi pula tingkat
inflasi.Oleh karena itu,pergeseran pada permintaan agregat mendorong inflasi dan
pengangguran kea rah yang berlawanan pada jangka pendek-hubungan yang digambarkan
oleh kurva Phillips.

Untuk mengetahui lebih jelas kurva Phillips bekerja,lihat contoh ini.Untuk


menyederhanakan angkanya,bayangkanlah tingkat harga(seperti yang diukur misalnya oleh
indeks harga konsumen)sama dengan 100 pada tahun 2000.Figur 2 menunjukan dua hasil
yang mungkin terjadi pada tahun 2000.Panel(a)menunjukan kedua hasil tersebut dengan
menggunakan model permintaan dan penawaran agregat.Panel (b) menggambarkan kedua
hasil yang sama dengan menggunakan kurva Phillips.

Pada Panel (a)Figur 2,kita dapat melihat implikasinya terhadap hasil produksi dan
tingkat harga pada tahun 2001.Jika permintaan agregat untuk barang dan jasa relative
rendah,perekonomian mengalami kondisi seperti yang ditunjukan titi A.Perekonomian
menciptakan hasil produksi sebesar 7500 dengan tingkat harga adalah 102.Sebaliknya jika
permintaan agegat relative tinggi,perekonoian mengaami kndisi seperti yang ditunjukan pada
tiik B.Hasil produksi adalah sebanyak 8000 dengan tingkat harga adalah106.oleh karena
itu,permintaan agregat yang lebih tinggi ,enggerakan perekonomian pada keseimbangan
dengan hasil produksi lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi.

5
Pada panel(b)figure 2 kita dapat melihat apa makna kedua hasil yang mungkin terjadi
ini pada pengangguran dan inflasi.karena perusahaan-perusahaan membutuhkan lebih banyak
ketika memproduksi hasil barang dan jasa yang lebih besar,pengangguran menjadi lebih
rendah di titik B daripada di titik A.Dalam contoh ini,ketika hasil naik dari 7.500 ke 8.000
pengangguran jatuh dari 7 persen menjadi 4 persen,Selain itu,karena tingkat harga ebih tinggi
pada titik B daripada titik A,tingkat inflasi(perubahan persentase pada tingkat harga dari tahun
sebelumnya)juga lebih tinggi.Secara khusus,karena tingkat harga adalah 100 pada tahun
2000,titik A membawa tingkat inflasi sebesar 2 persen,sedangkan titikB membawa inflasi
sebesar 6 persen.Dengan demikian,kita dapat membandingkan kedua hasil yang mungkin
terjadi untuk perekonomian ini.Kebijakan moneter dan fiscal dapat menggerakan
perekonomian di sepanjang kurva Phillips.Kenaikan penawaran uang,kenaikan belanja
pemerintah atau potngan pajak dapat melunaskan permintaan agregat dan menggerakan
perekonomian di titik kurva Phillips yang memiliki tingkat pengangguran lebih rendah dan
inflasi tinggi.Penurunan penawaran uang ,pemotongan belanja pemerintah atau kenaikan
pajak mengerutkan permintaan agregat dan menggerakan perekonomian ke titik pada kurva
Phillips yang memiliki inflasi rendah dan pengangguran lebih tinggi.

2.2 Pergeseran dalam kurva Phillips dalam Peranan Harapan


Peranan harapan

6
Kurva Phillip sepertinya menawarkan pilihan yang berisi tentang hasil-hasil yang
mungkin dari hubungan antara inflasi dan pengangguran kepada para pembuat kebijakan.

Kurva Phillips Jangka Panjang

Pada tahun 1968,seorang ekonomi dari Amerika,Milton Friedman menerbitkan tujuan


di American Economic Review berdasarkan sebutan yang baru-baru ini diberikan sebagai
presiden Asosiasi Ekonomi Amrika.Tulisan tersebut berjudul”the role of monetary
policy”berisi tentang”what monetary policy can do”dan “what monetary policy cannot
do”.Friedman berargumen bahwa satu yang tidak dapat dilakukan oleh kebijakan
moneter,selain dari hanya untuk jangka pendek adalah memilih kombinasi inflasi dan
pengangguran di kurva Phillips.Pada waktu yang hamper bersamaan,seorang ekonomi
lain,Emund Phelps juga menerbitkan sebuah tulisan yang menyangkal keberadaan treadoff
jangka panjang antar inflasi dan pengangguran.

Friedman dan phelps mendasarkan kesimpulan mereka pada prinsip-prinsip klasik


ekonomi makro.Bahwa teori klasik menunjukan pada pertumbuhan penawaran uang sebagai
factor penentu utama inflasi.Namun teori klasik juga menyatakan bahwa pertumbuhan
moneter tidak memiliki dampak yang nyata-pertumbuhan ini hanya sekedar mengubah semua
harga dan penghasilan nominal secara proposional.Secara khusus,pertumbuhan moneter tidak
mempengaruhi factor-faktor yang menentukan tingkat pengangguran dalam suatu
perekonomian seperti kekuatan pasar,serikat pekerja,peran upah efisien atau proses pencarian
kerja. Friedman dan phelps menyimpulkan bahwa tidak ada alasan untuk berpikir bahwa
tingkat inflasi akan,pada jangka panjang,berhubungan dengan tingkat pengangguran.

Pandangan ini memiliki implikasi yang penting bagi kurva Phillips.Secara khusus
pandangan ini bahwa pembuat kebijakan moneter menghadapi kurva Phillips jangka panjang
yang vertical seperti pada figure 3.Apabila Bank sentral meningkatkan jumlah uang yang
beredar secara perlahan maka tingkat inflasi berarti rendah dan perekonomian akan berada
pada titik A .Apabila Bank sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar secara cepat maka
tingkat inflasi akan tinggi dan perekonomian akan brada pada titik B.Dalam kedua kasus
tersebut tingkat pengangguran cenderung mengarah pada titik normalnya yang disebut dengan
tingkat pengangguran alamiah.Kurva Phillips jangka panjang vertical menggambarkan
kesimpulan bahwa pengangguran tidak tergantung pada pertumbuhan uang dan inflasi pada
jangka panjang.

7
Kurva Phillips jangka panjang vertical,secara esensi adalah sebuah ungkapan ide
klasik dari netralitas moneter.Seperti yang digambarka pada figure 4 Kurva Phillips jangka
panjang vertical dan kurva penawaran agregat jangka panjang adalah dua sisi mata uang.Pada
panel(a)figur 4 kenaikan pada penawaran uang menggerser kurva permintaan agregat ke
kanan dari AD ke AD.Sebagai hasil dari pergeseran ini,keseimbanan jangka panjang bergerak
dari titik A ke titik B. Tingkat harga naik dari P ke P,tetapi karena kurva penawaran agregat itu
vertical ,hasil produksi tetap sama.Pada panel(b),pertumbuhan yang lebih pesat pada jumlah
uang yang beredar meningkatkan tingkat inflasi dan menggerakan perekonomian dari titik A
ke titik B.Namun,karena kurva Phillips nya vertical,tingkat pengangguran tetap sama pada
kedua titik ini.Oleh karena itu,kurva penawaran agregat jangka panjang vertical dan kurva
Phillips jangka panjang vertical keduannya membawa arti bahwa kebijakan moneter
memengaruhi variable nominal(tingkat harga dan tingkat inflasi),tetapi tidak memengaruhi
variabel riil(hasil produksi dan pengangguran). Apapun kebijakan moneter yang akan
dijalannkan oleh Bank sentral,hasil produksi dan pengangguran pada jangka panjang berada
pada tingkat alamiahnya.

8
Apa sebenarnya yang bersifat “alamiah” dari tingkat pengangguran alamiah? Friedman dan
Phelps menggunakan kata sifat ini untuk menggambarkan tingkat pengangguran yang
menarik pergerakan ekonomi jangka panjang. Namun, tingkat pengangguran alamiah tidaklah
selalu tingkat penganguran yang dikehendaki oleh masyarakat. Bukan pula tingkat
pengangguran yang tetap saat ini . sebagai contoh, anggaplah bahwa suatu serikat pekerja
yang baru dibentuk menggunakan kekuatan pasar untuk menaikkan upah riil bagi beberapa
pekerja di atas tingkat keseimbangan. Hasilnya adalah penawaran pekerja yang jumlahnya
berlebih sehingga tingkat pengangguran alamiah lebih tinggi. Pengangguran ini bersuifat
“alamiah” bukan karena sifat baik, melainkan “alamiah” karena tidak tersentuh oleh pengaruh
kebijakan moneter. Pertumbuhan uang yang lebih pesat tidak akan mengurangi kekuatan pasar
yang dipegang oleh serikat pekerja atau tingkat pengangguran, tetapi hanya akan mengarah
pada inflasi yang lebih lagi.

Meskipun kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi tingkat pengangguran


alamiah, jenis-jenis kebijakan lainnya dapat mempengaruhi. Untuk mengurangi tingkat
pengangguran alamiah, pembuat kebijakan harus memperhatikan kebijakan-kebijakan yang
memperbaiki perjalanan fungsi pasar tenaga kerja. Pada awal buku ini, telah dibahas berbagai
pasar tenaga kerja , seperti undang-undang upah minimum, undang-undang penawaran
kolektif , tunjangan pengangguran dan program pelatihan kerja mempengaruhi tingkat
pengangguran alamiah. Perubahan kebijakan yang mengurangi tingkat pengangguran alamiah

9
akan menggeser kurva Philips jangka panjang ke kiri. Selain itu, karena pengangguran yang
lebih rendah berarti lebih banyak pekerja yang memproduksi barang dan jasa, jumlah
penawaran barang dan jasa akan lebih besar pada harga berapa pun , dan kurva penawaran
agregat jangka panjang akan bergeser ke kanan. Perekonomian kemudian dapat menikmati
pengangguran yang semakin rendah dan hasil produksi yang semakin tinggi pada tingkat
pertumbuhan uang dan tingkat inflasi yang ada.

Harapan Dan Kurva Phillips Jangka Pendek


Pada awalnya , penyangkalan tradeoff jangka panajnag oleh Friedman dan Phelps antara
inflasi dan pengangguran mungkin tidak begitu persuasif.argumen mereka didasarkan pada
ketertarikan mereka kepada teori , sebaliknya, korelasi negative antara inflasi dan
pengangguran yang didokumentasikan oleh Phillips , Samuelson, dan Solow didasarkan pada
data. Mengapa pula kita harus percaya bahwa pembuat kebijakan menghadapi kurva Phillips
vertikal ketika dunia sepertinya menawarkan kurva yang miring ke bawah? Bukankah
penemuan Phillips, Samuelson, dan Solow seharusnya mengarahkan kita untuk menolak
kesimpulan klasik mengenai kenetralan moneter?

Friedman dan Phelps sangat menyadari permasalahan ini dan mereka menawarkan cara untuk
mendamaikan teori ekonomi makro klasik dengan hasil temuan kurva Philips yang miring ke
bawah dalam data dari Inggris dan Amerika Serikat . mereka mengklaim bahwa hubungan
negative antara inflasi dan pengangguran terjadi pada jangka pendek, tetapi hubungan ini
tidak dapat dipergunakan oleh pembuat kebijakan pada jangka panjang. Dengan kata lain,
pembuat kebijakan dapat berusaha untuk menjalankan kebijakan moneter yang meluas untuk
mencapai pengangguran yang lebih rendah untuk sementara waktu, tetapi pada akhirnya
pengangguran kembali pada tingkat alamiahnya dan kebijakan moneter yang lebih meluas
hanya mengarah pada inflasi yang lebih tinggi.

Friedman dan Phelps mendasari pemikirannya seperti yangdilakukan pada bab 33 ketika
menjelaskan perbedaan antara kurva penawaran agregrat jangka pendek dan jangka panjang.
(Bahkan pembahasan pada bab itu sangat didasarkan pada warisan pemikiran Friedman dan
Phelps). Seperti yang mungkin anda ingat , penawaran agregrat jangka pendek miring ke atas ,
yang menandakan bahwa kenaikan pada tingkat harga meningkatkan jumlah penawaran
barang dan jasa oleh perusahaan. Sebaliknya, kurva penawaran agregrat jangka panjang
adalah vertikal yang menandakan bahwa tingkat harga tidak mempengaruhi jumlah
penawaran pada jangka panjag. Bab 33 menyajikan tiga teori yang menjelaskan mengapa
kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas : upah kaku, harga kaku, dan
kesalahan persepsi tentang harga relatif . karena upah, harga dan persepsi menyesuaikan
10
dengan kondisi perekonomian yang berubah-ubah sepanjang waktu, hubungan positif antara
tingkat harga dan jumlah penawaran berlaku pada jangka pendek tetapi tidak pada jangka
panjang. Friedman dan Phelps menerapkan logika yang sama pada kurva Phillips. Begitu
kurva penawaran agregat jangka panjang berbentukvertikal, kurva Phillips jangka panjang
juga vertikal.

Untuk membantu dalam menjelaskan hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara
inflasi dan pengangguran , Friedman dan Phelps memperkenalkan sebuah variabel baru ke
dalam analisisnya : inflasi yang diharapkan . inflasi yang diharapkan mengukur berapa besar
orang-orang mengharapkan keseluruhan tingkat harga mengalami perubahan. Seperti yang
telah dibahas pada bab33, tingkat harga yang diharapkan memengaruhi upah dan harga yang
ditetapkan oleh orang-orang yang persepsi harga relative yang mereka bentuk. Akibatnya ,
inflasi yang diharapkan adalah satu faktor yang menentukan posisi kurva agregat jangka
pendek. Pada jangka panjang, bank sentral dapat menerima inflasi yang diharapkan ( dan
karenanya kurva penawaran agregat jangka pendek ) sebagaimana yang telah ditentukan.
Ketika jumlah uang yang beredar berubah, kurva permintaan agregat bergeser, dan
perekonomian bergerak di sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek yang ada.
Panjang jangka pendek, karenanya, perubahan moneter mengarah pada fluktuasi yang tidak
terduga pada hasil produksi , harga, pengangguran dan inflasi. Dengan cara ini, Friedman dan
Phelps menjelaskan kurva Phillips yang telah didokumentasikan oleh Phillips , Samuelson,
dan Solow.

Namun, kesanggupan bank sentral untuk menciptakan inflasi yang tidak diharapkan dengan
meningkatkan jumlah uang yang beredar hanya terjadi pada jangka pendek. Pada jangka
panjang orang-orang mulai mengharapkan tingkat inflasi apa pun yang akan dihasilkan oleh
bank sentral. Karena upah, harga dan persepsi pada akhirnya akan menyesuaikan dengan
tingkat inflasi , kurva penawaran agregat jangka panjang menjadi vertikal. Dalam kasus ini,
perubahan pada permintaan agregat , seperti karena perubahan pada jumlah uang yang
beredar, tidak mempengaruhi hasil produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Oleh
karena itu, Friedman dan Phelps menyimpulkan bahwa pengangguran akan kembali pada
tingkat alamiahnya pada jangka panjang.

Analisis Friedman dan Phelps dirangkum dalam persamaan berikut ( yang secara esensi
merupakan ungkapan lain dari persamaaan penawaran agregat yang dapat dilihat pada bab
33):

11
Tingkat pengangguran = Tingkat pengangguran alamiah - α (
inflasi inflasi
aktual harapan )

Persamaan ini menghubungkan tingkat pengangguran dengan tingkat pengangguran alamiah.,


inflasi aktual, daan inflasi yang diharapkan. Pada jangka pendek, inflasi yang diharapkan
sudah ditentukan besarnya. Sebagai akibatnya, inflasi aktual yang lebih tinggi dikaitkan
dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah. ( seberapa banyak pengangguran
menanggapi inflasi yang diharapkan ditentukan oleh ukuran α , angka yang pada
gilirannya bergantung pada kurva kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek).
Namun pada jangka panjang, orang-orang mulai mengharapkan inflasi apa pun yang
dihasilkan oleh bank sentral. Dengan demikian inflasi yang sebenarnya sama dengan inflasi
harapan dan pengangguran berada pada tingkat alamiahnya.

Persamaan ini bermakna bahwa tidak ada kurva Phillips jangka pendek yang stabil. Setiap
kurva Phillips jangka pendek mencerminkan tingkat tertentu dari inflasi yang diharapkan.
(lebih tepatnya, jika anda membuat grafik dari persamaan ini, anda akan menemukan bahwa
kurva Phillips jangka pendek berpotongan dengan kurva Phillips jangka panjang pada tingkat
inflasi yang diharapkan). Ketika inflasi yang diharapkan berubah, kurva Phillips jangka
pendek bergeser.

Menurut Friedman dan Phelps, akan berbahaya untuk memandang kurva Phillips sebagai
pilihan –pilihan yang tersedia bagi para pembuat kebijakan. Untuk memahami alasannya,
bayangkanlah perekonomian pada tingkat pengangguran alamiahnya dengan dengan tingkat
inflasi rendah dan tingkat inflasi yang diharapkan seperti yang ditunjukkan pada figure 5
sebagai titik A. Sekarang, anggaplah bahwa para pembuat kebijakan berusaha untuk
memanfaatkan tradeoff antara inflasi dan pengangguran dengan menggunakan kebijakan
moneter atau fiskal guna memperluas permintaan agregat. Pada jangka pendek, ketika inflasi
yang diharapkan sudah ditentukan , perekonomian beralih dari titik A ke titik B.
Pengangguran jatuh ke bawah tingkat alamiahnya dan inflasi naik di atas inflasi yang
diharapkan. Selama ini, masyarakatmulai terbiasa dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi ini,
dan mereka meningkatkan harapannya terhadap inflasi. Ketika inflasi yang diharapakan naik,
perusahaan dan pekerja mulai mempertimbangkan inflasi yang lebih tinggi ketika menentukan
upah dan harga. Kurva Phillips jangka pendek kemudian bergeser ke kanan, sebagaimana
ditunjukkan oleh figure tersebut. Perekonomian berakhir pada titik C dengan inflasi yang
lebih tinggi daripada titik A, tetapi dengan tingkat pengangguran yang sama.
12
Dengan demikian, Friedman dan Phelps menyimpulkan bahwa para pembuat kebijakan
sungguh-sungguh menhadapi tradeoff antara inflasi dan pengangguran, tetapi sifatnya hanya
sementara. Jika para pembuat kebijakan menggunakan tradeoff ini, mereka justru akan
kehilangan hal tersebut.

Eksperimen Alamiah untuk Hipotesis Tingkat Alamiah


Friedman dan Phelps telah membuat perkiraan yang berani pada tahun 1968. Jika para para
pembuat kebijakan berusaha untuk memanfaatkan kurva Phillips dengan memilih inflasi yang
lebih tinggi guna mengurangi pengangguran, mereka akan berhasil mengurangi pengangguran
hanya untuk sementara saja. Pandangan ini bahwa pengangguran pada akhirnya akan kembali
pada tingkat alamiahnya, berapa puntingkat inflasinya disebut hipotesis tingkat alamiah
(natural- rate hypothesis). Beberapa taun setelah Friedmandan Phelps mengajukan hipotesis
ini, para pembuat kebijakan moneter dan fiskal secara tidak sengaja menciptakan percobaan
alamiah untuk mengujinya. Yang menjadi laboratorium mereka adalah perekonomian AS
sendiri.

Namun, sebelum kita melihat hasil dari pengujian ini, mari kita lihat data yang dimiliki oleh
Friedman dan Phelp ketika mereka membuat prediksi pada tahun 1968. Figur 6 menunjukkan
tingkat pengangguran dan tingkat inflasi untuk periode dari tahun 1961 hingga tahun 1968.
Data ini menjejaki kurva Phillips. Ketika inflasi naik selama delapan tahun ini,

13
penganggurann jatuh. Data perekonomian dari era ini rasanya mempertegas tradeoff antara
inflasi dan pengangguran.

Kesuksesan kurva Phillips yang terlihat pada tahun 1960-an ini membuat prediksi Friedman
dan Phelps menjadi semkain berani. Pada 1958, Phillips menunjukkan hubungan negatif
antara inflasi dan pengangguran. Pada 1960, Samuelson dan Solow telah menunjukkan bahwa
hubungan negatif tersebut ada dalam data AS. Data decade lainnya telah menegaskan
hubungan ini. Bagi sebagian pakar ekonomi kala itu, rasanya konyol jika mengklaim bahwa
kurva Phillips akan menjadi tidak berfungsi ketika para pembuat kebijakan mencoba untuk
menggunakannya.

Namun kenyataannya, itulah yang benar-benar terjadi. Dimulai pada akhir decade 1960-an,
pemerintah AS mengikuti kebijakan yang memperluas permintaan agregat terhadap barang
dan jasa. Di satu sisi, perluasan ini disebabkan oleh kebijakan fiskal; Belanja pemerintah naik
14
ketika perang Vietnam memanas. Di sisi lain perluasan ini disebabkan oleh kebijakan
moneter: karena bank sentral AS , The Fed , mencoba untuk menahan suku bunga meskipun
ada pengembangan kebijakan fiskal, jumlah uang yang beredar (sebagaimana diukur oleh M2)
naik sekitar 13 persen per tahun selama periode dari tahun 1970 hingga 1972, dibandingkan
dengan 7 % per tahun pada awal 1960-an. Akibatnya, inflasi tetap tinggi (sekitar 5 hingga 6
persen pertahun pada akhir tahun 1960-an dan pada awal tahun 1970-an, jika dibandingkan
dengan sekitar 1 hingga 2 persen per tahun pada awal tahun 1960-an). Namun, seperti yang
telah diprediksi oleh Friedman dan Phelps, pengangguran tidak selalu rendah.

Figur 7 menunjukkan sejarah inflasi dan pengangguran di Amerika Serikat dari tahun 1961
hingga 1973. Figur tersebut menunjukkan bahwa hubungan negatif sederhana antara kedua
variabel ini mulai tidak berfungsi sekitar tahun 1970-an , ekspektasi orang-orang terhadap
inflasi menjadi kenyataan dan tingkat pengangguran kembali berada pada kisaran 5 persen
hingga 6 persen yang telah terjadi sebelumnya pada awal 1960-an. Perhatikanlah bahwa
sejarah yang diilustrasikan pada Figur 7 sangat mewakili teori kurva Phillips jangka pendek
yang bergeser yang ditunjukkan dalam Figur 5. Hingga tahun 1973, para pembuat kebijakan
telah mendapati bahwa Friedman dan Phelps ternyata benar: Tidak ada tradeoff antara inflasi
dan pengangguran dalam jangka panjang.

2.3 Pergeseran pada Kurva Phillips dalam Peranan Guncangan


Penawaran

Friedman dan Phelps telah mengemukakan pada tahun 1968 bahwa perubahan-
perubahan inflasi yang diharapkan dapat menggeser kurva Phillips jangka pendek. Namun
dalam beberapa tahun, pakar ekonomi akan mengalihkan perhatiannya pada sumber
pergeseran yang berbeda pada kurva Phillips jangka pendek : guncangan pada penawaran
agregat. Kenaikan yang tinggi pada harga minyak dunia adalah sebuah contoh dari guncangan
penawaran. Guncangan penawaran (supply shock) adalah peristiwa yang secara langsung
yang memengaruhi biaya produksi suatu perusahaan sehingga memengaruhi harga yang
dibebankan oleh perusahaan tersebut. Peristiwa ini menggeser kurva penawaran agregat suatu
perekonomian dan akibatnya menggeser kurva Phillips. Sebagai contoh, ketika harga minyak
menaikkan biaya produksi bensin, pelumas, dan produk-produk minyak lainnya, kenaikan ini
mengurangi jumlah penawaran barang dan jasa pada tingkat harga berapapun. Sebagaimana
yang ditunjukkan pada panel (a) dalam figur 8, pengurangan penawaran ini ditunjukkan
dengan pergerakkan ke arah kiri pada kurva penawaran agregat dari AS 1 ke AS2. Tingkat harga

15
naik dari P1 ke P2 dan hasil produksi jatuh dari Y1 ke Y2. Kombinasi harga yang naik dan hasil
produksi yang turun terkadang disebut dengan stagflasi.

Pergeseran pada penawaran agregat berkaitan dengan pergeseran yang serupa pada
kurva Phillips jangka pendek yang ditunjukkan pada panel (b). Karena perusahaan
membutuhkan lebih sedikit pekerja untuk memproduksi hasil yang lebih sedikit, jumlah
lapangan pekerjaan menjadi berkurang dan pengangguran meningkat. Karena tingkat harga
lebih tinggi, tingkat inflasi—perubahan presentase pada tingkat harga dari tahun sebelumnya
juga lebih tinggi. Oleh karena itu, pergeseran pada penawaran agregat mengarah pada
pengangguran yang lebih besar dan inflasi yang lebih tinggi. Tradeoff jangka pendek antara
inflasi dan pengangguran bergeser ke kanan dari PC 1 ke PC2. Dihadapkan pada pergeseran
penawaran agregat yang merugikan, para pembuat kebijakan menghadapi pilihan yang sulit
antara mengatasi inflasi dan mengatasi pengangguran. Jika mereka mengurangi permintaan
agregat untuk mengatasi inflasi, mereka akan semakin meningkatkan pengangguran. Jika
mereka memperluas permintaan agregat untuk mengatasi pengangguran, mereka akan
semakin meningkatkan inflasi. Dengan kata lain, para pembuatan kebijakan menghadapi
tradeoff yang kurang menguntungkan antara inflasi dan pengangguran dibandingkan dengan
yang terjadi sebelum pergeseran pada penawaran agregat : para pembuat kebijakan harus puas
dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi untuk tingkat pengangguran apapun, tingkat
pengangguran yang lebih tinggi untuk tingkat inflasi berapapun atau semacam kombinasi
pengangguran yang lebih tinggi dengan inflasi yang lebih tinggi pula. Sebuah pertanyaan
penting adalah apakah pergeseran yang merugikan pada kurva Phillips ini bersifat sementara
atau berlanjut. Jawabannya bergantung pada bagaimana orang-orang menyesuaikan harapan

16
mereka terhadap inflasi. Jika masyarakat memandang naiknya inflasi disebabkan oleh
guncangan penawaran sebagai bentuk penyimpangan yang sementara, iflasi harapan tidaklah
berubah dan kurva Phillips segera akan kembali pada posisinya sebelumnya. Namun, jika
orang-orang meyakini bahwa guncangan ini akan mengarah pada era baru inflasi yang lebih
tinggi maka inflasi yang diharapkan naik dan kurva Phillips tetap pada posisinya yang baru
dan kurang menyenangkan.

Pada 1970-an, inflasi yang diharapkan sempat naik pesat. Kenaikan inflasi yang
diharapkan ini sebagian disebabkan oleh keputusan bank sentral di banyak negara untuk
mengakomodasi guncangan penawaran dengan pertumbuhan uang yang lebih tinggi.
Permasalahan ini menjadi lebih parah pada tahun 1979, ketika OPEC sekali lagi mulai
menggunakan kekuatan pasarnya, dengan meningkatkan harga minyak lebih dari dua kali
lipat. Figur 9 menunjukkan inflasi dan pengangguran dalam perekonomian AS selama periode
tersebut. Pada 1980, setelah dua kali guncangan yang diberikan oleh OPEC, perekonomian
AS mengalami tingkat inflasi lebih dari 9 persen dan tingkat pengangguran sekitar 7 persen.
Kombinasi inflasi dan pengangguran ini sama sekali tidak mendekati tradeoff yang rasanya
mungkin terjadi pada tahun 1960-an. (Pada tahun 1960-an, kurva Phillips menunjukkan
bahwa tingkat pengangguran sebesar 7 persen akan diasosiasikan dengan tingkat inflasi
sebesar hanya 1 persen. Inflasi yang lebih dari 9 persen sudah sangat berlebihan).

2.4 Biaya-Biaya untuk Menurunkan Inflasi.


Pada Oktober 1979, ketika OPEC memberikan guncangan penawaran yang merugikan
perekonomian dunia untuk kedua kalinya dalam satu dekade, pemimpin The Fed, Paul
Volcker, memutuskan bahwa sudah saatnya ia bertindak. Volcker ditunjuk dalam jajaran
kepemimpinan oleh Presiden Carter dua bulan sebelum peristiwa itu terjadi dsn ia menerima
jabatan ini tanpa mengetahui bahwa inflasi telah mencapai tingkat yang tidak dapat diterima
lagi. Sebagai pihak pelindung sistem moneter negara tersebut, para banker sentral,seperti
Volcker, mereka tidak punya banyak pilihan selain menjalankan kebijakan disinflasi
(penurunan tingkat inflasi). Mereka yakin bahwa bank-bank sentral dapat mengurangi inflasi
dengan mengendalikan jumlah uang.

17
Rasio Pengorbanan
Untuk mengurangi tingkat inflasi, bank sentral harus menjalankan kebijakan moneter
yang serba mengecil. Figur 10 menunjukkan beberapa dampak dari keputusan seperti ini.
Ketika bank sentral memperlambat laju pertumbuhan uang, bank sentral menurunkan
permintaan agregat. Penurunan permintaan agregat, pada gilirannya akan mengurangi jumlah
barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan dan penurunan produksi ini mengarah pada
pengurangan pekerjaan. Perekonomian dimulai pada titik A pada figur ini dan bergerak
disepanjang kurva Phillips jangka pendek ke titik B, yang memiliki inflasi lebih rendah dan
pengangguran yang lebih tinggi. Seiring berjalannya waktu, ketika orang-orang mulai
memahami bahwa harga-harga tengah naik lebih lambat, inflasi yang diharapkan mengalami
penurunan dan kurva Phillips jangka pendek bergeser ke bawah. Perekonomian bergerak dari
titik B ke titik C. Inflasi menjadi lebih rendah dan pengangguran kembali pada tingkat
alamiahnya. Dengan demikian, jika suatu negara ingin mengurangi inflasi, negara yang
bersangkutan hareus bertahan menjalankan periode pengangguran yang lebih tinggi dan hasil
produksi yang rendah. Pada figur 10, pengorbanan ini ditunjukkan oleh pergerakan
perekonomian melalui titik B ketika perekonomian bergerak dari titik A ke titik C. Besarnya
pengorbanan ini bergantung pada kemiringan kurva Phillips dan seberapa cepat harapan
terhadap inflasi menyesuaikan diri dengan kebijakan moneter yang baru. Rasio pengorbanan
merupakan persentase yang mengacu pada hasil produksi tahunan yang hilang selama proses
penurunan inflasi sebesar satu poin persentase. Estimasi rasio pengorbanan umumnya adalah
5. Dengan kata lain, untuk setiap poin persentase yang dikurangi dari inflasi, 5 persen dari
hasil produksi tahunan harus dikorbankan.

18
Estimasi seperti ini tentunya membuat bank sentral gelisah karena harus menghadapi
tugas untuk mengurangi inflasi. Anggap saja inflasi adalah sebesar 10 persen per tahun. Untuk
mencapai inflasi sedang, misalnya 4 persen per tahun, artinya inflasi harus dikurangi 6 persen.
Jika setiap poin persentase memerlukan 5 persen dari hasil produksi tahunan dalam suaru
perekonomian, maka mengurangi inflasi sebesar 6 poin persentase akan memerlukan
pengorbanan 30 persen dari hasil produksi tahunan. Menurut penelitian terhadap produksi dan
ongkos disinflasi, pengorbanan ini dapat dibayar dengan berbagai cara. Pengurangan inflasi
secara langsung akan menekan hasil produksi hingga 30 persen untuk satu tahun, tetapi hasil
produksi tersebut pastinya terlalu tajam, bahkan untuk seorang penentu kebijakan inflasi yang
agresif seperti Paul Volcker. Banyak yang berargumen, akan lebih baik untuk membagiratakan
ongkos ini selama beberapa tahun. Jika pengurangan inflasi terjadi selama 5 tahun, misalnya
maka hasil produksi hanya perlu diambil 6 persen selama periode 5 tahun itu hingga sampai
pada angka 30 persen. Pendekatan yang lebih bertahap lagi adalah dengan mengurangi inflasi
secara perlahan dalam satu dekade sehingga hasil produksi hanya perlu diambil 3 persen.

Harapan yang Rasional dan Kemungkinan Disinflasi Tanpa Biaya


Baru saja bank-bank sentral merenungkan betapa besarnya biaya untuk mengurangi inflasi,
sekelompok professor ekonomi memimpin revolusi intelektual yang akan menantang
kebijaksanaan konvensional terhadap rasio pengorbanan. Kelompok ini terdiri atas beberapa
ekonom terkemuka, Antara lain, Robert Lucas, Thomas Sargent, dan Robert Barro. Revolusi
mereka didasarkan pada sebuah pendekatan baru pada teori dan kebijakan ekonomi yang
disebut dengan harapan yang rasional (rational expectation). Menurut teori harapan yang
rasional, orang-orang secara optimal menggunakan semua informasi yang mereka miliki,
termasuk informasi tentang kebijakan pemerintah, ketika memperkirakan masa depan.
19
Pendekatan baru ini memiliki implikasi mendalam untuk beberapa bidang ekonomi
makro, tetapi tidak ada yang lebih penting daripada penerapannya pada tradeoff Antara inflasi
dan pengangguran. Seperti yang telah ditekankan pertama kalinya oleh Friedman dan Phelps,
inflasi yang diharapkan adalah variable penting yang menjelaskan mengapa terjadi tradeoff
Antara inflasi dan pengangguran pada jangka pendek, tetapi tidak pada jangka panjang.
Seberapa cepat tradeoff jangka pendek ini menghilang bergantung pada seberapa cepat
ekspetasi masyarakat menyesuaikan diri. Para pendukung kebijakan harapan yang rasional ini
menggunakan dasar analisis Friedman-Phelps untuk berargumen bahwa ketika kebijakan
perekonomian berubah, orang-orang menyesuaikan harapan mereka terhadap inflasi menurut
kebijakan itu. Penelitian-penelitian terhadap inflasi dan pengangguran yang mencoba untuk
memperkirakan rasio pengorbanan telah gagal mempertimbangkan dampak langsung dari
rezim kebijakan terhadap harapan. Akibatnya, perkiraan rasio pengorbanan, menurut ahli teori
harapan yang rasional, beukanlah acuan yang dapat diandalkan bagi kebijakan.

Dalam sebuah tulisan pada tahun 1981 yang berjudul “The End of Four Big Inflations”,
Thomas Sargent menggambarkan pandangan baru ini sebagai berikut.

Sebuah pandangan “harapan yang rasional” menyangkal bahwa ada momentum bawaan
terhadap proses inflasi saat ini. Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan-
perusahaan dan para pekerja kini mulai mengharapkan tingkat inflasi yang tinggi pada
masa dating dan bahwa mereka mencapai kesepakatan inflasi meskipun ada harapan-
harapan tersebut. Namun, diyakini bahwa orang-orang mengharapkan tingkat inflasi
tinggi pada masa dating adalah karena kebijakan moneter dan fiskal yang dibuat oleh
pemerintah saat ini menjamin harapan-harapan itu…. Implikasi dari pandangan ini
adalah bahwa inflasi dapat dihentikan dengan jauh lebih cepat daripada yang telah
diindikasikan oleh para pendukung pandangan “momentum”, dan bahwa perkiraan
mereka terhadap jangka waktu dan biaya menghentikan inflasi dalam kaitannya dengan
hasil produksi yang dibatalkan adalah keliru…. Bukan berarti bahwa akan mudah untuk
memberantas inflasi. Sebaliknya, penghapusan inflasi akan memerlukan lebih dari
beberapa tindakan fiskal dan moneter yang sifatnya temporer dan membatasi.
Penghapusan inflasi akan mengharuskan adanya perubahan pada rezim kebijakan….
Berapa besarnya pengorbanan untuk tindakan seperti ini berkenaan dengan hasil
produksi yang dibatalkan dan berapa lama dampaknya akan mulai terasa bergantung
sebagian pada seberapa tegas dan jelas komitmen yang diambil oleh pemerintah.

20
Menurut Sargent, rasio pengorbanan dapat jadi lebih kecil daripada yang ditunjukkan
olehperkiraan-perkiraan sebelumnya. Memang, dalam kasus yang paling ekstrem, rasionya
dapat jadi nol. Jika pemerintah membuat komitmen yang dapat dipercaya terhadap kebijakan
inflasi rendah, masyarakat akan cukup rasional untuk segera menurunkan harapan mereka
terhadap inflasi. Kurva Phillips jangka pendek akan bergeser ke bawah dan perekonomian
akan segera mancapai inflasi rendah tanpa pengorbanan berupa pengangguran tinggi dan hasil
produksi yang rendah.

Disinflasi Volcker
Seperti yang telah kita lihat, ketika bank sentral menghadapi prospek untuk mengurangi
inflasi, para ekonom menawarkan dua prediksi yang bertentangan. Satu kelompok ekonom
menawarkan estimasi rasio pengorbanan dan meyimpulkan bahwa mengurangi inflasi akan
memakan biaya yang besar, dalam kaitannya dengan hasil produksi yang hilang dan
pengangguran yang tinggi. Kelompok lainnya menawarkan teori harapan yang rasional dan
menyimpulkan bahwa mengurangi inflasi dapat jauh lebih tidak memakan biaya dan,
mungkin, bahkan tidak memakan biaya sama sekali. Kelompok manakah yang benar?

21
Figur 11 menunjukkan inflasi dan pengangguran AS dari tahun 1979 hinggga 1987.
Seperti yang dapat anda lihat, Volcker memang berhasil untuk menurunkan tingkat inflasi.
Inflasi turun dari hamper 10 persen pada tahun 1981 dan 1982 menjadi sekitar 4 persen pada
tahun 1983 dan 1984. Penurunan inflasi ini benar-benar berkat kebijakan moneter. Kebijakan
fiskal pada saat ini berjalan ke arah yang berbeda: Kenaikan difisit anggaran selama masa
pemerintahan Reagan memperluas permintaan agregat, yang cenderung menaikkan inflasi.
Penurunan inflasi dari tahun 1981 hingga 1984 di Amerika Serikat adalah akibat kebijakan
anti-inflasi yang keras dari pemimpin The Fed, Paul Volcker.

Figur ini menunjukkan bahwa disinflasi Volcker memang terjadi dengan


mendatangkan pengangguran yang tinggi. Pada 1982 dan 1983, tingkat pengangguran adalah
sekitar 10 persen—hampir dua kali dibandingkan saat Paul Volcker ditunjuk menjadi
pemimpin The Fed. Pada saat yang bersamaan, produksi barang dan jasa sebagaimana diukur
oleh PDB riil berada di bawah tingkat biasanya. Disinflasi Volcker ini menciptakan resesi
terdalam di Amerika Serikat sejak Depresi Besar pada tahun 1930-an.

Apakah pengalaman ini membantah kemungkinan disinflasi yang tidak memakan


biaya seperti yang ditunjukkan oleh para ahli teori harapan yang rasional? Sebagian ekonom
berargumen bahwa jawaban untuk pertanyaan ini adalah “Ya”. Sebenarnya, pola disinflasi
yang ditunjukkan pada Figur 11 sangatlah mirip dengan pola yang diprediksikan pada Figur
10. Untuk membuat transisi dari inflasi tinggi (titik A di kedua gambar) menuju inflasi rendah
(titik C), perekonomian harus mengalami periode pengangguran tinggi yang menyakitkan
(titik B).

22
Meskipun demikiann, ada dua alasan untuk langsung menolak kesimpulan-
kesimpiulan para ahli teori harapan yang rasional. Pertama, meskipun disinflasi menyebabkan
tingkat pengangguran yang tinggi untuk sementara waktu, biayanya tidaklah sebesar yang
diperkirakan oleh banyak ekonom. Sebagian besar estimasi rasio pengorbanan yang
didasarkan pada disinflasi Volcker lebih kecil daripada yang pernah diperoleh dari data
sebelumnya. Mungkin, pendirian yang kuat terhadap inflasi memang memberikan dampak
langsung pada harapan, seperti yang diklaim oleh para ahli teori harapan yang rasional.

Kedua, dan lebih penting, meskipun Volcker mengumumkan bahwa ia akan


mengarahkan kebijakan moneter untuk menurunkan tingkat inflasi, sebagian besar masyarakat
tidak percaya kepadanya. Karena hanya sedikit orang yang percaya bahwa Volcker akan
menurunkan inflasi secepat yang ia lakukan, inflasi yang diharapkan justru tidak turun, dan
kurva Phillips jangka pendek tidak bergeser ke bawah secepat yang seharusnya. Beberapa
bukti untuk hipotesis dating dari perkiraan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan perkiraan
komesial: Perkiraan perusahaan tersebut terhadap inflasi yang turun lebih lambat pada tahun
1980-an daripada inflasi aktualnya. Oleh karena itu, disinflasi Volcker tidak selalu membantah
pandangan harapan rasional bahwa disinflasi yang dapat dipercaya dapat jadi bebas biaya.
Namun, disinflasi Volcker memang menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan tidak dapat
mengandalkan orang-orang untuk secara langsung mempercayai mereka ketika mereka
mengumumkan kebijakan disinflasi.

Era Greenspan
Sejak inflasi OPEC pada tahun 1970-an dan disinflasi Volcker pada tahun 1980-an,
perekonomian AS mengalami fluktuasi yang relative ringan terhadap inflasi dan
pengangguran. Figur 12 menunjukkan inflasi dan pengangguran dari tahun 1984 hingga 2002.
Periode ini disebut dengan era Greenspan, yang diambil dari nama Alan Greenspan—pada
tahun 1987 menggantikan Paul Volcker.

Periode ini dimulai dengan guncangan penawaran yang menguntungkan. Pada tahun
1986, anggota-anggota OPEC mulai berdebat tentang tingkat produksi dan kesepakatan lama
mereka untuk membatasi penawaran minyak tidak berlaku lagi. Harga minyak jatuh sekitar
setengahnya. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar tersebut, guncangan penawaran yang
menguntungkan ini mengarah pada menurunnya inflasi dan pengangguran.

Sejak saat itu, bank-bank sentral berhati-hati agar tidak mengulangi kesalahan
kebijakan pada era 1960-an, ketika permintaan agregat yang berlebih mendorong
pengangguran ke bawah tingkat alamiahnya dan menaikkan inflasi. Ketika pengangguran

23
turun dan inflasi naik pada tahun 1989 dan 1990, The Fed menaikkan suku bunga dan
mengurangi permintaan agregat yang mengakibatkan resesi kecil pada tahun 1991 dan 1992.
Pengangguran kemudian naik di atas sebagian besar estimasi tingkat alamiahnya dan inflasi
turun sekali lagi.

Sejak saat itu, sampai akhir tahun 1990-an, perekonomian mengalami periode
kemakmuran. Angka inflasi dan pengangguran turun mendekati nol menjelang akhir decade
tersebut. Pengangguran juga menyimpang kea rah bawah, mengakibatkan banyak pengamat
meyakini bahwa tingkat pengangguran alamiah telah turun. Sebagian pujian atas kinerja
perekonomian yang baik ini diberikan kepada Allan Greenspan dan rekan-rekan kerjanya di
Bank Sentral, atas inflasi rendah yang dicapai hanya dengan kebijakan moneter yang cerdas.
Namun, seperti yang dibahas pada studi kasus berikut ini, keberuntungan dalam bentuk
guncangan penawaran yang menguntungkan adalah juga sebagiannya merupakan bagian dari
kisah ini.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inflasi dan pengangguran adalah masalah jangka pendek dalam perekonomian. Inflasi
sendiri diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.
24
Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali bila
kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Inflasi yang
terjadi pada suatu negara dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya perekonomian
suatu negara. Sedangkan pengangguran adalah istilah untuk orang yang masuk dalam
angkatan kerja yang sedang mencari perkerjaan dan belum mendapatkannya.

Kurva Phillips menggambarkan hubngan negative antara inflasi dan pengangguran.


Dengan memperluas permintaan agregat, para pembuat kebijakan dapat memilih titik pada
kurva Phillips dengan inflasi yang lebih tinggi dan pengangguran yang lebih rendah, dengan
menurunkan permintaan agregat, para pembuat kebijakan dapat memilih titik di kurva Phillips
dengan inflasi yang lebih rendah dan pengangguran yang lebih tinggi.

Tradeoff antara inflasi dan pengangguran yang digambarkan oleh kurva Phillips hanya
terjadi pada jangka pendek. Pada jangka panjang, inflasi yang diharapkan menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan pada inflasi aktualnya, sedangkan kurva Phillips jangka pendek
bergeser. Akibatnya kurva Phillips jangka panjang menjadi vertikal pada tingkat pegangguran
alamiah.kurva Phillips jangka pendek juga bergeser karena guncangan pada penawaran
agregat. Guncangan penawaran yang merugikan, seperti kenaikan harga minyak dunia selama
periode 1970-an, menimbulkan tradeoff yang tidak begitu menguntungkan antara inflasi dan
pegangguran. Dengan kata lain, setelah guncangan penawaran yang merugikan, para pembuat
kebijakan harus menerima tingkat inflasi yang lebih tinggi untuk setiap tingkat pengangguran
atau tingkat pengangguran yang lebih tinggi untuk setiap tingkat inflasi.

Ketika bank sentral menurunkan pertumbuhan jumlah uang yang beredar untuk
mengurangi inflasi, bank sentral menggerakkan perekonomian di sepanjang kurva Phillips
jangka pendek, yang menghasilkan tingkat pengangguran yang tinggi yang sifatnya
sementara. Hal ini harus dikorbankan demi disinflasi bergantung pada seberapa cepat harapan
terhadap inflasi menurun. Sebagian ekonom berargumen bahwa komitmen yang dapat
dipercaya untuk menurunkan inflasi dapat mengurangi biaya disinflasi dengan mengusahakan
penyesuaian harapan yang cepat.

25
26
DAFTAR PUSTAKA

 N Gregory Mankiw.2014.Pengantar Ekonomi Makro.Salemba Empat

27
28
Pertanyaan :

1. Gambarkan Tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Bagaimana


bank sentral dapat menggerakkan perekonimian dari satu titik di kurva ini ke titik
lainnya?
Jawaban:

Bank sentral dalam menggerakkan perekonomian berusaha menjalankan kebijakan


moneter ekspansionari (Kebijakan moneter yang ekspansioner meningkatkan total
penawaran uang dalam perekonomian secara lebih pesat dibanding biasanya).sehingga
perekonomian akan bergerak dari titik a ke titik b pada jangka pendek. Pada titik b,
inflasi harapan masih rendah, tetapi inflasi yang sebenarnya tinggi, dan pengangguran
berada pada tingkat alamiahnya. Pada jangka panjang, inflasi harapan naik, dan
perekonomian bergerak ke titik c. pada titik c, inflasi harapan dan inflasi yang
sebenarnya sama-sama tinggi dan pengangguran kembali pada tingkat inflasi yang

29
sebenarnya. Dimana titik a (kurva Phillips jangka pendek dengan inflasi harapan yang
rendah) dengan adanya kebijakan ekspansionari yang dijalankan oleh bank sentral
akan bergeser ke titik c (kurva Phillips jangka pendek dengan inflasi harapan yang
tinggi).

2. Gambarkan tradeoff jangka panjang antara inflasi dan pengangguran. Jelaskan


bagaimana tradeoff jangka pendek dan jangka panjang berhubungan?

Hubungan Tradeoff jangka pendek dan jangka panajang adalah hubungan negative
antara inflasi dan pengangguran terjadi jangka pendek.tetapi hubungan ini tidak dapat
digunakan oleh pembuat kebijakan pada jangka panjang. Dengan kata lain,pembuat
kebijakan dapat berusaha untuk menjalankan kebijakan moneter yang meluas untuk
mencapai pengangguran yang lebih rendah untuk sementara waktu,tetapi pada
akhirnya pengangguran kembali pada tingkat alamiahnya dan kewajiban moneter yang
lebih meluas hanya mengarah pada inflasi yang lebih tinggi. Penawaran agregat
jangka pendek miring ke atas yang menandakan bahwa kenaikan pada tingkat harga
meningkatkan jumlah penawaran barang dan jasa oleh perusahaan. Sebaliknya,kurva
penawaran agregat jangka panjang adalah vertikal yang menandakan bahwa tingkat
harga tidak mempengaruhi jumlah penawaran pada jangka panjang.

3. Apakah yang alamiah dari tingkat pengangguran alamiah.Mengapa tingkat


pengangguran alamiah dapat berbeda dari setiap negara?

Jawaban :

30
Pengangguran ini bersifat “alamiah” bukan karena bersifat baik, melainkan”
alamiah” karena tidak tersentuh oleh kebijakan moneter. Pertumbuhan uang yang lebih
pesat tidak akan mengurangi kekuatan pasar yang dipegang oleh serikat pekerja atau
tingkat pengangguran, tetapi hanya akan mengarah pada inflasi yang lagi.

Tingkat pengangguran alamiah dapat berbeda dari setiap negara karena dipengaruhi
oleh undang-undang upah minimum, undang-undang penawaran kolektif , tunjangan
pengangguran, dan program pelatihan kerja di setiap negara. Perubahan kebijakan
yang mengurangi tingkat pengangguran alamiah akan menggeser kurva Phillips jangka
pendek ke kiri. Selain itu, karena pengangguran yang lebih rendah berarti lebih banyak
pekerja yang memproduksi barang dan jasa, jumlah penawaran barang dan jasa akan
lebih besar pada harga berapapun, dan kurva penawaran agregat jangka panjang akan
bergeser ke kanan.

4. Anggapkan bahwa kemarau menghancurkan lahan pertanian dan menaikkan harga


inflasi pangan. Apakah dampaknya pada tradeoff jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran ?

Jawab :

Kurva Phillips jangka pendek, yang vertikal pada tingkat pengangguran alamiah.
Kebijakan moneter yang meluas menggerakkan perekonomian dari inflasi yang lebih
rendah menuju inflasi yang lebih tinggi tanpa mengubah tingkat pengangguran.

5. Bank sentral memutuskan untuk mengurangi inflasi. Gunakan kurva Phillips untuk
menunjukkan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari kebijakan ini.
Bagaimanakah biaya jangka pendek dapat dikurangi.

Jawab:

Mengurangi inflasi berarti mengurangi jumlah uang yang beredar. Jadi bank sentral
memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga untuk meningkatkan keinginan
untuk menabung, sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.

31
32

Anda mungkin juga menyukai