Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Perekonomian Indonesia
“TRANSFORMASI PEREKONOMIAN INDONESIA BAGIAN III: PROSES
DISTRIBUSI DEMOGRAFI DAN PENDAPATAN DI INDONESIA”

OLEH:
KELOMPOK 5
Nama Anggota:
1. Ladi Dy Kaja (1810020125)
2. Ady Cusrell William LY (1810020124)
3. Fabian Aldino Z. Jolong (1810020099)
Semester : III
Kelas :C
Jurusan : Akuntansi

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2018/2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
TRANSFORMASI PEREKONOMIAN INDONESIA BAGIAN III: PROSES
DISTRIBUSI DEMOGRAFI DAN PENDAPATAN DI INDONESIA, yang menurut kami
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita guna lebih mengetahui apa itu proses
distribusi demografi dan pendapatan serta transformasi demografi di Indonesia dengan
menunjukkan transformasi ketenagakerjaan serta Urbanisasi .
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi para
pembaca, sehingga itu menjadi semangatuntuk dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga ke depannya menjadi lebih baik.

Kupang, 23 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....... ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............ ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
1. Proses Distribusi Demografi dan Pendapatan ........................................... 3
2. Transformasi demografi di Indonesia dengan menunjukkan transformasi
ketenagakerjaan serta Urbanisasi .............................................................. 4
3. Transformasi Distribusi Pendapatan ......................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ..... ................................................................................................ 11
B. Saran ................ ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Bagi masyarakat awam, pertumbuhan ekonomi tidak terlalu penting. Ini karena bagi
mereka yang terpenting apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya, tidak miskin lagi alias
lebih makmur dibandingkan dengan masa sebelumnya. Tidak pernah menjadi risau ketika
pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu salah sasaran alias hanya dinikmati oleh kelompok
tertentu. Ini karena adanya distribusi yang tidak merata. Atau bahkan ada anggapan bahwa
ketimpangan perolehan kekayaan yang bermuara pada kemiskinan hanya dinilai sebagai
kondisi sementara. Yang penting, indikator makro di atas kertas selalu menunjukkan
performa bagus.

Padahal, kalau strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan pengurangan


angka kemiskinan, maka taraf hidup masyarakat secara keseluruhan akan meningkat,
sehingga mendorong permintaan barang primer dan sekunder yang dapat dihasilkan oleh
perekonomian nasional.

Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi


dan kurang penekanan pemerataan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan perlu
dipikir ulang. Ini karena pemerataan pendapatan adalah suatu alat yang efektif untuk
pemberantasan kemiskinan yang merupakan tujuan utama dari pembangunan ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Menjelaskan lebih dalam terkait proses distribusi demografi dan Pendapatan
2. Menunjukkan secara khusus Transformasi demografi di Indonesia dengan
menunjukkan transformasi ketenagakerjaan serta Urbanisasi .
3. Menunjukkan secara khusus transformasi distribusi pendapatan di Indonesia
dengan berbagai pengukuran distribusi Pendapatan

1.3 Tujuan

1. Mengetahui terkait proses distribusi demografi dan Pendapatan


2. Mengetahui tentang Transformasi demografi di Indonesia dengan menunjukkan
transformasi ketenagakerjaan serta Urbanisasi

1
3. Mengetahui tentang transformasi distribusi pendapatan di Indonesia dengan
berbagai pengukuran distribusi Pendapatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Proses Distribusi Demografi dan Pendapatan

Proses Distribusi demografi dan pendapatan adalah proses sosial/non ekonomi yang terjadi
seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita yang mempengaruhi distribusi demografi
dan pendapatan.

Variabel yang merefleksikan proses ini adalah: alokasi tenaga kerja, urbanisasi, dan
distribusi pendapatan

 IndikatorAlokasiTenagaKerja
Share dari Tenaga Kerja Primer (dariTotal TK)
Share dari Tenaga Kerja Industri(dariTotal TK)
Share dari Tenaga Kerja Jasa(dariTotal TK)

Hanya Pola Share dari Tenaga Kerja Primer yang mengalami penurunan dengan
meningkatnya pendapatan per kapita , sementara TK Industri dan Jasa meningkat .

 Indikator Urbanisasi

Share dari Penduduk di Perkotaan (% of Total Penduduk)

Pola ini menunjukkan semakin tinggi pendapatan perkapita, ubanisasi makin meningkat
sementara pedesaan menurun.

 IndikatorDistribusiPendapatan

Inverted U (Kuznets )curve Poladistribusi pendapatan, di mana semakin tinggi


pendapatan akan memperburuk distribusi, namun pada suatu tingkat pendapatan tertentu
akan membaik dengan meningkatnya pendapatan.

3
2. Transformasi demografi di Indonesia dengan menunjukkan transformasi
ketenagakerjaan serta Urbanisasi.
2.1 Transformasi Ketenagakerjaan
Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi terjadi proses akumulasi, alokasi,
dan transformasi struktur produksi yang disebabkan antara lain oleh pergeseran
pola konsumsi masyarakat dan perkembangan teknologi. Pada proses transformasi
struktur produksi menunjukkan penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap
produk domestik bruto. Sedangkan sektor non-pertanian (industri dan jasa)
cenderung meningkat. Terkait dengan transformasi struktur produksi juga terjadi
transformasi dalam struktur ketenagakerjaan, yaitu penurunan distribusi tenaga
kerja menurut lapangan pekerjaan pertanian terhadap total tenaga kerja.
Transformasi ketenagakerjaan dari sektor pertanian ke non-pertanian tersebut
disinyalir dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, maka tujuan utama
dari penelitian ini adalah ingin mengidentifikasi faktor faktor dimaksud. <br />
Berkaitan dengan pencapaian tujuan tersebut, maka secara teoritis dan praktis
menunjukkan bahwa terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi, yaitu faktor
ekonomi dan non-ekonomi. Motif ekonomi merupakan faktor yang dominan
seperti tingkat upah atau pendapatan yang lebih baik. Analisis lain untuk
menjelaskan fenomena ini dengan pendekatan mobilitas secara geografis, yaitu
antara daerah pedesaan yang mewakili sektor pertanian dengan daerah perkotaan
yang didominasi kelompok sektor industri dan jasa. Selain itu alasan-alasan
berikut yang dapat digunakan untuk menjelaskannya adalah adanya daya dorong
sebagai faktor negatif dan daya tarik sebagai faktor positif. <br /> Untuk
mengupas transformasi ketenagakerjaan dalam kajian ini digunakan metode
dengan membandingkan antara pekerja yang melakukan transformasi pekerjaan
dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian dengan pekerja yang tidak
melakukannya. Lokasi penelitiannya di 2 wilayah perdesaan yaitu kel. / desa
Pagentan kec. Singosari dan Kalirejo kec. Lawang Kabupaten Malang - Jawa
Timur. Penentuan sampel sebagai responden menggunakan metode stratified
random sampling berdasarkan lapangan pekerjaannya, kemudian dipilih secara
simple random sampling dengan bantuan tabel angka random. Survai lapangan
dilakukan untuk mendapatkan data baik sekunder maupun primer yang
diupayakan dengan mewawancarainya secara langsung yang berpedoman pada
kuesioner. Data I informasi yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kuantitatif
4
(statistika dan ekonometrika), serta secara kualitatif (deskriptif). <br />
Berdasarkan data sekunder, karakteristik di lokasi penelitian yang dilihat secara
geografi, demografi, dan ekonomi pada umumnya tergolong kondusif. Selanjutnya
karakteristik sosial ekonomi pekerja yang dilihat dari usia, pendidikan dan
pendapatannya secara statistik menunjukkan perbedaan antara pekerja yang
melakukan transformasi dengan tidak. Sedangkan jumlah keluarga yang menjadi
tanggungan pekerja antara dua kelompok tersebut tidak terbukti berbeda secara
signifikan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja untuk melakukan
transformasi sesuai hasil estimasi dengan model probabilitas liner, logit, dan
probit, yaitu usia, pendapatan dan luas lahan yang dimiliki pekerja. Sedangkan
tingkat pendidikan dan lingkungan tempat tinggal pekerja signifikan hanya pada
model pertama, serta jumlah keluarga yang ditanggung pekerja tidak signifikan di
semua model. Tetapi seluruh faktor-faktor tersebut secara serentak berpengaruh
terhadap keputusan untuk melakukan transformasi pekerjaan. Penelitian ini juga
mengidentifikasi bahwa pekerja yang melakukan transformasi pekerjaan
mengalami hambatan dalam proses tersebut. Selain itu terdapat manfaat lain
sebagai faktor non-ekonomi yang tidak / sulit diukur .
2.2 Transformasi Urbanisasi
Dewasa ini, masalah urbanisasi serta pemerataan penduduk dan ekonomi
seolah menjadi trend baru masyarakat Indonesia yang sekaligus menjadi PR utama
pemerintahan. Menurut data Price Waterhouse Cooper pada 2014, tingkat
populasi urbanisasi Indonesia sebesar 51,4 persen atau tertinggi kedua se-ASEAN
setelah Malaysia dengan angka sebesar 73,4 persen. Pada umumnya masyarakat
Indonesia saat ini, terutama di daerah terpencil sering menganggap bahwa
kehidupan terbaik di kota, bahkan orang-orang baru dianggap sukses ketika ia
mendapat pekerjaan di kota atau mengunjungi luar negeri, sehingga tidak sedikit
dari remaja dan orang dewasa sering merasa malu ketika dianggap sebagai
penduduk desa akhirnya mereka pun mulai malu menggunakan bahasa daerahnya
masing-masing.
Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan, “Pembangunan infrastruktur
Indonesia masih belum merata. Hal ini menjadikan tingginya penduduk miskin di
desa yang mendorong juga kepada tingginya tingkat urbanisasi (perpindahan desa
5
ke kota)”. Setiap hari berbondong-bondong warga pergi ke luar kota bahkan ke
luar negeri hanya untuk mendapatkan pekerjaan walaupun itu hanya sebagai
pembantu rumah tangga, sopir, dan lain-lain. Lebih parahnya lagi mereka tidak
mempersiapkan berbagai hal dengan matang, seperti pendidikan, moral, jaringan,
kompetensi ataupun yang lainnya sehingga tak jarang kita jumpai anak-anak di
pinggir jalan yang mencari uang baik mengamen ataupun secara langsung
meminta-minta. Akhirnya semakin hari jumlahnya pun semakin meningkat,
hingga tak jarang berbagai kasus kriminalitas pun terjadi di tengah-tengah negeri
ini. Selain itu hal ini juga disebabkan kurangnya masyarakat desa yang ingin
berwirausahan dan mengembangkan bisnisnya ataupun berinvestasi dengan
berbagai alasan seperti kurangnya modal, tidak memiliki pengetahuan, takut
tertipu dan bangkrut dan lain sebagainya, sehingga tertanam mindset di masyarakt
desa yaitu jika anda ingin menjadi pengusaha atau ingin jadi orang sukses maka
salah satu langkah pastinya yaitu pergi ke kota (urbanisasi).
Asumsi ini harus segera diubah oleh semua elemen masyarakat dan juga pihak
pemerintah, bahwa antara daerah pedesaan dan perkotaan sama, tidak ada yang
lebih baik atau lebih buruk, dan perlu diingat bahwa banyak sumber daya alam di
pedesaan yang belum tereksplorasi secara maksimal. Namun yang lebih penting
dari itu juga adanya pencerdasan masyarakat pedesaan mengenai berbagai hal baik
ketrampilannya, pendidikannya hingga pembangunan bebagai infrastruktur secara
cepat dan merata yang akan menjadi insentif investasi di masa yang akan datang.
Selain itu, hal ini juga harus di dukung oleh masayarakat baik yang ada di
pedesaan ataupun perkotaan. Mereka harus bisa mentransformasi diri mereka
ataupun lingkungannya salah satunya ketika adanya peristiwa mudik. Masyarakat
perkotaan bisa membawa budaya-budaya profesionalitas dan hidup sukses seperti
disiplin, kerja cerdas, berani menanggung resiko, dan lain sebagainya yang
ditransformasikan ke masyarakat pedesaan. Begitupun dengan masyarakat
pedesaan mereka bisa mengajarkan dan menularkan budaya-budaya kearifan lokal
seperti gotong royong, sopan santun, andhap ashor, ataupun yang lain yang akan
mengubah dan mentransformasi masyarakat perkotaan dalam kehidupannya
sehari-hari. Selain terjadi hal tersebut, tidak dipungkiri juga dalam arus mudik ini,
maka juga akan terjadi transformasi ekonomi. Oleh karena itu jika hal ini bisa
dilakukan maka akan terjadi kesinergisan antara masyarakat pedesaan dengan

6
masayarakat perkotaan dan tidak ada lagi yang namanya ketimpangan sosial di
negeri ini.

3. Transformasi Distribusi Pendapatan


3.1 Pengertian distribusi pendapatan
Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan dalam
penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua, kurva Lorenz.
Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi satu sama
lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan
distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan
garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini,
semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata. Demikian juga sebaliknya.
Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa pada tahap-
tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-
tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yang kemudian dikenal secara luas
sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik. Sementara itu menurut Oshima (1992) bahwa
negara-negara Asia nampaknya mengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan pendapatan.
Ardani (1992) mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar daerah merupakan
konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan
itu sendiri.
3.1.1 Distribusi ukuran
Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterima masing-
masing orang. Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income)
atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator
yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung
menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah
tangga. Yang diperhatikan di sini adalah seberapa banyak pendapatan yang diterima
seseorang, tidak peduli dari mana sumbernya, entah itu bunga simpanan atau
tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun warisan. Berdasarkan pendapatan
tersebut, lalu dikelompokkan menjadi lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles)
atau sepuluh kelompok yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan
mereka, kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing
kelompok. Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan nasional yang diterima
oleh masing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan ini mereka langsung
7
memperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di
masyarakat atau negara yang bersangkutan.
3.1.2 Kurva Lorens
Sumbu horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase
kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi atau kelompok terendah
(penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah total
penduduk. Pada titik 60 terdapat 60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya
sampai pada sumbu yang paling ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi
atau jumlah penduduk. Sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang
diterima oleh masing-masing persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut.
Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100 persen, sehingga kedua sumbu (vertikal
dan horisontal) sama panjangnya. GAMBAR KURVA LORENZ Setiap titik yang
terdapat pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya
(persentase penduduk yang menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau
populasi). Sebagai contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen
pendapatan yang tepat didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk. Titik
yang terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal melambangkan 75 persen
pendapatan nasional yang didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah penduduk.
Garis diagonal merupakan garis "pemerataan sempurna" (perfect equality) dalam
distribusi ukuran pendapatan. Persentase pendapatan yang ditunjukkan oleh titik-titik
di sepanjang garis diagonal tersebut persis sama dengan persentase penduduk
penerimanya terhadap total penduduk. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan
kuantitatif actual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu
dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh
dari total pendapatan selama, misalnya, satu tahun. Sumbu horisontal dan sumbu
vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama; sumbu vertikal mewakili
kelompok atau kategori (jumlah-jumlah) pendapatan, sedangkan sumbu yang
horisontal melambangkan kelompok-kelompok penduduk atau rumah tangga yang
menerima masing-masing dari kesepuluh kelompok pendapatan tersebut. Titik A
menunjukkan bahwa 10 persen kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk
hanya menerima 1,8 persen total pendapatan (pendapatan nasional). Titik B
menunjukkan bahwa 20 persen kelompok terbawah yang hanya menerima 5 persen
dari total pendapatan, demikian seterusnya bagi masing-masing 8 kelompok lainnya.

8
Perhatikanlah bahwa titik tengah, menunjukkan 50 persen penduduk hanya menerima
19,8 persen dari total pendapatan.

3.1.3 Indeks atau rasio gini

Adalah suatu koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1 menjelaskan kadar
kemerataan distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil koefesiennya, pertanda
semakin baik atau merata distribusi. Dipihak lain, koefesien yang kian besar
mengisyaratkan yang kian timpang atau senjang.

3.2 Transformasi Distribusi Pendapatan


Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita seseorang, ia cenderung
mengkonsumsi sebagian besar pendapatannya untuk non makanan dan juga
sebliknya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Proses Distribusi demografi dan Pendapatan dapat dilihat dari Alokasi Tenaga
Kerja dan Urbanisasi yang ada
2. Transformasi Keteneagakerjaan adalah penurunan distribusi tenaga kerja menurut
lapangan pekerjaan pertanian terhadap total tenaga kerja.
Transformasi Urbanisasi mengacu pada pergeseran populasi dari daerah pedesaan
ke perkotaan, "peningkatan bertahap jumlah orang yang tinggal di daerah
perkotaan", dan cara-cara di mana setiap masyarakat menyesuaikan diri dengan
perubahan ini.
3. Pengukuran distribusi Pendapatan ada 3, yaitu dengan :
1. Distribusi Ukuran
2. Kurva Lorenz
3. Indeks atau Rasio Gini

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu>pertumbuhan_distribusi_pendapatan

https://pdf_abstrak-7128

11

Anda mungkin juga menyukai