disarikan oleh :
Muhammad Afdi Nizar
Minggu
15
Program Diploma III
CHAPTER
18
Externalities
and
Public Goods
Disarikan oleh :
Prepared by:
Muhammad
Fernando & Afdi
YvonnNizar
Quijano
Diploma III
PKN
Copyright – STAN
© 2009 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall • Microeconomics • Pindyck/Rubinfeld, 7e.
OUTLINE
Diploma III Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
PKN – STAN
15.1 WHY MARKET FAIL
Penyebab
1. Kekuatan pasar (market power)
– Pihak yang memiliki market power memilih harga dan kuantitas
– Lebih sedikit output yang dijual dibandingkan pasar kompetitif
– Inefisiensi
– Bisa memiliki market power karena sebagai produsen atau
karena input
Market Power
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.1 WHY MARKET FAIL
Incomplete Information
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.1 WHY MARKET FAIL
3. Externalities
Terkadang harga pasar tidak mencerminkan aktivitas produsen
atau konsumen.
Ada eksternalitas (externality) ketika aktivitas konsumsi atau
produksi memiliki efek tidak langsung pada aktivitas konsumsi
atau produksi lainnya yang tidak tercermin langsung dalam
harga pasar.
Mungkin mustahil mendapatkan asuransi karena pemasok
asuransi kekurangan informasi
Kegagalan pasar muncul ketika pasar gagal memasok barang
yang bernilai bagi banyak konsumen.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 EXTERNALITIES
Negative Externalities dan Inefficiency
Skenario – limbah pembuangan pabrik
– Marginal External Cost (MEC) : peningkatan biaya yang
dibebankan pada nelayan di hilir untuk setiap tingkat
produksi.
– Marginal Social Cost (MSC) = MC + MEC.
– Dapat ditunjukkan keputusan perusahaan pasar yang
kompetitif dan kurva permintaan & penawaran pasar.
Asumsikan perusahaan memiliki fungsi produksi dengan
proporsi tetap dan tidak dapat mengubah kombinasi inputnya
– Satu-satunya cara untuk mengurangi limbah adalah
dengan mengurangi output
Harga baja dan jumlah baja yang awalnya diproduksi adalah
pada perpotongan penawaran dan permintaan
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 EXTERNALITIES
Negative Externalities dan Inefficiency
Kurva MC untuk perusahaan itu adalah biaya produksi
marjinal (marginal costs of production)
Perusahaan memaksimisasi profit dengan memproduksi
pada saat MC = P (harga) di perusahaan yang kompetitif
Karena output perusahaan bertambah, biaya eksternal
pada nelayan bertambah, yang diukur dengan kurva
MEC (marginal external cost)
Dari sudut pandang sosial, perusahaan itu memproduksi
output terlalu banyak
Eksternalitas negatif mendorong perusahaan yang tidak
efisien tetap bertahan dalam industri dan menciptakan
produksi yang berlebihan dalam jangka panjang.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 EXTERNALITIES
Negative Externalities and Inefficiency
Gambar 1. External Cost
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 EXTERNALITIES
Negative Externalities and Inefficiency
Gambar 1. External Cost (continued)
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
14
15.2 EXTERNALITIES
Negative Externalities and Inefficiency
MC MSCI
S = MCI
Aggregate
social cost dari
P* eksternalitas
negatif
P1 P1
MECI
MEC
D
q* q1 Firm output Q* Q1 Industry output
Chapter 18
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 EXTERNALITIES
Positive Externalities and Inefficiency
Eksternalitas juga bisa menyebabkan produksi sangat
sedikit, sebagaimana dapat dilihat dalam contoh perbaikan
rumah dan lansekap.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
Asumsi : market failure adalah polusi
– Keputusan output dan keputusan emisi adalah independen
– Perusahaan telah memilih tingkat output yang memaksimisasi
profit
– MSC = marginal social cost dari emisi
• Ekuivalen dengan MEC dari sebelumnya
• Upward sloping karena bahaya yang secara substansial meningkat
seiring dengan meningkatnya polusi
− MCA = marginal cost of abatement (biaya marjinal pengurangan
emisi)
• Biaya tambahan bagi perusahaan untuk mengontrol polusi
• Downward sloping karena jika emisi tinggi, sedikit biaya untuk
mengontrolnya
Pengurangan besar membutuhkan perubahan yg mahal dalam proses produksi
Jika perusahaan tidak mempertimbangkan pengurangan,
tingkat maksimisasi profit mereka adalah 26 unit emisi
– Tingkat di mana MCA = nol
Tingkat emisi yg efisien secara sosial = 12 MSC = MCA
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
An Emissions Standard
● standar emisi (emissions standard) Batas hukum (legal)
tentang jumlah polutan yang dapat dikeluarkan perusahaan.
Tingkat emisi yang efisien
pada E* bisa dicapai melalui
emissions fee atau standar
emisi.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
Tradeable Emissions Permits
● tradeable emissions permits Sistem izin yang dapat
dipasarkan, dialokasikan di antara perusahaan, yang
menentukan tingkat maksimum emisi yang dapat dihasilkan.
Izin emisi yang dapat dipasarkan menciptakan pasar untuk
eksternalitas. Pendekatan pasar ini menarik karena
menggabungkan beberapa fitur menguntungkan dari sistem
standar dengan keunggulan biaya dari sistem fee.
Harga dari izin yang dapat diperdagangkan untuk emisi sulfur dioksida berfluktuasi
antara $100 dan $200 pada periode 1993 hingga 2003, tetapi kemudian meningkat
tajam selama tahun 2005 dan 2006 sebagai respon terhadap peningkatan
permintaan atas izin. Sejak itu, harga berfluktuasi sekitar $400 hingga $500 per ton.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
Recycling
Gambar 8. The Efficient Amount of Recycling
Ketika jumlah
pembuangan sisa
(limbah) meningkat,
biaya privat marjinal,
MC, meningkat, tetapi
pada tingkat yang jauh
lebih rendah daripada
biaya sosial marjinal,
MSC.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
Recycling
The Efficient Amount of Recycling
(continued)
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
Refundable Deposits
Gambar 10. Refundable Deposits
(continued)
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 WAYS OF CORRECTING MARKET FAILURE
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.2 EXTERNALITIES AND PROPERTY RIGHTS
Property Rights
● property rights Aturan hukum yang menyatakan apa
yang orang atau perusahaan dapat lakukan dengan properti
mereka.
Bargaining and Economic Efficiency
Efisiensi ekonomi dapat dicapai tanpa campur tangan pemerintah
ketika eksternalitas memengaruhi beberapa pihak yang relatif sedikit
dan ketika hak kepemilikan ditentukan dengan baik.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.3 PUBLIC GOOD
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.3 PUBLIC GOOD
Efficiency and Public Goods
Gambar 11. Efficient Public Good Provision
Jika suatu barang adalah
nonrival, manfaat
marginal sosial (MSB)
dari konsumsi, yang
ditunjukkan oleh kurva
permintaan D, yang
ditentukan dengan
menjumlahkan secara
vertikal kurva permintaan
individu untuk barang
tersebut, D1 dan D2.
Pada tingkat output yang
efisien, permintaan (D)
dan kurva biaya marjinal
(MC) berpotongan.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.3 PUBLIC GOOD
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Bagaimana jika konsumen dan perusahaan tidak selalu mengikuti
model perilaku ekonomi "rasional"? Dalam bab ini kita
mempelajari aspek psikologis bagaimana orang membuat
keputusan.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Reference Points & Consumer Preferences
Endowment Effect
Endowment effect Kecenderungan individu untuk menilai
lebih suatu barang ketika memilikinya dibandingkan saat tidak
memilikinya.
Salah satu cara untuk memikirkan efek ini adalah dengan
mempertimbangkan kesenjangan antara harga yang
seseorang bersedia membayar (willing to pay, WTP) untuk
suatu barang dengan harga seseorang bersedia menjual
barang (willing to sell, WTS) yang sama kepada orang lain.
Loss Aversion
Loss aversion Kecenderungan individu untuk lebih
memilih menghindari kerugian daripada memperoleh
keuntungan.
Efek ini cenderung menghilang karena konsumen
memperoleh pengalaman yang relevan.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Reference Points & Consumer Preferences
Framing
Framing Kecenderungan untuk tergantung pada suatu
konteks yang mendeskripsikan suatu pilihan ketika membuat
keputusan.
Salience
Salience Persepsi pentingnya suatu barang atau jasa.
Salience terkait erat dengan pembingkaian — penekanan
pada fitur produk atau jasa, yang merupakan cara
pembingkaian pilihan konsumen.
Karena banyak konsep penting dari ekonomi perilaku,
akuntansi untuk salience memperkaya teori ekonomi mikro
dasar dalam beberapa cara.
1. memberi penekanan pada fitur2 penting, yg dapat meningkat-
kan akurasi keyakinan individu tentang pilihan yang tersedia.
2. meningkatkan pengetahuan individu tentang biaya dan manfaat
Diploma IIIdari pilihan2 itu.
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Reference Points & Consumer Preferences
Contoh : Penjualan Rumah
Pemilik seringkali akan menetapkan harga yang diinginkan jauh di
atas ekspektasi realistis berapa sebenarnya rumah dapat dijual.
Selama itu pemilik harus terus merawat rumah dan membayar pajak,
utilitas, dan asuransi. Tampak tidak rasional, mengapa tidak mene-
tapkan harga yg diminta mendekati harga yg akan ditanggung pasar?
− Endowment effect sedang bekerja di sini. Pemilik rumah
menganggap rumah mereka istimewa (spesial).
Jika harga rumah turun, penghindaran kerugian (loss aversion) juga
bisa terjadi.
− Selama ledakan bubble perumahan tahun 2008, beberapa pemilik
rumah terpengaruh oleh loss aversion ketika memutuskan harga
yang diminta, terutama jika mereka membeli rumah pada waktu
mendekati puncak bubble. Menghindari kenyataan loss bisa
berfungsi untuk menjelaskan keengganan pemilik rumah untuk
mengambil langkah terakhir dalam menjual rumah mereka.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Fairness
Orang terkadang melakukan sesuatu karena merasa pantas atau adil
(fair) untuk melakukannya, meskipun tidak ada keuntungan finansial
atau materi lainnya. Contohnya termasuk pemberian amal, waktu
sukarela, atau memberi tip di restoran.
Gambar 12. Demand for snow shovels
Kurva demand D1 berlaku selama cuaca normal.
Toko-toko menetapkan harga $20 dan menjual Q1
sekop per bulan. Saat badai salju melanda, kurva
deman bergeser ke kanan. Seandainya harga
tetap $20, kuantitas yang diminta akan meningkat
menjadi Q2.
Overconfidence
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Gambar 13. An overconfident investor
Seorang investor membagi dananya
menjadi dua aset : Treasury bills, yang
bebas risiko, dan saham. Garis anggaran
menggambarkan trade-off antara returns
yang diharapkan dan risiko, yang diukur
dengan deviasi standar dari returns.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Paying Not To Go To The Gym
Sebagian besar konsumen mengalami kesulitan memprediksi
seberapa sering mereka akan berolahraga setiap minggu.
Berdasarkan persepsi mereka tentang seberapa banyak mereka
akan bekerja setiap minggu, apakah memilih opsi keanggotaan
yang sepenuhnya rasional dan memaksimalkan utilitas?
Jawabannya adalah tidak, menurut sebuah studi menarik tentang pilihan konsumen atas
keanggotaan klub kesehatan yang dilakukan oleh lebih dari 7.000 individu di wilayah Boston.
Klub kesehatan menawarkan tiga kontrak keanggotaan alternatif: (1) keanggotaan bulanan
$70 per bulan dengan penggunaan tidak terbatas; (2) keanggotaan tahunan sebesar $700,
sekali lagi dengan penggunaan tidak terbatas; dan (3) opsi bayar-per-kunjungan baik $12 per
kunjungan atau $100 untuk tiket sepuluh kunjungan.
Menganalisis pilihan aktual, penulis menemukan bahwa konsumen terlalu optimis sehubungan
dengan seberapa sering mereka akan berhasil. Misalnya, konsumen yang memilih biaya
bulanan $70 yang tidak terbatas akhirnya pergi ke gym hanya 4,3 kali per bulan. Mereka bisa
saja memilih untuk membeli tiket masuk sepuluh kali atau cukup membayar $12. Temuan
serupa berlaku bagi mereka yang membeli keanggotaan tahunan.
Namun, anggota bulanan dan tahunan benar-benar mempelajari pola kehadiran mereka dan
menyesuaikannya — beberapa mengubah kontrak mereka dan yang lain membatalkan
keanggotaan mereka.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Bubbles
Banyak orang mengira bahwa potensi Internet sebenarnya tidak terbatas, dan
ya, Internet telah mengubah cara hidup kebanyakan dari kita. Tapi apakah itu
berarti bahwa setiap perusahaan dengan nama yang diakhiri dengan ".com"
pasti akan mendapat untung tinggi di masa depan? Mungkin tidak.
Namun banyak investor (mungkin "spekulan" adalah kata yang lebih baik)
membeli saham perusahaan Internet dengan harga yang sangat tinggi, harga
yang semakin sulit untuk dibenarkan berdasarkan pada fundamental.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Contoh : Housing Price Bubble (1)
Pada tahun 1998, indeks harga rumah S&P/Case-Shiller menunjukkan
harga rumah mulai naik dengan cepat, dengan kenaikan indeks sekitar
10 persen per tahun hingga mencapai puncaknya 190 pada tahun
2006. Selama 8 tahun tersebut, banyak orang membeli mitos bahwa
perumahan adalah investasi yang pasti berhasil, dan bahwa harga
hanya bisa terus naik.
Banyak bank juga mempercayai mitos ini dan menawarkan hipotek kepada orang-orang dengan
pendapatan jauh di bawah yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok bulanan
dalam jangka panjang.
Pada tahun 2007 harga-harga mulai turun dengan cepat, dan pada tahun 2008 menjadi jelas bahwa
ledakan besar perumahan hanyalah sebuah gelembung (bubble), dan gelembung tersebut telah
pecah. Dari puncaknya di awal tahun 2006 hingga 2011, harga rumah turun lebih dari 33 persen
secara nominal. (Secara riil, turun hampir 40% persen.) Di beberapa negara bagian, penurunan harga
jauh lebih buruk.
Negara-negara Eropa mengalami nasib serupa, berkontribusi pada krisis utang di seluruh dunia.
Gelembung lain yang tampak belum mengempis. Banyak kota di Cina, termasuk Shanghai dan
Beijing, mengalami kenaikan harga perumahan dan tanah dengan cepat, dengan beberapa
apartemen dilaporkan berlipat ganda nilainya dalam beberapa bulan saja.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Housing Price Bubble (1)
Gambar 15. Interest rates paid on credit
card balances
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Informational Cascades
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Contoh : Housing Price Bubble (2)
Kaskade informasi dapat membantu menjelaskan
gelembung perumahan yang terjadi di AS dan negara lain.
Proyeksi tersebut didasarkan pada meningkatnya jumlah pensiunan tua yang ingin
pindah ke tempat yang hangat, dan sebagian pada masuknya imigran dengan keluarga
atau akar lain di Miami.
Jika investor bertindak atas dasar keyakinan bahwa para analis ini telah
menyelesaikan pekerjaan rumah mereka, investasi mungkin masuk akal.
Rasional atau tidak, investor seharusnya tahu bahwa ada risiko besar yang terlibat
dalam pembelian real estat di sana. Melihat ke belakang, sekarang kita tahu bahwa
banyak dari investor ini kehilangan baju mereka (belum lagi rumah mereka).
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Rules of Thumb and Biases in Decision Making
Housing Price Bubble (2)
Gambar 16. S&P/Case-Shiller Housing Price
Index for Five Cities
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Behavioral Economic and Public Policy
Respons khas terhadap emisi karbon dioksida (CO2) yang berlebihan seperti
yang disarankan oleh analis kebijakan adalah pajak karbon (carbon tax), yang
akan menaikkan biaya privat marjinal (marginal private cost, MPC ) dari
pembakaran bahan bakar fosil dan dengan demikian mengurangi emisi CO2.
Akan tetapi, ini mengasumsikan bahwa perusahaan dan konsumen sepenuhnya
mengetahui tentang biaya privat mereka sendiri untuk membakar bahan bakar
fosil. Tapi asumsi ini mungkin salah.
Mungkin saja jika mereka mendapat informasi yang tepat, konsumen dan
perusahaan, sendiri dan tanpa insentif pajak, akan mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil. Demikian pula, konsumsi energi dapat dikurangi jika
konsumen lebih tahu tentang penghematan biaya isolasi yang lebih baik,
termostat "cerdas", dan sebagainya.
Di sinilah ekonomi perilaku berperan dalam desain kebijakan publik. Jika tujuan
kebijakan adalah untuk mengurangi penggunaan energi, perlu dimahami
bagaimana perilaku orang mempengaruhi keputusan yang mereka ambil terkait
energi.
Salah satu elemen kebijakan publik adalah mendidik konsumen tentang bohlam
LED, mungkin melalui iklan berbayar atau bahkan kelas tentang "ekonomi dan
keuangan rumah tangga" di sekolah dan perguruan tinggi.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Behavioral Economic and Public Policy
Gambar 17. External cost—a behavioral analysis
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved
15.4 BEHAVIORAL ECONOMICS
Behavioral Economic and Public Policy
Dalam kasus emisi CO2 dan perubahan iklim, ada cara lain yang mendorong
konsumen dan perusahaan untuk mengurangi konsumsi energi mereka. Salah
satu contohnya adalah persuasi/bujukan moral (moral persuasion).
Kesimpulan
Haruskah kita membuang teori konsumen tradisional yang dibahas di Bab
sebelumnya? Tidak semuanya. Faktanya, teori dasar yang dipelajari hingga saat
ini bekerja dengan cukup baik dalam banyak situasi.
Diploma III
PKN – STAN Copyright © 2016, 2012, 2009 Pearson Education, Inc. All Rights Reserved