Anda di halaman 1dari 18

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 (bahasa Inggris: ASEAN Economic Community

(AEC)) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas
antarnegara-negara ASEAN.[1] Seluruh negara anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini.
MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.

Dalam menghadapi persaingan yang teramat ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN
haruslah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang trampil, cerdas, dan kompetitif.

Referensi
1. ^ Pengertian dan Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN)

Pemerintahan Piagam · Kawasan perdagangan bebas

Negara Brunei · Filipina · Indonesia · Kamboja · Laos · Malaysia · Myanmar ·


anggota Singapura · Thailand · Vietnam

Perluasan Papua Nugini · Timor Leste · Kepulauan Solomon · Bangladesh

KTT/forum KTT ASEAN · ASEAN +3 · ASEM · KTT Asia Timur

Bendera Negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara · Lagu


Kebangsaan Negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara · Lambang
Artikel terkait Negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara · · SEA Games ·
Sekretariat ASEAN · Waktu Negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara · Masyarakat Ekonomi ASEAN
Home » MEA » Pengertian Mea dan Ciri-ciri Masyarakat Ekonomi ASEAN

Pengertian Mea dan Ciri-ciri Masyarakat Ekonomi ASEAN

Pengertian Mea dan Ciri-ciri Masyarakat Ekonomi ASEAN | MEA merupakan singkatan dari Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomu ASEAN dengan cara membentuk sistem
perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN. Para anggota ASEAN termasuk
Indonesia telah menyepakati suatu perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut. MEA adalah istilah
yang hadir dalam indonesia tapi pada dasarnya MEA itu sama saja dengan AEC atau ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY.

Awal mula MEA berawal pada KTT yang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada tanggal 1997 dimana para
pemimpin ASEAN akhirnya memutuskan untuk melakukan pengubahan ASEAN dengan menjadi suatu
kawasan makmur, stabil dan sangat bersaing dalam perkembangan ekonomi yang berlaku adil dan dapat
mengurangi kesenjangan dan kemiskinan sosial ekonomi (ASEAN Vision 2020).

kemudian dilanjutkan pada KTT bali yang terjadi pada bulan Oktober pada tahun 2003, para pemimpin
ASEAN mengaluarkan pernyataan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA akan menjadi sebuah
tujuan dari perilaku integrasi ekonomi regional di tahun 2020, ASEA SECURITY COMMUNITY dan
beberapa komunitas sosial Budaya ASEAN merupakan dua pilar yang tidak bisa terpisahkan dari
komunitas ASEA. Seluruh pihak diharapkan agar dapat bekerja sama secara kuat didalam membangun
komunitas ASEAN di tahun 2020.

Pengertian Mea dan Ciri-ciri Masyarakat Ekonomi ASEAN

pengertian mea

Kemudian, selanjutnya pada pertemuan dengan Menteri EKonomi ASEAN yang telah diselenggarakan di
bulan Agustus 2006 yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia mulai bersepakat untuk bisa memajukan
masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA dengan memiliki target yang jelas dan terjadwal dalam
pelaksanaannya.

Di KTT ASEAN yang ke-12 di bulan Januari 2007, para pemimpin mulai menegaskan komitmen mereka
tentang melakukan percepatan pembentukan komunitas ASEAN di tahun 2015 yang telah diusulkan oleh
ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II, dan adanya penandatanganan deklarasi CEBU mengenai
percepatan pembentukan komunitas ekonomi ASEAN di tahun 2015 dan untuk melakukan pengubahan
ASEAN menjadi suatu daerah perdagangan yang bebas barang, investasi, tenaga kerja terampil, jasa dan
aliran modal yang lebih bebas lagi.

Ciri-ciri dan Unsur Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)

MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN ialah suatu realisasi dari tujuan akhir terhadap integrasi ekonomi
yang telah dianut didalam ASEAN Visi 2020 yang berdasarkan atas konvergensi kepentingan para negara-
negara anggota ASEAN untuk dapat memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi lewat inisiatif
yang ada dan baru dengan memiliki batas waktu yang jelas. Didalammendirikan masyarakat ekonomi
ASEAN atau MEA, ASEAN mesti melakukan tidakan sesuai dengan pada prinsip-prinsip terbuka,
berorientasi untuk mengarah ke luar, terbuka, dan mengarah pada pasar ekonomi yang teguh pendirian
dengan peraturan multilateral serta patuh terhadap sistem untuk pelaksanaan dan kepatuhan komitmen
ekonomi yang efektif berdasarkan aturan.

MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi tunggal yang dapat membuat
ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan adanya mekanisme dan langkah-langkah dalam
memperkuat pelaksanaan baru yang berinisiatif ekonomi; mempercepat perpaduan regional yang ada
disektor-sektor prioritas; memberikan fasilitas terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja memiliki bakat dan
terampil; dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di ASEAn. Menjadi langkah awal dalam
mewujudkan MEA atau MAsyarakat Ekonomi ASEAN.

Di saat yang sama, MEA akan dapat mengatasi kesenjangan pada pembangunan dan melakukan
percepatan integrasi kepada negara Laos, Myanmar, VIetnam dan Kamboja lewat Initiative for ASEAN
integration dan inisiatif dari regional yang lainnya.

Adapun bentuk kerjasamanya ialah

– Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas

– Pengakuan terkait kualifikasi profesional

– Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi.

– Memilik langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan.

– Meningkatkan infrastruktur.

– melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN.

– Memperpadukan segala industri yang ada diseluruh wilayah untuk dapat mempromosikan sumber
daerah.
– meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau Masyarakat Ekonomi
ASEAN.

Pentingnya digalakkannya perdagangan eksternal kepada ASEAN dan keperluan dalam komunitas ASEAN
yang secara keseluruhan untuk tetap dapat menatap kedepan.

Adapun ciri-ciri utama MEA

– Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif.

– Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata.

– Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global

– Basis dan pasar produksi tunggal.

Ciri-ciri ini akan sangat saling berkaitan dengan kuat. Dengan memasukkan pada unsur-unsur yang paling
dibutuhkan dari setiap masing-masing ciri-ciri dan mesti dapat memastikan untuk konsisten dan adanya
keterpaduan dari unsur-unsur dan pelaksanaannya yang tepat dan bisa saling mengkoordinasi antara
para pemangku kekuasaan atau kepentingan yang punya relevansi.
Pengertian MEA. Memasuki tahun 2016, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diberlakukan
termasuk di Indonesia. MEA itu singkatan untuk bahasa Indonesia namun dalam bahasa Inggris ditulis
dengan istilah ASEAN Economic Community (AEC).

Walaupun sudah memasuki era baru sebuah perdagangan antar negara Asean namun ternyata cukup
banyak masyarakat tanah air yang belum mengerti apa itu MEA.

Peneliti Ekonomi bidang Ekonomi Internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pangky Tri
Febiyansyah, mengungkapkan bahwa melalui penelitian 30% masyarakat tanah air belum paham arti
MEA.

Ketika berbicara kepada Tempo, Jumat (1/01/2016), Pangky mengatakan, “Kesimpulan kami,
pemerintah terlambat melakukan sosialisasi. Kami meneliti 2.300 responden di 16 provinsi dengan
sistem random baik pengusaha, masyarakat, setelah itu kriteria profesi dan mendatangi asosiasi sambil
melakukan pengamatan. Mereka tidak paham. Tidak tahu juga MEA itu apa, manfaatnya apa.”

Apa itu MEA ?

MEA atau AEC adalah bentuk kerjasama antar anggota negara-negara ASEAN yang terdiri dari Brunei,
Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Infografis Ini Peta 10 Negara ASEAN Anggota MEA atau AEC

Infografis : Ini Peta 10 Negara ASEAN Anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau AEC

Melalui MEA yang diawali tahun 2016 terjadi pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan ASEAN.
Sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN.
MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.
MERGER (PENGGABUNGAN PERUSAHAAN)

Sejarah singkat Merger:

1. Sejarah merger di ASterbagi menjadi empat periode

 Periode pertama (1881-1911)the robber barrons membentuk

trust secara besar-besaran dg jln menyatukan atau

menggabungkan perusahaan2 saingannya, shg mereka dpt

menguasai pasarmerger horizontal.

 Periode kedua (1920an)ditandai dgn menjamurnya praktek

merger vertikal. Tujuannya adl menjamin stabilitas pengadaan

bhn2 yg diperlukan bagi produksi.

 Periode ketiga (akhir dasawarsa th 1960an)mulai dipraktekkan merger

konglomerat. Tujuan adl u/ mendorong perluasan perusahaan melalui diversifikasi

usaha dan resiko.

 Perode keempat (awal dasawarsa th 1980an)th 1982 praktek merger mengalami

peningkatan yg tinggi. Sekitar 75 dr 100 peristiwa merger di AS terjadi pd th ini.

2. Sejarah merger di Indonesiadiawali pd akhir th 1950an dg kebijakan nasionalisasi

walaupun bukan merger dalam arti yang murni. Baru pd th 1970an merger sbg cara

penyatuan mulai dipraktekkan dgn keluarnya KEPMEN Keuangan RI No

Kep.614/MK/II/8/1971 tentang Pemberian Kelonggaran Perpajakan Kepada Bank2

Swasta Nasional yg melakukan Penggabungan (Merger). Peningkatan praktek merger

di Indonesia blm diimbangi dengan kemajuan hk ekonomi terutama hukum ttg

merger yg berlaku umum dan lengkap isinya

Teori Merger

 Definisi Mergerberasal dari kata merge (memfusikan/menggabungkan).

 Hukum Perusahaan; Merger is absorption of one company by another, latter retaining its

own name and identity and acquiring assets, liabilitiees, franchises, and, and powers of

former, and absorbed company ceasing to exist as separate business entity. (Henry
Campbell Black)

 The term merger refers to the combination of two corporations after which one of the

corporations carries on the combined business and the other ceases to exist in separate

form. (Byron E. Fox and Eleanor E.Fox)

 The Absorption of one or more companies (target company or target companies) by

another company (absorbing company). The absorbing company will continue to exist

(with or without changing its name) and take over the assets and liabilities and rights

and obligationsof other company will cease to exist. (M. Idwan Ganie)

Merger adalah penggabungan usaha dari

dua atau lebih perusahaan yang pada

akhirnya bergabung kedalam salah satu

perusahaan yang telah ada sebelumnya.

(Bacellius Ruru)

 Merger adl penggabungan dua badan

usaha yg relatif berimbang kekuatannya,

sehingga terjadi kombinasi baru yang

saling membantu. (Christianto Wibisono)

 Unsur-unsur merger:

1. Merger adl salah satu cara penyatuan

perusahaan, disamping peleburan usaha

(konsolidasi) dan pengambilan perusahaan

(akuisisi).

2. Merger melibatkan dua pihak yi pihak yg

menerima penggabungan (absorbing

company/ surviving company) dan perusahaan

yg menggabungkan diri (absorbed company/

target company)

3. Perusahaan yg menerima penggabungan akan

menerima / mengambil alih seluruh saham


(shares/stocks), harta kekayaan (assets), hak (rights),

kewajiban (obligations) dan hutang (liabilities)

perusahaan yg menggabungkan diri.

 Konsolidasisemua perusahaan yg melakukan

peleburan kemudian hilang identitas dan

kedudukannya sbg perusahaan dan yg lahir kemudian

adalah sebuah perusahaan baru.

 Akuisisi suatu perusahaan menguasai kegiatan atau

usaha perusahaan lainnya melalui pengambil alihan

(pembelian) sebagian terbesar atau seluruh saham

dari perusahaan lainnyamelahirkan hubungan induk

dan anak perusahaan.

Bentuk-bentuk Merger Perusahaan

1. Jenis kegiatan usaha perusahaan-perusahaan

yg terlibat.

 Merger horizontalmerger yg dilakukan o/

perusahaan2 yg memiliki jenis & tk kegiatan

usaha yg sama, dan sebelumnya saling

bersaing di dalam memproduksi barang/ jasa

yg sama atau menjual dalam suatu wilayah

pemasaran.

 Merger vertikal merger yg dilakukan oleh

perusahaan2 yg bergerak di dalam bidang

usaha yg sejenis tetapi berbeda tingkat

operasinya.

Merger konglomeratmerger yg

dilakukan yg saling tidak mempunyai

hubungan baik dalam arti horizontal

maupun vertikaldilihat dari motif


ekonomi dibagi menjadi 3

bentukGeographic market extension

mergers, Product extention mergers,

Pure conglomerate mergers

 Sudut kedudukan absorbing company managerial

conglomerates merger, financial conglomerates

merger, industrial conglomerates merger.

2. Status hukumnya

 Statutory Mergersmerger yg dilakukan berdasarkan

ketentuan2 hukum yg berlaku

 De-Facto Mergersmerger yg dilakukan tanpa

didukung oleh peraturan2 hukum yg berlaku.

Perusahaan yg digabungkan secara hukum msh

dianggap hidupakuisisi asset.

3. Sikap Direksi Agreed Merger, Unopposed Merger,

Defended Merger.

Motivasi Merger

1. Teori Efisiensimerger akan melahirkan

sinergigabungan faktor2 yg komplementer

akan melahirkan keuntungan yg berlipat

ganda sinergi manajemen, sinergi operasi

dan sinergi keuangan.

2. Teori Diversifikasi bidang usaha yg beraneka

ragam akan menjaga stabilitas pendapatan

perusahaan.

3. Teori kekuatan pasar meningkatkan market

share (pangsa pasar) dari perusahaan2 yg

tadinya saling bersaing dalam menjual produk

yg sama.
4. Teori keuntungan pajakpengurangan

pajak.

5. Teori undervaluationpenilaian harta yg

lebih rendah dari harga sebenarnya pada

suatu perusahaan akan mendorong

minat perusahaan lain untuk

menggabungkan dgn perusahaannya.

6. Teori Prestige

Metode Pelaksanaan Merger

1. Metode statutory merger

Absorbing company & target company membuat

kesepakatan

Target comp mengalihkan seluruh harta hak dan

kewajiban kepada absorbing comptarget comp

membubarkan diri & absorbing comp terus

menjalankan aktivitasnya.

Para pemegang saham target comp menerima

penggantian dlm btk saham pd absorbing comp.

Apabila pemegang shm target comp ada yg menolak

kompensasi shm diganti uang tunai sesuai nilai

saham

2. Cash Merger pengembangan statutory

merger pemegang saham pada target comp

seluruhnya menerima kompensasi dlm btk

uang tunai.Hal ini terjadi apabila absorbing

comp tdk menghendaki pemegang shm target

comp menjadi pemegang shm prshnnya.

3. Triangular Merger Absorbing comp

membentuk perusahaan sbg anak perusahaan.


Anak perusahaan inilah yg bertindak sbg

absorbing comp. Pemegang shm target comp

diberikan dlm btk tunai dr perusahaan induk.

4. Reverse – Triangular Merger Target

comp yang membentuk anak perusahaan

yg akan berfungsi sbg target comp.

Perusahaan induk target comp menerima

kompensasi dlm uang tunai atau saham

pada absorbing comp. Hal ini dpt terjadi

apabila target comp memiliki kegiatan

usaha yg berbeda sdg absorbing comp

hny berminat pada salah satu jenis

usaha saja.

5. Short form Merger  merger dilakukan

antara induk perusahaan dengan anak

perusahaan yg sahamnya dimiliki

seluruhnya atau sebagian  up-stream

merger dan down-stream.

6. Merger menurut prinsip akuntansi

pooling of interest method dan

purchase method

Masalah-masalah yang timbul

dalam merger

1. Masalah akuntansi dan perpajakanterkait

dgn pooling of interest method dan purchase

method.

2. Perlindungan bagi pemegang saham minoritas

 target company maupun absorbing comp.

3. Masalah intern dari target company keadaan


saham dan pemegang sahamnya, kedudukan

serta wewenang Direksi dan Komisaris,

keadaan aktiva dan pasiva perizinan dan

sebagainya. Merger akan mengalami

kegagalan apabila keadaan target comp tdk

menjelaskan keadaan yg sebenarnya

4. Masalah Tender Offer  dilakukan ketika

manajemen absorbing comp menghadapi

direksi target comp yang menentang

merger.

5. Masalah monopoli

 Target umum Merger

1. Meningkatkan konsentrasi pasar

2. Meningkatkan efisiensi

3. Pengembangan inovasi baru

4. Alat investasi

5. Sarana alih teknologi

6. Akses Internasional

7. Meningkatkan daya saing

8. Memaksimalkan sumber daya

9. Menjamin pasokan bahan baku


KOMBINASI BISNIS

KonsepPenggabungan Usaha (Business Combination)

Pengertian Penggabungan UsahaDunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam
jenis produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul
persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan.Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama
yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui
penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis
maupun yang tidak sejenis.

Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun


1999:”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith)
perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”. Sedangkan
menurut Hadori Yunus (1981 : 224), pengertiannya adalah sebagai berikut:”Penggabungan badan usaha
adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam
satu kesatuan ekonomis.”

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha
pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih
perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.

Jenis dan Bentuk Penggabungan Usaha

a) Jenis-jenis penggabungan usahaBerdasarkan PSAK No. 22 paragraf 08 tahun 1999, terdapat dua
jenis penggabungan usaha yaitu:

i) Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi
(acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

ii) Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha
dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas
seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut
dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan,
sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer).

b) Bentuk-bentuk penggabungan usaha. Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin


S (2002 : 240-241) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut :
i. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan
usaha sebagai berikut:- Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang
sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya
penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis
dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut.

- Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai


hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok
(supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian
bahan baku dan kontinuitas produksi.- Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari
penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari
perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung
dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering).

ii. Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :

- Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang
kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan.
Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status
hukum adalah perusahaan yang membelinya.- Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu
penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu
perusahaan baru

- Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham
perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai
tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya.

Kebijakanbisniskombinasi

Kebijakanbisniskombinasitelah menjadi fenomena yang teramati sejak akhir 1800-an. Wyatt


mengkategorikan fenomena ini sebagai berikut:

1. Era Klasik —periode dari 1890 sampai 1904, berdasarkan pasasi Sherman Act. Kombinasi tersebut
pada umumnya dilakukan melalui perusahaan holding dengan tujuan integrasi vertikal atas keseluruhan
operasi dari perolehan material sampai ke penjualan produk.

2. Gelombang Kedua —periode dari akhir PD-1 sampai pada akhir 1920an. Kombinasi pada umumnya
akuisis sedikit demi sedikit untuk tujuan ekspansi operasi melalui perusahaan yang diakuisisi.

3. Gelombang Ketiga —Periode dari akhir PD-2 sampai setelah 1960an. Kombinasi ini juga dilakukan
melalui akusisi sedikit demi sedikit dengan tujuan memperkuat posisi kompetitif, diversifikasi ke area
baru, atau untuk menjaga keterbaruan terkait perubahan teknologi.

Sebagai tambahan alasan kombinasi, beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan organisasi bisnis
mempertimbangkan untuk melakukan kombinasi dengan organisasi lain adalah:

1. Konsekuensi pajak —perusahaan pembeli memperoleh keuntungan dari mengakrualkan rugi


operasi tangguhan dari perusahaan yang diakuisisi.
2. Pertumbuhan dan diversifikasi —perusahaan pembeli ingin mengakuisisi produk baru atau
memasuki pasar baru.

3. Pertimbangan finansial —aset yang lebih besar bisa memudahkan perusahaan untuk memperoleh
tambahan dana dari pasar modal.

4. Tekanan kompetisi —skala ekonomi dapat mengangkat situasi kompetisi pasar yang tinggi.

5. Profit dan pensiun —penjual bisa saja termotivasi oleh profit yang tinggi atau ingin pensiun.

Akuntansi untuk Kombinasi Bisnis

Sebagai sebuah konsep akuntansi, kombinasi bisnis merupakan upaya menggabungkan dua atau lebih
entitas bisnis ke dalam satu entitas akuntansi. Kombinasi bisnis terjadi apabila satu entitas mengakuisis
aset bersih atau kepentingan ekuitas pada satu atau beberapa entitas dan memperoleh pengendalian
atas entitas tersebut. Berdasarkan GAAP terbaru, pengendalian sederhananya terjadi ketika sebuah
perusahaan memiliki mayoritas kepentingan ekuitas pada perusahaan lain. Terdapat dua metode untuk
memperoleh kepemilikan mayoritas pada perusahaan lain:

1. perusahaan pengakuisis membeli saham ber-hak suara dari perusahaan terakuisis dengan tunai,
atau

2. perusahaan pengakuisisi menukar saham ber-hak suara-nya dengan saham ber-hak suara dari
perusahaan terakuisisi.

Dalam akuntansi untuk kombinasi bisnis, penting diketauhi bahwa pelaporan yang jujur dari hasil
kejadian ekonomi pada perusahaan tertentu adalah inti dari proses akuntansi. Laporan ini seharusnya
tidak bias terhadap kepentingan masing-maing pihak dan harus berdasarkan pada substansi kejadian
ekonomi yang melandasi. Setelah SEC dibentuk pada 1930an, dua metode akuntansi untuk kombinasi
bisnis berevolusi, yaitu: metode purchase dan pooling of interest.

Pooling of interest dianggap terjadi apabila kepemilikan atas dua atau lebih beberapa perusahaan yang
sebelumnya terpisah dikombinasikan dan berlanjut sebagai hasil pertukaran saham hak kepemilikan.
Perusahaan pengakuisisi akan memperoleh pengendalian dengan menerbitkan saham kepada pemilik
perusahaan terakuisisi. Kemudian saham dari perusahaan pengakuisisi, yang diterbitkan untuk
memperoleh perusahaan terakuisis, menggantikan saham perusahaan terakuisisi. Oleh karena itu
pooling of interest mewakili keberlanjutan dari kepemilikan bisnis pada dua atau lebih perusahaan yang
sebelumnya merupakan bisnis yang terpisah, kombinasi bisnis akan dicatat sebagai penggabungan
kepentingan kepemilikan. Ini tidak akan dicatat sebagai akuisisi tetapi malah sebagai fusi dari dua atau
lebih perusahaan yang sebelumnya terpisah. Sebagai contoh, nilai buku aset dan liabilitas dari masing-
masing perusahaan yang merger ditambahkan bersama-sama dan dilaporkan pada posisi keuangan
konsolidasi. Tidak ada penyesuaian yang dibuat untuk merefleksikan nilai wajar aset dan liabilitas, dan
goodwil tidak dilaporkan. Sebagai tambahan, income pada unit pelaporan baru sudah termasuk income
sejak tanggal pelaporan terakhir masing-masing perusahaan yang sebelumnya merupakan perusahaan
terpisah.

Perlu dicatat pula ketika saham ber-hak suara dipertukarkan, masing-masing pemilik sebelumnya masih
ada dalam perusahaan, dan perusahaan secara sederhana digabungkan untuk melanjutkan operasi
masing-masing yang sebelumnya terpisah. Ini menunjukkan pooling of interest sepertinya akan lebih
tepat digunakan apabila kepemilikan dari dua atau lebih entitas dikombinasikan. Sebagai alternatif,
ketika perusahaan pengakuisisi membayar secara tunai untuk memperoleh pengendalian atas
perusahaan lain, hanya pemegang saham perusahaan induk yang tersisa. Pada kasus ini, kombinasi bisnis
tidak begitu berbeda dengan pembelian perolehan aset, seperti bangunan. Perbedaannya hanya bahwa
pada perusahaan pengakuisisi, sebagai dampak, memperoleh seluruh aset bisnis lain dan juga
liabilitasnya. Lebih jelasnya, suatu kombinasi bisnis sebagai dampak pembelian tunai atas bagian ekuitas
seharusnya dicatat sebagai pembelian. Namun, apakah akuisis pengendalian atas busnis lain melalui
pertukaran bagian ekuitas benar-benar suatu “penyatuan” dari perusahaan-perusahaan yang
sebelumnya terpisah, atau apakah itu sebenarnya pembelian dimana perusahaan pengakuisisi
menerbitkan sahamnya, sebagai pengganti kas, sebagaimana yang berdampak pembelian?

APB meninjau ulang pertanyaan ini dan pada 1970 menerbitkan APB Opinion no. 16, Kombinasi Bisnis.
Dewan menemukan kegunaan dalam penggunaan keduanya, metode pooling of interest dan metode
purchase, dan tidak mengusulkan supaya satu metode harus digunakan sehingga mengesampingkan
metode lain. APB mencatat bahwa kedua metode tersebut tidak menjadi alternatif pada transaksi yang
sama dan membuat kriteria tertentu untuk menentukan apakah suatu kombinasi harus dicatat sebagai
pembelian atau sebagai pooling of interest. Dibawah APB No. 16, seluruh transaksi yang melibatkan
pertukaran secara tunai dicatat sebagai pembelian, sedangkan pertukaran saham ber-hak suara dicatat
sebagai pooling of interest sesuai dua belas kriteria khusus penyatuan. Jika ada kriteria yang tidak
terpenuhi, kombinasi diperlakukan sebagai pembelian. Kriteria penyatuan tersebut disusun untuk
memastikan bahwa kombinasi tidak akan dapat dicatat sebagai pooling of interest apabila ada salah satu
kelompok pemegang saham memperoleh keuntungan atas yang lainnya, atau di mana perusahaan yang
berkombinasi tidak berencana untuk melanjutkan aktivitas perusahaan yang sebelumnya terpisah.Ini
menekankan bahwa pooling of interest dipertimbangkan bisa digunakan apabila terdapat pertukaran
saham ber-hak suara dan setiap kondisi untuk penyatuan menurut APB no. 16 dipenuhi. Apabila
kombinasi merupakan dampak transaksi tunai atau salah satu dari persyaratan penyatuan tidak
terpenuhi, maka metode purchase harus digunakan.

Spin Off

Dilakukan apabila unit kegiatan yang dimiliki suatu perusahaan dipisahkan dan berdiri sendiri menjadi
perusahaan baru. Dengan demikian perusahaan baru yang terpisah tersebut memiliki manajemen
sendiri yang independen dalam mengambil keputusan.Alasan utama dilakukannya spin off dari sisi bisnis
adalah untuk memperluas pangsa pasar akibat dari adanya perbedaan ideologi ekonomi bagi masyarakat
pengguna jasa perbankan tersebut yang bila dialihkan dalam istilah lainnya adalah adanya perbedaan visi
dan misi dari kelembagaan perbankan tersebut.Peranan Pranata Spin Off bagi perkembangan Dunia
UsahaSebagaimana sama halnya dengan pranata hukum merger, konsolidasi dan akuisisi, inti dari
dilakukannya spin off adalah semata-mata bila dilihat dari aspek bisnis adalah untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan. Namun bila ditelaah lebih lanjut sebenarnya baik pranata hukum merger,
konsolidasi, akusisi dan spin off memiliki peranan yang berarti dalam perkembangan dunia usaha.
Peranan tersebut adalah berkaitan dangan kemampuan menyerap konsumen akibat dari banyaknya
jumlah badan usaha yang berbadan hukum yang terdapat di masyarakat, yang berarti hal ini
memberikan peluang bagi masyarakat dalam melakukan pilihan-pilihan dalam kapasitas menjalankan
hak dia sebagai konsumen. Selain itu dari sisi angkatan kerja/usia produktif, dengan adanya lembaga spin
off ini memiliki peranan untuk menyerap tenaga kerja yang berarti membantu negara dalam rangka
mengurangi pengangguran, yang dilihat dari aspek sosiatrinya (ilmu tentang kejiwaan masyarakat) akan
mengurangi angka penyakit masyarakat sebagai akibat ada pengangguran.Dari sisi pendapatan negara
bila spin off ini dilaksanakan dengan tepat dan berjalan dengan baik tentu akan meningkatkan
pendapatan negara dari sektor pajak dan retribusi. Hal ini terjadi sebagai akibat konsekuensi logis
pertambahan subjek pajak berupa badan yang secara otomatis terbentuk karena adanya pranata hukum
spin off. Semakin banyak dari sisi kuantitas dan kualitas subjek pajak penghasilan dari badan akibat dari
aktifitas pranata hukum spin off, maka akan meningkatkan volume pendapatan negara dari sektor pajak
dan retribusi.

Anda mungkin juga menyukai