Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Retailing

Disusun Oleh :
Baiq Novita Ardiyanti

135020201111093

Magdalena Dela Rose Tarigan

135020201111094

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Perkembangan Bisnis
Ritel.
Makalah ini disusun secara khusus sebagai tugas mata kuliah Performance Appraisal.
Penyusun menyadari makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan berbagai
pihak.
Akhirnya, penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik segi materi maupun penulisannya. Walaupun penyusun telah berupaya untuk
membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.

Malang, Februari 2016

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Judul ....................................................... i
Kata Pengantar ..................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................ 2
BAB II : PEMBAHASAN

. 3

2.1 Bisnis Ritel .. 3


2.2 Tren Bisnis Ritel ..... 4
2.3 Local Store Marketing (LSM) .................... 7
2.4 Sekilas LSM di Indonesia... 8
2.5 Kesempatan Bagi Peritel Lokal .. 8
2.6 Pertumbuhan Pasar Ritel.. 9
2.7 Peran Pemerintah dalam Bisnis Ritel10
2.8 Siklus Bisnis Ritel.10

BAB III : PENUTUP ........ 12


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan ritel atau pasar eceran yang begitu pesat, berdampak semakin
tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan
yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus memiliki strategi perusahaan
yang dapat memahami perilaku konsumen. Perusahaan yang baik adalah yang memahami
betul siapa konsumennya dan bagaimana mereka berperilaku. Pemahaman mengenai siapa
konsumennya akan menuntun para pengusaha kepada keberhasilan memenangkan persaingan
dunia usaha yang telah melampaui batas negara.
Pasar ritel dapat terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang.
Pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen
barang ritel, melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Tentunya
ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bisnis ritel tersebut. Maka dalam
makalah ini akan dijabarkan satu persatu dan tentunya mengenai bagaimana perkembangan
bisnis ritel di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan bisnis ritel?
2. Bagaimana tren bisnis ritel?
3. Apa yang dimaksud dengan Local Store Marketing (LSM)?
4. Bagaimana LSM di Indonesia?
5. Apakah ada kesempatan bagi peritel lokal?
6. Bagaimana pertumbuhan pasar ritel?
7. Bagaimana peran pemerintah dalam bisnis ritel?
8. Bagaimana siklus hidup bisnis ritel?
1.3 TUJUAN
1. Untuk menjelaskan bisnis ritel
2. Untuk menjelaskan bagaimana tren bisnis ritel
3. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan LSM
4. Untuk mengetahui bagaimana LSM di Indonesia
5. Untuk membahas kesempatan bagi peritel lokal
6. Untuk menganalisis bagaimana pertumbuhan pasar ritel
7. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam bisnis ritel
8. Untuk menjelaskan siklus hidup bisnis ritel

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BISNIS RITEL
Bisnis ritel merupakan suatu bisnis menjual barang dan jasa pelayanan yang telah
diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi,keluarga,atau pengguna akhir
2

lainnya.Aktivitas nilai tambah yang ada dalam bisnis ritel di antaranya meliputi
assortment,breaking bulk,holding inventory,dan providing service.Bisnis ritel memberikan
banyak kontribusi dalam menyerap tenaga kerja sehingga bisa mengurangi angka
pengangguran.Di samping itu,bisnis ritel di Indonesia merupakan lokomotif yang
menggerakkan sektor properti dan perdagangan,khususnya yang berkaitan dengan Mall dan
sejenisnya.
Pada dasawarsa ini,masuknya peritel asing seperti Carrefour dan Continent dari
Perancis,serta Giants dengan logo Dinosaurus dari Malaysia merupakan ancaman retailer
lokal dalam merebut persaingan pasar.Namun demikian,masuknya retailer asing bisa
dijadikan satu momentum dan kesempatan guna memperbaiki konsep dan format yang ada
saat ini agar mampu meningkatkan daya saing antarperitel.Di pasar yang semakin beragam
dan hiper-kompetitif inilah muncul suatu format baru dalam peritel yang disebut micromarketing atau local store marketing (LSM)
Di

dalam

micro-marketing,menurut

S.Muharam,terdapat

konsep

piramida

memenangkan pasar yang terdiri dari :


1. Operasional toko yang excellence
2. Meningkatkan efektivitas dari komunikasi ritel di dalam toko
3. Pelaksanaan program optimasi trading area dimulai dengan aktivitas trading area
survey
4. Penerapan aktivitas pemasaran yang terfokus
5. Peran aktif peritel dalam kegiatan masyarakat di sekitar toko.
Pada langkah ketiga terdapat optimasi trading yang diantaranya bisa dilakukan dengan cara
mengoptimasi potensi traffic,yaitu sebagai instrument untuk meraih sukses dalam penjualan
retailing.
2.2 TREN BISNIS RITEL
Penjualan eceran merupakan salah satu bidang paling menarik dan dinamis dalam
perekonomian.Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus mempertimbangkan
kecendrungan-kecendrungan berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Menurunnya pertumbuhan ekonomi dan penduduk


Kenaikan biaya modal,tenaga kerja dan energi
Perubahan gaya hidup konsumen
Pola berbelanja dan sikap dalam berbelanja
Munculnya teknologi baru seperti kasir computer
3

6. Berbelanja secara elektronik


7. Dan mesin otomatis yang semakin canggih
Jelaslah bahwa perubahan-perubahan itu memerlukan manajemen yang lebih
professional dalam penjualan eceran,lebih dari harga keterampilan berdagang yang sudah
cukup baik.Manajemen puncak harus lebih terampil merancang dan melaksanakan sistem
untuk mendapatkan laba.Kebutuhan paling pokok nantinya adalah menemukan cara-cara
untuk meningkatkan produktivitas penjualan eceran.
Penelitian

untuk

mendapatkan

produktivitas

lebih

tinggi

akan

membantu

perkembangan bentuk-bentuk penjualan eceran yang tetap dengan biaya rendah.Banyak


inovasi penjualan eceran menghasilkan jalan keluar untuk penjualan yang memakan biaya
dan harga tinggi.Menurut hipotesis itu,banyak jenis usaha penjualan eceran baru dimulai
dengan margin laba yang rendah,harga rendah,dan status operasi yang rendah.Mereka
menjadi pesaing yang efektif untuk toko-toko yang lebih konvensional.yang telah tumbuh
subur selama bertahun-tahun.
Keberhasilan itu harus diimbangi dengan berusaha meningkatkan berbagai fasilitas
dan memberikan layanan tambahan.peningkatan tersebut menambah biaya dan harga yang
terpaksa naik hingga menyamai toko-toko konvensioanl yang kedudukannya sudah mereka
gantikan.Sebaliknya,mereka menjadi sasaran operasi jenis-jenis toko baru dengan margin dan
biaya yang rendah.Hipotesis itu tampaknya menjelaskan awal keberhasilan dan kesukaran
yang dihadapi di kemudian hari oleh toko-toko serba ada,toko swalayan,dan juga toko
potongan harga.
A. Siklus Hidup Ritel yang Semakin Pendek
Bagaimanapun juga,setiap orang yakin bahwa bentuk penjualan baru akan muncul
untuk memenuhi berbagai kebutuhan baru .Para pemasar akan terus menerus mencari caracara baru untuk menyalurkan produk-produknya kepada konsumen.Kelangsungan hidup
bentuk-bentuk pengecer baru sepertinya jauh lebih pendek daripda bentuk-bentuk pengecer
besar yang dahulu lebih ada,seperti toko serba ada dan toko swalayan.Mereka segera ditiru
dan cepat kehilangan sifat barunya.
B. Meningkatnya Penjualan melalui Nonstore Retailing
Era elektronik sangat meningkatkan pertumbuhan penjualan eceran tanpa toko (nonstore retailing).Konsumen menerima penawaran penjualan melalui televise,internet,dan
4

telepon,yang kemudian segera bisa ditanggapi dengan menelepon nomor bebas pulsa atau
melalui internet.
C. Meningkatnya Persaingan Antarjenis
Persaingan saati ini semakin mengarah ke persaingan antarjenis,atau antara toko yang
berbeda jenisnya.Kita juga melihat persaingan antara peritel toko dengan peritel tanpa
toko.Toko diskon,ruang pamer catalog,dan toko serba ada bersaing untuk memperoleh
konsumen yang sama.Persaingan antarjenis superstore dengan toko-toko kecil yang dimiliki
secara independent juga semakin meningkat.Oleh karena daya beli mereka yang
besar,jaringan memperoleh syarat perdagangan yang lebih menguntungkan daripada tokotoko kecil independent.
D. Pertentangan Antarperitel yang Meningkat
Meningkatnya persaingan antarjenis menyebabkan para peritel memposisikan diri
mereka di ujung-ujung ekstrim dalam hal jumlah produk lini yang dijual.Profitabilitas dan
pertumbuhan tinggi dicapai oleh para pedagang massal.
E. Bermunculannya Peritel Raksasa
Para peritel adikuasa banyak bermunculan. Dengan sistem informasi dan daya beli
mereka yang jauh lebih unggul,para raksasa eceran

tersebut mampu menawarkan

penghematan harga yang besar bagi konsumen.Oleh karena ukuran dan volume penjualan
mereka,para poeritel adikuasa tersebut percaya bahwa mereka memiliki posisi yang lebih
baik daripada para produsen dalam menentukan apa yang konsumen inginkan.
F. Perubahan Defenisi Belanja Satu Tempat (One-Stop Shopping)
Toko Serba ada yang mengonsepkan diri sebagai sarana belanja satu tempat yang
nyaman awalnya begitu dihargai karena pelayanannya.Secara bertahap,toko serba ada
memberi jalan kepada mal-mal yang menampilkan berbagai ragam toko khusus dan tempat
parker yang luas.Kini,toko-toko khusus di mal semakin bersaing dengan toko serba ada besar
dalam menawarkan belanja satu tempat
Salah satu perkembangan saluran pemasaran terbaru adalah munculnya sistem
pemasaran vertical (Vertical Marketing Systems=VMS),yang telah muncul untuk menantang
saluran pemasaran konvensional.
5

Saluran pemasaran konvensional terdiri dari seorang produsen independent,pedagang


besar,dan peritel.Masing-masing merupakan entitas bisnis yang terpisah yang bertujuan
memaksimumkan laba sendiri ,bahkan jika sasaran itu mengurangi laba sistem secara
keseluruhan.Saluran pemasaran konvensional dicirikan sebagai jaringan yang sangat terbagi
yang di dalamnya produsen,pedagang besar,dan peritel dengan hubungan yang renggang
berunding ,bernegoisasi dengan agresif mengenai syarat penjualan,dan bahkan bertindak
secara otonom.
G. Portofolio yang Meningkat
Organisasi-organisasi eceran terus merancang dan meluncurkan bentuk-bentuk toko
baru yang ditujukan untuk berbagi kelompok gaya hidup yang berbeda.Mereka tidak terpaku
pada satu bentuk saja,seperti toko serba ada,tetapi juga bergerak kea rah bauran bisnis yang
kelihatannya menjanjikan.
H. Pentingnya Teknologi dalam Bisnis Eceran
Teknologi bagi bisnis eceran menjadi semakin penting sebagai alat pemasaran.Para
peritel yang maju menggunakan komputer untuk menghasilkan ramalan yang lebih
baik,mengendalikan biaya persediaan,memesan pada suplier secara elektronik,mengirimkan
surat elektronik ,antartoko,dan bahkan menjual kepada pelanggan dalam toko.Mereka
menerapkan sisitem checkout scanning,transfer dana elektronik,televisi dalam toko.dan
sistem penanganan barang dagangan yang lebih baik.Kemajuan teknologi juga mendorong
para manajemen untuk lebih professional dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan margin usaha.
I. Pesatnya Ekspansi Global Peritel Raksasa
Makin banyak peritel besar dengan bentuk yang unik dan penentuan posisi merek
yang kuat bergerak ke negara-negara lain.Mc Donalds,The Limited,Carrefour,Marks and
Spencer,Benetton dan Ikeaselama bertahun-tahun semakin menonjol secara global sebagai
hasil dari kecanggihan pemasarannya.Mereka telah tumbu menjadi suatu jaringan toko aneka
ragam selama beberapa dekade,yang kini memiliki ratusan bahkan ribuan toko waralaba yang
berhasil di seluruh dunia.
J. Tumbuhnya Factory Outlet

Perusahaan-perusahaan membuka toko-toko Factory Outlet (FO) yang awalnya


menjual kelebihan inventori barang dagangan,yakni barang dagangan yang sudah outdate dan
barang-barang di-reject.Adanya integrasi vertical yang dikembangkan tersebut memberikan
kemampuan bagi perusahaan untuk mengontrol jaringan distribusi barang dagangannya yang
selanjutnya dijual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga peritel lainnya.

2.3 LOCAL STORE MARKETING (LSM)


Strategi LSM digambarkan oleh SM-franchise dengan piramida yang dinamakan
Piramida Memenangkan Pasar.Piramida itu merupakan rangkaian proses dari strategi LSM
yang harus dilalui oleh peritel secara bertahap sebagai berikut :
1. Operasional Toko yang Excellence
Dengan operasional yang excellence berarti toko mampu memberikan produk yang
berkualitas,dengan bauran assortment yang tepat,serta service dan value yang
memuaskan

pelanggan

(QASV).Value

merupakan

variabel

yang

kompleks,menyangkut harga yang dibayarkan oleh pelanggan dibandingkan dengan


pengalaman berbelanja yang diperolehnya,secara tangiable maupun intangiable.
2. Meningkatnya Efektivitas dari Komunikasi Ritel di dalam Toko (Audio-Visual
Merchandising)
Menurut survey POPAI dan P&G,visual merchandising yang efektif berupa POP
(Point of Purchase) dan cara display,yang terbukti secara nyata bisa meningkatkan
penjualan.
3. Optimasi Trading Area
Langkah ketiga,jika kedua tahap di atas telah dilalui,adalah saatnya toko mengunang
lebih banyak pelanggan untuk datang ke toko melalui pelaksanaan Program Optimasi
Trading Area.Program dimulai dengan aktivitas Trading Area Survey,yang bertujuan
memahami situasi internal dan eksternal.
4. Aktivitas Pemasaran yang Terfokus
Aktivitas Pemasaran yang terfokus artinya semua pesan dan aktivitas dari peritel di
dalam dan di luar toko mencerminkan satu tema sentral.Fokus dalam eksekusi
program merupakan kunci sukses bagi keberhasilan program pemasaran.
5. Community Involvement
Langkah terakhir adalah peran aktif peritel dalam kegiatan masyarakat di sekitar toko
(community involvement).Peran aktif di masyarakat dan telah dilampuinya harapan
pelanggan melalui pencapaian tahap 1 sampai 4 dari piramida merupakan tameng
paling ampuh terhadap sebuah competitor,darimanapun asalnya.
7

A. SEKILAS LOCAL STORE MARKETING DI INDONESIA


Sejak tahun 1998,peta persaingan supermarket mengalami perubahan drastis dengan
masuknya dua raksasa ritel dari Perancis,yakni Carrefour dan Continent.Tahun 2001 masuk
pula peritel berlogo Dinosaurus dari Malaysia yaitu GIANTS,yang sebagian sahamnya baru
saja dibeli oleh Dairy Farms.Di In donesia,Dairy Farms juga memiliki saham 40% dari
Group Hero Supermarket.Group peritel asing lainnya yang getol melakukan akuisisi saat ini
adalah Ahold dan Wal Mart.
Mereka hadir dengan berbagai fasilitas yang semakin memanjakan pemilik banyak
uang.

Pertumbuhan

penggunaan

kartu

kredit

beserta

nilai

transaksinya

menjadi

indikator yang jelas betapa pasar bisnis ritel di Indonesia semakin prospektif.
B. KESEMPATAN BAGI PERITEL LOKAL
Perkembangan di atas tentunya akan semakin mempersengit persaingan antar peritel,
tidak hanya di kota Jakarta, tetapi juga di kota Surabaya, Bandung, atau salah satu kota di
Bali. Melihat pengalaman dari masuknya Carrefour dan Continent di Jakarta, yang berhasil
merebut pangsa pasar Hero dan Mega M. Jika benar terjadi TESCO peritel dari Inggris
membuka outlet pertamanya di luar Jakarta, maka itu benar-benar menjadi ancaman serius
bagi peritel yang beroperasi di kota-kota tersebut.
Namun demikian, masuknya peritel asing bisa dijadikan satu momentum dan
kesempatan guna memperbaiki konsep dan format yang ada saat ini agar mampu
meningkatkan daya saing. Hal itu terasa sekali terjadi di Jakarta. Masuknya Carrefour telah
menyebabkan Hero melakukan perbaikan dalam hal display dan kebijakan harga. Sementara
itu, Matahari semsakin terpacu untuk

meningkatkan fokus usahanya dengan kembali

mengembangkan suatu merek yang benar-benar kuat. Sangat disayangkan bahwa Diamond
Supermarket, peritel lokal yang berpotensi dan telah memiliki awareness merek lokal yang
cukup baik, memiliki manajemen yang kurang akur sehingga malah menciptakan merek
baru D-Best. Konflik internal perusahaan itu juga mengakibatkan ditutupnya gerai Diamond
di Kelapa Gading pada bulan Agustus 2011 lalu.
Salah satu kekuatan retailer lokal untuk menghentikan gempuran retailer asing adalah
pengalaman dan pengetahuan mereka akan preferensi dan perilaku belanja konsumen lokal.
Kelebihan itu bisa menjadi senjata yang sangat ampuh jika digabungkan dengan pendekatan
micromarketing, yang disebut Local Store Marketing (LSM). LSM merupakan seni dan ilmu
mengenai

bagaimana

peritel

menggali

informasi,

membina

hubungan,

dan

mengkomunikasikan keberadaan toko serta manfaatnya kepada konsumen yang berada di


trading areanya sehingga tercipta loyalitas masyarakat dalam jangka panjang
.
C. PERTUMBUHAN PASAR RITEL
Pasar ritel terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang. Pasar
ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen
barang ritel, melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Bidang
pertama yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel adalah perkembangan demografi.
Jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan meningkatnya semua barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi secara umum, dan sektor-sektor ekonomi secara khusus, berdampak
langsung dan segera. Banyaknya karyawan baru yang diikuti pasar ritel disebabkan oleh
munculnya permintaan-permintaan akan barang dan jasa.
Bidang sosial budaya masyarakat turut menjadi faktor pertumbuhan pasar ritel.
Masyarakat yang semakin aktif dalam kehidupan sosial akan meningkatkan aktivitas
pengadaan barang dan jasa guna memfasilitasi kegiatan mereka. Kemajuan teknologi
memberikan kesempatan kepada produsen untuk menawarkan produk yang lebih memikat.
Globalisasi juga merupakan faktor utama terciptanya permintaan atau meningkatnya
permintaan barang dan jasa ritel. Gaya hidup adalah salah satu aspek kehidupan masyarakat
yang dipengaruhi oleh faktor tersebut. Oleh karena itu, banyak peritel besar mengamati
perkembangan globalisasi, khususnya perkembangan yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat (infrastruktur yang berkembang akan memperbesar kesempatan tumbuhnya
pasar ritel) .
Bidang terakhir adalah bidang hukum dan peraturan yang mempengaruhi
pertumbuhan pasar ritel, baik dalam arti mendorong, misalnya peraturan besarnya pajak
yang dirasa meringankan. Dalam arti menghambat, misalnya ditutupnya kabupaten dan kota
di luar kota-kota utama sebagai wilayah operasional peritel besar.
D. PERAN PEMERINTAH DALAM BISNIS RITEL
Pada akhir tahun 2002, para pelaku ritel di pusat-pusat perbelanjaan di kota besar
merasa gundah. Pasalnya pemerintah daeri DKI Jaya, lewat sebuah peraturan daerah,
meminta para pelaku bisnis ritel besar untuk menyediakan sekitar 10-20% ruangnya untuk
kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM). Tujuannya agar UKM itu bisa turut mencicipi
manisnya bisnis ritel yang dijalankan oleh pelaku besar. Melalui Aprindo ( Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia) para pengusaha mencoba melobi pemerintah dan DPR agar
kebijakan itu dibatalkan. Pasalnya, sebagian dari mereka tidak mungkin melakukan
penyediaan ruangan itu. Misalnya, peritel yang telah memosisikan dirinya sebagai peritel
untuk target pasar kalangan atas. Oleh karena daya beli target pasarnya, peritel golongan itu
9

menjual barang yang khusus untuk masyarakat golongan menengah ke atas. Sementara
UKM pada umumnya memiliki produk yang sesuai dengan masyarakat menengah bawah
dan golongan bawah. Bagaimana dua pihak yang berbeda itu bisa digabungkan untuk
beroperasi dalam satu area toko?
Kasus di atas sekedar untuk menggambarkan bahwa jangan kita sekali-sekali
mengabaikan aspek kebijakan pemerintah. Mulai dari kebijakan impor barang, peratura
perpajakan, peraturan tentang zoning (penentuan pembatasan lokasi outlet) pasar modern,
tentang upah minimum, dan lain-lain. Kadang-kadang, kebijakan juga membuat pengusaha
kesulitan. Kebijakan yang menyulitkan itu antara lain kenaikan upah minimum untuk
karyawan, Pajak Pertambahan Nilai untuk barang dagangan, dan lain-lain.
2.4 SIKLUS BISNIS RITEL
Seperti halnya dengan produk, organisasi ritel juga memiliki siklus hidup. Sebagai
contoh, warehouse club sering berada dalam tahap pertumbuhan (growth), toko-toko diskon
dalam tahap kedewasaan (maturity), dan aneka toko (variety store) dalam tahap kemunduran
(decline). Mengikuti perjalanan siklus hidup produk, jika siklus hidup produk lebih pendek,
maka retail juga memiliki siklus yang lebih pendek.
Siklus usaha ritel (the wheel of retailing) adalah satu hipotesis yang menjelaskan
munculnya institusi ritel yang baru, dan munculnya ritel yang lama, yang selanjutnya
digantikan oleh institusi ritel yang lebih baru akan masuk ke pasar dengan posisi lowmargin, low-price, dan low-status. Mereka menempatkan fasilitas usaha di kawasan yang
berbiaya sewa rendah, dan merupakan tantangan bagi peritel konvensional yang memiliki
biaya dan harga yang meningkat dari waktu ke waktu.
Para peritel itu selanjutnya melakukan inovasi-inovasi dan berhasil memindahkan
usahanya di tempat yang biaya sewanya lebih tinggi, memperbaiki fasilitas dan perabot toko,
serta menambah beberapa layanan kepada konsumen. Mereka memperoleh margin yang
tinggi, harga yang tinggi, dan status peritel juga tingg, dan dengan segera meninggalkan
posisi mereka yang semula low-margin, low-price. kondisi itu akan terus berputar
sebagaimana siklusnya.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar ritel. Dengan jumlah
penduduk ke-empat terbesar di dunia setelah Cina, Amerika, dan India, tidak heran jika
banyak peritel asing mengincar pasar ritel di Indonesia. Krisis moneter memberikan peluang
yang sangat besar bagi peritel asing untuk masuk ke Indonesia. Dengan nilai tukar rupiah
yang sangat lemah, mereka memiliki keleluasaan untuk melakukan ekspansi ataupun
pembelian saham peritel lokal. Hingga saat ini, setidaknya tercatat beberapa peritel asing
yang gencar melakukan ekspansi atau menjalin partnership dengan peritel lokal, misalnya
10

Group CarrefourPromodes yang mendiriksn Paserba Carrefour, Royal Ahold membuka Tops
(sebelumnya Ahold bermitra dengan PSP Food Retail), Lions dengan Superindo, Dairy Farm
dengan Hero, dan IGA melakukan kerja sama teknis dengan Matahari.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bisnis ritel merupakan suatu bisnis menjual barang dan jasa pelayanan yang telah
diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pemakai akhir
lainnya. Penjualan eceran merupakan salah satu bidang paling menarik dan dinamis dalam
perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus mempertimbangan
kecenderungan-kecenderungan berikut: menurunnya pertumbuhan ekonomi dan penduduk,
kenaikan biaya modal, tenaga kerja dan energy, perubahan gaya hidup konsumen, pola
berbelanja dan sikap dalam berbelanja, munculnya teknologi baru seperti mesin kasir,
berbelanja secara elektronik e-commerce, dan mesin otomatis yang semakin canggih.
Bertambahnya kekuatan para peritel besar dab kebangkitan paham konsumerisme dan
environementalisme serta semakin banyaknya peraturan pemerintah mempengaruhi
penjualan eceran.
Pasar ritel bisa terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang. Pasar
ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen
barang ritel melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Bidang
pertama yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel adalah perkembangan demografi.
Jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan semua barang dan jasa meningkat.
Siklus usaha ritel the wheel of retailing) adalah suatu hipotesis yang menjelaskan
munculnya institusi ritel yang baru, dan mundurnya ritel yang lama, yang selanjutnya
digantikan oleh institusi ritel yang lebih baru akan masuk ke pasar dengan posisi lowmargin, low-price, dan low-status.

11

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sopiah,MM.,MPd dan Syihabudin, S.E.,M.Si, (2008), Manajemen Bisnis Ritel,
CV. Andi Offset, Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai