Disusun Oleh :
Baiq Novita Ardiyanti
135020201111093
135020201111094
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Perkembangan Bisnis
Ritel.
Makalah ini disusun secara khusus sebagai tugas mata kuliah Performance Appraisal.
Penyusun menyadari makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan berbagai
pihak.
Akhirnya, penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik segi materi maupun penulisannya. Walaupun penyusun telah berupaya untuk
membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Judul ....................................................... i
Kata Pengantar ..................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan ritel atau pasar eceran yang begitu pesat, berdampak semakin
tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan
yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus memiliki strategi perusahaan
yang dapat memahami perilaku konsumen. Perusahaan yang baik adalah yang memahami
betul siapa konsumennya dan bagaimana mereka berperilaku. Pemahaman mengenai siapa
konsumennya akan menuntun para pengusaha kepada keberhasilan memenangkan persaingan
dunia usaha yang telah melampaui batas negara.
Pasar ritel dapat terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang.
Pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen
barang ritel, melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Tentunya
ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bisnis ritel tersebut. Maka dalam
makalah ini akan dijabarkan satu persatu dan tentunya mengenai bagaimana perkembangan
bisnis ritel di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan bisnis ritel?
2. Bagaimana tren bisnis ritel?
3. Apa yang dimaksud dengan Local Store Marketing (LSM)?
4. Bagaimana LSM di Indonesia?
5. Apakah ada kesempatan bagi peritel lokal?
6. Bagaimana pertumbuhan pasar ritel?
7. Bagaimana peran pemerintah dalam bisnis ritel?
8. Bagaimana siklus hidup bisnis ritel?
1.3 TUJUAN
1. Untuk menjelaskan bisnis ritel
2. Untuk menjelaskan bagaimana tren bisnis ritel
3. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan LSM
4. Untuk mengetahui bagaimana LSM di Indonesia
5. Untuk membahas kesempatan bagi peritel lokal
6. Untuk menganalisis bagaimana pertumbuhan pasar ritel
7. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam bisnis ritel
8. Untuk menjelaskan siklus hidup bisnis ritel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BISNIS RITEL
Bisnis ritel merupakan suatu bisnis menjual barang dan jasa pelayanan yang telah
diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi,keluarga,atau pengguna akhir
2
lainnya.Aktivitas nilai tambah yang ada dalam bisnis ritel di antaranya meliputi
assortment,breaking bulk,holding inventory,dan providing service.Bisnis ritel memberikan
banyak kontribusi dalam menyerap tenaga kerja sehingga bisa mengurangi angka
pengangguran.Di samping itu,bisnis ritel di Indonesia merupakan lokomotif yang
menggerakkan sektor properti dan perdagangan,khususnya yang berkaitan dengan Mall dan
sejenisnya.
Pada dasawarsa ini,masuknya peritel asing seperti Carrefour dan Continent dari
Perancis,serta Giants dengan logo Dinosaurus dari Malaysia merupakan ancaman retailer
lokal dalam merebut persaingan pasar.Namun demikian,masuknya retailer asing bisa
dijadikan satu momentum dan kesempatan guna memperbaiki konsep dan format yang ada
saat ini agar mampu meningkatkan daya saing antarperitel.Di pasar yang semakin beragam
dan hiper-kompetitif inilah muncul suatu format baru dalam peritel yang disebut micromarketing atau local store marketing (LSM)
Di
dalam
micro-marketing,menurut
S.Muharam,terdapat
konsep
piramida
untuk
mendapatkan
produktivitas
lebih
tinggi
akan
membantu
telepon,yang kemudian segera bisa ditanggapi dengan menelepon nomor bebas pulsa atau
melalui internet.
C. Meningkatnya Persaingan Antarjenis
Persaingan saati ini semakin mengarah ke persaingan antarjenis,atau antara toko yang
berbeda jenisnya.Kita juga melihat persaingan antara peritel toko dengan peritel tanpa
toko.Toko diskon,ruang pamer catalog,dan toko serba ada bersaing untuk memperoleh
konsumen yang sama.Persaingan antarjenis superstore dengan toko-toko kecil yang dimiliki
secara independent juga semakin meningkat.Oleh karena daya beli mereka yang
besar,jaringan memperoleh syarat perdagangan yang lebih menguntungkan daripada tokotoko kecil independent.
D. Pertentangan Antarperitel yang Meningkat
Meningkatnya persaingan antarjenis menyebabkan para peritel memposisikan diri
mereka di ujung-ujung ekstrim dalam hal jumlah produk lini yang dijual.Profitabilitas dan
pertumbuhan tinggi dicapai oleh para pedagang massal.
E. Bermunculannya Peritel Raksasa
Para peritel adikuasa banyak bermunculan. Dengan sistem informasi dan daya beli
mereka yang jauh lebih unggul,para raksasa eceran
penghematan harga yang besar bagi konsumen.Oleh karena ukuran dan volume penjualan
mereka,para poeritel adikuasa tersebut percaya bahwa mereka memiliki posisi yang lebih
baik daripada para produsen dalam menentukan apa yang konsumen inginkan.
F. Perubahan Defenisi Belanja Satu Tempat (One-Stop Shopping)
Toko Serba ada yang mengonsepkan diri sebagai sarana belanja satu tempat yang
nyaman awalnya begitu dihargai karena pelayanannya.Secara bertahap,toko serba ada
memberi jalan kepada mal-mal yang menampilkan berbagai ragam toko khusus dan tempat
parker yang luas.Kini,toko-toko khusus di mal semakin bersaing dengan toko serba ada besar
dalam menawarkan belanja satu tempat
Salah satu perkembangan saluran pemasaran terbaru adalah munculnya sistem
pemasaran vertical (Vertical Marketing Systems=VMS),yang telah muncul untuk menantang
saluran pemasaran konvensional.
5
pelanggan
(QASV).Value
merupakan
variabel
yang
Pertumbuhan
penggunaan
kartu
kredit
beserta
nilai
transaksinya
menjadi
indikator yang jelas betapa pasar bisnis ritel di Indonesia semakin prospektif.
B. KESEMPATAN BAGI PERITEL LOKAL
Perkembangan di atas tentunya akan semakin mempersengit persaingan antar peritel,
tidak hanya di kota Jakarta, tetapi juga di kota Surabaya, Bandung, atau salah satu kota di
Bali. Melihat pengalaman dari masuknya Carrefour dan Continent di Jakarta, yang berhasil
merebut pangsa pasar Hero dan Mega M. Jika benar terjadi TESCO peritel dari Inggris
membuka outlet pertamanya di luar Jakarta, maka itu benar-benar menjadi ancaman serius
bagi peritel yang beroperasi di kota-kota tersebut.
Namun demikian, masuknya peritel asing bisa dijadikan satu momentum dan
kesempatan guna memperbaiki konsep dan format yang ada saat ini agar mampu
meningkatkan daya saing. Hal itu terasa sekali terjadi di Jakarta. Masuknya Carrefour telah
menyebabkan Hero melakukan perbaikan dalam hal display dan kebijakan harga. Sementara
itu, Matahari semsakin terpacu untuk
mengembangkan suatu merek yang benar-benar kuat. Sangat disayangkan bahwa Diamond
Supermarket, peritel lokal yang berpotensi dan telah memiliki awareness merek lokal yang
cukup baik, memiliki manajemen yang kurang akur sehingga malah menciptakan merek
baru D-Best. Konflik internal perusahaan itu juga mengakibatkan ditutupnya gerai Diamond
di Kelapa Gading pada bulan Agustus 2011 lalu.
Salah satu kekuatan retailer lokal untuk menghentikan gempuran retailer asing adalah
pengalaman dan pengetahuan mereka akan preferensi dan perilaku belanja konsumen lokal.
Kelebihan itu bisa menjadi senjata yang sangat ampuh jika digabungkan dengan pendekatan
micromarketing, yang disebut Local Store Marketing (LSM). LSM merupakan seni dan ilmu
mengenai
bagaimana
peritel
menggali
informasi,
membina
hubungan,
dan
menjual barang yang khusus untuk masyarakat golongan menengah ke atas. Sementara
UKM pada umumnya memiliki produk yang sesuai dengan masyarakat menengah bawah
dan golongan bawah. Bagaimana dua pihak yang berbeda itu bisa digabungkan untuk
beroperasi dalam satu area toko?
Kasus di atas sekedar untuk menggambarkan bahwa jangan kita sekali-sekali
mengabaikan aspek kebijakan pemerintah. Mulai dari kebijakan impor barang, peratura
perpajakan, peraturan tentang zoning (penentuan pembatasan lokasi outlet) pasar modern,
tentang upah minimum, dan lain-lain. Kadang-kadang, kebijakan juga membuat pengusaha
kesulitan. Kebijakan yang menyulitkan itu antara lain kenaikan upah minimum untuk
karyawan, Pajak Pertambahan Nilai untuk barang dagangan, dan lain-lain.
2.4 SIKLUS BISNIS RITEL
Seperti halnya dengan produk, organisasi ritel juga memiliki siklus hidup. Sebagai
contoh, warehouse club sering berada dalam tahap pertumbuhan (growth), toko-toko diskon
dalam tahap kedewasaan (maturity), dan aneka toko (variety store) dalam tahap kemunduran
(decline). Mengikuti perjalanan siklus hidup produk, jika siklus hidup produk lebih pendek,
maka retail juga memiliki siklus yang lebih pendek.
Siklus usaha ritel (the wheel of retailing) adalah satu hipotesis yang menjelaskan
munculnya institusi ritel yang baru, dan munculnya ritel yang lama, yang selanjutnya
digantikan oleh institusi ritel yang lebih baru akan masuk ke pasar dengan posisi lowmargin, low-price, dan low-status. Mereka menempatkan fasilitas usaha di kawasan yang
berbiaya sewa rendah, dan merupakan tantangan bagi peritel konvensional yang memiliki
biaya dan harga yang meningkat dari waktu ke waktu.
Para peritel itu selanjutnya melakukan inovasi-inovasi dan berhasil memindahkan
usahanya di tempat yang biaya sewanya lebih tinggi, memperbaiki fasilitas dan perabot toko,
serta menambah beberapa layanan kepada konsumen. Mereka memperoleh margin yang
tinggi, harga yang tinggi, dan status peritel juga tingg, dan dengan segera meninggalkan
posisi mereka yang semula low-margin, low-price. kondisi itu akan terus berputar
sebagaimana siklusnya.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar ritel. Dengan jumlah
penduduk ke-empat terbesar di dunia setelah Cina, Amerika, dan India, tidak heran jika
banyak peritel asing mengincar pasar ritel di Indonesia. Krisis moneter memberikan peluang
yang sangat besar bagi peritel asing untuk masuk ke Indonesia. Dengan nilai tukar rupiah
yang sangat lemah, mereka memiliki keleluasaan untuk melakukan ekspansi ataupun
pembelian saham peritel lokal. Hingga saat ini, setidaknya tercatat beberapa peritel asing
yang gencar melakukan ekspansi atau menjalin partnership dengan peritel lokal, misalnya
10
Group CarrefourPromodes yang mendiriksn Paserba Carrefour, Royal Ahold membuka Tops
(sebelumnya Ahold bermitra dengan PSP Food Retail), Lions dengan Superindo, Dairy Farm
dengan Hero, dan IGA melakukan kerja sama teknis dengan Matahari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bisnis ritel merupakan suatu bisnis menjual barang dan jasa pelayanan yang telah
diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pemakai akhir
lainnya. Penjualan eceran merupakan salah satu bidang paling menarik dan dinamis dalam
perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus mempertimbangan
kecenderungan-kecenderungan berikut: menurunnya pertumbuhan ekonomi dan penduduk,
kenaikan biaya modal, tenaga kerja dan energy, perubahan gaya hidup konsumen, pola
berbelanja dan sikap dalam berbelanja, munculnya teknologi baru seperti mesin kasir,
berbelanja secara elektronik e-commerce, dan mesin otomatis yang semakin canggih.
Bertambahnya kekuatan para peritel besar dab kebangkitan paham konsumerisme dan
environementalisme serta semakin banyaknya peraturan pemerintah mempengaruhi
penjualan eceran.
Pasar ritel bisa terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang. Pasar
ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen
barang ritel melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Bidang
pertama yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel adalah perkembangan demografi.
Jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan semua barang dan jasa meningkat.
Siklus usaha ritel the wheel of retailing) adalah suatu hipotesis yang menjelaskan
munculnya institusi ritel yang baru, dan mundurnya ritel yang lama, yang selanjutnya
digantikan oleh institusi ritel yang lebih baru akan masuk ke pasar dengan posisi lowmargin, low-price, dan low-status.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sopiah,MM.,MPd dan Syihabudin, S.E.,M.Si, (2008), Manajemen Bisnis Ritel,
CV. Andi Offset, Yogyakarta.
12