&
Merger, Akuisisi, Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi
RPS 14 & RPS 15 Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu :
Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si.
Kelompok 4
1. 1 Latar Belakang
Perusahaan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana, pada situasi tertentu, perusahaan
mungkin akan mengalami kesulitan keuangan yang ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas
(tidak bisa membayar gaji pegawai, bunga hutang). Jika tidak diselesaikan dengan benar,
kesulitan kecil tersebut bisa berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar, dan bisa sampai
pada likuidasi. Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang
ringan (seperti masalah likuiditas), sampai pada kesulitan keuangan yang lebih serius, yaitu tidak
solvabel (hutang lebih besar dibandingkan dengan aset). Kesulitan mendefinisikan kesulitan
keuangan mempunyai banyak implikasi.
Penyebab kesulitan keuangan dan kebangkrutan cukup bervariasi. Jenis industri sendiri
mempengaruhi penyebab kegagalan usaha. Ada sektor usaha yang relatif mudah dikerjakan, ada
yang sulit. Kegagalam bisnis juga bervariasi tergantung umur usaha. Jika perusahaan mencapai
tahap tidak solvabel, pada dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangrkutan) atau
reorganisasi. Likuidasi jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau
diteruskan. Reorganisasi kalau perusahaan masih menunjukkan prospek yang baik, sehingga nilai
perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.
Penyelesaian Secara Informal, ditempuh apabila (1) masalah belum begitu parah; (2)
masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus. Cara informal
yang bisa ditempuh:
Pemecahan Secara Formal ditempuh: apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok
dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal
melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan. Dengan cara:
a) Apabila nilai perusahaan lebih besar dari nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan
reorganisasi, dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak.
Perubahan bisa dilakukan melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau keduanya.
b) Apabila nilai perusahaan lebih kecil dari nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi lebih baik
dilakukan. Likuidasi dengan menjual aset-aset perusahaan, kemudian didistribusikan ke
pemasok modal di bawah pengawasan pihak ketiga.
Jika prospek perusahaan di masa mendatang cukup baik, kesulitan keuangan bersifat
sementara, maka restrukturisasi perlu dilakukan. Jika kesulitan tersebut bersifat permanen, maka
kebangkrutan atau likuidasi merupakan pilihan yang lebih baik. Jika kesulitan perusahaan
bersifat permanen, maka nilai perusahaan yang dilikuidasi akan lebih tinggi dengan nilai
perusahaan jika dijalankan terus.
Berkaitan dengan kesulitan keuangan yang telah diuraikan, maka pada Bab ii akan dibahas:
Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi.
1. 2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu merger dan akuisisi ?
1.2.2 Apa itu restrukturisasi, reorganisasi dan likuidasi ?
1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui merger dan akuisis
1.3.2 Untuk mengetahui restrukturisai, reorganisasi dan likuidasi
BAB II
PEMBAHASAN
Merjer dan akuisisi merupakan alternative untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha.
Perluasan usaha dapat dilakukan dengan ekspansi ekstern, tetapi juga dapat dilakukan dengan
menggabungkan usaha yang telah ada (merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang
telah ada (akuisisi).
Alasan mengapa perusahaan bergabung dengan perusahaan lain atau membeli perusahaan
lain adalah lebih cepat dari pada harus membangun unit usaha sendiri. Meskipun alas an tersebut
benar, factor yang paling mendasari sebenarnya adalah motif ekonomi. Transaksi pembelian
tersebut hanya akan terjadi kalau pembelian tersebut menguntungkan kedua belah pihak.
Menguntungkan pemilik perusahaan yang dijual dan juga pemilik perusahaan yang membeli.
Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalau dari peristiwa akuisisi atau merjer
tersebut diperoleh synergy. Synergy berarti bahwa nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut
lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Synergy dapat
berwujud operating maupun financial synergy. Operating synergy adalah synergy yang dinikmati
oleh perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi sehingga dapat menekan biaya dan/atau
menaikkan penghasilan. Operating synergy muncul dari perusahaan yang melakukan ekspansi
pada bisnis yang sama sehingga dapat menekan biaya rata-rata karena biaya tetap persatuan
menurun (memperoleh economies of scale), atau melakukan diversifikasi ke sektor yang masih
berkaitan (related diversification).
Financial synergy berasal dari penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari
sumber pendanaan (financing). Jenis synergy ini mungkin diperoleh dari conglomerate merjer.
Conglomerate Merjer merupakan penggabungan perusahaan (bisa berasal dari akuisisi) dari
berbagai jenis kegiatan yang secara opreasional tidak berkaitan satu sama lain. Financial synergy
mungkin berasal dari dua sumber. Pertama, dengan mempunyai berbagai divisi, arus kas operasi
perusahaan diharapkan akan lebih stabil sehingga akan menekan cost of debt. Kedua, apabila
risiko dinilai berkurang, maka mungkin perusahaan dapat menggunakan rasio hutang yang lebih
tinggi. Sejauh pembayaran bunga masih bersifat tax deductible penggunaan hutang yang makin
banyak akan menghasilkan penghematan pajak yang makin besar pula.
Disamping alas an-alasan yang diharapkan dapat menimbulkan synergy (alasan yang masuk
akal), kadang-kadang akuisisi dilakukan dengan alasan yang meragukan dan tidak masuk akal,
seperti :
(1) Akuisisi saham, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian besar
saham perusahaan yang menjadi target akuisi. Akuisisi saham dapat dilakukan dengan
cara bersahabat (friendly) dan tidak bersahabat (hostile)
Friendly Merger, terjadi bila manajemen kedua belah pihak berunding bersama, dan hasil
perundingan tersebut (menyangkut harga yang wajar, pembayaran akuisisi dll) akan
diusulkan ke pemilik perusahaan
Hostile Takeover, terjadi bila manajemen perusahaan dari acquired company tidak diajak
berunding, tetapi perusahaan yang akan mengakuisisi (acquiring company) langsung
menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan-persyaratan yang dinilai
cukup menarik
(2) Akuisisi asset, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian atau seluruh
asset perusahaan yang menjadi target akuisisi. Persetujuan formal dari pemegang saham
perusahaan yang menjual diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan perusahaan dari
kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas
2.1.3 Taktik Perusahaan Mempertahankan Diri dari Merger dan Akuisisi
Sebelum penawaran, cara terbaik untuk mempertahankan diri dari pengambilan oleh
perusahaan lain :
Jika strategi sebelum penawaran tidak berhasil melindungi perusahaan dari pembelian oleh
perusahaan lain, maka setelah penawaran perusahaan masih dapat melakukan berbagai cara
untuk menggagalkan pertemuan tersebut
(1) Mengajukan tuntutan dengan dalih anti monopoli atau jika dirasa harga penawaran tidak
wajar, perusahaan dapat meminta untuk dilakukan harga penawaran lebih baik
(2) Menjual sebagian perusahaan kepada pihak ketiga atau menciptakan akan hutang yang
semakin besar dengan cara membeli kembali sebagian saham perusahaan
(3) Pembuatan kontrak khusus yang menjamin eksekutif tidak akan kehilangan pekerjaan
atau pemberi kompensasi yang sangat besar apabila terjadi penggabungan perusahaan.
Cara ini disebut Golden Parachut, dimana manajer tidak khawatir akan kehilangan
pekerjaan, kalaupun pembelian jadi dilakukan, manajer akan melakukan negosiasi untuk
menentukan harga yang wajar atau lebih mementingkan kepentingan pemegang saham
2.1.4 Menaksir Biaya Akuisisi
Contoh 4
PT. Ayang bergerak dalam bidang makanan dan minuman akan mengakuisisi PT. C yang
juga bergerak bidang makanan dan minuman. Dari akuisisi tersebut diharapkan akan dapat
dihemat biaya promosi dan distribusi sebesar Rp 1,50 milyar pada tahun depan, dan diperkirakan
akan meningkat sebesar 10% per tahun selamanya. Perusahaan saat ini telah membayar pajak
penghasilan dengan tarif 35%. Harga saham PT. C sebelum rencana akuisisi ini dibicarakan
adalah Rp 5.000,- per lembar dengan jumlah yang beredar sebanyak 6 juta lembar. Perusahaan
menggunakan tingkat bunga sebesar 18% untuk mengevaluasi rencana investasi. Apabila para
pemegang saham PT. A menyatakan bahwa mereka haruslah dapat menikmati manfaat akuisisi
tersebut minimal sebesar 50%, berapakah harga maksimum yang akan ditawarkan pada PT. C?
Jawab :
Dengan penghematan biaya sebesar Rp 1,50 milyar pada tahun depan, maka tambahan kas
masuk setelah pajak akan sebesar (1 - 0,35) Rp 1,50 milyar = Rp 975 juta. Dengan demikian
manfaat dari akuisisi tersebut diharapkan akan sebesar 975 juta / (018 - 0,10) = Rp 12.187,50
juta.
Karena manfaat yang diinginkan dinikmati oleh pemegang saham PT. A adalah 50%-nya,
maka yang boleh dinikmati oleh pemegang saham PT. C (sebagai biaya bagi pemegang saham
PT. A) adalah : 50% x Rp 12.187,50 juta = Rp 6.093,75 juta.
Dengan jumlah lembar saham sebanyak 6 juta lembar, maka kenaikan harga saham yang
dapat ditolerir adalah Rp 6.093,75 juta / 6,0 juta = Rp 1.015,- (dibulatkan).