Anda di halaman 1dari 13

Financial Technology dan Personal Finance

&
Merger, Akuisisi, Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi
RPS 14 & RPS 15 Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu :
Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si.

Kelompok 4

1. Anak Agung Putu Rista Andari (1907531006)


2. Ni Made Indah Parama Dewanti (1907531014)
3. Ni Luh Putu Santi Artini (1907531016)
4. Putu Nanda Puspadewi (1907531017)
5. Ni Ketut Ari Widyati (1907531022)
6. Putu Bernika Saraswati (1907531025)
7. Lorita Gwee (1907531026)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
RPS 14
Financial Technology dan Personal Finance
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
1. 2 Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Financial Technology
2. 2 Personal Finance
RPS 15
Merger, Akuisisi, Restrukturisasi, Reorganisasi, dan Likuidasi
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perusahaan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana, pada situasi tertentu, perusahaan
mungkin akan mengalami kesulitan keuangan yang ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas
(tidak bisa membayar gaji pegawai, bunga hutang). Jika tidak diselesaikan dengan benar,
kesulitan kecil tersebut bisa berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar, dan bisa sampai
pada likuidasi. Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang
ringan (seperti masalah likuiditas), sampai pada kesulitan keuangan yang lebih serius, yaitu tidak
solvabel (hutang lebih besar dibandingkan dengan aset). Kesulitan mendefinisikan kesulitan
keuangan mempunyai banyak implikasi.

Penyebab kesulitan keuangan dan kebangkrutan cukup bervariasi. Jenis industri sendiri
mempengaruhi penyebab kegagalan usaha. Ada sektor usaha yang relatif mudah dikerjakan, ada
yang sulit. Kegagalam bisnis juga bervariasi tergantung umur usaha. Jika perusahaan mencapai
tahap tidak solvabel, pada dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangrkutan) atau
reorganisasi. Likuidasi jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau
diteruskan. Reorganisasi kalau perusahaan masih menunjukkan prospek yang baik, sehingga nilai
perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.

Penyelesaian Secara Informal, ditempuh apabila (1) masalah belum begitu parah; (2)
masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus. Cara informal
yang bisa ditempuh:

a) Perpanjangan (extension): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang.

b) Komposisi (composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan, misal klaim


hutang diturunkan menjadi 60%. Kalau hutang awal besarnya Rp1 juta, maka hutang
yang baru menjadi Rp600.000 (60% x Rp1 juta).
c) Likuidasi: jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai going concern, perusahaan
bisa dilikuidasi secara informal,

Pemecahan Secara Formal ditempuh: apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok
dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal
melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan. Dengan cara:

a) Apabila nilai perusahaan lebih besar dari nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan
reorganisasi, dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak.
Perubahan bisa dilakukan melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau keduanya.

b) Apabila nilai perusahaan lebih kecil dari nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi lebih baik
dilakukan. Likuidasi dengan menjual aset-aset perusahaan, kemudian didistribusikan ke
pemasok modal di bawah pengawasan pihak ketiga.

Jika prospek perusahaan di masa mendatang cukup baik, kesulitan keuangan bersifat
sementara, maka restrukturisasi perlu dilakukan. Jika kesulitan tersebut bersifat permanen, maka
kebangkrutan atau likuidasi merupakan pilihan yang lebih baik. Jika kesulitan perusahaan
bersifat permanen, maka nilai perusahaan yang dilikuidasi akan lebih tinggi dengan nilai
perusahaan jika dijalankan terus.

Berkaitan dengan kesulitan keuangan yang telah diuraikan, maka pada Bab ii akan dibahas:
Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi.

1. 2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu merger dan akuisisi ?
1.2.2 Apa itu restrukturisasi, reorganisasi dan likuidasi ?
1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui merger dan akuisis
1.3.2 Untuk mengetahui restrukturisai, reorganisasi dan likuidasi
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Merger dan Akuisisi

Merjer dan akuisisi merupakan alternative untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha.
Perluasan usaha dapat dilakukan dengan ekspansi ekstern, tetapi juga dapat dilakukan dengan
menggabungkan usaha yang telah ada (merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang
telah ada (akuisisi).

2.1.1 Motif Merger dan Akuisisi

Alasan mengapa perusahaan bergabung dengan perusahaan lain atau membeli perusahaan
lain adalah lebih cepat dari pada harus membangun unit usaha sendiri. Meskipun alas an tersebut
benar, factor yang paling mendasari sebenarnya adalah motif ekonomi. Transaksi pembelian
tersebut hanya akan terjadi kalau pembelian tersebut menguntungkan kedua belah pihak.
Menguntungkan pemilik perusahaan yang dijual dan juga pemilik perusahaan yang membeli.

Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalau dari peristiwa akuisisi atau merjer
tersebut diperoleh synergy. Synergy berarti bahwa nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut
lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Synergy dapat
berwujud operating maupun financial synergy. Operating synergy adalah synergy yang dinikmati
oleh perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi sehingga dapat menekan biaya dan/atau
menaikkan penghasilan. Operating synergy muncul dari perusahaan yang melakukan ekspansi
pada bisnis yang sama sehingga dapat menekan biaya rata-rata karena biaya tetap persatuan
menurun (memperoleh economies of scale), atau melakukan diversifikasi ke sektor yang masih
berkaitan (related diversification).

Financial synergy berasal dari penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari
sumber pendanaan (financing). Jenis synergy ini mungkin diperoleh dari conglomerate merjer.
Conglomerate Merjer merupakan penggabungan perusahaan (bisa berasal dari akuisisi) dari
berbagai jenis kegiatan yang secara opreasional tidak berkaitan satu sama lain. Financial synergy
mungkin berasal dari dua sumber. Pertama, dengan mempunyai berbagai divisi, arus kas operasi
perusahaan diharapkan akan lebih stabil sehingga akan menekan cost of debt. Kedua, apabila
risiko dinilai berkurang, maka mungkin perusahaan dapat menggunakan rasio hutang yang lebih
tinggi. Sejauh pembayaran bunga masih bersifat tax deductible penggunaan hutang yang makin
banyak akan menghasilkan penghematan pajak yang makin besar pula.

Disamping alas an-alasan yang diharapkan dapat menimbulkan synergy (alasan yang masuk
akal), kadang-kadang akuisisi dilakukan dengan alasan yang meragukan dan tidak masuk akal,
seperti :

1. Diversifikasi, konsep Capital Assets Pricing Modal (CAMP) diketahui bahwa


diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai
perusahaan berdasarkan atas risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi.
2. Meningkatkan pertumbuhan, pertumbuhan akan memperbesar perusahaan, tetapi tanpa
peningkatan efisiensi atau sinergi maka tidak ada pengaruh positif terhadap pemegang
saham.
3. Meningkatkan jumlah earnings per share (EPS), tujuan meningkatkan EPS juga
merupakan tujuan yang tidak masuk akal karena peningkatan EPS belum tentu
memberikan nilai tambah terhadap pemegang saham.
2.1.2 Jenis Merger dan Akuisisi
Berdasarkan atas cara perluasan yang dilakukan merger dan akuisisi dapat dilakukan dengan:
(1) Horisontal : penggabungan perusahaan lain dalam jenis bisnis yang sama
(2) Vertikal : penggabungan perusahaan yang mempunyai keterkaitan antara input-output
(3) Congeneric : penggabungan perusahaan dalam industry yang sama tetapi tidak
memproduksi produk yang sama dan tidak ada keterkaitan supplier
(4) Conglemerate : penggabungan perusahaan dari industry yang berbeda

Sedangkan Merjer dan Akuisisi berdasarkan jenis penggabungannya meliputi :

(1) Akuisisi saham, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian besar
saham perusahaan yang menjadi target akuisi. Akuisisi saham dapat dilakukan dengan
cara bersahabat (friendly) dan tidak bersahabat (hostile)
Friendly Merger, terjadi bila manajemen kedua belah pihak berunding bersama, dan hasil
perundingan tersebut (menyangkut harga yang wajar, pembayaran akuisisi dll) akan
diusulkan ke pemilik perusahaan
Hostile Takeover, terjadi bila manajemen perusahaan dari acquired company tidak diajak
berunding, tetapi perusahaan yang akan mengakuisisi (acquiring company) langsung
menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan-persyaratan yang dinilai
cukup menarik
(2) Akuisisi asset, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian atau seluruh
asset perusahaan yang menjadi target akuisisi. Persetujuan formal dari pemegang saham
perusahaan yang menjual diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan perusahaan dari
kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas
2.1.3 Taktik Perusahaan Mempertahankan Diri dari Merger dan Akuisisi

Kadang-kadang perusahaan melakukan berbagai cara untuk menghindari dari pembelian


oleh perusahaan lain. Secara umum taktik untuk mempertahankan diri dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) yaitu : sebelum penawaran dan sesudah penawaran

Sebelum penawaran, cara terbaik untuk mempertahankan diri dari pengambilan oleh
perusahaan lain :

(1) Mengubahnya menjadi perusahaan perseorangan. Dengan menjadi perusahaan


perseorangan, maka kendali ada pada satu tangan, keputusan yang diambil tidak
memerlukan musyawarah, dalam kaitan mempertahankan perusahaan dari
pengambilalihan oleh perusahaan lain
(2) Mempertahankan proporsi kepemilikan saham pada satu orang atau kelompok orang,
misalnya 50 persen saham dipegang oleh pendirinya dan 30 persen saham dipegang oleh
karyawannya;
(3) Meningkatkan skala usaha, skala usaha yang besar akan menyulitkan perusahaan lain
yang ingin memberlinya karena tentu diperlukan dana yang besar
(4) Mempertahankan harga saham yang kuat, yang mencerminkan kuatnya manajemen,
prospek pertumbuhan dan kesempatan investasi yang baik
(5) Persyaratan meger yang makin ketat, misalnya perusahaan menetapkan bahwa merger
hanya dapat dilakukan apabila disetujui oleh minimal 80% pemegang saham
(6) Membuat perusahaan menjadi tidak menarik untuk mengambil alih yang disebut juga
dengan poisson pill. Poisson pill dilakukan dengan memberikan kepada pemegang saham
perusahaan yang akan dibeli untuk menjual sahamnya dengan harga yang tinggi atau
pemberian hak untuk memperoleh saham baru dengan discount yang cukup besar atau
bahkan gratis. Poisson pill ini dapat melindungi perusahaan dari pengambilalihan oleh
perusahaan lain apabila dirasa harga penawarannya tidak wajar

Jika strategi sebelum penawaran tidak berhasil melindungi perusahaan dari pembelian oleh
perusahaan lain, maka setelah penawaran perusahaan masih dapat melakukan berbagai cara
untuk menggagalkan pertemuan tersebut

(1) Mengajukan tuntutan dengan dalih anti monopoli atau jika dirasa harga penawaran tidak
wajar, perusahaan dapat meminta untuk dilakukan harga penawaran lebih baik
(2) Menjual sebagian perusahaan kepada pihak ketiga atau menciptakan akan hutang yang
semakin besar dengan cara membeli kembali sebagian saham perusahaan
(3) Pembuatan kontrak khusus yang menjamin eksekutif tidak akan kehilangan pekerjaan
atau pemberi kompensasi yang sangat besar apabila terjadi penggabungan perusahaan.
Cara ini disebut Golden Parachut, dimana manajer tidak khawatir akan kehilangan
pekerjaan, kalaupun pembelian jadi dilakukan, manajer akan melakukan negosiasi untuk
menentukan harga yang wajar atau lebih mementingkan kepentingan pemegang saham
2.1.4 Menaksir Biaya Akuisisi

Contoh 4

PT. Ayang bergerak dalam bidang makanan dan minuman akan mengakuisisi PT. C yang
juga bergerak bidang makanan dan minuman. Dari akuisisi tersebut diharapkan akan dapat
dihemat biaya promosi dan distribusi sebesar Rp 1,50 milyar pada tahun depan, dan diperkirakan
akan meningkat sebesar 10% per tahun selamanya. Perusahaan saat ini telah membayar pajak
penghasilan dengan tarif 35%. Harga saham PT. C sebelum rencana akuisisi ini dibicarakan
adalah Rp 5.000,- per lembar dengan jumlah yang beredar sebanyak 6 juta lembar. Perusahaan
menggunakan tingkat bunga sebesar 18% untuk mengevaluasi rencana investasi. Apabila para
pemegang saham PT. A menyatakan bahwa mereka haruslah dapat menikmati manfaat akuisisi
tersebut minimal sebesar 50%, berapakah harga maksimum yang akan ditawarkan pada PT. C?

Jawab :

Dengan penghematan biaya sebesar Rp 1,50 milyar pada tahun depan, maka tambahan kas
masuk setelah pajak akan sebesar (1 - 0,35) Rp 1,50 milyar = Rp 975 juta. Dengan demikian
manfaat dari akuisisi tersebut diharapkan akan sebesar 975 juta / (018 - 0,10) = Rp 12.187,50
juta.

Karena manfaat yang diinginkan dinikmati oleh pemegang saham PT. A adalah 50%-nya,
maka yang boleh dinikmati oleh pemegang saham PT. C (sebagai biaya bagi pemegang saham
PT. A) adalah : 50% x Rp 12.187,50 juta = Rp 6.093,75 juta.

Dengan jumlah lembar saham sebanyak 6 juta lembar, maka kenaikan harga saham yang
dapat ditolerir adalah Rp 6.093,75 juta / 6,0 juta = Rp 1.015,- (dibulatkan).

Harga maksimum yang akan ditawarkan ke PT. C adalah : Rp 6.000 + Rp 1.015,- = Rp


7.015,-.

2. 2 Restrukturisasi, Reorganisasi dan Likuidasi


2.2.1 Restrukturisasi
2.2.2 Reorganisasi
2.2.3 Likuidasi
Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan stock.
Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih
besar dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar, sedangkan total
asetnya hanya Rp 500 juta, maka perusahaan tersebut sudah bisa dinyatakan
likuidasi/bangkrut. Dengan pendekatan aliran kas, prusahaan akan bangkrut jika tidak bisa
menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan
likuidasi/ bangkrut meskipun mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau
mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
Likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak
lagi menguntungkan. Kalaupun ditambah modalm atau merubah kredit menjadi penyertaan,
tidak terlihat membaiknya kondisi perusahaan. Dalam keadaan seperti ini para kreditur
mungkin lebih enyukai untuk meminta perusahaan – perusahaan dilikuidir.
Satu hal yang perelu diperhatikan adalah bahwa dalam peristiwa likuidasi mungkin
memakan waktu yang lama dan aktiva mungkin dijual dengan harga murah (distres price).
Disamping itu perusahaan harus melunasi kewajiban tertentu terlebih dahulu, yaitu
kewajiban terhadap para karyawan (gaji yang belum dibayar) dan pemerintah (pajak yang
belum dibayar). Dengan demikian dapat terjadi bahwa akhirnya kreditur akan menerima
jumlah yang relatif sangat kecil, hasil penjualan aktiva perusahaan.
Proses likuidasi dilakukan secara formal ataupun tidak formal. Proses likuidasi tidak
formal dilakukan perusahan dengan pertimbangan yakni biaya lebih murah, aktivitas
sederhana, kreditur mendapatkan uangnya lebih banyak dan lebih cepat.
Proses likuidasi formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Melalui pihak ketiga,
pihak – pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak
lainnya. Pengadilan berusaha agar pihak – pihak yang berkaitan memperoleh perlakuan yang
adil selama proses perbaikan tersebut.
Tujuan pokok dari likuidasi formal adalah likuidasi aset yang teratur dan adil
kepada pihak – pihak yang terlibat. Kelemahan likuidasi semacam itu adalah proses yang
lambat dan lebih mahal dibandingkan dengan likuidasi informal. Likuidasi formal bisa
dihindari jika kreditur dan perusahaan bisa sampai pada kesepakatan untuk melakukan
penyelesaian secara informal.
Ada dua alsan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur
formal yaitu permasalahan common pool dan hold out.
1. Common pool
Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total Rp 20
miliar, yang ebrasal dari 10 kreditur dengan besar masing – masing adalah sama (Rp2
milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15 milyar. Jika
dilikuidasi, aset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10 milyar.
Misalkan kondisi perusahan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu
hutangnya, maka kreditur tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
2. Hold out
Misalkan pada contoh diatas perusahaan berhasil meyakinkan kreditur agar dilakukan
restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditur),
diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, misal Rp1,4 milyar untuk
setiap krerditur. Jika kreditur menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp 14
milyar. Karena nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang
saham memperoleh sisa sebesar 1 milyar. Perusahaan dengan demikian tidak perlu
dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus. Kreditur secara keseluruhan juga
diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut), karena nilai Rp 14 milyar leih besar
dibandingkan dengan Rp 10 milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi).
Jika menggunakan jalur likuidasi formal, peruaturan perundangan akan
emnetepakan peraturan – peraturan untuk mencegah problem – problem tersebut.
Contoh, kecenderungan salah satu pihak untuk membangkrutkan perusahaan dan
meminta pelunasan secara sepihak dan hanya untuk dia, akan dibatasi oleh peraturan.
Peraturan juga diharapkan bisa mencegah persoalan hold out. Sebagai contoh,
perusahaan bisa menetapkan persetujuan restrukturisasai jika sebagian besar kreditur,
atau untuk kelas kreditur tertentu, meenerima rencana restrukturisasi. Kreditur yang
tidak setuju dengan restrukturisasi (atau yang menunda, atau yang hold out), akan
menerima jumlah yang sama dengan kreditur yang menerima rencana restrukturisasi.
Dengan cara ini, prusahaan memaska kreditur untuk menerima restrukturiasi
perusahaan.
Kas yang diperoleh dari likuidasi aset perusahaan akan didistribusikan dengan
urutan – urutan tertentu, misal (dari yang paling berhak memperoleh pertama, sampai
yang paling terakhir memperoleh hak).
1. Biaya administrasi yang berkaitan dengn urusan likuidasi, termasuk biaya
pengacara, kurator (trustee)
2. Klaim dari kreditur yang muncul dari kegiatan bisnis mulai dari saat kasus dibawa
ke pengadilan sampai saat trustee diangkat
3. Gaji pegawai yang diperoleh dalam waktu 90 hari sesudah petisi kebangkrutan
4. Premi penisunan pegawai untuk masa kerja dalam 120 hari pertisi kebangkrutan
diajukan
5. Uang muka dari pelanggan yang membeli barang tetapi belum memperoleh
barangnya
6. Pajak pendapatan sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan, pajak properti sampai
setahun sebelum kebangkrutan, dan semua pajak pendapatan yang masih diathan
oleh perusahaan
7. Kreditur umum
8. Saham preferen
9. Saham biasa

Anda mungkin juga menyukai