Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RESTRUKTURISASI DAN KEBANGKRUTAN

DISUSUN OLEH:

AULYA RAHMI PUTRI


20180410314

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya, maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah
Manajemen Keuangan yang berjudul “RESTRUKTURISASI DAN
KEBANGKRUTAN“. Saya hanturkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Terutama kepada Ibu Alien Akmalia sebagai
dosen pengampu mata kuliah ini.

Dalam Penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak


kekurangan, baik dalam materi maupun cara penulisan, untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi menyempurnakan isi
makalah ini. Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak
terhingga kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung atas sumber- sumber materi sebagai bahan referensi yang
membantu saya dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya saya berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan.

Yogyakarta, 27 Desember 2019

Penyusun

Aulya Rahmi Putri


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perusahaan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana. Pada
situasi tertentu, perusahaan mungkin akan mengalmi kesualitan keuangan
yang ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas (tidak bias membayar
gaji pegawai, bunga utang). Jika tidak diselesaikan dengan benar,
kesulitan kecil tersebut bias berkembang menjadi kesulitan yang lebih
besar, dan bisa sampai pada kebangkrutan.
Makalah ini menjelaskan kesulitan keuangan perusahaan, yang
didahului dengan pengertian kesulitan keuangan, kemudian diteruskan
dengan pembicaraan mengenai alternatif penyelesaian perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan, lalu prediksi kebangkrutan dan lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Kesulitan Keuangan dan Kebangkrutan?
2. Apa penyebab Kesulitan Keuangan?
3. Apa alternatif perbaikan Kesulitan Keuangan?
4. Apa itu Restruktursasi?
5. Apa penyebab terjadinya Restrukturisasi?
6. Bagaimana Prediksi Kebangkrutan?

1.3. Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui apa itu Kesulitan Keuangan dan Kebangkrutan
2. Mengetahui penyebab Kesulitan Keuangan
3. Mengetahui alternative perbaikan Kesulitan Keuangan
4. Mengetahui apa itu Restrukturisasi
5. Mengetahui penyebab terjadinya Restrukturisasi
6. Mengetahui bagaimana Prediksi Kebangkrutan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kesulitan Keuangan dan Kebangkrutan

Menurut (Baxter, dkk. 2007) resiko ketidakmampuan perusahaan


membayar sebagai probabilitas bahwa perusahaan akan menjadi
bangkrut dalam 12 bulan ke depan. Menurut Zeitun, dkk. 2007)
perusahaan dengan aliran kas negative tidak dapat meminjam dan karena
itu perusahaan menghadapi resiko kegagalan. Menurut (Ross, dkk. 2010)
Financial distress adalah situasi dimana arus kas operasi sebuah
perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban saat ini (seperti kredit
atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa untuk mengambil tindakan
koreksi.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik sebuah


kesimpulan bahwa financial distress adalah suatu situasi yang
menggambarkan terjadinya penurunan kondisi keuangan yang terlihat dari
arus kas operasi perusahaan yang tidak mampu untuk melunasi
kewajiban saat ini dan perusahaan harus mengambil tindakan koreksi.
Kesulitan keuagan yang berujung pada kebangkrutan bisa dilihat dari hal-
hal yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
Menurut Prihadi (2008: 177).

Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu


lagi untuk melunasi kewajibannya. Kebangkrutan adalah kondisi dimana
sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan tidak mampu
mengoprasikan perusahaan dengan baik.
2.2. Penyebab Kesulitan Keuangan

Penyebab kesulitan keuangan dan kebangkrutan cukup bervariasi.


Jenis industri sendiri mempengaruhi penyebab kegagalan usaha. Ada
sektor usaha yang relatif mudah dikerjakan, ada yang sulit.

Penyebab Kegagalan Usaha Persentase


1. Kekurangan pengalaman 15,6%
operasional

2. Kekurangan pengalaman
14,1%
manajerial

3. Pengaman tidak seimbang


22,3%
antara keuangan, produksi dan
fungsi lainnya

4. Manajemen yang tidak


40,7%
kompeten

5. Penyelewengan 0,9%

0,9%
6. Bencana

7. Kealpaan 1,9%

8. Alasan lain yang tidak diketahui 3,6%


Jumlah 100%

Tabel Penyebab Kesulitan Keuangan

2.3. Alternatif perbaikan Kesulitan Keuangan

Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada dasarnya


ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangkrutan) atau reorganisasi. Likuidasi
jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau
diteruskan. Reorganisasi kalau perusahaan masih menunjukkan prospek
yang baik, sehingga nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar
dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi. Berikut ini
beberapa alternatif perbaikan berdasarkan besar kecilnya permasalahan
yang dihadapi oleh perusahaan. Tergantung tingkat keseriusan yang
dialami oleh perusahaan, pemecahan bisa dilakukan secara informal dan
formal. Berikut ringkasan perbaikan informal dan formal:

1. Pemecahan secara Informal:


1) Dilakukan apabila masalah belum begitu parah
2) Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek
masa depan masih bagus.
Cara:
 Perpanjangan (extension): dilakukan dengan
memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang.
 Komposisi (Composition): dilakukan dengan mengurangi
besarnya tagihan, misal klaim hutang diturunkan menjadi
60%. Kalau hutang awal besarnya Rp1 juta, maka hutang
yang baru menjadi Rp600.000 (60% × Rp1 juta).
 Likuidasi: jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai
going concern, perusahaan bisa dilikuidias secara informal.
2. Pemecahan secara Formal:
Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur dan
pemasok dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan
keadilan. Pemecahan secara formal melibatkan pihak ketiga yaitu
pengadilan.
Cara:
 Apabila nilai perusahaan > Nilai perusahaan dilikuidasi,
dilakukan Reorganisasi, dengan merubah struktur modal
menjadi struktur modal yang layak. Perubahan bisa
dilakukan melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau
keduanya.
 Apabila nilai perusahaan < Nilai perusahaan dilikuidasi,
likuidasi lebih baik dilakukan. Likuidasi dengan menjual aset-
aset perusahaan, kemudian didistribusikan ke pemasok
modal di bawah pengawasan pihak ketiga.
A. Perbaikan Informal
Secara prinsip, penyelesaian perusahaan mengalami
kesulitan keuangan dilakukan dengan prinsif berikut ini. Jika
prospek perushaan dimasa mendatang cukup baik, jika kesulitan
tersebut bersifat permanen, maka restrukturisasi perlu dilakukan.
1. Restrukturisasi
Restrukturisasi dilakukan agar perusahaan yang yang
mengalami kesulitan keuangan bisa bernafas lega. Cara yangbisa
dilakukan adalah mengurangi beban-beban yang menghimpit
perusahaan, biasanya dengan membebaskan atau meringankan
perusahaan dari beban keuangan yang bersifat tetap (beban
bunga utang).
Extension. Melalui perpanjangan, kreditor bersedia
memperpanjang masa jatuh tempo hutangnya. Sebagai contoh,
hutang yang pada mulanya jatuh tempo dalam lima tahun,
sekarang diperpanjang menjadi sepuluh tahun.
Komposisi (Composition). Komposisi dilakukan melalui
perubahan nilai hutang lama. Sebagai contoh, hutang lama sebesar
Rp 100 diturunkan nilainya menjadi Rp 60. Meskipun nilai hutang
turun, kreditor masih bias menerimanya karena nilai tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai hutang jika perusahaan dilikuidasi.
2. Likuidasi
Dalam beberapa situasi likuidasi informal juga bisa
dilakukan. Jika nilai perusahaan dilikuidasi lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai perusahaan yang going concern
(berjalan terus), maka perusahaan sebaiknya dilikuidasi. Likuidasi
informal mempunyai kelebihan dibandingkan likuidasi formal,
karena lebih cepat dan biasa menghemat biaya pengadilan,
sehingga nilai likuidasi yang diperoleh bisa lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai yang diperoleh jika likuidasi dilakukan
melalui pengadilan.
B. Perbaikan Formal
1. Keuntungan Perbaikan Formal
Kenapa perusahaan menggunakan jalur resmi (perundang-
perundang) dalam proses kebangkrtutan. Ada dua alasan secara
teoritis mendorong perusahaan menggunakan jalur resmi. Yaitu: (1)
permasalahan common pool, dan (2) permasalahan hold-out
Common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang
nominal sebesar total Rp 20 milyar, yang berasal dari 10 kreditor
dengan besar masing-masing adalah sama (Rp 2milyar). Nilai
pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika
dilikuidasi, asset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar
Rp 10milyar. Misalkan kondisi perusahaan memburuk sehingga
tidak bisa membayar salah satu hutangnya, maka kreditor
tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil
meyakinkan kreditor agar dilakukan restrukturisasi. Hutang yang
lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditor), diganti
dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4
milyar untuk setiap kreditor. Jika kreditor menyetujui usulan
tersebut, total hutang menjadi Rp 14milyar. Karena nilai
perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang
saham memperoleh sisa sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan dengan
demikian tidak perlu dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus.
Kreditor secara keseluruhan juga diuntungkan (dibandingkan jika
bangkrut), karena nilai Rp 14milyar lebih besar dibandingkan
dengan Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi.
2. Reorganisasi
Langkah-langkah Reorganisasi. Secara umum langkah-
langkah restrukturisasi adalah sebagai berikut ini. Pertama, kurator
akan menetukan nilai perusahaan jika perusahaan going concern.
Setelah langkah pertama dilakukan, kemudian sturktur modal yang
baru mulai ditentukan. Setelah kedua langkah tersebut selesai,
perusahaan bisa muncul dengan wajah baru dan kembali
menjalankan operasinya.
1. Menentukan nilai perusahaan. Penilaian yang sering
digunakan dan yang termasuk cukup sederhana, adalah
menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi.
Misalkan kurator atau pihak penilai memperkirakan perusahaan
setelah direorganisasi mampu menghasilkan pendapatan bersih
pertahunnya adalah Rp 10 milyar. Tingkat kapitalisasi untuk
perusahaan yang serupa adalah 20 %. Nilai perusahaan tersebut
bisa dihitung sebagai berikut ini :
Nilai perusahaan = Rp 10 milyar/0,2 = Rp 50 milyar
Pihak lain bisa sampai pada angka yang berbeda. Perbedaan
sangat mungkin terjadi karena sangat sulit menghitung pendapatan
bersih di masa mendatang.
2. Menentukan struktur modal yang baru
Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga)
agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk
mengurangi beban tetap tersebut, total hutang biasanya akan
dikurangi.
3. Likuidasi
Jika perusahaan lebih bernilai jika dilikuidasi dibandingkan dengan
jika diteruskan, maka alternatif likuidasi bisa dilakukan. Kas yang
diperoleh dari likuidasi aset perusahaan akan didistribusikan
dengan urutan-ururtan tertentu, misal dengan urutan berikut ini
(dari yang paling berhak memperoleh pertama, sampai paling
terakhir memperoleh hak).
1. Biaya administrasi yang berkaitan dengan urursan likuidasi,
termasuk biaya untuk pengacara, dan kurator (trustee).
2. Klaim dari kreditor (utang) yang muncul dari kegiatan bisnis
mulai dari saaat kasus dibawa ke pengadilan sampai ke saat
trustee (kurator) diangkat.
3. Gaji pegawai yang diperoleh dalam waktu 90 hari sesudah
(within) petisi kebangkrutan. Jumlah ini dibatasi sampai $2.000 per
pegawai.
4. Premi pensiunan pegawai untuk masa kerja dalam 120 hari petisi
kebangkrutan diajukan. Klaim ini dibatasi $2.000 per pegawai
dikalikan jumlah pegawai.
5. Uang muka dari pelanggan yang membeli barang tetapi belum
memperoleh barangnya.
6. Pajak pendapatan sampe tiga tahun sebelum kebangkrutan,
pajak property sampai setahun sebelum kebangkrutan, dan semua
pajak pendapatan yang masih ditahan oleh perusahaan.
7. Kreditor umum
8. Saham preferen
9. Saham biasa
Tujuan poko dari likuidasi formal adalah likuidasi aset yang
teratur dan adil kepada pihak-pihak yang terlibat. Kelemahan
likuidasi semacam itu adalah proses yang lambat dan lebih mahal
dibandingkan dengan likuidasi informal. Likuidasi formal bisa
dihindari jika kreditor dan perusahaan bias sampai pada
kesepakatan untuk melakukan penyelesaian secara informal.
2.4. Apa itu Restrukturisasi

Secara umum, Restrukturisasi adalah sebagai “perubahan


kepemilikan, campuran bisnis, aset, mencampur dan aliansi dengan
maksud untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan
meningkatkan nilai perusahaan, Sulaiman (2012).” Norley, Swanson dan
Marshall (2012) mendefinisikan restrukturisasi sebagai tindakan untuk
menata ulang struktur hukum, kepemilikan, operasional atau struktur lain
dari sebuah perusahaan dengan tujuan membuatnya lebih
menguntungkan dan lebih baik.

Jenis-Jenis Restrukturisasi Perusahaan

Lai dan Sudarsanam (1997) dan Eichner (2010) mengkategorisasi


jenis restrukturisasi operasional, keuangan, manajerial dan portofolio.
Untuk lebih jelasnya, pembahasan mengenai jenis-jenis restrukturisasi
akan diuraikan pada bagian berikutnya:
a. Restrukturisasi Keuangan

Restrukturisasi keuangan merupakan perubahan substansial dalam


struktur keuangan perusahaan, atau kepemilikan atau kontrol, yang
dirancang untuk meningkatkan nilai perusahaan. Biasanya ada
kesepakatan dengan pihak ketiga untuk memutuskan klaim kreditor
berdasarkan persyaratan dan ketentuan tertentu (Lal, Pitt & Beloucif,
2013). Beberapa tindakan yang dapat dikategorikan sebagai bentuk
restrukturisasi keuangan adalah: Restrukturisasi hutang, dan Penerbitan
saham baru (Rights Issue)

b. Restrukturisasi Portofolio

Restrukturisasi portofolio adalah mengubah konfigurasi portofolio


dengan menjual aset atau jenis aset yang tidak diinginkan, dan
menggantikan dengan aset pilihan (Maria, Angel & Javier, 2015).
Beberapa bentuk restrukturisasi portofolio antara lain meliputi: spin-off,
sell asset, akuisisi, divestasi, penutupan lini bisnis dan pembukaan lini
bisnis baru (Bowman, et al, 1999; Bergh et al, 1998).

c. Restrukturisasi Operasional

Restrukturisasi Operasional adalah identifikasi penyebab


penurunan performance operasional dan pengembangan strategi untuk
mencapai perbaikan. Artinya, Restrukturisasi operasional berfokus pada
profitabilitas operasi. Tidak membahas struktur permodalan atau struktur
pembiayaan perusahaan. Hampir semua orang memahami bahwa bentuk
restrukturisasi operasional antara lain efisiensi dan PHK. Beberapa bentuk
restrukturisasi operasional antara lain yaitu: PHK, pemotongan biaya
operasional, mengubah belanja modal, reorganisasi internal, perubahan
kontrol, pengelolaan aset berisiko, pengelolaan daya saing.

d. Restukturisasi Manajerial

Merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur


organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan masalah managerial dan organisasi. Restrukturisasi
manajerial terdiri dari perubahan dalam eksekutif puncak manajemen
perusahaan. Adapun tindakan yang dapat dikategorikan sebagai bentuk
restrukturisasi manajerial antara lain adalah: Penggantian CEO,
reorganisasi internal dan perubahan kontrol.

2.5. Penyebab terjadinya Restrukturisasi

Menurut Bramantyo (2004) alasan suatu korporasi melakukan


restrukturisasi, antara lain:
a. Masalah Hukum/Desentralisasi

b. Masalah Hukum/Monopoli
c. Tuntutan pasar

d. Masalah Geografis

e. Perubahan kondisi korporasi

f. Hubunganholding-anakperusahaan

g. Masalah Serikat Pekerja

h. Perbaikan Image Korporasi

i. Fleksibilitas Manajemen

j. Pergeseran kepemilikan

k. Akses modal yang lebih baik

Menurut Williamson dalam Adler (2011), ada empat filsafat yang


selalu dibahas beberapa akademisi mengapa melakukan tindakan
restrukturisasi, yaitu restrukturisasi untuk posisi, restrukturisasi untuk
platform, restrukturisasi kompetensi, dan restrukturisasi sebagai sebuah
pilihan.

Berdasarkan penelitian Yeung dan Brockbank dalam Adler (2011)


terhadap 160 eksekutif perusahaan besar di California menunjukkan
terdapat tiga faktor utama yang mendorong dilakukan restrukturisasi, yaitu
pengurangan biaya, meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, dan
perubahan budaya perusahaan.

Menurut Engelbart dalam Rivai (2010) alasan organisasi


melakukan restrukturisasi berubah:

 Inovasi dalam produk, teknologi, bahan, proses kerja,


struktur organisasi, dan budaya organisasi.
 Baru dan pergeseran pasar.
 Tindakan pesaing global, nilai-nilai kekuatan bekerja,
permintaan, dan keragaman.
 Peraturan dan etika kendala dari lingkungan.
 Individu pengembangan dan transisi.

2.6. Bagaimana Prediksi Kebangkrutan

Kebangkrutan merupakan kegagalan perusahaan dalam


menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan
juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau
insolvabilitas (Hadi, 2008). Menurut Martin (1995) dalam Nugraheni (2005)
kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah
perusahaan.

A. Analisis Univariate

Analisis univariate dilakukan dengan melihat variabel keuangan


yang diperkirakan mempengaruhi atau berkaitan dengan kebangkrutan,
dengan menganalisis terpisah (untuk setiap variabelnya).

B. Analisis Multivariate

Analisis multivariate menggunakan dua variabel atau lebih secara


bersama-sama ke dalam satu persamaan. Analisis ini bisa dipakai untuk
menghilangkan kelemahan analisis univariate yang mempunyai
kemungkinan konflik antar variabel. Untuk membuat model multivariat, kita
perlu mendefinisikan variabel bebas dan variabel tidak bebas, seperti
berikut ini (seperti model regresi).

Y = a + a1X1 + ...... + anXn


Variabel tidak bebas (Y) biasanya berupa variabel dummy (0 untuk
perusahaan yang bangkrut atau 1 untuk perusahaan yang tidak bangkrut).
Kemudian X1 sampai Xn (variabel bebas) adalah variabel yang
diperkirakan mempengaruhi kebangkrutan.

Model prediksi kebangkrutan multivariate yang cukup terkenal dan


menjadi pioner adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh
Altman (1969). Model tersebut menggunakan tehnik statistik analisis
diskriminan, dan secara umum bisa dituliskan sebagai berikut ini.

Z = a + a1X1 + ...... + anXn

dimana Z merupakan skor kebangkrutan, sedangkan X1... Xn adalah


variabel bebas.

Model yang dikembangkan oleh Altman menghasilkan persamaan


sebagai berikut ini.

Zi = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

dimana

X1 = (Aktiva lancar – Hutang Lancar) / Total Aktiva

X2 = Laba yang ditahan / Total Aset

X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset

X4 = Nilai pasar saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total hutang

X5 = Penjualan / Total Aset

Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1969) dengan


menggunakan data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa skor kritis
untuk model tersebut adalah 1,8. Jika suatu perusahaan mempunyai skor
di bawah 1,8, maka perusahaan tersebut mempunyai probabilitas yang
tinggi untuk bangkrut, dan sebaliknya.

Bagaimana dengan di Indonesia, bisakah model tersebut


diterapkan? Salah satu perbedaan yang mencolok antara Indonesia
dengan Amerika menggunakan model yang dipakai oleh Altman adalah
sedikitnya perusahaan Indonesia yang go-public. Jika perusahaan tidak
go-public, maka nilai pasar saham tidak bisa dihitung.

Untuk mengganti nilai pasar, Altman kemudian menggunakan nilai


buku saham biasa dan saham preferen sebagai salah satu komponen
variabel bebasnya, dan kemudian mengembangkan model diskriminan
kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut.

Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

dimana X1 = (Aktiva lancar – Hutang Lancar) / Total Aktiva X2 = Laba


yang ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset
X4 = Nilai buku saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total hutang
X5 = Penjualan / Total Aset

Nilai Z kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu
perusahaan mempunyai nilai Z di atas 1,2 maka perusahaan diperkirakan
tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya. Model tersebut kemudian
bisa digunakan baik untuk perusahaan yang go-public maupun yang tidak
go-public.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Makalah ini membeciraka kesulitan usaha yang berjuang pada


restrukturisasi atau kebangkrutan. Kesulitan usaha, meskipun nampaknya
jelas, tetapi sulit didefenisikan dengan tegas. Ada beberapa usaha yang
sebenarnya sudah bangkrut tapi tidak bangkrut karena ditolong oleh
lembaga lain. Penyebab kegalalan perusahaan bervariasi, mulai dari
kekurangan pengalaman manajerial sampai kekurangan modal. Ada
beberapa alternatif untuk menyelesaikan kesulitan usaha seperti
restrukturisasi atu reorganisasi dan likudasi.

Secara umum, jika nilai perusahaan diteruskan lebih tinggi


dibandingkan nilai perusahaan jika dibubarkan, maka penyelesaian
restrukturisasi akan dipilih dibandingkan dengan likuidasi. Penyelesaian
restrukturisasi atau likuidasi bisa dilakukan secara informal maupun
formal. Ada keuntungan dan kekurangan untuk masing-masing pilihan.
Pembicaraan diteruskan untuk dengan memberikan contoh reorganisasi
dan likuidasi dengan menggunakan prinsip absolute dan relative priority.

Bagian akhir membicarakan prediksi kebangkrutan dengan


menggunakan alanisis unvariate dan multivariate. Model diskriminan bisa
dipakai untuk memprediksi kebangkrtuan dengan anailsis multivariate.
DAFTAR PUSTAKA

Hasim As'ari, A. M. (2019). Pengaruh Restrukturisasi Perusahaan terhadap


Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi & Ekonomi FE. UN PGRI.
Buari, D. I. (2017). ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
(JBE), 24-31.
Dr. Mamduh M. Hanafi, M. (2017). Manajemen Keuangan Edisi 2. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.

Anda mungkin juga menyukai