Empat factor yang mempengaruhi seberapa efektifnya individu melakukan negosiasi, yaitu : kepribadian, suasana hati/emosi, budaya, dan gender.
1. Sifat kepribadian dalam Negosiasi : Sikap kepribadian dianggap paling mempengaruhi
hasil dari sebuah negosiasi, dimana ada kecenderungan bahwa orang yang mudah untuk setuju seringkali merupakan sasaran empuk dalam proses negosiasi. Padahal hasil penelitian cenderung menunjukkan bahwa hubungan antara sikap pribadi dengan hasil negosiasi sangatlah lemah. Hal ini tergantung pada situasi dan pada kenyataannya, kemampuan seorang untuk menjadi seorang negotiator termasuk diantaranya dalam meningkatkan kapasitas sikap pribadi beserta kemampuan manajemen mood dan emosi dapatlah dilatih dan terus ditingkatkan. 2. Suasana Hati/Emosi dalam Negosiasi : Mood dan emosi dapat mempengaruhi proses dan hasil negosiasi tergantung pada konteks situasi yang dihadapi. Seorang negotiator yang pemarah pada umumnya dianggap mempercepat konsensus karena pihak lainnya percaya bahwa konsensus lainnya kedepannya tidak bisa dicapai. Hal yang paling terpenting anda dapat menunjukkan amarah anda dalam sebuah proses negosiasi adalah hanya jika ketika anda memiliki kekuatan atau power yang setara dengan lawan negosiasi anda. Jika kekuasaan anda kurang dari lawan anda, maka kemarahan anda hanya akan membuat anda dianggap sebagai negosiator yang sulit. Faktor lainnya adalah kemampuan untuk manajemen mood dan emosi, terutama dalam menunjukkan kemarahan anda secara nyata (bukan acting semata). Emosi lainnya yang cukup berpengaruh adalah kekecewaan. Kekecewaan anda dapat membuat negosiatior lainnya merasa bersalah. Negosiasi terkadang memang penuh dengan tipu daya, khususnya tipu daya eksperesi para negosiator. 3. Budaya dalam Negosiasi : Masing-masing negara memiliki budaya yang berbeda-beda dalam melakukan negosiasi. Dalam hal ini kita harus memperhatikan aspek budaya. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan negosiasi antar budaya adalah senantiasa mengedepankan prinsip keterbukaan dan memperhatikan dinamika aspek emosi dalam negosiasi antar budaya. 4. Perbedaan Gender di dalam Negosiasi : Gender seringkali diasosiasikan memberikan pengaruh terhadap hasil negosiasi dimana ada persepsi dan stereotyping dari jenis kelamin dan hasil negosiasi. Pria dianggap lebih memperhatikan status, kekuasaan dan pengakuan, sementara wanita lebih memperhatikan atau mengedepankan belas kasihan dan altruism yakni kebajikan atau memperhatikan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Hal ini diasumsikan dapat mempengaruhi hasil negosiasi dengan pertimbangan bahwa pria lebih mementingkan economic value dari sebuah proses negosiasi, sementara wanita lebih diasumsikan mementingkan relationship atau personal value dari sebuah proses negosiasi. Atau dengan kata lain, jika menggunakan pendekatan atau strategi negosiasi, pria lebih cenderung menggunakan strategi distributif dan wanita lebih cenderung menggunakan strategi integratif.
Negosiasi dengan Pihak Ketiga
Tiga peran dasar dari pihak ketiga : Mediator, Arbitrator, dan Konsiliator. 1.