Anda di halaman 1dari 18

KONFLIK DAN NEGOSIASI

NAMA KELOMPOK :

DICKI RIZALDY IRAWAN (20180410167)


ATIKA RAMADHANI (20180410182)
NAUFAL ATHALLA (20180410188)
NAUVAL AL AMUDI (20180410214)
AULYA RAHMI PUTRI (20180410314)
KONFLIK
Konflik adalah suatu proses yang bermula ketika satu pihak merasakan
bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif terhadap segala
sesuatu hal yang dipedulikan oleh pihak pertama
TRANSISI PEMIKIRAN KONFLIK
A. Pandangan Tradisional dan Pandangan Interaksionis
1. Pandangan Tradisional atas Konflik : Keyakinan bahwa semua konflik
berbahaya dan harus dihindari.
2. Pandangan Interaksionis atas Konflik : Keyakinan bahwa konflik tidak hanya
merupakan sebuah paksaan yang positif dalam suatu kelompok tetapi juga
sangat diperlukan bagi suatu kelompok untuk bekerja dengan lebih efektif.
B. Pandangan Interaksionis atas Konflik
1. Konflik Fungsional : Konflik yang mendukung tujuan dari kelompok dan
meningkatkan kinerjanya.
2. Konflik Disfungsional : Konflik yang menghambat kinerja kelompok.
TIPE DAN LOKUS KONFLIK
Konflik dibagi kedalam tiga kategori :
1. Konflik Tugas : Konflik tentang kandungan dan tujuan dari pekerjaan.
2. Konflik Hubungan : Konflik yang didasarkan pada hubungan interpersonal.
3. Konflik Proses : Konflik mengenai bagaimana pekerjaan akan diselesaikan.
LOKUS KONFLIK
Cara lain untuk memahami konflik adalah dengan mempertimbangkan lokus,
atau dimana konflik terjadi. Terdapat 3 tipe dasar lokus konflik :
1. Konflik Dyadic : Konflik yang terjadi di antara dua orang.
2. Konflik Intragroup : Konflik yang terjadi di dalam sebuah kelompok atau
tim.
3. Konflik Antarkelompok : Konflik di antara kelompok atau tim yang
berbeda.
PROSES KONFLIK
Proses Konflik dapat berkembang melalui lima tahapan: Pertentangan yang
Berpotensial atau Ketidaksesuaian, kesadaran dan personalisasi, Niat,
Perilaku, dan Hasil.
• Tahap I : Adanya kondisi yang menciptakan kesempatan timbulnya
sebuah konflik. Secara sederhana kondisi ini (yang juga dapat
dipandang sebagai penyebab atau sumber konflik) telah dipadatkan
menjadi tiga kategori umum yakni, komunikasi, struktur dan faktor
pribadi.
• Tahap II: Kondisi awal dapat mengarah pada terjadinya konflik hanya jika
satu pihak atau lebih dipengaruhi dan dikognisikan oleh konflik tersebut.
Konflik baru dirasakan ketika para individu terlibat secara emosional, dan
pihak-pihak tersebut mengalami kekhawatiran, ketegangan, frustasi, atau
permusuhan.
• Tahap III: Sebagai keputusan untuk bertindak dalam hal tertentu.Maksud
penanganan konflik : bersaing , kerjasama, berkompromi, menghindari,
mengakomodasi.
• Tahap IV: Konflik telah muncul dan terbuka ketika ada fihak yang secara
sengaja dengan usaha-usaha yang jelas untuk membuat pihak lain
merasa frustasi, atau dengan cara lebih jauh mencegah dan
menghalang-halangi kelompok tersebut mencapai tujuan-tujuannya.
• Tahap V:
- Hasil yang Fungsional: Bagaimana mungkin konflik dapat bertindak
sebagai kekuatan untuk meningkatkan kinerja kelompok? Sulit untuk
mengavaluasikan situasi yang mana serangan secara terbuka atau yang
keras dapat menjadi fungsional.
- Hasil yang Disfungsional: Konsuekensi dari konflik yang bersifat desktruktif
terhadap kinerja kelompok atau organisasi yang secra umum dikenal:
Oposisi tidak terkendali yang tidak terkendali yang melahirkan
ketdakpuasan, yang mana berperan membubarkan ikatan bersama dan
akhirnya mengarah pada kehancuran kelompok
NEGOSIASI
Negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan
pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya
Oleh sebab itu, pendapat yang berbeda-beda dapat menimbulkan sebuah
konflik yang dapat diredam dengan menggunakan metode negosiasi.
STRATEGI PERUNDINGAN
Terdapat 2 pendekatan umum mengenai negosiasi, yaitu Perundingan
Distributif dan Perundingan Integratif.
1. Perundingan Distributif : Negosiasi yang berupaya untuk membagi jumlah
sumber daya secara tetap , disituasi kemenangan atau kekalahan.
2. Perundingan Integratif : Negosiasi yang berupaya mencari satu atau lebih
kesepakatan yang dapat memberikan solusi kemenangan bagi kedua belah
pihak.
PERBEDAAN PROSES PERUNDINGAN DISTRIBUTIF
DAN PERUNDINGAN INTEGRATIF
Karakteristik Perundingan Perundingan distributif Perundingan integratif
Tujuan Negosiasi yang berusaha membagi sumber Negosiasi yang berupaya mencari satu
daya yang jumlahnya tetap, situasi kemengan atau lebih kesepakatan yang dapat
atau kekalahan memberikan solusi kemenangan bagin
kedua belah pihak
Contoh :
Contoh:
Mendapatkan potongan pizza sebanyak
mungkin Membagi potongan pizza sama rata
sehingga kedua belah pihak puas
Motivasi Menang - Kalah Menang - Menang
Fokus Posisi (“Saya tidak dapat memberi lebih Kepentingan (“Dapatkah Anda jelaskan
banyak daripada ini”) mengapa isu ini begitu penting bagi
Anda?”)
Kepentingan Berlawanan Selaras
Tingkat Berbagi Informasi Rendah (berbagi informasi hanya akan Tinggi (berbagi informasi akan
memungkinkan pihak lain mengambil memungkinkan masing-masing pihak untuk
keuntungan dari kita) menemukan cara yang akan memuaskan
kepentingan kedua belah pihak)
PROSES NEGOSIASI
Proses negosiasi merupakan suatu hal yang penting agar negosiasi mencapai tujuan
dan memenuhi kepentingan ke dua belah pihak atau lebih. Ada 5 tahap, yaitu :
1. Persiapan dan Perencanaan : Sebelum bernegosiasi perlu mengetahui apa
tujuan dari anda bernegosiasi dan memprediksi rentangan hasil yang mungkin
diperoleh dari “paling baik” hingga “paling minimum bisa diterima”.
2. Definisi dari Aturan yang Mendasar : Begitu selesai melakukan perencanaan dan
mengembangkan sebuah strategi, selanjutnya untuk memulai mendefinisikan
dengan pihak lainnya mengenai aturan mendasar dan prosedur dari negosiasi
itu sendiri.
3. Klafikasi dan Pembenaran : Ketika telah saling menukarkan proposal awal maka
pihak lainya akan menjelaskan,memperkuatkan,menjernihkan,mendukung, dan
membenarkan permintaan.
4. Melakukan Perundingan dan Pemecahan Masalah : Upaya memberikan dan
mengambil secara aktual dalam mencoba untuk menyelesaikan perjanjian.
5. Penutupan dan Implementasi : Tahap akhir dalam negosiasi adalah
memformalkan kesepakatan yang telah dibuat sertaa menyusun proses
yang diperlukan untuk implementasi dan pengawasan.
PERBEDAAN INDIVIDUAL DAN
EFEKTIVITAS NEGOSIASI
Empat faktor yang mempengaruhi seberapa efektifnya individu melakukan
negosiasi, yaitu : kepribadian, suasana hati/emosi, budaya, dan gender.
1. Kepribadian dalam Negosiasi : Sikap kepribadian dianggap paling
mempengaruhi hasil dari sebuah negosiasi, dimana ada kecenderungan
bahwa orang yang mudah untuk setuju seringkali merupakan sasaran empuk
dalam proses negosiasi. Padahal hasil penelitian cenderung menunjukkan
bahwa hubungan antara sikap pribadi dengan hasil negosiasi sangatlah
lemah. Hal ini tergantung pada situasi dan pada kenyataannya, kemampuan
seorang untuk menjadi seorang negotiator termasuk diantaranya dalam
meningkatkan kapasitas sikap pribadi beserta kemampuan manajemen
mood dan emosi dapatlah dilatih dan terus ditingkatkan.
2. Suasana Hati/Emosi : Faktor ini memiliki hasil yang berbeda sesuai dengan
jenis negosiasinya. Pada negosiasi distributif, jika kedua belah pihak yang
bernegosiasi sejajar atau sama tingkatannya maka menunjukkan emosi
marah akan lebih baik. Pihak yang menunjukkan emosi marah, akan lebih
fokus dan tegas, sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Sedangkan pada negosiasi integratif, suasana hati dan emosi yang positif
akan menghasilkan keputusan yang lebih baik karena suasana hati yang
positif akan mengarah ke kreatifitas.
3. Budaya dalam Negosiasi : Masing-masing negara memiliki budaya yang
berbeda-beda dalam melakukan negosiasi. Dalam hal ini kita harus
memperhatikan aspek budaya. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
negosiasi antar budaya adalah senantiasa mengedepankan prinsip
keterbukaan dan memperhatikan dinamika aspek emosi dalam negosiasi
antar budaya.
4. Perbedaan Gender dalam Negosiasi : Dimana wanita lebih kooperatif
dalam bernegosiasi daripada laki-laki. Walaupun sebenarnya ketika
dibandingkan, baik wanita ataupun laki-laki sama baiknya dalam
bernegosiasi. Namun, kenyataan karena wanita menganggap sebagai
wanita ia harus ‘baik’ dan laki-laki menganggap bahwa seorang laki-laki
harus ‘tegas’.
NEGOSIASI DENGAN PIHAK
KETIGA
Terdapat tiga peran dasar dari pihak ketiga, yaitu : Mediator, Arbitrator, dan
Konsiliator.
1. Mediator : Seorang pihak ketiga, tidak memihak, dan memfasilitasi solusi
yang dinegosiasikan dengan menggunakan pertimbangan, bujukan,
serta saran-saran untuk alternative-alternative.
2. Arbitrator : Seorang pihak ketiga pada negosiasi yang memiliki otoritas
untuk mendikter perjanjian.
3. Konsiliator : Seorang pihak ketiga yang terpercaya yang menyediakan
kaitan komunikasi secara informal di antara negosiator dengan lawan.

Anda mungkin juga menyukai