Perilaku karyawan atau yang biasa disebut dengan employee behavior merupakan
bentuk tindakan atau aktivitas yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh anggota organisasi dan dapat memengaruhi pencapaian tujuan
organisasi tersebut.
Diantara ekstrover dan introver, penghasil kinerja yang lebih baik adalah seorang
ekstrover. Ia mamu menghasilkan kinerja yang baik secara keseluruhan daripada
introver yang hanya tertarik pada pekerjaan yang melibatkan hubungan
perorangan.
Selain kepribadian yang digolongnya menjadi lima besar, terdapat faktor lain yang
memengaruhi perilaku karyawan, yaitu kecerdasan emosional. Seorang psikolog
bernama Daniel Goleman mengatakan bahwa penentu kesuksesan terbesar ialah
Emotional Quotient (EQ) sebesar 80% sedangkan Intelligence Quotient (IQ)
hanya berperan sebesar 20% saja (2000:46). Kecerdasan emosional berkaitan
dengan bagaimana kapasitas seorang individu untuk menerima, menilai,
mengelola, dan mengatur perasaan diri serta orang lain.
Jika di suatu organisasi terjalin komunikasi yang baik, maka hal tersebut akan
mendorong jalannya pekerjaan dengan baik juga. Seorang manajer harus mampu
berkomunikasi dengan baik dengan karyawannya. Komunikasi yang baik akan
membangun hubungan kerja yang akan menuntun mereka untuk mencapai tujuan
dengan mudah.
Teori motivasi klasik menyebutkan bahwa uang yang hanya dapat memotivasi
pekerja. Karyawan akan semangat bekerja dan menghasilkan produksi lebih tinggi
apabila perusahaan menggaji mereka lebih tinggi. Hal utama yang menyebabkan
ini terjadi adalah adanya kebutuhan utama yang harus dipenuhi setiap karyawan.
Selain kebutuhan juga ada keinginan lain yang harus dituruti.
Jenis motivasi ini memberikan semangat kepada karyawan untuk bekerja agar
memperoleh kebutuhan dan keinginan tersebut, karyawan harus bekerja lebih
keras demi mendapatkan uang lebih. Kekurangan dari motivasi ini adalah
karyawan yang hanya fokus kepada uang dan finansial saja, semangat kerjanya
akan berkurang ketika tidak lagi mendapatkan imbalan uang setelah melakukan
pekerjaan.
Teori kedua ialah perilaku awal. Pada teori ini, pekerja tidak termotivasi oleh
imbalan berupa uang. Uang tidak akan meningkatkan produktivitas kayawan
dalam bekerja. Motivasi karyawan terletak pada perilaku manajer terhadap setiap
karyawannya. Produktivitas karyawan akan meningkat tergantung pada tindakan
manajer oleh setiap karyawan yang dinilai sebagai perhatian khusus.
Teori ketiga yaitu X dan Y. Teori ini dikaitkan pada kepercayaan manajer
terhadap cara terbaik untuk mengoptimalkan sumber daya manusia digunakan
perusahaan. Pada teori X, manajer meyakini bahwa karyawan pada dasarnya
bersifat malas dan enggan bekerja sama. Untuk mengatasi hal tersebut harus
diberlakukan hukuman dan imbalan agar karyawan menghasilkan lebih banyak
output.
Teori keempat yaitu Model Hierarki Kebutuhan. Pada dasarnya manusia memiliki
kebutuhan yang berbeda antara satu sama lainnya. Kebutuhan diklasifikasikan
menurut pemenuhannya terbagi menjadi lima bagian yaitu fisiologis, keamanan,
sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan yang mendasar sudah
terpenuhi mana karyawan akan beranjak ke kebutuhan selanjutnya, tetapi jika
belum terpenuhi maka karyawan akan kembali ke tingkat kebutuhan tersebut
sampai terpenuhi. Jika kelima kebutuhan telah terpenuhi, maka kebutuhan tidak
lagi menjadi motivasi untuk dirinya.
Teori kelima ialah teori dua faktor yang menyebutkan bahwa motivasi karyawan
berasal dari higiene dan motivasi. Faktor higiene atau biasa dikenal dengan
pemeliharaan dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara
keberadaan karyawan, ketentraman, dan kesehatan. Faktor ini meliputi kondisi
kerja, kepastian pekerjaan, dan tunjangan kerja. Faktor pemeliharaan merupakan
suatu kewajiban yang diberikan oleh perusahaan agar karyawan dapat
meningkatkan produktivitas. Faktor pemeliharaan cenderung menghasilkan
perasaan puas atau ketidakpuasan karyawan.
Teori ekspektansi menyatakan karyawan akan memiliki motivasi kerja yang tinggi
apabila mereka mendapatkan imbalan yang diinginkan dan memiliki peluang yang
dapat dicapai. Kekuatan yang memotivasi karyawan akan giat melaksanakan
pekerjaannya bergantung pada timbale balik apa yang ia dapatkan dari hasil
pekerjaan tersebut dan bergantung pada seberapa besar perusahaan akan
memberikan pemuas keinginan sebagai imbalan usaha yang telah ia berikan.
Teori yang terakhir ialah teori keadilan yang mengevaluasi perlakuan organisasi
terhadap karyawan satu dan membandingkan dengan perlakuan perusahaan ke
karyawan yang lain. Hasil perbandingan itu akan dinyatakan dalam rasio
kontribusi imbalandan akan dipertimbangkan apakah sama besar, lebih besar, atau
lebih kecil. Sebagai contoh terdapat calon karyawan baru yang merupakan lulusan
salah satu universitas terkemuka di Indonesia menetapkan standar gaji sebesar Rp
8.000.000/bulan untuk dirinya, tetapi hal tersebut dirasa tidak adil oleh karyawan
lama yang merupakan lulusan universitas negeri dan telah memiliki tiga tahun
pengalaman kerja yang hanya digaji Rp 6.000.000/bulan.
Ada juga pembelajaran sosial yang terjadi ketika karyawan megamati hal yang
baru. Pelajaran tidak hanya didapat melalui materi semata, tetapi juga dari
lingkungan sekitar yang terkadang sering kita sepelekan. Karyawan dapat belajar
dari mana saja, mulai dari orang sekitar sampai hanya sekedar melihat tayangan
video. Perilaku karyawan ditetukan oleh kognisi orang itu dan lingkungannya.
Sebagian besar karyawan dapat mempelajari perilaku dan sikap dimulai setelah
menanggapi apa yang diharapkan dari diri mereka.