Anda di halaman 1dari 7

MID- P Bisnis

Bagaimana perilaku dan motivasi karyawan akan


memengaruhi kualitas operasional karyawan?
Dalam Ujian Tengah Semester ini saya akan menganalisis secara komprehensif
dan mendalam dengan menggunakan teori yang dapat dipertanggungjawabkan
mengenai perilaku dan motivasi karyawan terhadap kualitas operasional
karyawan.

a. Perilaku karyawan memengaruhi kualitas operasional karyawan

Perilaku karyawan atau yang biasa disebut dengan employee behavior merupakan
bentuk tindakan atau aktivitas yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh anggota organisasi dan dapat memengaruhi pencapaian tujuan
organisasi tersebut.

Dalam suatu organisasi, perilaku kerja dipengaruhi oleh kepribadian karyawan.


Menurut Allport, kepribadian diartikan sebagai susunan sistem-sistem psikofisik
meliputi sikap, keyakinan, keadaan emosional, dan nilai yang dinamis dalam diri
individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan (Robbins,
2003, 120). Kepribadian karyawan dapat mendorong perilaku yang akan
dilakukan oleh karyawan.

Perilaku tersebut akan berdampak pada kinerja karyawan yang menentukan


keberhasilan organisasi. Setiap organisasi selalu berusaha meningkatkan kinerja
karyawan agar tercapai tujuan awal. Karyawan bersikap positif terhadap
pekerjaannya, maka mereka akan cenderung menghasilkan kinerja yang sangat
baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Berbeda dengan karyawan yang
bersikap negatif terhadap pekerjaannya., mereka akan cenderung menghasilkan
kinerja yang tidak maksimal.

Terdapat beberapa kepribadian yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang


digolongkan menjadi lima besar sifat kepribadian. Baron dan Byrne (2005)
menyatakan bahwa lima besar dimensi kepribadian adalah dimensi dasar
kepribadian manusia. Dimensi ini terbagi menjadi kesetujuan (agreeableness),
pengaturan diri (conscientiousness), emosionalitas (emotionally), ekstraversi
(extraversion), dan keterbukaan (openness).

Kesetujuan atau agreebleness dikaitkan dengan kemampuan karyawan


berinteraksi dengan individu lain. Seseorang yang berdimensi agreebleness
cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan tidak menyukai konflik. Ia
juga bersifat ramah, dapat bekerja sama, pemaaf, memahami, dan tenang ketika
berhadapan dengan orang lain. Jiwa sosial orang yang berdimensi ini sangatlah
tinggi. Ia sangat cocok bekerja di dalam tim karena lebih mudah untuk
berhubungan dengan orang lain. Berkebalikan dengan itu, orang yang tidak

Rafi Latifah Fitri 1911031008


MID- P Bisnis

berdimensi agreeableness cenderung bersifat mudah marah, sukar diajak bekerja


sama, dan kurang ramah. Sehingga mereka sukar untuk diajak berkerja di dalam
tim yang melibatkan hubungan dengan orang lain.

Pengaturan diri atau conscientiousness merupakan penggunaan suatu proses yang


mengaktivasi pemikiran, perilaku, dan perasaan yang terus menerus dalam upaya
untuk mencapai tujuan (Schunk dan Zimmerman, 1998). Pengaturan diri dikaitkan
dengan bagaimana karyawan memilah dan memilih tindakan yang dilakukan.
Seorang karyawan melakukan pengaturan diri dimulai dengan mengamati
lingkungan, merencanakan apa yang akan dilakukan, mempertimbangkan hal
yang baik dan buruk, lalu melakukan hal yang telah diputuskan atau dipilih.
Setelah semua proses telah dilakukan, sebagai karyawan yang baik tahap
berikutya ialah evaluasi terhadap tindakan apa yang dilakukan.

Jika karyawan memiliki kemampuan pengaturan diri yang baik, cenderung


bertangugung jawab, teliti, dan pekerjaan yang ia lakukan akan selesai secara
berurutan. Karyawan yang tidak memiliki pengaturan diri yang baik cenderung
ceroboh dan tidak teliti dalam mengerjakan tugasnya. Karena kurangnya rasa
disiplin yang ditanamkan dapat menimbulkan kesadaran diri akan tanggung jawab
yang rendah. Ia tidak akan mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Karyawan
yang mampu mengatur dirinya sendiri dapat menghasilkan kinerja yang baik
dalam mengerjakan berbagai macam tugas.

Emosionalitas atas emotionality dikitkan dengan seberapa besar karyawan


cenderung memiliki pola pikir dan berperilaku positif maupun negatif terhadap
anggota perusahaan. Karyawan dengan emosinalitas yang positif akan lebih sabar,
tenang, dan berpendirian yang teguh. Sementara karyawan yang memiliki
emosinalitas yang negatif cenderung berprasangka buruk, mudah tersulut, dan
memiliki suasana hati yang berubah-ubah sehingga megakibatkan penurunan
kinerja menjadi tidak efektif. Emosionalitas karyawan yang stabil dan dapat
dikendalikan akan mempengaruhi pada proses ia mengerjakan tugasnya, sehingga
dapat mengerjakan tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan dan ditargetkan
sebelumnya.

Ekstraversi atau extraversion menyangkut bagaimana karyawan memperoleh


gairah dan semangat kerjanya. Karyawan terbuka terhadap lingkungan sosial dan
fisik tergolong sebagai seorang ekstrover. Biasanya seorang ekstrover menyukai
keramaian, dengan banyak interaksi dan aktivitas sosial. Tipe kepribadian ini
lebih mudah mengungkapkan perasaan melalui kata-kata, mudah bosan dengan
kesendirian, dan lebih senang berbicara. Seorang ekstrover juga mudah bergaul
dan dapat berinteraksi dengan banyak orang secara bersamaan sehingga ia unggul
dalam kerjasama tim.

Rafi Latifah Fitri 1911031008


MID- P Bisnis

Sementara di sisi lain, introver dianggap mendapatkan semangat lewat


menyendiri. Introver biasanya cenderung pendiam, suka merenung, dan lebih
peduli tentang pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri. Mereka akan
berpikir sebelum berbicara, merasa kurang nyaman karena terlalu banyak
pertemuan dan keterlibatan sosial, lebih senang bekerja sendirian, serta lebih suka
berinteraksi dengan sedikit lawan bicara. Seorang introver lebih cocok menjadi
seorang pemikir karena ia memiliki gagasan-gagasan yang out of the box atau
pemikiran yang tidak biasa dan mengandung inovasi.

Diantara ekstrover dan introver, penghasil kinerja yang lebih baik adalah seorang
ekstrover. Ia mamu menghasilkan kinerja yang baik secara keseluruhan daripada
introver yang hanya tertarik pada pekerjaan yang melibatkan hubungan
perorangan.

Keterbukaan atau openness mencerminkan pandangan seseorang terhadap apa


yang diyakininya. Apabila karyawan memiliki padangan yang terbuka, maka ia
akan fleksibel terhadap pandangan orang lain. Karyawan dengan pandangan yang
terbuka cenderung dapat menerima masukan orang lain, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, dan senang untuk menerima ide-ide baru. Hal yang baru bagi mereka
merupakan suatu hadiah yang luar biasa untuk ditelaah lebih lanjut. Mereka dapat
merespon informasi baru dengan baik.

Lain halnya dengan karyawan dengan pandangan keterbukaannya rendah, mereka


cenderung kaku dalam memecahkan masalah. Ditambah lagi apabila mereka tidak
mau untuk menerima ide-ide baru yang sering dianggap sebagai momok bagi
mereka. Para karyawan dengan padangan keterbukaannya rendah akan sulit untuk
mengikuti perkembangan zaman, karena mereka menganggap bahwa perubahan
adalah hal yang menakutkan dan belum tentu baik.

Individu dengan keterbukaan tinggi memiliki pengalaman yang banyak karena


mereka banyak berinteraksi, membaca buku, dan bertukar pikiran maupun beradu
argumen dengan pihak lain. Karyawan seperti ini akan menjadi penghasil kinerja
yang lebih baik karena keluwesan mereka berdampak pada respon positif anggota
lain di organisasi.

Selain kepribadian yang digolongnya menjadi lima besar, terdapat faktor lain yang
memengaruhi perilaku karyawan, yaitu kecerdasan emosional. Seorang psikolog
bernama Daniel Goleman mengatakan bahwa penentu kesuksesan terbesar ialah
Emotional Quotient (EQ) sebesar 80% sedangkan Intelligence Quotient (IQ)
hanya berperan sebesar 20% saja (2000:46). Kecerdasan emosional berkaitan
dengan bagaimana kapasitas seorang individu untuk menerima, menilai,
mengelola, dan mengatur perasaan diri serta orang lain.

Rafi Latifah Fitri 1911031008


MID- P Bisnis

Karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu


memahami dirinya sendiri dan orang lain. Dengan memahami emosi orang lain
akan menjadi kelebihan tersendiri untuk meningkatkan perilaku dan sikapnya ke
arah yang lebih positif, sehingga ia akan lebih termotivasi dan mampu mengatasi
masalah yang ada di lingkungan kerja.

Terdapat beberapa komponen dari kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri,


mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan keterampilan bersosialisasi.
Kesadaran diri adalah kondisi dimana seseorang dapat memahami apa yang
mereka rasakan dengan tepat. Seorang karyawan yang memiliki kesadaran diri
yang tinggi akan memahami emosi dan suasana hati yang ia rasakan, ia juga akan
teliti serta kritis mengenai dirinya sendiri dan sadar tentang dirinya yang
sesungguhnya.

Mengelola emosi seringkali dikaitkan dengan cara seseorang untuk mengatasi


kecemasan, rasa takut, dan kemarahan sehingga tidak mengganggu aktivitasnya.
Faktor terbesar masalah dalam megelola emosi ialah komunikasi. Seringkali
karyawan gagal menyampaikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.

Jika di suatu organisasi terjalin komunikasi yang baik, maka hal tersebut akan
mendorong jalannya pekerjaan dengan baik juga. Seorang manajer harus mampu
berkomunikasi dengan baik dengan karyawannya. Komunikasi yang baik akan
membangun hubungan kerja yang akan menuntun mereka untuk mencapai tujuan
dengan mudah.

Memotivasi diri berkaitan dengan bagaimana individu mampu untuk memberikan


dorongan yang positif untuk dirinya sendiri agar selalu optimis dan bekerja keras
untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang karyawan yang pandai memotivasi diri
tidak akan goyah ketika bertemu dengan hambatan, tantangan, ancaman, dan
kegagalan. Tak peduli berapa kali ia jatuh, ia akan tetap bangkit dari
keterpurukan.

Komponen selanjutnya ialah empati. Empati adalah kemampuan seseorang untuk


dapat mengerti perasaan orang lain tanpa diberitahukan lebih dahulu. Seseorang
yang memiliki empati tinggi akan membayangkan apabila ia berada di posisi
orang lain. Karyawan yang memiliki rasa empati tinggi akan menyelesaikan
masalah tidak hanya dari sudut pandang dirinya sendiri, tetapi juga ia
mempertimbangkan dari sudut pandang orang lain.

Komponen terakhir adalah keterampilan bersosialisasi. Kemampuan ini mutlak


dibutuhkan dalam berorganisasi. Untuk berhubungan dengan orang lain seorang
karyawan membutuhkan kemampuan bersosialisasi yang baik. Agar apa yang
ingin ia utarakan akan sampai ke karyawan lain maupun atasan dengan baik.
Sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman antar anggota organisasi.

Rafi Latifah Fitri 1911031008


MID- P Bisnis

Dengan adanya kecerdasan emosional dapat menghasilkan kualitas produk yang


baik bagi perusahaan. Demikian juga dengan pengukuran kecerdasan emosi
terhadap tingkat kinerja karyawan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan output tertentu,
sehingga dapat diketahui kualitas dan kuantitas kerja karyawan dalam perusahaan.

b. Motivasi karyawan memengaruhi kualitas operasional karyawan

Hasibuan (2008:143), menyebutkan bahwa motivasi kerja adalah pemberian daya


penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Motivasi sering juga dikaitkan dengan keadaan atau
keinginan yang ada di dalam diri seseorang untuk menanggapi suatu pernyataan,
sehingga timbulah dorongan untuk berbuat dan bekerja lebih giat dalam mencapai
target yang diinginkan.

Teori motivasi klasik menyebutkan bahwa uang yang hanya dapat memotivasi
pekerja. Karyawan akan semangat bekerja dan menghasilkan produksi lebih tinggi
apabila perusahaan menggaji mereka lebih tinggi. Hal utama yang menyebabkan
ini terjadi adalah adanya kebutuhan utama yang harus dipenuhi setiap karyawan.
Selain kebutuhan juga ada keinginan lain yang harus dituruti.

Jenis motivasi ini memberikan semangat kepada karyawan untuk bekerja agar
memperoleh kebutuhan dan keinginan tersebut, karyawan harus bekerja lebih
keras demi mendapatkan uang lebih. Kekurangan dari motivasi ini adalah
karyawan yang hanya fokus kepada uang dan finansial saja, semangat kerjanya
akan berkurang ketika tidak lagi mendapatkan imbalan uang setelah melakukan
pekerjaan.

Teori kedua ialah perilaku awal. Pada teori ini, pekerja tidak termotivasi oleh
imbalan berupa uang. Uang tidak akan meningkatkan produktivitas kayawan
dalam bekerja. Motivasi karyawan terletak pada perilaku manajer terhadap setiap
karyawannya. Produktivitas karyawan akan meningkat tergantung pada tindakan
manajer oleh setiap karyawan yang dinilai sebagai perhatian khusus.

Teori ketiga yaitu X dan Y. Teori ini dikaitkan pada kepercayaan manajer
terhadap cara terbaik untuk mengoptimalkan sumber daya manusia digunakan
perusahaan. Pada teori X, manajer meyakini bahwa karyawan pada dasarnya
bersifat malas dan enggan bekerja sama. Untuk mengatasi hal tersebut harus
diberlakukan hukuman dan imbalan agar karyawan menghasilkan lebih banyak
output.

Berkebalikan dengan teori X, pada teori Y menjelaskan bahwa pada dasarnya


setiap karyawan bersemangat, ingin berkembang, dan tertarik untuk menghasilkan
output yang lebih banyak. Penggunaan teori X dan Y bergantung pada karyawan

Rafi Latifah Fitri 1911031008


MID- P Bisnis

diperusahaan. Jika karyawan di perusahaan tersebut cenderung malas dan tidak


produktif, maka teori X cocok untuk diberlakukan di perusahaan tersebut. Namun,
jika karyawan perusahaan cenderung produktif dan memliki semangat kerja yang
tinggi, maka teori Y yang cocok untuk diberlakukan di perusahaan tersebut.

Teori keempat yaitu Model Hierarki Kebutuhan. Pada dasarnya manusia memiliki
kebutuhan yang berbeda antara satu sama lainnya. Kebutuhan diklasifikasikan
menurut pemenuhannya terbagi menjadi lima bagian yaitu fisiologis, keamanan,
sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan yang mendasar sudah
terpenuhi mana karyawan akan beranjak ke kebutuhan selanjutnya, tetapi jika
belum terpenuhi maka karyawan akan kembali ke tingkat kebutuhan tersebut
sampai terpenuhi. Jika kelima kebutuhan telah terpenuhi, maka kebutuhan tidak
lagi menjadi motivasi untuk dirinya.

Teori kelima ialah teori dua faktor yang menyebutkan bahwa motivasi karyawan
berasal dari higiene dan motivasi. Faktor higiene atau biasa dikenal dengan
pemeliharaan dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara
keberadaan karyawan, ketentraman, dan kesehatan. Faktor ini meliputi kondisi
kerja, kepastian pekerjaan, dan tunjangan kerja. Faktor pemeliharaan merupakan
suatu kewajiban yang diberikan oleh perusahaan agar karyawan dapat
meningkatkan produktivitas. Faktor pemeliharaan cenderung menghasilkan
perasaan puas atau ketidakpuasan karyawan.

Faktor motivasi dikaikan dengan kebutuhan psikologis karyawan akan perasaan


sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi meliputi pencapaian,
pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, dan pertumbuhan. Faktor ini menyangkut
pernghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan,
seperti ruang kerja yang nyaman, penempatan kerja yang tepat dan lain-lain.
Menurut teori ini, manajer diharuskan untuk memastikan kedua faktor terpenuhi,
sehingga dapat meningkatkan output karyawan.

Teori ekspektansi menyatakan karyawan akan memiliki motivasi kerja yang tinggi
apabila mereka mendapatkan imbalan yang diinginkan dan memiliki peluang yang
dapat dicapai. Kekuatan yang memotivasi karyawan akan giat melaksanakan
pekerjaannya bergantung pada timbale balik apa yang ia dapatkan dari hasil
pekerjaan tersebut dan bergantung pada seberapa besar perusahaan akan
memberikan pemuas keinginan sebagai imbalan usaha yang telah ia berikan.

Teori yang terakhir ialah teori keadilan yang mengevaluasi perlakuan organisasi
terhadap karyawan satu dan membandingkan dengan perlakuan perusahaan ke
karyawan yang lain. Hasil perbandingan itu akan dinyatakan dalam rasio
kontribusi imbalandan akan dipertimbangkan apakah sama besar, lebih besar, atau
lebih kecil. Sebagai contoh terdapat calon karyawan baru yang merupakan lulusan
salah satu universitas terkemuka di Indonesia menetapkan standar gaji sebesar Rp

Rafi Latifah Fitri 1911031008


MID- P Bisnis

8.000.000/bulan untuk dirinya, tetapi hal tersebut dirasa tidak adil oleh karyawan
lama yang merupakan lulusan universitas negeri dan telah memiliki tiga tahun
pengalaman kerja yang hanya digaji Rp 6.000.000/bulan.

Motivasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas operasional karyawan. Terdapat


beberapa teknik yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi karyawan.
Perusahaan akan memberikan imbalan untuk karyawan yang bekerja dengan giat,
memiliki kinerja yang baik, dan bersungguh-sungguh. Perusahaan juga dapat
memberikan hukuman untuk karyawan yang melakukan perbuatan yang dirasa
dapat merugikan perusahaan. Dengan demikian, karyawan akan mematuhi
peraturan yang berlaku di perusahaan.

Ada juga pembelajaran sosial yang terjadi ketika karyawan megamati hal yang
baru. Pelajaran tidak hanya didapat melalui materi semata, tetapi juga dari
lingkungan sekitar yang terkadang sering kita sepelekan. Karyawan dapat belajar
dari mana saja, mulai dari orang sekitar sampai hanya sekedar melihat tayangan
video. Perilaku karyawan ditetukan oleh kognisi orang itu dan lingkungannya.
Sebagian besar karyawan dapat mempelajari perilaku dan sikap dimulai setelah
menanggapi apa yang diharapkan dari diri mereka.

Rafi Latifah Fitri 1911031008

Anda mungkin juga menyukai