Anda di halaman 1dari 62

2

BAGIAN KEDUA:
ORIENTASI UMUM MANAJEMEN

84
BAB III BERBAGAI ASPEK MANAJEMEN
A. Beberapa Pendapat Mengenai Manajemen
B. Sarana-sarana Manajemen
C. Fungsi-fungsi Manajemen
D. Macam-macam Manajemen
E. Prinsip-prinsip Manajemen
F. Masalah Pokok Mis Manajemen
G. Birokratisme
H. Ringkasan

BAB IV WILAYAH TUGAS DAN PERANAN MANAJER


A Konsepsi Dasar Manajer
B. Tugas-tugas Manajer
C. Wilayah Tugas Manajer
D. Budaya dan Lingkungan Organisasi
E. Kecakapan-kecakapan Manajer
F. Peranan Manajer
R. Ringkasan

BAB V PENGAMBILAN PUTUSAN


A. Konsepsi Dasar Pengambilan Putusan
B. Proses Pengambilan Putusan
C. Dasar dan Gaya Pengambilan Putusan
D. Beberapa Pertimbangan dalam Pengambilan Putusan
E. Pengambilan Putusan yang Rasional
F. Sarana Pengambilan Putusan Kelompok
G. Ringkasan

85
BAB III
BERBAGAI ASPEK MANAJEMEN

SETELAH MEMPELAJARI BAB INI, ANDA


DIHARAPKAN DAPAT
1. Mengidentifikasi berbagai pendapat tentang manajemen
2. Menjelaskan sarana manajemen (tools of management)
3. Memperbandingkan fungsi-fungsi manajemen yang dike-mukakan oleh
para pakar
4. Membeda-bedakan macam manajemen ditinjau dari ber-bagai aspeknya
5. Menyebutkan prinsip-prinsip manajemen
6. Memperbincangkan masalah pokok mismana-jemen
7. Menjelaskan terjadinya birokratisme dan cara mengatasinya

A. BEBERAPA PENDAPAT TENTANG MANAJEMEN

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat/pandangan mengenai


manajemen yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu sistem (management as a system)
Manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari beberapa
bagian/komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yang
diorganisasi sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2. Manajemen sebagai suatu proses (management as aprocess)
Manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada
pencapaian suatu tujuan dengan pemanfaatan semaksimal mungkin
berbagai sumber yang ada
3. Manajemen sebagai suatu fungsi (management as afunction)

86
Manajemen mempunyai berbagai kegiatan tertentu yang dapat dilakukan
masing-masing tanpa menunggu selesainya kegiatan yang lain,
sedangkan kegiatan yang satu dan yang lainnya saling berkaitan dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi.
4. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan (management as a science)
Manajemen adalah suatu ilmu yang bersifat interdisipliner dengan
menggunakan bantuan ilmu-ilmu sosial, filsafat, dan matematika.
5. Manajemen sebagai kumpulan orang (management as people/group of
people)
Manajemen dipakai dalam arti kolektif untuk menunjukkan jabatan
pemimpin di dalam organisasi, misalnya: kelompok manajer
puncak/atas (top management), kelompok manajer menengah (midle
manajement), dan kelompok manajer bawah (lower management)
6. Manajemen sebagai kegiatan terpisah (management as a separate
activity)
Manajemen mempunyai kegiatan tersendiri, jelas terpisah dari kegiatan
teknis lainnya
7. Manajemen sebagai suatu profesi (management as a profesion)
Manajemen mempunyai bidang pekerjaan atau bidang keahlian yang
tertentu seperti halnya bidang-bidang lain, misalnya: profesi di bidang
kedokteran, profesi di bidang hukum, profesi di bidang perpajakan, dan
sebagainya.

B. SARANA-SARANA MANAJEMEN (TOOLS OF MANAGEMENT)

87
Dalam manajemen suatu usaha atau jawatan memerlukan sarana/alat
mengingat tanpa sarana tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai,
sebagaimana ungkapan oleh Thomas Carlile (The Liang Gie, 1962) yang
mengatakan “manusia dalam melaksanakan aktivitas kegiatannya tentunya
akan mempergunakan alat sebab tanpa alat, ia tak dapat berbuat apa-apa,
dengan alat ia dapat berbuat segala apa (man is a tool using animal …
without tools he is with tools he is all)’. Sebagai contoh: manusia hanya
dapat menulis karena adanya polpen atau pensil dan semacamnya, manusia
dapat mengetik karena adanya sarana/alat mesin tik, dan sebagainya.
Adapun yang menjadi sarana manajemen seperti yang dikemukakan oleh
Terry yang lebih dikenal dengan istilah “The six M’S is management” (6 M
di dalam manajemen), yaitu: manusia (man), uang (money), materi
(materials), pasar (market) dan tata kerja (methods). Oleh Soejadi (1988)
dan dinas pemerintahan (sipil service) menyebutnya sebagai asas sumber
yang terdiri dari 4 M di dalam manajemen. Tata kerja (methods) dan pasar
(market), tidak dimasukkan sebagai asas sumber karena tata kerja
merupakan cara pelaksanaan kerja yang setepat-tepatnya atas rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan, sedang pasar adalah wahana atau tempat
untuk memperluas sasaran kegiatan organisasi.
Sudah dikemukakan pada bab pendahuluan sub E, bahwa dalam era
globalisasi 6 M dalam manajemen itu tidak cukup, perlu di tambahkan
dengan sarana yang ke 7 yaitu “informasi” (information) sehingga sarana
manajemen menjadi 6 M + 1 I (man/orang, money/uang, materials/materi,
machines/mesin, market/pasar, methods/tata kerja, dan information/infor-
masi)

88
1. Man ( orang-orang/ manusia)

Dalam manajemen faktor manusia adalah faktor yang paling


menentukan mengingat manajemen itu tidak akan ada kalau manusia itu
sendiri tidak ada. Manusia itulah yang membuat tujuan, dan manusia itu
pula yang melakukan proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Tanpa
manusia tidak ada proses kerja. Oleh karena itu, pada hakekatnya manusia
adalah manusia kerja. Hanya saja manajemen itu sendiri tidak akan timbul
apabila setiap orang akan bekerja untuk dirinya sendiri tanpa melakukan
kerja sama dengan yang lain. Manajemen timbul karena adanya orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, manusia
bukan hanya makhluk kerja tetapi makhluk kerja sama.
Manajemen adalah pencapaian tujuan/sasaran yang telah ditetapkan
bersama-sama orang lain. Jadi manajemen tidak akan ada tanpa adanya
kerja sama dan yang melakukan kerja sama adalah manusia. Justru itu
manajemen tergantung pada manusianya. Kalau manusianya yang baik,
baiklah manajemen itu, tetapi sebaliknya kalau manusianya buruk maka
buruklah juga manajemen itu.
Sehubungan dengan itu, manajemen yang dilakukan oleh sekelom-
pok orang yang telah berpengalaman dan berpendidikan/berpengetahuan
mengakibatkan kegagalan atau mismanajemen yang merupakan bahaya
besar dalam usaha kerja sama itu. Titik fokus dari manajemen adalah
manusia. Jadi manusia merupakan sarana yang mutlak diperlukan bahkan

89
yang terpenting bagi berhasilnya pencapaian tujuan. Tanpa manusia tidak
akan ada kegiatan, tanpa kegiatan tujuan tak akan tercapai sedangkan tujuan
adalah merupakan sasaran dari manajemen.
Ditinjau dari sudut manusianya, dalam manajemen ada tiga ciri,
yaitu:
a. kegiatan dilakukan oleh lebih dari satu orang
b. dilakukan secara bersama-sama atau adanya kerja sama
c. adanya tujuan bersama.
Ketiga ciri itu satu sama lain saling berhubungan, tak dapat
dipisahkan. Dengan demikian ditinjau dari segi manusianya manajemen
dapatlah dikatakan proses kegiatan yang dilakukan oleh lebih satu orang
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
Manajemen tidak akan timbul dari kegiatan yang dilakukan oleh
sendiri atau untuk kepentingan sendiri atau mencapai tujuan sendiri atau
dengan singkat dari sendiri oleh sendiri untuk sendiri, melainkan sebaliknya
manajemen adalah dari bersama untuk bersama.
Hal ini adalah penting, mengingat seorang manajer yang
meninggalkan kerja sama dan segala sesuatunya dilakukan dengan sendiri,
serta hasilnya dinikmati sendiri, maka manajer yang demikian akan
mengalami kegagalan dan akan ditinggalkan oleh bawahannya.
Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa manusia merupakan
pusat kegiatan dan manusialah yang melahirkan, menggunakan dan melak-
sanakan manajemen. Tanpa manajemen yang bekerja sama manaje-men itu
sendiri tidak akan ada. Oleh karena itu manajemen dalam arti art (seni) lahir
pada waktu manusia melakukan kerja sama

90
2. Money (Uang)

Tentu saja harus disadari bahwa manusia bukanlah merupakan


sasaran yang satu-satunya diperlukan, manusia bisa lelah, sakit, lalai, bosan,
marah dan sebagainya. Untuk menjauhi hal-hal tersebut dan untuk
memberikan kepuasan yakni sebagai imbalan jasa terhadap jerih payahnya
maka kepada manusia perlu diberi perangsang dan salah satu perangsang
yang sangat baik adalah berupa uang (money).
Di samping itu pula uang bisa membiayai pembiayaan sesuatu usaha
kerja sama apa ia sebagai jawatan pemerintah atau yayasan maupun badan
perusahaan. Jadi uang diperlukan setiap kegiatan untuk mencapai tujuannya.
Makin baik keuangan dari suatu usaha kerja sama maka semakin stabil pula
kedudukan manajemen dalam usaha kerja sama itu menghadapi berbagai
kesulitan dan rintangan dalam menyelenggarakan segala tugas kewajiban
dalam usaha kerja sama tersebut.
Walaupun uang itu benda mati sedangkan manusia itu makhluk
hidup, yang dilengkapi akal, tetapi pengaruh benda mati (uang) itu terhadap
manusia sangat besar. Sering dijumpai dalam suatu perusahaan atau jawatan
terhadap bagian yang mengalami kekosongan dan saling melemparkan
tanggung jawab atau sebaliknya terjadi tumpukan pejabat, salah satu penye-
babnya adalah uang. Banyak manajer yang berhadapan dengan pengadilan
disebabkan melakukan tindak pidana dalam soal keuangan. Walaupun
seharusnya manusia itu tidak dikalahkan oleh benda mati tetapi karena

91
faktor ekologi yaitu lingkungan yang mempengaruhinya, sehingga banyak
juga yang tidak berdaya terhadap rangsangan uang.
Jadi uang juga merupakan sarana yang penting bagi pelaksanaan
manajemen dengan setepat-tepatnya, hanya saja perlu pula diingat bahwa
walaupun uang itu banyak, tetapi tetap sarana (tools) yang paling menen-
tukan dalam manajemen adalah manusianya.

3. Materials (Materi)

Materi dalam terminology manajemen di Indonesia sering di sebut


dengan istilah perbekalan. (administrasi material – administrasi perbekalan)
Bahkan sering secara silih berganti dipergunakan juga bersama-sama
dengan peralatan, sehingga menjadi perbekalan dan peralatan (administrasi
material – administrasi perbekalan – administrasi peralatan). Tetapi dalam
konteks ini istilah material dimaksudkan untuk memberikan arti adanya
baha dan juga merupakan sarana yang sangat diperlukan bagi pelaksanaan
fungsi manajer dan pencapaian tujuan usaha kerja sama. Sesuatu pekerjaan
sering macet dalam pelaksanaan kerjanya akibat tidak tersedianya bahan-
bahan (materials) dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaannya itu.
Misalnya suatu proyek pembangunan gedung terhenti dikarenakan tidak
adanya bahan seperti semen, batu, kapur, pasir, kerangka-kerangka, plat
baja dan sebagainya.
Oleh karena itu, di samping manusia dan uang yang merupakan
sarana manajemen, maka materi juga merupakan sarana yang diperlukan

92
guna terciptanya proses manajemen, dengan materi maka fungsi manajemen
dapat terlaksanan.

4. Machines (Mesin)

Dalam perusahaan maupun pemerintah, mesin-mesin sangat diper-


lukan. Di muka telah disinggung bahwa manusia bisa lelah, sakit atau lalai,
padahal faktor manusia merupakan sarana terpenting dalam manajemen.
Berhubungan dengan itu agar manusia tidak terlalu lelah hingga jatuh sakit
atau lalai, maka dengan demikian terutama dalam menghemat tenaga kerja
dan energi manusia diperlukan mesin-mesin utamanya sekali dalam peker-
jaan-pekerjaan yang berat dapat diambil alih oleh tenaga-tenaga mesin.
Begitupun mengenai hal-hal yang memerlukan perbanyakan yang sama
umpamanya surat-surat yang mempunyai tembusan/harus disebar luaskan,
tanpa mesin ketik atau stensil atau foto copy maka memerlukan tenaga,
waktu yang cukup banyak untuk menulisnya secara berulang-ulang
sehingga proses manajemen itu mengalami keterlambatan.
Dengan demikian masalah mesin merupakan pula sarana manajemen
yang sangat diperlukan, walaupun di dunia modern sekarang ini ditemukan
mesin-mesin yang serba canggih mengakibatkan banyak tenaga kerja yang
kehilangan pekerjaan atau mata pencaharian. Tetapi manusia sudah menya-
dari pula kegunaan mesin-mesin yang membawa kepada kemudahan dalam
melaksanakan pekerjaan, sehingga memberikan juga keuntungan-keun-
tungan yang banyak terhadap kerja itu sendiri dan kepaea masyarakat secara
keseluruhan pada umumnya.

93
Jadi dengan alasan tersebut merupakan pula bahwa mesin meru-
pakan sarana manajemen yang diperlukan di dalam rangka pencapaian
tujuan secara tepat dan efisien.
Hanya perlu diingat pula bahwa menggunakan mesin tergantung
kepada manusia, bukan manusia yang tergantung kepada mesin. Bahkan
mesin itu sendiri tidak akan ada kalau tidak ada manusia yang menemu-
kannya. Mesin itu dibuat justru untuk memperlancar/mempermudah tujuan
manusia. Jadi hanya merupakan suatu metode untuk mempermudah
penyelesaian pekerjaan. Hasil penyelesaian pekerjaan mesin yang baik dan
benar tergantung dari moral dan skill dari pemakainya.

5. Market (Pasar)

Pemasaran dari barang-barang produksi sudah barang tentu sangat


penting bagi kelangsungan proses produksi itu sendiri. Proses produksi
sesuatu barang akan berhenti apabila barang-barang yang diproduksi itu
tidak laku. Oleh karena itu penguasaan pasar dalam arti penyebarluasan
hasil-hasil produksi kepasaran agar sampai kepada konsumen, merupakan
faktor determinant (yang menentukan) dalam perusahaan produksi.
Agar supaya pasrah dapat dikuasai, maka kualitas dan harga barang
harus sesuai dengan selera dan kemampuan konsumen. Barang yang
kualitas rendah dengan harga yang relatif mahal tidak akan laku dijual atau
tidak dikuasai pasaran. Tetapi sebaliknya barang yang berkualitas tinggi
dengan harga relatif murah akan menarik pembeli sehingga dapat
menguasai pasaran.

94
Hal tersebut di atas adalah penggunaan pasar dalam dunia per-
dagangan
Adapun dalam administrasi negara yang menjadi market (pasar)
adalah sama juga yaitu masyarakat, hanya saja secara keseluruhan.
Sedangkan yang menjadi “barang produksinya” adalah layanan perusahaan
atau jasa (ini administrasi negara dikurangi perusahaan negara atau niaga
negara). Apabila rakyat atau masyarakat telah merasakan pelayanan yang
sebaik-baiknya akan mendukungnya atau dengan kata lain memberikan
kerjasamanya dengan sebaik-baiknya, sehingga pemerintah dapat berjalan
stabil.
Adapun “barang produksi” dari administrasi negara yang terakhir
adalah tercapainya tujuan negara, yaitu menurut aristoteles dalam bukunya
politcs adalah good life (kehidupan yang baik) atau menurut Merriam
(Sukarna, 1972) yakni:
a. External security (keamanan dari luar)
b. Interned order (ketertiban dalam negeri)
c. Justice (keadilan)
d. Social welfare (kesejahteraan masyarakat)
e. Freedom (kemerdekaan)
Apabila seluruh rakyat telah merasakan kehidupan yang baik, maka
pemerintah akan mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat sehingga
akan berjalan stabil.
Uraian di atas sejalan dengan pendapat Waldo (Sukarna, 1972)
yang menyatakan public administration is the organization and
management of man and materials to achieve the purposes of government.

95
Artinya: administrasi negara adalah pengorganisasian dan manajemen
manusia dan materi untuk pencapaian tujuan pemerintah. Public
administration is the art and science of management as applied to affairts
of the state. Artinya: administrasi negara adalah seni dan ilmu manajemen
yang diterapkan terhadap urusan-urusan negara.
Tentu saja dalam penerapannyapun market sebagai tools of
management tidak dapat dipisahkan dari tools (sarana) yang lainnya yaitu
man, materials, machines, dan methods. Bahkan dapat dikatakan market
akan tergantung sama sekali kepada sarana yang lainnya.

6. Methods (Tata kerja)

Methods (tata kerja) adalah suatu cara melaksanakan pekerjaan


dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Jadi tercapainya atau
tidaknya tujuan itu tergantung dari cara kerjanya.
Suatu tata kerja yang baik memperlancar jalannya pekerjaan. Tetapi
walaupun tata kerja yang telah dirumuskan atau ditetapkan dengan baik,
sedangkan orang yang diserahi tugas pelaksanaannya kurang baik, oleh
karena itu penggunaan tata kerja, tergantung pula pada orangnya, Bahkan
tata kerja itu sendiri dibuat atau diciptakan manusia. Tanpa manusia tidak
ada tata kerja.
Perlu diingat bahwa tata kerja diperlukan dalam setiap kegiatan
manajemen itu diperlukan dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen
dan juga diperlukan dalam penggunaan sarana dari manajemen lainnya yaitu
diperlukan untuk memilih dan menempatkan orang-orang, menyusun

96
anggaran belanja, mengurus dan menggunakan bahan-bahan (materi),
menggunakan mesin-mesin dan dalam pemasaran tetapi namun demikian
tetap dilakukan oleh manusia. Dengan demikian faktor utama dalam
menajemen tetap manusianya itu sendiri.

7. Information (Informasi)

Informasi adalah sangat penting dilakukan di dalam dan oleh


masyarakat, karena tidak ada kegiatan yang dilakukan yang tidak punya
informasi. Sebaliknya semua kegiatan menghasilkan informasi baik yang
berguna bagi organisasi yang melaksanakan kegiatan tersebut maupun bagi
organisasi lain selain organisaasi yang bersangkutan.
Melaksanakan fungsi manajemen tidak terlepas dari atau boleh
mungkin justru informasi maka fungsi tersebut akan dapat dilaksanakan,
seperti misalnya: fungsi perencanaan dan keputusan hanya mungkin
terlaksana dengan data yang lengkap, up to date dan dapat dipercaya. Data
yang tidak jelas tidak lengkap berakibat perencanaan yang tidak mantap dan
keputusan yang tidak tepat. Pada gilirannya pelaksanaan manajemen tidak
efisien dan efektif.
Oleh karena itu, tepatlah apabila informasi juga merupakan sarana
manajemen yang perlu karena tanpa informasi tidak mungkin kegiatan
manajemen akan terlaksana. Informasi tidak hanya untuk manajer melain-
kan juga untuk semua orang dalam organisasi agar dapat menunaikan tugas-
nya masing-masing dengan sebaik mungkin.

97
Penggunaan dari ke-7 sarana-sarana manajemen tersebut di atas
secara visualisasi seperti pada gambar 3.1

SARANA (TOOLS OF MANAJEMEN – 6 M + I)

SUMBER – 4 M

diperlancar
dengan

METHODS

diciptakan
dengan

diselenggarakan MATERIALS FUNGSI-FUNGSI


oleh
dimudahkan dimantapkan - PLANNING S
MAN dengan dengan A
- - ORGANIZING S
- Lebih dari 1 orang MACHINES INFORMASI
A
- kerjasama anggota - ACTUATING R
- tujuan bersama dimodali A

A
dengan -CONTROLLING N

MONEY
didistribusi
dengan

MARKET

Gambar 3.1 Penggunan Sarana-sarana Manajemen dalam


Pencapaian Sasaran Usaha

98
C. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

Dalam proses penyelenggaraan manajemen mempunyai tugas-tugas


dan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh tidak harus dilaksanakan supaya
tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Tugas-tugas yang harus
dilaksanakan itu, dinamai fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen adalah sama bagi semua tingkat mana-
jemen adalah top management, midle management, dan lower management,
artinya apakah ia sebagai manajer tertinggi dalam organisasi itu atau ia
sebagai manajer menengah maupun ia sebagai manajer bawah, semua
fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan adalah sama. Hanya saja sampai
sekarang belum ada kesepakatan di kalangan para sarjana mengenai fungsi-
fungsi manajemen di tinjau dari segi terminologi dan klasifikasi yang
dipergunakan. Hanya ada kesepakatan bahwa ada dua klasifikasi utama
yaitu fungsi organik adalah semua fungsi yang mutlak harus dijalankan dan
fungsi pelengkapan yaitu yang meskipun tidak mutlak dijalankan tetapi
akan dapat meningkatkan efisiensi kalau dijalankan.
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam mengklasifi-
kasikan fungsi-fungsi tersebut, kondisi masyarakat serta taraf kemajuannya
dalam suasana mana para pakar tertentu menulis, filsafat hidup yang dianut
oleh pakar yang bersangkutan, dan latar belakang pendidikannya, serta
perkembangan ilmu itu sendiri mempunyai pengaruh terhadap hal tersebut.
Mengenai klasifikasi dan terminologi fungsi-fungsi manajemen dari
pakar dapat di kemukakan sebagai berikut:

99
1. Henry Fayol dengan bukunya “administration Industrialle et generale”
yang pertama kali membagi manajemen atas beberapa elemen (elements
of management) yaitu:
a. Privoir (merencanakan)
b. Organiser (mengorganisasikan)
c. Commander (memerintah/memberi komando) dan
d. Coordonner (mengkoordinasikan) dan
e. Controller (mengawasi/mengendalikan)
Privoir (merencanakan) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
sebelum melakukan tindakan penyelenggaraannya yang meliputi serang-
kaian keputusan termasuk penentuan tujuan, kebijaksanaan, membuat
program, menentukan metode dan prosedur serta menetapkan jadwal waktu
pelaksanaan.
Organiser (mengorganisasikan) adalah suatu kegiatan menentukan,
mengelompokkan dan mengatur berbagai kegiatan yang dianggap perlu
untuk mencapai tujuan, menugasi orang-orang dalam kegiatan ini dengan
menetapkan faktor-faktor lingkungan phisik yang sesuai, dan menunjukkan
hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang
ditugasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut
Commander (memerintah) adalah pemberian perintah dan bim-
bingan agar supaya bawahan bekerja dengan giat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Coordonner (mengkoordinasikan) adalah suatu kegiatan/pekerjaan
menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang dan
pekerjaannya dalam suatu kerjasama yang diarahkan kepada pencapaian

100
tujuan tertentu sehingga tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekembaran
atau kekosongan kerja
Controller (mengawasi) adalah segenap tindakan mengamati/mene-
liti apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan berdasarkan instruksi-instruksi yang telah dikeluarkan,
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

2. G.R. Terry (1960), membagi atas 4 fungsi pokok yang biasa disingkat
dengan akronim POAC, yaitu:
P = Planning (perencanaan)
O = Organizing (Pengorganisasian)
A = Actuating (Penggerakan)
C = Controlling (Pengawasan)
Mengenai pengertian planning, organizing dan controlling sudah
dikemukakan di atas, dengan mengetengahkan pendapat Henry Fayol. Yang
akan diberi pengertian di sini adalah actuating.
Adapun yang dimaksudkan dengan actuating (penggerakan) adalah
suatu usaha atau tindakan agar supaya semua anggota-anggota dari suatu
organisasi dapat dan mau secara sukarela melaksanakan tugas-tugas
pekerjaan berdasarkan rencana dari organisasi kepada sasaran yang telah
ditetapkan.

3. Koontz dan O’ Donnel (1972) dengan akronim POSDICO, yaitu:


P = Planning (perencanaan)
O = Organizing (pengorganisasian)

101
S = Staffing (pengisian lowongan atau penstafan)
Di = Directing (pembimbingan atau pemimpinan) dan
Co = Controlling (pengawasan)
Yang diberi pengertian di sini hanyalah staffing dan directing
Staffing (pengisian lowongan atau penstafan) adalah penempatan
orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat. Untuk keperluan ini dengan
sendirinya memerlukan persyaratan penentuan tenaga kerja bagi sesuatu
pekerjaan/jabatan yang harus disesuaikan, dan pekerjaan ini termasuk juga
mengadakan investasi, penilaian, dan pemilihan calon untuk pengisian
jabatan tersebut. Di samping itu juga perlu dipertimbangkan tentang gaji,
latihan dan pengembangannya baik bagi calon pegawai maujpun pegawai
tetap lainnya agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cara yang
efektif.
Directing (pembimbingan) adalah pengamatan pegawai agar supaya
pekerjaannya dapat diarahkan kepada sasarannya atau dengan kata lain
directing adalah pengarahan kegiatan kerja pegawai terhadap tujuan yang
telah ditentukan.

4. Dwight Waldo (1978), memberikan klasifikasi fungsi manajemen yang


biasa disingkat dengan akronim POSDCORB, yaitu:
P = Planning (perencanaan)
O = Organizing (pengorganisasian)
S = Staffing (pengisian lowongan atau pengstafan)
D = Directing (pembimbingan)
Co = Coordinating (pengkoordinasian)

102
R = Reporting (pelaporan)
B = Budgeting (penganggaran)
Planning, organizing, staffing, directing dan coordinating telah
dijelaskan terdahulu, sedangkan yang belum diberi pengertian hanyalah
reporting dan budgeting.
Adapun pengertian reporting (pelaporan) adalah pemberian kete-
rangan dari para anggota kepada manajer suatu organisasi mengenai segala
hal yang bertalian dengan tugas-tugas pekerjaan melalui catatan, penelitian
maupun inspeksi.
Budgeting (penganggaran) yaitu penyusunan dan penetapan ang-
garan belanja yang diperlukan untuk pelaksanaan perencanaan. Perencanaan
tanpa penganggaran tidak mungkin dapat dilaksanakan. Dalam pengang-
garan itu ditentukan modal dan biaya yang diperlukan. Banyak usaha yang
gagal karena kekurangan modal dan biaya. Dengan demikian perencanaan
akan gagal apabila penganggaran yang disediakan tidak mencukupinya.
Oleh karena itu penyusunan perencanaan tidak dapat dilepaskan dari
penganggaran. Jadi penganggaran adalah perencanaan di bidang keuang-
an/pembiayaan.

5. Urwicht (1963), membagi atas:


a. Porecasting (peramalan)
b. Planning (perencanaan)
c. Organizing (pengorganisasian)
d. Directing (pembimbingan)
e. Coordinating (pengkoordinasian)

103
f. Controlling (pengawasan)
g. Human relation (hubungan kemanusiaan)
Planning, organizing, directing, coordinating, dan controlling, telah
dikemukakan, maka yang diberi pengertian berikut ini, yaitu: Forecasting
(peramalan), adalah suatu langkah permulaan dalam proses perencanaan
untuk penyusunan suatu rencana. Meramalkan biasanya berupa suatu
pengira-ngira, penafsiran, penyelidikan pendahuluan terhadap segala
kemungkinan-kemungkinan yang mungkin bisa atau akan terjadi sebelum
penyusunan suatu rencana yang lebih pasti dilakukan
Human relation (hubungan masyarakat) adalah segenap aktivitas
penyatupaduan manusia dengan pekerjaan dalam sesuatu organisasi yang
memungkinkan perkembangan diri manusia sepenuhnya sehingga antara
manusia dan kerja itu terdapat hubungan timbal balik yang bermanfaat. Jadi
human relation menyangkut persoalan tentang hubungan antara manusia
dengan kerja dalam sesuatu organisasi yang mempunyai pengaruh timbal
balik, yaitu manusia harus berguna bagi pelaksanaan sesuatu kerja dan
sebaliknya kerja itu juga harus bermanfaat bagi manusia. Dalam rangka itu
maka sesungguhnya isi dan cakupan pengertian human relation meliputi
pokok soal tentang “faktor kemanusiaan dalam hubungan kerja, atau dibalik
hubungan kerja berdasarkan peri kemanusiaan”

6. William (1961), menyebutnya “the work of administration/manage-


ment” (pekerjaan seseorang administrator/manajer) yang dapat dibagi
dalam lima klasifikasi dengan akronim POASCO, yaitu:
P = Planning (perencanaan)

104
O = Organizing (pengorganisasian)
A = Assembling Resources ( pengumpulan sumber-sumber)
S = Supervising (pengendalian kerja)
Co = Controlling (pengawasan)
Karena planning, organizing dan controlling telah dikemukakan di
atas, maka yang diberikan pengertian disini yaitu: Assembling Resources
(pengumpulan sumber-sumber) yaitu: aktivitas pengumpulan sumber-
sumber yang diperlukan untuk mengatur penggunaan dari berbagai usaha
tersebut yang meliputi personal, uang/kapital, alat-alat/fasilitas dan hal-hal
lain yang diperlukan untuk melaksanakan rencana.
Supervising (pengendalian kerja) adalah bimbingan dari pelaksa-
naan pekerjaan setiap hari termasuk memberikan instruksi, motivasi
(dorongan) agar mereka secara sadar menurut kegiatan pekerjaan dan
memelihara hubungan kerja baik antara atasan dan bawahan (the “bos” and
“subordinate”)

7. Allen, (1960), menggunakan tentang fungsi-fungsi manajemen sebagai


berikut:
a. Leading (memimpin)
b. Planning (perencanaan)
c. Organizing (pengorganisasian)
d. Controlling (pengawasan)
Di samping pembagian ini dari Louis A. Allen sebelumnya menye-
butkan sebagai berikut:
a. Planing (perencanaan)

105
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Coordinating (pengkoordinasian)
d. Motivating (pemberian motivasi)
e. Controlling (pengawasan)
Karena planning, organizing, coordinating, dan controlling telah di-
kemukakan pengertiannya; dan yang belum adalah leading dan motivating.
Leading (memimpin) adalah menggerakkan bawahan dengan
memberikan bimbingan atau menghantarkan dengan mendahului atau
membawa kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan memberi suatu
contoh yang patut ditinjau/diikutinya.
Motivating (pemotivasian) adalah keseluruhan proses pemberian
motif bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien
dan ekonomis.

8. Sondang P. Siagian (1985), membagi fungsi-fungsi manajemen atas:


a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pemberian motivasi (motivating)
d. Pengawasan (controlling)
e. Penilaian (evaluating)
Karena perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, pengawasan
sudah diuraikan pengertiannya, maka yang akan diuraikan berikut ini
adalah:

106
Penilaian (evaluating) adalah proses pengukuran dan pembandingan
dari hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil yang
seharusnya dicapai. Jadi penilaian merupakan kegiatan awal dalam
pelaksanaan pengawasan/pengendalian, yaitu: untuk mengetahui sejauh
mana pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang selanjutnya
dengan tindakan perbaikannya. Tanpa penilaian, kesesuaian atau sejauh
mana pekerjaan telah dilaksanakan tidak diketahui, selanjutnya tindakan
korektif tidak mungkin dilaksanakan.

9. Selanjutnya mengenai klasifiksi fungsi-fungsi manajemen yang patut


pula dikemukakan adalah klasifikasi fungsi dari The Liang Gie (1978),
berbeda halnya dengan para pakar tersebut terdahulu, kesemuanya
memasukkan organizing sebagai salah satu fungsi manajemen, maka
oleh The Liang Gie, tidak memasukkannya. Salah satu argumentasi
yang menjadi alasan tidak dikemukakannya organizing sebagai salah
satu fungsi manajemen bahwa dalam setiap usaha kerja sama pasti
terdapat struktur yang merupakan wadah usaha itu di samping proses
yang menggerakkan penyelenggaraan kerja sama tadi. Wadah yang
dimak-sudkan di sini adalah organisasi dengan secara otomatis
dinamisasi organisasi adalah organizing. Sedangkan proses pengerakkan
adalah manajemen. Dengan alasan inilah sehingga The Liang Gie
menyim-pulkan bahwa organizing atau pengorganisasian tidak dpat
dikategorikan sebagai fungsi manajemen. Beliau berpendapat bahwa
fungsi-fungsi manajemen dapat dibedakan ke dalam enam klasifikasi
fungsi, yaitu:

107
a. Perencanaan
b. Keputusan – baca pembuatan putusan
c. Pembimbingan
d. Pengkoordinasian
e. Pengendalian
f. Penyempurnaan
Perencanaan, pembimbingan, pengkoordinasian, telah dikemukakan
terdahulu, sedangkan yang belum adalah pengambilan putusan, pengen-
dalian dan penyempurnaan.
Adapun yang dimaksud dengan “pembuatan putusan” adalah suatu
aktivitas yang mengakhiri pertentangan mengenai suatu hal atau melakukan
pemilihan dari berbagai-bagai alternatif yang ada untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan, pertentangan-pertentangan dan keragu-raguan yang
timbul dalam proses penyelenggaraan usaha kerja sama itu. Keputusan di
sini diartikan adalah “pemutusan”
“Penyempurnan” adalah segenap aktivitas memperbaiki berbagai
kekurangan dan ketidaktepatan yang timbul pada struktur organisasi dan
taat kerja sewaktu berlangsungnya proses penyelenggaraan usaha kerja
sama itu.
“Pengendalian” adalah memeriksa, mencocokkan, dan mengusaha-
kan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dan hasil yang dikehendaki.
Pendapat The Liang Gie ini mengenai organizing tidak dimasuk-
kannya sebagai fungsi manajemen sedikit banyaknya terpengaruh pula oleh
Pariata Westra (1980) sehingga beliaupun menyederhanakan fungsi-fungsi

108
manajemen menjadi tiga klasifikasi fungsi sebagai berikut: 1) Perencanaan
(planning), 2) Penggerakan (actuating), dan 3) Pengontrolan (controlling).
Jika diperinci klasifikasi dari pendapat para pakar di atas, maka ada
18 klasifikasi dan terminologi fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
1. Forecasting (peramalan)
2. Privoir/planning (perencanaan)
3. Organiser/organizing (pengorganisasian)
4. Staffing (pengisian atau penstafan)
5. Assembling resources (pengumpulan sumber-sumber)
6. Actuating (penggerakan)
7. Commander/commanding (memberi komando/memerintah)
8. Coordonner/coordinating(pengkoordinasian)
9. Directing (pembimbingan atau pemimpinan)
10. Human relation (hubungan kerja kemanusiaan)
11. Leading (memimpin)
12. Motivating (pemberian motivasi)
13. Evaluating (penilaian)
14. Controller/controlling (pengawasan)
15. Reporting (pelaporan)
16. Pembuatan putusan (decision making)
17. Pengendalian dan
18. Penyempurnaan.
Kalau ke 18 klasifikasi fungsi-fungsi tersebut disintesiskan, maka
pada pokoknya hanya empat klasifikasi fungsi yang pokok dari manajemen

109
yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Untuk jelasnya lihat tabel 3.1

Tabel 3.1 Perincian Klasifikasi Fungsi Manajemen

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
No. PENGARANG
PLANNING ORGANIZING ACTUATING CONTROLLING

1. Henry Fayol Privoir Organiser Commander Controller

2. G.R.Terry Planning Organizing Actuating Controlling

3. Harold Koontz & Planning Organizing Directing Controlling


Cyril O’Donnel Staffing

4. Luther M Gullick Planning Organizing Directing Reportin


Budgeting Staffing Coordinating

5. Lindal Urwicht Forecasting Organizing Directing Controlling


Planning Coordinating
Human relation

6. W.H.Newman Planning Organizing Directing Controlling


Assembling re-
sources

7. S.P.Siagian Perencanaan Pengorganisasian Pemotivasian Pengawasan


Penilaian

8. Louis A. Allen Planning Organizing Leading Controlling


Coordinating
Motivating

9. The Liang Gie Perencanaan - Pembimbingan Pengendalian


Pembuatan Pengkoordina- Penyempurnaan
putusan Sian
110
10. Pariata Westra Perencanaan - Penggerakan Pengawasan

Kalau keempat fungsi pokok dari manajemen itu diimplemen-


tasikan, maka perlu ditekankan bahwa setiap fungsi adalah saling berkaitan.
Perencanaan misalnya, berpengaruh kepada pengorganisasian dan peng-
organisasian berpengaruh kepada penggerakan dan pengawasan. Satu
fungsi tidak berhenti sebelum yang lain mulai berfungsi. Mereka mutlak
berbaur dan umumnya tidak dilaksanakan tersendiri
Untuk menjalankan sebuah perusahaan atau organisasi yang masih
baru biasanya diawali dengan kegiatan perencanaan, dilanjutkan dengan
fungsi-fungsi lainnya, tetapi bagi organisasi yang sudah berjalan, pada suatu
saat perlu dilakukan pengawasan, dan hasil pengawasan merupakan balikan
terhadap perencanaan dan penggerakan sesuai kaidah pengorganisasian.
Mengenai ke-4 fungsi dasar perencanaan, pengorganisasian, peng-
gerakan, dan pengawasan yang dilaksanakan para manajer pada tingkat
organisasi, secara ilustrasi seperti gambar 3.2
Sesungguhnya jumlah waktu dan usaha yang diperuntukkan untuk
tiap fungsi nampaknya tergantung pada tingkat dari seorang manajer dalam
organisasi, seperti yang ditunjukkan dalam matriks 3.3, jumlah waktu yang
dipergunakan oleh para manajer yang lebih bawah tingkatannya pada
perencanaan kurang dari tingkat yang puncak. Pengawasan bawahan yang
pertama harus mengarahkan waktu sedemikian banyak dan usaha dalam
penggerakan dan pengawasan pekerjaan orang-orang lain yang mengerjakan
tugas sehari-hari dan mengenakan pemberhentian setiap hari. Makin keatas
kedudukan manajer dalam organisasi, maka makin besar prosentase waktu
111
mereka diarahkan kepada perencanaan dan kurang untuk menggerakkan
langsung jumlah waktu yang dipergunakan pada fungsi pengawasan
sumber-sumber penting untuk kelangsungan hidup organisasi. Akhirnya
jumlah waktu yang diarahkan untuk fungsi-fungsi pengorganisasian hampir
sama konsistensinya pada semua tingkat dalam manajemen.

TINGKAT PEREN-
ATAS CANAAN
28 % 36 % 22 % 14 %

TINGKAT PENGORGA- PENGA-


MENENGAH NISASIAN WASAN
18 % 33 % 36 % 13 %

TINGKAT PENGGE-
LEBIH REN- RAKAN
DAH 15 24 % 51% 10 %

WAKTU

Gambar: 3.2 Fungsi-fungsi Manajemen pada berbagai tingkatan


Manajemen (Kamaluddin, 1989, mendapat tambahan)

D. MACAM-MACAM MANAJEMEN

Sehubungan atas uraian manjemen tersebut terdahulu, maka


kagiatan yang bercorak manajemen dapat dibedakan seperti berikut:
1. Ditinjau dari tingkatan penjenjangan adalah sebagai berikut:

112
a. Top management (manajemen puncat) yang biasa disamakan dengan
administrator dengan ciri-ciri, yaitu:
- pemegang kebijaksanaan dalam suatu organisasi
- pemutusan terakhir merupakan bidangnya
- lebih banyak memiliki kecakapan keterampilan manajer
b. Midle management. (manajemen menengah) dengan ciri-cirinya
sebagai berikut: kepadanya merupakan transito informasi, instruksi
dan sebagainya, dari atasan ke bawahan begitupun sebaliknya,
c. Lower management ( manajemen bawah) biasa juga disebut dengan
supervisory management, gang leader, mandur atau operation
management dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
- kemampuan mengenai tehnik yang bersangkut paut dengan
organisasi
- berhubungan langsung dengan pekerja dan lebih banyak
memiliki keterampilan tehnik
Secara ilustrasi dapat dilihat pada gambar 3.4

Manajemen puncak (top management)


- Administrator, Kepala Jawatan/Kantor, Direktur
Jenderal
Manajemen menengah (midle management)
- Kepala-kepala Direktorat, Direktur, Bagian.

Manajemen bawah (Lower management)


- Supervisor, mandor, Kepala Sub
Direktorat/Seksi,
Gambar 3.4 Tingkatan Manajemen
Dalam hubungannya dengan kecakapan (skill) dan tingkatan
manajemen, ada suatu aksioma bahwa setiap manajer pada tingkat apapun
113
juga ia bekerja dan selalu memerlukan dua macam keterampilan/kecakapan
(skill) yaitu: technical skillas (kecakapan tehnis) dan managerial skills
(kemampuan memimpin). Dan semakin tinggi kedudukan seseorang di
dalam organisasi ia semakin banyak memerlukan kecakapan memimpin dan
semakin kurang kecakapan teknis, sebaliknya semakin rendah kedudukan
seseorang di dalam suatu organisasi semakin banyak kecakapan teknis
daripada kecakapan memimpin. Dengan kata lain semakin tinggi kedudukan
seseorang di dalam suatu organisasi ia harus semakin menjadi “generalist”,
sedangkan semakin rendah kedudukan di dalam suatu organisasi ia harus
menjadi “spesialist”
Untuk lebih jelasnya perbandingan antara keduanya dapat dilihat
pada gambar 3.3

Top management MS TS Keterangan

Midle Management MS TS MS = managerial skill

Lower management MS TS TS = technical skill

Gambar 3.4 Perbandingan antara Kecakapan Memimpin


dengan Kecakapan Teknis pada Tingkatan
Manajemen

Gambar 3.4 memberi pemahaman bahwa pada manajemen puncak


(top management), kecakapan memimpin (managerial skill - MS) lebih
banyak daripada kecakapan teknis (technical skill – TS). Pada manajemen
114
bawah (lower management) berbanding terbalik dengan manajemen puncak,
yaitu lebih banyak kecakapan teknik (TS) daripada kecakapan memimpin
(MS). Sedangkan manajemen menengah (midle management) kecakapan
memimpin sama dengan kecakapan teknis. MS = TS
Oleh karena itu apabila seseorang menduduki jabatan manajer yang
semakin rendah ia semakin berhadapan langsung kepada petugas-petugas
tersebut, maka dari itu ia masih harus menguasai seluk beluk dari kegiatan
yang operatif sifatnya. Sebaliknya apabila seseorang berhasil menduduki
jabatan manajer yang semakin tinggi dalam organisasi yang besar ia
semakin terpisah jauh dari kegiatan operasional dan sifat tugasnya beralih
dari pemberian bimbingan langsung kepada petugas operatif menjadi tugas
penentu tujuan, perumus kebijaksanaan, penggerak kelompok manajer pada
tingkat yang lebih rendah dan pemikir hal-hal yang sifatnya lebih
menyeluruh.
2. Ditinjau dari macamnya materi yang dipersoalkan, maka manajemen
dapat dibagi sebagai berikut:
a. Manajemen personil (personnel management) yaitu manajemen
yang menitikberatkan perhatiannya kepada soal-soal kepegawaian
atau personalia dalam sesuatu badan (organisasi) tertentu
b. Manajemen finansial (financial management) yaitu manajemen yang
mempersoalkan tentang urusan keuangan dalam suatu usaha
kerjasama (organisasi)
c. Manajemen pendidikan (education management) yaitu manajemen
yang menitik-beratkan perhatiannya kepada soal-soal pendidikan

115
d. Manajemen pemasaran (marketing management) yaitu manajemen
yang titik persoalannya tentang pemasaran, perdagangan
e. Manajemen Perkantoran (office management) yaitu manajemen yang
memper-soalkan masalah perkantoran atau manajemen yang
penerapannya dalam suatu kantor
f. Dan sebagainya menurut materi yang dipersoalkan sepertinya
manajemen produksi, manajemen pergudangan, manajemen
perhotelan, manajemen koperasi, manajemen akuntansi, dan lain-
lain.
3. Ditinjau dari sistem/cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Manajemen tradisional dengan ciri-cirinya mengikuti tradisi yang
sudah berjalan
b. Manajemen ilmiah (scientific management) dengan ciri-cirinya
diadakan perhitungan dengan dasar norma-norma ilmu pengetahuan
c. Manajemen terbuka (open management) dengan ciri-cirinya adalah
“sosial kontrol” dan “social partisipation” selalu ada, sehingga
dipupuk “social responsibility” dan “social support”
d. Manajemen tertutup dengan ciri-cirinya tidak ada social control,
rahasia dipegang oleh beberapa orang saja.
e. Manajemen bapak, dengan ciri-cirinya setiap usaha gerak dari
organisasi selalu mengikuti jejak dari bapak, apa yang dikatakan
bapak itulah yang benar
f. Manajemen sistematis, dengan ciri-cirinya segala sesuatu diatur
scara sistimatis , yaitu secara tertib, rapi, dan tertur dngan tujuan
untuk menghindarkan hal-hal yang tidak dikehendaki.

116
4. Ditinjau dari sudut filosofi antara lain dengan sebagai berikut:
a. Manajemen otokratis/diktatorial dengan ciri-cirinya manajemen
paksa, tidak menghargai pendapat orang hanya pendapatnya saja
yang dianggap benar.
b. Manajemen liberal dengan ciri-ciri adalah berbagai ketentuan
dibuat oleh para pengikut/orang bawahan dan pmimpin sebagai
simbol saja, tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok. Bawahan
nanti mendapat petunjuk dan saran-saran dari manajer bawahan itu
sendiri memintanya.
c. Manajemen demokratis dengan ciri-cirinya pemutusan senantiasa
berdasar musyawarah (mengikut sertakan bawahan). Ada singkroni-
sasi antara tujuan individu dengan tujuan organisasinya, senang
menerima saran pendapat dan kritikan dari bawahan, mengutamakan
kerjasama dalam pencapaian tujuan, senantiasa berusaha agar
bawahannya lebih sukses daripadanya, menghargai bawahan sebagai
manusia yang bermartabat. Biasanya sebagian dari kekuasaan dan
tanggung jawabnya diserahkan kepada bawahannya, akan tetapi ia
tidak melepaskan dirinya sebagai manajer yang resmi.
5. Ditinjau dar segi luasnya/golongannya adalah sebagai berikut:
a. Generala management (manajemen makro). Manajemen yang
bersifat umum
b. Special management (manajemen mikro). Manajemen yang bersifat
khusus, manajemen yang hanya mengenai satu bidang tertentu saja,
misalnya: manajemen kepegawaian, manajemen perkantoran, mana-

117
jemen produksi, manajemen mutu terpadu, manajemen strategis dan
sebagainya.
6. Ditinjau dari kedudukan/penempatannya, yaitu:
a. Patrimonial management
Kedudukan yang strategis dan penting dalam organisasi diberikan
kepada orang-orang berdasarkan hubungan keluarga.
b. Political management
Kedudukan yang strategi dan penting dalam organisasi diberikan
kepada orang-orang berdasarkan partai politik tertentu
c. Profesional management
Kedudukan yang strategis dan penting dalam organisasi diberikan
kepada orang-orang berdasarkan kecakapan atau jasa.
Masih uraian macam-macam manajemen. Simbolon, (2004: 24)
membedakan manajemen dari segi sifat kerjanya.
a. Manajemen admiistratif (administrative manageent), yaitu
manajemen atau pejabat manajer yang kerjanya menitikberatkan
dalam bidang pemikiran (kerja pikir). Maksudnya adalah suatu
pendekatan dari manajer atas sampai ke tin oleh seoranggkat
manajer yang terbawah sekalipun, termasuk para pekerjanya.
Manajemen administratif ini dituntut keterampilan administratif
yang dipelopori oleh Henry Fayol.pada akhir abad XIX

b. Manajemen operatif (operative management),, yaitu manajemen


atau pejabat manajer yang langsung memimpin kerja kearah
tercapainya kerja yang nyata. Yang dimaksud dengan manajemen

118
operatif ialah pendekatan dari bawah ke tingkat yang lebih atas.
Adapun titik beratnya adalah efisiensi dan keproduksian para
pelaksananya yang terdapat di tingkat bawah. Manajemen operatif
ini dituntut keterampilan teknis operaional dengan pelopornya
adalah F.W. Taylor.

Perbedaan manajemen administratif dan manajemen operatif PADA


tingkatan manajemen, seperti pada Gambar 3.5
MA
MTA

MTM

MO
MTB

Gambar: 3.5 Perbedaan manajemen dari segi sifat kerjanya


Keterangan:
MTA : Manajemen Tingkat Atas (Top Management)
MTM: Manajemen Tingkat Menengah (Midle management)
MTB: Manajemen Tingkat Bawah (Lower management)
MA : Manajemen Admiistratif
MO : Manajemen operatif

119
E. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN

Prinsip adalah asas, dasar atau kaidah, yaitu pernyataan kebenaran


fundamental yang menjadi pokok dasar berpikir atau melakukan kegiatan.
Jadi prinsip-prinsip manajemen adalah asas/dasar ataupun kaidah yang
merupakan pernyataan atau kebenaran fundamental yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menjalankan tugas memimpin suatu usaha kerjasama, untuk
mencapai suatu keseimbangan yang setinggi-tingginya dalam proses
pencapaian tujuan.
Fayol (1925), merumuskan ada 14 prinsip dalam manajemen, yaitu:
1. Devision of work atau pembagian kerja, untuk mencapai dalam
menggunakan tenaga manusia dan faktor-faktor produksi lainnya.

120
Prinsip ini sangat penting mengingat adanya keterbatasan kemampuan
manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan. Manusia antara satu
dengan yang lainnya punya keterbatasan mengenai kebutuhan waktu,
pengetahuan, kemampuan, dan perhatian, sehingga dalam keterba-
tasannya dapat dilaksanaka oleh pihak yang berkemampuan untuk itu.
2. Authority and responsibility atau asas kekuasaan (kewenangan) dan
pertanggungan jawab. Kedua prinsip ini merupakan kunci dalam
menjalankan roda usaha kerja sama. Sebab tanpa kewenangan dan
pertanggungan jawab para manajer tidak dapat mengadakan hubungan
ke bawah maupun ke atas (two way communication). Harus ada
kekuasaan untuk memberi perintah (the right to art) dan kekuasaan
untuk membuat dirinya ditaati. Pertanggungan jawab timbul oleh adanya
kekuasaan tadi. Keduanya harus seimbang (party) tidak ada kekuasaan
tanpa tanggung jawab dan sebaliknya. Misalnya: kekuasaan/weweng
sebesar X, maka tanggung jawab pun hrus sebesar X pula. Wewenang
menimbulkan “hak” sedangkan tanggung jawab menibulkan
“kewajiban”. Hak dan kewajiban menyebabkan terjdinya interaksi dan
komunikasi antara atasan dan bawahan.
3. Discipline (disiplin), yang meliputi: ketaatan, kesungguhan hati,
kerajinan, kesiapan, persetujuan, kebiasaan, tata krama antara badan
usaha tersebut dengan warganya.
4. Unity of command (kesatuan perintah/komando) adalah prinsip yang
mengharuskan bahwa perintah yang diterima oleh seseorang pegawai
tidak boleh diberikan oleh lebih dari seorang petugas di atasnya

121
5. Unity of direction (kesatuan arah gerak) adalah prinsip yang mengatakan
bahwa tiap-tiap golongan pekerjaan yang mepunyai tujuan yang sama
harus mempunyai satu rencana dan dikepalai oleh seorang manajer saja.
Seperti dibedakan dari prinsip “unity of command”, Fayol berpendapat
bahwa unity of direction dihubungkan dengan struktur atau “badan
perusahaan”. Sedangkan unity of command dihubungkan dengan
jalannya fungsi personalia (to the functioning of personnel.
6. Subordination of individual interest to generala interest (subordinasi
kepentingan perseorangan terhadap kepentingan umum) maksudnya di
dalam golongan manapun kepentingan kelompok harus mampu
mengatasi kepentingan perorangan. Bila subordinasi ini terganggu maka
manajemen berfungsi untuk mendamaikannya/mengembalikannya (it is
function of management to reconcile them)
7. Remuneration of personnel (pemberian upah/gaji para pegawai) Prinsip
ini menurut Fayol yaitu pembayaran upah dan cara-cara pembayarannya
supaya adil dan memberikan kepuasan yang maksimum bagi pegawai
dan majikan (and afford the maximum satisfaction to employee and
employer). Dengan sistem upah/gaji yang memuaskan akan merangsang
para bawahan atau pegawai untuk bekerja lebih giat.
8. Centralization (sentralisasi) yaitu prinsip yang mengatakan bahwa
semua organisasi harus dapat berpusat, harus mempunyai pusat
(centralistis atau decentralistis).Prinsip ini harus menunjukkan sampai
batas mana wewenang itu dipusatkan atau dibagi dalam sesuatu
perusahaan. Keadaan masing-masing akan menentukan tingkat

122
sentralisasi yang akan memberikan hasil keseluruhan yang sebaik-
baiknya.
9. Chain of command (rangkaian perintah) adalah prinsip yang meng-
haruskan bahwa perintah dari atas ke bawah selalu mengambil jarak
yang paling dekat. Hirarki dari atas dengan adanya kekuasaan dibarengi
dengan ketaatan dari bawah adalah untuk menjamin kemungkinan dua
arah (two way communications) dan kesatuan perintah (unity of
direction)
10. Order. (Tata tertib/ketentraman)
Prinsip ini menurut Fayol dibagi atas “ketertiban material” dan
“ketertiban sosial”. Kedua ketertiban tersebut sebagai suatu semboyang,
bahwa harus diadakan tempat untuk tiap orang maupun barang dan
supaya tiap orang maupun barang harus ada pada tempatnya.
Fayol mengatakan “aplace for everything (every one) and everything
(every one) in its (his) place”
11. Equity (keadilan)
Prinsip ini menurut Fayol dianggap sebagai sesuatu yang menimbulkan
kesetiaan dan ketaatan bawahan dengan jalan mengkoordinasikan
kebaikan dan keadilan para manajer dalam memimpin bawahannya,
sehingga menimbulkan rasa tunduk terhadap kekuasaan dari pihak
atasan.
Atmosudirdjo (1975) menerjemahkan sebagai prinsip “kewajaran”
bukan keadilan. Keadilan adalah realisasi dari sesuatu yang sudah tetap.
Kewajaran memerlukan banyak “pikiran sehat”, banyak pengalaman
dan banyak “kebaikan hati”. Pada umumnya para pegawai minta

123
diperlakukan secara wajar, tidak usah secara adil (artinya selalu
mendapat apa yang menjadi haknya atau kewajibannya),
12. Stability of tenure of personel (stabilitas masa jabatan dalam
kepegawaian), untuk menghindarkan labor turn over yang tidak
dikehendaki. Oleh karena hal ini dapat mengakibatkan ongkos-ongko
tinggi dalam produksi. Diperlukan waktu bagi seorang pegawai untuk
menyesuaikan diri pada jabatannya (fungsinya) yang baru dan untuk
mencapai penunaian tugas yang cukup baik.
13. Initiative (inisiatif) adalah prinsip yang mengatakan bahwa seseorang
kepala harus pandai memberi inisiatif.
(prakarsa) kepada bawahannya, yaitu kesempatan untuk memikirkan
dan merencanakan sendiri sesuatu karya, mengusulkannya kepada
atasan dan kemudian diberi kesempatan untuk melaksanakannya sendiri.
Dengan demikian maka pegawai tersebut akan memperoleh kepuasan
dan kegembiraan organisasi.
14. Esprit de corps (kesetiaan kelompok) adalah prinsip bersatu itu teguh
(union is stringhth), suatu kelanjutan dari prinsip kesatuan komando.
Fayol ini menegaskan perlunya kerjasama kelompok (team work) dan
pentingnya komunikasi untuk tercapainya keharmonisan.
Selain yang dikemukakan Fayol, juga Hodges mengemukakan ada
22 prinsip manajemen, yaitu:
1. Kesatuan perintah,
2. Rentangan pengawasan,
3. Keseragaman
4. Pendelegasian,

124
5. Perencanaan,
6. Penyusunan kebijakan,
7. Kepemimpinan,
8. Fungsi staff,
9. Keseimbangan/keselarasan,
10. Koordinasi
11. Tanggung-jawab dan wewenang,
12. Keputusan,
13. Standardisasi
14. Pengawasan,
15. Keluwesan,
16. Fakta,
17. Hubungan anta manusia,
18. Spesialisasi,
19. Penyederhanaan,
20. Produktivitas individu,
21. Tugas dan penyelesaiannya
22. Insentif.
Dari 22 prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Hodges tidak
semuanya dijelaskan berikut ini, karena sudah dikemukakan pada Prinsip
Fayol terdahulu. Yang dijelaskan adalah:
Prinsip rentangan pengawasan adalah jumlah bawahan yang dapat
diatasi secara langsung oleh atasannya, secara efektif. Dalam menyusun
organisasi sebaiknya untuk top manajer hanya memiliki bawahan langsung

125
sejumlah empat sampai delapan saja. Jika lebih dari itu pengawasan menjadi
tidak effektif lagi dan akan meugikan organisasi itu sendiri.
Prinsip keseragaman. Dalam menyusun bagian sub bagian
organisasi (departemenisasi) dengan memperhatikan aktivitas yang
seragam dikelompokkan kedalam satu satuan kerja yang mewadahinya.
Sebagai contoh segala aktivitas yang menyangkut keuangan ditampung
dalam satuan kerja bidang keuangan atau departemen keuangan. Apabila
ada bidang tugas yang tidak seragam ditampung dalam satu departemen,
hasilnya akan kurang dan bahkan dapat mengakibatkan kekacauan dan
kegagalan organisasi itu. Katakanlah kegiatan keuangan dicampur dengan
kegiatan produksi dan dilaksanakan dibawah departemen keuangan, maka
hal ini tidak melaksanakan prinsip keseragaman tadi dan yakinlah bahwa
akan membingungkan pelaksanaannya.
Prinsip pendelegasian, Mengingat kemampuan manusia serba
keterbatasan dan semakin kompleks organisasi menuntut beban kerja yang
semakin banyak dan mungkin tuntutan kerjanya akan bersamaan. Demikian
keadaan yang dihadapi oleh seorang manajer sehingga dengan prinsip
pendelegasian, maka sebagian tugasnya perlu diserahkan kepada bawahan
siapa yang dipercayakannya. Apabila tidak, akan terjadi tumpukan dan
keterbengkalaian tugas serta kelelahan manajer yang mengakibatkan faktor
penyebab kegagalannya.
Prinsip perencanaan. Hanyalah dengan perencanaan yang
mengakibatkan ketertiban dan kelancaran kerja yang lebih terarah akan
memberi jaminan hasil yang lebih mekuaskan. Tanpa perencanaan atau tiba
masa tiba akal akan mengundang kekosongan kerja. Oleh karena itu, setiap

126
usaha mencapai tujuan hendaknya melaksanakan prinsip ini, yaitu
menyusun rencana kerja sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan.
Penyusunan rencana hendaknya memperhatikan proses rencana, yaitu
menentukan masalahnya, mengumpulkan data/fakta yang relevan dengan
masalahnya, menganalisa, menemukan alternatif dan memilih alternatif
yang paling menguntungkan untuk ditentukan sebagai rencana.
Prinsip penyusunan kebijakan. Di dalam pelaksanaan kegiatan,
diperlukan kebijakan sebagai pedoman kerja umum dalam menghadapi
situasi-situasi tertentu. Oleh karena itu, setiap kegiatan usaha mencapai
tujuan harus menyusun kebijakan yang diperlukan sebagai pedoman umum.
Prinsip kepemimpinan. Manajemen adalah usaha untuk mencapai
tujuan dengan bantuan orang lain. Jadi di sini akan terdapat lebih dari satu
orang. Agar kegiatan masing-masing orang terkoordinir dan terarah maka
harus ada yang memimpinnya. Oleh karena itu dalam setiap usaha mencapai
tujuan harus ditunjuk seorang atau lebih untukbertindak selaku manajernya
Prinsip fungsi staf. Dalam suatu organisasi, tujuan yang akan
dicapai biasanya menyangkut kegiatan yang luas dan berdimensi banyak.
Sudah dikatakan terdahulu bahwa kemampuan seseorang serba
keterbatasan. Dengan tugas manajer yang demikian luasnya kegiatan yang
harus dilaksanakan, maka perlu mengangkat staff atau menunjuk orang lain
untuk menjalankan fungsi staff, yaitu menjalankan kegiatan perencanaan
pengembangan, penyumbang ide-ide dan standar-standar.
Prinsip Keseimbangan/keselarasan. Dalam suatu organisasi
biasanya dibagi dalam beberapa devisi atau sub devisi. Agar pekerja dapat
berjalan lancar maka beban kerja untuk masing-masing sub devisi atau

127
masing-masing devisi harus berimbang atau selaras. Prinsip ini penting
untuk dituruti karena kenyataan yang ada kegiatan dalam organisasi saling
mengkait, sehingga apabila satu devisi atau sub devisi kelebihan beban kerja
sedang divisi atau sub devisi lain kekurangan beban kerja maka akan
terganggulah usaha mencapai tujuan.
Prinsip koordinasi. Dalam suatu organisasi, biasanya orang
menerapkan spesialisasi agar efisiensi kerja bertambah. Namun, semakin
jauh spesialisasi kerjasama menjadi semakin sukar. Oleh karena itu perlu
dilaksanakan prinsip koordinasi ini, yaitu semikin jauh spesialisasi
hendaknya diusahakan koordinasi yang baik. Dengan koordinasi yang baik,
maka tindakan pengarahan dan kerja sama antar bagian menjadi lebih baik
Prinsip pengambilan putusan. Pelaksanaan tugas mencapai tujuan,
sebenarnya terdiri dari rangkaian putusan-putusan dari atas sampai ke
tingkat paling bawah. Oleh karena itu dalam melaksanakan manajemen
hendaknya diambil putusan yang terbaik untuk kegiatan atas sampai tingkat
yang paling bawah.
Prinsip standardisasi. Agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan
yang ingin dicapai, maka setiap tindakan harus memiliki tolok ukurnya yang
berupa standar-standar. Dengan kata lain, dalam pelaksanaan manajemen
harus dibuat standardisasi kegiatan untuk tolok ukurnya sehingga kalau
terjadi penyimpangan dapat segera diketahui dengan mudah.
Prinsip pengawasan. Agar setiap kegiatan perencanaan dapat
dilaksanakan dengan baik, maka harus dilaksanakan dengan baik. Untuk itu,
perlu pelaksanaan pengawasan apabila terjadi penyimpangan, maka dapat
segera diluruskan atau dikembalikan pada rencana.

128
Prinsip keluwesan/fleksibilita. Manajemen yang baik adalah
manajemen yang luwes, artinya putusan yang diambil mudah menyesuaikan
dengan perubahan situasi. Karena itu putusan manajemen harus memenuhi
kriteria keluwesan ini.
Prinsip fakta. Dalam pengambilan putusan selalu didasarkan pada
data. Data sendiri, ada yang berupa fakta, yaitu data atas pengalaman yang
lalu atau data tentang kejadian yang benar telah terjadi, dan data yang
berupa opini, yaitu data yang sifatnya masih “kira-kira” dari beberapa
kejadian. Agar suatu putusan berjalan dengan mantap, maka putusan
tersebut harus didasarkan pada fakta, dan bukan didasarkan pada opini.
Prinsip hubungan antar manusia. Dalam pelaksanaan tugas
manajemen akan selalu terjadi hubungan antar manusia dalam organisasi.
Hubungan antar manusia ini akan berjalan lancar, kalau dalam hubungan
kerja sama tadi dilandasi oleh dasar hubungan manusiawi yang terdiri dari
dasar anggapan:
a. Setiap manusia berbeda satu dengan lainnya, sehingga dalam bekerja
sama dengan orang yang berbeda harus dijalankan perlakuan yang
berbeda pula.
b. Setiap orang memiliki harga diri yang berbeda-beda, karena itu dalam
kontak kerjasama tidak boleh meremehkan harga diri partner
kerjasamanya.
c. Setiap orang memiliki kepentingan timbal balik, sehingga setiap orang
akan mau diajak kerja sama dalam organisasi.

129
d. Setiap orang memiliki motivasi yang merangsangnya untuk bekerja
keras oleh karena itu dalam suatu kerja sama hendaknya dipergunakan
motivasi ini.
Prinsip spesialisasi. Dalam pelaksanaan manajemen, spesialisasi
akan mampu memperbaiki mutu produk, mutu jasa, dan mutu meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
manajemen hendaknya prinsip spesialisasi ini diterapkan.
Prinsip penyederhanaan. Kadang dalam pelaksanaan kegiatan
manajemen terdapat banyak kegiatan yang dapat dihilangkan, atau dengan
kata lain sering dijumpai dalam suatu organisasi terdapat kegiatan-kegiatan
yang tidak diperlukan. Kegiatan yang tidak diperlukan ini sebaiknya
dihilangkan saja atau proses, sistem dan prosedur disederhanakan. Dengan
kaidah penyederhanaan ini maka efektivitas dan pengawasan manajemen
akan dapat ditingkatkan.
Prinsip produktivitas indiividu. Dalam pelaksanaan manajemen,
peningkatan produktivitas individu adalah sangat penting dijaga, karena
dengan produktivitas individu yang tinggi, maka produktivitas organisasi
otomatis juga tinggi. Oleh karena itu, dalam menjaga tingkat produktivitas
individu tetap tinggi, maka individu harus diserahi tugas-tugas yang sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki baik karena bakatnya maupun karena
pendidikannya.
Prinsip tugas dan penyelesaiannya. Pada umumnya orang akan
dapat bekerja dengan giat apabila padanya diserahi tugas dan juga
ditentukan waktu penyelesaiannya. Tanpa diberikan “deadline” orang akan

130
bermalas-malas dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu dalam
memberikan tugas kepada bawahan harus selalu disertai jadual kerjanya.
Diantara sekian prinsip manajemen yang dikemukakan tersebut di
atas, tidak selamanya cocok dengan situasi manajemen modern. Sebagai
contoh dengan struktur organisasi matriks dan sistem otonomi daerah
mengakibatkan prinsip kesatuan komando dan sentralisasi tidak dapat
diterapkan. Namun pada situasi tertentu prinsip tersebut masih sangat
dianjurkan, misalnya pada organisasi militer yang sangat ketat dengan
prinsip kesatuan komando/perintah. Jadi penerapan prinsip manajemen ini
sesuai dengan situasi dan kondisi dimana manajemen itu dilaksanakan.

F. MASALAH POKOK MIS MANAJEMEN

Dimuka telah dibahas mengenai pengertian manajemen. Kalau


berbicara mengenai manajemen sudah tentu harus pula mengetahui tentang
mismanajemen.
Telah diketahui bahwa manajemen itu tidak lain dari proses
pemberian manajer, bimbingan, proses pemberian pasilitas-pasilitas, guna
tercapainya tujuan yang diinginkan, namun tujuan yang diinginkan tersebut
tidak tercapai karena adanya ”mismanajemen”.
Mismanajemen adalah suatu kesalahan/kekeliruan tindakan pada
saat proses pemberian bimbingan atau pasilitas-pasilitas manajer itu
berlangsung, atau mismanajemen terjadi karena adanya kesalahan tindakan
pada saat proses pencapaian tujuan sedang berlangsung

131
Secara visualisasi seperti gambar 3.5
Masalah mismanajemen ini memerlukan perhatian pada pemikiran
secara serius dan mendalam oleh para manajer, bahwa di sana sini atau
sementara diberbagai instansi pemerintahan terdapat mismanajemen.

Proses

Penyelenggaraan Kegiatan Suatu


Manajemen Baik/Benar Tujuan
Pemanfatan Sarana tercapai

Salah / Keliru
- Pelaksanaan asas organisasi
- Sikap prilaku manajer/bawahan dalam bertindak
- Birokratisme

Mismanajemen

Gambar 3.5 Visualisasi Mismanajemen

Mismanajemen merupakan suatu penyakit yang amat berbahaya


dalam tubuh aparatur pemerintahan atau dalam organisasi usaha apapun.
Persoalan yang harus dihadapi adalah bukan hanya sekedar mengetahui
mismanajemen akan tetapi yang maha penting adalah berusaha untuk
mencari sebab-musebab timbulnya mismanajemen itu dan segera mencari
jalan keluar bagaimana cara mengatasinya.
Soekarno K (1985) menyebutkan sebab timbulnya mismanajemen
untuk sementara waktu dapat diutarakan di sini, antara lain:
1. Belum adanya pola struktur organisasi yang uniform (seragam)
2. Belum adanya kesatuan bahasa atau saling pengertian dalam manajemen
132
3. Belum adanya “management mindedness” disementara pejabat manajer
4. Belum adanya keseragaman tentang cara dan tata kerja antara instansi
yang satu dengan yang lain
5. Tidak efektifnya pelaksanaan pengawasan
6. Kurang tepatnya koordinasi
7. Tidak sesuainya rencana dengan kesanggupan ataupun kemampuan
pelaksanaan rencana itu
8. Kalau terjadi perbedaan pendapat antara pejabat manajer dengan
pelaksana
9. Kalau manajer merasa lebih penting dari yang lain-lain, atau merasa
lebih berhak dan merasa lebih dari yang sewajarnya
10. Adanya birokratisme
Dengan melihat sebab-musebab timbulnya mismanagement ini maka
untuk mengatasinya tentu dengan menghindari dari sebab tersebut itu.
Dan untuk menghindari sebab-sebab tersebut dapat ditempuh antara
lain:
Pertama, pembentukan suatu pola organisasi yang uniform mutlak adanya.
Sebab jika tidak, dapat mudah timbul kesimpangsiuran atau dobel,
overlapping dan lain-lain, meskipun penyusunan tersebut secara garis besar.
Ini penting oleh karena struktur organisasi menggambarkan macam-macam,
jenis serta banyak sedikitnya jabatan-jabatan yang ada pada organisasi
tersebut, sehinga besar kecilnya organisasi harus diselaraskan dengan
banyak sedikitnya tugas pekerjaan yang hendak dilakukan. Cara
berorganisasipun harus diubah, bukan siapa yang didahulukan tetapi apa.
Cara berorganisasi yang mendahulukan orang-orang yang hendak

133
memangku jabatan/tugas pekerjaan adalah salah besar. Sebab dengan jalan
ini tidak akan tercapai penempatan orang-orang yang tepat pada tempatnya
(the riht man in the right place). Karena itu harus diubah/ditentukan terlebih
dahulu jabatan/tugas apa yang ada baru dicarikan orang-orangnya yang
hendak memangkuh jabatan tersebut. Jika prinsip belakangan ini dijalankan
usaha-usaha kearah the right man in the right place dapat terjamin. Artinya
sesuatu tugas pekerjaan benar-benar dipangkuh oleh orang yang ahli dalam
bidangnya, cakap dan sanggup serta mampu menjalankan tugas.
Jadi yang prinsipil ialah bukan orang-orangnya dikumpulkan dulu, baru
kemudian dicarikan tugas pekerjaan, tetapi sebaliknya ditentukan tugas-
tugas pekerjaan baru dicarikan orang-orangnya.
Kedua, adanya kesatuan bahasa atau saling pengertian dalam manajemen
mutlak perlu kalau menghendaki pelaksanaan usaha tersebut berlangsung
dengan baik dan lancar. Sebab perbedaan bahasa dapat menimbulkan salah
pengertian atau mindednes yang membawah akibat kelambatan atau
kemacetan jalannya pekerjaan disana sini. Untuk itu perlu segera diciptakan
adanya suatu pedoman dasar (doktrin) manajemen yang dapat dipergunakan
sebagai pegangan bagi setiap pejabat yang menjalankan manajemen. Di
samping itu harus secepat mungkin doktrin tersebut ditanamkan, disebarkan
dan dikembangkan secara merata dan menyeluruh kesegenap penjuru tanah
air terus menerus. Apabila hal tersebut sudah dapat dilaksanakan, maka
kegairahan akan manajemen midednes tidak perlu disangsikan.
Ketiga, kesemuanya itu belum dapat dikatakan sempurna, bila faktor
human relation tidak diberi tempat yang utama, sebab berhasil atau tidaknya
sesuatu usaha terletak pada manusianya. Di atas telah disinggung bahwa

134
manajemen adalah usaha yang dilakukan oleh orang-orang bersama-sama
untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Oleh karena masalah
manajemen adalah menyangkut orang-orang yang menyelenggarakan usaha,
mau tidak mau harus diakui bahwa untuk berhasilnya sesuatu usaha mutlak
perlu adanya hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan yang
lain dalam suasana bekerja. Sebab meskipun struktur organisasi baik, tetapi
kalau tidak ada hubungan yang baik dan harmonis antara pejabat yang satu
dengan yang lain (secara perorangan, bukan dinas) pasti mismanajemen
yang muncul. Jadi persoalan hubungan kemanusiaan memegang peranan
penting dalam mengsukseskan manajemen. Sistem konco atau sistem famili
bisa juga membantu dalam manajemen, namun harus diingat bahwa sistem
ini kalau diteruskan sangat tidak baik dan akan membawa pengaruh yang
dalam seperti dengan konotasi jelek dari birokrasi (burasystem = birokratis).
Oleh sebab hal di atas, kata sistem konco atau famili harus ditekan dengan
merubah sistem kerja sama.

G. BIROKRATISME

Pandangan/anggapan pada sementara masyarakat dewasa ini terhadap


birokrasi mengandung tendensi negatif. Ditinjau dari sudut asal kata
(etimologi) perkataan birokrasi berasal dari kata “bureau + kratea”
(Yunani). Bureau = meja kantor; Kratia (cretein) = pemerintahan. Jadi
birokrasi berarti pemerintahan melalui kantor atau government by bureau.

135
Dipandang dari sudut administrasi, birokrasi berarti badan
administrasi (administrative body). Karena untuk penyelenggaraan kerja
baik dibidang kenegaraan ataupun swasta sangat diperlukan adanya suatu
organ, badan atau aparat, maka tanpa organ, badan atau aparat tersebut
tujuan yang dikehendaki tidak akan tercapai. Dan badan tempat di mana
kerja terselenggara itu dinamakan birokrasi atau badan administrasi. Kantor
adalah tempat kerja untuk mencapai tujuan. Oleh karena usaha-usaha untuk
mencapai tujuan ada dalam bidang apa saja, baik dalam usaha yang bersifat
kenegaraan/swasta, maka sebagai badan administrasi yakni badan yang
menyelenggarakan kerja untuk mencapai tujuan, birokrasi merupakan syarat
mutlak (conditiosine qua non) adanya. Diakui, bahwa di samping aspek
positif (badan administrasi – birokrasi), adapula aspek negatifnya
(birokratisme), dan aparat yang menyelenggarakan (birokrat)
Sebagaimana tersebut di atas, aspek negatif dari birokrasi yang
menunjukkan adanya kemacetan, kelambatan, kejanggalan dan sebagainya,
pada usaha-usaha pencapaian tujuan. Inilah sebenarnya yang disebut
“birokratisme” (birokrasi yang tidak fungsional).
Sayang sekali dimasyarakat (tidak seluruh) aspek negatif ini lebih
menonjol dan hidup dengan subur. Akibatnya, apabila ada yang mendengar
kata birokrasi, asosiasinya tertuju kepada hal-hal yang buruk (macet, lambat
dan sebagainya).
Soekarno K (1985) dan Lubis (1985) mengemukakan birokratisme
timbul disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Ada orang/pejabat yang selalu berpegang teguh pada peraturan
2. Ada orang/pejabat yang merasa ingin lebih berkuasa

136
3. Ada orang/pejabat yang gemar mempermainkan orang lain (verwija
systeem)
4. Ada orang atau pejabat yang satu dengan yang lain tidak kenal mengenal,
meski dalam satu warga atau lingkungan
5. Ada orang/pejabat yang selalu berusaha menentang setiap perubahan
dalam bidang organisasi, metode dan prosedur kerja
6. Jika jenjang/tingkat dalam organisasi terlalu curam
7. Ada orang/pejabat sukar/tidak mau menyesuaikan diri dengan perkem-
bangan zaman atau dengan keadaan yang sedang berlaku
8. Organisasi/instansi tidak ada di bawah satu atap (tidak di bawah satu
manajer puncak)
9. Faktor ekonomi, politik, dan sosial
Bila dilihat penyebab timbulnya birokratisme, teranglah bahwa
birokratisme sangat kompleks (ruwet). Usaha-usaha menanggulanginya
dapat ditempuh antara lain:
Pertama, Yang maha penting dalam rangka menghilangkan birokratisme
ini adalah mengalihkan pandangan yang keliru ke arah yang benar
meskipun usaha ini tidak mudah, namun dapat ditempuh dengan jalan
merombak dan mengubah tradisi kerja yang kurang baik dan cara berpikir
yang sudah tidak up to date, dibarengi dengan pembentukan struktur
organissi yang sederhana tetapi memenuhi kebutuhan.
Kedua, Memupuk kesadaran dan keinsyafan masyarakat dengan jalan
menenangkan dan mengembangkan pengetian birokrasi yang sebenarnya
secara terus menerus. Ini dapat ditempuh dengan:
a. penataran bagi mereka yang telah bekerja

137
b. mengajarkan pada sekolah-sekolah baik pada tingkat menengah ataupun
perguruan tinggi
Ketiga, menggalang kesamaan/kesatuan bahasa

H. RINGKASAN

Banyak pendapat yang diketengahkan oleh pakar dalam memandang


manajemen, yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu sistem (management as a system)
2. Manajemen sebagai suatu proses (management as a process)
3. Manajemen sebagai suatu fungsi (management as a function)
4. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan (management as a
sciences)
5. Manajemen sebagai kumpulan orang (management as people/group of
people)
6. Manajemen sebagai kegiatan yang terpisah (management as a separate
sactivity)
7. Manajemen sebagai suatu profesi (management as a profession)
Agar supaya manajemen dapat mencapai tujuan sebaik-baiknya,
sangatlah diperlukan adanya tools of management (sarana, alat, atau sumber
manajemen, juga sebagian pakar menyebutnya sebagai unsur manajemen).
Sarana manajemen tersebut adalah:
1. Man (orang) = penyelenggara kegiatan manajemen
2. Money (uang) = memodali kegiatan manajemen
3. Materials (materi) = mencipta kegiatan manajemen

138
4. Machines (mesin) = pemudah proses kegiatan manajemen
5. Market(Pasar) = pendistribusian out-put kegiatan manajemen
6. Methods (metode) = pelancar kegiatan manajemen
7. Information (informasi) = pemantap kegiatan manajemen
Manajemen sebagai suatu proses kegiatan usaha ke arah pencapaian
tujuan, ada tugas atau fungsi yang fundamental dilakukan. Fungsi itu
berlaku untuk semua tingkatan manajemen, baik manajemen puncak,
manajemen menengah maupun manajemen bawah. Hanya saja klasifi-
kasinya bagi setiap pakar manajemen belum ada kesepakatan. Tetapi kalau
dianalisis dari jumlah fungsi manajemen tersebut dapat dihimpun pada
klasifikasi POAC (planning, organinizing, actuating, dan controlling)
Jenis rupa manajemen dapat dilihat dari beberapa sudut tinjauan,
seperti:
1. dari segi tingkatannya yaitu: top management, middle management,
lower management
2. dari segi materi yang dipersoalkan, yaitu: manajemen personalia atau
manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen
pendidikan, manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen
perkantoran, manajemen akuntansi, dan sebagainya;
3. dari segi cara pelaksanaannya, yaitu: manajemen tradisional, manajemen
ilmiah, manajemen terbuka, manajemen tertutup;
4. dari segi filosofisnya, yaitu: manajemen otokratis/diktator, manajemen
demokratis, manajemen liberal;
5. dari segi luasnya, yaitu: manajemen umum/macro, manajemen spesi-
alis/micro; dan

139
6. dari segi penempatannya, yaitu patrimonial management, political
management, profesional management
Suatu aksioma yang berhubungan dengan tingkatan manajemen
bahwa ada dua kecakapan yang harus dimiliki oleh setiap manajer, yaitu:
“managerial skill” dan “technical skill”. Semakin tinggi kedudukan se-
seorang di dalam suatu organisasi ia semakin banyak memerlukan
managerial skills dan semakin kurang technical skills. Sebaliknya semakin
rendah kedudukan seseorang di dalam suatu organisasi semakin banyak
technical skill daripada managerial skills. Dengan kata lain semakin tinggi
kedudukan seseorang dalam suatu organisasi ia harus semakin menjadi
“generalist”, sedangkan semakin rendah kedudukannya di dalam suatu
organisasi ia harus menjadi “spesialist”
Prinsip manajemen adalah asas/dasar ataupun kaidah yang
merupakan pernyataan atau kebenaran fundamental yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menjalankan tugas memimpin suatu usaha kerjasama, untuk
mencapai suatu keseimbangan yang setinggi-tingginya dalam proses
pencapaian tujuan. Prinsi manajemen yang dikemukakan oleh Fayol
dirumuskan sebanyak 14 prinsip umum dan Hodges mengemukakan 22
prinsip yang bersifat praktis pada manajemen,.Prinsip-prinsip yang
dikemukakan oleh Fayol adalah: 1) devision of work (pembagian kerja), 2)
authority and responsibility (kewenangan dan pertanggungjawaban), 3)
disciplin (disiplin), 4) unity of command (kesatuan perintah/komando), 5)
unity of direction (kesatuan arah gerak), 6) subbordination of individual
interest to general interest (mendahulukan kepentingan umum di atas
kepentingan pribadi), 7) remuneration of personnal (pemberian upah/gaji

140
para pegawai), 8) centralization (sentralisasi), 9) chain of command
(rangkaian perintah/garis wewenang) 10) order (tata tertib/ketentraman),
11) equity (keadilan), 12) stability of tenure of personnal (stabilitas masa
jabatan dalam kepegawaian) 13) initiative (inisiatif), dan 14) esprit de corps
(kesetiaan/semangat kelompok).
Prinsip manajemen oleh Hodges adalah: 1) kesatuan perintah, 2)
rentangan pengawasan, 3) keseragaman, 4) pendelegasian, 5) perencanaan,
6) penyusunan kebijakan, 7) kepemimpinan, 8) fungsi staff, 9) keseim-
bangan/keselarasan, 10) koordinasi, 11) tanggung-jawab dan wewenang, 12
pengambilan putusan, 13) standardisasi, 14) pengawasan, 15) keluwesan
16) fakta, 17) hubungan antar manusia, 18) spesialisasi, 19) penyeder-
hanaan, 20) produktivitas individu, 21) tugas dan penyelesaiannya, 22)
Insentif.
Persoalan mismanajemen merupakan suatu penyakit yang amat
berbahaya dalam tubuh aparatur pemerintah atau dalam organisasi usaha
apapun. Supaya tidak terjangkit penyakit tersebut perlu pencegahan dengan
menghindari sebab-musebab timbulnya mismanajemen tersebut.
Birokratisme adalah kondisi jelek dari birokrasi akibat penyalah-
gunaan hak dengan keangkuhan, perampasan kekuasaan, kesewenang-
wenangan pemanfaatan kedudukan untuk kepentingan pribadi. Hal tersebut
perlu dicegah dengan upaya mengalihkan pandangan yang keliru kepada
pengertian birokrasi yang sebenarnya dan menggalang kesamaan persepsi.

141
KATA KUNCI DAN PERLATIHAN

A. KATA KUNCI

Orientasi Umum – Peninjauan untuk lebih mengetahui bidang kajian secara


umum tentang manajemen
Tools of management – Sarana manajemen – Sumber manajemen, yaitu alat
bantu yang menjadi penentu keberhasilan manajemen, meliputi: man,
money, materials, methods, maket, dan information.
Fungsi manajemen – Kegiatan yang dilakukan untuk proses manajemen
pada semua tingkatan, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan.
Top management – Administrative management – yaitu kelompok manajer
tertinggi dalam suatu usaha kerja sama dan lebih banyak menentukan
haluan organisasi ketimbang memimpin pelaksanaan kerja teknis
Middle management – Kelompok manajer tingkat menengah yaitu tugas
menentukan haluan seimbang dengan memimpin pelaksanaan
pekerjaan teknis. Merupakan transito arus informasi, instruksi dan
semacamnya dari atas ke bawah atau sebaliknya.

142
Lower management – Kelompok manajer tingkat terbawah yang langsung
berhadapan dengan pekerja setiap hari, lebih banyak memiliki
kecakapan teknis
Managerial skill – Kemahiran menajemen adalah kecakapan menggerakkan
orang lain untuk bekerja dengan baik
Technical skill – Kemahiran teknis yaitu kecakapan mengenai pengetahuan
khusus, metode, teknik dalam pelaksanaan kerja
Prinsip – Asas – kaidah - Pedoman yang harus dipergunakan dalam
pelaksanaan kegiatan manajemen
Mismanajemen – Suatu kesalahan tindakan atau kekeliruan yang terjadi
ketika proses pemberian manajer, bimbingan, atau proses pemberian
fasilitas itu sedang berlangsung
Birokrasi – Administrative body – Badan administrasi yaitu badan yang
menyelenggarakan kerja untuk mencapai tujuan
Burasystem – Bureokratie – Birokratisme yaitu aspek negatif birokrasi yang
menunjukkan adanya kemacetan, kegagalan usaha pencapaian tujuan.

B. PERLATIHAN

Pertanyaan
1. Ada tujuh identitas pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para
pakar. Sebutkan kemudian jelaskan ketujuh identitas manajemen
tersebut

143
2. Deskripsikan bagaimana peranan setiap tools of management di dalam
suatu organisasi
3. Bandingkan fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para
pakar dengan buku ini
4. Banyak jenis ragam manajemen yang diperkenalkan dalam literatur
manajemen. Jelaskan minimal tujuh jenis manajemen sehingga nampak
klasifikasinya
5. Sebutkan aksioma yang berhubungan dengan tingkatan dan kecakapan
manajemen
6. Kemukakan yang dimaksud dengan prinsip atau kaidah dari
manajemen?
7. Jelaskan mengapa manajer membutuhkan prinsip di dalam melaksana-
kan tugasnya.
8. Bandingkan antara pendapat Fayol dengan Hodges tentang prinsip atau
kaidah dari manajemen
9. Gejala apa sajakah yang terjadi jika suatu organisasi dijangkiti misma-
najemen? Sebutkan kemudian jelaskan cara penanggulangannya.
10. Jelaskan bagaimana terjadinya birokratisme. Kemudian apa rekomen-
dasi dalam rangka memperbaikinya?

Bahan Diskusi

144
1. Banyak pendapat atau pandangan tentang manajemen. Dari setiap
pandangan itu punya falsafah tersendiri. Bagaimana falsafah dan nilai
setiap pandangan tersebut?
2. Diskusikan dengan memberi tangapan mengenai tools of management
yang dikemukakan oleh Terry dengan 6 M, kemudian Soedjadi dengan 4
M, lalu dalam buku ini ditambahkan dengan “informasi”. Dan ada pula
yang menambahkan dengan waktu (time).
3. Dalam buku ini telah diinventarisasi sejumlah 18 klasifikasi fungsi
manajemen dari para pakar kemudian dikelompokkan hanya 4
klasifikasi pokok, bahkan jika berpatokan pada pendapat The Liasng
Gie dan Westra yang tidak memasukkan organizing sebagai fungsi
manajemen, maka hanya tiga klasifikasi pokok saja. Di sini perlu
didiskusikan mengapa terjadi perbedaan klasifikasi fungsi manajemen
dari para pakar dan bagaimana dengan pengelompokan empat atau tiga
klasifikasi fungsi tersebut.
4. Bagaimana prinsip manajemen yang dikemukakan oleh para sarjana
(Fayol dan Hodges) dikaitkan dengan manajemen moder sekarang ini.
5. Mismanajemen sebenarnya merupakan suatu penyakit dalam manaje-
men. Bagaimana sikapnya sekiranya diminta untuk diagnosis organisasi
yang dijangkiti penyakit itu.

145

Anda mungkin juga menyukai