Anda di halaman 1dari 9

TEORI INVESTASI

SAP-4

1. Pendahulan
• Mengapa Anda memilih kuliah sementara Anda sudah bekerja?
• Sengsara membawa nikmat
• Berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian
• Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian
Keputusan menunda konsumsi sumber daya untuk menambah penghasilan di masa
yang akan datang merupakan konsep investasi. Investasi tidak saja menyangkut fisik,
namun investasi menyangkut pendidikan dan kesehatan (investasi jangka panjang).
Pengalaman Negara maju menunjukkan bahwa faktor modal (K) dan kualitas sumber
daya manusia (L) merupakan faktor yang paling menentukan.

2. Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro


Dalam bahasan ini lebih menekankan pada investasi fisik seperti investasi barang
modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang (inventory) dan tanpa
mengurangi makna investasi non fisik. Jadi investasi adalah pengeluaran-pengeluaran
yang dimaksudkan untuk menambah stok barang modal (capital stock) dalam suatu
perekonomian pada waktu tertentu.
Perhitungan investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional.
Dalam perhitungan investasi adalah barang modal (pabrik dan peralatannya),
bangunan/konstruksi maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Jika seorang
pengusaha yang membeli pabrik dan bangunan yang pernah dipakai orang lain tidak
dihitung sebagai investasi, sebab kegiatan tersebut tidak menambah stok barang
modal yang baru.
Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena besarnya dihitung selama
satu interval periode tertentu. Investasi akan memengaruhi jumlah barang modal yang
tersedia pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar
pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.

a. Investasi dalam bentuk Barang Modal dan Bangunan


Adalah pengeluaran untuk pembelian pabrik-pabrik, mesin-mesin peralatan produksi
dan gedung-gedung baru yang umurnya lebih dari 1 tahun. Investasi model ini disebut
dengan investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment) dan di Indonesia disebut
dengan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB). Pada statistik Produk
Domestik Bruto besarnya angka ini selama 30 tahun adalah 30-40 persen PDB, yang
berarti pengeluaran terbesar kedua setelah konsumsi.

1
Dalam investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih, yaitu PMTDB
dikurangi depresiasi. Penyusutan ini dimaksudkan agar kegiatan ekonomi menjadi
lebih efisien, kegiatan produksi tetap terpelihara dan bahkan ditingkatkan. Sebab
semakin tua mesin produktivitas makin rendah, sementara biaya pemeliharannya
semakin mahal sehingga bukannya menambah keuntungan bahkan mengurangi
keuntungan.

b. Investasi Persediaan
Berdasarkan berbagai pertimbangan, perusahaan seringkali memproduksi lebih
banyak dari target penjualan. Misalnya sebuah pabrik menargetkan penjualan pada
tahun 2014 sebanyak 50.000 unit. Tidaklah berarti produksinya harus 50.000 unit,
melainkan 60.000 unit. Selisih sebanyak 10.000 unit disebut sebagai persediaan
(planned investment). Tujuannya adalah untuk meningkatkan keuntungan.
Jika karena sesuatu hal (misalnya resesi), mobil terjual 40.000 unit, maka persedian
mobil menjadi 20.000 dan lebih besar dari yang direncanakan, maka mobil yang tidak
terjual (10.000) bukanlah investasi yang direncanakan (unintended investment).
Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang
setengah jadi (sedang dalam proses penyelesaian) juga dilakukan dengan tujuan untuk
menambah keuntungan dimasa yang akan datang.

3. Nilai Waktu dari Uang


a. Nilai Sekarang (Present Value)
Misal, Dewi ditawari sebuah peluang usaha dengan investasi awal sebesar Rp. 100
juta dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15 persen. Berdasarkan proposal, lima
tahun kemudian nilai nominal uang yang diperoleh adalah Rp. 161 juta.
Pertanyaannya apakah nilai Rp. 161 juta lima tahun mendatang lebih besar dari nilai
Rp. 100 juta saat ini? Jika ya, maka proposal tersebut layak diterima. Jika tidak, maka
proposal tersebut layak ditolak.

X
PV = ………………………………………………….. (4.1)
(1 + r)t
Dengan menggunakan data di atas

161
=
(1 + 0,15)5

161
=
(1,15)5

161
=
2,01
PV = 80,1 (peluang usaha sebaiknya ditolak)

2
b. Nilai Masa Mendatang (Future Value)
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai sekarang
dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut pandang yang
berbeda, namun keputusan yang dihasilkan tetap sama.

FV = Ia (1 + r)t ………………………………………………….. (4.2)


= 100 ( 1 + 0,15)5
100 (2,01)
201 (Keputusan menolak investasi)

4. Kriteria Investasi
a. Payback period
Waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan
pada titik impas (break even point). Waktu tersebut berbeda antara jenis investasi
satu sama lainnya. Misalnya investasi kelapa sawit butuh waktu untuk mencapai
BEP antara 8-10 tahun sementara investasi perkebunan singkong mungkin cukup
2 tahun.

b. Benefit/Cost Ratio
Mengukur mana yang lebih besar antara biaya yang dikeluarkan (C) dengan
manfaat yang diperoleh (B). Jika B/C = 1 (BEP) belum memperoleh manfaat
finansial. Jika B/C < 1, bermakna biaya lebih besar dari hasil yang diperoleh. Jika
B/C > 1, bermakna biaya lebih kecil dari hasil yang diperoleh. Investasi umumnya
baru diterima, jika B/C > 1.

c. Net Present Vlue


Konsep payback period dan benefit/cost ratio dapat dihitung berdasarkan nilai
nominal atau non discounted method, namun perhitungan yang demikian dapat
menyesatkan, sebab belum memperhitungkan nilai waktu dan uang. Bisa saja
perhiungan nominal menghasilkan B/C > 1, namun dengan discount method B/C
<1. Selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih disebut
net present value. Suatu proposal akan diterima, jika NPV > 0.

d. Internal Rate Teturn


Adalah nilai tingkat pengembalian investasi dihitung pada saat NPV sama dengan
nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12 persen, maka tingkat pengembalian
investasi adalah 12 persen. Keputusan menerima atau menolak investasi
didasarkan pada hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi
yang diinginkan (r). Jika r yang diinginkan adalah 15 persen, sementara IRR
hanya 12 persen, maka proposal investasi ditolak.

3
Contoh Kasus
1. Proposal : PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN
LIMBAH TAPIOKA
2. Lokasi : Lampung
3. Nilai : Rp. 1.000.000.000,-
4. Waktu : 7 Tahun

Imformasi Tambahan
Selama proses persiapan tidak dikeluarkan biaya operasional. Pabrik mulai
berproduksi pada tahun ke 1 dan langsung berproduksi dengan kapasitas penuh.
Biaya-biaya maupun penerimaan hasil penjulan selama 7 tahun mendatang
dianggap tetap. Biaya operasional pertahun Rp. 200 juta pertahun. Penerimaan
pertahun Rp. 400 juta. Pada saat proyek ditutup 7 tahun kemudian, nilai sisa dari
barang-barang modal (investasi awal) adalah sama dengan nol. Jika dana untuk
proyek berasal dari pinjaman dengan bunga 15 persen.

Pertanyaan
Berdasarkan perhitungan apakah proyek tersebut dapat diterma?

Tabel 4.1
Arus Kas Masuk dan Keluar (Cashflow)
Tahun Kas Keluar Kas Masuk Arus Kas Akumulasi Arus Kas
(C) (B) Bersih (B-C) Bersih
0 1.000 0 - 1.000 -1.000
1 200 400 200 -800
2 200 400 200 -600
3 200 400 200 -400
4 200 400 200 -200
5 200 400 200 0
6 200 400 200 200
7 200 400 200 400
2.400 2.800 400

Perhitungan
a. Metode non diskonto (Non Discounted Methode) hanya memungkinkan
menghitung Payback Period dan B/C Ratio. Payback period menunjukkan
proyek BEP pada tahun ke 5, B/C Ratio menunjukkan > 1 (2800/2400 = 1,17)
bermakna positif untuk dikerjakan.

b. Metode diskonto (Discounted Methode) menilai B-C didiskontokan dengan 15


persen. Hasil diskonto dapat dilihat pada Tabel 4.2.

4
Tabel 4.2
Metode Diskonto (Discounted Methode)
Tahun Diskon Kas Arus Kas Akumulasi
Kas Keluar
Faktor Masuk Bersih (B-C) Arus Kas
(C)
(15%) (B) Bersih
0 1,00 1.000 0 -1.000 -1.000
1 0,87 174 348 174 -826
2 0,76 152 302 152 -674
3 0,66 132 264 132 -542
4 0,57 114 228 114 428
5 0,50 100 200 100 -328
6 0,43 86 172 86 -242
7 0,38 76 152 76 -166
1.834 1.668 -166

1
DF = …………………………………………………………. (4.3)
(1 + r)t

Dengan menggunakan metode diskonto, ternyata sampai tahun ketujuh proyek


belum mencapai BEP, dilihat dari angka kumulasi arus kas bersih masih negatif
(NPV=1.668-1.834 = -166) dan B/C = 0,91,(1.668/1.834 = 0,91), IRR tidak dicari
karena NPV negatif. Berdasarkan perhitungan NPV menunjukkan proyek ditolak.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi


a. Tingkat pengembalian yang diharapkan:
1) Kondisi internal perusahaan
a) Tingkat efisiensi perusahaan
b) Kualitas SDM
c) Teknologi yang digunakan
2) Kondisi eksternal perusahaan
a) Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan internasional
b) Kebijakan pemerintah (fiskal dan moneter)
c) Sosial politik
d) Tingkat keamanan

b. Biaya investasi
1) Tingkat bunga pinjaman
2) Kelembagaan (kepastian hukum)

c. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga dan Marginal


Efficiency of Invesment (MEI)

5
1) Marginal Efisiency of Capital (MEC), Investasi dan Tingkat Bunga
MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan
barang modal.

Tabel 4.3
Rencana Investasi PT Tiara Sakti
Rencana Investasi Dana yang Tingkat Keterangan
Dibutuhkan Pengembalian
Industri Kimia 1.500 30% Per Tahun
Industri Tekstil 1.000 25% Per Tahun
Industri Makanan 750 20% Per Tahun
Industri Ringan 500 18% Per Tahun
Industri Pertanian 250 15% Per Tahun

Jika rencana investasi di atas disusun dalam histogram berdasarkan ranking


MEC tertinggi akan diperoleh bentuk seperti di bawah ini. Penyusunan
berdasarkan ranking MEC dilakukan untuk mempermudah pengambilan
keputusan terhadap investasi mana harus dilakukan, berkaitan dengan tingkat
bunga yang berlaku. Seandainya tingkat bunga 12,5%per tahun, maka seluruh
rencana investasi layak dilaksanakan dan dana investasi yang dibutuhkan Rp.
4.000 milyar. Bila tingkat bunga pinjaman meningkat menjadi 16% pertahun,
maka rencana investasi industri pertanian terpaksa dibatalkan dan kebutuhan
dana menjadi Rp. 3.750 milyar. Tingkat bunga pinjaman naik terus sampai
menjadi 28% per tahunan, maka rencana investasi yang layak menjadi adalah
industri kimia, sehingga permintaan investasi tinggal Rp. 1.500 milyar. Jika
tingkat bunga melebihi angka 30% per tahun, tidak ada rencana investasi
yang layak, dan permintaan investasi menjadi sama dengan nol.

Gambar 4.1 Rencana Keputusan Investasi


6
Tabel 4.4
Hubungan Tingkat Bunga dengan Rencana Investasi PT Tiara Sakti
Tingkat Bunga Nilai Investasi Permintaan
Pinjaman yang Dibutuhkan Investasi (Milyar Keterangan
(% Per Tahun) (Milyar Rupiah) Rupiah)
13 0 4.000
17 250 3.750
19 750 3.250
21 1.500 2.500
26 2.500 1.500
31 4.000 0

Tabel di atas dapat diterjemahkan dalam kurva permintaan investasi PT Tiara


Sakti. Slope (kemiringan) kurva permintaan yang negatif menujukkan
hubungan berlawanan arah atara tingkat bunga dengan investasi. Menurunkan
kurva permintaan investasi nasional (pasar) adalah sama dengan menurunkan
kurva permintaan pasar terhadap barang tertentu, yaitu dengan menjumlahkan
secara total permintaan investasi dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam
perekonomian.

Gambar 4.2 Kurva Rencana Investasi PT Tiara Sakti

2) Marginal Effisiecy of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of


Invesment (MEI)

Sama halnya dengan kurvapermintaan akan nvestasi, kurva MEC secara


nasional dapat diturunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-

77
kurva MEC dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian,
seperti tertera pada Gambar 4.3 MEC Individu dan MEC Total

Gambar 4.3 MEC Individu dan MEC Total

Namun, ada beberapa ekonom yang tidak sependapat dengan cara penurunan
kurva MEC di atas dengan asumsi harga barang modal tetap. Padahal, jika
permintaan barang modal meningkat secara nasional logikannya tingkat
bunga akan naik. Akibatnya, kenaikan permintaan investasi tidak sebesar
yang digambarkan kurva MEC. Kurva yang lebih relevan menjelaskan hal di
atas adalah kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) yang
menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam
suatu perekonomian dengan memperhitungkan perubahan harga barang
modal.

MEC akan sama besar dengan MEI pada tingkat tertentu, dimana pembelian
barang modal hanya untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak
terpakai lagi. Dalam diagram dicontohkan terjadi pada tingkat bunga 30
persen per tahun. Jika tingkat bunga pinjaman turun menjadi 20 persen, maka
permintaan investasi total dengan asumsi masing-masing perusahaan berpikir
bahwa perusahaan lain tidak akan menambah barang modal, maka modal
adalah IO. Namun, karena semua perusahaan ingin meningkatkan stok barang
modal, maka harga barang modal naik. Kenaikan harga barang modal
menyebabkan ada rencana investasi yang dibatalkan, karena tidak layak lagi.
Akibatnya tingkat investasi yang sebenarnya sejumlah I1.

8
8
Gambar 4.4 MEC dan MEI

6. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Ditingkat perusahan, syarat untuk memelihara keuntungan adalah dengan menjaga agar
tigkat produksi tidak berkurang. Untuk itu stok barang tidak boleh berkurang. Dilihat
dari sisi ini, investasi merupakan upaya memelihara stok barang modal (capital stock
adjustment process). Besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memelihara stok
barang adalah senilai persentase penyusutan dikalikan stok barang yang diharapkan.
Misal, barang modal 10 milyar, penyusutan 10 persen, maka investasi per tahun adalah
1 milyar ( Rp. 10 milyar x 10% = 1 milyar). Jika perusahaan ingin meningkatkan
keuntungan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi, maka investasi yang
dilakukan harus lebih besar dari 1 milyar, agar stok barang modal lebih besar dari 10
milyar.

Keputusan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan stok barang modal dapat


memberikan dampak positif terhadap total perekonomian, sebab peningkatan stok
barang modal secara nasional dapat meningkatkan kegiatan produksi dan memperluas
kesempaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai