Anda di halaman 1dari 8

1

TEORI KONSUMSI
SAP 3

1. Pendahuluan
Pengeluaran konsumsi terdiri atas:
• Konsumsi Pemerintah (government consumtion)
• Konsumsi rumah tangga atau masyarakat (houshold consumtion/private
consumtion)
Namun yang dibahas hanya pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan beberapa
pertimbangan:
a. Mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas ekonomi (1970, 70 persen;
1996: 60 persen; sedangakn pengeluaran pemerintah umumnya 10-20 persen
agregat).
b. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenus sedangkan komsumsi pemerintah
bersifat eksogenus. Endogenus bermakna dipengaruhi oleh faktor lain,
sehingga baik untuk membangun teori dan model konsumsi.
c. Perkembangan masyarakat begitu cepat menyebabkan perilaku-perilaku
konsumsi juga berubah cepat.

2. Keynesian Comsumtion Model


a. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Keynes mengatakan komsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan
disposabel saat ini (current diposable). Menurut Keynes ada batas konsumsi
minimal yang tidak tergantung pada tingkat pendapatan (autonomous
consumption).

C = Co + bYd …………………………………………………...... (3.1)

Keterangan:
C = Konsumsi
Co = Konsumsi Otonomus
b = Marginal Provensity to Consume (MPC) 0≤b≤1
Yd = Pendapatan Disposabel

Asumsi
1. Variabel bersifat riil atau nyata (menunjukkan hubungan antara
pendapatan dan pengeluaran dengan menggunakan tingkat harga konstan).
2. Pendapatan yang terjadi (bukan pendapatan sebelumnya dan bukan pula
pendapatan yang diharapkan).
3. Pendapatan absolut (bukan relatif atau permanen).

Nyoman Tingkes
2

Tabel 3.1
Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dengan Konsumsi
Pendapatan Konsumsi DPendapatan DKonsumsi Keterangan
Disposabel Disposabel
0 200 0 - Autonomus
1.000 1.000 1.000 800 cosumsi
2.000 1.800 1.000 800 D = perubahan
3.000 2.600 1.000 800
4.000 3.400 1.000 800
5.000 4.200 1.000 800

b. Kecenderungan Mengonsumsi Marginal (Marginal Provensity to


Consume)

¶C
MPC = …………………………………………. (3.2)
¶Yd

Catatan
1. Tambahan konsumsi tidak mungkin lebih besar dari tabahan disposabel
2. MPC tidak mungkin negatif.
3. Nilai MPC semakin kecil, jika pendapatan dispasabel meningkat.
4. Nilai 0 < MPC< 1

C C
3000
2600

2000
1800

1.000
800
800
200
O 1000 2000 3000 Y

Gambar 3.1 Kurva Konsumsi

Nyoman Tingkes
3

MPC b MPC c
MPC a
C

O
Y
Y1 Y2 Y3

Gambar 3.2 Kurva MPC Menurun

c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average to Consume)


Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume,
disingkat AVC) adalah ratio antara konsumsi total dengan pendapatan
disposabel total.
C
AVC = …………………………………………. (3.3)
Yd

Tabel 3.2
Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dengan Konsumsi
Pendapatan Konsumsi DPendapatan DKonsumsi
MPC AVC
Disposabel Disposabel
0 200 0 - - -
1.000 1.000 1.000 800 0,80 1,00
2.000 1.800 1.000 800 0,80 0,90
3.000 2.600 1.000 800 0,80 0,87
4.000 3.400 1.000 800 0,80 0,85
5.000 4.200 1.000 800 0,80 0,84

MPC, APC

APC

1,00
0,95
0,90
0,85
0,80 MPC

Y
1000 2000 3000 4000 5000

Gambar 3.3 Kurva MPC dan AVC


Nyoman Tingkes
4

d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan

Yd = C + S ………………………………………………….... (3.4)
..
Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar
digunakan untuk konsumsi dan sisanya ditabung. Pada negara berkembang
MPC mendekati 1 MPS mendekati 0 dan berbeda dengan negara manju
MPS cenderung mendekati 1 sehingga modal pembangunan pada negara
berkembang dari negara maju. Pendekatan MPCdan MPS sangat
bermanfaat dalam pengelolaan ekonomi negara.

Tabel 3.3
Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dengan Konsumsi
Pendapatan Konsumsi
DYd DC DSave MPC MPS APC APS
Disposabel
0 200 - - - - - - -
1.000 1.000 1.000 800 - 0,80 - 1,00 0
2.000 1.800 1.000 800 200 0,80 0,20 0,90 0,10
3.000 2.600 1.000 800 200 0,80 0,20 0,87 0,13
4.000 3.400 1.000 800 200 0,80 0,20 0,85 0,15
5.000 4.200 1.000 800 200 0,80 0,20 0,84 0,16

MPC dan MPS


Jika setiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai
tambahan konsumsi dan tabungan, maka:

¶ Yd = ¶C + ¶S ………………………………………. (3.5)

Jika kedua sisi persamaan dibagi dengan ¶Yd, maka:

¶ Yd ¶C ¶S
= + …………………………………….. (3.6)
¶ Yd ¶ Yd ¶ Yd

1 = MPC + MPS ……………………………………... (3.7)

atau,

MPS = 1 - MPC

Nyoman Tingkes
5

Nilai total APC ditambah dengan APS, juga sama dengan satu. Pernyataan
tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan matematika sederhana di
bawah ini.

Yd = C + S

Yd C S
= + …………………………………….. (3.8)
Yd Yd Yd

1 = APC + APS ……………………………………... (3.9)

3. Life Cycle Hypothesis of Consumtion


Dikembangkan oleh Franco Modigliani, Alberto Ando dan Ricard Blumberg.
Kegiatan konsumsi berlangsu seumur hidup dan pola konsumsi dipengaruhi oleh
faktor pendapatan dan pendapatan seseorang dipengaruhi oleh siklus hidupnya.

a. Periode belum Produktif


Usia 0-20 tahun, usia sekolah, belum produktif dan masih dibantu orang tua
atau anggota lain yang telah berpenghasilan.

b. Periode Produktif
Usia 20-60 tahun. Awalnya meningkat pesat dan mencapai puncaknya ketika
usia 50 tahun, setelah itu berangsur-angsur turun dan akhirna tidak punya
pendapatan lagi.

c. Periode Tidak Produktif


Usia > 60 tahun. Ketuaan datang sehingga tidak memungkinkan mereka
datang untuk bekerja lagi.

C.Y

C rata-rata

Yd
Usia
20-an 20-an 50-an 60-an

Gambar 3.4 Model Konsumsi Siklus Hidup

Nyoman Tingkes
6

4. Permanen Income Hipothesis


Dikembangkan oleh Milton Firedman (Permanent Income Hypothesis, disingkat
PIH). Teori ini tetap meyakini bahwa konsumsi sangat dipengaruhi oleh
pendapatan, namun penekanannya adalah pendapatan yang permanen mempunyai
hubungan (signifikan) yang proposional terhadap konsumsi.

C = λYp ……………………………………………… (3.10)

Keterangan:
C = Konsumsi
Yp = Pendapatan permanen
λ = Faktor proporsi konsumsi ( > 0)

Pendapatan permanen adalah pendapatan rata-rata yang diharapkan dalam jangka


panjang. Pendapatan transitori (sementara) juga berpengaruh. Namun kecil.
Rumah tangga biasanya menggambil keputusan konsumsi dengan pendapatan
yang pasti dalam jangka panjang. Fakta ini dimanfaatkan oleh dunia perbankan
seperti BPD dengan Kredit PNS.

Pendapatan Transitori

Yd = Yp + Yt ……………………………………………… (3.11)

Keterangan
Yd = Pendapatan disposabel saat ini
Yp = Pendapatan permanen
Yt = Pendapatan transitori

5. Relative Income Hypothesis


Dikembangkan oleh James Duessenberry (Relative Income Hypothesis, disingkat
RIH). Teori ini tetap mengakui pendapatan berpengaruh dominan terhadap
konsumsi, namun penekananya adalah pada faktor psikologis rumah tangga dalam
menghadapi pendapatan. Misal harga BBM naik, kendatipun pendapatan tetap
orang cenderung menimbum minyak. Begitu pula pada saat inflasi rumah yangga
panik dan mengonsumsi lebih banyak. Jadi, rumah tangga memiliki 2 fungsi
konsumsi, yaitu jangka pendek dan jangka panjang

Nyoman Tingkes
7

C CL

E CS1
III f
II
a CS0
c
D

Y1
0 Y2 Y0 Y1

Gambar 3.5 Model Konsumsi Pendapatan Relatif

Kurva CL adalah kurva konsumsi jangka panjang, sedangkan kurva CSO dan kurva
CS1 adalah kurva jangka pendek. Sudut kemiringan kurva konsumsi jangka
pendek lebih landai dibanding kurva jangka panjang. Maknanya adalah dampak
perubahan pendapatan disposabel terhadap konsumsi lebih terasa dalam jangka
panjang. Pengaruh perubahan pendapatan disposabel dalam jangka pendek kurang
terasa.
Misal, Y0 adalah tingkat pendapatan disposabel tertinggi yang pernah dicapai oleh
rumah tangga. Menurut konsumsi jangka pendek dan jangka panjang adalah di
titik a. Ketika kelesuan ekonomi, pendapatan disposabel menurun dari Y0 ke Y2..
Menurut teori RIH, konsumsi tidak menurun ke titik b sesuai jalur CL melainkan
ke titik c untuk di jalur CS0. Sebab, secara psikologis rumah tangga tidak ingin
konsumsinya menurun dratis dan bila perlu menjual aset-asetnya untuk
mempertahankan standar hidupnya.
Jika, keadaan ekonomi membaik, mialnya pendapatan disposabel bergerak ke
tingkat Y1, ternyata konsumsi tidak bergerak ke titik d yang berada di jalur CS0
melainkan ke titik e (jalur CL dan CS1) di mana pertambahan konsumsi dan
tabungan adalah proposional.
Misalkan, resesi terulang lagi dan pendapatan disposabel menurun dari Y1 ke Y0
maka konsumsi menurun ke titik f dan (jalur CS1) dan bukan ke titik a (jalur CL).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Konsumsi


a. Faktor Ekonomi
b. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
c. Faktor-faktor Non Ekonomi

Nyoman Tingkes
8

a. Faktor-faktor Ekonomi
1) Pendapatan rumah tangga (household Income)
2) Kekayaan rumah tangga (house Wealth)
3) Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
4) Tingkat bunga (intrest rate)
5) Perkiraan tentang masa depan
6) Kebijakan distribusi pendapatan oleh pemerintah

b. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)


1) Jumlah penduduk
Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar pula konsumsi total
dari suatu negara (Indonesia terhadap Singapura, 51: 1). Penduduk yang
banyak identik dengan pasar yang besar

2) Komposisi penduduk
a) Makin besar usia produktf (15-60 tahun), maka konsumsi total makin
besar.
b) Makin tinggi tingkat pendidikan, maka makin tinggi tingkat konsumsi
total.
c) Makin banyak penduduk di perkotaan, maka makin tinggi tingkat
konsumsinya.

c. Faktor-faktor Non Ekonomi


Faktor non ekonomi yang paling besar pengaruhnya adalah faktor sosial
budaya berpengaruh. Misalnya, di Bali konsumsi meninkat pada Hari Raya
Galungan dan Kuningan, Hari Raya Nyepi dan masa upacara pengabenan
konsumsi cenderung meningkat dan ada kecenderungan konsumsi di atas
kemampuan

Nyoman Tingkes

Anda mungkin juga menyukai