Anda di halaman 1dari 17

ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM

Istilah (Pengertian secara etimologis)


Istilah Hukum (Indonesia) berasal dari bahasa arab yaitu hukm, diambil dari bentuk dasar
hakama – yahkumu – hukman yang berarti menentukan, menjatuhkan, dan membicarakan.
Kata hukm adalah bentuk tunggal dari ahkam yang berarti pendapat, aturan, putusan, dan
hukuman (Majda El Muhtaj, Dimensi2 HAM, 2008).
Istilah-Istilah Asing
- Syariat (Arab/Islam)
- Recht (Belanda dan Jerman)
- Droit (Perancis)
- Law (Inggris)
- Ius (Yunani)
Pengertian (defenisi) atau pengertian secara terminologis
Sesungguhnya sangat sulit memberikan definis terhadap hukum, karena hukum itu banyak
segi dan bentuknya, serta kebesaran hukum itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat L.J.
Van Apeldoorn bahwa hukum banyak seginya dan demikian luasnya, sehingga tidak mungkin
orang menyatukannya dalam suatu rumusan yang memuaskan.
Hukum banyak seginya dan demikian luasnya karena hukum menyangkut segala aspek
kehidupan manusia, sejak lahir (bahkan ketika masih dalam kandungan) sampai ia meninggal
ia diurusi oleh hukum.
Namun untuk memberi gambaran apa itu hukum, maka berikut ini dikemukakan berbagai
defenisi hukum dari berbagai paham, yang terbagi atas :
1. Defenisi hukum yang sifatnya non dogmatik, yang tidak memandang hukum sekedar
sebagai seperangkat kaidah atau aturan belaka.
Ini dibedakan lagi yang berasal dari pakar berpaham sosiologis, pakar yang berpaham
antropologis, pakar yang berpaham historis, dan pakar yang berpaham realis.
2. Defenisi hukum yang sifatnya sangat dogmatik-normatif, yang antara lain dikemukakan
oleh kaum positivistis.
1. Yang Berpaham sosiologis
Kantorowich
Hukum adalah keseluruhan aturan-aturan kemasyarakatan yang mewajibkan tindakan lahir
yang mempunyai sifat keadilan serta dapat dibenarkan
Leon Duguit
Hukum adalah tingkah laku warga masyarakat yang merupakan aturan dimana daya
penggunaannya pada saat tertentu diindaahkan oleh warga masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran.
2. Yang Berpaham Realis
a. Realis Amerika Serikat (USA)
Oliver Wendell Holmes (Mantan Hakim Agung USA selama 30 tahun)
Apa yang diramalkan akan diputuskan oleh pengadilan, itulah yang saya artikan sebagai
hukum.
b. Realis Scandinavia
Olivecrona
Hukum utamanya tersusun dari aturan-aturan tentang kekuasaan. Aturan mana memuat
pola-pola tingkah laku bagi pelaksanaan kekuasaan.
3. Yang Barpaham Antropologis
Schapera
Hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh pengadilan.
4. Yang berpaham Historis
Karl von Savigny
keseluruhan hukum sungguh-sungguh terbentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan,
yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah
manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan, dan kebiasaan warga
masyarakat.
5. Yang Berpaham Marxist
Kaum Marxist berpandangan bahwa hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum
ekonomis dalam masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.
6. Yang berpaham Hukum Alam
Emmanuel Kant
Hukum adalah Keseluruhan kondisi-kondisi dimana terjadi kombinasi antara keinginan-
keinginan pribadi seseorang dengan keinginan-keinginan pribadi orang lain, sesuai dengan
hukum umum tentang kemerdekaan.
7. Yang Berpaham Positivis dan Dogmatik
John Austin
Hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung ataupun tidak langsung, dari pihak yang
berkuasa kepada warga masyarakatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen,
dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) mmerupakan otoritas tertinggi.
Hans Kelsen
Hukum adalah suatu perintah memaksa terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah kaidah
primer yang menetapkan sanksi-sanksi.
Pendapat E. Utrecht Tentang Pengertian Hukum
Beliau memandang bahwa hukum itu tidak sekedar sebagai kaidah, melainkan juga sebagai
gejala sosial dan sebagai segi kebudayaan. Dan jika hukum dilihat sebagai kaidah, beliau
memberikan defenisi hukum sebagai berikut :
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup-perintah2 dan larangan- yang mengatur tata
tertib dalam sesuatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan, oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan
tindakan oleh pemerintah atau penguasa masyarakat itu.
Menurut pendapat saya, bahwa yang paling mudah dapat dipahami tentang pengertian hukum
adalah menurut pandangan E. Utrecht sebagaimana tersebut diatas.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM, DAN SISTEM HUKUM YANG DIANUT
INDONESIA
Macam-Macam Sistem Hukum
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental
Ciri-Ciri :
a. Kodifikasi
b. Tertulis
c. Tujuan Hukumnya yaitu Kepastian Hukum
d. Sumber Hukumnya yaitu undang-undang, kebiasaan, perturan administrasi negara, dan
yurisprudensi.
e. Mengenal pembagian hukum yaitu hukum privat dan hukum publik.
f. Sistem Peradilannya
Negara-Negara Yang Menganut :
1. Belanda
2. Jerman
3. Perancis
4. Indonesia
5. Amerika latin
6. Italia
2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)
Ciri-Ciri :
a. Pada umumnya tidak tertulis (Unwritten Law) atau Common Law, meskipun ada juga yang
tertulis (statutes)
b. Sumber hukumnya yaitu putusan2 hakim/pengadilan (Judicial Decision), Preseden,
Kebiasaan.
c. Menganut doktrin yg dikenal The doctrine of precedent/Stare Decisis
d. Mengenal pembagian hukum yaitu hukum privat dan hukum publik
Negara-Negara Yang Menganut
1. Inggris
2. Amerika Serikat
3. Amerika Utara, spt. Kanada
4. Selandia Baru
5. India
6. Australia
3. Sistem Hukum Adat
Ciri-Ciri :
1. Tidak Tertulis
2. Turun Temurun
3. Bersifat Tradisional
4. Pelaksana yaitu Pemuka (Penguasa) Adat
Negara-Negara Yang Menganut
1. Indonesia
2. Cina
3. Jepang
4. India
4. Sistem Hukum Islam
Ciri-Ciri :
1. Sumber Hukum utamanya bersumber dari Al Qur’an dan Hadist.
2. Penegak Hukumnya yaitu Qadhi
Negara-Negara Yang Menganut
1. Negara-Negara Islam Timur Tengah
2. Indonesia
3. Malaysia
KAIDAH
Istilah dan Pengertian
Istilah kaidah :
Istilah kaidah berasal dari Bahasa Arab yang artinya peraturan tingkah laku.
Peraturan tingkah laku dalam bahasa Inggris disebut Norm, kata ini dalam Bahasa Indonesia
dibakukan menjadi Norma.
Pengertian kaidah :
Manurut Dr. Dormeir, kaidah adalah peraturan mengenai tingkah laku, perintah bagi manusia
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Macam-Macam Kaidah
Manusia memiliki 2 segi dalam kehidupannya :
- Manusia sebagai mahluk individu (perseorangan)
- Manusia sebagai mahluk sosial (masyarakat)
Berkaitan dengan itu, maka kaidah yang menguasai kehidupan manusia dapat dibedakan
menjadi :
1. Tata kaidah aspek hidup pribadi; dan
2. Tata kaidah aspek hidup antar pribadi.
Tata Kaidah Aspek Hidup Pribadi
1. Kaidah-kaidah kepercayaan
Tujuannya untuk mencapai kesucian hidup pribadi, atau kehidupan beriman. Seperti kaidah
agama, kaidah kepercayaan.
2. Kaidah-kaidah kesusilaan
Tujuannya untuk kebaikan hidup pribadi, atau kebersihan hati nurani, atau berahlak. Seperti
tidak boleh irihati, curiga, ada rasa benci, dll.
Tata kaidah Aspek Hidup Antar Pribadi
1. Kaidah kesopanan
Tujuannya untuk kesedapan (kenyamanan) hidup bersama. Seperti Kearifan lokal,
misalnya bersalam atau mengetuk pintu sebelum masuk rumah/ruangan orang lain, mattabe-
tabe dalam adat bugis, dll .
2. Kaidah hukum
Tujuannya untuk ketertiban dan kedamaian hidupan bersama. Seperti aturan hukum
dalam berlalu lintas, aturan hukum dalam KUHP.
KAIDAH HUKUM
Dari sisi daya cakup maupun hirarki, kaidah hukum meliputi
- Kaidah hukum abstrak (umum) atau hukum in abstracto, atau General Norm;
Contoh pasal2 dalam undang-undang, hukum kebiasaan, dll.
- Kaidah hukum konkrit (khusus/individual), atau hukum in concreto, atau Individual
Norm.
Contoh SK. IMB, SK. CPNS, Putusan Pengadilan, Perjanjian, dll.
Dari sisi isi, kaidah hukum terdiri :
- Kaidah hukum yang berisikan suruhan (gebod).
Contoh penetapan PERPPU (pasal 22 UUD 1945)
- Kaidah hukum yang berisikan larangan (verbod).
Contoh pasal 8 UU No. 1 Tahun 1974, perkawinan dilarang dilangsungkan antara 2 orang
yang berhubungan darah dalam garis keturunan kebawah maupun keatas.
- Kaidah hukum yang berisikan kebolehan (mogen).
Contoh pasal 29 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 berbunyi pihak2 yg menikah dapat
mengadakaan perjanjian tertulis yg disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan pada waktu
atau sebelum perkawinan dilangsungkan asalkan tdk melanggar batas2 hukum, agama, dan
kesusilaan.
Dari sisi sifat, kaidah hukum terdiri :
- Kaidah2 hukum yang bersifat imperatif,
meliputi kaidah2 hukum yang berisikan suruhan maupun larangan.
- Kaidah2 hukum yang bersifat fakultatif, meliputi kaidah hukum yang berisikan
kebolehan.
PENGGOLONGAN HUKUM
Dari berbagai macam hukum, maka hukum dapat digolongkan sebagai berikut :
A. Penggolongan hukum menurut lingkungan wilayah berlakunya hukum yaitu :
1. lingkungan wilayah berlakunya hukum atas waktu;
2. lingkungan wilayah berlakunya hukum atas tempat;
3. lingkungan wilayah berlakunya hukum atas orang;
4. lingkungan wilayah berlakunya hukum atas isi.
Penggolongan ini menurut Hans Kelsen.
Penggolongan hukum menurut lingkungan wilayah berlakunya hukum atas tempat dapat
dibagi ada hukum yg berlaku di darat, di laut, dan di udara, yg kesemuanya terbagi lagi atas :
a. Hukum nasional;
b. Hukum Internasional.
B. Penggolongan hukum menurut kekuatan sanksinya
1. Hukum mengatur;
Hukum mengatur adalah hukum yang dalam keadaan konkrit dapat dikesampingkan
oleh para pihak yang membuat perjanjian.
Misalnya hukum yang mengatur tentang perjanian jual beli, sewa menyewa,
perjanjian hibah.
2. Hukum memaksa.
Hukum memaksa adalah hukum yang dalam keadaan konkrit tidak dapat
dikesampingkan oleh para pihak yang membuat perjanjian.
Misalnya hukum yang mengatur tentang pengalihan hak atas tanah.
C. Penggolongan hukum menurut sumbernya
1. Hukum undang-undang {wetten recht);
2. Hukum kebiasaan dan hukum adat {Gewonte en adat recht);
3. Hukum traktat {tractaten recht);
4. Hukum yurisprudensi {Jurisprudentie recht);
5. Hukum ilmu {wettenschaps recht).
D. Penggolongan hukum menurut fungsinya
1. Hukum materil
Hukum materil yaitu hukum yang mengatur isi hubungan hukum antara kedua belah
pihak atau menerangkan perbuatan mana yang dapat dihukum, dan hukuman apa yang dapat
dijatuhkan. Hukum materil memuat pedoman hidup tentang tingkah laku manusia dalam
masyarakat.
Seperti yang termuat didalam Kitab Undang2 Hukum Perdata {KUHPerdata), Kitab
Undang2 Hukum Pidana {KUHP), Kitab Undang2 Hukum Dagang {KUHD), dll.
2. Hukum formil
Hukum formil adalah hukum yang mengatur cara mempertahankan hukum materil.
Hukum formil disebut juga disebut hukum acara atau hukum proses.
Seperti Hukum acara pidana yang termuat didalam Kitab Undang2 Hukum acara padana
{KUHAP) yang diatur diadalam UU No. 8 Tahun 1981, dan hukum acara perdata yang
termuat didalam HIR {Het Herziene Indonesisch Reglement) dan RBg {Reglement voor
Buiten gewesten).
E. Penggolongan Hukum Menurut Isinya
1. Hukum publik
Hukum publik adalah hukum yang mengatur kepentingan negara atau kepentingan
umum.
Seperti hukum negara {HTN dan HAN), hukum pidana, hukum publik internasional,
hukum pemerintahan daerah, hukum acara, hukm pajak, dll.
2. Hukum privat
Hukum privat adalah hukum yang mengatur kepentingan perseorangan atau
kepentingan khusus.
Seperti hukum perdata, hukum dagang, hukum privat {perdata) internasionaal, dll.
SUBYEK HUKUM DAN OBYEK HUKUM
SUBYEK HUKUM
{Subjectum Juris)
Pengertian
Subyek Hukum adalah
1. Pendukung hak dan kewajiban.
2. Segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum.
Dalam bahasa hukum istilah subyek hukum sama dengan orang. Orang tidak sama manusia
karena orang meliputi manusia dan badan hukum.
Pembagian Subyek Hukum
Subyek hukum terbagi atas 2 :
Manusia {Natuurlijk Persoon)
Badan Hukum {Rechts Persoon)
Ad. 1. Manusia
Setiap manusia merupakan subyek. Sebagai subyek hukum setiap manusia memiliki
kewenangan hukum artinya setiap manusia berwenang melakukan tindakan hukum.
Kewenangan hukum dimilikinya sejak ia lahir hingga ia meninggal. Bahkan menurut pasal 2
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata {KUHP) bahwa anak yang masih dalam kandungan
ibunya ia dianggap telah lahir apabila ada kepentingannya yang menghendakinya.
Selain itu setiap manusia memiliki kecakapan hukum. Artinya setiap manusia barulah sah
melakukan perbuatan hukum apabila ia memiliki kecakapan hukum.
Kapan manusia memiliki kecakapan hukum ?
Menurut KUHPerdata manusia memiliki kecakapan hukum :
Sejak dewasa {21 tahun); atau
Sudah kawin {meskipun belum mencapai umur 21 tahun).
Dengan ketentuan yang bersangkutan tidak berada dalam status pengampuan {curatele).
Ad. 2. Badan Hukum
Badan hukum adalah tiap pendukung hak dan kewajiban yang bukan manusia. Menurut E.
Utrecht bahwa badan hukum adalah tiap pendukung hak yang tidak berjiwa, yang bukan
manusia.
Pembagian badan hukum :
Badan hukum publik, spt. Negara, lembaga-lembaga negara, dll.
Badan hukum privat, spt. Perseroan Terbatas {PT), Yayasan, dan Koperasi. Kalau ada
koperasi yang belum berbadan hukum maka koperasi itu belum termasuk badan hukum.
OBYEK HUKUM
Pengertian
Obyek Hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan yang dapat
menjadi pokok {obyek) dalam suatu hubungan hukum, karena hal itu dapat dikuasai oleh
subyek hukum.
Contoh :
A dan B mengadakan perjanjian jual beli 1 unit rumah.
A dan B = subyek hukum
1 unit rumah = obyek hukum
Pada umumnya obyek hukum adalah benda.
Menurut pasal 499 KUHPerdata yg termasuk benda adalah :
1. Semua barang; dan
2. Semua hak.
yang dapat dimiliki oleh subyek hukum.
Menurut pasal 503 KUPerdata benda dibedakan atas :
1. Benda berwujud ialah benda yg dapat ditangkap oleh panca indera. Seperti buku, air,
gas, dll.
2. Benda tidak berwujud ialah segala hak. Seperti hak cipta, hak merk dll.
Menurut pasal 504 KUHPerdata, benda dibedakan atas :
1. Benda bergerak;
2. Benda tidak bergerat.
Ad. 1. Benda bergerak terdiri atas :
a. Menurut sifatnya dapat bergerak sendiri. Spt kuda, kambing, dll.
b.Yang dapat dipindahkan. Spt buku, perhiasan, dll.
c. Karena penetapan undang-undang. Spt. Hak2 atas benda huruf a dan b diatas.
Ad. 2. Benda tidak bergerak terdiri atas :
a. Karen sifatnya. Spt. Tanah dan semua yg didirikan diatasnya misalnya rumah.
b. Karena maksud/tujuannya, yaitu benda2 yg oleh sipemilk dihubungkan dengan
benda tersebut pada huruf a diatas. Spt. Gambar2 yg melekat pada dinding rumah.
c. Karena penetapan undang2 {hak2 atas benda tersebut pada huruf a dan b diatas.
Menurut doktrin, benda terdiri atas :
1. Benda materil;
2. Benda inmateril.
TUJUAN HUKUM
Beberapa teori tentang tujuan hukum :
1. Teori Etis
2. Teori Utilistis
3. Teori Normatif-Dogmatik
Teori Etis
Menurut teori ini bahwa tujuan hukum adalah semata-mata untuk mencapai keadilan.
Salah seorang penganut aliran ini yaitu Aristoteles membagi pengertian keadilan atas :
1. Keadilan komutatif, adalah keadilan yang memberikan kepada semua orang sama
banyaknya tanpa melihat jasanya.
Contoh Seorang dosen memberikan kepada semua mahasiswa yang sedang diajarnya masing-
masing 1 buah permen. Semua warga negara menggunakan sarana prasarana jalan, lampu
penerangan jalan.
2. Keadilan distributif, adalah keadilan yang memberikan kepada tiap-tiap orang bagiannya
menurut jasanya.
Seorang dosen memberikan nilai ujian kepada tiap-tiap mahasiswa yang diajarnya sesuai
hasil ujiannya. Pemerintah mengangkat seseorang menjadi CPNS jika memenuhi syarat dan
lulus test.
Teori Utilistis
Menurut teori ini bahwa tujuan hukum adalah semata-mata untuk terciptanya kemanfaatan.
Penganut teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah semata-mata adalah memberikan
kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya warga
masyarakat.
Salah seorang penganut teori ini yaitu Jeremy Benthan mengatakan bahwa tujuan hukum
adalah untuk menjamin kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk jumlah manusia yang
sebanyak-banyaknya.
Aliran Normatif-Dogmatik
Menurut aliran aliran Normatif-Dogmatik atau aliran Yuridis-Dogmatik bahwa tujuan hukum
adalah semata-mata untuk terwujudnya kepastian hukum.
Bagi penganut aliran ini, kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang
hanya membuat suatu aturan umum.
Contoh “Barang siapa....yang mengambil barang orang lain, dengan maksud memiliki,
dengan cara melawan hak, dapat dihukum....(pasal 362 KUHP)”.
Kata barang siapa dalam pasal diatas menunjukkan pengaturannya yang umum. Dari sifat
umum aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan
keadilan atau kemanfaatan, tetapi semata-mata untuk kepastian hukum. Menurut aliran ini
hukum identik dengan kepastian, tidak jadi soal jika penerapan hukum itu tidak memberikan
keadilan, atau tidak memberikan kemanfaatan bagi mayoritas warga masyarakat.
Bagi penganut aliran ini bahwa “janji hukum” yang tertuang dalam rumusan aturan tadi
merupakan “kepastian” yang harus diwujudkan.
Dari pendapat masing-masing penganut ke 3 aliran tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan hukum adalah :
- keadilan
- Kemanfaatan
- Kepastian Hukum
Asas-Asas Penerapan Tujuan Hukum
1. Asas Prioritas
Menurut Gustav Radbruch bahwa untuk menerapkan tujuan hukum digunakan asas prioritas,
maksudnya penerapan tujuan hukum dilakukan secara prioritas, kalau ada kasus diutamakan
dulu tujuan keadilan, kalau tidak bisa baru tujuan kemanfaatan, dan kalau tidak bisa juga
barulah tujuan kepastian hukum.
2. Asas Prioritas-Kasuistis
Menurut Ahmad Ali bahwa untuk menerapkan tujuan hukum digunakan asas prioritas-
kasuistis, artinya penerapan tujuan hukum disesuaikan dengan konteks kasusnya atau
masalahnya, maksudnya tujuan hukum yang diterapkan diutamakan yang sesuai dengan
konteks masalahnya. Misalnya kalau konteks masalahnya menghendaki tujuan kemanfaatan
maka diterapkan tujuan kemanfaatan, kalau konteks masalahnya menghendaki tujuan
kepastian hukum maka diterapkan tujuan kepastian hukum. kalau konteks masalahnya
menghendaki tujuan keadilan maka diterapkan tujuan keadilan
HUBUNGAN HUKUM
Pengertian :
Hubungan hukum adalah hubungan antara 2 subyek hukum atau lebih, dimana hak dan
kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak lain
Berdasarkan pengertian itu, maka hubugan hukum memiliki 3 unsur, yaitu :
1. Subyek hukum {manusia atau badan hukum) yang hak dan kewajibannya saling
berhadapan.
Contoh :
A menjual rumahnya kepada B
A : - Berhak menerima pembayaran harga rumahnya dari B
- Berkewajiban menyerahkan rumah yang dijualnya kepada B
B : - Berhak menerima rumah yang dibelinya dari A
- Berkewajiban membayar harga rumah yang dibelinya kepada A
2. Obyek terhadap mana hak dan kewajiban tertuju.
contoh
Obyeknya adalah uang dan rumah.
3. Hubungan antara subyek hukum, dan hubungan antara subyek hu kum dengan
obyek yang bersangkutan.
Contoh : hubungan antara subyek hukum yaitu hubungan antara penjual dengan pembeli.
Contoh : hubungan antara subyek hukum dengan obyek ybs yaitu hubungan antara penjual
dan pembeli dengan uang dan rumah.
Hubugan Hukum Mempunyai 2 Segi :
1. Pada satu pihak merupakan hak; dan
2. Pada pihak lain merupakan kewajiban.
Contoh : kalau pada A adalah hak maka pada B adalah kewajiban, demikian pula
sebaliknya jika pada B adalah hak maka pada A merupakan kewajiban.
Syarat-Syarat Hubungan Hukum :
1. Ada dasar hukumnya;
2. Timbul peristiwa hukum.
Contoh : Dasar hukum perjanjian jual beli antara lain pasal 1457 KUHPerdata.
Sedangkan peristiwa hukumnya dari hubungan hukum diatas yaitu perjanjian jual beli rumah
antara A dengan B.
PERISTIWA HUKUM
Pengertian
Peristiwa hukum adalah peristiwa {kejadian) dalam kehidupan sehari-hari yang membawa
akibat yang diatur oleh hukum.
Contoh :
A dan B mengadakan perjanjian jual beli sepasang sepatu.
Ini merupakan peristiwa hukum yang diatur dalam pasal 1457 KUHPerdata.
Menurut L.J. Van Apeldoorn peristiwa hukum adalah peristiwa yg berdasarkan hukum,
menimbulkan atau menghapuskan hak.
Sifat-Sifat Peristiwa Hukum
1. Sederhana-bersegi satu
Apabila hanya merupakan satu kejadian saja, atau apabila akibat hukumnya ditimbulkan oleh
kehendak seorang saja yaitu yang melakukan tidakan itu.
Membuat surat wasiat {pasal 875 KUHPerdata).
2. Tidak sederhana-bersegi dua
Apabila merupakan gabungan atau rentetan kejadian atau apabila akibat hukumnya
ditimbulkan oleh kehendak dua orang atau lebih.
Contoh : Pejanjian.
Macam-Macam Peristiwa Hukum
1. Peristiwa hukum yang merupakan perbuatan manusia, yang terdiri atas :
a. Yang tidak dilarang
E. Utrecht menyebutnya : perbuatan hukum.
Sudiman menyebutnya : tindakan hukum.
Akibatnya dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan hukum.
Contoh perjanjian sewa menyewa rumah.
b. Yang dilarang
E. Utrecht mmenyebutnya : perbuatan lain bukan perbuatan hukum.
Sudiman menyebutnya : bukan tindakan hukum.
Akibatnya tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan.
Perbuatan melawan hukum, tindak pidana
2. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan manusia, yang dapat berupa :
a. Menyatakan keadaan:
- Gila {pengampuan)
- lewat waktu {daluawarsa)
b. Perkembangan fisik dalam kehidupan manusia:
- Lahir
- dewasa
- Mati
c. Kejadian ain-lain
- Bencana {disambar petir, kebakaran, dll.)
Contoh : rumah sewa yang terbakar mengakibatkan hapusnya perjanjian sewa
menyewa.
AKIBAT HUKUM
Pengertian
Akibat hukum adalah akibat sesuatu peristiwa hukum.
Contoh : Kedua belah pihak sepakat menyudahi perjanjian sewa- menyewa rumah. Akibat
hukumnya perjanjian sewa menyewa hapus.
Akibat hukum dapat berupa :
1. Lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya keadaan hukum
Contoh : Berumur 21 tahun atau sudah kawin, akibat hukumnya lahir kecakapannya untuk
melakukan perbuatan hukum.
Seseorang yang sudah dewasa atau sudah kawin ditaruh dibawah pengampuan, akibat
hukumnya menjadi lenyap kecakapan hukumnya.
2. Lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya hubungan hukum.
Contoh :
A mengadakan perjanjian jual beli 1 unit sepeda motor dengan B.
maka lahir hubungan hukum antara A dengan B. Jika keduanya sudah sama-sama
memenuhi kewajibannya dan menerima haknya, maka hubungan hukum lenyap.
3. Sanksi
Apabila seseorang melakukan perbuatan melawan hukum, maka ia harus dikenai sanksi
atau pidana .

Anda mungkin juga menyukai