Anda di halaman 1dari 60

BAB XI

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

SETELAH MEMPELAJARI BAB BAINI, ANDA


DIHARAPKAN DAPAT:
1. Membedakan pengertian pemimpin dan kepemimpinan
2. Mendeskripsikan sumber penyebab seseorang menjadi pemimpin
3. Menerangkan lima cabang kepengikutan dalam kaitan-nya dengan
kepemimpinan
4. Memperbandingkan berbagai pendapat tentang karak-teristik
kepemimpinan.
5. Mendeskripsikan tugas pokok, fungsi dan aturan permainan
kepemimpinan
6. Mengintegrasikan pendapat para pakar tentang teori timbulnya
kepemimpinan
7. Menggambarkan tiga gaya kepemimpinan yang ke-mungkinannya
ditampilkan oleh pemimpin
8. Mengidentifikasi teknik kepemimpinan dari pendapat para ahli
9. Mempelajari kepemimpinan pancasila dalam pemba-ngunan nasional

A. PENGERTIAN PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

1. Pengertian Pemimpin

Sudah dikemukakan pada Bagian Kedua Bab II bahwa inti dari


manajemen adalah kepemimpinan (leadership). Sebagai inti manajemen karena
kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari semua kegiatan dan
sarana yang tersedia bagi suatu organisasi. Baik tidaknya manajemen
tergantung pada baik tidaknya kepemimpinan. Ini dimaksudkan bahwa mereka
yang memiliki otoritas manajer sebaiknya memiliki sifat-sifat kepemimpinan
yakni mempunyai daya atau seni untuk menggerakkan orang-orang dan
mengarahkan segenap fasilitas yang ada di bawah kekuasaannya.
Istilah kepemimpinan sebagai terjemahan dari “Leadership”. Leadership
berasal dari kata lead, sedang lead berasal dari kata lethan (anglo saxon) yang
berarti to go (pergi). To lead berarti to guide, to direct in action atau
membimbing mengarahkan dalam tindakan.
Leadership menurut arti katanya ialah pensifatan yang dimiliki oleh
seseorang atau manajer untuk membimbing dan mengarahkan tindakan orang
lain kesuatu tujuan sedemikian rupa sehingga memperoleh kepatuhan,
keyakinan, penghargaan, dan kerjasama yang baik. Orang atau individu yang
memiliki sifat kemampuan membimbing dan mempengaruhi tindakan orang
lain agar mau menjalankan apa yang dikehendaki disebut dengan leader
(pemimpin). Jadi personifikasi kepemimpinan adalah “pemimpin”
Ada beberapa batasan pengertian yang dimaksud dengan pemimpin.
Sebagai contoh yang dikemukakan oleh Henry Pratt Fairchild dalam bukunya
“Dictionary of Sociology and Related Sciences, menyebutkan bahwa pemimpin
adalah:
a. In the brodest sense, one who leads by initiating social behavior, by
directing, organizing or controlling the efforts of others, or by prestige,
power or position.
b. In a restricted sense, one who leads by means of persuasive qualities and
voluntary acceptance on the part of followers.
(a. Dalam pengertian yang luas ialah seseorang yang memimpin, dengan jalan
memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengorganisir atau
mengontrol usaha/upaya orang lain atau dengan wibawa, kekuasaan atau
dengan kedudukan.
b. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang
membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya,
dan akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.)
John Gage Alloe dalam Webster’s New standard Dictionary
menyebutkan bahwa pemimpin (leader) adalah “a guide, a conductor, a
commander (pemimpin itu adalah pemandu, penunjuk, penuntun atau pemberi
komando),
Herbert A. Simon, et al. (1961:P.103). “Leader is a person who is able
to unit people in pursuit of a goal” (Pemimpin adalah seseorang yang dapat
mempersatukan orang-orang dalam mengejar suatu tujuan.)
Made Pariata Westra dalam kamus administrasi (1972:P.225) Leader –
Pemimpin. Orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang
lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan
guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu.
Komaruddin (1981:P.31) mengemukakan orang yang mempengaruhi
orang lain, melalui proses komunikasi, sehingga orang lain itu bertindak untuk
mencapai tujuan tertentu disebut “pemimpin”
Dalam hadis shahih Muslim (1993:P.544) dikatakan “setiap kamu
adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungan jawab
terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang raja adalah pemimpin bagi
rakyatnya, dan dia akan dimintai pertanggungan jawab terhadap yang
dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan
ia akan dimintai pertanggungan jawab terhadap mereka. Seorang istri adalah
pemimpin bagi rumah tangga, suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai
pertanggungan jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah
pemimpin bagi harta suruannya, dan dia juga akan dimintai pertanggungan
jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan ingat, setiap kamu adalah
pemimpin. Setiap kamu akan dimintai pertangungan jawab atas apa yang kamu
pimpin”. Jadi pengertian pemimpin disini adalah suatu amanah untuk
mempengaruhi dan membina bagi yang dipimpinnya kejalan yang benar dan
lebih baik. Dan sebagai amanah berarti ada unsur kewajiban dan
pertanggungan jawab atas baik buruknya, benar salahnya terhadap yang
dipimpinnya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, sebagai
simpulannya pemimpin adalah personifikasi kepemimpinan yaitu: “individu
manusianya yang memiliki kemampuan dan kecakapan khusus tanpa
pengangkatan resmi dapat mempengaruhi orang atau kelompok yang
dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama guna mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditentukan”.

2. Pengertian Kepemimpinan

Apabila pemimpin dibatasi sebagai individu manusianya yang dapat


menggerakkan atau mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan
yang telah ditetap-kan sebelumnya, maka kepemimpinan merupakan segala hal
yang berkaitan dengan kemampuan dalam proses menggerakkan orang atau
kelompok dan merupakan suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
Untuk lebih memahami pengertian kepemimpinan, berikut ini disajikan
beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
a. Robert C. Appleby (1976) merumuskan”Leadership is the ability of
management to induce subordinates to work to words group goals with
Confidence and keenness”. (Kepemimpinan adalah kemampuan dari
manajemen membujuk bawahan-bawahan untuk bekerja sama kearah
tujuan kelompok dengan kepercayaan dan ketajaman pikiran)
b. G.R.Terry (1960) menyatakan “Leadership is the activity of influencing
people to strive willingly for mutual objectives” (kepemimpinan ialah
kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar supaya bekerja dengan
ikhlas untuk mencapai tujuan bersama)
c. John Pfiffner dan B.W. Presthus (1960) memberi definisi “leadership is
the art of coordinating and motivating individuals and group to achieve the
desired ends” (kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasi dan
memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan yang diinginkan)
d. Gibson at.al (1993) “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempe-
ngaruhi pengikut yang menyangkut penggunaan kekuasaan dan
diterimanya pemimpin oleh para pengikut. Kemampuan mempengaruhi
bertautan dengan pemuasan kebutuhan para pengikut”.
e. Miftah Thoha (1983) “Kepemimpinan adalah suatu aktivita untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu”.
f. Sondang Paian Siagian, (1986) memberi pengertian kepemimpinan sebagai
“kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai
manajer satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama
bawahannya, untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga
melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi”.
g. Dalam Kamus Administrasi dari Balai Pembinaan Administrasi Universitas
Negeri Gajah Mada (1972) menyebutkan bahwa leadership –
kepemimpinan adalah ”proses pengaruh mempengaruhi antar pribadi atau
orang dalam suatu situasi, tertentu melalui proses komunikasi, yang terarah
untuk mencapai suatu tujuan/tujuan-tujuan tertentu. Di dalam
kepemimpinan selalu terdapat unsur pemimpin (influencer) yakni yang
mempengaruhi tingkah laku pengikutnya (influence) atau para pengikut-
pengikutnya dalam suatu situasi.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas memberi pemahaman
tentang kepemimpinan sebagai “suatu kemampuan dalam proses meng-
gerakkan dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.
Dari pengertian kepemimpinan tersebut, berkaitan dengan hal-hal:
a. keterlibatan orang lain atau sekelompok orang (pengikut - followers, sub-
ordinates) dalam kegiatan mencapai tujuan
b. adanya faktor kemampuan tertentu yang ada pada pemimpin, baik berupa
kepribadian maupun dengan penguasaan teknik sehingga orang lain
bersedia digerakkan atau dipengaruhi untuk mencapai tujuan .
c. adanya usaha bersama serta pengarahan berbagai sumber, baik tenaga,
dana, waktu, maupun materil
d. merupakan pertanggung jawaban seluruh aktivitas yang terjadi dalam
manajernya
Dari pengertian kepemimpinan tersebut, dapat diketahui adanya unsur-
unsur kepemimpinan yaitu:
a. Ada orang yang mempengaruhi (pemimpin)
b. Ada orang yang dipengaruhi (pengikut/bawahan)
c. Pengaruh yang diberikan berupa pengarahan untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi pemahaman pokok yang membedakan sekaligus menyamakan
antara pemimpin dan kepemimpinan, yaitu: pemimpin adalah individu
manusianya, sementara kepemimpinan adalah sifat yang melekat kepadanya
sebagai pemimpin. Pemimpin dan kepemimpinan tidak dikarenakan pada
kedudukan, jabatan, atau uang melainkan karena kemampuan menggerakan
dan tanggung jawab.

3. Macam-macam Pemimpin/Kepemimpinan

Andry Sutardi dan Engkoem Damini (1988:P.83) mengemukakan


bahwa di dalam kehidupan sehari-hari akan dijumpai bermacam-macam
pemimpin baik dalam kehidupan organisasi maupun kehidupan kelompok
yang dapat dibedakan atas pemimpin yang didasarkan atas keturunan,
pemimpin yang didasarkan atas pemilihan, pemimpin yang didasarkan atas
penunjukan. Di samping itu kepemimpinan dapat dibedakan atas pemimpin
formal (formal leader) dan pemimpin informal (informal leader).
Pemimpin yang didasarkan atas keturunan, memperoleh
kepemimpinannya karena darah yang kebetulan yang mengalir dalam dirinya,
alias karena faktor keturunan atau warisan orang tuanya yang bersifat turun
temurun. Timbulnya pemimpin ini, semula karena merupakan penghargaan
yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang karena telah berhasil atas
kepemimpinannya. Setelah itu, masyarakat yakin bahwa keturunan pemimpin
itu akan menjadi pemimpin pula.
Contoh yang dapat dilihat misalnya pemimpin di negara-negara
kerajaan seperti Inggris, Belanda da Muangthai. Sedangkan pada masya-rakat,
misalnya masih dijumpai kepala adat atau kepala suku.
Pemimpin yang didasarkan atas pemilihan, biasanya dijumpai dalam
masyarakat demokratis, karena pemimpin biasanya dipilih dari dan masyarakat
itu sendiri. Pemimpin yang dipilih mempunyai kepercayaan atau mandat dari
masyarakat untuk memimpin mereka. Apabila pemimpin yang dipilih itu tidak
berhasil sesuai dengan keinginan pemilihnya maka dapat dipilih
penggantinya. Dengan demikian, seorang yang telah dipercayakan untuk
memimpin sekelompok orang-orang tidak dapat bertindak sewenang-wenang
tetapi harus selalu mencerminkan keinginan para pemilihnya.
Contoh: pemimpin organisasi-organisasi sosial, seperti kepala negara yang
berbentuk republik, kepala desa, ketua RW/RT.
Pemimpin yang didasarkan atas penunjukan, ialah pemimpin yang
ditunjuk oleh seseorang pejabat yang berwenang untuk memimpin organisasi
atau kelompok tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku. Pemimpin yang
ditunjuk itu biasanya disebut kepala dan mempunyai beberapa orang pembantu
yang disebut bawahan.
Misalnya: Kepala Bagian atau Kepala Biro pada sebuah departemen, Menteri
sebagai kepala departemen, Camat sebagai kepala pemerintahan kecamatan,
Lurah sebagai kepala pemerintahan kelurahan setingkat dengan desa.
Memilih atau menunjuk seorang pemimpin kadang diperhadapkan
calon yang memiliki sikap seperti: 1) ambisius ingin jadi pemimpin, 2) tidak
mau jadi pemimpin, 3) pasrah atas kehendak semua orang. Tiga sifat tersebut,
yang ambisius dan tidak mau sekali perlu dipertimbangkan untuk tidak dipilih
menjadi pemimpin, karena keduanya punya latar belakang yang susah
dipertanggung jawabkan. Orang yang ambisius tentunya ada keinginannya
untuk dicapai. Ini sejalan dalam hadis shahih muslim bahwa nabi tidak
memberikan tugas atau pekerjaan kepada orang yang justru menginginkannya.
Begitupun orang yang tidak mau sekali dipilih jadi pemimpin sering lari dari
tangung jawab. Apabila ada kesalahan mudah saja ambil alasan atas ketidak
mauannya itu.
Sedangkan orang yang pasrah atas kehendak semua orang dipilih jadi
pemimpin beranggapan tugas yang dibebankan kepadanya adalah suatu
kepercayaan/amanah yang harus dipelihara dengan baik dan penuh tanggung
jawab sebab apabila hilang kepercayaan, maka hilanglah harga diri dan
kemasyarakatannya. Dengan demikian sikap seperti yang ketiga inilah yang
wajar dipilih untuk jadi pemimpin, terlebih lagi kalau memenuhi persyaratan,
sifat, dan kecakapan yang diperlukan.
Pemimpin formal, adalah manajer yaitu seorang yang oleh organisasi
tertentu, ditunjuk berdasarkan surat keputusan pengangkatan dari organisasi
yang bersangkutan, untuk memangku sesuatu jabatan sesuai struktur
organisasinya yang dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan
dengannya untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut yang ditetapkan.
A. W. Widjaja (1985:P.55) mengemukakan ciri-ciri pemimpin formal,
yaitu:
a. Memiliki legalitas formal (penunjukan oleh pihak yang berwenang)
b. Diberikan beking oleh organisasi formal untuk menjalankan keputusan
c. Berstatus sebagai pemimpin formal selama masa pengangkatan berlaku
d. Memperoleh balas jasa materil dan emolument lain yang berkaitan dengan
posisi/jabatan mereka
e. Dapat dimutasikan
f. Dapat mencapai promosi (kenaikan pangkat formal)
g. Selalu memiliki pihak atasan (superiors)
h. Harus memenuhi syarat-syarat formal lebih dahulu sebelum pengang-katan
i. Apabila membuat kesalahan akan dilakukan sanksi
j. Selama masa kepemimpinan berlaku proses secara terus menerus, yang
meliputi:
1) Pengambilan putusan
- Suatu proses di mana ditetapkan suatu pola tindakan berdasarkan
pilihan antara sejumlah alternatif guna tujuan mencapai suatu hasil
yang diinginkan
2) Memusatkan perhatian atas sasaran-sasaran
- Memberikan motivasi bawahan untuk bersama-sama mencapai
sasaran
3) Merencanakan dan menyusun kebijaksanaan:
- Mengantisivasi masa yang akan datang dan berusaha untuk
menemukan macam-macam pola tindakan alternatif
- Menggariskan pedoman, petunjuk untuk pemutusan yang akan
datang
4) Mengorganisasikan dan menempatkan pekerja dalam jabatan yang ada
- Menggunakan sebuah proses dimana ditetapkan struktur dan alokasi
jabatan, kemudian penempatan orang-orang dalam jabatan.
5) Melaksanakan komunikasi:
- Menanamkan ide kepada pihak lain untuk sesuatu hasil-hasil yang
diinginkan
6) Memimpin dan mensupervisi
- Mengusahakan agar pihak bawahan bekerja kearah pencapaian
tujuan dan sasaran
7) Mengawasi aktivitas
- Melaksanakan proses yang dapat mengukur hasil pekerjaan
kemudian memimpin kearah tujuan yang ditetapkan
Pemimpin informal, adalah leader yaitu seseorang yang walaupun
tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, tetapi karena
memiliki sejumlah kualitas sehingga memungkinkannya mencapai kedu-dukan
sebagai orang yang dapat mempengaruhi kelakuan serta tindakan sesuatu
kelompok masyarakat, baik dalam arti positif maupun negatif. Dari pemimpin
informal diharapkan adanya peranan sosial (social role) tertentu yang terwujud
dalam partisipasi sosial (social participation), dalam arti peranan yang
diharapkan oleh masyarakat, yang karena kualitas-kualitas serta sarana tertentu
yang dimiliki seseorang pemimpin informal diperkira-kan akan dapat
memenuhi harapan masyarakat.
A.W. Widjaja (ibid) mengemukakan ciri-ciri pemimpin informal yaitu:
a. Tidak memiliki penunjukan sebagai pemimpin
b. Masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang menunjuk
c. Diskusi oleh mereka yang dipimpin
d. Tidak ada baking dari sesuatu organisasi formal untuk menjalankan
keputusan
e. Berstatus sebagai pemimpin, selama kelompok yang dipimpin masih
menerimanya
f. Biasanya tidak memperoleh balas jasa materil, kecuali bila mereka
mengusahakan
g. Tidak pernah mencapai promosi
h. Tidak dapat dimutasikan
i. Tidak memiliki atasan dalam arti formal
j. Tidak perlu memiliki syarat-syarat formal asal disegani/dipatuhi/di-jadikan
teladan/dijadikan sumber bertanya/pertukaran pikiran
k. Apabila berbuat salah, sanksi moral berupa kurang ditaati atau tidak diakui
lagi
l. Kadang-kadang melaksanakan kepemimpinannya, kadang-kadang tidak

5. Corak Kepemimpinan

Selain klasifikasi macam pemimpin dan kepemimpinan dikenal juga


dengan corak kepemimpinan. Hadipoerwono (1971: P.120) mengemukakan
ada beberapa corak pemimpin yang pada dasarnya ditetapkan oleh watak
pembawaan kejiwaannya, yaitu: Pemimpin keras, pemimpina madya, dan
pemimpin manda
Pemimpin keras, yaitu pemimpin yang memiliki kesadaran diri untuk
dapat memelihara kewibawaan dengan jalan bertindak keras dan tegas.
Berusaha untuk mencapai tujuan dengan bersikap dan bertindak keras.
Pemimpin madya, yaitu pemimpin yang memiliki watak dan keperluan.
Ia mahir dalam menjalankan taktik dan mengambil hati dari pihak lain, tetapi
tidak mudah ddipengaruhi oleh pihak lain.
Pemimpin manda, yaitu memiliki pengethuan dan kecakapan yang
diperlukan dalam sesuatu pekerjaan. Pemimpin corak ini dalam menjalankan
tugasnya mengutamakan kualitas dari ketentuan-ketentuan lainnya.
Selanjutnya Hadipoerwono (ibid: P.123-129) secara garis besar
dikemukakan pula bahwa pada waktu ini, kepemimpinan Indonesia masih
banyak bersimpang siur, bercampur aduk dengan kepemimpinan yang masih
banyak tertinggal dalam masyarakat Indonesia yaitu:
a. kepemimpinan corak feodal
b. kepemimpinan corak penjajahan
c. kepemimpinan corak keagamaan
d. kepemimpinan corak revolusi, dan
e. kepemimpinan corak pseudo-demokrasi

6. Sumber-Sumber Kepemimpinan

Purwanto, dkk. (1967: P.21) mengemukakan bahwa sumber-sumber


yang dapat menimbulkan seorang pemimpin antara lain adalah:
a. Sifat-sifat seseorang, misalnya ketangkasan, keberanian, kecerdasan,
kecepatan pemutusan dan sebagainya,
b. Tradisi, yang disebabkan oleh asas kelahiran atau keturunan, misalnya anak
raja menjadi raja, dan yang disebabkan oleh umur atau yang lazim disebut
asas senioritas, misalnya: diangkat menjadi seorang pemimpin karena lebih
banyak pengalamannya, lebih tua umurnya, atau lebih lama masa dinasnya
c. Kekuatan magis. Dalam peristiwa sejarah banyak kejadian bahwa orang-
orang muncul menjadi pemimpin disebabkan mereka mempunyai kekuatan
magis
d. Prestise. Banyak terjadi bahwa oleh sebab seseorang memiliki prestise baik
lalu dijadikan pemimpin. Walaupun pindah tempat atau pekerjaan, namun
karena prestisenya yang baik tetap menjadi pemimpin
e. Kebutuhan yang kondisional. Dalam suatu lingkungan atau suatu
kelompok, ada seseorang ingin menjadi pemimpin, yang dapat diterima
oleh kelompok itu yang memang membutuhkan seorang pemimpin yang
memenuhi persyaratan kelompok itu
f. Kecakapan khusus. Oleh karena seseorang dalam suatu lingkungan atau
kelompok mempunyai kecakapan khusus dalam bidang yang membutuh-
kan pemimpin, maka orang tersebut dapat diangkat menjadi pemimpin
dalam kelompok itu.
g. Secara kebetulan. Karena kebetulan ada suatu tempat yang lowong, maka
tiba-tiba diangkat menjadi pemimpin untuk mengisi kekosongan tersebut.

B. KEPENGIKUTAN

Pada pembahasan terdahulu sudah dikemukakan bahwa pemimpin


adalah seorang yang dapat menggerakkan orang-orang lain untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Abdurachman (1971: ) mengemukakan ada tiga sebab pokok mengapa
orang mau dan dapat digerakkan, yaitu:
1. Adanya dorongan-dorongan untuk mengikuti pemimpin sehingga dari
orang-orang untuk mengikuti pemimpin mudah dilewati
2. Adanya sifat-sifat yang khusus pada pemimpin ialah sifat-sifat
kepemimpinan yang mempengaruhi jiwa orang-orang sehingga kagum atau
dan tertarik pada pemimpin itu
3. Adanya kemampuan pada pemimpin untuk menggunakan teknik
kepemimpinan
Kalau yang ketiga tersebut di atas adalah lebih banyak bersifat tehnik,
maka sebab yang pertama dan kedua lebih banyak terletak pada sifat-sifat
kepribadian yang masing-masing satu sama lain bantu-membantu sehingga
orang mau digerakkan. Apabila tidak bantu-membantu maka tinggal dilihat
apakah dorongan atau hasrat yang dari dalam hati orang yang hendak
digerakkan itu akan dapat menentang atau melawan daya pengaruh dari sifat-
sifat kepemimpinan sipemimpin. Apabila dapat menentang maka orang itu
tidak dapat digerakkan atau sedikitnya tidak mudah digerakkan karena tidak
membantunya dari dalam.
Kepengikutan yang dimaksud itu, merupakan panca kepengikutan
karena ada lima cabangnya, yaitu:
1. Kepengikutan karena naluri dan nafsu. Pada orang-orang yang dipimpin
telah memiliki naluri dan nafsu yang dibawa sejak lahir untuk ikut kepada
mereka yang memberikan rangsangan baik dan menolak terhadap apa yang
dianggap buruk.
2. Kepengikutan karena tradisi dan adat. Kepengikutan yang bersifat
tradisional tumbuh berdasar sejarah, adat tradisi turun temurun ditakuti atau
dicintai oleh pengikut
3. Kepengikutan karena agama dan budi nurani. Kepengikutan yang terdorong
karena faktor agama dan budi nurani. Yang diikuti oleh orang-orang yang
beragama dan berbudi nurani.
4. Kepengikutan karena rasio. Kepengikutan yang mempergunakan pikiran
dengan penuh pertimbangan mengenai untung rugi untuk mengikuti atau
tidak mengikuti seorang pemimpin
5. Kepengikutan karena peraturan hukum. Kepengikutan yang didorong
adanya peraturan yang harus ditaati oleh setiap warga negara/penduduk
dari sesuatu negara/masyarakat. Apabila dilanggar atau diabaikan,
pelanggar akan diancam dengan sanksi/hukuman
C. KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN

1. Ciri-ciri Kepemimpinan

Siagian (1985) mengemukakan bahwa tugas utama dari seorang


pemimpin ialah untuk memimpin orang, memimpin pelaksanaan pekerjaan dan
menggerakkan sumber-sumber material. Untuk melaksanakan tugas itu dengan
baik, seorang pemimpin harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.


b. Berpengetahuan luas tentang beberapa hal
c. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan
yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya
d. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari pada tujuan
yang hendak dicapai
e. Memiliki stamina (daya kerja) dan entusiasme yang besar
f. Gemar dan cepat memutuskan.
g. Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan lebih banyak memper-
gunakan rasio
h. Adil dalam memperlakukan bawahan
i. Menguasai prinsip-prinsip human relation
j. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi
k. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap
bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi
l. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan
organisasi.
2. Atribut Kepemimpinan

Gardner (1987 dalam Salusu, (2008: P 207 ) mengemukakan atribut


kepemimpinan adalah karakteristik umum yang dimiliki oleh pemimpin, yaitu:
(1) Vitalitas fisik dan stamina, (2) intelegensia dan kemampuan menilai, (3)
kemauan menerima tanggung jawab, (4) kompotensi penugasan, (5) memahami
kebutuhan orang lain, (6) keterampilan berurusan dengan orang, (7) ingin
berhasil, (8) kemampuan memotivasi, (9) keberhasilan, keteguhan dan
ketahanan pribadi, (10) kemampuan untuk memenangkan kepercayaan, (11)
kemampuan untuk memanajemeni, memutuskan dan menetapkan prioritas,
(12) adaptasi dan fleksibilitas. Berikut ini dicoba dijelaskan masing-masing
atribut itu.
Vitalitas fisik dan stamina. Atribut ini sangat penting walaupun
kebanyakan tidak dituntut dalam merekrut seorang pemimpin. Dikatakan
penting karena ia misalnya, masih harus mampu mengumpulkan orang untuk
suatu rapat di malam hari setelah bekerja keras seharian, memimpin perdebatan
yang berlangsung berjam-jam, kadang-kadang sampai subuh, atau mewakili
organisasi di mana-mana, dan lain-lain.
Intelegensia. Kepandaian seseorang harus juga mencakup kemam-
puannya untuk menggabungkan data yang sulit, kompleks, dan data yang
dipertanyakan dengan prakiraan-prakiraan intuitif untuk tiba pada pembuk-tian
bahwa data itu benar. Ia juga harus memiliki kemampuan untuk menghargai
teman sekerjanya, bahkan juga mereka yang menentang kebijaksanaannya.
Kemauan menerima tanggung jawab. Ada orang yang mau menerima
jabatan pemimpin, tetapi tidak rela bertanggung jawab atas apa yang diperbuat
organisasinya. Untuk mengelak, ia mempersalahkan semua bawahannya,
memecat atau mengalihtugaskan mereka, sungguhpun ada diantara tindakan
mereka yang didasarkan atas perintah atau kebijaksanaan pemimpin.
Kompetensi penugasan. Seorang pemimpin harus mampu
melaksanakan apa yang ditugaskan kepadanya. Semua jenis-jenis pekerjaan,
walaupun bukan ia mengerjakan, perlu diketahui seluk beluknya, situasinya
dan lingkungan dalam mana pekerjaan itu dilaksanakan. Pendeknya, ia perlu
mengetahui seluruh system dalam organisasinya, untuk mencegah kemung-
kinan putusnya komunikasi dan mata rantai perintah. Juga dimaksudkan untuk
mencegah adanya pihak yang ingin mengelabui pemimpin dengan memberi
informasi yang keliru.
Memahami kebutuhan orang lain. Pemimpin perlu mengetahui,
memahami dan memberi perhatian pada kebutuhan bawahan dan orang-orang
yang bekerja disekitarnya serta pihak-pihak luar yang berkepentingan dengan
organisasinya.
Terampil berurusan dengan orang. Ini berkaitan dengan intelegen-sia
dan kemampuan untuk memahami kebutuhan orang lain.
Ingin berhasil. Pemimpin harus mau memperoleh hasil yang lebih baik
ia harus tahu apa yang hendak dicapai dan berkeinginan untuk mengelar
sasaran itu. Kalau ia hanya mau memimpin tetapi tidak tertarik akan hasil
usaha yang dikejar, maka tidak tepat baginya untuk disebut pemimpin.
Kemampuan memotivasi. Memang memberikan motivasi terhadap
bawahan dan orang sekitar merupakan syarat bagi seorang pemimpin. Tetapi
yang ditekankan di sini ialah bahwa ia harus memiliki kemampuan untuk itu. Ia
harus mengetahui syarat itu, sebab jika tidak mampu melakukannya, maka
kepemimpinannya itu menjadi kurang bermakna. Jadi ia perlu mengetahui
bagaimana menggerakkan orang, memperkuat keyakinan dari bawahan atau
pengikutnya, dll.
Keberanian, keteguhan dan ketahanan pribadi. Seorang pemimpin
tidak akan berhenti menghadapi berbagai pantangan. Ia tidak boleh berani
hanya satu kali, tetapi berkali-kali, sekarang dan seterusnya. Ia harus tabah
menerima resiko yang berulang-ulang. Kalah – menang, jalan terus.
Kemampuan memenangkan kepercayaan. Tidak begitu mudah
membuat orang lain percaya pada seorang pemimpin, apalagi pemimpin yang
baru. Di Amerika Serikat, seorang calon Presiden harus berkampanye berkali-
kali, beratus kali menampilkan pribadinya di depan orang banyak,
menyampaikan programnya sedemikian rupa untuk mencoba memenangkan
kepercayaan dari rakyat Amerika. Akan nampak disitu sejauh mana ia mampu
membangun kredibilitasnya sehingga ia dapat memenangkan pemilihan umum.
Pemimpin organisasi non-profit tidak luput dari persya-ratan kemampuan
untuk memenangkan kepercayaan stafnya, anggota-anggotanya, dan dari
masyarakat yang mereka layani
Kemampuan mengelola, memutuskan dan menetapkan prioritas.
Seorang pemimpin mungkin sudah mengetahui, sudah menghafal tugas-tugas
itu, bahkan selalu mengucapkannya dalam pidato pada berbagai kesempatan. Ia
berbicara berapi-api mengenai prioritas, pentingnya pemutusan, dan pemimpin,
tetapi ia sendiri belum mampu melaksana-kannya. Apabila ia menyadari bahwa
ia mempunyai kelemahan dalam bidang itu, ia harus belajar, mengikuti
berbagai kursus atau pendidikan tambahan.
Adaptasi dan fleksibilitas. Seorang pemimpin tidak boleh kaku. Jika ia
gagal dalam satu usaha ia harus beralih kependekatan yang lain. Kalau masih
gagal, mencoba lagi yang lain. Ia harus memperlihatkan bahwa ia mampu
berbuat begitu, karena hanya dengan demikian ia dapat tampil sebagai
pemimpin yang tangguh.

3. Sifat-sifat Pemimpin dan Kepemimpinan

Meskipun telah diketahui bahwa pemimpin itu ada yang ditakdirkan


sejak lahir, ada yang timbul akibat dari pendidikan dan pengalaman-
pengalaman yang sepadan serta ada pula yang timbul karena bakat serta
dikembangkan dengan pendidikan, pada dasarnya pemimpin jenis mana saja
harus mempunyai beberapa sifat tertentu. Mengenai sifat-sifat pemimpin juga
terdapat beraneka pandangan para sarjana manajemen.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para sarjana tentang
sifat-sifat pemimpin dan kepemimpinan sebagai berikut:
a. J. Slikboer dalam bukunya yang bejudul “Practische Psychologie dan
Mensentypen” (Materi Dasar Akta V, 1982/1983: 229) dikemukakan
bahwa sifat-sifat kepemimpinan meliputi:
1) Sifat-sifat serta kemampuan dalam bidang intelektual
2) Sifat-sifat yang berkaitan erat dengan watak
3) Sifat-sifat yang berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin
b. Roeslan Abdoel Gani, dalam ceramahnya pada seminar Effisiensi Kerja
yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara di Cipayung
Bogor bulan Oktober 1958 (ibid) dikatakan bahwa seorang pemimpin
mempunyai sifat-sifat kelebihan terhadap yang dipimpin. Kelebihan
tersebut memiliki tiga hal, yaitu:
1) Kelebihan dalam menggunakan pikiran
2) Kelebihan dalam rohaniah
3) Kelebihan dalam badaniah
Menurut beliau, dengan tiga kelebihan ini, seorang pemimpin akan mampu
mempesona orang-orang yang dipimpinnya sehingga mau mengikuti segala yang
dikehendaki oleh pemimpin. Dengan kelebihan-kelebihan ini seorang pemimpin
selalui dianggap sebagai “superior”, sebagai “sesepuh”, sebagai orang yang
serba bisa atau all-round
c. Menurut Ordway Tead (1959: P.83), sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang
pemimpin adalah:
1) Physical and nervous energy (energi jasmani dan rohani)
2) a sence of purpose and direction (semangat untuk mencapai tujuan)
3) enthousiasm (antusiasme - kegqairahan kerja)
4) friendliness and affection (ramah tamah dan penuh perasaan)
5) integrity (integritas - kejujuran dan ketulusan)
6) technical mastery (kecakapan teknis
7) dicisiveness (mudah menentukan keputusan)
8) intelegence (cerdas)
9) teaching skill (kecakapan mengajar)
10) faith (keyakinan)
d. Menurut Abdulrachman (1971: P.36) ada tiga golongan sifat-sifat
kepemimpinan, yaitu:
1) Sifat-sifat pokok, ialah sifat-sifat dasar yang dimiliki setiap orang
pemimpin, di manapun ia hidup dan berada dan dari macam pemimpin
apapun ia termasuk. Sifat kepemimpinan pokok ini terdiri dari panca
sifat, yaitu: adil, suka melindungi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan
penuh kepercayaan kepada diri sendiri.
2) Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, yaitu sifat yang
timbul sebab adanya pengaruh tempat dan lingkungan sekitar. Oleh
sebab itu seorang pemimpin di Indonesia akan memiliki sifat yang
berbeda dengan seorang pemimpin di Amerika Serikat atau di Inggris,
Eropa, Australia, begitupun dengan negara lainnya yang ada di Asia.
Sifat kepemimpinan di Indonesia dituntut seorang pemimpin yang
berkepribadian didasarkan atas Pancasila yaitu “kepribadian Pancasila”.
3) Sifat khusus karena pengaruh dari macam golongan
pemimpin. Sifat-sifat khusus ini disebabkan oleh perbedaan jenis
pekerjaan atau jenis kegiatan sehingga kepemimpinan pendidikan akan
berbeda dengan kepemimpinan militer, begitupun kesehatan, tani,
buruh, dan lainnya.

D. TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN ATURAN PERMAINAN KEPE-


MIMPINAN

1. Tugas Pokok Kepemimpinan

Arifin Abdulrachman (dalam Masya, 1978: P.167) juga (dalam


Moekijat 1974: P.216) mengemukakan tugas seorang pemimpin, yaitu:
a. Mengantarkan, artinya mengusahakan agar supaya orang-orang di bawah
manajernya dapat diantarkan sampai ke tujuan yang ingin dicapai dengan
memperoleh hasil sebagaimana yang diinginkan
b. Mengetuai, artinya seorang pemimpin itu haruslah dapat bertindak sebagai
seorang tua yang sudah banyak mempunyai pengalaman, sehingga dengan
demikian dapat membawa bawahannya kearah yang dituju. Dia dapat
bertindak sebagai sesepuh dan pengayoman terhadap orang-orang yang di
bawah manajernya.
c. Memelopori, maksudnya agar pemimpin itu dapat bertindak sebagai
pelopor, orang yang dapat memberi petunjuk jalan yang benar.
d. Memberi petunjuk, artinya pemimpin itu hendaklah orang yang dapat
menolong apabila bawahannya mendapat kesulitan-kesulitan, maka karena
itu seorang pemimpin haruslah memiliki kelebihan-kelebihan di bidang
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dan kemantapan moral serta
mental.
e. Mendidik, artinya seorang pemimpin harus dapat bertindak sebagai guru
yang dapat mendidik orang-orang yang dipimpinnya.
f. Memberikan bimbingan dan manajer yang baik, maksudnya bahwa
seorang pemimpin tidak saja bertindak sebagai seorang guru, tetapi dapat
juga bertindak sebagai seorang yang dapat memberi bimbingan dan
penyuluhan apabila orang-orang yang di bawah manajernya mene-mui
kesulitan-kesulitan kerja maupun kesukaran-kesukaran pribadi.
g. Menggerakkan bawahan, artinya bahwa seorang pemimpin sesuai dengan
wewenangnya adalah untuk menggerakkan orang-orang bawahannya
supaya suka mengikuti dan menjalankan tugas-tugas yang diperintahkan
olehnya. Menggerakkan ini dapat menggunakan beberapa cara seperti:
actuating, leading, directing, commanding, motivating, dan staffing
Sarwono Prawirohardjo dalam laporan seminar efisiensi kerja dalam
Dinas Pemerintahan (ibid) menyatakan bahwa tugas seorang pemimpin ialah:
a. Menerjemahkan (menyampaikan) dan merancang serta memimpin
pelaksanaan pemutusan oleh pihak atasan
b. Mengatur prosedur dan tata tertib pekerjaan dari mereka yang bekerja di
bawahnya
c. Mengawasi kemajuan dalam pekerjaan di bawah manajernya
d. Mengatur koordinasi antara usaha-usaha di bawah manajernya
e. Mempercayakan (menyerahkan) beberapa wewenang dan tanggung jawab
kepada orang bawahannya
Komaruddin (1985: P..) mengemukakan tugas pemimpin yang utama
adalah “membuat keputusan – membuat putusan, menetapkan sasaran, memilih
dan mengembangkan bawahan, mengadakan komunikasi, memberikan
motivasi, dan mengawasi pelaksanaan”.
a. Pembuatan putusan, merupakan kegiatan pemimpin ketika ia bereaksi
atas ransangan yang datang. Reaksi seorang pemimpin menunjukkan
kualitas pemimpin yang bersangkutan. Reaksi itu mungkin hanya
berdasarkan gerak hati atau hasil pikiran yang ditimbang-timbang.
Pemutusan adalah cara atau proses pemilihan alternatif terhadap
kemungklinan-kemungkinan. Pemutusan tersebut berkaitan dengan masa
yang akan datang. Oleh sebab itu, akan berhubungan pula dengan resiko
yang akan dihadapi.
b. Menetapkan sasaran. Sasaran dilimpahkan kepada pemimpin yang
mungkin berubah-ubah menurut situasi. Guna penetapan sasaran yang
utama adalah agar manajemen dapat menentukan sumber-sumber daya
manakah yang diperlukan untuk mencapai sasaran itu.
c. Memilih dan mengembangkan petugas. Bila mana putusan dan sasaran
sudah ditetapkan, maka memilih sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan putusan tersebut dan mencapai sasaran itu merupakan
kegiatan utama berikutnya. Mungkin sekali, di antara sumber daya
dibutuhkan manajemen, sumber daya manusialah yang paling pelik didapat.
Apabila pilihan telah jatuh, maka orang-orang itu harus dikerahkan dan
dikembangkan
d. Mengadakan Komunikasi. Berkomunikasi bagi seorang pemimpin berarti
menyebarkan perintah dan menerima laporan. Perintah perlu diawasi
melalui laporan
e. Memberikan motivasi. Kegiatan untuk mendorong dan memberikan ilham
kepada bawahan merupakan “mingsal” seorang pemimpin yang seringkali
disebut pemberian motivasi
f. Mengawasi pelaksanaan. Seorang pemimpin perlu menilai pelaksanaan
yang pernah diperintahkannya. Ap\abila sesuai dengan standar? Apakah
terjadi penyimpangan? Seberapa jauh penyimpangan yang telah terjadi?
Apakah penyimpangan itu berada di dalam system atau berasal dari luar
system? Pertanyaan-pertanyaan itu perlu dijawab ketika pemimpin itu
melaksanakan pengawasan
Secara visualisasi dari tugas kepemimpinan, lihat gambar II.1

Arifin Abdulrachman

- Mengantarkan
- Mengetuai
- Memelopori
- Memberi petunjuk
- Menddidik
- Membimbing
- Menggerakkan

Sarwono Prawirohardjo

Tugas Pokok - Menerjemahkan


Kepemimpinan - Mengatur prosedur/tata tertib
- Mengawasi kemajuan
- Mengatur koordinasi
- Mempercayakan
Komaruddin

- Pemutusan
- Menetapkan sasaran
- Memilih dan mengembangkan
petugas
- Mengadakan komunikasi
- Memberimotivasi
- Mengawasi pelaksanaan

Gambar: II. 1 Perincian Tugas Kepemimpinan

2. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Tugas pokok pemimpin yang telah disebutkan di atas seperti


mengantarkan, memelopori, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan
lain sebagainya, agar para bawahannya mengikuti jejak pemimpin mencapai
tujuan organisasi, hanya dapat dilaksanakan secara baik bila seorang pemimpin
menjalankan fungsi kepemimpinan sebagaimana mestinya. Fungsi-fungsi
kepemimpinan ini, dapat diklasifikasi yaitu:
William R. Lassey dalam tulisannya “Dimension Leadership”
(Wahjosumidjo, 1982:P.12) mengemukakan ada dua macam fungsi kepemim-
pinan, yaitu: task function dan maintenance function.

a. Task function (Fungsi Tugas)

Task fungtion, ialah fungsi tugas yang harus dilaksanakan untuk


mencapai dan memilih tujuan secara rasional. Fungsi ini, meliputi:
1) initiating activity, antara lain usul pemecahan masalah, menyerahkan
adanya ide-ide baru.
2) information seeking, antara lain mencari kejelasan mengenai usul-usul dan
saran-saran atau tambahan informasi.
3) information giving, memberikan/penyampaian data, mengaitkan atau
menghubungkan pengalaman-pengalaman dirinya dengan masalah-masalah
yang dihadapi kelompok sebagai ilustrasi.
4) opinion giving, memberikan pandangan atau keyakinan mengenai saran-
saran, terutama memberikan penilaian dari sekedar penyimpanan fakta
5) elaborating, dengan teliti memberikan penjelasan, dengan memberi-kan
contoh-contoh atau mengembangkan pengertian, mencoba mempertim-
bangkan bagaimana sesuatu saran dapat dilaksanakan bila hal tersebut
diperlukan.
6) coordinating, menunjukkan hubungan atau kaitan antara berbagai ide
maupun saran-saran, mencoba untuk mengusulkan atau merangkum ide-ide
dan saran-saran menjadi satu.
7) summarizing, - merangkum ide-ide atau saran-saran yang ada kaitannya
menjadi satu. Mengungkapkan kembali setelah usul-usul tersebut
didiskusikan oleh kelompok,
8) testing feasibility, menerangkan sara-saran situasi yang riil, menguji apakah
ide-ide tersebut dapat dilaksanakan/dikerjakan, menilai putusan-putusan
untuk dapat dijalankan
9) evaluating, membandingkan putusan kelompok dengan standard, mengukur
pelaksanaan dengan tujuan yang telah diucapkan
10) diagnosing, menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-
langkah berikutnya yang diperlukan, mengatasi rintangan untuk kemajuan.
b. Maintenance Function (Fungsi Pemeliharaan)

Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi untuk mengusahakan kepuasan


perasaan batin bagi pengembangan dan pemeliharaan kelompok untuk
kelangsungan hidupnya, antara lain:
1) encouraging, bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau
dan dapat memuji orang lain atau idenya, bisa menyetujui dan menerima
sumbangan pikiran orang lain.
2) gate keeping, mengusahakan anggota lainnya untuk berperan atau
memberikan sumbangan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota
berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota mempunyai
kesempatan untuk mendengarnya.
3) Standard setting, menegaskan penggunaan standard kepada kelompok
dalam pemilihan isi, prosedur atau penilaian keputusan, mengingatkan
kelompoknya untuk meniadakan keputusan yang bertentangan dengan
pedoman kelompok,
4) Following, mengikuti pemutusan kelompoknya, menerima ide-ide orang
lain, bersikap sebagai pengikut/pendengar pada waktu kelompok sedang
berdiskusi dan mengambil putusan
5) Harmonizing, sebagai perantara/penengah, mengamalkan atau menye-
laraskan perbedaan-perbedaan pendapat, mengkompromikan permasa-
lahan persoalan.
M.A. Makkasau, (1983 :P.198) mengemukakan fungsi kepemim-pinan
yaitu:
1) Sebagai figure yang melambangkan kewibawaan organisasi/satu-
an/lembaga/dinas/instansi yang dapat dibanggakan
2) Sebagai figure komunikator antara anggota dengan pihak-pihak lain.
3) Sebagai pelindung dan pengayom terhadap anggota /bawahan/karyawan;
4) Sebagai figure yang menimbulkan unsur kepercayaan, kepatuhan,
kesetiaan/loyalitas
5) Sebagai figure pengarah, pembimbing, pemberi petunjuk, pendidik dan
sebagai figure yang mengarahkan kegiatan untuk mencapai tujuan/sa-saran
Di samping fungsi-fungsi pokok kepemimpinan yang dikemukakan
oleh William R. Lassey, dan M.A. Makkasau, ada tiga pendapat lain, yaitu:
pertama, mengatakan bahwa kepemimpinan mempunyai fungsi: perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan. Kedua, berpendapat bahwa kepe-
mimpinan berfungsi memberikan pertimbangan atau nasehat, mem-berikan
pendapat umum dan pemutusan. Ketiga, berpendapat fungsi kepemimpinan
meliputi: menciptakan struktur untuk pencapaian tujuan, mempertahankan dan
mengamankan integritas organisasi, dan menda-maikan perbedaan dan
pertimbangan yang terjadi dalam kelompok kearah atau menuju kesepa-katan.
Visualisasi fungsi kepemimpinan, lihat gambar II.2

3. Peranan Kepemimpinan

Ngalim Purwanto, dkk. (1970:P.25), mengemukakan peranan seorang


pemimpin yang baik dapat disimpulkan menjadi 13 macam, yaitu:
a. Sebagai pelaksana (executive)
a. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (Idiologist)
b. Sebagai seorang perencana (planner)
c. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman (purveyor of
rewards and punishments)
d. Sebagai seorang ahli (expert)
e. Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representatives)
f. Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (controller of
internal relationship)

1. initiating function
2. information seeking
3. information giving
4. opinion giving
5. elaborating
Task Function
6. coordinating
7. summarizing
8. testing fasibility
9. evaluating, dan
Fungsi-Fungsi 10. diagnosing
Kepemimpinan

1. encouraging
Maintenance 2. gate keeping
Function 3. Standar setting
4. following
5. harmonizing

William R Lassey

- Sebagai figure dan pengayom


- Fungsi POAC
LAINNYA: - Memberi pertimbangan
- Menciptakan struktur dan integritas organi-
sasi dan mendamaikan perbedaan serta per-
timbangan menuju kesepakatan

Gambar: II.2 Visualisasi Fungsi-fungsi Kepemimpinan

g. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)


h. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
i. Merupakan lambing dari kelompok (symbol of the group)
j. Pemegang tanggungjawab para anggota kelompoknya (Surrogate for
individual responsibility)
k. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
l. Sebagai kambing hitam (scape goat)
Apabila diteliti ketigabelas peranan pemimpin tersebut diatas, tepatlah
apa yang dikemukakan oleh bapak pendidikan Ki Hajar Dewantoro bahwa
pemimpin yang baik haruslah menjalankan peranan seperti berikut: “Ing-
ngarso sung tulodo, Ing-madyo mangun karso, dan tut wuri andayani” (jika
berada di depan, maka ia memberi teladan, jika berada ditengah maka
mengembangkan tekad/semangat, dan jika berada dibelakang maka ia menjadi
daya dorong dan atau pengaruh).

4. Aturan Permainan Kepemimpinan

Salusu (2008: p.2008) mengemukakan bahwa sebagai pemimpin ia


tidak bisa bebas semaunya. Ia harus mengikuti aturan permainan. Aturan
permainan yang dimaksud sesuai yang dikemukakan oleh Geneen (1984) dan
George C. Homans, (dalam Hatten dan Hatten, 1988) sebagai berikut:
a. memberi perintah melalui saluran organisasi yang telah ada
b. tidak boleh menuduh anggota organisasinya di depan publik
c. pertimbangan dengan matang semua situasi sebelum mengambil putusan
d. pertahankan disiplin, dengarkan informasi, pelihara konsistensi ucapan
dengan perbuatan
e. amati keterkaitan hubungan antara putusan satu dengan yang lainnya
f. perlakukan para pejabat terasnya dengan penuh martabat
g. hindari konflik dan pelihara keharmonisan antara anggota,
h. ciptakan lingkungan intelektual dengan budaya kerja
i. singkirkan apa yang dimaksud dengan penyakit injelistitis
j. lakukan pemecatan apabila sangat perlu

5. Kewibawaan Kepemipinan

Makkasau (1985: p.200). mengemukakan bahwa munculnya


penampilan kewibawaan kepemimpinan yang mantap tergantung kepada:
Mantapnya kepribadian/watak seorang pemimpin
Adanya penampilan dalam pola tingkah laku yang simpatik
Adanya keahlian memimpin/menghadapi tuntutan anggota/masyarakat
a. Adanya metode dan teknik mengambil simpatik dan menarik perhatian para
bawahan/anggota/karyawan
b. Berpengaruh di dalam memimpin anggota/bawahan/karyawan/masya-rakat
c. Adanya ramah tamah, sopan santun dan senyum yang menawan
d. Adanya moral/moril tinggi menghadapi berbagai masalah/persoalan
tantangan, ancaman dan gangguan
e. Adanya rasa tanggung jawab besar baik ke dalam maupun ke luar
f. Adanya usaha mempertinggi kesejahteraan materiil dan moriil serta disiplin
anggota/bawahan/karyawan/masyarakat yang terus menerus.

E. TEORI KEPEMIMPINAN

1. Tinjauan Historis Ajaran Kepemimpinan

Persoalan pemimpin dan kepemimpinan bukanlah persoalan hari in


saja, akan tetapi sejarah cukup banyak yang membuktikan bahwa di dalam
suatu bangsa atau negara kesemuanya itu sebenarnya berkisar pada sejarah
tokoh-tokohnya, pemimpin-pemimpinnya, yakni pemimpin pemerintahan,
pemimpin agama serta pemimpin masyarakat lainnya. Bahkan dalam setiap
pase generasi sering-sering lebih dikenal dari nama pemimpinnya. Pemimpin
ini ada besar (berkeliber internasional), kaliber nasional, kaliber daerah, dan
kaliber kelompok. Sepertinya kerajaan-kerajaand di zaman lampau yakni
kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Gowa, Bone, Wajo, dan lain-lain kesemuanya
itu terkenal akibat dari pemimpinnya atau kepemimpinan itu sendiri.
David Krech – Richard S. Crutshfield (1948:P.434) mengemukakan
kepemimpinan merupakan hasil dari organisasi sosial yang telah terbentuk atau
sebagai hasil dinamika dari interaksi sosial. Sejak mula kala terbentuknya suatu
kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya
melakukan peranan yang lebih aktif dari rekan-rekannya, sehingga orang tadi
atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula
timbulnya kepemimpinan. Yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam
struktur sosial yang kaurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat
diperlukan dalam keadaan-keadaan di mana tujuan dari kelompok sosial yang
bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman-
ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, agak sulit bagi warga-warga
kelompok yang bersangkutan untuk menentukan langkah-langkah yang harus
diambil untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Muncullah
seseorang yang mempunyai kemampuan yang menonjol yang diharapkan akan
menanggulagi segala kesulitan-kesulitan yang ada
Munculnya seorang pemimpin adalah suatu proses yang dinamis sesuai
dengan kebutuhan manusia untuk mencapai tujuan bersama, baik tujuan yang
bersifat internasional, nasional, kedaerahan, dan kelompok. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan lahir bersama-sama alakhirnya
peradaban manusia.
Contoh ajaran tentang kepemimpinan, khususnya cara-cara pengaturan
suatu negara dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang raja, perdana
menteri, dan para perwira antara lain seperti yang dikemukakan oleh
Wajosumidjo (1982:P.22-24) adalah sebagai berikut:
a. MACHIAVELLI, yang terkenal dengan nasehatnya mengenai
kebijaksanaan, yang harus dimilik oleh seorang Perdana Menteri, yaitu:
1) ritual and worship
2) statutes and regulations
3) removal and appointment
4) emolument and rank
5) ceremoniss and customs
6) removal that controls their failing,
7) farming and other employments.
b. Ajaran KAUTILYA, dalam bukunya ”Arthasastra” (321 sebelum masehi)
Yang terkenal dengan ciri spesifik bagi seorang perwira, yaitu:
1) Native born of high family
2) Enfluential
3) well trained of foresight
4) possessed of foresight
5) wise
6) of strong memory
7) bold
8) eloquent
9) skillful
10) intelligent
11) possessed of enthusiasm
12) dignity
13) endurance
14) pure in character
15) affable
16) firm in loyal devotion
17) endowed with excelent conduct
18) strength
19) health
20) free from such qualities as excite harred and comity
c. Ajaran EMPUTANTULAR, dengan bukunya ”Negara Kertagama” antara
lain berisi lima dasar (panca dasar) sifat yang baik yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin:
1) Wijnana (sikap bijaksana)
2) Mantri wira - sebagai pembela negara sejati
3) Wicaksaneng naya - bijaksana dalam arti melihat masa lalu,
kemampuan analisis, mengambil putusan dedngan cepat dan tepat
4) Matanggwan - mendapat kepercayaan yang tingi dari yang dipimpinnya
5) Ansyaken musuh – mampu memusnahkan setiap lawan
d. Ajaran HASTA BRATA, (Delapan pedoman pilihan di dalam kitab
Ramayana berisi sifat-sifat positif sebagai pedoman bagi setiap pemimpin,
yaitu sifat-ssifat yang ada pada:
1) matahari 5) bumi
2) bulan 6) samudra
3) bintang 7) api
4) awan 8) angin
2. Timbulnya Seorang Pemimpi/Kepemimpinan

Sudah dikemukakan pada uraian Bab I Sub-bab D tentang sumber-


sumber yang dapat menimbulkan seorang pemimpin, berikut ini diuraikan
tentang teori timbulnya seorang pemimpin yang dikemukakan oleh S.P.
Siagian, (1985: P.44) bahwa dari sekian banyak teori yang dikemukakan oleh
para ahli. Namun, apabila berbagai teori itu dianalisis akan terlihat adanya tiga
teori yang menonjol, yaitu: 1) teeori genetis (hereditary theory), 2) teori sosial,
dan 3) teori ekologis.

Teori Genetis.

Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan yang mengatakan
bahwa “leaders are born and not made” Berarti bahwa para penganut teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa seseorang pemimpin akan
menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat
kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan,
karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, suatu kelak ia akan timbul
sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini
tergolong kepada pandangan yang fatalistis atau deterministis

Teori Sosial.

Jika teori pertama di atas adalah satu ekstrim,maka teori inipun


merupakan ekstrim pada ujung lain dari polarisasi ekstrim ini. Inti ajaran teori
sosial ini ialah bahwa “leaders are made and not born” dus merupakan
kebalikan inti teori genetis. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat
yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan
pendidikan dan pengalaman yang cukup.

Teori Ekologis.

Karena teori genetis dan teori social keduanya ekstrim pada sisi tertentu
dan tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi kepada
kedua teori tersebut timbullah teori ketiga yang disebut teori ekologis yang
pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin
yang baik apabila ia pada waktu lehirnya telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, bakat-bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimiliki itu.
Teori ekologis menggabungkan segi-segi positif dari teori genetis dan
teori sosial karenanya dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati
kebenaran. Namun demikian, penyelidikan yang jauh lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara apa faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik

3. Gaya atau Tipe Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan oleh para pakar sering mempersamakannya


dengan tipe kepemimpinan, yaitu: suatu cara pemimpin untuk mempenga-ruhi
bawahannya. Reksohadiprodjo dan Handoko (1982:P.102) menge-mukakan
bahwa secara relatif ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu:
otokratis, demokratis atau partisipatif, dan laissez-faire, yang semuanya pasti
mempunyai kelemahan-kelemahan dan keuntungan. Ketiga gaya
kepemimpinan tersebut dijelaskan secara singkat dalam Tabel: 3.1.
Tabel 3.1 Tiga Gaya atau Tipe Kepemimpinan
(Reksohadiprodjo dan Handoko, 1983)

OTOKRATIS DEMOKTATIS LAISSEZ – FAIRE

Semua penentuaan Semua kebijaksanaan Kebebasan penuh bagi


kebijaksanaan terjadi pada kelompok keputusan kelompok
dilakukan oleh diskusi dan keputusan, atau individu, dengan
pemimpin dengan dorongan dan partisipasi minimal dari
bantuan dari pemimpin. pemimpin.

1. Teknik-teknik dan 1. Kegiatan-kegiatan didis- 1. Bahan-bahan yang


langkah-langkah ke- kusikan, langkah-langkah bermacam-macam
giatan didikte oleh umum untuk tujuan disediakan oleh pe-
atasan setiap waktu, kelompok dibuat, dan bila mimpin yang membuat
sehingga langkah- dibutuhkan petunjuk- selalu siap bila dia akan
langkah yang akan petunjuk tehnis, pemimpin memberikan informasi
datang selalu tidak pasti menyarankan dua atau pada saat ditanya. Dia
untuk tingkat yang luas. lebih alternatif prosedur tidak mengambil bagian
yang dapat dipilih dalam diskusi kerja.

2. Pemimpin biasanya 2. Para anggota bebas 2. Sama sekali tidak ada


mendikte tugas kerja bekerja dengan siapa saja par-tisipasi dari
bagian dan kerja yang mereka pilih, dan pemimpin dalam
bersama setiap anggota. pembagian tugas penentuan tugas.
ditentukan oleh kelompok.

3. Pemimpin cenderung 3. Pemipin adalah obyektif 3. Kadang-kadang


menjadi “pribadi” da- atau “fact-minded” dalam memberi ko-mentar
lam pujian dan pujian dan kecamannya, spontan terhadap ke-
kesamaannya terhadap dan mencoba menjadi giatan anggota atau
kerja setiap anggota; seorang anggota ke- pertanyaan dan tidak
mengambil jarak dari lompok biasa dalam jiwa bermaksud menilai atau
partisipasi kelompok dan semangat tanpa mengatur suatu
aktif kecuali bila melakukan banyak kejadian-kejadian.
menunjukkan keah- pekerjaan. 4.
liannya.

kadang-kadang menimbulkan kerugian dengan menurunkan semua pihak. Ini


akan lebih dapat dihindari pada gaya kepemimpinan otokratis.
Kepemimpinan otokratis lebih banyak menghadapi masalah pem-berian
perintah kepada bawahan. Kepemimpinan demokratis cenderung mengikuti
pertukaran pendapat antara orang-orang yang terlibat. Dalam
kepemimpinan laissez-faire, pemimpin memberikan kepemimpinannya bila
diminta. Hubungan pemimpin dan bawahan dari masing tipe kepemimpinan
tersebut secara visualisasi, lihat gambar: III.1
Klasifikasi lain tentang gaya atau tipe kepemimpinan, seperti yang
dikemukakan oleh Terry (Sukarna. 1972:P.77-81) secara garis besarnya, yaitu:
- Kepemimpinan pribadi (personal leadership)
- Kepemimpinan non-pribadi (non personal leadership)
- Kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership)
- Kepemimpinan demokratis (democratic leadership)
- Kepemimpinan kebapaan (paternalistic leadership)
- Kepemimpinan alamiah/bakat (integenous leadership)
Siagian (1985:p.41). menyatakan ada lima tipe kepemimpinan yaitu:: tipe
kepemimpinan otokratis, militeristik, paternalistik, kharismatis, dan
demokratis. Sukarna (1990:P.31) menambahkan menjadi enam dengan tipe
feodalistik. Dan masih banyak tipe kepemimpinan yang belum dikemukakan,
untuk memahami lebih jauh dan mendalam, perlu dilakukan pengkajian
berbagai literatur untuk itu.
M M

OTOKRATIS DEMOKRATIS

M = Manajer
M
= Bawahan
= Arah hubungan

LAISSEZ-FAIRE

Gambar: III.1 Tipe-tipe Kepemimpinan


(Hicks & Gullet, 1996:P.497)

4. Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan

Berikut ini akan dikemukakan syarat-syarat kepemimpinan yang


dikutip dari Handayaningrat (1985), yaitu:
a. Syarat minimal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
1) watak yang baik (karakter, budi, moral)
2) intelegensia yang tinggi
3) kesiapan lakhir dan bathin
b. Syarat-syarat lainnya diperlukan:
1) sadar akan tanggung jawab
2) memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol
3) kesiapan lakhir dan bathin
4) sadar akan tanggung jawab
5) memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol
6) membimbing dirinya dengan asas-asas dan prinsip-prinsip kepemim-
pinan
7) melaksanakan kegiatan-kegiatan dan perintah-perintah dengan penuh
tangung jawab (correct) serta mampu membimbing anak buahnya
dengan baik dan menggemblengnya menjadi suatu kesatuan yang
efektif
8) mengenal anak buahnya, memahami sepenuh-nya akan sifat dan
tingkah laku masing-msing dalam segala macam keadaan, suasana dan
pengaruh
9) paham akan cara bagaimana seharusnya mengukur dan menilai
kepemimpinannya.

5. Hukum Kepemimpinan (Law of eadership)

Hukum kepemimpinan adalah sesuatu yang mengikat bagi seorang


pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya. Gatto dalam Salusu (opcit)
mengemukakan hukum kepemimpinan (laws of leadership) yang dapat
menuntun seorang pemimpin ke arah sukses melaksanakan misinya, yaitu:
berkomunikasi, mengkoordinasikan, mengorganisasikan, memotivasi, me-
manfaatkan sumber daya, menetapkan pedoman kerja, dan mengklasifikasi
harapan-harapan.
Untuk lebih jelasnya, berikut masing-masing dijelaskan secara singkat.
Berkomunikasi, adalah hukum yang pertama. Seorang pemimpin perlu
menciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk memungkinkan
komunikasi berjalan dengan mulus. Ciptakanlah juga iklim organisasi yang
menentang, kreatif, dan yang memperkokoh perasaan kebersamaan. Karena
iklim yang demikian akan mendorong perilaku bawahan untuk berbuat lebih
produktif. Lebih dari itu juga perlu diciptakan situasi agar setiap orang dapat
memecahkan masalah dari yang sederhana, perlahan-lahan sampai pada yang
sulit. Dalam komunikasi itu, ide dan gagasan saling bertemu antara pemimpin
(manajer atas, manajer menengah, dan manajer bawahan). Dengan komunikasi,
juga pemimpin akan mendorong bawahan untuk mengkontribusikan energi
yang optimal, meningkatkan kreativitas, dan tentunya dengan arahan yang kuat
dan aturan-aturan yang jelas. Semuanya itu berlangsung dalam suasana kerja
yang menyenangkan guna memenuhi keinginan oleh semua pihak (atasan,
bawahan, dan konsumen).
Mengkoordinasikan, dalam arti tahu persis fungsi dan aktivitas apa
yang harus dikoordinasikan, dan apakah orang-orang yang tepat telah
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Mengorganisasikan, yaitu menggunakan orang-orang yang tepat pada
saat yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah direnca-nakan.
Jangan tunda pekerjaan. Selesaikan hari ini juga pekerjaaan itu kalau memang
memungkinkan.
Memotivasi, yaitu menciptakan kriteria yang mendorong mereka
bekerja sama, lalu membantu mereka untuk memahami keuntungan-
keuntungan yang akan mereka nikmati dari pekerjaan mereka.
Memanfaatkan sumber daya, yaitu menggunakan karyawan dan
peralatan secara tepat dan semaksimal mungkin, tetapi juga menyediakan dana
yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. Jangan lupa, perlu memberi
penghargan kepada mereka yang sukses. Tidaklah mungkin seorang pemimpin
memaksakan suatu pekerjaan diselesaikan tanpa menyediakan sarana yang
layak. Tingkat keterampilan bawahannya dan jamin setiap orang memperoleh
informasi yang jelas dan benar.
Menetapkan pedoman kerja, yaitu kebijakan dan prosedur kerja,
batasan-batasan, jadwal, disiplin, terutama yang berkaaitan dengan masalah
keuangan dan perbekalan harus disiapkan dengan matang. Manusia pada
dasarnya ingin menyimpan dari aturan, sehingga kalau tidak ada pedoman
tentang mekanisme kerja, maka disiplin akan sulit ditegakkan.
Mengklasifikasi harapan-harapan, yaitu menggambarkan visi masa
depan organisasi di mana para anggota dapat menangkap harapan yang akan
dinikmati di kemudian hari. Dari visi tersebut dijabarkan lebih lanjut berupa
tujuan dan sasaran.

6. Teknik Kepemimpinan

Berdasarkan uraian-uraian terdahulu dapat dipahami bahwa


kepemimpinan berhubungan dengan bagaimana sehingga orang mau
digerakkan dan dipengaruhi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan
salah satu sebab sehingga orang mau digerakkan/dipengaruhi yaitu adanya
kemampuan untuk menggunakan teknik kepemimpinan.
Teknik kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai cara bertindaknya
pemimpin dengan bantuan alat-alat fisik dan macam-macam kemampuan psikis
untuk mewujudkan kepemimpina. Kecuali itu, Karyadi (1981) merumuskan
teknik kepemimpinan yaitu semua peraturan, cara, metode, dan lain-lain yang
dapat dipakai dalam melaksanakan tugas kepemimpinan dengan sebaik-
baiknya, sehingga dapat memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
Menurut Abdulrachman (1971) bahwa teknik kepemimpinan itu dapat
dibedakan:
a. Teknik kepemimpinan pokok, ialah teknik kepemimpinan sebagai dasar
yang dapat digunakan pada segenap macam teknik kepemimpinan yang
meliputi:
1) teknik menyiapkan orang-orang supaya bersedia menjadi pengikut yang
terdiri dari:
a) teknik memberi penerangan (informasi)
b) teknik memberi propaganda
2) teknik human relation yaitu teknik pemberi pemuas kebutuhan yang
meliputi kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan psychologis.
Kebutuhan psychologis ini dalam garis besarnya adalah:
a) kebutuhan akan kelayakan
b) kebutuhan akan penghargaan orang-orang lain
c) kebutuhan akan keamanan
d) kebutuhan akan disegolongkan atau diturut sertakan
e) kebutuhan-kebutuhan psychologis yang lain sepertinya kerja sama
Mengenai pemuas kebutuhan yang mendetail kembali dikaji bab yang
membicarakan tentang motivasi dan penggerakan.
3) teknik menjadi teladan, yaitu terlebih dahulu mengerjakan segala
anjurannya dan menghindari segala larangannya. Dengan terlebih
dahulu mengerjakan, maka dengan sendirinya orang-orang yang harus
digerakkan itu melihat dan karena itu percaya akan kebenaran dari
ucapan-ucapan sipemimpin.
b. Teknik kepemimpinan khusus, yaitu teknik-teknik kepemimpinan lainnya
untuk menambah teknik kepemimpinan pokok agar supaya tugas
kepemimpinan dalam bidang khusus tertentu dapat dijalankan dengan hasil
yang baik seperti dalam bidang khusus perusahaan, industri, perusahaan
pertanian, keolahragaan, kemiliteran, kepolisian, dan lain-lainnya.
Teknik kepemimpinan khusus ini terdiri dari, selain dari tiga macam
teknik kepemimpinan pokok tersebut di atas, juga:
1) teknik persuasip dan memberi perintah
2) teknik menggunakan sistem komunikasi yang cocok
3) teknik memberi fasilitas-fasilitas yaitu:
a) fasilitas kecakapan
b) fasilitas uang
c) fasilitas barang perlengkapan dan tempat kerja
d) fasilitas waktu dan
e) fasilitas perangsang
Secara visual klasifikasi teknik kepemimpinan, dilihat pada gambar
11.4

- Teknik menyiapkan orang-


orang menjadi pengikut,
Kepemimpinan
Pokok - Teknik human relation

- Teknik menjadi teladan

Teknik
Kepemimpinan
- Teknik persuasip
- Teknik memberi perintah
Kepemimpinan
Khusus - Teknik menggunakan sis-
tem kmunikasi yang cocok

- Teknik memberi fasilitas-


fasilitas
Abdulrachman

Gambar 11.4 Bagan klasifikasi Teknik Kepemimpinan

F. PEMBINAAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN KEPEMIM-


PINAN

1. Pembinaan Kepemimpinan

Yang dimaksud dengan pembinaan ialah usaha yang dilaksanakan secara


berencana terus menerus dan sistematis untuk meningkatkan keterampilan,
pengetahuan dan sikap seorang pemimpin, melalui pendidikan dan latihan,
diskusi, seminar, kertas kerja, berbagai penugasan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan saat ini maupun masa yang akan datang
Wahjosumidjo (1982;P.67) mengemukakan bahwa pembinaan
kepemimpinan mutlak diperlukan di samping pemenuhan kebutuhan dalam
rangka pelaksanaan tugas saat ini juga menghadapi situasi yang selalu
berkembang dan berobah seperti:
a. peningkatan tugas dan tanggung jawab,
b. pemekaran organisasi,
c. berbagai persoalan yang selalu timbul,
d. kemajuan teknologi
Dan sasaran pembinaan, meliputi: keterampilan atau kemampuan teknis,
pengetahuan, dan sikap mental.
Menyangkut keterampilan atau kemampuan teknis, William R Tracy,
melalui bukunya “Managing Training and Development” (ibid:P.67-68) ada
tiga macam kemampuan teknis atau skill, masing-masing dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Technkical skill
- Kecakapan yang didalamnya mengandung pengertian, keahlian
keterampilan khusus, terutama yang memerlukan metode, proses,
prosedur dan teknik
- Kecakapan teknis yang memerlukan pengetahuan khusus, kecakapan
menganalisis secara khusus, penggunaan alat-alat dan teknik-teknik
yang memerlukan disiplin khusus
- Kecakapan teknis lebih banyak berhubungan dengan tugas tugas konkrit
b. Human skill
- Kemampuan bekerja secara efektif dalam suatu kelompok
- Kemampuan menciptakan kerja sama di dalam usaha bersama
- Kalau technical skill, menitik beratkan bekerja dengan mempergunakan
atau berhadapan dengan barang/alat, sebaliknya human skill
lebihmemerlukan kemampuan bekerja dengan orang lain
- Kemampuan menciptakan situasi lingkungan yang aman saling percaya
memepercayai, terbuka dan saling hormat menghormati
c. Conceptual skill
- Kemampuan sesorang pemimpin untuk melihat sesuatu organisasi
sebagai satu keseluruhan
- Kemampuan sesorang pemimpin untuk mengkoordinasikan,
menyelenggarakan seluruh kegiatan, keinginan dan kepentingan secara
perseorangan dan kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
Skill yang diperlukan untuk setiap pemimpin tidak sama, bergantung
pada tingkat kedudukan pemimpin itu sendiri. Makin tinggi posisi organisasi
yang disandangkan bagi seseorang makin memerlukan lebih banyak technical
skill dibandingkan dengan huiman dan conceptual skill. Untuk lebih jelasnya
dibawah ini dikemukakan seperti gambr: III.2
Selanjutnya Wahjosumidjo (ibid:P.69) mengemukakan agar program
pembinaan kepemimpinan dapat dilaksanakan secara mantap, dalam arti
tercapainya keterpaduan antara isi program, waktu, dana serta teknik
pelaksanaan, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. adanya suatu analisis yang mantap mengenai kebutuhan akan adanya diklat
kepemimpinan
b. penentuan program diklat kepemimpinan yang menyangkut:
- isi program
- metodologi
Tingkatan manajemen Kebutuhan kecakapan

Manajemen puncak Conceptual

Manajemen menengah Human

Manajemen bawah Technical

Gambar: 11.2 Perbandingan kemapuan/kecakapan


menurut tingkatan manajemen

- tenaga instruktur
- sarana dan dana
- waktu
c. kesempatan untuk mengunjungi berbagai diskusi, seminar dalam berbagai
cabang kegiatan baik tingkat internasional, nasional maupun tingkat
departemental
d. penugasan oleh instansi atau lembaga yang bersangkutan untuk menyusun
berbagai makalah/kertas kerja. Dari makalah dapat dilihat berbagai hal:
- tingkat pemikiran dilihat dari segi kepemimpinan
- tingkat pemikiran dilihat dari rasionalitas dan penedekatan systems
- tingkat keteraturan dan keluasan berfikir
- lingkungan cakrawala pengetahuan
- keberanian dan motivasi mengemukakan pendapat
- dan sebagainya

2. Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan

Wahjosumidjo (ibid:P.69-70) mengemukakan bahwa dalam


menentukan keberhasilan kepemimpinan seseorang adalah tidak mudah sebab
dalam hal ini kita telah memasuki proses penilaian sebagai salah satu fungsi
organik administrasi dan manajemen. Dikatakan tidak mudah, yaitu:
a. Kita harus mampu mengukur tingkah laku kepemimpinan itu secara benar
dan tepat
b. Kita harus mampu membandingkan hasil pemngukuran tingkah laku
kepemimpinan yang sangat rumit itu, yang seharusnya dilaksanakan oleh
seorang pemimpin.
Walaupun demikian, sementara ada beberapa indikator yang dapat
dipakai sekedar memberikan petunjuk berhasil atau tidaknya kepemimpinan
dalam suatu organisasi, ialah sebagai berikut:
a. Meneliti ada tidaknya dalam suatu organisasi mengenai hal-hal sebagai
berikut:
1) semakin meningkatnya hasil-hasil yang dicapai oleh organisasi
2) semakin terlihatnya adanya kegiatan organisasi yang makin efisien
3) tidak nampak adanya suatu status quo efisiensi
4) semakin terasa adanya situasi yang mantap dalam kehidupan organisasi
5) secara cepat mampu menyesuaikan situasi dan perkembangan di luar
organisasi
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) apakah sumber-sumber yang ada – manusia, dana, sarana, waktu
peraturan telah berfungsi sesuai dengan peranan masing-masing secara
sinkron
2) apakah tanggung jawa dan wewenang masing-masing orang sudah
ditegaskan
3) apakah pemanfaatan tenaga kerja yang ada didasarkan pada prinsip “the
right man in the right place”
4) apakah struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan atau tidak
5) apakah arah semua kegiatan sudah menuju kepada arah sasarannya
yang telah ditentukan
6) ada tidaknya loyalitas dalam kehidupan organisasi
7) ada atau tidaknya kerja sama dalam organisasi
8) ada tidaknya kegairahan kerja
9) sifat hubungan kerja yang formal atau informal
10) moral tinggi atau rendah
11) tercapainya disiplin yang tinggi
12) banyak tidaknya penyelewengan

G. KEPEMIMPINAN PANCASILA

Dalam garis-garis besar haluan negara dinyatakan secara tegas


“berhasilnya pembangunan nasional tergantung pada partisipasi seluruh rakyat
serta sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan disiplin seluruh rakyat
Indonesia serta para penyelenggara negara”.
Oleh sebab itu, para penyelenggara negara perlu memahami dan
meyakini tiga konsep berikut:
1. Kepemimpinan Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional
harus bersumber kepada falsafah negara pancasila
2. Kepemimpinan pancasila merupakan kepemimpinan yang mampu
memadukan nilai-nilai luhur bangsa yang bermutu tinggi dengan nilai-nilai
modernisme barat yang positif
3. Pemimpin pembangunan nasional sebagai aparatur negara harus mampu
memahami dan meyakini kebenaran dasar dan tujuan, perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta dalam kaitannya dengan bidang-bidang
lain. Di samping itu, sekaligus harus mampu mendorong meneggerakkan
dan mengarahkan usaha-usaha pembangunan kearah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
Untuk lebih mendalami ketiga konsep di atas, berikut ini diuraikan
konsep dasar kepemimpinan pancasila sebagai berikut

1. Nilai Moral Pancasila Sebagai Sumber Kepemimpinan

Pancasila adalah mora, moral bagi perorangan dan moral bagi


masyarakat serta moral bagi pemimpin dari tingkat atas sampai pada tingkat
bawah. Jadi ia adalah moral pemimpin dan moral yang dipimpin atau
pengikut.. Yang dimaksud dengan moral ialah keseluruhan norma dan
pengertian yang menentukan baik buruknya manusia dan sikap serta tingkah
lakunya.
Dalam masyarakat Indonesia yang menganut falsafah negara pancasila,
norma-norma yang merupakan nilai moral pancasila yang perlu dihayati dan
diamalkan, dan selalu digunakan sebagai sumber bagi pemimpin Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Hormat menghormati dan kerukunan hidup beragama
3) Kebebasan ibadah tanpa paksa
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1) Sama hak dan kewajiban asasi tanpa diskriminasi
2) Toleransi dan kegiatan kemanusiaan
3) Hormat menghormati dan kerja sama dengan bangsa-bangsa lain
c. Sila Persatuan Indonesia
1) Patriotisme dan nasionalisme
2) Persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan golongan pribadi
3) Dasar Bhinneka Tunggal Ika
d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
1) Musyawarah dan mufakat bersemangat kegotong-royongan
2) Menerima dan melaksanakan keputusan
3) Dengan akal sehat dan hati nurani luhur
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1) Kegotong-royongan dan kekeluargaan sosial
2) Hak milik berfungsi sosial anti pemerasan, pemborosan, dan hidup
mewah
3) Menghargai kerja yang bermanfaat
Secara singkat kepemimpinan yang dijalankan sesuai dengan nilai
moral pancasila, yaitu:kepemimpinan yang berdasar: Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dan Permusya-
waratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

2. Sumber Kepemimpinan Pancasila

Kepemimpinan pancasila ialah bentuk kepemimpinan yang selalu


menyumberkan diri pada nilai-nilai dan norma-norma pancasila. Semangat
kepemimpinn pancasila itu dapat terwujud apabila nilai luhur yang diwariskan
oleh nenek moyang dapat dipadukan dengan nilai-nilai modernisme yang
positif antara lain dengan ciri-ciri demokratis, rasional, efisien dan efektif.
Jadi, dapat dianggap sebagai sumber kepemimpinan pancasila antara
lain ialah:
m. nilai-nilai positif dari modernisme
n. intisari dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-norma
kepemimpinan yang ditulis oleh para nenek moyang, raja, pujangga-
pujangga kraton, pendeta dan pejoang bangsa
o. refleksi mengenai hakikat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era
pembangunan dan zaman modern, sekaligus juga refleksi mengenai pribadi
selaku “manusia utuh”, manusia mandiri dan bertanggungjawab.
Nilai-nilai dan norma kepemimpinan yang diwariskan oleh para
pujangga di masa lalu itu merupakan investasi spiritual, dalam mana
diutamakan unsur: keikhlasan berkorban dan mengabdi demi kepentingan
orang banyak, sekaligus memberikan ketauladanan yang baik.

3. Pola Kepemimpinan Pancasila


Widjaja (1985) mengemukakan bahwa kepemimpinan pancasila
mengikuti pola “seimbang, selaras, dan serasi” yang disingkat dengan istilah 3
S. Pola ini berdasarkan kepribadian pancasila yang menganut pola dinamika
kepemimpinan pancasiila. Oleh Ki Hajar Dewantara dengan semboyan: Ing-
ngarso sung tulodo, ing-madyo mangun karso, tut wuri handayani (di
depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang
memberi pengaruh).
Tiga pola dinamika tersebut, menurut Widjaja baru mencerminkan
dinamika horizontal (mendatar). Pada hal seorang pemimpin tidak selalu
berada pada garis horizontal, kadang-kala ia berada pada garis vertical yaitu
pada level atas atau bawah. Beliau melengkapi atau menyempurnakan
semboyan tersebut dengan menambah kalimatnya “di atas memberi
pengayoman, di bawah menunjukkan pengabdian”.
Dengan demikian pemimpin yang didasarkan kepada pola
kepemimpinan pancasila pada hakikatnya bukan seorang administrator
penguasa, ia adalah “pengayom” dan bukan pula seorang tuan melainkan
“seorang hamba”
Penyempurnaan pola pemimpin Ki Hajar Dewantara menjadi pola pemimpin
pancasila yang dikemukakan oleh Widjaja dapat divisualisasi-kan/dijabarkan
seperti pada gambar 11.5 dan 11.6

0 0 0

Depan Tengah Belakang

0 = Pemimpin

Gambar: 11.5 Pola Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara


(Widjaja, 1985)

Atas
Depan Belakang

Tengah

= Pemimpin Bawah

Gambar 11.6 Pola Kepemimpinan Pancasila


(Widjaja, 1985)

Pola kepemimpinan pancasila adalah pola dinamika yang selalu


melakukan hubungan sesama, hubungan dengan lingkunan dan hubungan maha
pencipta secara seimbang, selaras dan serasi menurut keadaan waktu dan
tempat (ketupat) atau situasi dan kondisi (sikon). Ia mampu mengadakan serba
hubungan secarahorizontal: di depan memberi teladan, ditengah memberi
semangat, di belakang memberi pengaruh; dan secara vertical di atas
memberi pengayoman, di bawah

menunjukkan pengabdian. Juga mampu memelihara hubungantop-down dan


hubunan bottom-up secara timbal balik.
Apabila dirumuskan secara singkat pola kepemimpinan pancasila
adalah pola hubungan yang seimbang, selaras, dan serasi dengan memiliki
dinamika horizontal dan vertical. Seorang pemimpin yang baik diharapkan
memahami di mana dia harus menempatkan diri pada situasi dan tertentu,
menurut tuntutan keadaan, waktu dan tempat (ketupat).

4. Asas-asas Kepemimpinan Pancasila

Kepemimpinan yang berasaskan pancasila ialah kepemimpinan yang


memiliki jiwa pancasila, yang memiliki wibawa, dan daya mampu untuk
membawa serta dan memimpin masyarakat lingkungan ke dalam kesadaran
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan pancasila dan undang-
undang dasar 1945.
Unsur keteladanan sangat memegang peranan penting dari kepemim-
pinan pancasila. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menentukan dan membimbing yang dipimpinnya.
Asas kepemimpinan yang telah digali dari nilai-nilai kepemimpinan di
bumi Indonesia sebagai asas kepemimpinan pancasila, adalah:
a. Ing-ngarso sung tulodo
Jika berada di depan, maka ia memberi teladan
b. Ing-mado manguin karsa
Jika berada di tengah, maka mengembangkan tekad/semangat
c. Tut wuri handayani
Jika berada di belakang, maka ia menjadi daya dorong dan atau pengaruh
d.. Takwa kepadaTuhan Yang Maha Esa
e. Waspada purba wisesa
Yakni waspada dan mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi
kepada anak buah
f. Ambeg parama-arta
Yakni dapat memilih dengan tepat, mana yang harus dibutuhkan
g. Prasaja
Yaitu tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
h. Satya
Yakni sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan, dan
bawahan terhadap atasan dan ke samping terhadap teman-temannya
i. Geminastiti
Yang berarti hemat dan cermat, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk
membatasi penggunaan dan pengluasan segala sesuatu kepada yang benar-
benar diperlukan
j. Belaka
Yang berarti jujur, yakni kemauan kerelaan dan keberanian untuk
mempertanggung-jawabkan tindakan-tindakannya
k. Legawa
Yang berarti jujur, yakni kemauan kerelaan dan keikhlasan untuk pada
saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi
berikutnya
Yang terpenting dari sebelas asas tersebut, tiga asas utama yaitu ing-
ngarso sung tulodo, ing-madyo mangun karsa, tut wuri handayani. Sebelas
asas kepemimpinan dilengkapi dengan dukungan norma moral pancasila dapat
menunjang pola kepemimpinan yang seimbang, selaras, dan serasi.
5. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Adapun kemampuan memimpin ialah kemampuan mengendalikan satu


kelompok manusia bertujuan bersama dengan alat-alat yang serasi. Usaha
pengendalian diri ini terdiri dari beberapa faktor pokok. Menurut Hutagalung
dalam Widjaja (ibid) menyebutkan tri fungsi atau tri tugas kepemimpinan,
yaitu:
a. tugas menanggapi situasi (masalah)
b. tugas menilai situasi (masalah)
c. tugas menentukan sikap, tindakan terhadap situasi (termasuk tugas
pembuatan putusan)
Dalam menghadapi situasi (keadaan) pemimpin harus cepat tanggap
dan peka terhadap situasi tersebut. Ia bertindak cepat dan tepat melakukan
tindakan tegas dan tuntas. Ketelitian dan kejelian sangat diperlukan. Sekali
putusan diambil tidak tepat akan berpengaruh jauh atas tindakan atau putusan
yang lebih lanjut. Dan kalau tindakan ini dilakukan secara terus menerus akan
bersifat fatal dan akan menjatuhkan wibawa dan atau kewibawaannya. Ia harus
peka terhadap keadaan, situasi dan lingkungan. Ia harus tepat mengambil
tindakan dan koreksi atas tindakan yang menyim-pang.
Bila pemimpin telah mengambil tindakan (correction, action), maka ia
harus mengadakan penilaian (evaluasi). Untuk itu diperlukan data dan
informasi (information) yang benar dan akurat. Berdasarkan ini apa yang telah
diputuskan dapat dipertanggungjawabkan objectif, jelas dan tidak memihak.
Segala sesuatu permasalahan dapat dipecahkan dan dengan demi-kian, akan
dapat diambil tindakan korektif, rehabilitatif dan persuasif, edukatif atas dasar
prinsip-prinsip dan norma-norma kepemimpinan pancasila.

6. Landasan Pokok Kepemimpinan Pancasila

Kartono (1988) mengemukakan ada empat macam landasan pokok


nilai-nilai moral kepemimpinan yang merupakan warisan nenek moyang
bangsa Indonesia dengan rincian sebagai berikut:
a. Landasan Diploma (bersumber pada ajaran almarhum R. Sosrokartono
saudara kandung R. A. Kartini)
1) Sugih tanpo banda (kaya tanpa harta benda)
2) Nglurug tanpo bolo (berjuang tanpa bala tentara)
3) Menang tanpo ngasorake (menang tanpa mengalah)
4) Weweh tanpo kelangan (memberi tanpa kehilangan)
b. Landasan kepemimpinan
1) Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg prama-arta
2) Sifat pandito: membelakangi kemewahan dunia, dapat melihat jauh
kedepan
3) Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka
4) Sifat guru : memberikan teladan baik

c. Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara I)


1) Rumongso melu handarbani (merasa ikut memiliki)
2) Wajib melu hangrungkebi (wajib ikut membela)
3) Mulat sariro hangroso wani (mawas diri untuk bersikap berani)
d. Kebijaksanaan (Sri Sultan Iskandar Muda dari Aceh, 5-P)
1) Pausiap : Persiapan, pengumpulan fakta
2) Peubanding: Perbandingan, penelaahan, pembahasan
3) Peunilaian : Penilaian
4) Peutonjok : Petunjuk sesepuh dan petunjuk dari Tuhan
5) Peuputoh : Pemutusan terakhir
Kecuali yang disebutkan di atas, masih banyak jiwa kepemimpinan
yang bersumber pada nilai-nilai leluhur nenek moyang bangsa Indonesia yang
perlu dibangkitkan guna memberi norma-norma kepemimpinan pancasila
seperti antara lain karya sastra daerah Melayu, Sunda, Bali, Bugis, Aceh, dan
Jawa. Kesemuanya itu dapat memberi data awal mengenal kepemimpinan
leluhur tersebut perlu disaring dengan menolak nilai-nilai yang kolot, lupuk
dan tradisionalisme. Kemudian memadukan pengaruh modernisme barat yang
positif.

G. RINGKASAN

1. Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua kata dan dua permasalahan yang
berbeda artinya, tetapi dalam membicarakan permasalahannya keduanya
tak dapat dipisahkan. Pemimpin adalah individu manusianya yang
melaksanakan tugas memimpin. Sedangkan Kepemimpinan adalah sifat
yang melekat kepadanya berupa kemampuan dalam proses kegiatan
menggerakkan dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
2. Klasifikasi pemimpin dan kepemimpinan dapat dibedakan atas pemimpin
yang didasarkan atas keturunan, pemimpin yang didasarkan atas pemilihan,
pemimpin yang didasarkan atas penunjukan. Di samping itu kepemimpinan
dapat dibedakan atas kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal..
3. Banyak persyaratan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin, namun pada
pokoknya diklasifikasikan atas tiga persyaratan, yaitu:
- ada yang melekat pada tubuh manusianya (fisiknya)
- ada yang melekat pada sifat dan tingkah lakunya, dan
- ada pula yang melekat pada cara atau teknik kepemimpinannya.
Kesemuanya itu harus bersifat lebih dibandingkan dengan bawahannya.
Sifat kelebihan itu, meliputi: moral dan akhlak, jiwa dan semangat,
ketajaman intelektual dan persepsi, ketekunan dan keuletan jasmaniah.
4. Ada lima cabang kepengikutan, yaitu:
- kepengikutan karena naluri dan nafsu
- kepengikutan karena tradisi dan adat
- kepengikutan karena agama dan budi nurani
- kepengikutan karena rasio,dan
- kepengikutan karena peraturan atau hukum
5. Karakteristik kepemimpinan membahas terutama yang berkenaan dengan
ciri-ciri, atribut, dan sifat-sifat kepemimpinan. Dan tidak semua
karakteristik kepemimpinan ini dapat dimiliki oleh setiap orang dan
dipenuhi dalam setiap situasi. Akan tetapi setiap orang yang memiliki lebih
banyak karakteristik kepemimpinan itu, pasti akan merupakan seorang
pemimpin yang diidam-idamkan.
6. Banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh para ahli diantaranya:
teori bakat, lingkungan, hubungan kepribadian dengan situasi, hubungan
antar manusia, saling memberi, kegiatan – harapan, genetis, sosial, dan
teori ekologis
7. Gaya atau tipe kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Dari sekian
banyak gaya atau tipe kepemimpinan, ada tiga gaya atau tipe
kepemimpinan yang dibicarakan di sini, yaitu demokratis atau partisi-patif,
otokratis, dan laissz-paire
8. Tugas pokok pemimpin dan kepemimpinan adalah upaya sedemikian rupa
agar yang dipimpinnya dapat melakukan aktivitasnya sesuai yang
diharapkan sehinga tujuan tercapai secara efisien dan efektif. Upaya-upaya
tersebut antara lain: mengantarkan, mengetuai, memelopori, memberi
petunjuk, mendidik, memberi bimbingan, dan menggerakkan bawahan.
9. Fungsi kepemimpinan yang dikemukakan oleh William R Lassey ada dua
macam klasifikasi fungsi, yaitu task function dan maintenance function.
Pendapat lainnya, yaitu: perencana, pengorganiser, pemberi
nasehat/pertimbangan, pemeliharaan, pembuatan putusan, pencipta iklim
kerja, dan pengawas.
10. Teknik kepemimpinan dapat digolongkan atas: teknik kepemimpinan
pokok dan teknik kepemimpinan khusus. Teknik kepemimpinan pokok,
meliputi: teknik menyiapkan orang-orang supaya bersedia menjadi
pengikut, teknik human relation, dan teknik menjadi teladan. Teknik
kepemimpinan khusus yaitu: teknik persuasip dan memberi perintah, teknik
menggunakan sistim komunikasi yang cocok, dan teknik mem-beri
fasilitas-fasilitas.
11. Hukum kepemimpinan (Low’s of leadership), adalah sesuatu aturan yang
mengikat pemimpin dalam melakukan aktivitasnya, yaitu: ber-komunikasi,
mengkoordinasikan, mengorganisasikan, memotivasi sumber daya,
menetapkan pedoman kerja, dan mengklasifikasi harapan-harapan.
12. Kepemimpinan pancasila adalah kepemimpinan yang memiliki jiwa
pancasila dengan pola dinamika yang seimbang, selaras, dan serasi dengan
cara di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang
memberi pengaruh, di atas memberi pengayoman, dan di bawah
menunjukkan pengabdi.
13. Masih banyak jiwa kepemimpinan yang bersumber pada nilai-nilai leluhur
nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu dibangkitkan sebagai
kepemimpinan pancasila, dengan disaring menolak nilai-nilai yang kolot.
Kemudian memadukan pengaruh modernisme barat yang positif.

KATA KUNCI DAN PERLATIHAN

A. KATA KUNCI

Pemimpin – leader:
Individu manusianya yang memiliki kemampuan memimpin
Kepemimpinan – leadership:
Perihal kemampuan menggerakkan dan mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan-tujuan.
Pemimpin formal:
Seseorang yang memiliki kewenangan memimpin karena pengang-
katan formal yaitu ditunjuk dengan surat keputusan.
Pemimpin informal:
Seseorang yang memiliki kewenangan memimpin kaena pengakuan
dari kelompoknya atas sejumlah kualitas-kualitas tertentu yang
dimilikinya.
Kepengikutan – followership:
Perihal seseorang berkehendak untuk mengikuti sesuai dengan
keinginan pemimpin.
Karakteristik kepemimpinan:
Uraian tentang ciri-ciri khusus, atribut, dan sifat-sifat kepemim-pinan.
Teori kepemimpinan:
Penjelasan mengenai kepemimpinan yang lebih ditekankan pada segi
sebab timbulnya kepemimpinan, gaya atau tipe, syarat-syarat, dan
hukum, serta teknik kepemimpinan.
Kepemimpinan pancasila:
Kepemimpinan yang bersumber pada falsafah negara Pancasila.

B. PERLATIHAN

Pewrtanyaan

1. Jelaskan pengertian pemimpin dan kepemimpinan sehingga nampak


keterkaitan dari keduanya
2. Kemukakan minimal tiga definisi kepemimpinan menurut pakar, kemudian
apa simpulan Anda?
3. Tunjukkan pendapatnya yang mana pemimpin sejati diantara pemimpin
formal dengan informal, kemudian dijelaskan alasannya.
4. Sebutkan dengan contoh beberapa sumber yang dapat menimbulkan
seorang pemimpin. Sebaiknya dinyatakan yang punya pendapat.
5. Terangkan panca kepengikutan menurut Arifin Abdulrachman.
6. Sebutkan ciri-ciri kepemimpinan menurut Siagian, kemudian banding-kan
dengan pendapat pakar yang lain.
7. Jelaskan atribut kepemimpinan menurut Gardner, kemudian bagaimana
tanggapannya.
8. Seorang pemimpin harus memiliki ssifat-sifat kelebihan. Siapa yang punya
pendapat dan apa maksudnya? Bandingkan dengan pendapat pakar yang
lain.
9. Sebutkan disertai dengan penjelasannya:
tugas pokok kepemimpinan
fungsi-fungsi kepemimpinan
aturan permainan kepemimpinan
10. Jelaskan teori timbulnya kepemimpinan menurut Prajudi Atmosudirdjo dan
Siagian serta beberapa pakar lainnya.
11. Jelaskan dengan gambar tiga gaya kepemimpinan yang kemungkinannya
dapat ditampilkan oleh seorang pemimpin.
12. Dari ketiga gaya tersebut, menurut Anda gaya yang mana dapat
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan (iklim kerja organisasi
yang lebih produktif). Jelskan alasannya.
13. Kemukakan beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Bagaimana pendapatnya kalau salah satu tidak terpenuhi?
14. Sebutkan disertai dengan penjelasan beberapa teknik kepemimpinan yang
dikemukakan oleh Arifin Abdulrachman.
15. Jelaskan yang dimaksud dengan kepemimpinan pancasila.
16. Sebutkan secara rinci nilai moral pancasila sebagai sumber kepemim-pinan
bangsa Indonesia.
17. Jelaskan dengan gambar pola kepemimpinan pancasila
18. Sebutkan disertai penjelasannya mengenai prinsip-prinsip dari kepemim-
pinan pancasila
19. Sebutkan empat macam landasan pokok nilai-nilai moral kepemimpinan
sebagai warisan nenek moyang bangsa Indonesia
20. Bagaimana pandangan kepemimpinan pancassila terhadap nilai-nilai
modernisme barat?

Bahan Disksusi

1. Tunjuklah seorang pemimpin dunia/nasional yang populer, kemudian


diskusikan dengan mengidentifikasi kepemimpinannya.
2. Coba diskusikan untuk menemukan karakteristik kepemimpinan yang ideal
untuk suatu bangsa
3. Diskusikan bagaimana pendapatnya tentang kepemimpinan yang tidak
langgeng (jaya kemudian tumbang)
4. Jika seorang dipromosikan memangku suatu jabatan menggandi kepala
yang kepemimpinannya sudah tumbang. Diskusikan bagaimana
kepemimpinan yang baik dan efektif
5. Diskusikan bagaimana sebaiknya kepemimpinan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai