PENDAHULUAN
Latar belakang
Bagi para manajer yang efektif, perilaku yang berorientasi tugas tidak terjadi
dengan mengorbankan perhatian terhadap hubungan antarmanusia. Para manajer
yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung dan membantu para bawahan.
Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang efektif
meliputi memperhatikan kepercayaan dan rasa percaya, bertindak ramah dan
perhatian, berusaha memahami permasalah bawahan, membantu mengembangkan
bawahan dan memajukan karier mereka, selalu memberi informasi kepada
bawahan, memperhatikan apresiasi terhadap ide-ide para bawahan, dan
memberiak pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan. Cara terbaik
untuk menemukan hubungan sebab akibat adalah dengan melakukan eksperimen
dimana perilaku pemipin dimanipulasi dengan melatih para pemipin untuk
meggunakan perilaku tertentu.
Banyak dari kategori perilaku yang ditemukan pada penelitian peristiwa kritis
didefenisikan berdasar istilah yang menghubungkan perilaku tersebut dengan
persyaratan spesifik atas pekerjaan dari jeni pemimpin yang dipelajari.
Mendefenisikan kategori perilaku yang tingkat kekhususan ini memudahkan
tujuan, seperti pengembangan alat penilaian kinerja atau penentuan kebutuhan
akan pelatihan, namun sulit ntuk membandingkan kategori tersebut antar studi
terhadap berbagai jenis pemimpin.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi-studi awal, dua buah kuesioner yang direvisi dan
dipersingkat telah dibuat untuk mengukur pertimbangan dan struktur
memperkarsai : Leader Behaviour Description Quesionnaire (LBDQ) dan
Supervisory Behaviour Description (SBD atau SBDQ). Walaupun kedua
kuesioner ini sering di perlakukan sama, isi skala perilaku bagi kedua versi
kuesioner tersebut tidaklah sama (Schriesheim & stogill 1975), kuesioner ketiga,
yang disebut “Leader Openion Quesionnare” (LOQ), oleh beberapa peneliti telah
di anggap sebagai ukuran mengenai perilaku, namun ia lebih cocok untuk
dipandang sebagai ukuran tentang sikap daripada perilaku.
Bowers dan Seashore adalah peneliti pertama yang menyusun kuesioner untuk
mejelaskan kepemimpinan rekan sejawat dan juga perilaku kepemimpinan oleh
manajer. Survey organization (Taylor dan Bowers 1972) yang telah digunakan
secara luas dalam organisasi oleh para peneliti di University of Michigan,
mempunyai skala yang mengukur dua perilaku yang berorientasi pada tugas
(penekanan dan sasaran
Kuesioner deskripsi perilaku rentan terhadap beberapa jenis bias dan kesalaan
(Luthans dan Lockwood,1984; Schriesheim dan Kerr 1977; Uleman, 1991).
Sebuah sumber kesalah adalah penggunaan hah-hal ambigu (samar-samar).yang
dapat diterjemahkan dalam beberapa cara berbeda oleh beberapa responden
berbeda. Kebanyakan kuesioner kepemimpinan memiliki format respon tetap yang
meminta responden memikirkan kembali selama periode beberapa bulan atau
tahun dan menunjukan beberapa sering atau berapa banyak seorang pemimpin
menggunakan perilaku yang dijelaskan dalam item tertentu.
Banyak dari kategori perilaku yang ditemukan pada penelitian peristiwa kritis
didefenisikan berdasar istilah yang menghubungkan perilaku tersebut dengan
persyaratan spesifik atas pekerjaan dari jeni pemimpin yang dipelajari.
Mendefenisikan kategori perilaku yang tingkat kekhususan ini memudahkan
tujuan, seperti pengembangan alat penilaian kinerja atau penentuan kebutuhan
akan pelatihan, namun sulit ntuk membandingkan kategori tersebut antar studi
terhadap berbagai jenis pemimpin. Keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi
dengan melakukan kodifikasi peristiwa tersebut dalam kategori perilaku yang
ditentukan lebih dulu yang dapat diunkan secara luas, seperti yang telah dilakukan
oleh Yukl dan Fleet (1982). Penggunaan kategori perilaku yang spesifik dan
ssituasional dan yang lebih generik memmungkinkan untuk digunakan pada
penelitian peristiwa kritis untuk mencapai beragam tujuan.
HIGH-HIGH LEADER
Dalam sebagian besar studi atas perilaku kepemimpinan, para peneliti telah
menggunakan ukuran dan analisis yang mengasumsikan model aditif. Para
peneliti ayng dilakukan di negara-negara barat, hasil model aditif tidak bisa
disimpulkan. Perilaku tugas dan hubungan cenderung terkorelasi secra positif
dengan kinerja bawahan, tetapi kolrelasi itu biasanya lemah (Fisher & Edwards,
1988). Hanya sedeikit studi yang benar-benar telah menguji interaksi antara
perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang terorientasi pada orang, dan
hasilnya tidak konsisten (misalnya, Evans, 1970; Fleishmen & Harris, 1962;
Larson, Hunt & Osborn, 1976). Dalam survei dan studi quasi ekserimental telah
memberikan dukunag yang lebih konsisten (Misumi, 1985), tetapi model multi
plikatif tidak diuji.
PENUTUP
Kesimpulan