Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

“ Discussion Question , Halaman 91 , No. 1 , 2 , 4 dan 5

Pada Buku The Leadership Experience , Richard L. Daft , Edisi 6“

Disusun Oleh :
Nama : Fitra Ramadhan
No. BP : 1710521009

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2019 / 2020
UNIVERSITAS ANDALAS Nama : Fitra Ramadhan
FAKULTAS EKONOMI No. BP : 1710521009
JURUSAN MANAJEMEN Nama Kelas : Semester V / M1
KEPEMIMPINAN Dosen : Arief Prima Johan,SE.,M.Sc

DISCUSSION QUESTIONS
1. (1) Mempertimbangkan teori Fiedler seperti yang digambarkan dalam tampilan 3.4.
Seberapa sering menurut anda situasi yang sangat menguntungkan, menengah, atau
sangat tidak menguntungkan terjadi pada para pemimpin dalam kehidupan nyata?
Diskusikan !
Jawaban :
Ya sering , dalam kehidupan nyata Teori Fiedler tersebut masih digunakan oleh para
pemimpin untuk menemukan sisi yang baik bagi perusahaan / organisasi.
Dalam buku The Leadership Experience , Ricard L. Daft edisi 6 dijelaskan bahwa
“Pemimpin yang berorientasi pada tugas lebih efektif ketika situasinya sangat
menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan. Pemimpin yang berorientasi pada
hubungan lebih efektif dalam situasi dengan tingkat kesukaan yang sedang. Pemimpin
yang berorientasi pada tugas unggul dalam situasi yang sangat menguntungkan karena
semua orang bergaul, tugasnya jelas, dan pemimpin memiliki kekuatan; yang dibutuhkan
hanyalah seseorang untuk mengambil alih dan memberikan arahan. Demikian pula, jika
situasinya sangat tidak menguntungkan bagi pemimpin, diperlukan banyak struktur dan
arah tugas “

Pemimpin yang berorientasi pada tugas tentunya berbeda dengan pemimpin yang
beroentasi hubungan. Pemimpin yang berorientasi pada tugas memusatkan arahan dan
pengawasan agar perusahaan mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pemimpin yang
berorientasi pada tugas memiliki kebutuhan akan prestasi , tanggungjawab dan
kesuksesan. Selain itu , pemimpin dapat memberikan keputusan dan arahan apa saja yang
harus dilakukan oleh perusahaan tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat dari
bawahan terutama dalam kondisi perusahaan yang sulit. Berbeda halnya dengan
pemimpin yang berorientasi pada hubungan , pemimpin tersebut lebih dalam menjaga
hubungan dan komunikasi dengan bawahannya agar nantinya tugas-tugas ataupun
pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Pada gaya kepemimpinan ini , bawahan lebih
sering memotivasi karyawannya , mendengarkan bawahannnya hingga melibatkan
bawahan dalam mengambil keputusan akan tetapi situasi ini memiliki tingkat kesukaan
yang sedang. Pemimpin yang memiliki hubungan tidak baik dengan bawahannya , tidak
akan memiliki perbedaan popularitas jika orientasi tugas yang kuat.

Contoh yang dapat diberikan untuk teori Fiedler ini misalnya NET Tv , beberapa waktu
lalu kita mendengar adanya PHK massal yang dilakukan oleh NET Tv pada karyawannya
akibat kondisi yang dialami oleh NET Tv dan hal tersebut ramai di media sosial. Kendati
demikian , Deddy Sudarijanto yang merupakan pemimpin sekaligus direktur utama
daripada NET Tv tersebut menyebutkan bahwa pihaknya tidak melakukan PHK massal
hanya saja mereka sedang restrategi untuk sumber daya manusia dengan cara melakukan
penawaran kepada karyawannya untuk mengundurkan diri dan akan diberi benefit.
Dalam hal ini Deddy Sudarijanto telah menjadi pemimpin yang berorientasi pada tugas ,
dimana dalam kasus tersebut adanya struktur tugas yang harus dijalankan terhadap
karyawan dan perusahaanya serta Deddy Sudarijanto berusaha mengefektifkan kondisi
perusahaan dengan cara menawarkan kepada karyawannya untuk mengundurkan diri ,
dimana perusahaan tersebut akan mengerjakan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan saat ini. Selain itu , Deddy Sudarijanto memiliki jabatan dan kekuatan yang
kuat sehingga ia bisa mengambil alih dan memberikan arahan agar perusahaanya ini tetap
memberikan layanan.

2. (2) Menurut anda apakah gaya kepemimpinan itu tetap dan tidak bisa diubah, atau
bisakah para pemimpin menjadi fleksibel dan mudah beradaptasi sehubungan dengan
gaya tersebut? Mengapa?
Jawaban :
Menurut saya , gaya kepemimpinan itu bisa menjadi fleksibel dan mudah beradaptasi
yang disesuaikan dengan lingkungan yang ia pimpin. Pemimpin harus dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan , karena saat ini lingkungan selalu berubah-ubah
dan kita tidak bisa memastikan kapan lingkungan tersebut stabil selain itu perkembangan
zaman menyebabkan pemimpin harus mengubah dan mengkondisikan gaya
kepemimpinannya sebaik mungkin agar gaya kepemimpinan itu tidak ketinggalan zaman
dan orang yang ia pemimpin dapat menerima gaya kepemimpinan tersebut. Hal ini
tentunya untuk mempermudah pendelegasian pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan. Selain itu , fleksibel dapat diartikan juga bahwa pemimpin memiliki gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi/perusahaan.
Mengubah gaya kepemimpinan menjadi pemimpin yang fleksibel tentunya akan
mempengaruhi lingkungan dimana pemimpin tersebut bekerja , manfaatnya ialah
pemimpin lebih mudah dalam memberikan motivasi , arahan dan perintah bagi
bawahannya karena pemimpin tersebut sudah memahami lingkungan perusahaan
tersebut. Pemimpin yang fleksibel ini harus diterapkan oleh pemimpin yang baru ,
sebelum bertindak lebih jauh ia harus memahami lingkungan kerjanya.

3. (4) Bandingkan model kontingensi Fiedler dengan teori jalur-tujuan. Apa persamaan dan
perbedaannya? Yang mana yang Anda sukai?
Jawaban :
Dalam buku The Leadership Experience , Ricard L. Daft edisi 6 dijelaskan terkait 2 teori
tersebut yaitu ; “Model Kontingensi Fiedler adalah model yang dirancang untuk
mendiagnosis apakah seorang pemimpin berorientasi pada tugas atau berorientasi pada
hubungan dan mencocokkan gaya pemimpin dengan situasi , sedangkan teori Jalur-
Tujuan merupakan pendekatan kontingensi terhadap kepemimpinan di mana tanggung
jawab pemimpin adalah untuk meningkatkan motivasi bawahan dengan mengklarifikasi
perilaku yang diperlukan untuk penyelesaian tugas dan penghargaan.”

Model kontigensi fiedler menjelaskan apakah seorang pemimpin berorientasi pada


hubungan atau pada tugas yang terlebih kepada penilaian kepemimpinan yang mengarah
pada orientasi hubungan atau tugas. Hal itulah yang membedakan teori tersebut dengan
teori jalur-tujuan. Disbanding dengan teori kontigensi fiedler , Teori jalur-tujuan lebih
spesifik yang berorientasikan pada hubungan pemimpin dengan bawahan untuk mencapai
tujuan. Teori jalur-tujuan ini bertanggungjawab bagaimana pemimpin memberikan
motivasi dan membentuk hubungan yang baik kepada bawahannya untuk mencapai
tujuan pribadi maupun organisasi. Motivasi tersebut lebih mengarahkan bagaimana
bawahan bisa mendapatkan imbalan yang tersedia dan imbalan yang diinginkan bawahan.
Kemudian , teori jalur-tujuan ini pemimpin dapat mengadopsi jenis perilaku yang
mencakup gaya suportif, direktif, berorientasi prestasi, dan partisipatif

Selain itu , Menurut Richard L. Daft dalam bukunya The Leadeship Experience edisi 6
menjelaskan terkait hal situasional dimana model kontigensi fiedler menyajikan situasi
kepemimpinan dalam hal tiga elemen kunci yang dapat menguntungkan atau tidak
menguntungkan bagi seorang pemimpin: kualitas hubungan pemimpin-anggota, struktur
tugas, dan kekuatan posisi , sedangkan teori jalur-tujuan kontingensi situasional adalah
karakteristik pribadi anggota kelompok dan lingkungan kerja.

Jika pemimpin cenderung berhubungan dengan bawahan maka teori jalur-tujuan dapat
digunakan , bukan hanya sekedar membangun hubungan dengan bawahan saja melalui
interaksi dan motivasi , tetapi teori jalur-tujuan juga mengedepankan bagaimana
hubungan tadi dapat membawa organisasi untuk mencapai tujuannya. Pemimpin
diuntungkan dengan kemudahan dalam mengarahkan dan memerintah , karena hubungan
yang baik baru saja dibangun.

Menurut saya , teori jalur-tujuan lebih saya sukai. Karena dengan membangun hubungan
dengan bawahan/pegawai , berinteraksi dan memotivasi bawahan , tugas-tugas dan
tanggungjawab lebih mudah untuk dikerjakan dan dilaksanakan , secara tidak langsung
kita juga berhasil mengawasi bagaimana kinerja dari anggota kita dan evaluasi-evaluasi
lebih cepat untuk disampaikan.

4. (5) Jika Anda adalah pengawas tingkat pertama dari tim telemarketer, bagaimana Anda
menilai tingkat kesiapan bawahan Anda? Apakah Anda pikir sebagian besar pemimpin
dapat dengan mudah mengubah gaya kepemimpinan mereka agar sesuai dengan tingkat
kesiapan pengikut ?
Jawaban :

Jika kita berbicara tentang tingkat kesiapan bawahan/ pengikut , maka kita akan berbicara
tentang Teori situasional Hersey dan Blanchard. Menurut Richard L. Daft , dalam
bukunya The Leadership Experience Edisi 6 dijelaskan bahwa inti dari teori situasional
Hersey dan Blanchard adalah agar pemimpin mendiagnosis kesiapan pengikut dan
memilih gaya yang sesuai untuk tingkat kesiapan, seperti tingkat pendidikan dan
keterampilan, pengalaman, kepercayaan diri, dan sikap kerja pengikut. Dalam kontigensi
kesiapan pengikut , menurut Richard didalam buku yang sama ada satu kontigensi
kesiapan yang cocok untuk pengawas tingkat pertama dari tim telemarketer yaitu
Kontingensi kesiapan tinggi. Dimana menurut kontigensi ini pengikut tersebut
berpendidikan , memiliki keterampilan dan pengalaman yang diperlukan tetapi mereka
masih kurang yakin dengan kemampuan mereka dan membutuhkan dukungan dari
pemimpin.
Begitu juga tim telemarketer , orang-orang didalamnya harus memiliki keterampilan
untuk berhubungan langsung dengan konsumen , siap menerima penolakkan bahkan
harus dapat meyakinkan konsumen dengan cara-caranya.

Pemimpin hanya menyesuaikan gaya kepemimpinanya dengan tingkat kesiapan


pengikutnya , yang harus dilakukan oleh pemimpin itu ialah memberikan dorongan
kepada pengikutnya. Dorongan itu bisa jadi cara , prosedur atau bahkan aturan dalam
bekerja. Pemimpin tidak harus mengubah gaya kepemimpinanya , hanya saja perlu
menyesuaikan dan memahami apa yang dibutuhkan oleh pengikutnya. Selain itu Yang
harus dilakukan Pemimpin adalah menggunakan gaya kepemimpinannya saat gaya
tersebut diperlukan sesuai dengan kondisi dan situasi.
Contoh : Manager sebuah Toko memiliki kesiapan pegawai yang rendah terkhusus
kepada pegawai baru , maka yang harus dilakukan oleh manager tersebut adalah
mengajarkan hal-hal dasar bagaimana operasional toko mulai dari personal seperti
berpakaian yang rapi dan bersih, melayani konsumen , mengoperasikan meja kasir hingga
bagaimana prosedur untuk memesan barang dan arahan yang bagus yang dapat diterima
oleh pegawai tersebut. Hal itulah yang perlu dilakukan seorang manajer , hingga pegawai
tersebut sudah terbiasa dan memiliki keterampilan dalam menjaga toko.
Dari contoh tersebut , tentunya disetiap level kesiapan pegawai berbeda bagaimana cara
memberlakukan pegawai. Semakin siap pegawai , semakin sedikit arahan yang akan
diberikan oleh pimpinan.
Referensi :

Daft, Richard L. 2015. The Leadership Experience. Sixth Edition. Cengage Learning

Anda mungkin juga menyukai