Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Ciri Dan Ketrampilan Manajerial”

Dosen Pengajar: Dr. Bertha I.Mundung, MP

Disusun oleh :

Kelompok 9

Janet Thiara Sombolinggi’ (17302102)

Ester Tombokan (18302034)

Maria G. Tenda (18302081)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan dengan
judul “Ciri Dan Ketrampilan Manajerial”. Kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan tugas, terlebih khusus kepada dosen yang telah
membantu dalam perkuliahan Mata Kepemimpinan

Semoga dengan tugas ini, dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada
umumnya. Namun, kami menyadari dalam pembuatan tugas masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi penyempurnaan tugas ini. Terima kasih.

Tondano , 24 Oktober 2019

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................

1.3 Tujuan Pembahasan……………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Dari Ciri Dan

Ketrampilan…….........................................................

2.2 Penelitian Awal Mengenai Ciri Dan Ketrampilan Pemimpin...…….………

2.3 Ciri Dan Efektivitas Manajerial…….……………..………………………

2.4 Ketrampilan Dan Efektivitas Manajerial………….…….......…………….

2.5 Aplikasi : Pedoman Bagi Para Manajer…………..………………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..

3.2 Saran………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimanapun seorang pemimpin berperan, apakah ia sebagai pemimpin di sektor publik


(lembaga pemerintahan atau swasta) maupun pemimpin di sektor bisnis (perusahaan negara
atau swasta), ataukah ia sebagai pemimpin organisasi nirlaba dan organisasi laba, maka
mereka tetap membutuhkan kepemimpinan yang diperlukan untuk membawa keberhasilan
organisasinya ke depan. Dengan menyebut secara eksplisit kedua kata, yakni kata
“kepemimpinan” dan kata “manajemen”, dimaksudkan agar keduanya dibedakan.
Kepemimpinan merupakan kegiatan menginspirasi, memotivasi, menetapkan visi dan arah,
berpikir strategik, dan memberi jalan keluar terbaik bagi tim kerja dan organisasinya.

Sedangkan manajemen menangani semua mata rantai operasi bisnis sehari-hari. Yang
jelas, untuk sukses seseorang harus melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya sesuai
posisi yang diembannya jika ia ingin berhasil. Kebutuhan akan kepemimpinan dan
keterampilan manajerial semakin mendesak khususnya dalam masa menghadapi
ketidakpastian ekonomi, kondisi politik yang terus berubah, dan kebutuhan konstan untuk
berbuat lebih banyak. Dewasa ini konsultan kepemimpinan tumbuh lebih banyak, dibarengi
dengan melimpahnya buku tentang bisnis, dengan pembahasan tak berujung tentang manfaat
dari kepemimpinan dan manajemen. Untuk itu sebaiknya mari kita fokus pada apa yang kita
anggap paling penting, yaitu bagaimana membangun kemampuan secara terpadu, baik dalam
kepemimpinan dan keterampilan manajemen, serta seni mengkombinasikan dan memainkan
keduanya dimana hal ini masuk dalam hakikat dari ciri dan keterampilan manajerial. Dimana
hakikat dari ciri dan keterampilan manajerial adalah tujuan dari penulisan tugas mandiri ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT DARI CIRI DAN KETERAMPILAN MANAJERIAL

Istilah ciri menunjuk kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek kepribadian,
temperamen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai. Ciri kepribadian adalah watak yang relatif
stabil untuk berperilaku dalam sebuah cara tertentu.
Contoh : rasa percaya diri, sifat ekstroversi, kedewasaan emosional,dan tingkat energi.
 Kebutuhan dan motif adalah keinginan akan jenis-jenis rangsangan dan pengalaman
kebutuhan fisiologis (rasa haus dan lapar) dan motif sosial (keberhasilan, rasa
dihormati, afiliasi, dan independensi).
 Nilai adalah sikap yang diinternalisasikan mengenai apa yang benar dan salah, etis dan
tidak etis, bermoral dan tidak bermoral.
Contoh : kewajaran, keadilan, kejujuran, kebebasan, kesetaraan, humaniter, kesetiaan,
patriotisme, kemajuan, pemenuhan diri, keunggulan, pragmatisme, sopan santun, keramahan,
dan kerja sama.
Terdapat cukup banyak bukti bahwa ciri ditentukan bersama oleh belajar dan suatu kapasitas
yang diwariskan untuk memperoleh kepuasan bagi jenis rangsangan atau pengalaman tertentu
(Bouchard, Lykken, McGue, Segal & Tellegen, 1990). Beberapa macam ciri mungkin
dipengaruhi oleh belajar (nilai, kebutuhan sosial) daripada yang lainnya (temperamen,
kebutuhan psikologis).
Istilah keterampilan mengacu kepada kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara yang
efektif. Keterampilan ditentukan bersama dengan belajar dan keturunan. Keterampilan dapat
didefinisikan secara abstraksi dan umum. (kecerdasan, keterampilan hubungan antar pribadi)
hingga secara sempit dan spesifik (pertimbangan verbal, kemampuan persuasif)
Kita asumsikan bahwa manajer adalah seorang yang mengarahkan aktivitas dari orang lain dan
mengambil tanggungjawab terhadap pencapaian suatu tujuan (objective) melalui usaha
tersebut maka manajer yang sukses biasanya adalah mereka mempunyai 3 (tiga) keterampilan
dasar yaitu :
1. Keterampilan Teknis
Pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk melakukan aktivitas khusus.
Kemapuan untuk menggunakan peralatan dan perangkat yang relevan dengan aktivitas
tersebut.
2. Keterampilan Hubungan Antar Pribadi
Pengetahuan tentang perilaku manusia dan proses hubungan antarpribadi.
Kemampuan untuk memahami perasaan, sikap, dan motif orang lain dari apa yang mereka
katakan dan lakukan.
Contoh : empati dan sensitivitas sosial.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
Contoh : Kefasihan bicara dan persuasif.
Kemampuan untuk membuat hubungan yang efektif dan kooperatif. Contoh..: kebijaksanaan,
diplomasi, keterampilan mendengarkan, pengetahuan tentang perilaku sosial yang dapat
diterima.

3. Keterampilan Konseptual
Kemampuan analitif umum, pemikiran logis, kefasihan dalam pembentukan konsep dan
konseptualisasi hubungann yang kompleks dan ambigu.
Kreativitas dalam pembuatan ide dan pemecahan masalah.
Kemampuan untuk menganalisis peristiwa dan merasakan tren, antisipasi perubahan, dan
mengenali kesempatan dan potensi masalah.
Contoh : pemikiran induktif dan deduktif.
Selain dari 3 (tiga) Kategori dari Keterampilan Kepemimpinan yang telah disebutkan di atas,
beberapa penulis membedakan kategori keterampilan keempat yakni : “Keterampilan
Administratif” yang didefinisikan dalam hal kemampuan melakukan sebuah fungsi atau
perilaku manajerial tertentu.
Misalnya melakukan perencanaan, negosiasi, pelatihan. Keterampilan Administratif mencakup
kombinasi keterampilan teknis, kognitif dan hubungan antarpribadi.

2.2 PENELITIAN AWAL MENGENAI CIRI DAN KETERAMPILAN PEMIMPIN


Jenis ciri-ciri yang paling paling sering dipelajari pada Penelitian Awal Kepemimpinan
meliputi :
 Karakteristik Fisik (tinggi badan, penampilan)
 Aspek Kepribadian (harga diri, dominant, kestabilan emosional)
 Bakat (kecerdasan umum, kefasihan verbal, kreativitas)
Dalam penelitian awal ini banyak peneliti kepemimpinan membandingkan pemimpin dengan
yang bukan pemimpin atau menguji atribut dari para pemimpin yang bermunculann dalam
kelompok yang baru terbentuk.
A. Penelitian Stogdill Tahun 1904-1948
Pada penelitian ini meninjau 124 studi tentang ciri yang dilakukan pemimpin dan menemukan
bahwa pola hasil konsisten dengan konsepsi mengenai seorang pemimpin sebagai orang yang
memperoleh status melalui demonstrasi, kemampuan untuk memudahkan upaya kelompok
dalam mencapai sasarannya. (ciri yang relevan meliputi kecerdasan, kewaspadaan terhadap
kebutuhan orang lain, memahami tugasnya, inisiatif dan kegigihan dalam menghadapi
masalah, keyakinan dan kendali).
Tinjauan itu gagal mendukung dasar pikiran mengenai pendekatan ciri bahwa seseorang harus
memiliki sekumpulan ciri yang khusus untuk menjadi pemimpin yang berhasil.
Stogdill menyimpulkan :
“seseorang tidak menjadi pemimpin karena kebijaksanaan dari kepemilikan kombinasi
beberapa ciri dan pola karakteristik pribadi dari pemimpin harus memiliki hubungan yang
relevan dengan karakteristik, aktivitas dan sasaran dari para pengikutnya.
B. Penelitian Stogdill Tahun 1949-1970
Pada Penelitian ini meninjau 163 studi tentang ciri dan keterampilan yang dilakukan pemimpin
yang mungkin akan relevan bagi para pemimpin formal, dan lebih banyak ragam teknik
pengukurannya.
Dalam penelitian ini banyak ciri serupa yang ditemukan berhubungan dengan efektivitas
pemimpin, tetapi ditemukan beberapa ciri dan keterampilan yang relevan.
Ciri dan Keterampilan yang membedakan Pemimpin dari yang Bukan Pemimpin
 Ciri
 Dapat beradaptasi dengan situasi
 Waspada terhadap lingkungan sosial
 Ambisius, berorientasi keberhasilan
 Asertif
 Kooperatif
 Tegas
 Dapat diandalkan
 Dominan (motivasi terhadap kekuasaan)
 Enerjik (tingkat aktivitasnya tinggi)
 Gigih (mempunyai kekuatan dan kegigihan dalam mengejar sasaran)
 Keyakinan diri (mempunyai keyakinan diri dan rasa identitas pribadi)
 Toleran terhadap tekanan (kesiapan untuk menyerap tekanan antarpribadi dan
kesediaan untuk bertoleransi terhadap frustasi dan penundaan)
 Bersedia untuk mengambil tanggung jawab (mempunyai dorongan yang kuat akan
tanggung jawab dan penyelesaian tugas)
 Keterampilan
 Pandai (cerdas)
 Terampil secara konseptual
 Kreatif
 Diplomatis dan Bijaksana
 Fasih berbicara
 Memiliki pengetahuan tentang pekerjaan
 Teratur (mempunyai kemampuan Administratif)
 Persuasif
 Terampil secara sosial

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan keterampilan manajerial itu? Menurut Bigelow (1998)
sebenarnya tidak banyak mendefinisikan apa yang dimaksud dengan keterampilan manajerial.
Banyak teks yang menekankan lebih banyak menekankan ke proses pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan dari pada mendefinisikan secara spesifik keterampilan manajerial.
Namun berdasarkan kompilasi beberapa teks, keterampilan manajerial berkaitan dengan teori,
teknik, dan pedoman perilaku, yang bila diaplikaskan secara tepat akan meningkatkan performa
keberhasilan seorang manajer.
Singkatnya, perbedaan antara kepemimpinan dan keterampilan manajerial adalah: bahwa
manajemen sebagian besar berurusan dengan status quo, sedangkan tugas kepemimpinan
sebagian besar berurusan dengan perubahan masa depan. Struktur dan sistem adalah sebagian
besar alat yang digunakan oleh manajer. Budaya dan visi adalah alat yang cenderung lebih
digunakan oleh para pemimpin. Aktivitas manajemen lebih banyak berurusan dengan jangka
waktu dekat.
Sedangkan aktivitas kepemimpinan lebih banyak berurusan dengan masa depan jangka
panjang. Perlu diulangi sekali lagi, bahwa inti dari manajemen adalah ketertiban dan
prediktabilitas. Adapun Inti dari kepemimpinan adalah perubahan. Perbedaan lain yang
berguna bagi kejelasan pemahaman tentang kepemimpinan dan keterampilan manajemen
adalah: bahwa semakin tinggi kita mencapai puncak organisasi, maka semakin tinggi pula
tuntutan kita untuk bersikap sebagai seorang pemimpin, demikian pula sebaliknya.
Maka sebagian besar aktivitas eksekutif (CEO) harus berperilaku sebagai seorang pemimpin,
jika eksekutif tidak berperilaku sesuai kedudukannya, organisasinya akan menghadapi risiko
sejalan dengan meningkatnya laju persaingan dan perubahan.
Begitu juga untuk seorang manajer, maka sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
memerankan diri sebagai seorang manajer. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada ruang
sama sekali untuk peran kepemimpinan dalam tugas manajerialnya. Sebaliknya, sangat
diharapkan bahwa perilaku kepemimpinan dapat dihadirkan dan terdistribusi sesuai porsinya
di setiap strata organisasi.
Meskipun masih terdapat perdebatan yang menyangkut kadar keseimbangan antara bobot
kepemimpinan dan keterampilan manajerial yang harus dimiliki seseorang, namun menurut
Badger dan Smith, keseimbangan antara kepemimpinan dan keterampilan manajemen ini
akan terus berubah sesuai dengan tuntutan perubahan organisasi.
Akan tetapi seperti tadi diungkap, bahwa setiap orang pada saat ini perlu mengasah keduanya
secara terus menerus, baik dalam praktek pekerjaan sehari-hari, maupun secara khusus
mengikuti pelatihan dan kursus yang diselenggarakan oleh fihak konsultan penyelenggara.
Banyak tema atau mata rantai pelatihan kepemimpinan yang ditawarkan oleh para
penyelenggara, diantara tema yang paling diminati adalah sesi untuk meningkatkan beberapa
ketrampilan seperti :
 Meningkatkan kemampuan beradaptasi dari seorang pemimpin sejalan dengan atribut
kepemimpinan yang disandangnya :
 Memahami kesamaan kepemimpinan dan kewirausahaan
 Sikap seorang pemimpin dan implikasinya
 Kegairahan menjalankan peran kepemimpinan
 Masalah ego dan pengaruhnya pada kepemimpinan
 Kebaikan berkelanjutan dari peran para pemimpin
 Antusiasme dan sikap kepemimpinan
 Kepemimpinan gaya menggertak dan gaya kooperatif; dan
 Kebijakan kepemimpinan yang bersumber dari ajaran spirutualitas agama atau
kpercayaan.
 Mendidik dan melatih seseorang untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan
harus berdampak pada peningkatan kinerja individual serta meningkatkan efektifitas
dan efisiensi kerjanya. Para peneliti sedang mengembangkan metode dan alat untuk
mengukur kecakapan atau profil kepemimpinan. Peningkatan kemampuan
kepemimpinan individu dan pelaksanaan pengetahuan kepemimpinannya akan
meningkatkan budaya kepemimpinan organisasi dan mengembangkan model
kepemimpinan yang lebih terfokus. Para peneliti sedang bekerja pada pengembangan
alat untuk mengukur profil kepemimpinan organisasi. Diantaranya perlu adanya
keseimbangan fokus kepemimpinan dan keterampilan manajemen baik pada tingkat
individual dan organisasional.

2.3 CIRI DAN EFEKTIVITAS MANAJERIAL


Para peneliti telah mempelajari sejumlah ciri kepribadian yang berbeda-beda yang
berhubungan dengan efektifitas manajerial dan promosi dirinya, bilamana dimungkinkan
relevansi dari ciri dan ketrampilan dijelasan dengan menghubungkan mereka kembali ke
prilaku-prilaku dan proses-proses mempengaruhi.

Tingkat energi dan toleransi terhadap stress.


Penelitian mengenai ciri menemukan bahwa tingkat energi, stamina fisik, dan toleransi
terhadap stress, berhubungan dengan efektifitas manajerial ( Bass, 1990; Howard & Bray, 1988
). Tingkat energi yang tinggi dan toleransi terhadap stress membantu para manajer
menanggulangi tingkat kecepatan yang tinggi,

Rasa Percaya Diri


Istilah rasa peraya diri didefinisikan secara umum untuk merumuskan beerbagai konsep
yang saling berhubngan seperti rasa harga diri, rasa dapat membuat kemanjuran. Sejumlah
prilaku yang berhubungan dengan rasa percaya diri mungkin dapat menjelaskan bagaimana ia
memudahkan efektifitas dari kepemimpinan. Tanpa adanya rasa percaya diri yang kuat, seorang
pemimpin lebih kecil kemungkinanya untuk membuet usaha-usaha mempengaruhi, dan setiap
uasaha mempengaruhi yang di buat lebih kecil kemungkinanya akan berhasil dan begitu juga
sebaliknya. Optimisme serta keuletan mereka dalam usaha untuk mencapai suatu tugas atau
misi kemungkinan akan meningkatkan komitmen dari para, bawahan, kerabat, dan atasan untuk
mendukung usaha tersebut, disini artinya bahwa rasa percaya diri akan menghasilkan
keuntungan namun beberapa prilaku yang menyimpang dapat juga terjadi jika rasa percaya diri
tersebut berlebihan.

Pusat Kendali Internal


Ciri lain yang kelihatanya relevan bagi efektivitas manajerial disebut orentasi pada locus of
control yang diukur dengan skala kepribadian yang di kembangkan oleh Roter (1966). Orang
dengan orentasi ini (disebut internal) percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka
lebih banyak ditentukan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri dari pada suatu kebetulan atau
oleh kekuatan-kekuatan yang tidak dapat di kontrol.

Kestabilan Dan Kematngan Emosional


Orang yang secara emosional matang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan tidak
menderita kekacauan psikologis yang berat, mempunyai kesadaran yang lebih tepat mengenai
kekuatan dan kelemahan mereka, dan mereka berorentasi kearah perbaikan diri dari pada
menolak adanya kelemahan dan memfantasikan keberhasilan, juga tidak terlalu egosentris,
mereka lebih banyak memiliki kontrol terhadap diri sendiri. Hasilnya para pemimpin yang
mempunyai kematangan emosional yang tinggi mempunyai lebih banyak hubungan kerja sama
dengan para bawahanya, kerabat, dan dengan para atasanya. Sebuah studi oleh McCauley dan
Lombardo (1990), dengan sebuah ukuran yang disebut Bensmarks menemukan bahwa para
manajer yang sadar akan dirinya dan mempunyai suatu keinginan untuk memperbaiki diri
mencapai kemajuan yang lebih tinggi.

Integritas Pribadi
Integritas berarti bahwa perilaku seseorang konisten dengan niainilai yang
menyertainya, orang tersebut bebrsifat jujur, etis, dan dapat dipercaya. Berbagai jenis perilaku
berhubungan dengan integritas, sebuah indikasi penting tentang integritas adalah sejauh mana
orang itu jujur dan dapat di percaya dari pada memperdaya. Para pemimpin akan kehilangan
kredibilitas bilamana orang mendapatkan bahwa mereka telah berbohong atau telah membuat
klaim yang menyimpang secara berlebihan dari pada yang sebenarnya, indikator lain mengenai
integritas adalah menepati janji. Integritas telah disebut sebagai sebuah nilai yang penting oleh
kebanyakan dari empat puluh lima chief exekutives Inggris dalam sebuah studio oleh
CoxdanCooper,(1989).

Motivasi Kekuasaan
Seseorang yang mempunyai kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi senang untuk
mempengaruhi baik orang lain maupun peristiwa-peristiwa, kiranya mencari posisi
kewenangan. Kebanyakan studi menemukan adanya suatu hubungan yang kuat antara
kebutuhan akan kekuasaan dan promosi ketingkat manajeman yang lebih tinggi dalam
organisasi yang besar, kemudian penelitian empiris memberi indikasi bahwa suatu orentasi
kepada kekuasaan yang disosialisasi lebih besar kemungkinanya akan menghasilkann
kepemimpinan yang efektif daripada orentasi kepada kekuasaan yang di pribadikan
(personalized power) (Boyatzis, 1982; House Spangler,& Woicke, 1991;
McClelland&Boyatzis, 1982; MCCelland& Burnham, 1976 )
Orientasi kepada keberhasilan (Achievement Orientation )
Orientasi kepada keberhasilan termasuk sejumlah sikap yang saling berhubungan, nilai-
nilai, serta dorongan untuk berhasil, kesediaan untuk memikul tanggung jawab, dan perhatian
terhadap sasaran tugas. Hubungan orientasi kepada keberhasilan terhadap efektifitas manajerial
kelihatanya sangat kompleks, beberapa sebuah studi menemukan suatu hubungan yang positif
antara motivasi untuk berhasil dan efektivitas (mis. Stahl,1983; Wainer &Rubin, 1969 ), namun
studi-studi yang lainya telah menemukan hubungan yang negatif (House,Spangler & Woyke
1991 ), atau tidak ada bukti mengenai hubungan yang kuat dan signifikan (Miller & Toulouse,
1986 ) Bila kebutuhan akan keberhasilan merupakan motif yang dominan bagi seorang
manajer, ada kemungkinan bahwa usaha manajer tersebut akan diarahkan kepada keberhasilan
pribadinya dari pada kearah keberhasilan unit kerja yang di pimpin manajer tersebut.

Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation)


Seseorang yang mempunyai kebutuhan akan afiliasi yang kuat menerima kapuasan
yang besar karena di sukai dan diterima oleh orang lain dan mereka senang bekerja dengan
orang lain yang ramah tamah dan bekerja sama. Kebanyakan studi menemukan korelasi yang
negetif antara kebutuhan akan afiliasi dan efektifitas manajerial, ketidak efektifan para manajer
yang mempunyai kebutuhan akan afiliasi yang tinggi dapat di pahami dengan meneliti pola
perilaku yang khas bagi manajer-manajer yang demikian. Para manajer tersebut pertama-tama
memperhatikan hubungan dari pada tugas, dan mereka tidak bersedia untuk mengizinkan
pekerjaan tersebut mencampuri hubungan yang harmonis (Litwin & Stringer, 1966;
McClelland, 1975). Sehingga tidak diinginkan para manajer untuk mempunyai suatu kebutuhan
akan afiliasi yang kuat .

2.4 KETRAMPILAN DAN EFEKTIFITAS MANAJERIAL

Ketrampilan Teknis (Technical Skills)


Dalam ketrampilan teknis termasuk pengetahuan mengenai metodemetode, proses-
proses, prosedur, serta teknik-teknik untuk melakukan kegiatan-kegiatan ang khusus dari unit
organisasi. Kaetrampilanketrampilan tersebut di pelajari selama pendidikan formal dalam
bidangbidang yang terspesialisasi (mis. akuntansi, pemasaran, keauangan , perekayasaan,
hukum bisnis, pemograman komputer, dsb.), dan melalui pelatihan di tempat (on the job
training), serta pengalaman.Studi CCL yang di jelaskan sebelumnya menemukan bahwa
kecermelangan teknis berhubungan dengan efektifitas dan kemajuan ditingkat manajemen
yang lebih rendah, namun ia secara relatif menjadi kurang penting pada tingkat manajemen
yang lebih tinggi (McCall & Lombardo, 1983)

Pengetahuan teknis khususnya relevan bagi manajer-manajer yang entrepreneurial.


Visi yang inspirasional dari sebuah produk atau jasa dapat kelihatanya timbul dari mana saja
namun ia sebenarnya merupakan hasil dari belajar serta pengalaman yang bertahun-tahun
lamanya. Penelitian tentang para entrepreneurs yang telah membangun pearusahaan –
perusahaan yang berhasil atau yang talah memperkenalkan produk-produk penting yang baru
dalam perusahaan-perusahaan yang sudah mapan menyarankan bahwa pengetahuan teknis
mareka merupakan ladang yang subur yang didalamnya bibit inspirasi berakar untuk
menghasilkan produkproduk yang inovatif (Westley & Minsberg, 1989). Tidaklah cukup untuk
mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai produk-produk dan prose-proses yang
untuknya seorang manajear yang bertanggung jawab. Perencanaan yang strategik kemungkinan
tidak akan efektif kecuali bila seseorang manajer memahami kekuatan dan kelemahan yang
relatif dari produk-produk( atau jasa-jasanya) sendiri dibanding dengan yang diberikan oleh
para pesaing (Petears & Austin, 1985).

Ketrampilan antar pribadi


Adalah pengetahuan mengenai perilaku manusia dan proses-proses kelompok,
kemampuan untuk mengerti perasaan, sikap, serta motivasi dari orang lain dan kemampuan
untuk mengkomunikasikan dengan jelas dan persuasif.

Ketrampilan antar pribadi seperti empati, pemahaman sosial, daya tarik, taktis dan diplomatis,
dapat persuasif, serta kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan bersifat penting unyuk
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja sama dengan para bawahan, atasan,
sejawat, dan orang luar. Seorang manajer yang memahami orang lain dan ia sangat menarik,
sangat taktis, dan diplomatis akan mempunyai hubungan kerja sama dari pada mereka yang
tidak berperasaan dan menyerang

Beberapa orang mempunyai konsep yang salah bahwa ketrampilan antar pribadi tidak lebih
dari pada prilaku yang berperhatian (considerate) yang sewaktu-waktu di nyalakan pada
situasi-situasi yang istimewa, Katz mempunyai titik pandang yang berbeda :

Ketrampilan yang sebenarnya dalam bekerja dengan orang lain harus menjadi suatu keagiatan
yang alami, dan terus menerus, karena ia menyangkut kepekaan bukan saja pada saat membut
keputusan , namun juga dalam perilaku sehari-hari dari individu tersebut… Karena semua yang
dikatakan dan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut (atau tidak dikatakan dan tidak
dilakukan ) mempunyai dampak terhadap kawan-kawan sekerjanya, keinginan diri sendiri
dalam waktu akan terlihat, jadi supaya eafektif ketrampilan tersebut harus secara alami
dikembangkan dan secara tidak sadar, maupun secara konsisten, diperlihatkann dalam tindakan
dari individu tersebut.

Ketrampilan konseptual
Ketrampilan konseptual termasuk beberapa kemampuan kognitif seperti kemampuan
analitis, berpikir logis, memformasi konsep, pemikiran yang induktif, dan pemikiran deduktif.
Dalam arti umum ketrampilan konseptual termasuk penilaian yang baik, dapat melihat
kedapan, intuisi, kreatifitas, dan kemampuan untuk menemukan arti dan keberesan dalam
peristiwa-peristiwa ambisius, dan tidak pasti. Penelitian mengenai ciri dan ketrampilan
konseptual dengan pensil dan kertas menemukan bukti yang kuat bahwa jenis kemampuan yang
demikian berhubungan dengan efektifitas manajerial khususnya pada posisi manajerial tingkat
tinggi (Bass, 1990) Salah satu jenis ketrampilan konseptual, disebut cognitive complexity,
termasuk kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat untuk membuat perbedaan dan
mengembangkan kategori-kategori untuk mengklasifikasi sesuatu, demikian juga kemampuan
untuk mengidentifikasi hubungan yang kompleks dan mengembangkan solusi-solusi kreatif
terhadap masalah. Seseorang mempunyai cognitive complexity yang tinggi mampu untuk
melihat berbagai bayangan yang semu dan mampu untuk mengidentifikasi pola-pola hubungan
yang kompleks dan memprediksi peristiwa-peristiwa di masa depan berdasarkan
kecenderungankecenderungan yang sekarang ada.

Ketrampilan konseptual penting bagi perencanaan yang efektif, mengorganisasi, serta


pemecahan masalah, sebagai tanggung jawab administratif utama adalah koordinasi yang
efektif, seorang manajer perlu untuk memahami bagaimana berbagai bagian dari organisasi
tersebut saling berhubungan satu sama yang lainya dan bagaimana perubahan-perubahan pada
satu bagian dari sistem tersebut berdampak pada bagian yang lain. Seorang manajer yang
mempunyai cognitive complexity yang tinggi akan mampu untuk mengembangkan sebuah
model yang implisit dari organisasi tersebut untuk membantu pemahaman dari kebanyakan
faktor-faktor kritis dan hubungan di antara mereka

Seorang manajer harus mampu untuk memahami bagaimana perubahan-perubahan dalam


lingkungan eksternal akan membawa dampak terhadap organisasi, pentingnya “prespektif
eksternal” telah dijelaskan oleh Katz dan Kahn (1978, hlm. 54).

Keputusan untuk bergabung (merge) atau menolak penggabungan (merger) untuk membuat
perubahan penting dalam lokasi atau untuk mempertahankan posisi yang sekarang, untuk
meluncurkan lini produk yang sama sekali baru atau tetap dengan jenis-jenis barang
tradisional,agar menjadi yang nomor satu dalam produksi yang baru atau menunggu sampai
orang lain mecobanya. Semuanya ini merupakan jenis-janis masalah-masalah yang meminta
pengertian yang paling besar mengenai lingkungan manajemen. Mereka juga merupakan jenis
persoalan yang membuat perbedaan antara persaingan yang berhasil atau tidak berhasil, antara
pertumbuhan dan stgnasi, kelangsungan hidup dan kegagalan.

Para manajer eksekutif menggunakan campuran intuisi dan pemikiran sadar yang cocok bagi
jenis situasi keputusan yang dihadapi meraka (Agor, 1986; Lord & Maher, 1991), Intuisi adalah
suatu pengertian atau firasat yang kelihatanya timbul secara tiba-tiba tanpa pemikiran yang
sadar, menurut simon (1987), intuisi bukanlah merupakan suatu proses mistik namun
merupakan hasil dari pengalaman sebelumnya yang ekstensif dengan masalah yang sama,
pengetahuan yang relevan yang di perolah dari pengalaman tersebut dapat diambil bilamana
diperlukan tanpa banyak kesadaran.

Pentingnya ketrampilan pada berbagai tingkat manajemen


Salah satu aspek situasi yang mempengaruhi pentingnya suatu ketrampilan adalah
posisi seorang manajer dalam hirarki kewenangan organisasi tersebut (Boyatzis, 1982; Jacobs
& Jaques, 1987; Katz, 1955; Mann, 1965). Jadi makin tinggi tingkatan manajemenya, maka
makin dibutuhkan ketrampilan kognitif untuk dapat melaksanakan tanggung jawab yang
diperlukan secara efektif.
Karena tanggung jawab utama dari para eksekutif puncak adalah membuat keputusan stratagis,
maka ketrampilan konseptual lebih penting pada tingkatan ini dari pada tingkatan-tingkatan
menengah atau yang lebiih rendah. Para eksekutif tertinggi harus menganalisis sejumlah besar
informasi yang berdwi arti dan saling bertentangan mengenai lingkungan agar suaya dapat
membuat keputusan yang strategik dan untuk menginterprestasi peristiwa-peristiwa bagi
anggota-anggota lain dari organisasi tersebut. Para eksekutif harus mempunyai perspektif
jangka panjang dan kemampuan untuk memahami hubungan-hubungan yang kompleks
diantara variabel-variabel yang relevan bagi kinerja organisasi tersebut (Jacobs & Jaques,
1987), Saeorang eksekutif puncak harus untuk mengantisipasi peristiwa-peristiwa dimasa
mendatang dan tahu bagaimana merencanakanya.

Peran para manajer tingkat menengah terutama untuk mendukung struktur yang ada dan
mengembangkan cara-cara untuk menjalankan kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan oleh tingkatan yang lebih tinggi, peran tersebut membutuhkan suatu campuran
yang kurang lebih sama antara ketrampilan-ketreampilan teknis, antar pribadi, dan konseptual.
Bagi manajer-manajer tersebut ketrampilan teknis secara relatif lebih penting daripada
ketrampilan konseptual atau ketrampilan antar pribadi.

Beberapa buah penelitian menyatakan bahwa persyaratan ketrampilan bagi para manajer pada
masing-masing tingkatan agak berbeda-beda tergantung pada jenis organisasi, besarnya, jenis
struktur organisasi, serta tingkat sentralisasi kewenangan (McLennan, 1967)

Dapat dipindahkan (Tranferability) ketrampilan dalam berbagai situasi


Para penulis pada umumnya setuju bahwa para manajer tingkat yang lebih rendah tidak
mudah pindah kespesialisasi fungsional yang berbeda (mis, dari manajer penjualan kemanajer
perekayasaan ), namun demikian terdapat lebih sedikit persetujuan mengenai dapat di
pindahkanya ketrampilan manajerial pada tingkat eksekutif.
Penilitian yang baru-baru ini dilakukan dan teori mengenai bagaimana organisasi berkembang
dan menyesuaikan diri kepada situasi yang berubah menyarankan bahwa bahkan dalam
organisasi yang sama pun ketrampilan yang diminta dari seorang eksekutif dapat berubah
setelah beberapa waktu, ketrampilan yang di butuhkan seorang entrepreneorial manager untuk
mambangun sebuah organisasi yang baru tidaklah sama dengan keterampilan –keterampilan
yang dibutuhkan oleh seorang chief executive dari sebuah organisasi yang besar yang sudah
mapan. Keterampilan yang dibutuhkan untuk memimpin sebuah organisasi yang mempunyai
suatu lingkungan yang mendukung dan stabil, tidaklah sama dengan keterampilan yang
dibutuhkan untuk memimpin sebuah organisasi yang menghadapi lingkungan yang bergolak,
dan bersaing (hunt,1991; Lord & Maher,1991).

2.5 APLIKASI : PEDOMAN BAGI MANAJER


Penemuan bahwa keterampilan dan ciri yang khusus secara positif berhubungan dengan
efektivitas manajerial serta kemajuan mempunyai beberapa implikasi yang praktis bagi orang
dalam merencanakan karir mereka sendiri sebagai seorang manajer.
Mengetahui kekuatan dan kelemahan anda
Para manajer yang efektif mempunyai pengertian yang lebih baik mengenai kekuatan dan
kelemahan mereka sendiri. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dapat diperoleh
melalui pemantauan perilaku dirinya sendiri dan hasil dari prilaku tersebut. Sebagai tambahan
terhadap pemantauan diri sendiri penting agar dapat menerima umpan balik dari orang lain
mengenai aspek-aspek positif dan negatif dari prilaku yang orang lain rasakan. Belajarlpah
mengenai ciri-ciri dan ketrampilanketrampilan utama yang di butuhkan bagi jenis posisi
manajerial yang anda pegang atau ingin dicapai dan menilai sejauh mana anda mempunyainya.

Kembangkan ketrampilan yang relevan yang tidak sempurna


Para manajer yang efektif akan lebih berorientasi kearah belajar dan pengembangan diri sendiri
terus menerus, setelah seorang manajer menentukan ketrampilan apa yang harus di perkuat
maka akan bijaksana untuk mencari peluang-peluang bagi pelatihan tambahan atau coaching.
Beberapa macam pelatihan dapat diperoleh di bengkel-bengkel kerja untuk pengembangan
manajemen yang dispesialisasi yang dijalankan oleh pemilik atau oleh perusahaan –perusahaan
konsultan. Jadi sebuah pendekatan yang lain untuk mengembangkan ketrampilan baru adalah
untuk mencari penugasan yang beraneka ragam dan yang menantang dari pada penugasan yang
mudah atau yang sama dengan yang sebelumnya.

Lakukan kompensasi terhadap kelemahan


Salah satu cara untuk menkompensasi kelemahan adalah dengan memilih bawahan yang
mempunyai kekuatan tambahan dan mengizinkan mereka untuk menerima tanggung jawab
bagi aspek-aspek pekerjaan yang dapat mereka lakukan dengan lebih baik. Kadang-kadang
adalah sesuai untuk mendelegasikan tanggung jawab kepada individu-individu yang sesuai,
dan pada saat-saat lainya adalah lebih baik untuk mempunyai sebuah tim manajemen (dalam
mana anda adalah salah saeorang anggota) yang membagi sama tanggung jawab bagi sebuah
masalah khusus atau bagi suatu tantangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah ciri menunjuk kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek kepribadian,
temperamen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai. Istilah keterampilan mengacu kepada
kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara yang efektif. Keterampilan ditentukan
bersama dengan belajar dan keturunan. Keterampilan dapat didefinisikan secara abstraksi dan
umum. (kecerdasan, keterampilan hubungan antar pribadi) hingga secara sempit dan spesifik
(pertimbangan verbal, kemampuan persuasif). Sebenarnya apa yang dimaksud dengan
keterampilan manajerial itu? Menurut Bigelow (1998) sebenarnya tidak banyak
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan keterampilan manajerial. Banyak teks yang
menekankan lebih banyak menekankan ke proses pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan dari pada mendefinisikan secara spesifik keterampilan manajerial. Adapun Inti
dari kepemimpinan adalah perubahan. Perbedaan lain yang berguna bagi kejelasan pemahaman
tentang kepemimpinan dan keterampilan manajemen adalah: bahwa semakin tinggi kita
mencapai puncak organisasi, maka semakin tinggi pula tuntutan kita untuk bersikap sebagai
seorang pemimpin, demikian pula sebaliknya. Tingkat energi yang tinggi dan toleransi terhadap
stress membantu para manajer menanggulangi tingkat kecepatan yang tinggi,

Untuk itu sebaiknya mari kita fokus pada apa yang kita anggap paling penting, yaitu
bagaimana membangun kemampuan secara terpadu, baik dalam kepemimpinan dan
keterampilan manajemen, serta seni mengkombinasikan dan memainkan keduanya dimana
hal ini masuk dalam hakikat dari ciri dan keterampilan manajerial. Dimana hakikat dari ciri dan
keterampilan manajerial adalah tujuan dari penulisan tugas mandiri ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/238908 kepemimpinan-
dan-keterampilan-manajerial.zurieka-model.com

https://sangkrah31.wordpress.com/2014/03/14/hakikat-dan-ciri-dan -ketrampilan-manajerial/

McLennan, 1967
Lord & Maher,1991
Westley & Minsberg, 1989
[Diakses 24 oktober 2019]

Anda mungkin juga menyukai