Disusun Oleh:
PERILAKU KEORGANISASIAN/RABU/08:00
1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan tanda rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Perilaku Keorganisasian.
Penulis menyadari bahwa didalam penyelesaian makalh ini masih terdapat banyak
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan data dan kemampuan penulis yang masih
dalam tahap belajar. Untuk itu penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik untuk
perbaikan dan pengembangan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa/i
Universitas Semarang pada khususnya dan pihak yang akan menggunakan makalah ini untuk
berbagai hal pada umumnya, dan sekaligus dapat bermanfaat untuk mahasiswa/i Universitas
Semarang.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................5
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM.................................................6
2.2 PENGEMBANGAN KARIR....................................................................................................9
2.3 KEBIJAKAN DAN PRAKTIK SDM DALAM ORGANISASI...........................................10
2.4 EVALUASI KINERJA DALAM SISTEM ORGANISASI..................................................13
2.5 ISU KEBIJAKAN SDM..........................................................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................17
KESIMPULAN..............................................................................................................................17
SARAN...........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Program Pelatihan dan Pengembangan SDM?
2. Apa itu Pengembangan Karier ?
3. Bagaimana Kebijakan dan Praktik MSDM dalam Organisasi?
4. Bagaimana Evaluasi Kinerja dalam Sistem Organisasi?
5. Apa Isu KebijakanSDM?
1.3 TUJUAN
1. Dapat Memahami Apa itu Program Pelatihan dan Pengembangan
2. Dapat Memahami Apa itu pengembangan karier
3. Untuk mengetahui Kebijakan dan Praktik MSDM dalam Organisasi.
4. Untuk mengetahui Evaluasi Kinerja dalam Sistem Organisasi.
5. Untuk mengetahui Isu Kebijakan SDM.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
1. Pengertian
Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubanh tingkah laku pegawai untuk mencapai
tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu
pengawas dalam melaksanakan pekerjaanya.
Pelatihan adalah salah satu bentuk edukasi dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Langkah-
langkah dapat diterapkan dalam pelatihan :
c. Pelatiaha harus menyediakan bahan bahan yang dapat di praktikan atau di terapkan.
e. Materi yang di ajarkan harus memiliki arti yang lengkap dan memenuhi kebutuhan.
6
Suatu metode pelatihan dengan cara para pekerja atau para calon pekerja ditempatkan dalam
kondisi pekerjaan yang rill, dibawah bimbingan dan supervisi pegawai yang teah
berpengalaman atau seseorang supervisor.
2) Rotasi
Bagi karyawan yang akan mendapat variasi kerja para pengajar memindahkan para peserta
pelatihan dari tempat kerja yang satu ketempat kerja yang lain.
3) Magang
Pembelajaran dari pekerja yang lebih berpengalaman, dan dapat ditambah dengan teknik on
the job training.
5) Pelatihan vastibule
Cara ini memungkinkan adanaya tranfer, repetisidan partisipasi serta material perusahaan
berbakna dan umpan balaik.
7) Case study
Metode pelatihan yang menggunakan deskripsi tertulis dari suau permasalah rill yangdi
hadapai oleh perusahaan.
8) Simulasi
Adalah metode pelatiahan yang merupakan perpaduan atara metode kasus dan program
pengembangan sikap.
Para peserta diberikan materi yang berisikan berbagai informasi, seperti email kusus dari
manajer dabn daftar telepon.dan hal-hal penting yang mendesak.
7
14) Manajemen games
Modeling merupakan salah satu proses yang bersifat psikologi mendasar dimana pola-pola
baru dari suatu prilaku dapat diproleh sedangkan pola-pola yang sudah ada tidak dapat di
ubah.
Program ini bisanya dilakukan disuatu wilayah yang terpencil dengan melakukan kombinasi
antara kemampuan diluar kantor dengan kempauan di ruang kelas.
3. Manfaat Pelatihan
c. Manfaat dalam hubungan SDM, intra dan antar grub dan pelakasan kebijakan.
Meningkatakan komunikasi antara grup dan individual
Membantu dalam orientasi bagi karyawan baru dan karyawan tranfer atau promosi.
Meningkatkan keterampilan intrapersonal
Membnagun koefisisen dalam kelompok
8
Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Pengembangan adalah peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana karier dan peningkatan oleh dapertemen personalia untuk mencapai suatu rencana
kerja sesuai dengan jalur atau jenjang oraganisasi[3]
Tujuan dari seluruh program pengembangan karir pegawai tersebut, adalah untuk
menyesuaikan antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia
di organisasi saat ini san di masa yang akan datang kerna itu, usaha pemebntukan sistem
pengmbangan karir yang dirancang secra bak akan dapat membantu karyawan dalam
menetukan kebutuhan karir merekasendiri, dan menyesuaikan anatra kebutuhan keryawan
dengan tujuan organisas. Komitmen dalam program pengembangan karir dapat menunda
kesusangan dari sumber daya manusia yang memberatkan organisasi.
· Untuk menjamin para karyawan yang tidak dipromosikan bahwa mereka masih
bernilai dan akan dipertimbangkan untuk promosi-promosi selanjutnya.
9
· Untuk menjelaskan mengapa mereka tidak terpilih
Pengembangan karir karyawan akan mempunyai manfaat besar bagi karyawan yang
bersangkutan maupaun bagi organisasi.
e. Mengisi lowongan yang tersedia akibat adanya karyawan yang mutasu atau promosi
10
Apabila manajemen gagal untuk mendapatkan memasangkannya secara benar, baik kinerja
maupun kepuasan karyawan akan berkurang.
2) Seleksi Substantif
Jika mampu melewati tahap penyaringan awal, pelamar selanjutnya memasuki metode
seleksi subtantif. Tahap ini merupakan inti dari proses seleksi dan di dalamnya tercakup tes
tertulis, tes kinerja, dan wawancara.
11
Penggunaan tes kepribadian mengalami perkembangan pesat selama dasawarsa yang
lampau. Organisasi menggunakan banyak alat ukur kepribdian lima besar untuk mengambil
keputusan seleksi. Kepribadian yang paling baik dalam memprediksi calon karyawan dengan
kinerja tinggi adalah ketelitian dan konsep diri yang positif. Tes kepribadian relatif murah
dan mudah digunakan , selain juga bisa digunakan.
4) Wawancara
Wawancara tidak hanya digunakan secara luas, tetapi juga memiliki bobot besar
sebagai alat pertimbangan.Itu artinya, hasil dari wawancara cenderung memiliki pengaruh
besar terhadap keputusan seleksi.
Dalam teknik wawancara, para pelamar diminta untuk mendiskripsikan cara mereka
menangani masalah dan situasi yang spesifik pada pekerjaan meraka yang dulu. Hal ini
didasarkan atas asumsi bahwa perilaku di masa lalu dapat menjadi prediktor terbaik bagi
perilaku manusia.
5) Seleksi Lanjutan
Jika pelamar lolos metode seleksi substantif, mereka pada dasarnya siap untuk
dipekerjakan, tergantung pemeriksaan terakhir.Salah satu metode lanjutannya adalah tes
narkotika.Namun, tes ini kontroversial. Banyak pelamar berpikir bahwa tes ini tidak adil
karena menurut mereka penggunaan obat-obatan bersifat pribadi dan mereka seharusnya
12
diperiksa berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan kinerja, bukan
berdasarkan gaya hidup.
Pemberi kerja bisa menjawab pandangan seperti ini dengan menyatakan bahwa
pemakaian narkotika sangat merugikan, tidak hanya dalam pengertian keuangan, tetapi juga
dalam konteks keamanan umum. Selain itu, hukum yang berlaku berpihak pada cara pandang
pemberi kerja tersebut.
13
3. Pendekatan Kepuasan Partisipasi. Dalam pendekatan ini, individu partisipan
ditempatkan sebagai acuan utama dalam menilai efektivitas. Hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa keberadaan organisasi ditentukan oleh kualitas partisipasi kerja
individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah :
Adanya tujuan yang jelas
Struktur organisasi
Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat
Adanya sistem nilai yang dianut.
Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan
memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan
organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara
menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh
organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus diperhatian untuk mewujudkan
suatu efektivitas. Richard M Steers menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi
efektivitas, yaitu:
1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan sumber
daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik
menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur,
manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan
menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas. Di
dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu
akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila
14
suatu rganisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan
tujuan individu dengan tujuan organisasi.
4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang dirancang untuk
mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai.Kebijakan
dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Keterkaitan antara individu dalam organisasi dengan kebijakan dan praktek SDM
Kebijakan dan praktek MSDM dalam suatu organisasi dapat diartikan secara berbeda-beda
oleh tiap individu dalam organisasi tersebut.Hal ini disebabkan adanya interpretasi yang
berbeda-beda dari tiap individu terhadap suatu kebijakan perusahaan atau organisasi yang
akanmemperngaruhi terhadap praktek SDMnya.
Salah satu isu terkait kebijakan dan praktek MSDM adalah mengenai kesetaraan kesempatan
kerja atau Equal Employment Opportunity (EEO).kesetaraan kesempatan untuk mendapatkan
pekerjaan berarti kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk menempati jabatan atau
pekerjaan tertentu tanpa memandang jenis kelamin atau gender, maupun kekurangan fisik dan
perbedaan agama, kepercayaan dan etnis.
Equal employment opportunity adalah the equal right of all citizens to the opportunity to
obtain employment regardless of their gender, age, race, country of origin, religion, or
15
disabilities. Kesetaraan kesempatan bekerja ini adalah konsep yang luas yang menunjukkan
bahwa setiap orang harus mendapat perlakuan yang sama pada semua tindakan yang
berhubungan dengan pekerjaan. Kesetaraan dan keadilan gender dalam pekerjaan dapat
terlaksana dengan dihapuskannya diskriminasi dalam pekerjaan, dan perolehan hak serta
perlakuan yang sama dalam bekerja.
Persamaan kesempatan dalam bekerja dan memperoleh pekerjaan ini, tercantum juga dalam
konvensi ILO, Discrimination (Employment and Occupation) Convention No.111,
Concerning Discrimination In Respect of Employment and Occupation yang ditetapkan
tanggal 25 juni 1958 dan diberlakukan 15 Juni 1960. Konvensi ini berisi 8 artikel yang berisi
tentang diskriminasi dalam pekerjaan, yang menegaskan bahwa istilah ”diskriminasi”
meliputi setiap pembedaan, pengecualian atau pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis
kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asal-usul sosial yang berakibat
meniadakan dan mengurangi persamaan kesempatan; juga menegaskan bahwa untuk tujuan
Konvensi ini, istilah pekerjaan dan jabatan meliputi juga kesempatan mengikuti pelatihan
keterampilan, memperoleh pekerjaan dan jabatan tertentu dan syarat-syarat kondisi kerja.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi ini melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 1999
tentang Pengesahan ILO Convention No.111 Concerning Discrimination In Respect of
Employment and Occupation (Konvensi ILO mengenai diskriminasi dalam pekerjaan dan
jabatan). Sejalan dengan Konvensi ILO no.111 tahun 1958, pada tahun 1957 telah
dikeluarkan kesepakatan untuk pengupahan yang sama bagi laki-laki dan perempuan melalui
Konvensi ILO no.100 mengenai Pengupahan Bagi Laki-Laki Dan Wanita Untuk Pekerjaan
Yang Sama Nilainya, yang juga telah diratifikasi ke dalam Undang-Undang no. 80 tahun
1957 tentang Persetujuan Konvensi ILO no.100.
Sejak diratifikasinya kedua Konvensi ini berarti negara Indonesia telah menyetujui dan
mengesahkan hasil dari Konvensi dan memberlakukannya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, di samping itu setiap negara yang telah meratifikasi
konvensi ILO harus menjalankan isi Konvensi tersebut bersama-sama dengan ILO sendiri;
sehingga disusunlah suatu guideline untuk pelaksanaan persamaan kesempatan bekerja(EEO)
di Indonesia, hal ini dimaksudkan agar organisasi-organisasi dan perusahaan di Indonesia
memiliki arah dan pedoman untuk melaksanakan persamaan kesempatan bekerja(EEO)
sesuai dengan prinsip-prinsip EEO. Prinsip EEO yang utama yaitu “a fair chance for
everyone at work”, dimana setiap orang harus memiliki akses yang equal, dan dalam
16
pekerjaan setiap orang harus memiliki kesempatan yang equal untuk memperoleh training
dan promosi serta kondisi kerja yang fair. EEO tidak mengasumsikan bahwa setiap orang
memiliki kemampuan yang sama, kualifikasi yang sama dan pengalaman yang sama tetapi
bertujuan memberikan setiap orang kesempatan yang sama (equal chance) untuk
menggunakan dan mengeluarkan seluruh bakat dan kemampuannya.
Pengembangan adalah peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana karier dan peningkatan oleh dapertemen personalia untuk mencapai suatu rencana
kerja sesuai dengan jalur atau jenjang oraganisas
Untuk memverifikasi keberhasilan suatu program , para manajer SDM meminta Agara
kegiatan pelatihan dan pengembangan di Evaluasi secra sistematis, pengelolaan dan pelatihan
pendidikan dari suatu perusahaan
17
4. Adanya sistem nilai yang dianut. Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang
jelas.
Salah satu isu terkait kebijakan dan praktek MSDM adalah mengenai kesetaraan
kesempatan kerja atau Equal Employment Opportunity (EEO).kesetaraan kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan berarti kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk menempati
jabatan atau pekerjaan tertentu tanpa memandang jenis kelamin atau gender, maupun
kekurangan fisik dan perbedaan agama, kepercayaan dan etnis.
SARAN
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca dan keinginan untuk menulis juga. Selanjutnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
https://mahasiswaelis.blogspot.com/
https://kebijakandanprakteksdm.blogspot.com/
18