Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas presentasi Manajemen Sumber
Daya Manusia yang akan dilaksanakan kelak.
PENDAHULUAN
a. Bagi Perusahaan Memberikan masukan kepada Balai Latihan Teknik Provsu untuk
mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan semangat kerja karyawan
melalui insentif dan lingkungan kerja yang baik bagi karyawan Balai Latihan Teknik Provsu.
b. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan di bidang manajemen
sumber daya manusia khususnya dalam masalah insentif, lingkungan kerja dan semangat kerja
karyawan.
c.Bagi pihak lain
penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya akan dapat
memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama s
BAB II
PEMBAHASAN
Denyer dalam Moekijat (2003: 136) menjelaskan kata semangat (morale) itu
mulamula dipergunakan dalam kalangan militer untuk menunjukkan keadaan moral pasukan,
akan tetapi sekarang mempunyai arti yang lebih luas dan dapat dirumuskan sebagai sikap
bersama para pekerja terhadap satu sama lain, terhadap atasan, terhadap manajemen, atau
pekerjaan. Nitisemito (2002: 160) berpendapat bahwa semangat kerja adalah melakukan
pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
Hasibuan (2009: 94) mengatakan semangat kerja sebagai keinginan dan kesungguhan
seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi
kerja yang maksimal. Sastrohadiwiryo (2003: 282) mengatakan semangat kerja dapat
diartikan sebagai suatu kondisi mental, atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-
kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk
bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan kantor.
Siagian (2003: 57) mengartikan bahwa semangat kerja pegawai menunjukkan sejauh mana
pegawai bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya di dalam kantor. Menurut
beliau, semangat kerja dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan waktu, target
kerja, gairah kerja serta tanggung jawab yang telah diberikan kepada pegawai tersebut.
Definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa semangat kerja ialah keinginan dan
kesungguhan seseorang dalam melakukan pekerjaan secara giat dan baik serta berdisiplin
tinggi untuk mencapai prestasi kerja ng maksimal dan juga mencapai tujuan yang telah
ditetapkan kantor.
Kerja Naik turunnya semangat kerja pegawai disebabkan oleh beberapa faktor dan untuk
meningkatkannya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Nitisemito (2002) mengemukakan
bahwa untuk meningkatkan semangat dan gairah kerja dilakukan dengan: pemberian gaji
yang cukup, memperhatikan kebutuhan rohani, menciptakan suasana kerja santai,
memperhatikan harga diri, menempatkan pegawai pada posisi yang tepat, memberikan
kesempatan untuk maju, memberikan rasa aman untuk masa depan, mengusahakan pegawai
memiliki loyalitas, mengajak pegawai berunding, memberikan insentif yang terarah, dan
memberikan fasilitas yang menyenangkan.
Gelleman dalam Tohardi (2002) menyatakan semangat kerja adalah istilah yang
menyangkut keperluan diluar pekerjaan seperti pendapatan, rasa aman, dan kedudukan lebih
tinggi dalam masyarakat, keputusan terhadap pekerjaan misalnya minat kerja, peluang untuk
maju dan prestise di dalam kantor, kepuasan pribadi dan rasa bangga atas profesinya.
Nawawi (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai
adalah minat atau perhatian terhadap pekerjaan, upah gaji, status sosial berdasarkan jabatan,
tujuan yang mulia dan pengabdian, suasana lingkungan kerja dan hubungan manusiawi.
1) Memberikan kompensasi kepada tenaga kerja dalam porsi yang wajar tetapi tidak
memaksakan kemampuan kantor.
2) Menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan semua pihak.
3) Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan spiritual tenaga kerja.
4) Pada saat penyegaran sebagai media pengurangan ketegangan kerja dan
memperkokoh rasa setia antara tenaga kerja dan manajemen.
5) Penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat.
6) Peran tenaga kerja mengembangkan aspirasi mendapatkan tempat yang wajar.
7) Memperhatikan hari esok para tenaga kerja.
1) Turun atau rendahnya produktivitas; Hal ini dapat diukur dengan membandingkan
produktivitas kerja pegawai disaat lalu. Apabila hal ini terjadi berarti merupakan
indikasi bahwa di dalam kantor tersebut telah terjadi penurunan semangat dan
kegairahan kerja.
2) Tingkat absensi yang naik atau tinggi; Tingkat absensi yang tinggi juga
merupakan salah satu indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja. Pada
umumnya bila semangat kerja pegawai menurun maka pegawai akan menjadi
malas bekerja, sehingga mencari-cari alasan agar tidak datang bekerja.
3) Labour turnover yang tinggi; Bila di suatu kantor tingkat labour turnovernya
tinggi berarti indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja pegawainya. Hal
ini dapat terjadi karena kekecewaan pegawai pada kantor atau karena mendapat
penawaran yang lebih baik di kantor lain.
4) Tingkat kerusakan yang naik atau tinggi; Indikasi lain yang menunjukkan
turunnya semangat kerja pegawai adalah bila tingkat kerusakan ataupun kesalahan
tinggi. Hal ini dapat terjadi karena pegawai tidak lagi berkonsentrasi penuh
terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
5) Kegelisahan di mana-mana; Kegelisahan dapat terjadi apabila semangat kerja
pegawai menurun. Sebagai seorang pemimpin haruslah dapat mengetahui adanya
kegelisahan pegawai yang timbul. Kegelisahan pegawai dapat berbentuk
ketidaktenangan bekerja, keluh kesah serta hal lain yang sejenis.
6) Tuntutan yang seringkali terjadi; Bila pegawai suatu kantor sering melakukan
tuntutan, ini merupakan indikasi turunnya semangat kerja. Tuntutan-tuntutan
tersebut adalah merupakan ketidakpuasan pegawai terhadap fasilitas yang
diberikan oleh kantor, yang pada tahap tertentu menimbulkan keberanian untuk
mengajukan tuntutan-tuntutan tersebut.
7) Pemogokan; Indikasi yang paling kuat dalam turunnya semangat kerja pegawai
adalah bilamana terjadi pemogokan. Hal ini disebabkan oleh rasa yang tidak puas
terhadap kebijakan kantor yang telah lama disimpan oleh pegawai sehingga
menimbulkan pemogokan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui indikasi yang menunjukkan
turunnya semangat kerja pegawai sehingga perlu bagi seorang manajer atau
pimpinan untuk mengetahui sebab-sebabnya. Banyak hal yang menyebabkan
semangat kerja turun. Beberapa hal diantaranya adalah upah yang terlalu
rendah, jaminan sosial yang tidak memadai, serta hal-hal lainnya yang tidak
memuaskan yang memicu turunnya semangat kerja. Oleh karena itu kantor
harus dapat menemukan sebab-sebabnya sehingga dapat mencegah akibat
yang ditimbulkannya.
1) Disiplin
Disiplin merupakan suatu keadaan tertib, karena orang-orang yang tegabung
dalam suatu organisasi tunduk dan taat pada peraturan serta dilaksanakan dengan
senang hati (Gondokusumo,1995). Pegawai yang menuruti semua peraturan
karena takut akan dihukum mencerminkan disiplin negatif. Sebaliknya, kepatuhan
pegawai pada peraturan karena sadar akan fungsi peraturan tersebut untuk
mencapai keberhasilan adalah mencerminkan disiplin yang positif. Pengertian
disiplin memiliki dua faktor yang penting, yakni faktor waktu dan faktor kegiatan
atau perbuatan. Usaha-usaha untuk menciptakan disiplin selain melalui tata tertib
atau peraturan yang jelas, juga harus ada penjabaran tugas dan wewenang yang
jelas, tata cara atau tata kerja yang sederhana yang dapat dengan mudah diketahui
oleh setiap pegawai. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap
menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya
dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan
wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohardiwiryo, 2002). Kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
organisasi/kantor dan norma-norma sosial yang berlaku (Hasibuan, 2009).
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggung jawanya. Pegawai akan
mematuhi/mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas dasar paksaan.
Kesediaan adalahsuatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai
dengan peraturan organisasi, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Jadi
seseorang akan bersediaa mematuhi semua peraturan serta melaksanakan tugas-
tugasnya baik secara sukarela maupun karena terpaksa. Disiplin kerja yang baik
terdapat apabila pegawai datang ke kantor dengan tepat waktu, berpakaian yang
rapi dan sopan, menggunakan bahan dan perlengkapan dengan hatihati,
menghasilkan barang atau jasa dengan kualiatas dan kuantitas yang memuaskan
dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi. Untuk mngukur disiplin
dapat dilakukan dengan cara, yaitu: kepatuhan pegawai pada kehadiran dalam
bekerja, kepatuhan pegawai jam kerja, kepatuhan pegawai pada perintah atau
instruksi dari atasan, taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku, berpakaian
yang baik dan sopan di tempat kerja, menggunakan identitas atau tanda pengenal
organisasi, penggunaan dan pemeliharaan bahan, penggunaan peralatan dan
perlengkapan kantor dengan hati-hati dan bekerja dengan mengikuti cara yang
ditentukan oleh organisasi.
2) Kerjasama
Kerjasama diartikan sebagai tindakan kolektif seorang dengan orang lain yang
dapat dilihat dari kesediaan para pegawai untuk bekerjasama dengan teman-teman
sekerja dan dengan atasan mereka untuk mencapai tujuan bersama, kesediaan
saling membantu diantara teman-teman sekerja maupun dengana tasan
sehubungan dengan tugas-tugasnya dan adanya keaktifan dalam kegiatan
oraganisasi. Gondokusumo (1995) menyatakan bahwa kerjasama adalah refleksi
dari semangat dan akan baik apabila semangat tinggi. Semangat yang tinggi
membuat kerjasama lebih baik dan ada kesediaan saling mambantu. Proses
kerjasama mengandung segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi setiap
individu berhubungan satu sama lain masing-masing memberikan sumbangan
pikiran. Kerjasama dalam kelompok merupakan pendidikan sosial bagi anggota
interaksi dalam kelompok yang merupakan faktor menentukan moral atau
semangat dalam reaksi kelompok. Demikian juga kerjasama dalam kelompok
merupakan group therapy bagi pegawai yang mengalami gejala gangguan mental.
Pegawai yang malas mendapat dorongan kerja lebih aktif, yang pemalu lambat
laun menjadi berani, yang lamban lama-kelamaan menjadi lebih pandai berkat
bimbingan teman-temannya, yang mudah tersinggung atau pemarah akan tertahan
oleh temannya yang bersikap akrab dan yang suka mengasingkan diri didorong
oleh kelompok sehingga suka bergaul.
3) Kemampuan Pegawai
Kemampuan (ability) menurut Robbins (2006) adalah suatu kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh
kemampuan individu pada hakikatnya tersusun atas dua faktor yaitu faktor
kemampuan uyang diperlukan untuk menjalankan kegiatan fisik. Kemampuan
mental adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.
Adapun dimensi kemampuan mental adalah kecedasan numerik, pemahaman
verbal, kecepatan perseptual, penalaran deduktif dan induktif, visualisasi ruang,
dan ingatan. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang dapat diperlukan untuk
melakukan tugastugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan
ketrampilan serupa. Ada beberapa kemampuan dasar yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas-tugas yaitu kekuatan (kekuatan dinamis,kekuatan
tubuh,kekuatan statis), keluwesan (keluwesan ekstent, keluwesan dinamis), dan
faktor lain seperti koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina. Jadi kemampuan
dan ketrampilan pegawai atau pegawai dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan,
tetapi bila tidak disertai keinginan dan usaha yang keras dari pegawainya serta
kondisi eksternal yang menguntungkan maka semangat kerja pegawai yang
diharapkan mengantarkan kepada kinerja yang baik tidak akan terwujud. Apabila
dalam suatu organisasi, pegawainya kebanyakan tidak memiliki kemampuan
sebagaimana yang diharapkan tentu akan berakibat rendahnya semangat kerja
serta tidak tercapainya tujuan organisasi.