DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
RISKA 1793142041
NURWAHYUNI 1793142055
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Manajemen Pembelanjaan Koperasi” dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman mengenai
manajemen pembelanjaan koperasi melalui penjelasan substansi – substansinya.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat kami kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan bahwa tiada
makalah yang sempurna tanpa uluran tangan pemerhatinya. Oleh karena itu, kritik serta saran
sangat kami harapkan dari pembaca sekalian yang bersifat membangun, agar demi lebih
baiknya kinerja kami yang akan mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan
tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan salah satu bagian penting dari organisasi koperasi.
Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada mutu dan kerja dalam bidang
manajemennya. Apabila organ-organ dalam manajemen ini memiliki kejujuran,
kecakapan dan giat dalam bekerja maka besar kemungkinan koperasi akan maju pesat
atau setidak-tidaknya tendensi terjadinya kebangkrutan dapat ditanggulangi. Tetapi
sebaliknya, apabila manajemen dalam koperasi tidak berjalan sesuai dengan fungsinya,
tentulah koperasi tidak akan bisa mencapai tujuannya.
Dalam manajemen Koperasi terdapat tiga unsur utama Koperasi, yaitu rapat
anggota, pengurus dan badan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam Koperasi, pengurus merupakan pemegang amanah hasil rapat anggota,
dan badan pengawas sebagai pihak yang mengawasi pengurus dalam menjalankan
amanah rapat anggota. Dari ketiga unsur manajemen Koperasi ini, pengurus merupakan
unsur yang paling banyak memegang peranan dalam kegiatan koperasi. Oleh karena itu
pengurus haruslah mereka yang memiliki kemampuan dan komitmen tinggi dalam
memajukan Koperasi.
Dilihat dari struktur koperasi, masalah pembelanjaan merupakan bagian dari
sistem yang dianut oleh koperasi itu sendiri yang bersumber pada dua hal yang saling
berkaitan, yaitu :
1. Pelanggan koperasi yang merupakan para anggota dan juga sekaligus sebagai pemilik
koperasi.
2. Sendi dasar dan asas koperasi Indonesia yang membedakan koperasi dengan badan
usaha lainnya.
Kebanyakan anggota koperasi adalah kaum ekonomi lemah, sehingga mereka sulit
untuk menghimpun modal dalam jumlah besar dan menanggung risiko yang mungkin
timbul. Di sini koperasi yang mereka biayai juga lemah dan kecil.
Dalam membahas permodalan koperasi, berturut-turut akan diulas tentang
pembelanjaan dari dalam, pembelanjaan dari luar, dan cara mengatasi kesulitan modal
bagi koperasi.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pembelanjaan Internal Koperasi?
2. Apa itu Pembelanjaan Eksernal Koperasi ?
3. Apa itu Modal Sendiri Koperasi dan Modal Asing Pada Koperasi ?
4. Bagaimana cara mengatasi permodalan koperasi ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami tentang Pembelanjaan Internal Koperasi.
2. Untuk memahami tentang Pembedan Eksernal Koperas.
3. Untuk memahami Modal Sendiri Koperasi dan Modal Asing Pada Koperasi.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi permodalan koperasi.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
6
D. Cara Mengatasi Permodalan Koperasi
Cara mengatasi permodalan koperasi bisa dilakukan dengan pemanfaatan modal
koperasi sperti simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan wajib khusus, sisa hasil
usaha, cadangan-cadangan dan dengan cara pemanfaatan modal asing seperti kredit
penjual, kredit pembeli, simpanan sukarela dari anggota, model bapak angakat atau bapak
asuh, kredit atau dana dan cara pembelanjaan modern.
Pengelolaan dan perencanaan modal yang mandiri( mendirikan unit – unit usaha
yang berkualitas ) dan melakuakan kerjasama yang baik dengan instansi lain seperi
kopersai lain dan bank.
1. Pemanfaatan Modal Koperasi
a. Simpanan pokok
Bagi setiap anggota simpanan pokok adalah sama besar. Di sini sering terjadi
perubahan nilai karena inflasi. Disini sebaiknya diadakan penyesuaian terhadap
besarnya simpanan pokok setelah waktu berselang 5 tahun sehingga uang yang
disetornya benar-benar bermanfaat bagi koperasi
b. Simpanan Wajib
Simpanan wajib yang dimaksudkan disini identi dengan simpanan pokok, yaitu
semakin besar jumlah anggota semakin besar jumlah modal dari simpanan wajib.
Jumlah simpanan wajib setiap bulannya harus disesuaikan setelah lebih dari lima
tahun berjalan atau lebih dari dua periode kepengurusan. Setiap kali akan
diadakan baik terhadap perubahan simpanan pokok maupun simpanan wajib, hal
itu harus disetujui terlebih dahulu oleh RAT karena akan mengubah Anggaran
Rumah Tangga.
c. Simpanan Wajib Khusus (SWK)
Apabila ada transaksi usahan yang dilakukan oleh anggota kepada koperasi, maka
anggota bersangkutan dapat diminta untuk memberikan simpanan wajib khusus,
dimana hal ini akan memperbesar modal koperasi. Semua ini merupakan langkah
yang baik bila mendapat dukungan penuh dari para anggota serta telah mendapat
persetujuan dalam RAT. Manfaat dan fungsi SWK harus benar-benar dijelaskan,
yaitu sebagai sarana untuk memperbesar modal sendiri.
d. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Modal sendiri yang berasal dari SHU yang tidak dibagi kepada para anggota
jumlahnya tergantung pada besar kecilnya SHU yang diperoleh setiap tahunnya.
Keuntungan yang tidak dibagi akan disisihkan sebagai cadangan guna
memperbesar modal sehingga selanjutnya dapat diperoleh SHU yang lebih besar.
e. Cadangan – cadangan
Besar kecilnya jumlah cadangan tidak sama dan semuanya tergantung pada
masing-masing koperasi serta pengurus. Disini harus di ingat bahwa walaupun
cadangan tersebut bisa digunakan sesuai dengan tujuan diadakannya cadangan,
namun sebelumnya dapat juga dimanfaatkan sebagai dana tambahan pada waktu
masih menganggur.
7
2. Pemanfaatan Modal Asing
a. Kredit Penjual
Penjual bahan baku biasanya membutuhkan pembeli dan bila koperasi dapat
bertindak sebagai pembeli yang baik yaitu, selalu menepati janji maka penjual
bahan baku itu tidak keberatan memberikan kredit. Biasanya kredit ini berjangka
pendek dan dapat dilakukan berulang-ulang serta tidak perlu adanya jaminan.
b. Kredit Pembeli
Apabila barang yang dijual koperasi bermutu baik dan banyak diminta oleh
konsumen, sedangkan barang tersebut sulit dicari di pasar, maka pembeli dapat
membayar atau memesan lebih dulu dengan jumlah uang muka. Kredit ini juga
berjangka pendek dan dapat dilakukan berulang kali selama pembeli membeli
barang yang dibutuhkan dari koperasi sehingga dapat memperbesar modal
koperasi
c. Simpanan Sukarela dari Anggota
Jenis ini merupakan penunjang yang baik untuk penambahan modal. Dalam
pengumpulannya sangat tergantung pada kesadaran para anggota untuk
menyimpan di koperasi. Para pengurus harus menyadarkan para anggota bahwa
menyimpan uang di koperasi sangat berguna dalam membiayai usaha sendiri dan
menolong sesama anggota yang memerlukan. Jika koperasi mendapat keuntungan,
maka keuntungan tersebut juga menjadi milik anggota yang sebagian akan di bagi
dan sebagian lagi untuk keperluan social. Pemerintah masih memberikan
keringanan kepada koperasi dalam wujud pembebasan pajak atas simpanan
tertentu di Koperasi.
d. Model Bapak Angkat atau Anak Asuh
Koperasi tidak perlu malu-malu mencari bapak angkat karena dengan itu maka
koperasi dapat memanfaatkan kredit lunak dari bapak angkatnya, asal dapat
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Tugas manajer disini adalah menilai
untung ruginya menjadi anak asuh atau bebas menjual barang kepada siapapun ke
pasar. Jadi jangan sampai terjadi setelah mendapat bantuan modal lalu dikuasai/
ditekan harga jualnya atau kebebasan dalam menjualnya.
e. Kredit atau Dana
Kredit atau dana yang tercipta dengan adanya sistem perekonomian itu sendiri. Di
sini ada bank khusus melayani kredit bagi koperasi (Bukopin). Namun, yang
menjadi masalah apakah Bukopin telah secara benar berfungsi membantu
mengembangkan koperasi ? membantu disini berarti memberi kredit kepada
koperasi dengan suku bunga yang lebih rendah dibanding nonkoperasi. Jika tidak
maka, Bukopin belum bermanfaat bagi koperasi. Kalau demikian halnya,
pemerintah harus mencarikan jalan keluarnya.
f. Cara Pembelanjaan Modern
Jenis pembelanjaan modern saat ini cukup banyak ditawarkan di pasar, misalnyan
Leasing. Cara ini lebih murah dan lebih banyak mendatangkan manfaat secara
finansial bagi koperasi dimana kepastiannya perlu juga dinilai oleh manajer, serta
secara ekonomis dengan mempertimbangkan yang lainnya.
8
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah. 2013. “Sumber dana, Evaluasi dan Peran Pemerintah dalam Koperasi”.
http://wwwhamzahhtc.blogspot.com/, diakses tanggal 31 Oktober 2018.
10