Anda di halaman 1dari 19

DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Ekonomi Mikro Islam”
Diampu Oleh: Anni Muslimah Purnamawati, M.E.

Oleh
Kelompok 8:
Fery Nur Hidayat (18383031062)
Umarul Faruq (18383031193)
Khoirun Nisa (18383032087)
Lailur Rahman

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum, wr.wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah Ekonomi Mikro Islam yang berjudul “Distribusi dalam Ekonomi Islam”.
Tidak lupa pula sholawat salam selalu mengalir pada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang terang seperti
yang dapat kita rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian tugas makalah ini tidak
terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
masalah tugas ini, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
Kepada:

1. Ibu Anni Muslimah Purnamawati, M.E.


2. Teman-teman penulis makalah ini yang telah berpartisipasi dalam
menyelesaikan tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan
dengan tangan terbuka untuk menuju pada kesempurnaan makalah ini
kedepannya.
Semoga tugas makalah pada mata kuliah Ekonomi Mikro Islam yang
berjudul “Distribusi dalam Ekonomi Islam” ini dapat memberikan manfaat
sebagaimana yang di harapkan bersama. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Pamekasasan, 24 April 2020

Kelompok 8

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1


A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Judul Makalah..................................................................................1
C. Rumusan Masalah ...........................................................................1
D. Tujuan Pembahasan .........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3


A. Upah atau Imbalan terhadap Faktor-faktor Produksi........................3
B. Nilai dan Moral dalam Bidang Distribusi.........................................5
C. Model Distribusi Pendapatan Menurut Islam...................................8
D. Peran Pemerintah dalam Distribusi Pendapatan...............................10

BAB III PENUTUP ..........................................................................................14


A. Kesimpulan.......................................................................................14
B. Saran..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan ekonomi merupakan salah satu unsur terpenting dalam
kehidupan manusia. Kegiatan ekonomi dapat diartikan sebagai upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal tersebut
dilakukan karena tidak semua kebutuhan itu langsung di peroleh dari
lingkungan sekitar, tanpa adanya suatu kegiatan ekonomi oleh manusia.
Kegiatan ekonomi ini yaitu produksi, konsumsi dan distribusi.
Seluruh aspek kehidupan manusia dalam Islam telah diatur
termasuk dalam aspek ekonomi, yang salah satu tujuannya yaitu untuk
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan baik dalam kehidupan individu
maupun bermasyarakat. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, tentu
harus ada korelasi antar sesama manusia yaitu dengan diberlakukannya
pendistribusian terutama dalam pendistribusian harta.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengakhiri permasalahan
ekonomi dimuka bumi ini adalah dengan menerapkan keadilan dalam
bemasyarakat, sehingga ketimpangan dan kesenjangan ekonomi dapat
dihilangkan. Hal tersebut dapat diterapkan melalui distribusi dalam
ekonomi Islam.
Lebih lanjut tentang distribusi akan dibahas pada pembahasan
selanjutnya, penulis membuat makalah ini untuk menggambarkan tentang
distribusi terutama dalam perspektif ekonomi Islam.
B. Judul Makalah
Adapun judul makalah ini, yaitu: “Distribusi dalam Ekonomi
Islam”
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upah/imbalan terhadap faktor-faktor produksi?
2. Bagaimana nilai dan moral dalam bidang distribusi?
3. Bagaimana model distribusi pendapatan menurut Islam?
4. Bagaimana peran pemerintah dalam distribusi pendapatan?

1
D. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menganalisis upah/imbalan terhadap faktor-faktor produksi.
2. Untuk menganalisis nilai dan moral dalam bidang distribusi.
3. Untuk mendeskripsikan model distribusi pendapatan menurut Islam.
4. Untuk menganalisis peran pemerintah dalam distribusi pendapatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Upah atau Imbalan terhadap Faktor Produksi


1. Sewa atas Tanah
Menurut Ricardo Sewa adalah bagian hasil tanah yang dibayarkan
kepada tuan tanah untuk penggunaan kekayaan tanah asli dan tidak
dapat dirusak. Timbulnya sewa mungkin karena kesulitan tanah
sehubungan dengan permintaan. Hakikat pengertian sewa adalah
tentang suatu yang diperoleh suatu kesatuan khusus faktor produksi
yang melebihi penghasilan minimum yang membutuhkan untuk
melakukan pekerjaannya. Secara historik dan harfiyah, pengertian ini
sangat dekat dengan gagasan pemberian alam bebas oleh para ahli
ekonomi yang disebut dengan istilah tanah. Karena adanya tanah tidak
disebabkan oleh manusia maka dalam pengertian ahli ekonomi,
seluruh penghasilam tanah dapat disebut sebagai sewa. Karena
pemberian alam secara Cuma-Cuma maka tidak diperlukan
pembayaran untuk mengerjakannya.1
2. Upah Bagi Pekerja
Upah adalah harga yang dibayarkan kepada pekerja atas
jasanyadalam produksi kekayaan. Benham mendefinisikan upah adalah
sejumlah uang yang dibayar oleh orang yang memberikan pekerjaan
atas jasanya sesuai dengan perjanjian.2
Teori upah yang pada umumnya diterima adalah teori produk
marginal. Menurut teori ini upah ditentukan oleh keseimbangan antara
kekuatan permintaan dan persediaan. Dengan mengasumsikan
penyediaan tenaga kerja dalam suatu jangka waktu yang panjang,
maka permintaan akan buruh dalam suatu kerangka masyarakat
kapitalis, datang dari majikan yang memperkerjakan buruh dan faktor
produksi lainnya untuk membuat keuntungan dari kegiatan usahanya.
1
Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti,
1995), hlm. 87.
2
Azfalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 36.

3
Selama hasil bersih tenaga kerja lebih besar dari tarif upah itu, majikan
terus memperkerjakan semakin banyak satuan tenaga kerja.3
Demikan islam memberikan penjelasan tentang keharusan
membayar upah kepada seorang pekerja. Dalam melakukan
pembayaran upah ini harus disesuaikan dengan apa-apa yang telah
dilakukukan dengan adil dan dilanjutkan untuk membayar upah
secepatnya. Selain itu dilarang mengeksploitasi tenaga seorang
pekerja. Oleh karena itu sebelum kita melakukan pekerjaan kita harus
membuat perjanjian yang harus dijelaskan besar kecilnya upah yang
dibayar dan apa jenis pekerjaanyang kita lakukan.
3. Imbalan atas Modal
Modal adalah sesuatu yang diharapkan dapat memberikan
penghasilan pemiliknya tanpa harus mengambil bungan darinya.
Tabungan yang terkumpul dari masyarakat menjadi sebuah modal.
Akumulasi tabungan yang terkumpul sebagai modal digunakan
perusahaan untuk menyediakan bafrang modal dalam melakukan
produksi untuk memperoleh keuntungan lain yang lebih besar.
Tabungan adalah hasil dari kumpulan pendapatan masyarakat yang
tidak digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi. Dalam
ajaran islam tabungan yang diakumulasi harus diinvestasikan.
Sebagaimana mannan menegaskan bahwa islam mengakui modal serta
peranannya dalam proses produksi. Islam juga mengakui bagian modal
dalam kekayaan nasional.
Modal akan produktif dalam arti tenaga kerja yang ditunjang
dengan modal akan lebih menghasilkan sehingga adanya laba sebagai
pendorong seseorang melakukan investasi. Teori islam mengenai
modal lebih luas dan etik. Etik disini maksudnya islam menekan
landasan keadilan yang membebaskan perilaku eksploitasi terhadap
perilaku produksi.4
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa laba merupakan
pembayaran untuk asumsi resiko pengusaha. Karena pemilik modal
3
Muhammad Abdul Mannan, Op. Cit., hlm. 89.
4
Ibid., hlm. 124

4
tidak bersifat pasti atau berupa sisa kadang besar kadang kecil. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa islam memperoleh adanya imbalan
berupa laba bagi peranan modal dalam proses produksi yang tidak
tetap.
4. Laba bagi Pengusaha
Laba merupakan bagian keuntungan seorang pengusaha sebagai
imbalan atas usahanya mengelola perusahaan dengan menggabungkan
beberapa faktor produksi untuk mencapai hasil sebanyak-banyaknya
serta membagi keuntungan kepada perusahaan lain yang lebih
mumpuni dalam hal produksi.
Seorang pengusaha harus bekerja dengan benar, karena hal-hal
sebagai berikut:
a. Faktor-faktor produksi yang dikelola merupakan suatu amanah,
sehingga ia harus melaksanakan amanah tersebut.
b. Dia harus membayar upah kepada para pekerja tanpa harus
menganiaya pekerja dan siapa saja yang bekerja sama dalam
usahanya termasuk pemilik modal.
c. Dia harus berlaku adil dalam membagi keuntungan kepada yang
berhak menerimanya.
d. Seorang pengusaha diperbolehkan mengambil keuntungan atas
peranannya dalam menjalankan perusahaan. Dia harus berlaku
jujur dan adil dalam pembagian keuntungan perusahaan dan tidak
boleh mengurangi hak orang lain.
B. Nilai dan Moral dalam Bidang Distribusi
Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam
hal pendistribusian harus berdasarkan pada dua nilai,
1. Nilai Kebebasan
Nilai pertama dalam bidang distribusi adalah nilai kebebasan.
Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai
oleh nilai-nilai agama. Hal ini berdasarkan pada dua hal persoalan.
a. Keimanannya kepada Allah dan Mentauhidkan-Nya

5
Esensi iman kepada Allah dalam islam adalah tauhid. Aqidah dan
prinsip-prinsipnya tersimpul dalam laa ilaaha illallah.
Sesungguhnya hakikat tauhid adalah mengesakan Allah dalam
beribadah dan memohon pertolongan. Beribadah kepada Allah
berarti mentaati perintah-Nya, mengikuti hukum-Nya dan tunduk
pada kekuasaan dan syar’ah-Nya. Tauhid ini tidak ada jika manusia
masih menjadikan selain Allah sebagai Tuhan, mengambil selain
Allah sebagai penolong. Kemudian islam datang untuk
membebaskan manusia dari setiap penyembahan kepada selain
Allah. Ia datang dengan mengemukakan bahwa semua manusia
adalah sama rata. Dengan demikian tidak boleh satu sama lain
saling menzalimi dan saling menindas.
b. Keyakinan-Nya kepada manusia
Sistem islam telah mengakui kebebasan karena islam
percaya kepada Allah dan juga percaya kepada manusia, percaya
dengan fitrahnya yang telah Allah ciptakan padanya, dan
mempercayai kemuliaan dan kemampuannya yang membuatnya
berhak untuk menjadi khalifah di bumi. Allah telah menciptakan
manusia dan mempersiapkannya dengan kekuatan material dan
spiritual yang memadai untuk mengemban kewenangan khilafah
ini dan untuk memakmurkan bumi.
2. Nilai Keadilan
Keadilan adalah lawan dari dholim yaitu meletakan sesuatu bukan
pada tempatnya jadi keadilan itu meletakkan segala sesuatunya pada
tempatnya. Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari
larangan dalam Al-Qur’an agar supaya harta kekayaan tidak
diperbolehkan menjadi barang dagangan yang hanya beredar diantara
orang-orang kaya saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi
kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Keadilan adalah tawazun (keseimbangan) antara berbagai potensi
individu baik moral ataupun material. Keadilan tidak berarti kesamaan
secara mutlak karena menyamakan antara dua hal yang berbeda seperti

6
membedakan antara dua hal yang sama. Kedua tindakan ini tidak bisa
dikatakan keadilan sama sekali, apalagi persamaan secara mutlak
adalah suatu hal yang mustahil karena bertentangan dengan tabiat
manusia dan tabiat segala sesuatu. Keadilan adalah menyamakan dua
hal yang sama sesuai batas-batas persamaan dan kemiripan kondisi
antar keduanya. Atau membedakan antara dua hal yang berbeda sesuai
batas-batas perbedaan dan keterpautan kondisi antar keduanya.5
Nilai keadilan distribusi dalam ekonomi islam itu tercermin dalam
beberapa aspek antara lain:
a. Perbedaan pendapatan
Ketidaksamaan yang adil ini tidak diragukan lagi akan
mengakibatkan perbedaan dalam pendapatan. Ia smerupakan
aksioma yang telah diungkapkan oleh Al-Quran dalam sejumlah
ayat seperti firman-Nya: “Dan Allah melebihkan sebagian kamu
dari sebagian yang lain dalam hal rizqi” (An-Nahl:71). Mungkin
ayat yang paling mudah dapat diterima oleh akal disini adalah
firman-Nya: “kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain” (Az-
Zukhruf: 32)”.6
b. Pemerataan kesempatan
Semua anggota masyarakat harus sama dalam mendapatkan
hak untuk hidup, memiliki, belajar, bekerja, berobat, kelayakan
hidup dan jaminan keamanan dari bencana alam. Hal ini
merupakan hak-hak kemanusiaan yang berhak mereka peroleh,
sebagai manusia dan bukan sebagai anak-anak kelas khusus atau
keluarga tertentu, juga bukan sebagai individu-individu yang
memiliki keahlian khusus. Selama semua orang sama dalam arti
kemanusiaan, maka pembedaan antara individu dengan individu
5
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam (Jakarta: Robbani Press,
2004), hlm. 347.
6
Zainuddin Ahmad, Al: Qur’an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan (Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1998), hlm. 7.

7
yang lain atau satu kelompok dengan kelompok yang lain adalah
suatu kedzaliman yang tidak beralasan sama sekali karena itu
berarti pemberian antara dua pihak yang sama dalam semua segi.
c. Memenuhi hak para pekerja
Diantara nilai-nilai yang dituntut disini adalah memenuhi
hak pekerja atau buruh. Tidak boleh dalam keadilan islam seorang
buruh mencurahkan jerih payah dan keringatnya sementara ia tidak
mendapatkan upahnya, dikurangi atau di tunda-tunda. Dalam
perihal penjualan jika mereka telah menyerahkan barang maka
mereka mengambil harganya pada saat penyerahan barang.seorang
buruh yang telah menunaikan pekerjaannya ialah lebih berhak dan
lebih pantas mendapatkan upahnya dengan segera karena upahnya
adalah harga kerjannya bukan harga barang dagangannya.
d. Takaful (kesetiakawanan sosial yang menyeluruh)
Hal ini dapat terlaksana melalui jaminan sosial bagi kaum
lemah dan tidak mampu, tingkat pemenuhan kebutuhan yang
cukup, sumber-sumber dana dan jaminan sosial.7
C. Model Distribusi Pendapatan Menurut Islam
Distribusi pendapatan dalam Islam merupakan penyaluran harta
yang ada, baik dimiliki oleh pribadi atau umum (publik) kepada pihak
yang berhak menerima yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan syariat. Fokus dari distribusi pendapatan dalam
Islam adalah proses pendistribusiannya. Secara sederhana bisa
digambarkan, kewajiban menyisihkan sebagian harta bagi pihak surplus
(berkecukupan) diyakini sebagai kompensasi atas kekayaannya dan di sisi
lain merupakan insentif untuk kekayaan pihak defisit (berkekurangan).8
Menurut Idri distribusi pendapatan dalam Islam mempunyai tujuan,
yaitu: Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Kedua, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam
masyarakat. Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara

Yusuf Qardhawi, Op.Cit., hlm. 349.


7

Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Depok: PT Raja
8

Grafindo Persada, 2017), hlm. 131.

8
yang kaya dan miskin akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang
pada akhirnya melahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam
masyarakat. Meskipun demikian, Islam mengakui adanya perbedaan
jumlah harta antar-individu dalam masyarakat. Karena itu, ada yang kaya
dan miskin, tetapi jurang pembeda di antara mereka tidak boleh terlalu
lebar sehingga mengakibatkan disintegrasi sosial (QS. Al-Hasyr [59]: 7).9
Menurut Hasan (1988) Model distribusi pendapatan menurut Islam
sangat sulit dibuat hanya dengan angka-angka yang sederhana, dari hasil
pengkajiannya dia membuat suatu rumus sebagai berikut:

Y=P+W
Ket:
Y adalah pertambahan nilai bersih.
P (profit) adalah keuntungan.
W adalah upah minimum.
Hal ini mempunyai maksud bahwa adanya pertambahan
keuntungan atau pertambahan nilai maka yang berhak menikmatinya
adalah pemilik modal sebesar k maka sisanya adalah bagian dari tenaga
kerja (1-k) yang merupakan bagian tenaga kerja atas keuntungan atau
pendapatan yang diperoleh sehingga rumusnya berubah menjadi:

Y = kP + (1-k)P + W
Sehingga bagian yang diterima oleh pekerja adalah (1-k)P dan W,
sedangkan yang diterima pemodal adalah kP. Besarnya k atas kebijakan
tersebut tidak akan mengubah pemodal maupun mengurangi hak pekerja.
Misalnya, pertambahan pendapatan sebesar 100% dengan upah minimum
yang diterima seluruh pekerja 30%. Sisa keuntungan yang dibagi adalah
70% (laba) dan apabila besarnya k nisbah bagi pemodal adalah 60:40 dari
laba, maka bagian yang diterima oleh pemodal adalah 60% dikalikan laba
yang tersisa, sedangkan sisanya akan dinikmati oleh pekerja.10
D. Peran Pemerintah dalam Distribusi Pendapatan

9
Havis Aravik, Ekonomi Islam: Konsep, Teori dan Aplikasi serta Pandangan Pemikir Ekonomi
Ilam dari Abu Ubaid sampai al-Maududi (Malang: Empatdua, 2016), hlm. 141.
10
Muhamad, Ekonomi Mikro Islam (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2016), hlm. 347.

9
Peran pemerintah yang semakin besar dalam perekonomian tidak
dapat dilepaskan dari kegagalan pasar (market failure). Kegagalan pasar
inilah yang pada mulanya menjadi latar belakang dirasa perlunya campur
tangan pemerintah. Mekanisme pasar melalui invisible hand dinilai tidak
mampu secara efisien dan efektif dalam menjalankan fungsinya yang
merupakan kegagalan pasar tradisional. Namun kegagalan pasar hanyalah
salah satu sebab mengapa pemerintah harus turun tangan dalam
perekonomian agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara
optimal.
Kegagalan pasar barulah merupakan syarat perlu (necessary
condition) bagi campur tangan pemerintah. Barton (2000) menyebutkan
pula bahwa dalam ekonomi pasar yang dikendalikan oleh pemerintahan
yang dipilih secara demokratis, hanya ada dua alasan bagi pemerintah
untuk masuk ke dalam aktivitas masyarakat, yaitu social equity dan
kegagalan pasar. Berdasarkan alasan-alasan itu, secara garis besar peran
pemerintah dengan public policiesnya adalah mengkoreksi kegagalan
pasar untuk memperbaiki efisiensi produksi dan alokasi sumber daya dan
barang, serta merealokasi oportunitas dan barang untuk mencapai nilai-
nilai distribusional dan nilai-nilai lainnya
Government dari bahasa Inggris dan Gouvernment dari bahasa
Perancis yang keduanya berasal dari bahasa Latin, yaitu Gubernaculum,
yang berarti kemudi, tetapi diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
menjadi Pemerintah atau Pemerintahan dan terkadang juga menjadi
Penguasa.
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk
membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu
melalui sebuah keputusan. Setelah pemerintah membuat sebuah
keputusan, maka harus diberlakukan. Di sini ada konsep otoritas publik
yang mengacu pada sebuah “kekuatan” yang digunakan untuk
melaksanakan sebuah keputusan. Jika seorang individu melanggar aturan,
maka pemerintah mungkin menempatkannya di penjara. Pada tingkat
apapun, pemerintah adalah satu-satunya badan dengan kewenangan untuk

10
melakukannya. Selanjutnya pemerintah mempunyai kewenangan untuk
meminta setiap individu untuk mematuhi hukum, seperti membayar pajak.
Pemerintah terdiri dari lembaga-lembaga yang bertanggung jawab
untuk membuat keputusan kolektif bagi masyarakat, lebih sempit lagi
pengertian pemerintah mengacu pada tingkatan atas dalam lembaga-
lembaga tersebut. Dalam penggunaan populer, ‘pemerintah’ mengacu
hanya untuk tingkat tertinggi lembaga politik seperti untuk presiden,
perdana menteri dan anggota kabinet. Tetapi dalam pemerintahan arti luas,
pemerintah terdiri dari semua organisasi yang dibebankan untuk mencapai
dan melaksanakan keputusan untuk masyarakat atau melayani kepentingan
publik. Jadi dengan definisi pemerintah sebagai pelayan publik, bisa
dikatakan bahwa hakim dan polisi merupakan bagian dari pemerintah,
bahkan meskipun orang-orang tersebut biasanya tidak ditunjuk oleh
metode politik seperti pemilu.
Dari definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengertian
pemerintah adalah lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk
membuat keputusan kolektif bagi masyarakat. Sedangkan pemerintahan
dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara
sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan
tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas- tugas lainnya temasuk
legislatif dan yudikatif.
Dalam setiap sistem perekonomian, baik sistem perekonomian
kapitalis sosialis, maupun campuran Pemerintah mempunyai peranan yang
penting didalamnya. Pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam
sistem perekonomian sosialis, dan memiliki peran yang sangat terbatas
dalam sistem perekonomian kapitalis murni, seperti yang dikemukakan
oleh Adam Smith bahwa pemerintah hanya memiliki tiga fungsi yaitu :
1. Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan
pertahanan.
2. Fungsi pemerintah untuk meyelenggarakan peradilan.

11
3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak
disediakan oleh pihak swasta, seperti halnya dengan jalan, dam-dam
dan sebagainya.
Adam Smith sebagai konseptor sistem kapitalis murni,
mengemukakan ideologinya karena dia menganggap bahwa dalam
perekonomian kapitalis, setiap individu yang paling tahu apa yang paling
baik bagi dirinya, sehingga dia akan melaksanakan apa yang dianggap
terbaik bagi dirinya sendiri.
Prinsip kebebasan ekonomi dalam prakek menghadapi perbenturan
kepentingan, karena tidak adanya koordinasi yang menimbulkan harmonis
dalam kepentingan masing-masing individu. Dalam hal ini pemerintah
mempunyai peranan untuk mengatur, memperbaiki atau mengarahkan
aktivitas sektor swasta. Dalam perekonomain modern, peranan pemerintah
dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan besar, yaitu:
1. Peranan alokasi
2. Peranan distribusi
3. Peranan stabilisasi.
Sementara itu, Barton (2000) menyebutkan peran utama
pemerintah secara garis besar adalah :
1. Peran Alokasi Sumber Daya
2. Peran Regulator
3. Peran Kesejahteraan Sosial
4. Peran Mengelola Ekonomi Makro.
Peran pemerintah menurut perekonomian modern yaitu peran
alokasi. Peran pemerintah dalam hal ini adalah menyediakan barang yang
tidak disediakan oleh sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat
disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang publik, yaitu barang yang
tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli
(pasar). Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar
ini disebabkan karena adanya kegagalan sistem pasar. Sistem pasar tidak
dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya
barang tersebut yang tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi juga

12
akan dinikmati oleh orang lain. Contoh barang/jasa yang tidak dapat
disediakan oleh pasar misalnya : jalan, pembersihan udara, listrik dan
sebagainya. Lain halnya dengan barang swasta, seperti halnya sepatu, baju,
sepeda motor,dll yang disediakan oleh pasar karena barang-barang tersebut
mempunyai sifat pengecualian. Misalnya, apabila Surya membeli sepatu,
ia dapat mengecualikan Brata untuk menikmati (memakai) barang
tersebut.11

Mudrajad Kuncoro, Dasar-dasar Ekonomika Pembangunan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN


11

Yogyakarta, 2010) , hlm. 9-13.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Upah atau imbalan terhadap faktor-faktor produksi, terdiri dari
pertama, sewa atas tanah. Timbulnya sewa mungkin karena kesulitan
tanah sehubungan dengan permintaan. Kedua, upah bagi pekerja. Teori
upah yang pada umumnya diterima adalah teori produk marginal. Menurut
teori ini upah ditentukan oleh keseimbangan antara kekuatan permintaan
dan persediaan. Ketiga, imbalan atas modal. Modal adalah sesuatu yang
diharapkan dapat memberikan penghasilan pemiliknya tanpa harus
mengambil bungan darinya. Keempat, laba bagi pengusaha. Laba
merupakan bagian keuntungan seorang pengusaha sebagai imbalan atas
usahanya mengelola perusahaan
Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam
hal pendistribusian harus berdasarkan pada dua nilai, diantaranya yaitu
pertama, nilai kebebasan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam
bertindak yang di bingkai oleh nilai-nilai agama. Nilai kebebasan terdiri
dari keimanannya kepada allah dan mentauhidkan-Nya dan keyakinan-Nya
kepada manusia. Kedua, nilai keadilan. Keadilan adalah menyamakan dua
hal yang sama sesuai batas-batas persamaan dan kemiripan kondisi antar
keduanya. Nilai keadilan distribusi dalam ekonomi islam itu tercermin
dalam beberapa aspek antara lain: perbedaan pendapatan, pemerataan
kesempatan, memenuhi hak para pekerja, dan takaful (kesetiakawanan
sosial yang menyeluruh).
Distribusi pendapatan dalam Islam merupakan penyaluran harta
yang ada, baik dimiliki oleh pribadi atau umum (publik) kepada pihak
yang berhak menerima yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan syariat. Menurut Idri distribusi pendapatan
dalam Islam mempunyai tujuan, yaitu: Pertama, menjamin terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kedua, mengurangi ketidaksamaan
pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat. Menurut Hasan (1988)

14
Model distribusi pendapatan menurut Islam sangat sulit dibuat hanya
dengan angka-angka yang sederhana, dari hasil pengkajiannya dia
membuat suatu rumus, dimana pertambahan nilai bersih sama dengan
kuntungan ditambah dengan upah minimum.
Peran pemerintah menurut perekonomian modern yaitu peran
alokasi. Peran pemerintah dalam hal ini adalah menyediakan barang yang
tidak disediakan oleh sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat
disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang publik, yaitu barang yang
tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli
(pasar). Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar
ini disebabkan karena adanya kegagalan sistem pasar.
B. Saran
Setelah disusunya makalah ini, yang berjudul distribusi dalam
ekonomi Islam. Penulis mengharap agar pembaca bisa lebih memahami
mengenai ekonomi mikro Islam. Semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Begitu juga alangkah baiknya
mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga
ilmu dan wawasan yang di dapatkan semakin luas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Zainuddin. 1998. Al: Qur’an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan.


Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.

Aravik, Havis. 2016. Ekonomi Islam: Konsep, Teori dan Aplikasi serta
Pandangan Pemikir Ekonomi Ilam dari Abu Ubaid sampai al-Maududi.
Malang: Empatdua.

Azfalurrahman. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti


Wakaf.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-dasar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta:


UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Muhamad. 2016. Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta: Anggota IKAPI.

Mannan, Muhammad Abdul. 1995. Teori dan Praktek Ekonomi Islam.


Yogyakarta: PT. Dana Bhakti.

Qardhawi, Yusuf. 2004. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam.
Jakarta: Robbani Press.

Rozalinda. 2017. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.
Depok: PT Raja Grafindo Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai