Anda di halaman 1dari 20

TRAINING, ORIENTASI, MOTIVASI, DAN INTEGRASI

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Manajemen Sumber Daya Insani”
Diampu Oleh: Ainol Yakin, S.E., M.M.

Disusun Oleh
Kelompok 6:
Ach. Syaifur Rijal (18383031012)
Khoirun Nisa (18383032087)
Nada Widasari (18383032139)
Suci Dwiyana (18383032185)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum, wr.wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah Manajemen Sumber Daya Insani yang berjudul “Training, Orientasi,
Motivasi, dan Integrasi”. Tidak lupa pula sholawat salam selalu mengalir pada
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke
alam yang terang seperti yang dapat kita rasakan saat ini.

Disini penulis menyadari dalam penyelesaian tugas makalah ini tidak


terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
masalah tugas ini, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
Kepada:

1. Bapak Ainol Yakin, S.E., M.M.


2. Teman-teman penulis makalah ini yang telah berpartisipasi dalam
menyelesaikan tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan
dengan tangan terbuka untuk menuju pada kesempurnaan makalah ini
kedepannya.
Semoga tugas makalah pada mata kuliah Manajemen Sumber Daya Insani
yang berjudul “Training, Orientasi, Motivasi, dan Integrasi” ini dapat memberikan
manfaat sebagaimana yang di harapkan bersama. Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Pamekasasan, 22 April 2020


Kelompok 6

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1


A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Judul Makalah..................................................................................1
C. Rumusan Masalah ...........................................................................2
D. Tujuan Pembahasan .........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3


A. Training.............................................................................................3
B. Orientasi............................................................................................5
C. Motivasi.............................................................................................8
D. Integrasi.............................................................................................10

BAB III PENUTUP ..........................................................................................15


A. Kesimpulan.......................................................................................15
B. Saran..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fokus utama dalam pelaksanaan manajemen sumber daya insani,
yaitu training. Training atau pelatihan sangat penting diberikan untuk
membantu pekerja dalam mendapatkan dan menguasai kecakapan dan
keterampilan dalam bidang kerja. Dengan adanya pelatihan, tenaga kerja
dapat meningkatkan produktivitas kerja mereka. Tidak hanya training, hal
lain seperti halnya orientasi, motivasi, dan integrasi juga perlu
diperhatikan dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Dalam pembinaan tenaga kerja hal yang harus diperhatkan adalah
pembinaan dalam ketenaga kerjaan. Sehingga hal tersebut mampu
menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Dengan kata lain, telah siap
dalam segala hal. Inilah yang disebut dengan orientasi. Dalam fokus
kinerja kryawan tentu hal yang memang harus diperhatikan yaitu program
orientasi kerja.
Dalam keberhasilan perusahaan hal yang juga penting untuk
ditunjang adalah meningkatkan kualitas tenaga kerja yang memang benar-
benar baik. Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan tersebut. Untuk meningkatkan semangat kerja dari karyawan
adalah motivasi yang harus diberikan sehingga karyawan yang awalnya itu
tidak semangat dalam melakukan pekerjaann, dengan adanya motivasi itu
karyawan akan lebih semangat dan bekerja lebih baik lagi.
Selain motivasi, hal yang juga hars diperhatikan adalah integritas
diri karena integritas ini dapat membantu mengmbil suatu keputusan
antara apa yang ingin dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan.
Dengan kata lain, integritas ini lebih ditekankan pada profesionalisme dari
sumber daya insani atau manusia.
B. Judul Makalah
Adapun judul makalah ini adalah “Training, Orientasi, Motivasi,
dan Integrasi”.

1
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana training dalam manajemen sumber daya insani?
2. Bagaimana orientasi dalam manajemen sumber daya insani?
3. Bagaimana motivasi dalam manajemen sumber daya insani?
4. Bagaimana integrasi dalam manajemen sumber daya insani?
D. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menganalisis training dalam manajemen sumber daya insani.
2. Untuk menganalisis orientasi dalam manajemen sumber daya insani.
3. Untuk menganalisis motivasi dalam manajemen sumber daya insani.
4. Untuk menganalisis integrasi dalam manajemen sumber daya insani.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Training
Training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk
meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada
mereka. Training berlangsung dalam jangka waktu antara dua sampai tiga
hari hingga dua sampai tiga bulan. Training dilakukan secara sistematis,
menurut prosedur yang terbukti berhasil, dengan metode yang sudah baku
dan sesuai, serta dijalankan secar sungguh-sungguh dan teratur. Training
berkaitan dengan pekerjaan yang ditangani.
Bagi pekerja baru, training dierikan untuk membantu pekerja
dalam mendapatkan dan menguasai kecakapan dan keteramilan dalam
bidang kerja. Misalnya, mengoperasikan komputer atau mesin. Bagi
pekerja lama, trainig diberikan bila ada perubahan tata kerja atau
penggantian alat kerja. Misalnya, perubahan sistem pembukuan, atau
penggantian alat kerja tangan seperti mesin ketik dengan alat kerja
elektronik seperti komputer. Meskipun pada umumnya training diberikan
kepada pekerja operasional dan manual, namun tak terbatas bagi mereka
saja. pekerja manajerial pun tidak jarang memerlukan training. Misalnya,
di bidang manajemen baru atau prosedur kerja baru sebagai akibat
penggunaan teknologi kerja baru. Dengan mendapat pelatihan yang sesuai,
pekerja diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja mereka.
Berkat pelatihan itu kepercayaan diri dan semangat kerja pekerja dapat
ditingkatkan.1
Training dalam arti luas itu mempunyai tujuan untuk membantu
pekerjaan dalam:
1. Mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru;
2. Mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah
dikuasai;
3. Mendorong pekerja agara mau belajar dan berkembang;

1
Agus Hardjana, Training SDM yang Efektif (Yogyakarta: Kanisus, 2001), hlm. 12.

3
4. Mempraktekkan di tempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari dan
diperoleh dalam training;
5. Mengembangkan pribadi pekerja;
6. Mengembangkan efektifitas lembaga;
7. Memberi motivasi kepada pekerja untuk terus belajar dan berkembang.
Untuk menjalankan training dalam arti pelatihan ada pelaksananya.
Untuk training dalam arti kegiatan belajar untuk meningkatkan kinerja,
pelakasananya disebut instruktur, sedangkan untuk training dalam arti
pelatigan dan pengembangan, pelaksananya disebut trainer. Trainer adalah
orang yang membantu peserta trainig untuk menamba pengetahuan,
mengubah perilaku menjadi lebih produktif, dan meningkatkan kecakapan
serta keterampilan mereka melalui kegiatan training. Trainer dapat berasal
dari luar atau dari dalam lembaga.
Training merupakan kegiatan belajar. Dalam training yang baik,
terjadi perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, erilaku, kecakapan, dan
keterampilan, menjadi lebih baik yang diakibatkan oleh interaksi antara
peserta dengan kegiatan-kegiatan trainig. Dalam proses training, peserta
mendapatkan pengetahuan baru, pandangan baru, perilaku baru, cara kerja
baru, kecakapan baru, dan keterampilan baru. Pembelajaran melalui
training tidak terjadi secara otomatis. Ini berati bahwa pelaksanaan training
sesuai dengan rancangan training tidak selalu menjamin tujuan training.
Training membutuhkan kerja sama antara trainer dan peserta training. Oleh
karena itu, yang terlibat dalam training bukan hanya trainer tetapi juga
pesertanya. Dalam hal ini, trainer bertanggung jawab untuk membuat
peserta terlibat dalam training.
Trainer memiliki tanggung jawab. Utnuk itu, tugas trainer yaitu
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan dan mendiagnosis data tentang kebutuhan training
peserta, serta menganalisis dan menyimpulkan data tersebut untuk
menentukan training yang diperlukan;
2. Merancang dan mengembangkan program training yang sesuai;

4
3. Menyusun rancangan penyampaian training yang meliputi metode,
strategi, dan tekniknya;
4. Melaksanakan training, baik sendiri ataupun dalam tim;
5. Mengevaluasi training yang sudah dilaksanakan;
6. Mengadministrasi training yang sudah dilaksanakan: program, materi,
sistem evaluasi, peserta, dan pembiayaannya;
7. Menyusun rencana follow-up dan pelaksanaannya.
Selama training, trainer biasanya juga menyediakan diri untuk
konseling pribasi bagi peserta. Masalah-masalah konseling dapat berupa
masalah pribadi, keluarga, hubungan dengan rekan bawahan dan atasan di
tempat kerja, ataupun tentang permasalahan kerja.2
B. Orientasi
Setiap karyawan memiliki orientasi kerja masing-masing dan
kemungkinan besar karyawan satu dengan karyawan lainnya memiliki
orientasi kerja yang berbeda pula dan apabila orientasi yang dipersepsikan
ini dapat tercapai maka karyawan akan merasakan kepuasan kerja dan
bekerja secara maksiamal. Seperti yang dikatakan oleh Ingham yang
mengatakan bahwa sikap dan tingkah laku karyawan merupakan suatu
konsep yang dapat menciptakan harmoni dalam bekerja sehingga dapat
menyebabkan peninggkatan kinerja karyawan secara individu dalam
sebuah perusahaan. Sementara menurut Goldthorpe, orientasi merupakan
sebuah kegiatan seorang individu berdasarkan harapan yang ingin dicapai
oleh individu.3
Orientasi merupakan program yang dirancang oleh perusahaan
untuk dapat membantu dalam penyesuaian pada tempat kerja. Program
orientasi sering disebut sebagai perkenalan padaa lingkungan baru dan
kedudukan mereka dalam lingkungan tersebut. Program tersebut umumnya
menyangkut hal-hal umum yang berkaitan dengan pekerjaan dan hal-hal
khusus. Yang berkaitan dengan hal-hal umum biasanya dilakukan oleh

2
Ibid., 15-17.
3
Sri Larasati, Manajemen Sumber Daya Manusia (Sleman: Budi Utama, 2018), hlm 79-82.

5
Departemen Sumber Daya Manusia sedangkan hal-hal khusus diberikan
oleh supervisor.4
Menurut Mondy orientasi merupakan upaya pelatihan dan
pengembangan awal bagi para karyawan baru yang memberi mereka
informasi mengenai perusahaan, jabatan dan kelompok kerja. Sedangkan
menurut Nawawi orientasi merupakan usaha untuk membantu para pekerja
agar mengenali perusahaan secara baik dan dapat beradaptasi. Orientasi
biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Orientasi Organisasi, yang memberitahukan pada karyawan mengenai
tujuan, riwayat, filosofi, prosedur dan pengaturan organisasi. Hal
tersebut dapat mencakup tunjangan kebujakan dan tujangan SDM yang
yang relevan seperti jam kerja, prosedur penggajian dan tunjangan
lainnya.
2. Orientasi Unit Kerja merupakan pengakraban antar karyawan dan
penjelasan penjelasan tentang sasaran unit mencakup perkenalan-
perkenalan rekan kerja.
Orientasi secara umum memiliki tujuan. Adapun tujuan-tujuan
tersebut diantaranya adalah:
1. Menyiapkan mental karyawan dalam menghadapi peralihan suasana
2. Menghilangkan hambatan psikologis dalam memasuki kelompok yang
baru
3. Untuk mempelajari prosedur meknisme pekerjaan
4. Menjalin hubungan antara atasan dan bawahan serta pada sesama
karyawan
5. Memberikan karyawan perasaan memiliki dengan memerhatikan
bagaimana mereka bekerja
6. Mengurangi jumlah stres dan kegelisahan yang dialami karyawan baru
Adapun materi yang diberikan pada masa orientasi para karyawan
terdiri dari beberapa hal, antara lain:

4
Marihot Tua Efendi Hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Grasindo, 2007),
hlm. 153.

6
1. Profil organisasi atau perusahaan yang didalamnya berisi sejarah
perusahaan, visi dan misi yang ingin dicapai perusahan, struktur
organisasi dari perusahaan.
2. Peraturan-peraturan dan berbagai kebijakan perusahaan dalam
hubungannya dengan hak dan kewajiban.
3. Berbagai fasilitas yang mungkin dapat digunakan dan tidak boleh
digunakan oleh karyawan.
4. Pengenalan kondisi lingkungan kerja dimana karyawan tersebut akan
bekerja.
5. Pengenalan terhadap tugas tugas yang harus dikerjakan oleh karyaman
yang bersangkutan dengan Jobdesc.
Selain itu juga terdapat jenis-jenis orientasi menurut Goldthorpe
yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu:
1. Instrumentally
Instrumentally meruakan keadaan dimana karyawan-karyawan tersebut
bekerja berdasarkan satu alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Ada juga karyawan memiliki pekerjaan dengan alasan
untuk menunjang gaya hidup mereka. Orientasi ini dibagi menjadi dua,
antara lain:
a. Short-term Instrumentally Orientasi, merupakan upaya yang
dilakukan oleh para karyawan untuk menambah dan mendukung
pendapatan utama dengan bekerja di tempat lain.
b. Long-term Instrumentally Orientasi merupakan upaya karyawan
menjadikan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan utama atau
pekerjaan primer.
2. Solidaristic
Dalam pendekatan ini, setiap karyawan memandang setiap pekerjaan
bukan secara sederhana sebagai tujuan akhit akan tetapi yang aspek
yang diutamakan adalah hubungan sosial dan aktivitas yang akan
didapat.
3. Bureucratic

7
Dalam jenis ini, karyawan memiliki pekerjaan karena alasan hal-hal
yang disediakan oleh perusahaan itu sendiri. Hal-hal yang dimaksud
dapat berupa fasilitas yang diberikan seperti ruang kerja, transportasi
hingga peralatan kerja yang camggih dan modern.5
C. Motivasi
Menurut Malayu Hasibuan (2007:143), mengatakan bahwa
motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
Menurut Veithzal (2006 : 445), mengatakan motivasi adalah
serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk
mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai
tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk
mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan.6
Sebagai suatu dorongan untuk mengarahkan daya dan potensi
karyawan agar mau bekerja sama secara produktif dan berhasil mencapai
dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, motivasi tidak muncul
begitu saja akan tetapi terdapat proses yang membentuknya. Menurut
Malayu Hasibuan (2008:150) proses dari suatu Motivasi, yaitu:
1. Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan
organisasi, baru kemudian para karyawan dimotivasi ke arah tujuan
itu.
2. Mengetahui kepentingan
Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan
karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan
atau perusahaan saja.
3. Komunikasi efektif.
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan
bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan

5
Sri Larasati, Loc. Cit.
6
Mulyadi, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2007),
hlm. 11.

8
syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif tersebut
diperolehnya.
4. Integrasi Efektif
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan
kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu
untuk memperoleh laba dan perluasan perusahaan, sedangkan tujuan
individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.Jadi,
tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu
penting adanya penyesuaian motivasi.
5. Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi
dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pekerjaan,
seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
Motivasi memiliki tujuan tersendiri. Adapun tujuan motivasi
menurut Malayu Hasibuan (2008:146), yaitu:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4. Meningkatkan kedisplinan karyawan.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
Merujuk pada pengertian yang menjelaskan motivasi sebagai sikap
(attitude) seseorang atas situasi kerja (sit-uation) dilingkungan kerjanya,
sehingga jika seseorang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya
akan menunjukkan motivasi yang tinggi juga menghasilkan kinerja yang
tinggi pula. Sebaliknya jika karyawan ber-sikap negatif (kontra) terhadap
situasi kerjanya, menun-jukkan motivasinya dalam bekerja rendah,
sehingga kinerjanya juga menjadi rendah. Situasi kerja yang di-maksud

9
dalam penjelasan diatas bisa berupa hubungan kerja, fasilitas kerja,
kebijakan pimpinan, pola kepem-impinan kerja dan kondisi kerja.
Griffin dan Ebert berargumen bahwa motivasi merupakan bagian
dari fungsi manajemen pengarahan (directing). Adanya motivasi akan
mendorong individu berprilaku tertentu. Oleh sebab itu ma-najer harus
bisa memahami perbedaan-perbedaan pril-aku tersebut dan alasannya,
untuk bisa menggerakkan motivasi karyawan, dan mengarahkan prilaku
individu tersebut agar sesuai dengan tujuan perusahaan. Salah satu tujuan
yang hendak dicapai di perusahaan adalah pencapaian kinerja yang positif.
Azwar menjelaskan dalam kaitannya pengarahan (directing)
tersebut, menjelaskan bahwa prilaku diantaranya sikap dapat berbentu
perasaan yang mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfa-
vorable). Guna mencapai kinerja yang tinggi sikap perasaan yang tidak
mendukung harus bisa ditekan dan ditonjolkan sikap yang mendukung.
Caranya adalah merancang situasi yang sesuai dengan preferensi individu
tersebut, sehingga iklim kerja menjadi positif dan menghasilkan dukungan
dari individu atau karyawan.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi
kerja bersifat positif. Tingginya motivasi yang mendukung situasi kerja
akan menghasilkan sikap yang pro. Simpulan hubungan ini diperkuat
dengan pendapat Hasibuan salah satu tujuan memotivasi karyawan adalah
untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Ini artinya semakin
tinggi motivasi karya-wan dalam bekerja maka akan semakin tinggi pula
produktivitasnya.7
D. Integrasi
Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan dan kata integritas juga berasal dari kata
sifat latin integer (utuh, lengkap). Integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang
memilki keserasian fungsi.

7
Ibid., hlm. 14.

10
Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin "keutuhan" yang
berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter. Dengan
demikian, orang dapat menilai bahwa orang lain "memiliki integritas"
sejauh mereka bertindak menurut, keyakinan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
mereka mengaku terus. Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu
keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih
tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu
sistem sosial tertentu.
2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.8
Integrasi adalah menyatukan keinginan karyawan dengan tujuan
dan visi misi organisasi. Hal ini penting sekali agar karyawan dalam
bekerja merasa nyaman dan aman. Bila kondisi ini tidak jelas, bisa
berakibat konflik antara karyawan dengan pihak manajemen organisasi.
Untuk mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan kepada yang
diinginkan, manajer harus memahami sifat dan motif apa yang mendorong
mereka mau bekerja pada organisasi.
Umumnya orang mau bekerja karena didorong keinginan untuk
dapat memenuhi kebutuhan fisik dan rohaninya. Disinilah proses
pengintegrasian diperlukan. Maka pengintegrasian merupakan kegiatan
memadukan keinginan karyawan dan kepentingan organisasi agar tercipta
kerja sama yang memberikan kepuasan. Karyawan dapat memenuhi
kebutuhannya dengan senang hati dan organisas memperoleh laba dengan
tanpa beban moral.9
Dalam hal ini, integrasi memiliki 10 karakteristik. Karakteristik
tersebut, diantaranya:
1. Anda menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting

8
Faqih Ruhyanuddin, Pengintegrasian Sumber Daya Manusia (Malang: UMM Press, 2006), hlm.
71.
9
Noor Arifin, Manajemen Sumber Daya Insani (Jepara: UNISNU Press, 2017), hlm. 129

11
Agar memiliki keunggulan integritas, anda tidak boleh berbohong
dalam hal-hal kecil; dan sebagai hasilnya, anda tidak akan tergoda oleh
hal-hal yang lebih besar- kekuasaan, prestise, atau uang. Hal yang juga
penting, sebagai orang yang berintegritas, anda setia pada nilai moral
internal anda, bahkan bila itu berarti anda harus berhadapan dengan
resiko kehilangan tempat yang nyaman di dunia.
2. Anda menemukan yang benar (saat yang lain melihat warna abu-abu)
Untuk mendapatkan keunggulan integritas, anda tidak boleh
mengambil keputusan sendiri. Anda mengajukan pertanyaan,
menerima saran, berefleksi, dan melihat jauh ke depan. Ringkasnya,
pastikan bahwa anda mengambil keputusan yang tidak bertentangan
dengan kode integritas pribadi.
3. Anda bertanggung jawab
Untuk memiliki keunggulan integritas, anda sadar bahwa pencarian
integritas merupakan bagian yang integral dari kepemimpinan. Anda
bersikap terbuka dan jujur, mengungkapkan cerita yang baik maupun
yang buruk secara lengkap. Anda berbagi semua informasi penting,
tidak hanya informasi yang menguntungkan anda. Anda mengaku
ketika berbuat salah, meminta maaf, dan memperbaikinya.
4. Menciptakan budaya kepercayaan
Dengan memiliki keunggulan integritas, Anda membantu menciptakan
lingkungan kerja yang benar, yakni lingkungan yang tidak menguji
integritas pribadi karyawan atau rekan kerja anda. Anda memperkuat
integritas itu melalui prinsip, control, dan teladan pribadi. Dan Anda
memberikan penghargaan pribadi dalam segala tindakan mereka.
5. Anda menepati janji
Karyawan tidak akan mengikuti kata-kata pemimpin yang tidak
mereka percayai. Atasan tidak akan mempekerjakan atau
mempromosikan pekerja yang tidak mereka percayai. Klien tidak akan
membeli produk dari pemasok yang tidak mereka percayai. Untuk itu,
Anda perlu berlaku penuh integritas, guna memperoleh kepercayaan.
6. Anda peduli terhadap kebaikan yang lebih besar

12
Untuk memiliki keunggulan integritas, Anda berkomitmen sangat kuat
untuk memberikan keuntungan terhadap organisasi tempat anda
bernaung. Anda memedulikan perusahaan, produk, serta layanan anda,
dan khususnya rekan satu tim anda. Melalui kerja, Anda memperoleh
perasaan tentang adanya tujuan yang lebih dalam.
7. Anda jujur namun rendah hati
Untuk memiliki keunggulan integritas, anda tidak memproklamasikan
kebaikan atau kejujuran anda. Itu seperti menyombongkan kerendahan
hati. Anda seharusnya membuat tindakan anda berbicara lebih keras
daripada kata-kata.
8. Anda bertindak sebagai sedang diawasi
Untuk memiliki keunggulan integritas, anda perlu berfikir bahwa
setiap tindakan anda selalu diawasi. Anda perlu memastikan bahwa
integritas anda itu diteruskan ke generasi-generasi mendatang melalui
teladan yang anda berikan.
9. Anda mempekerjakan Integritas
Untuk memiliki keunggulan integritas, anda perlu mempekerjakan dan
mengelilingi diri anda dengan orang-orang berintegritas tinggi. Anda
mempromosikan orang yang memperlihatkan kemampuan untuk
dipercaya.
10. Anda konsisten
Untuk memiliki keunggulan integritas, anda harus memiliki
konsistensi dan keterdugaan etis. Hidup anda mencerminkan keutuhan
dan keselarasan antara nilai dan tindakan anda.
Pengintegrasian (integration) ialah fungsi operasional manajemen
personalia yang terpenting, sulit dan kompleks untuk merealisasikannya.
Hal ini disebabkan karena karyawan/manusia bersifat dinamis dan
mempunyai pikiran, perasaan, harga diri, sifat, serta membawa latar
belakang, perilaku, keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam
organisasi perusahaan.
Karyawan tidak dapat diperlakukan seenaknya seperti
menggunakan faktor-faktor produksi lainnya (mesin, modal atau bahan

13
baku). Karyawan juga harus selalu diikutsertakan dalam setiap kegiatan
serta memberikan peran aktif untuk menggunakan alat-alat yang ada.
Karena tanpa peran aktif karyawan, alat-alat canggih yang dimiliki tidak
ada artinya bagi peruashaan untuk mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan
hanya dapat dicapai jika para karyawan bergairah bekerja, mengerahkan
kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan, serta berkeinginan untuk
mencapai prestasi kerja yang optimal.
Jika karyawan kurang berprestasi maka sulit bagi organisasi
perusahaan dapat memperoleh hasil yang baik. Hal ini mengharuskan
pemimpin menggunakan kewenangannya untuk mengubah sikap dan
perilaku karyawan supaya mau bekerja giat serta berkeinginan mencapai
hasil yang optimal.
Pengintegrasian adalah kegiatan menyatupadukan keinginan
karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerja sama yang
memberikan kepuasan. Usaha untuk pengintegrasian dilakukan melalui
hubungan antar manusia (human relation), motivasi, kepemimpinan,
kesepakatan kerja bersama (KKB), dan CollectiveBargaining.
Jadi pengintegrasian adalah hal yang sangat penting dan
merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil yang baik bagi
perusahaan maupun terhadap karyawan sehingga memberikan kepuasan
kepada semua pihak. Kayawan dapat memenuhi kebutuhannya dan
perusahaan memperoleh laba.
Tujuan pengintegrasian adalah memanfaatkan karyawan agar
mereka bersedia bekerja keras dan berpartisipasi aktif dalam menunjang
tercapainya tujuan perusahaan serta terpenuhinya kebutuhan karyawan. 10

10
Mamik, Manajemen Sumber Daya Manusia (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2016), hlm. 110-113.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk
meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada
mereka. Training berlangsung dalam jangka waktu antara dua sampai tiga
hari hingga dua sampai tiga bulan. Training dilakukan secara sistematis,
menurut prosedur yang terbukti berhasil, dengan metode yang sudah baku
dan sesuai, serta dijalankan secar sungguh-sungguh dan teratur. Training
berkaitan dengan pekerjaan yang ditangani.
Orientasi merupakan program yang dirancang oleh perusahaan
untuk dapat membantu dalam penyesuaian pada tempat kerja. Program
orientasi sering disebut sebagai perkenalan padaa lingkungan baru dan
kedudukan mereka dalam lingkungan tersebut. Program tersebut umumnya
menyangkut hal-hal umum yang berkaitan dengan pekerjaan dan hal-hal
khusus.
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible
yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku
dalam mencapai tujuan. Sebagai suatu dorongan untuk mengarahkan daya
dan potensi karyawan agar mau bekerja sama secara produktif dan berhasil
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, motivasi tidak
muncul begitu saja akan tetapi terdapat proses yang membentuknya.
Integrasi adalah menyatukan keinginan karyawan dengan tujuan
dan visi misi organisasi. Hal ini penting sekali agar karyawan dalam
bekerja merasa nyaman dan aman. Bila kondisi ini tidak jelas, bisa
berakibat konflik antara karyawan dengan pihak manajemen organisasi.
Untuk mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan kepada yang
diinginkan, manajer harus memahami sifat dan motif apa yang mendorong
mereka mau bekerja pada organisasi.

15
B. Saran
Setelah disusunya makalah ini, yang berjudul training, orientasi,
motivasi, dan integrasi. Penulis mengharap agar pembaca bisa lebih
memahami mengenai manajemen sumber daya insani. Semoga penulisan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Begitu juga
alangkah baiknya mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai
sumber sehingga ilmu dan wawasan yang di dapatkan semakin luas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Noor. 2017. Manajemen Sumber Daya Insani. Jepara: UNISNU Press.

Hardjana, Agus. 2001. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisus.

Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Jakarta: Grasindo.

Larasati, Sri. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sleman: Budi Utama.

Mamik. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo: Zifatama Jawara.

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta:


Salemba Empat.

Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Pengintegrasian Sumber Daya Manusia. Malang:


UMM Press.

17

Anda mungkin juga menyukai