Anda di halaman 1dari 17

DISTRIBUSI PENDAPATAN ISLAM

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah


Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu:
DIMAS PRATOMO M.E

Disusun oleh kelompok 8 :


Muhammad Davin Pradana (NPM. 2251010104)
Muhammad Rifqy Fauzan (NPM. 2251010105)
Nuryatul Insan (NPM. 2251010287)
Sukma Kartika (NPM. 2251010323)

Program Studi : Ekonomi Syariah


Semester:2

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam


Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
2023 M / 1444 H
Alamat:Jl. Endro Suratmin, Sukarame, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung, Lampung 35131
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karna telah memberikan
karunia-Nya dan telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan Makalah ini, sehingga
karya tulis yang berjudul “Distribusi Pendapatan Islam” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Adapun selanjutnya, penulis ingin berterima-kasih kepada berbagai pihak yang telah
banyak memberikan bantuan dan sumbangsih yang sangat berguna dalam proses pembuatan
makalah ini. Oleh karna itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dimas Pratomo, M.E selaku dosen pengampu pada mata kuliah Ekonomi Mikro Islam
2. Teman-teman saya kelas Ekonomi Syariah (2H) yang setiap hari berjuang bersama,
saling mendukung dalam segala hal positif.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk penulisan berikutnya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah bagi pembaca
sekalian dan tentunya juga bagi penulis sendiri.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandar lampung, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Prinsip Distribusi Pendapatan ................................................ 3
B. Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan Dalam Islam........................................... 7
C. Tujuan Distribusi Pendapatan Islam ................................................................. 9
D. Distribusi Pendapatan Dalam Pandangan Islam ............................................... 10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembahasan mengenai pengertian distribusi pendapatan, tidak akan lepas dari
pembahasan mengenai konsep moral ekonomi yang dianut. Islam dengan tegas
menggariskan kepada penguasa, untuk meminimalkan kesenjangan dan
ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapakan atas kekayaaan seseorang
untukmembantu yang miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan
salah satu prinsip pokok dalam islam (zakat). Dengan demikian, tidak ada ruang bagi
muslimuntuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya melancarkan proses distribusi
pendapatan. Hal pertama yang perlu dibahas adalah konsep-konsep moral yang
melatarbelakangi pembahasan aspek-aspek ekonomi dari penentuan sumber maupun
distribusi pendapatan. Konsep moral tersebut diterjemahkan menjadi faktor endogen
dalam sistem distribusi pendapatan perspektif islam. Setelah itu barulah penulis
membahas masalah distribusi pendapatan yang diihat melalui pendekatan instrumen dan
mekanisme pada perspektif individu maupun negara.
Kajian tentang distribusi kekayaan dan pendapatan merupakan satu isu yang paling
kontoversial dalam ilmu ekonomi. Kontroversial ini muncul karena biasanya dalam ilmu
ekonomi yang menjadi kajian utama adalah masalah produksi, bukan distribusi. Salah
satu alasan yang melatarbelakangi diabaikannya pembahasan tentang masalah
distribusidalam ilmu ekonomi karena dipengaruhi oleh pandangan subjektif seorang
ekonom. Disamping karena penagruh cara pandang positivisme. Akan tetapi, ilmu
ekonomi islam mempunyai pandangan dan pendekatan yang berbeda dari ekonomi
konvensial (yang bersifat positivisme). Ekonomi islam secara esensial mengandung nilai-
nilai yaitu nilai-nilai religius dan moral. Dalam era globalisasi ini banyak kita lihat
kesenjangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin.
Hal ini salah-satunya dikarenakan adanya ketidak merataan dalam distribusi pendapatan
ataupun tidak diaplikasikan dengan maksimal distribusi pendapatan di dalam masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan ?
2. Apa Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan ?
3. Apa Tujuan Distribusi Pendapatan Islam ?
4. Bagaimana Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dan Prinsip Distribusi Pendapatan
2. Untuk Mengetahui Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan
3. Untuk Mngetahui Lebih Detail Lagi Tujuan Distribusi Pendapatan
4. Untuk Mengetahui Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam

D. Manfaat Penulisan
Penulis berharap dengan ditulisnya makalah ini dapat memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah Ekonomi Mikro Islam serta dapat berguna dan membawa manfaat bagi
pembaca untuk memahami Distribusi Pendapatan dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan


1) Pengertian Distribusi Pendapatan
Istilah ini terdiri atas 2 kata, yaitu distribusi dan pendapatan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), distribusi bermakna pembagian, penyaluran, dan
pengiriman, sedangkan pendapatan artinya adalah hasil kerja usaha, pencarian, dan
sebagainya1. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan adalah
suatu usaha penyaluran dan pembagian hasil kerja usaha, niaga, ataupun jasa dengan
berupa harta atau uang kepada setiap anggota masyarakat. Muhammad Anas Zarqa,
dalam makalahnya mengatakan bahwa distribusi memiliki 4 makna utama, yaitu :
Pertukaran (exchange), sumbangan sukarela (voluntary contribution), dan Kepemilikan
sosial (social authority). “Distribusi pendapatan dapat diartikan sebagai sumbangan
sukarela menurut prinsip-prinsip kebutuhan dan kewajiban-kewajiban moral tanpa
menggunakan kekuatan kekuasaan atau kepemilikan.”2 Distribusi pendapatan adalah
penyaluran pendapatan ke tiap anggota masyarakat dari hasil pekerjaan, jasa atau niaga.
Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan di suatu wilayah
atau daerah.
Apabila dalam suatu wilayah terjadi ketimpangan kekayaan, itu artinya distribusi
pendapatan di wilayah tersebut belum berjalan dengan efektif. Ketimpangan kekayaan
yang menciptakan jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin tersebut bisa jadi
karena kesalahan sistem dalam distribusi pendapatan atau bisa jadi karena sistem yang
ada belum diaplikasikan secara maksimal dalam kehidupan.
a. Menurut konsep ekonomi umum
Distribusi adalah klasifikasi pembayaran berupa sewa, upah, bunga modal dan
laba, yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh tenaga kerja, modal
dan pengusaha-pengusaha. Dalam proses distribusi penentuan harga yang dipandang dari
si penerima pendapatan bukanlah dari sudut si pembayar biaya-biaya, distribusi juga

1
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Balai
Pustaka,Jakarta.
2
Iqbal, Munawar, Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy, International Institue
of Islamic Economics, Islamabad, Pakistan, 1988.

3
berarti sinonim untuk pemasaran. Kadang-kadang distribusi dinamakan sebagai
functional distribution.3
Pendapatan juga diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang
dihasilkan dari penggunaan sumber daya properti manusia. Menurut Winardi pendapatan
secara teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil materi lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Dalam pengertian pembukuan
pendapatan diartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau individu. Sementara
kekayaan diartikan oleh Winardi sebagai segala sesuatu yang berguna dan digunakan
oleh manusia. Istilah ini juga digunakan dalam arti khusus seperti kekayaan nasional.
Sedang Sloan dan Zurcher mengartikan kekayaan sebagai objek-objek material yang
ekstern bagi manusia yang bersifat: berguna, dapat dicapai dengan angka. Kebanyakan
ahli ekonomi tidak menggolongkan dalam istilah kekayaan hak milik atas harta kekayaan,
misalnya saham. Karena dokumen tersebut dianggap sebagai bukti hak milik atas
kekayaan, jadi bukan kekayaan itu sendiri. Distribusi ditinjau dari segi kebahasaan berarti
proses penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan.4
Distribusi pendapatan dan kekayaan dalam masa sekarang ini merupakan suatu
permasalahan yang sangat penting dan rumit dilihat dari keadilannya dan pemecahannya
yang tepat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh masyarakat. Tidak diragukan lagi
bahwa pendapatan sangat penting dan perlu, tapi yang lebih penting lagi adalah cara
distribusi. Jika para penghasil itu rajin dan mau bekerja keras, mereka akan dapat
meningkatkan kekayaan negara, akan tetapi jika distribusi kekayaan itu tidak tepat maka
sebagian besar kekayaan itu akan masuk ke dalam kantong para kapitalis, sehingga
akibatnya banyak masyarakat yang menderita kemiskinan dan kelebihan kekayaan negara
tidak mereka nikmati. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat itu sepenuhnya tergantung pada hasil produksi itu sendiri, tapi juga
pada distribusi pendapatan yang tepat. Kekayaan mungkin bisa dihasilkan secara
berlebihan di setiap negara, tapi distribusi tidak berdasarkan pada prinsip-prinsip dan
kebenaran keadilan, sehingga negara tersebut belum dikatakan berhasil.5

3
Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner, Pengantar Ilmu Ekonomi, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985, hlm.
247.
4
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam jilid II.
5
Ibid.

4
b. Menurut konsep ekonomi Islam
Distribusi pendapatan merupakan suatu proses pembagian (sebagian hasil
penjualan produk) kepada faktor-faktor produksi yang ikut menentukan
pendapatan.6Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam
ialah peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak
hanya beredar di antara golongan tertentu saja. Selain itu, ada pula pendapat yang
menyatakan bahwa posisi distribusi dalam akvitas ekonomi suatu pemerintahan amatlah
penting, hal ini dikarenakan distribusi itu sendiri menjadi tujuan utama dari kebijakan
fiskal dalam suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi, seringkali
diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak yang bersifat individu maupun
pajak perusahaan). Akan tetapi masyarakat juga dapat melaksanakan swadaya melalui
pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini pemerintah tidak terlibat langsung dalam
mobilisasi pengelolaan pendapatan ZIS yang diterima. Sementara Anas Zarqa
mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan
kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain,
seperti warisan, sedekah, wakaf dan zakat.7
Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa di atas, dapat diketahui bahwa
pada dasarnya ketika kita berbicara tentang aktivitas ekonomi di bidang distribusi maka
kita akan berbicara pula tentang konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Islam. Hal ini
lebih melihat pada bagaimana Islam mengenalkan konsep pemerataan pembagian hasil
kekayaan negara melalui distribusi tersebut, yang tentunya pendapatan negara tidak
terlepas dari konsep-konsep Islam, seperti zakat, wakaf, warisan dan lain sebagainya.
2) Prinsip Distribusi Pendapatan
Distribusi harta kekayaan merupakan masalah yang sangat urgen dalam
mewujudkan pemerataan ekonomi masyarakat. Pentingnya distribusi harta kekayaan
dalam ekonomi Islam tidak berarti tidak memperhatikan keuntungan yang diperoleh dari
produksi. Maka dalam distribusi, ada beberapa prinsip dasar, yaitu sebagai berikut:

6
Saiful hadi, study hadis ekonomi, bagaimanakah konsep distribusi dalam islam. http://
shayaeconomy.blogspot.com.
7
Taqyuddin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Presepektif Islam, Risalah Gusti,
Surabaya, 1996.

5
a. Prinsip keadilan atau pemerataan
1) Kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus menyebar
kepada seluruh masyarakat.
2) Macam-macam faktor produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi
secara adil. Islam menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih harta kekayaan,
terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan dan warna kulit. Islam menjamin akan
tersebarnya harta kekayaan di masyarakat dengan adanya distribusi yang adil.
b. Prinsip persaudaraan atau kasih sayang
3) Menggambarkan adanya solidaritas individu dan sosial dalam masyarakat Islam, bentuk
nyata ini tercermin pada pola hubungan sesama muslim. Rasa persaudaraan sejati yang
tidak akan terpecah-belah oleh kekuatan-kekuatan duniawi inilah yang mempersatukan
individu ke dalam masyarakat.
4) Peradaban manusia mencapai tingkat universalitas yang sesungguhnya, yaitu adanya
saling bersandar, saling membutuhkan yang dihayati oleh seorang muslim maupun
masyarakat Islam yang akan memperkokoh solidaritas seluruh anggota masyarakat dalam
aspek kehidupan yang termasuk juga aspek ekonomi.
c. Prinsip jaminan sosial
5) -Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip semata,
melainkan menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang sempurna seperti zakat,
sedekah dan lain-lain.
6) -Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: pertama, bahwa SDA harus dinikmati
oleh semuah makhluk Allah. Kedua, adanya perhatian terhadap fakir miskin terutama
oleh orang yang punya uang. Ketiga, kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar
pada kalangan orang kaya saja. Keempat, perintah untuk berbuat baik kepada orang lain.
Kelima, orang Islam yang tidak punya kekayaan harus mampu dan mau menyumbangkan
tenaganya untuk kegiatan sosial. Keenam, larangan berbuat baik karena ingin dipuji
orang (riya‟). Ketujuh, jaminan sosial itu harus diberikan kepada mereka yang telah
disebutkan dalam al-Qur‟an sebagai pihak yang berhak atas jaminan sosial itu.
 Larangan Riba
Pelarangan riba merupakan permasalahan penting dalam ekonomi Islam, terutama
karena riba secara jelas dilarang dalam al- Qur‟an. Jika dihubungkan dengan masalah

6
distribusi maka riba dapat mempengaruhi meningkatnya masalah distribusi, yakni:
berhubungan dengan distribusi pendapatan antara bankir dan masyarakat secara umum,
serta nasabah secara khusus dalam kaitannya dengan bunga bank.
 Larangan Menumpuk Harta
Islam membenarkan hak milik pribadi, namun tidak membenarkan penumpukan
harta benda pribadi sampai batas-batas yang dapat merusak fondasi sosial Islam. Apabila
terjadi yang demikian, maka pemerintah dibenarkan dengan kekuasaannya untuk
mengambil secara paksa harta tersebut demi kepentingan masyarakat. Jika sekarang
sesuai dengan prinsip larangan menumpuk harta di atas, seharusnya dalam masyarakat
akan terjadi pengambilan harta secara paksa terhadap masyarakat yang mampu untuk
diserahkan sebagian hartanya kepada masyarakat yang membutuhkan. Tetapi itu tidak
terealisasikan.

B. Sektor-Sektor Distribusi Pendapatan dalam Islam


Peran institusi dalam distribusi dapat dipahami melalui beberapa sektor berikut:
1. Sektor Pemerintahan
Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud jika pemerintah benar-benar berperan
dalam mencukupi kebutuhan masyarakat, baik dasar/primer, sekunder, mapun tersier.
Atas dasar itu, pemerintah dilarang untuk berhenti pada pemenuhan kebutuhan dan
pelayanan primer masyarakat saja, namun harus berusaha untuk mencukupi seluruh
kebutuhan komplemen lainnya selama tidak bertentangan dengan syariah sehingga
tercipta kehidupan masyarakatyang sejahtera. Peran pemerintah dalam distribusi
diperlukan terutama jika pasar tidak mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada
faktor penghambat untuk terciptanya mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah memiliki
otoritas untuk menghilangkanhambatan tersebut karena ketidakmampuan atau kurang
sadarnya masyarakat.8
Masalah penimbunan yang marak dilakukan pengusaha, monopoli dan oligopoli
pengusaha besar pada komoditas tertentu, asimetris informasi, terputusnya jalur distribusi
dengan menghalangi barang yang akan masuk ke pasar, maupun cara-cara lain yang

8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 1.

7
dapat menghambat mekanisme pasar. Pemerintah bertugas menegakkan kewajiban yang
harus dilaksanakan setiap individu dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang
dilakukan, tugas pemerintah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma
menjadi undang-undang, dan memindahkan keindahan etika menjadi tindakan sehari-
hari. Pemerintah juga berperan sebagai penjamin terciptanya distribusi yang adil serta
menjadi fasilitator pembangunan manusia dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.
2. Sektor Publik
Kesejahateraan ekonomi merupakan hasil dari kerja seluruh elemen yang ada di
masyarakat, baik pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Dalam menciptakan keadilan
ekonomi, bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun juga merupakan kewajiban
masyarakat untuk mewujudkannya. Dengan menyadari setiap individu dalam masyarakat
membutuhkan individu yang lainnya, maka masyarakat bekerja tidak selalu untuk
kepentingan dirinya, namun juga untuk kepentingan orang lain. Antara muslim satu dan
muslim lainnya ibarat satu tubuh yang saling melengkapai antara satu dan lainnya.
Meskipun manusia diciptakan berbeda-beda, namun dengan perbedaan itulah setiap
manusia dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat secara
berbeda-beda. Masyarakat dituntut untuk menyadari akan peran pentingnya dalam
menciptakan keadilan distribusi dan mempersempit kesenjangan ekonomi dengan
menunaikan kewajiban zakat, mewakafkan sebagian harta yang dimiliki untuk
kepentingan masyarakat, mengaktifkan hukum waris sebagai jaminan terhadap keluarga,
berinfak serta bersedekah sebagai penyediaan layanan sosial.9
Secara makro peran ekonomi Islam dalam menciptakan keadilan ekonomi di
Indonesia dapat diharapkan melalui aplikasi kebijakan ekonomi, optimalisasi peran
institusi distribusi seperti pemerintah dan masyarakat, sehingga melahirkan kesadaran
baik pemerintah maupun masyarakat dalam menciptakan keadilan ekonomi dengan
mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan berpihak pada
masyarakat, bukan pada segelintir orang atau kelompok yang memiliki kepentingan,
sehingga bangsa ini semakin jauh dari kesejahteraan.10

9
Almizan dengan judul “Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi Islam”, dalam
jurnal Maqdis, Vol 1, No.1, Januari-Juni 2016, h.80.
10
2Moh. Ah. Subhan ZA, “Konsep Distribusi Pendapatan Dalam Islam”, dalam Jurnal Ekonomi
Syariah (JES), Vol 1, No. 1, September 2016, h. 96.

8
C. Tujuan Distribusi Pendapatan Islam
Distribusi sama dengan produksi dan konsumsi yang mana mempunyai tujuan, di antara
tujuan-tujuan itu adalah:
1) Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Moral yang paling penting dan efektif yang Allah perintahkan adalah untuk
menyebarkan kesejahteraan nasional melalui prinsip kekayaan yang melebihi kebutuhan
yang tersisa setelah semua kebutuhan terpenuhi. Orang Islam diperintahkan untuk
memerintahkan hartanya sampai kebutuhan fakir miskin terpenuhi.11
2) Mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.
Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang kaya dan miskin akan
mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya melahirkan sikap
permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat.
3) Untuk mencucikan jiwa dan harta.
Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat kikir, dan akan
menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia.
4) Untuk membangun generasi yang unggul.
Distribusi juga bertujuan untuk membangun generasi penerus yang unggul, khususnya
dalam bidang ekonomi, karena generasi muda merupakan penerus dalam sebuah
kepemimpinan suatu bangsa.
5) Untuk mengembangkan harta.
Pengembangan ini dapat dilihat dari dua sisi. Yang pertama sisi spiritual, berdasarkan al
Qur‟an dalam surat al Baqarah:276.

‫َث‬
‫ِّيم‬
ٍ ‫ٍ أ‬ ‫َف‬
‫َّار‬ َُ
‫َّ ل‬ ‫ك ل‬ ُ ‫ٱّللُ َ ا‬
ُ ِّ‫يح‬ َّ َ ‫ٰت‬
‫ِِّۗ و‬َ ََّ
‫دق‬‫ِّي ٱلص‬
‫ۡب‬ ‫ير‬‫ْ و‬
َُ ‫ٰا‬ َِّ
‫بى‬ َّ ُ
ُ‫ٱلل‬
‫هٱلر‬ ‫َق‬‫مح‬
ۡ‫ي‬َ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

Kedua, sisi ekonomi, dengan adanya distribusi harta kekayaan maka akan mendorong
terciptanya produktivitas, daya beli dalam masyarakat akan meningkat.

11
Moh. Holis, “Sistem Distribusi Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, dalam jurnal Masharif Al-Syariah,
Vol. 1 No. 2, November 2016, h. 13.

9
D. Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam
Apabila kita memperhatikan dengan cermat, sangat jelas kita temukan banyak
sekali kekurangan yang ada pada sistem distribusi pendapatan kapitalis dan sosialis
dalam mengatasi masalah ketimpangan kekayaan masyarakat. Hal ini tidaklah aneh,
karena begitulah sistem yang diciptakan oleh manusia. Islam, bukanlah hanya sekedar
agama yang mengatur masalah ritual semacam wudu, salat, haji, atau yang semacamnya
yang berkaitan dengan muamalah, lebih dari itu, Islam adalah sebuah agama yang
mengatur seluruh urusan kehidupan manusia untuk kebaikan manusia itu sendiri.
1. Asas Distribusi Pendapatan dalam Islam
Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan kebebasan.
a. Asas Kebebasan
Asas kebebasan dalam Islam adalah percaya pada Allah dan pada manusia. Allah
adalah Tuhan sekalian alam, Pengatur dan Pemilik segala urusan. Hanya ditangan-Nyalah
penciptaan, kematian, dan pengaturan rezeki. Islam menerapkan kebebasan karena ia
menganjurkan kepada umatnya untuk percaya kepada Allah dan mengakui eksistensi
manusia di muka bumi ini. Agar manusia tetap eksis dalam menjalankan kewajibannya
sebagai khalifah di bumi ini, maka ia diberikan kebebasan untuk memiliki harta,
berlomba mendapatkannya, dan membelanjakannya.
b. Asas Keadilan
Kebebasan mutlak, sebagaimana dianut oleh paham kapitalis, bukanlah ajaran
Islam. Karena kebebasan yang diajarkan Islam adalah kebebasan yang terikat dengan
keadilan.12
2. Langkah-Langkah dalam Distribusi Pendapatan
Secara praktik, dalam melakukan distribusi pendapatan, Islam mengambil
beberapa langkah nyata. Yaitu langkah hukum dan langkah moral.
a. Langkah hukum
Beberapa hal yang termasuk langkah hukum dalam distribusi pendapatan dalam Islam
adalah penerapan hukum waris, kewajiban zakat, larangan terhadap riba, larangan
terhadap penyembunyian harta, larangan boros dalam membelanjakan, dan larangan

12
Al-Qordhowy, Yusuf, op.cit., hlm. 20.

10
berdagang dengan cara yang tidak sehat.13 Dengan adanya sistem pembagian harta
warisan, maka kekayaan akan dapat berpindah kepemilikan sehingga bisa mencegah
kemiskinan. Dengan diwajibkannya zakat, orang fakir dan miskin akan mendapat bantuan
dalam memenuhi kebetuhan sehari-harinya sehingga dapat hidup dengan layak. Dalam
berbagai bentuk pelarangan, diharapkan seorang yang memiliki harta lebih dapat
menguasai hawa nafsunya untuk tidak memperkaya diri dengan cara yang curang
sehingga dapat hidup berdampingan satu sama lain tanpa ada jurang pembatas di antara
manusia.
Selain beberapa langkah di atas, terdapat sejumlah anjuran pada syariat Islam yang
berkaitan dengan usaha-usaha penyaluran kekayaan, di antaranya adalah:
1) Kharaj, atau pajak tanah yang diwajibkan pada pemilik tanah hasil rampasan perang.
2) Jizyah, atau iuran wajib atas seseorang yang berstatus dzimmi.
3) `Usyr, atau pajak yang dipungut dari tanah cocok tanam.
4) Kaffarat, atau tebusan atas kesalahan yang telah dilakukan.
5) `Udhiyah, atau penyembelihan hewan kurban di Idul Adha.14
Keseluruhan harta tersebut dikumpulkan di baitul mal yang dikelola negara dan
kemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya.
b. Langkah moral
Tanggung jawab moral, untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal sangatlah
dianjurkan dalam Islam. Hal ini diaplikasikan dalam distribusi pendapatan dengan adanya
anjuran sedekah15, Selain itu, ada beberapa macam anjuran selain sedekah yang termuat
dalam al-Qur`an, di antaranya adalah:
1) Qardh hasan, atau bentuk pemberian pinjaman bebas bunga pada orang-orang yang
membutuhkan.
2) Nudzur, atau perbuatan untuk menafkahkan kekayaan dalam jumlah tertentu demi
mendapat rida Allah jika tujuan yang diinginkan tercapai.
3) Waqf, atau pemberian secara suka rela untuk maslahat masyarakat umum.16
2. Sewa, Upah, dan Bunga dalam Distribusi Pendapatan Islam

13
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm. 98-123.
14
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2001, hlm. 71.
15
Rahman, Afzalur, op.cit., hlm. 126.
16
Ahmad, Mustaq, op.cit., hlm. 80-81.

11
Ketiga hal primer ini sangatlah berkaitan dengan usaha pemerataan kekayaan
melalui distribusi pendapatan. Islam juga mengatur ketiga hal tersebut.
a) Sewa
Meskipun tidak ada dalil yang menyebutkan tentang pembayaran sewa, dapatlah
dirumuskan bahwa pembayaran sewa tidak termasuk sesuatu yang dilarang dalam Islam,
meskipun secara kasar ada persamaan antara pembayaran sewa dan bunga. Hal ini
dikarenakan pembayaran sewa adalah dari tanah, sedangkan bunga adalah modal.
b) Upah
Buruh yang bekerja untuk seorang majikan atau sebuah pekerjaan, telah dijamin
kesejahteraanya dalam Islam. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu „alaihi
wasallam dalam haditsnya,”Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum
keringatnya kering.”(HR. Ibnu Majah). Hakikatnya, dalam masyarakat Islam, upah yang
harus dibayarkan bukanlah sebuah keistimewaan, akan tetapi sebuah hak asasi yang
dijamin oleh negara.
c) Bunga
Larangan mengambil bunga dalam Islam adalah jelas, meskipun ada beberapa
kalangan yang berbeda pendapat. Di antara mereka berpendapat bahwa bunga dan riba
adalah dua hal yang berbeda. Namun, ijma` ulama menegaskan bahwa setiap bunga atau
tambahan atas modal yang dipinjamkan adalah riba.17

17
Mannan, Muhammad Abdul, Ekonomi Islam: Teori dan Praktis, A.S. Noordeen, Malaysia, 1985, hlm.
198-206.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengambil inti sari atas apa yang telah
dirumuskan dalam perumusan masalah sebagai berikut:
1. Distribusi pendapatan adalah suatu usaha penyaluran dan pembagian hasil kerja usaha,
niaga, ataupun jasa dengan berupa harta atau uang kepada setiap anggota masyarakat.
2. Ada beberapa sektor distribusi pendapatan, yaitu:
- Sektor pemerintahan;
- Sektor publik;
3. Distribusi pendapatan mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:
- menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat;
- mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat;
- untuk mencucikan jiwa dan harta;
- untuk membangun generasi yang unggul;
- untuk mengembangkan harta.
4. Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan kebebasan. Secara
praktik, dalam melakukan distribusi pendapatan, Islam mengambil beberapa langkah
nyata. Yaitu langkah hukum dan langkah moral. Islam tidak melarang sewa dan upah,
tetapi melarang bunga.

B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini. Tentunya makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini dan pada penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Munawar. 1988. Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy,
International Institue of Islamic Economics. Pakistan: Islamabad.
Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner. 1985.Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Taqyuddin An Nabhani. 1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Presepektif Islam.
Surabaya: Risalah Gusti.
Muhammad Abdul Mannan. 1993.Ekonomi Islam: Teori dan Praktik, (terjemahan), Yogyakarta:
PT. Dana Bakti Wakaf.
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Kautsar.
Mannan, Muhammad Abdul. 1985. Ekonomi Islam: Teori dan Praktis. Malaysia: A.S. Noordeen.

14

Anda mungkin juga menyukai