Anda di halaman 1dari 31

Ayat dan Hadits Tentang Distribusi

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Studi Ayat dan Hadits Ekonomi

Dosen Pengampu:

Suminto, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok5

1. Rodhotul Nahla (12401193161)


2. Wike Ardita Okpiani (12401193162)
3. Rizza Putri Fandila (12401193169)
4. Giska Ayu Nugrahen (12401193177)

SEMESTER 2
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH 2D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini.Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat
memberi informasi bagi para pembaca khususnya mahasiswa jurusan Perbankan
Syariah (PS).
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penyusun berharap kepada semua pihak atas segala saran dan kritiknya
demi kesempurnaan makalah ini.Ucapan terimakasih kami haturkan pada seluruh
pihak yang mendukung penyusunan makalah ini,antara lain :
1. Bapak Dr. H. Maftukhin, M.Ag.,selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung,
2. Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,
3. Bapak Muhamad Aqim Adlan, S.Ag., S.Pd., M.E.I. selaku ketua jurusan
Perbankan Syariah,
4. Bapak Suminto, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Ayat dan
Hadits Ekonomi,
5. Serta semua pihak yang telah membantu penyusunan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan,semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi bekal pengetahuan bagi pembaca di
kemudian hari.

Tulungagung, 7 April 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan Penelitian........................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Konsep Dasar Distribusi.............................................................................3

B. Konsep Distribusi Menurut Al-Qur’an.....................................................4

C. Konsep Distribusi Menurut Al-Hadits....................................................11

D. Prinsip-Prinsip dalam Distribusi dan Implikasinya..............................21

BAB III..................................................................................................................26

PENUTUP.............................................................................................................26

A. Kesimpulan................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehidupan manusia yang semakin modern dan kompleks,
mendorong terbentuknya sistem ekonomi untuk terus maju dan
berkembang. Dalam sistem ekonomi sendiri memiliki unsur penggerak
yang saling mempengaruhi yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Dari
ketiga penggerak ekonomi tersebut, distribusi menjadi salah satu
penggerak ekonomi yang berperan dalam pemerataan harta. Sehungga
kegiatan distribusi bisa dikatakan penting karena sebagai penghubung
antara produsen ke konsumen, penyaluran distribusi tidak hanya
menyangkut masalah barang atau jasa namun juga menyangkut harta
kekayaan seseorang.

Menurut pandangan islam distribusi kekayaan adalah salah satu


hal yang menjadi pusat perhatian dalam ekonomi Islam untuk
mewujudkan kesejahteraan bersama. Selama ini distribusi seringkali hanya
diartikan sebatas kegiatan penyaluran barang dan jasa yang dibuat dari
produsen ke konsumen saja, bukan distribusi kekayaan. Al-Qur‘an sendiri
sangat menekankan pentingnya distribusi kekayaan tersebut, dimana dari
ayat-ayat tersebut dapat diketahu prinsip-prinsip dalam distribusi kekayaan
yang diinginkan oleh Islam1

Kenyataan yang nampak saat ini tentang terjadinya ketidakadilan


dan ketimpangan dalam pendistribusian pendapatan dan kekayaan di
negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia, mendorong
berbagai kajian ekonomi yang sekiranya mampu menjadi solusi atas
masalah tersebut. Salah satunya adalah kajian Islam, islam sebagai agama
yang universal diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

1
Saifullah Abdusshamad, Ayat Tentang Distribusi Serta Relasi Kaum Kaya & Miskin, Jurnal
Al-Iqtishadiyah Vol.2, No.2 (Juni 2015), hal. 61

1
2

Dalam makalah ini kami memaparkan tentang konsep distribusi menurut


Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk menambah wawasan dan pemahaman
pembaca bahwa sistem distribusi perspektif islam mampu menjadi jalan
keluar dalam mengatasi ketimpangan ekonomi dalam masyarakat. Maka
dalam uraian berikut ini disajikan rumusan masalah serta pembahasan
tentang, (a) Konsep dasar distribusi, (b)Konsep distribusi menurut Al-
Qur’an, (c) Konsep distribusi menurut Al-Hadits, dan (d) Prinsip-prinsip
dalam distribusi dan implikasinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar distribusi?
2. Bagaimana konsep distribusi menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana konsep distribusi menurut Al-Hadits?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dalam distribusi dan implikasinya?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep dasar distribusi
2. Untuk mengetahui konsep distribusi menurut Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui konsep distribusi menurut Al-Hadits
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam distribusi dan implikasinya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Distribusi


Dalam perekonomian modern saat ini, distribusi merupakan sektor
yang terpenting dalam aktivitas perekonomian, baik distribusi pendapatan
maupun distribusi kekayaan melalui kegiatan ekonomi maupun sosial.
Secara bahasa distribusi berasal dari bahasa inggris distribution yang
berarti penyaluran dan pembagian. Distribusi adalah suatu proses
penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen kepada
konsumen dan para pemakai. Penyaluran barang atau jasa kepada
konsumen dan pemakaiannya mempunyai peran penting dalam kegiatan
produksi dan konsumsi, distribusi mempunyai peran signifikan dalam
perputaran roda perekonomian masyarakat ataupun negara.
Terdapat perbedaan antarasistem ekonomi konvensional dan sistem
ekonomi Islam yang memaknai distribusi. Dalam ekonomi konvensional,
distribusi diartikan dengan klasifikasi pembayaran-pembayaran berupa
sewa, upah, bunga modal dan laba, yang berhubungan dengan tugas yang
dilaksanakan oleh tanah,tenaga kerja,modal dan pengusaha. Sedangkan
distribusi dalam ekonomi Islam dimaknai lebih luas mencakup pengaturan
kepemilikan unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Dalam
ekonomi islam distribusi lebih ditekankan pada penyaluran harta kekayaan
yan diberikan ke beberapa pihak, individu, masyarakat, maupun negara. 2

Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakikatnya untuk


mempertemukan kepentingan konsumen dan produsen dengan tujuan
untuk kemaslahatan umat. Ketika konsumen dan produsen memiliki motif
utama memenuhi kebutuhan, distribusi sepatutnya melayani kepentingan
ini dan memperlancar segala usaha menuju ke arah motif tujuan ini.3

2
Idri, HadisEkonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta: Kencana, 2015), hal. 172
3
Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Umar, Islamic Economics &Finance, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2012), hal. 39

3
4

B. Konsep Distribusi Menurut Al-Qur’an


Menurut pandangan Islam konsep distribusi adalah peningkatan dan
pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan,
sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak
hanya beredar diantara golongan tertentu saja. Prinsip utama dari sistem
distribusi adalah peningkatan dan pembagian kekayaan agar sirkulasi
kekayaan dapat ditingkatkan, yang mengarah pada pembagian kekayaan
yang merata diberbagai kalangan masyarakat yang berbeda dan tidak hanya
berfokus pada beberapa golongan tertentu.4Menurut firman Allah SWT
tentang distribusi sebagaimana terkandung dalam surat Al-hasyr ayat 7 yaitu
:
‫ماافاءاهلل على رسوله من اهل القرى فلله وللر سو ل ولذى القربى واليتمى والمسكين وابن السبيل‬
‫كيل ال يكو ن دوله بين اال غنياءمنكم ومااتكم الر سول فخذوه ومانهكم عنه فا نتهوا واتقو اهلل‬
‫اناهلل شد يد العاب‬

Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-
kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumanNya ”(QS.Al-hasyr :7)

Pada ayat surah Al-hasyr ayat 7 tersebut diterangkan harta fa‟i hasil
rampasan dari kaum Bani Quraizhah, Bani Nadhir, penduduk Fadak dan
Khaibar, yang diberikan kepada Allah, untuk Rasulullah SAW, sebaiknya
dibagikan (didistribusikan) secara merata kepada kerabat-kerabat Rasulullah
SAW dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib, anak-anak yatim yang fakir,
orang-orang miskin yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang
kehabisan perbekalan dalam perjalanan di jalan Allah. Agar harta tersebut
tidak hanya beredar diantara golongan tertentu (orang kaya).
4
Saifullah Abdusshamad, Ayat Tentang..., hal. 64
5

Dari ayat surah Al-hasyr inilah yang menjadi dasar prinsip distribusi
dalam islam harus adil, keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari
larangan dalam Alquran agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan
menjadi barang dagangan yang hanya beredar diantara orang-orang kaya
saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi kontribusi kepada kesejahteraan
masyarakat sebagai suatu keseluruhan.5Al-Qur‘an telah menetapkan
langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian kekayaan
dalam masyarakat secara obyektif. Ekonmi islam menghendaki agar suatu
barang didistribusikan kepada pihak yang berhak menerimana karena pada
dasarnya di dalam harta yang dimiliki seseorang masih ada hak orang lain
yang harus diberikan, seperti firman Allah swt dalam surah Az-Zariyat : 19
yang berbunyi,
‫وفي اموالهم حق للسا ءل والمحر وم‬

Artinya: “Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta”(Qs.Az–Zariyat :
19)
Ayat diatas menunjukkan bahwa umat islam yang memiliki harta
lebih janganlah ia hanya menggunakan hartanya untuk pemenuhan
kebutuhan pribadi semata, sebab di dalam harta itu terdapat hak orang lain.
Bagi umat islam yang berharta, ada kewajiban untuk mendistribusikan harta
itu kepada orang lain, khususnya mereka yang berkekurangan. Selain dalam
surah Az-Zuriyat dalam surah Al-Iara’ juga terdapat ayat yang menjelaskan
distribusi harta.

Dalam Qs. Al-Isra’ Allah SWT berfirman:


‫وات ذاالقر بى حقه والمسكين وابن السبيل والتبذ رتبذ يرا ان المبذ ريت كا نوااخوان‬

‫اشيطين وكا ن الشيطن لربه كفورا‬

5
Zulfa Nur Fadilla, Mekanisme dan Sistem Distribusi Harta Perspektif Islam, Jurnal Iqtishodia
Vol.1No.2, (September 2016), hal. 49
6

Artinya : “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setang dan setan
itu sangat ingkar kepada Tuhannya” (Qs.Al-Isra’: 26-27)

Tujuan dari ketentuan pembagian harta ini adalah untuk mencegah


pemusatan kekayaan kepada golongan-golongan tertentu. Selanjutnya
langkah-langkah positif yang diambil untuk membagi kekayaan kepada
masyarakat yaitu dengan melalui kewajiban mengeluarkan zakat, infaq,
pajak, warisan, wakaf dan pemberian bantuan kepada orang-orang miskin
dan yang menderita akibat pajak negara biasannya dengan pemberian
subsidi. Berikut bebeapa ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan beberapa
bentuk distribusi harta, antara lain:
1. Distribusi pendapatan melalui sedekah wajib (zakat)
Zakat merupakan pungutan wajib (sedekah wajib) yang
ditetapkan oleh agama Islam. Zakat telah menjadi kewajiban setiap
muslim menyisihkan harta yang dimilikinya untuk didistribusikan
kepada mustahik delapan asnaf. Dua macam instrumen zakat baik
zakat mal maupun zakat fitrah memiliki mekanisme dan perhitungan
yang sudah diatur dalam syari’at Islam.6 Berikut ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan zakat, antara lain:
a. Pembagian zakat kepada 8 golongan (8 Asnaf) :
Seperti firman Allah swt dalam QS at-Taubah Ayat 60 yang
berbunyi:
‫انما الصدقا ت للفقر اء والمسا كين والعا ملين عليها والملؤ لفة قلو بهم وفى الر‬

‫قاب والغا رمين وفى سبيل اهلل وابن السبيل فر يضة من اهلل واهلل عليم حكيم‬

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-


orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

6
Marabona Munthe, Konsep Distribusi Dalam Islam, Jurnal Syariah Vol. 2 No. 1, (April 2014),
hal. 84
7

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,


untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (Qs. at-Taubah: 60)

Ayat ini merupakan dasar pokok menyangkut 8 golongan


yang berhak mendapat zakat, seperti untuk orang-orang fakir, orang
miskin, para pengurus zakat, para mu’allaf, kemudian budak yang
harus dimerdekakan, orang yang berhutang, dan untuk orang-orang
yang sedang dalam perjalanan. Kedelapan golongan tersebut
termasuk orang yang diutamakan Allah swt dalam menerima
zakat.
b. Perintah wajib atas penguasa untuk memungut zakat
Zakat wajib dikeluarkan oleh setiap umat islam termasuk
para penguasa, seperti firman Allah swt dalam Qs.At- Taubah ayat
103 yang berbunyi:
‫خد من امو الهم صدقة تطهر هم وتز كيهم بها وصل عليهم ان صلو اتك سكن لهم واهلل‬
‫سميع عليم‬
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Qs.At-
Taubah: 103)

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa zakat wajib


dikeluarkan setiap umat islam. Para penguasa seperti pemerintah
juga berhak untuk memungut zakat yang biasanya dikeluarkan
melalui pajak. Pajak ini nantinya akan dibagikan kepada orang
yang berhak menerima dalam bentuk subsidi.
2. Distribusi pendapatan melalui sedekah sedekah sunah (sedekah, infak)
Sadakah sunnah dalam bentuk sedekah, infak, waqaf dan
hibbah merupak amalan-amalan yang dianjurkan oleh Islam kepada
8

seseorang untukmendistribusikan harta meraka kepada orang lain,


sekaligus untuk membuktikan sejauhmana kepedulian seseorang yang
punya kelebihan harta mau mendistribusikan sebagian harta yang
mereka miliki kepada kaum fakir dan miskin. Dalam sedekah sunnah
tidak ada unsur paksaan, tetapi lebih merupakan anjuran semata.7
Dalam islam menganjurkan umat islam untuk melakukan infak
seperti firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah: 195 yang berbunyi:
‫وانفقوا فى سبيل اهلل وال تلقوا با يديكم الى التهلكة واحسنوان اهلل يحب المحستين‬

Artinya: “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah


kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan
tangan sendiri dan berbuat baiklah. Sesungguhnya, Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs.al-Baqarah:
195)
Ayat ini menjelaskan behwa Allah memeritahkan untuk
menginfaqkan sebagian harta, karena Allah swt menyukai orang-orang
yang berbuat baik. Infak merupakan salah satu bentuk distribusi harta
kekayaan yang dalam pelaksanaannya tidak boleh ada unsur
pemaksaan dan tanpa mengharap pengembalian selain berkah dari
Allah swt.
3. Distribusi pendapatan melalui sistem pewarisan dan wasiat
Dengan warisan, Islam hendak memastikan bahwa aset dan
kekuatan ekonomi tidak boleh terpusat pada seseorang saja seberapa
kayanya dia. Jika si bapak meninggal maka anak, istri, ibu, bapak,
kakek, dan kerabat lainnya akan kebagianpeninggalannya.
Sebagaimana firman Allah SWT :
‫للر جا ل نصيب مما ترك الولدان واالقربون وللنساء نصيب مما ترك الولدان‬
J‫واالقربون مماقل منه اوكثر نصيبا مفروضا‬
Artinya: “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibubapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian
(pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,

7
Zulfa Nur Fadilla, Mekanisme dan..., hal. 53
9

baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah


ditetapkan.” (Qs. An-Nisa: 7)

Sistem distribusi waris pun sudah diatur secara sistematis dan


kompleks yang telah ditetapkan Allah swt dalam surah An-Nisa ayat
11-12. Bentuk distribusi selain dalam hal waris juga dilakan dalam
bentuk wasiat yaitu pemberian harta kepada orang lain (maksimal1/3
harta) yang didistribusikan oleh orang yang berwasiatsetelah ia
meninggal dunia. Hukum waris juga telah diriwayatkan Allah swt
dalam Qs.al-Baqarah: 180:
‫كتب عليكم اداحضراحدكم الموت ان تر ك خيرا الو صية للوالدين واالقربين‬
‫با لمعر وف حقا عللى المتقين‬
Artinya: “Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput
seseorang di antara kamu, jika dia meninggalkan harta,
berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan
cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang
yang bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 180)

Untuk memastikan keseimbangan pembagian famili non-famili


Islam juga melengkapinya dengan wasiat yang boleh diberikan kepada
non famili dengan catatan tidak lebih dari 1/3. Ketentuan ini
dilakukan untuk memproteksi kepentingan ahli waris dari keluarga
yang meninggal.8

4. Distribusi pendapatan melalui mekanisme pasar


Distribusi kekayaan melalui mekanisme pasar biasannya
dihasilkan dari proses tukar-menukar dari para pemilik barang dan
jasa (jual beli). Mekanisme ini diterangkan dalam firman Allah Swt:
‫ياايها الدين امنواالتاءكلوااموالكم بينكم بالباطل االانتكون تجارةعن تراضمنكم‬

8
Saifullah Abdusshamad, Ayat Tentang.., hal. 81
10

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu.” (Qs. al-Nisa’ [4]: 29).

Sistem jual-beli merupakan sistem ekonomi pasar yang umum


dilakukan oleh umat islam, karena tidak ada unsur riba dalam
prakteknya. Sistem ekonomi Islam sangat melindungi kepentingan
setiap warganya baik yang kaya maupun yang miskin dengan
memberikan tanggung jawab moral terhadap si kaya untuk
memperhatikan si miskin.
Praktek mekanisme pasar Islam juga menetapakan berbagai
hukum yang mengatur jual beli. Berbagai tindakan yang dapat
mengakibatkan kekacauan harga dan merugikan para pelaku jual-beli
dilarang. Islam melarang praktik penimbunan barang (al-ihtikâr),
sebuah praktik curang yang dapat menggelembungkan harga dan
merugikan masyarakat.9 Penibunan barang ataupun harta diharamkan
dalam islam seperti yang ditegaskan dalam Qs. at-Taubah: 34 yang
berunyi:
‫يايهاالذين امنواان كثيرامن االحبا روالرهباروالرهبا ن ليءكلون اموال الناس بالباطل‬
‫ويصدون عن سبيل اهلل والذين يكنزون الذهب والفضة والينفقونها في سبيل اهلل فبشرهم‬
‫بعذاب اليم‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak
dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-
benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan
(mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah
kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) azab yang pedih,” (QS.At Taubah: 34)
Para ulama fiqih yang melarang tindakan ihtikar (penimbunan)
mengatakan, apabila penimbunan barang telah terjadi di pasar,
pemerintah berhak memaksa memaksa pedagang untuk menjual
9
Marabona Munthe, Konsep Distribusi.., hal. 78
11

barang dagangannya dengan standar yang berlaku dipasar. Bahkan


menurut meraka, barang yang ditimbun oleh pedagang itu dijual
dengan harga modalnya dan pedagang itu tidak berhak mengambil
untung sebagai hukuman dari tindakan meraka. Kemudian bila
pedagang enggan untuk menjual barang dagangannya maka
hakim/pemerintah berhak menyita barang tersebut dan membagi-
bagikannya kepada masyarakat yang memerlukannya.10
Prinsip utama dari sistem distribusi islam adalah peningkatan dan
pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, yang
mengarah pada pembagian kekayaan yang merata diberbagai kalangan
masyarakat yang berbeda dan tidak hanya berfokus pada beberapa golongan
tertentu saja. Dalam Al-Qur’an pun sudah ditetapkan berbagai bentuk
distribusi yang bisa dilakukan seperti dalam bentuk zakat, infaq, wasiat,
waris dan mekanisme pasar (jual beli). Semua bentuk distribusi tersebut
memiliki fungsi yang sama yaitu pemerataan harta kekayaan.

C. Konsep Distribusi Menurut Al-Hadits


Menurut Rasulullah, suatu usaha untuk mendapatkan,
mendistribusikan, dan mengatur harta harus dilakukan secara benar dan
diperlukan keahlian yang memadai untuk melakukannya. Berkenaan dengan
pengelolaan harta dan pemanfaatan ilmu, Nabi pernah menyatakan bahwa
seseorang tidak boleh iri kecuali dalam dua hal, yaitu bagi orang yang
mendistribusikan hartanya dengan benar dan orang yang mengamalkan ilmu
dan mengajarkannya. Rasulullah bersabda

ِ ِ ِِ ِ ‫ِإ‬
َ ‫ْح ِّق َوآ َخ ُر آتَاهُ اللَّهُ حك‬
Jً‫ْمة‬ َ ِّ‫سل‬
َ ‫ط َعلَى َهلَ َكته في ال‬ َّ
ُ َ‫اَل َح َس َد اَّل في ا ْثنََت ْي ِن َر ُج ٌل آتَاهُ اللهُ َمااًل ف‬
‫ رواه البخاري‬.‫ضي بِ َها َو ُي َعلِّ ُم َها‬ ِ ‫ َف ُهو ي ْق‬.
َ َ
Artinya: “Tidak boleh ada rasa iri dengki kecuali kepada dua orang, yakni
orang yang diberikan Allah harta, lalu ia membelanjakannya
dalam kebenaran dan orang yang diberikan Allah suatu hikmah

10
Zulfa Nur Fadilla, Mekanisme dan..., hal. 52
12

(ilmu), lalu ia menerapkannya dan mengajarkannya.” (HR. Al-


Bukhari).
Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam untuk mendistribusikan
sebagian harta dan penghasilan untuk membantu saudara-suadara yang
kekurangan dalam ekonominya. Distribusi yang dimaksud Nabi dibagi
menjadi dua jenis, yang pertama adalah distribusi barang dan jasa yang
berupa penyaluran atau penyampaian barang dan jasa dari produsen ke
konsumen dan para pemakai, yang kedua adalah penyaluran sebagian harta
kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial.11
Distribusi jenis pertama adalah bentuk distribusi yang berorientasi
pada profit taking (keuntungan) atau dengan kata lain distribusi ini adalah
sebagai salah satu upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi
supaya sampai pada konsumen yang kemudian produsen mendapatkan laba
dari penjualan barang yang didistribusikan tersebut. Untuk distribusi jenis
kedua adalah bentuk distribusi yang tidak berorientasi pada profit taking
(tidak memperoleh keuntungan secara langsung), namun keuntungannya
diperoleh dikemudian hari atau di akhirat.12 Untuk jenis distribusi yang
berupa aktivitas ibadah dan sosial, Rasullulah menganjurkan untuk segera
dilakukan oleh tiap Muslim yang mampu. Kedua jenis distribusi sama- sama
dianjurkan oleh Rasulullah.
Dalam ekonomi Islam penekanan dalam distribusi adalah pada
penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada beberapa pihak baik
individu, masyarakat, ataupun negara. Ekonomi Islam menghendaki agar
suatu barang didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya.
Distribusi tidak saja terjadi dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam aktivitas
ibadah dan sosial seperti zakat, infak, dan sedekah. 13Konsep distribusi dalam
Islam menurut Hadis adalah sebagai berikut:
1. Pendistribusian sebagian harta untuk disegerakan

11
Idri, Hadis Ekonomi…, hal. 132 – 133
12
Ibid. hal. 133
13
Ibid. hal. 130
13

َ‫ال َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬َ َ‫ب ق‬ ٍ ‫بن َو ْه‬


َ َ‫ت َحا ِرثَة‬ ُ ‫ال َس ِم ْع‬َ َ‫صلَّى اهللُ َع ْن َم ْعبَد بن َخالِ ٍد ق‬ َ ‫ت النَّبِ َّي‬ ُ ‫ِم ْع‬
ُ ‫ص َدقَتِ ِه فَاَل يَ ِج ُد َم ْن َي ْيَبلُ َها َي ُق‬
‫ول‬ َّ ‫ص َّدقُوا فَِإ نَّهُ يَْأتِي َعلَْي ُك ْم َز َما ٌن يَ ْم ِشي‬
َ ِ‫الر ُج ُل ب‬ َ َ‫ ت‬: ‫َي ُقول‬
ُ ‫(مَت َف ٌق َعلَْي ِه َواللَ ْف‬ ِ ‫س لََقبِلْتها فَ ََّأما اليوم فَاَل ح‬ َ ‫الر ُج ُل ل َْو ِجْئ‬
‫ظ‬ ُ ‫اجةَ لي بِ َها‬ َ َ َ َْ َ ُ ِ ‫اَأْلم‬ ْ ِ‫ت بِ َها ب‬ َّ
)‫لِلْبُ َخا ِر ِى‬.

Artinya: “Dari Ma’bad ibn Khalid, katanya: Aku mendengar


Haritsah ibn Wahab berkata, katanya: Aku mendengar
Rasulullah Saw bersabda, “Bersedekahlah, karena (suatu
saat akan datang masa) di mana seseorang berjalan untuk
memberikan sedekahnya, tetapi orang yang akan diberinya
(menolak) seraya berkata, ‘Seandainya kamu membawanya
kemarin, niscaya aku menerimanya, tetapi kalau saat ini aku
tidak membutuhkannya’. Maka tidak ada orang yang mau
menerima sedekah itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafal
Hadis tersebut riwayat al-Bukhari).14
Dari hadis di atas jelas bahwa Rasulullah sangat
menganjurkann kepada umat Muslim yang mampu agar
menyegerakan dalam mendistribusikan sebagian hartanya, sebelum
datang suatu masa ketika sudah tidak ada lagi orang yang mau
menerimanya.

2. Larangan menimbun barang (ikhtikar)


Ikhtikar yaitu membeli barang melebihi kebutuhan dengan
tujuan untuk menimbunnya, menguasai pasar, dan menjualnya dengan
harga tinggi sekehendaknya pada saat masyarakat umum
membutuhkan.15Ikhtikarini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
dijual kembali ketika barang yang ada di pasar mengalami
kelangkaan, sehingga barang ini ditawarkan dengan harga yang tinggi
kepada konsumen. Ikhtikar adalah salah satu aktivitas ekonomi yang
dapat menimbulkan distorsi pasar dan mengandung dosa, sebagaimana
sabda Rasulullah Saw:

14
Ibid. hal. 133–134
15
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi Tarmizi
Konsultan, 2012, hal. 187
14

ِ ‫ م ِن احت َكر َفهو َخ‬: ‫اهلل صلَّى اهلل َعلَي ِه وسلَّم‬


)‫اطٌئ (رواه مسلم‬ ِ ‫ال رسو ُل‬ َ َ‫ر ق‬Jٍ ‫ع ْن َم ْع َم‬.
َُ َ َْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ
Artinya: “Dari Ma’mar ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang menimbun barang, maka ia bersalah
(berdosa)”. (HR.Muslim).16
Hadis di atas tidak ditentukan jenis barang yang dilarang untuk
ditimbun. Terdapat perbedaan dikalangan ulama mengenai barang
yang dilarang untuk ditimbun.

Pendapat yang pertama adalah pendapat dari mazhab Hanafi,


Syafi’i, dan Hanbali. Mazhab ini berpendapat bahwa barang yang
dilarang untuk ditimbun adalah makanan pokok, didasarkan pada
hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab r.a,

ِ ‫ْج َذ ِام َواِإْل فْاَل‬


‫س‬ َ ,‫احتَ َك َر َعلَى ال ُْم ْسلِ ِم ْي َن طَ َع َام ُه ْم‬
ُ ‫ض َربَهُ اهللُ بِال‬ ْ ‫َم ِن‬
Artinya: “Barang siapa menimbun makanan pokok orang Muslim,
niscaya Allah akan menimpakan kepadanya penyakit kusta
dan perdagangannya bangkrut”. (HR. Ibnu Majah).17
Sedangkan menurut mazhab Maliki, barang-barang yang
dilarang untuk ditimbun adalah apapun jenis barangnya yang menjadi
kebutuhan orang banyak.

3. Zakat, sedekah, nafaqah, warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah,


wakaf, wasiat, dan musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk
mendistribusikan sebagian kekayaan.
a. Zakat
Zakat adalah kewajiban seorang Muslim untuk
menyisihkan sebagian hartanya, untuk didistribusikan kepada
kelompok tertentu (8 ashnaf).18 Dengan adanya zakat dapat
membantu masyarakat yang kurang mampu sehinggga
perekonomian masyarakat keadaan stabil serta dapat

16
Idri, Hadis Ekonomi..., hal. 133
17
E-book: Erwandi Tarmizi, Harta Haram........, hal. 194
18
Idri, Hadis Ekonomi..., hal. 138
15

mempererat persaudaraan antar sesama umat Islam. Salah satu


hadis yang menganjurkan untuk membayar zakat adalah sebegai
berikut:
Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata, “Rasullulah Saw bersabda:
َّ ‫اد ِة َأ ْن الَ ِإلَهَ َإاَّل اهللُ َو‬
‫ َو ِإقَ ِام‬،ُ‫َأن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُسولُه‬ ٍ ‫بُنِ َي اِإْل ْسلَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ ‫ َش َه‬: ‫س‬
ِ ‫ و‬،‫ت‬ ِ َّ ‫ و ِإيت ِاء‬,‫الصالَ ِة‬.
‫ضا َن‬ َ َ ِ ‫ َو َح ِّج الَْب ْي‬،‫الز َكاة‬
َ ‫ص ْوم َر َم‬ َ ْ َ َّ
Artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
RasulNya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji
ke Baitullah, dan puasa Ramadhan”. (HR. al-
Bukhari, Muslim, dan lain-lain).19
b. Sedekah
Sedekah menurut Al Jurjani adalah pemberian yang
diberikan untuk mengharapkan pahala dari Allah SWT.
Sedangkan menurut Al Raghib al Asfahani sedekah adalah harta
yang dikeluarkan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT., seperti zakat. Bedanya sedekah untuk kategori sunnah
dan zakat untuk kategori wajib.20 Secara umum sedekah adalah
pemberian yang diberikan baik oleh orang yang kaya ataupun
tidak dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c. Infak
Adalah sedekah yang diberikan kepada orang lain jika
kondisi keuangan rumah tangga sudah berada di atas nisab.
Muslim tidak dituntut untuk mendistribusikan hartanya untuk
infak sebelum memenuhi kewajiban membayar zakat21, namun
demikian Rasulullah menganjurkan agar seseorang
menginfakkan sebagian hartanya secara ikhlas serta sembunyi-

19
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj. Izzudin
Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hal. 133
20
Candra Himawan dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah, Yogyakarta:
Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013, hal. 19
21
Ibid. hal.141
16

sembunyi sehingga orang lain tidak mengetahuinnya. Rasulullah


bersabda

ٌ‫ َس ْب َعة‬:‫ال‬ َ َ‫صلَى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ


َ ‫َع ْن َأبِي ُه َر ْي َرةَ َرض َي اهللُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫اد ِة‬
‫اهلل‬ َ َ‫اب نَ َشَأ فِي ِعب‬ ٌّ ‫ام َع ْد ٌل َو َش‬ ِ ِ ِِ ِ ِ
ٌ ‫يُظلُّ ُه ْم اهللُ َت َعالَى في ظلِّه َي ْو َم الَ ظ َّل ِإاَّل ظلُّهُ ِإ َم‬
‫اجتَ َم َعا َعلَْي ِه َوَت َف َّرقَا َعلَْي ِه‬ ِ ‫اج ِد ورجالَ ِن تَحابَّا فِي‬
ْ ‫اهلل‬ َ
ِ ِ
ُ َ َ ‫َو َر ُج ٌل َقلْبُهُ ُم َعلَّ ٌق في ال َْم َس‬
َ ‫ال ِإنِّي‬ ٍ ‫ب و َجم‬ ِ ُ ‫ورجل َد َع ْتهُ ْامرَأةٌ َذ‬
‫َّق‬
َ ‫صد‬ َ َ‫اف اهللَ َو َر ُج ٌل ت‬
ُ ‫َأخ‬ َ ‫ال َف َق‬ َ َ ٍ ‫ات َم ْنص‬ َ ٌ ُ ََ
‫ت‬ َ ‫ت الَ َت ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما ُت ْن ِف ُق يَ ِمينُهُ َو َر ُج ٌل ذَ َك َر اهللُ َخالِيًا َف َفا‬
ْ ‫ض‬ َ ‫ص َدقَ ٍة فََأ ْخ َف‬
َّ ‫اها َح‬ َ ِ‫ب‬
)‫َع ْينَاهُ (رواه البخارى‬

Artinya: “Dari Abu Hurayrah r.a. dari Nabi Saw, ia bersabda,


“Tujuh golongan yang akan mendapat naungan
Allah pada saat tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, seorang
pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada
Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid,
dua orang sahabat yang saling mencintai karena
Allah yang berkumpul dan berpisah karena-Nya,
seorang laki-laki yang diajak (untuk berbuat
mesum) oleh seorang perempuan bangsawan dan
cantik lalu (menolaknya seraya) berkata,
‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, seorang
yang bersedekah dan menyembunyikannya sehingga
tangan kiri tidak tahu apa yang diinfakkan oleh
tangan kanannya, dan seseorang yang berzikir
kepada Allah sendirian lalu meneteskan air
matanya”. (HR. al-Bukhari)22
Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa apabila
seseorang menginfakkan sebagian hartanya secara sembunyi-
sembunyi sehingga orang lain tidak mengetahui yang
diibaratkan dengan apa yang diberikan tangan kanan tangan kiri
tidak mengetahuinya, akan mendapatkan naungan pada hari
kiamat, dimana tidak ada naungan selain naungan dari Allah
SWT bersama dengan enam golongan yang lain.

22
Ibid., hal. 60
17

4. Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik


Menurut Rasulullah, harta yang didistribusikan haruslah
berasal dari usaha yang baik. Apabila seseorang mendistribusikan
hartanya baik melalui zakat, infak, sedekah, dan lain sebagainya
berasal dari harta yang tidak baik (haram) maka itu tidak ada gunanya
di hadapan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah,
ِ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫َعن َأبِى ُهر ْيرةَ ر‬
‫ص َّد َق‬ َ َ‫ َم ْن ت‬: ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ض َي اهللُ َع ْنهُ ق‬ َ َ َ ْ
‫ب َوِإ َّن اهللَ َيَت َقَّبلُ َها بِيَ ِمنِ ِه ثُ َّم ُي َر ِّب ْي َها‬َ ِّ‫ب َوالَ َي ْقبَ ُل اهللُ ِإاَّل الطَّي‬ ٍ ِّ‫ب طَي‬ٍ ‫بِ َع ْد ِل تَ ْم َر ٍة ِم ْن َك ْس‬
ِ ِ ِ ِ‫ل‬
)‫ْجبَ ِل (متفق عليه واللفظ للبخرى‬ َ ‫َأح ُد ُك ْم َفلَُّوهُ َحتَّى تَ ُكو َن مثْ َل ال‬ َ ‫صاحبِه َك َما ُي َربِّي‬ َ
Artinya: “Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Rasulullah Saw
bersabda, “Barangsiapa bersedekah dengan sekantong
kurma yang diperoleh dari hasil usaha yang baik dan Allah
tidak menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya
Allah menerima dengan tangan kanan-Nya kemudian Ia
menumbuhkan bagi pemiliknya sebagaimana salah seorang
di antara kalian membesarkan anak unta hingga (tampak)
seperti gunung”. (HR. Bukhari Muslim dengan redaksi
Bukhari)23

Dalam Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda,
‫ص ُرهُ َعلَْي ِه‬
ْ ‫ َو َكا َن ِإ‬, ‫َأج ٌر‬
ِِ
ْ ‫َم يَ ُك ْن لَهُ ف ْيه‬
ِ ِ َ ‫من جمع ماالً حراما ثُ َّم تَصد‬
ْ ‫ ل‬, ‫َّق به‬ َ ً ََ َ َ َ َ ْ َ
Artinya: “Barangsiapa mengumpulkan harta yang haram, kemudian
dia bersedekah dengannya, maka dia tidak mendapatkan
pahala dan memikul dosanya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam shahih
keduanya dan al-Hakim.24

5. Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima


Apabila seseorang telah mendistribusikan sebagian hartanya
untuk orang lain, maka harta itu telah menjadi hak milik orang yang
meneima dan tidak dapat diminta atau di tarik kembali. Rasulullah

23
Idri, Hadis Ekonomi...., hal. 145
24
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih....,hal. 241
18

mengibaratkan orang yang menarik kembali harta yang sudah


diberikannya dengan seekor anjing yang muntah dan memakannya
kembali. Sebagaimana Hadis,
‫ول‬ ُ ‫ول َس ِم ْع‬
َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫اس َي ُق‬ ُ ‫ول َس ِم ْع‬
ٍ َّ‫ت ابْ َن َعب‬ ِ َّ‫َع ْن بُ َك ْي ٍر َأنَّهُ َس ِم َع َس ِع ْي َد بْ َن ال ُْم َسي‬
ُ ‫ب َي ُق‬
‫ص َدقَتِ ِه َك َمثَ ِل‬ ِ ُ ‫ ِإنَّما مثَل الَّ ِذى يتَص َّد ُق بِص َدقَ ٍة ثُ َّم يع‬: ‫ول‬
َ ‫ود فى‬ َُ َ َ َ َّ ِ
ُ َ َ ُ ‫صلى اهللُ َعلَْيه َو َسل َم َي ُق‬
ِ
َّ َ ‫اهلل‬
)‫ْب يَِقىءُ ثُ َّم يَْأ ُك ُل َق ْيَأهُ(رواه مسلم‬ ِ ‫الْ َكل‬
Artinya: “Dari Bukayr bahwasanya ia mendengar Sa’id ibn al-
Musayyab berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan orang yang
bersedekah kemudian meminta kembali sedekahnya itu,
seperti seekor anjing yang muntah kemudian memakan
muntahannya itu”. (HR. Muslim)25

6. Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat
kikir, dan mencintai dunia
Ketika manusia dalam keadaan sehat dan cinta terhadap
dunianya (hartanya) melebihi cintanya terhadap akhirat, biasanya sifat
enggan dan keberatan untuk mengeluarkan sebagian hartanya tinggi
pada saat itu. Namun, ketika kematian didepan mata, ajal hampir
menjemput sedekah itu tidak banyak berarti kecuali warisan dan
wasiat yang memang diberikan ketika menjelang ajal tiba. Rasulullah
bersabda,
‫ول‬
َ ‫ال يَ َار ُس‬ َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َف َق‬
َ ‫اء َر ُج ٌل َإلَى النَّبِ ِّي‬
َ ‫ال َج‬
ِ ‫َعن َأبِى ُهر ْير َة ر‬
َ َ‫ض َي اهللُ َع ْنهُ ق‬ َ َ َ ْ
‫ص ِح ْي ٌح َش ِح ْي ٌح تَ ْخ َشى الْ َف ْق َر َوتَ ُْأم ُل‬
َ ‫ت‬ َ ْ‫َّق َوَأن‬
َ ‫صد‬ َ َ‫ َأ ْن ت‬: ‫ال‬
َ َ‫َأج ًرا ق‬ ِ َّ ‫َأي‬
ْ ‫الص َدقَة َأ ْعظَ ُم‬ ِ
ُّ ‫اهلل‬
‫ْت لُِفالَ ٍن َك َذا َولُِفالَ ٍن َك َذا َوقَ ْد َكا َن لُِفالَ ٍن‬ َ ‫وم ُقل‬َ ‫ْح ْل ُق‬
ُ ‫ت ال‬
ِ
ْ َ‫الغنَى َوالَ تَ ْم ِه ُل َحتَّى ِإذَا َبلَغ‬
)‫(رواه البخارى‬
Artinya: “Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Seorang laki-laki datang
kepada Nabi Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah
apakah yang paling besar pahalanya? Rasulullah menjawab,
“Kamu bersedekah sedangkan kamu dalam keadaan sehat
dan kikir, kamu takut kefaakiran dan ingin kaya, dan jangan
menunda-nunda hingga nyawa sampai tenggorokan
25
Ibid.., .hal. 145
19

kemudian kamu berkata: harta ini untuk si anu, yang ini


untuk si anu, padahal si anu itu sudah mempunyai bagian
sendiri”. (HR. al- Bukhari)26
Oleh karena itu Rasulullah melarang manusia untuk terlalu
mencintai hartanya. Karena harta yang dimiliki tidak akan dibawa
mati. Menurut Rasulullah harta seseorang tidak lebih dari tiga
kategori, yaitu sebagai sesuatu yang dimakan, dipaki, dan diberikan
kepada orang lain. Sebagaimana Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia
Rasulullah Saw bersabda,

‫ َْأو َأ ْعطَى‬, ‫س فَ َْأبلَى‬ ٌ َ‫ ِإنَّ َما لَهُ ِم ْن َمالِ ِه ثَال‬, ‫ول ال َْع ْب ُد َمالِ ْى َمالِ ْي‬
َ ‫ َْأو ل َْي‬, ‫ َما َأ َك َل فََأ ْفنَى‬: ‫ث‬ ُ ‫َي ُق‬
ِ ‫ب َوتَا ِر ُكهُ لِلن‬
‫َّاس‬ ِ
ٌ ‫ك َف ُه ُو ذَاه‬ َ ِ‫ َو َما ِس َوى ذَال‬, ‫فَاقَْتنَى‬
Artinya: “Seorang hamba berkata, ‘Hartaku, hartaku’, padahal dari
hartanya dia hartanya mendapatkan tiga perkara yaitu apa
yang dimakan lalu ia habis atau apa yang dipakai lalu ia
usang, atau apa yang dia berikan lalu dia menyimpan
pahalanya di akhirat. Selain itu ia adalah lenyap dan
(menjadi) barang peninggalannya untuk orang (selainnya).
(HR. Muslim)27

7. Orang yang mendistribusikan sebagian hartanya, didoakan oleh


malaikat dan menjauhkan wajahnya dari api neraka
Harta hanya digunakan seperlunya saja dan tidak akan dibawa
mati, maka menurut Rasulullah hendaknya sebagian harta yang
dimiliki didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan agar
tercipta keharmonisan hidup dikalangan masyarakat. Begitu
pentingnya distribusi ini sehingga para malaikat senantiasa berdoa
untuk itu. Sebagaimana sabda Rasulullah,
‫صبِ ُح‬ ٍ ِ َ َ‫َأن النَّبِي صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم ق‬ ِ
ْ ُ‫ال َما م ْن َي ْوم ي‬ َ ََ َُْ َ َّ َّ ُ‫َع ْن َأبِى ُه َر ْي َرةَ َرض َي اهللُ َع ْنه‬
ُ ‫ َخلَ ًفا َو َي ُق‬J‫َأح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم َأ ْع ِط ُم ْن ِف ًقا‬
‫ول اآْل َخ ُر اللَّ ُه َّم‬ َ ‫ول‬
ِ ‫اد فِ ْي ِه ِإاَّل ملَ َك‬
ُ ‫ان َي ْن ِزالَ ِن َفَي ُق‬ َ ُ َ‫ال ِْعب‬
)‫َأ ْع ِط ُم ْم ِس ًكا َتلَ ًفا (متفق عليه واللفظ للبخارى‬

26
Ibid.hal. 146
27
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih.......,hal. 225
20

Artinya:“Dari Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Nabi Saw


bersabda, “Tidaklah pada suatu hari, seorang hamba
berada pada pagi hari kecuali dua malaikat turun, lalu
salah satunya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti
kepada orang yang menginfakkan hartanya’ dan yang
lain juga berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kerusakan
kepada orang yang menahan (tidak mau menginfakkan
hartanya)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim, sedaksi
Hadis berasal dari al-Bukhari)28

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw


bersabda,
‫َّر َول َْو بِ ِش ِّق تَ ْم َر ٍة‬ ِ
َ ‫ليَت َِّق‬
َ ‫َأح ُد ُك ْم َو ْج َههُ الن‬
Artinya :“Hendaknya salah seorang dari kalian melindungi
wajahnya dari apai neraka walau hanya dengan
(bersedekah) separuh kurma. (Diriwayatkan oleh Ahmad
dengan sanad shahih)29

D. Prinsip-Prinsip dalam Distribusi dan Implikasinya


Ada beberapa prinsip yang mendasari proses distribusi dalam ekonomi
Islam, yakni:
1. Larangan riba
Dalam al-Qur’an kata riba digunakan dengan bermacam-macam
arti, seperti tumbuh, tambah, menyuburkan, mengembangkan serta
menjadi besar dan banyak. Secara umum riba berarti bertambah baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara etimologi, kata al-riba
bermakna zada wa nama yang berarti bertambah dan tumbuh,
sedangkan secara terminologi riba definisikan sebagai melebihkan
keuntungan dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam transaksi
jual beli, atau pertukaran barang sejenisnya dengan tanpa memberikan

28
Idri, Hadis Ekonomi....,hal. 147
29
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih......,hal. 228
21

imbalan atas kelebihan tersebut. Pelarangan riba merupakan


permasalahan penting dalam ekonomi Islam, terutama karena riba
secara jelas dilarang dalam al-Qur’an.
Jika dihubungkan dengan distribusi, maka riba dapat memengaruhi
dua permasalahan, yakni: petama, berhubungan dengan distribusi
pendapatan antara bankir dan masyarakat secara umum, serta nasabah
secara khusus dalam kaitannya dengan bunga bank. Termasuk di
dalamnya antara investor dan penabung. Ini membuktikan bahwa
Islam tidak menginginkan terjadinya eksploitasi sosial dalam berbagai
bentuk hubungan finansial yang tidak adil dan seimbang. Terutama
ketika pemilik modal dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya
kepada orang lain yang tidak memiliki kemampuan finansial tanpa
mempertimbangkan aspek moral dan keadilan, sehingga tidak tercipta
hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. Masalah kedua yang
akan timbul adalah berhubungan dengan distribusi pendapatan antar
berbagai kelompok di masyarakat, di antaranya para pekerja dan
pengangguran yang secara riil tidak bekerja namun memiliki dana,
maka dengan riba pengangguran tersebut akan mendapatkan
pendapatan dari bekerjanya para pekerja. Dalam pengertian lain,
pengangguran tipe ini tidak mendapatkan pendapatan karena ia
bekerja, namun mendapat pendapatan karena hartanya yang bekerja.
2. Keadilan dalam distribusi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keadilan merupakan kata
sifat yang menunjukkan perbuatan, perlakuan adil, tidak berat sebelah,
tidak berpihak, berpegang kepada kebenaran, proporsional. Sedangkan
kata keadilan dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘adala. Kata ‘adl di
dalam al-Qur’an memiliki aspek dan objek yang beragam, begitu pula
pelakunya. Keragaman tersebut mengakibatkan keragaman makna ‘adl
(keadilan). Menurut M. Quraish Shihab, paling tidak ada empat makna
keadilan. Pertama, ‘adl dalam arti “sama” maksudnya adalah
persamaan di dalam hak. Dengan begitu, keadilan adalah hak setiap
22

manusia dengan sebab sifatnya sebagai manusia dan sifat ini menjadi
dasar keadilan di dalam ajaran-ajaran ketuhanan. Kedua, kata ‘adl
dalam arti “seimbang”.Ketiga, kata ‘adl dalam arti ‘‘perhatian terhadap
hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap
pemiliknya.” Pengertian inilah yang didefinisikan dengan
menempatkan sesuatu pada tempatnya atau memberi pihak lain haknya
melalui jalan yang terdekat. Keempat, kata ‘adl yang diartikan dengan
“yang dinisbahkan kepada Allah.”
Di samping beberapa makna tersebut di atas, kata ‘adl digunakan
juga untuk menyebutkan suatu keadaan yang lurus, karena secara
khusus kata tersebut bermakna penetapan hukum dengan benar. Ini
sesuai dengan tujuan pokok dari syariah, yakni bertujuan untuk
menegakkan perdamaian di muka bumi dengan mengatur masyarakat
dan memberikan keadilan kepada semua orang. Dari berbagai makna
adil dan keadilan, serta implementasinya di atas, dapat dipahami
bahwa keadilan dalam distribusi merupakan satu kondisi yang tidak
memihak pada salah satu pihak atau golongan tertentu dalam ekonomi,
sehingga menciptakan keadilan merupakan kewajiban yang tidak bisa
dihindari dalam ekonomi Islam. Keadilan dalam distribusi diartikan
sebagai suatu distribusi pendapatan dan kekayaan, secara adil sesuai
dengan norma-norma fairness yang diterima secara universal.
Sedangkan keadaan sosial yang benar ialah keadaan yang
memprioritaskan kesejajaran yang ditandai dengan tingkat kesejajaran
pendapatan (kekayaan) yang tinggi dalam sistem sosial.
Keadilan distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan, yakni
agar kekayaan tidak menumpuk pada sebagian kecil masyarakat tetapi
selalu beredar dalam masyarakat. Keadilan distribusi menjamin
terciptanya pembagian yang adil dalam kemakmuran, sehingga
memberikan konstribusi ke arah kehidupan yang lebih baik.
Muhammad Shyarif Chaudhry mengemukakan bahwa distribusi
ekonomi penting dilakukan untuk menciptakan kesejahteraan di
23

masyarakat sebagai bagian dari komitmen persaudaraan dan umat.


Untuk menciptakan distribusi yang adil dapat dilakukan dengan
merealisasikan hal-hal yang telah ditetapkan dalam Islam seperti zakat,
wakaf, waris dan lain sebagainya.
3. Mengakui kepemilikan pribadi
Islam mengakui hak kepemilikan pribadi terhadap harta benda, dan
membenarkan pemilikan harta yang dilakukan dengan cara yang halal
merupakan bagian dari motivasi manusia untuk berusaha
memperjuangkan kesejahteraan dirinya dan memakmurkan bumi,
sebagaimana kewajiban bagi seorang khalifah. Sebalikanya, tidak
membenarkan penggunaan harta pribadinya sebebas-bebasnya tanpa
batas dan sekehendak hatinya. Kepemilikan terhadap harta tidak
menutup kewajiban untuk tidak melupakan hak-hak orang miskin yang
terdapat pada harta tersebut. Dengan menyadari bahwa dalam harta
yang dimiliki terdapat hak orang lain, secara langsung membuka
hubungan horisontal dan mempersempit jurang pemisah di tengah-
tengah masyarakat antara si kaya dan si miskin. Bahkan jika dilihat
lebih jauh, maka sesungguhnya pemilik harta merupakan pemegang
amanah Allah karena semua kekayaan dan harta benda pada dasarnya
milik Allah dan manusia memegangnya hanya sebagai suatu amanah
yang akan dimintai pertanggung jawabannya atas harta benda tersebut.
Jika kesadaran tersebut telah tumbuh, maka secara langsung akan
membentuk pribadi yang tidak hanya berpikir menciptakan
kesejahteraan individual, tetapi juga bertanggung jawab terhadap
terciptanya kesejahteraan pada lingkungan sosial.Pengakuan Islam
terhadap hak milik individu diperkuat dengan jaminan keselamatan
harta dengan memberikan hukuman yang keras terhadap pelaku
pencurian, perampokan dan pemaksaan kepemilikan yang tidak
dibenarkan, serta membenarkan pemindahan kepemilikan dengan cara-
cara yang dibenarkan oleh syariah sesuai dengan tujuan akad yang
dilakukan.
24

4. Larangan menumpuk harta


Islam membenarkan hak milik pribadi, namun tidak membenarkan
penumpukan harta benda pribadi sampai batas-batas yang dapat
merusak fondasi sosial Islam. Penumpukan harta berlebihan jelas
bertentangan dengan kepentingan umum yang berimbas pada rusaknya
sistem sosial dengan munculnya klas-klas yang mementingkan
kepentingan pribadi. Di samping itu, penumpukan harta berlebihan
dapat melemahkan daya beli masyarakat dan menghambat mekanisme
pasar bekerja secara adil. Apabila terjadi yang demikian, maka
pemerintah dibenarkan, dengan kekuasaannya, untuk mengambil
secara paksa harta tersebut demi kepentingan masyarakat. Kebijakan
membatasi harta pribadi dapat dibenarkan dan dilakukan untuk
menjamin terciptanya kondisi sosial yang sehat dan terwujudnya
landasan keadilan distribusi di masyarakat.30

30
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam Dalam Membangun
Keadilan Ekonomi Islam, Islamica Vol. 6 No. 2, (Maret 2012), hal 318—322
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau penyampaian
barang atau jasa dari produsen kepada konsumen dan para pemakai.
Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakikatnya untuk
mempertemukan kepentingan konsumen dan produsen dengan tujuan
untuk kemaslahatan umat. Dalam pandangan Islam, konsep distribusi
adalah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi
kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah
dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu
saja.Adapun beberapa bentuk distribusi harta, yaitu: (1) Distribusi
pendapatan melalui sedekah wajib (zakat), (2) Distribusi pendapatan
melalui sedekah sedekah sunah (sedekah, infak), (3) Distribusi pendapatan
melalui sistem pewarisan dan wasiat, (4) Distribusi pendapatan melalui
mekanisme pasar.
Menurut Al-Hadits, Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam
untuk mendistribusikan sebagian harta dan penghasilan untuk membantu
saudara-suadara yang kekurangan dalam ekonominya. Distribusi yang
dimaksud Nabi dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah distribusi
barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian barang dan jasa
dari produsen ke konsumen dan para pemakai, yang kedua adalah
penyaluran sebagian harta kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai
wujud solidaritas sosial. Sedangkan konsep distribusi dalam islam menurut
Al-Hadits adalah: (1) Pendistribusian sebagian harta untuk disegerakan;
(2) Larangan menimbun barang (ikhtikar); (3) Zakat, sedekah, nafaqah,
warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah, wakaf, wasiat, dan
musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk mendistribusikan sebagian
kekayaan; (4) Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik; (5)
Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima; (6) Waktu

25
26

distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir, dan
mencintai dunia; (7) Orang yang mendistribusikan sebagian hartanya,
didoakan oleh malaikat dan menjauhkan wajahnya dari api neraka. Dalam
pelaksanaanya distribusi memiliki beberapa prinsip yaitu larangan riba,
keadilan dalam distribusi, mengakui kepemilikan pribadi, dan larangan
memupuk harta.
DAFTAR PUSTAKA

Abdusshamad,Saifullah. 2015. Ayat Tentang Distribusi Serta Relasi Kaum Kaya


& Miskin, Jurnal Al-Iqtishadiyah Vol.2, No.2.

Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin.Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib,


terj. Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi. 2007. Jakarta:
Pustaka Sahifa.
Candra Himawan dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah,
Yogyakarta: Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013

Fadilla, Zulfa Nur. 2016.Mekanisme dan Sistem Distribusi Harta Perspektif


Islam.Jurnal Iqtishodia Vol.1No.2.

Idri. 2015.Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi. Jakarta:


Kencana.

Munthe, Marabona.Konsep Distribusi Dalam Islam. 2014.Jurnal Syariah Vol. 2


No. 1.

Rivai , Veithzal, dan Antoni Nizar Umar. 2012. Islamic Economics &Finance.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ruslan Abdul Ghofur Noor, Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam Dalam


Membangun Keadilan Ekonomi Islam, Islamica Vol. 6 No. 2, Maret 2012

Tarmizi, Erwandi.2012. Harta Haram Muamalat Kontemporer.Jakarta: PT


Erwandi Tarmizi Konsultan.

27

Anda mungkin juga menyukai