MAKALAH
Dosen Pengampu:
Suminto, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Kelompok5
SEMESTER 2
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH 2D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini.Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat
memberi informasi bagi para pembaca khususnya mahasiswa jurusan Perbankan
Syariah (PS).
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penyusun berharap kepada semua pihak atas segala saran dan kritiknya
demi kesempurnaan makalah ini.Ucapan terimakasih kami haturkan pada seluruh
pihak yang mendukung penyusunan makalah ini,antara lain :
1. Bapak Dr. H. Maftukhin, M.Ag.,selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung,
2. Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,
3. Bapak Muhamad Aqim Adlan, S.Ag., S.Pd., M.E.I. selaku ketua jurusan
Perbankan Syariah,
4. Bapak Suminto, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Ayat dan
Hadits Ekonomi,
5. Serta semua pihak yang telah membantu penyusunan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan,semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi bekal pengetahuan bagi pembaca di
kemudian hari.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................26
A. Kesimpulan................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Saifullah Abdusshamad, Ayat Tentang Distribusi Serta Relasi Kaum Kaya & Miskin, Jurnal
Al-Iqtishadiyah Vol.2, No.2 (Juni 2015), hal. 61
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar distribusi?
2. Bagaimana konsep distribusi menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana konsep distribusi menurut Al-Hadits?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dalam distribusi dan implikasinya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep dasar distribusi
2. Untuk mengetahui konsep distribusi menurut Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui konsep distribusi menurut Al-Hadits
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam distribusi dan implikasinya
BAB II
PEMBAHASAN
2
Idri, HadisEkonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta: Kencana, 2015), hal. 172
3
Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Umar, Islamic Economics &Finance, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2012), hal. 39
3
4
Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-
kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumanNya ”(QS.Al-hasyr :7)
Pada ayat surah Al-hasyr ayat 7 tersebut diterangkan harta fa‟i hasil
rampasan dari kaum Bani Quraizhah, Bani Nadhir, penduduk Fadak dan
Khaibar, yang diberikan kepada Allah, untuk Rasulullah SAW, sebaiknya
dibagikan (didistribusikan) secara merata kepada kerabat-kerabat Rasulullah
SAW dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib, anak-anak yatim yang fakir,
orang-orang miskin yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang
kehabisan perbekalan dalam perjalanan di jalan Allah. Agar harta tersebut
tidak hanya beredar diantara golongan tertentu (orang kaya).
4
Saifullah Abdusshamad, Ayat Tentang..., hal. 64
5
Dari ayat surah Al-hasyr inilah yang menjadi dasar prinsip distribusi
dalam islam harus adil, keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari
larangan dalam Alquran agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan
menjadi barang dagangan yang hanya beredar diantara orang-orang kaya
saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi kontribusi kepada kesejahteraan
masyarakat sebagai suatu keseluruhan.5Al-Qur‘an telah menetapkan
langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian kekayaan
dalam masyarakat secara obyektif. Ekonmi islam menghendaki agar suatu
barang didistribusikan kepada pihak yang berhak menerimana karena pada
dasarnya di dalam harta yang dimiliki seseorang masih ada hak orang lain
yang harus diberikan, seperti firman Allah swt dalam surah Az-Zariyat : 19
yang berbunyi,
وفي اموالهم حق للسا ءل والمحر وم
Artinya: “Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta”(Qs.Az–Zariyat :
19)
Ayat diatas menunjukkan bahwa umat islam yang memiliki harta
lebih janganlah ia hanya menggunakan hartanya untuk pemenuhan
kebutuhan pribadi semata, sebab di dalam harta itu terdapat hak orang lain.
Bagi umat islam yang berharta, ada kewajiban untuk mendistribusikan harta
itu kepada orang lain, khususnya mereka yang berkekurangan. Selain dalam
surah Az-Zuriyat dalam surah Al-Iara’ juga terdapat ayat yang menjelaskan
distribusi harta.
5
Zulfa Nur Fadilla, Mekanisme dan Sistem Distribusi Harta Perspektif Islam, Jurnal Iqtishodia
Vol.1No.2, (September 2016), hal. 49
6
Artinya : “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setang dan setan
itu sangat ingkar kepada Tuhannya” (Qs.Al-Isra’: 26-27)
قاب والغا رمين وفى سبيل اهلل وابن السبيل فر يضة من اهلل واهلل عليم حكيم
6
Marabona Munthe, Konsep Distribusi Dalam Islam, Jurnal Syariah Vol. 2 No. 1, (April 2014),
hal. 84
7
7
Zulfa Nur Fadilla, Mekanisme dan..., hal. 53
9
8
Saifullah Abdusshamad, Ayat Tentang.., hal. 81
10
ِ ِ ِِ ِ ِإ
َ ْح ِّق َوآ َخ ُر آتَاهُ اللَّهُ حك
Jًْمة َ ِّسل
َ ط َعلَى َهلَ َكته في ال َّ
ُ َاَل َح َس َد اَّل في ا ْثنََت ْي ِن َر ُج ٌل آتَاهُ اللهُ َمااًل ف
رواه البخاري.ضي بِ َها َو ُي َعلِّ ُم َها ِ َف ُهو ي ْق.
َ َ
Artinya: “Tidak boleh ada rasa iri dengki kecuali kepada dua orang, yakni
orang yang diberikan Allah harta, lalu ia membelanjakannya
dalam kebenaran dan orang yang diberikan Allah suatu hikmah
10
Zulfa Nur Fadilla, Mekanisme dan..., hal. 52
12
11
Idri, Hadis Ekonomi…, hal. 132 – 133
12
Ibid. hal. 133
13
Ibid. hal. 130
13
14
Ibid. hal. 133–134
15
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi Tarmizi
Konsultan, 2012, hal. 187
14
16
Idri, Hadis Ekonomi..., hal. 133
17
E-book: Erwandi Tarmizi, Harta Haram........, hal. 194
18
Idri, Hadis Ekonomi..., hal. 138
15
19
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj. Izzudin
Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hal. 133
20
Candra Himawan dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah, Yogyakarta:
Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013, hal. 19
21
Ibid. hal.141
16
22
Ibid., hal. 60
17
Dalam Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda,
ص ُرهُ َعلَْي ِه
ْ َو َكا َن ِإ, َأج ٌر
ِِ
ْ َم يَ ُك ْن لَهُ ف ْيه
ِ ِ َ من جمع ماالً حراما ثُ َّم تَصد
ْ ل, َّق به َ ً ََ َ َ َ َ ْ َ
Artinya: “Barangsiapa mengumpulkan harta yang haram, kemudian
dia bersedekah dengannya, maka dia tidak mendapatkan
pahala dan memikul dosanya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam shahih
keduanya dan al-Hakim.24
23
Idri, Hadis Ekonomi...., hal. 145
24
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih....,hal. 241
18
6. Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat
kikir, dan mencintai dunia
Ketika manusia dalam keadaan sehat dan cinta terhadap
dunianya (hartanya) melebihi cintanya terhadap akhirat, biasanya sifat
enggan dan keberatan untuk mengeluarkan sebagian hartanya tinggi
pada saat itu. Namun, ketika kematian didepan mata, ajal hampir
menjemput sedekah itu tidak banyak berarti kecuali warisan dan
wasiat yang memang diberikan ketika menjelang ajal tiba. Rasulullah
bersabda,
ول
َ ال يَ َار ُس َ صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َف َق
َ اء َر ُج ٌل َإلَى النَّبِ ِّي
َ ال َج
ِ َعن َأبِى ُهر ْير َة ر
َ َض َي اهللُ َع ْنهُ ق َ َ َ ْ
ص ِح ْي ٌح َش ِح ْي ٌح تَ ْخ َشى الْ َف ْق َر َوتَ ُْأم ُل
َ ت َ َّْق َوَأن
َ صد َ َ َأ ْن ت: ال
َ ََأج ًرا ق ِ َّ َأي
ْ الص َدقَة َأ ْعظَ ُم ِ
ُّ اهلل
ْت لُِفالَ ٍن َك َذا َولُِفالَ ٍن َك َذا َوقَ ْد َكا َن لُِفالَ ٍن َ وم ُقلَ ْح ْل ُق
ُ ت ال
ِ
ْ َالغنَى َوالَ تَ ْم ِه ُل َحتَّى ِإذَا َبلَغ
)(رواه البخارى
Artinya: “Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Seorang laki-laki datang
kepada Nabi Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah
apakah yang paling besar pahalanya? Rasulullah menjawab,
“Kamu bersedekah sedangkan kamu dalam keadaan sehat
dan kikir, kamu takut kefaakiran dan ingin kaya, dan jangan
menunda-nunda hingga nyawa sampai tenggorokan
25
Ibid.., .hal. 145
19
َْأو َأ ْعطَى, س فَ َْأبلَى ٌ َ ِإنَّ َما لَهُ ِم ْن َمالِ ِه ثَال, ول ال َْع ْب ُد َمالِ ْى َمالِ ْي
َ َْأو ل َْي, َما َأ َك َل فََأ ْفنَى: ث ُ َي ُق
ِ ب َوتَا ِر ُكهُ لِلن
َّاس ِ
ٌ ك َف ُه ُو ذَاه َ ِ َو َما ِس َوى ذَال, فَاقَْتنَى
Artinya: “Seorang hamba berkata, ‘Hartaku, hartaku’, padahal dari
hartanya dia hartanya mendapatkan tiga perkara yaitu apa
yang dimakan lalu ia habis atau apa yang dipakai lalu ia
usang, atau apa yang dia berikan lalu dia menyimpan
pahalanya di akhirat. Selain itu ia adalah lenyap dan
(menjadi) barang peninggalannya untuk orang (selainnya).
(HR. Muslim)27
26
Ibid.hal. 146
27
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih.......,hal. 225
20
28
Idri, Hadis Ekonomi....,hal. 147
29
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih......,hal. 228
21
manusia dengan sebab sifatnya sebagai manusia dan sifat ini menjadi
dasar keadilan di dalam ajaran-ajaran ketuhanan. Kedua, kata ‘adl
dalam arti “seimbang”.Ketiga, kata ‘adl dalam arti ‘‘perhatian terhadap
hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap
pemiliknya.” Pengertian inilah yang didefinisikan dengan
menempatkan sesuatu pada tempatnya atau memberi pihak lain haknya
melalui jalan yang terdekat. Keempat, kata ‘adl yang diartikan dengan
“yang dinisbahkan kepada Allah.”
Di samping beberapa makna tersebut di atas, kata ‘adl digunakan
juga untuk menyebutkan suatu keadaan yang lurus, karena secara
khusus kata tersebut bermakna penetapan hukum dengan benar. Ini
sesuai dengan tujuan pokok dari syariah, yakni bertujuan untuk
menegakkan perdamaian di muka bumi dengan mengatur masyarakat
dan memberikan keadilan kepada semua orang. Dari berbagai makna
adil dan keadilan, serta implementasinya di atas, dapat dipahami
bahwa keadilan dalam distribusi merupakan satu kondisi yang tidak
memihak pada salah satu pihak atau golongan tertentu dalam ekonomi,
sehingga menciptakan keadilan merupakan kewajiban yang tidak bisa
dihindari dalam ekonomi Islam. Keadilan dalam distribusi diartikan
sebagai suatu distribusi pendapatan dan kekayaan, secara adil sesuai
dengan norma-norma fairness yang diterima secara universal.
Sedangkan keadaan sosial yang benar ialah keadaan yang
memprioritaskan kesejajaran yang ditandai dengan tingkat kesejajaran
pendapatan (kekayaan) yang tinggi dalam sistem sosial.
Keadilan distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan, yakni
agar kekayaan tidak menumpuk pada sebagian kecil masyarakat tetapi
selalu beredar dalam masyarakat. Keadilan distribusi menjamin
terciptanya pembagian yang adil dalam kemakmuran, sehingga
memberikan konstribusi ke arah kehidupan yang lebih baik.
Muhammad Shyarif Chaudhry mengemukakan bahwa distribusi
ekonomi penting dilakukan untuk menciptakan kesejahteraan di
23
30
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam Dalam Membangun
Keadilan Ekonomi Islam, Islamica Vol. 6 No. 2, (Maret 2012), hal 318—322
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau penyampaian
barang atau jasa dari produsen kepada konsumen dan para pemakai.
Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakikatnya untuk
mempertemukan kepentingan konsumen dan produsen dengan tujuan
untuk kemaslahatan umat. Dalam pandangan Islam, konsep distribusi
adalah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi
kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah
dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu
saja.Adapun beberapa bentuk distribusi harta, yaitu: (1) Distribusi
pendapatan melalui sedekah wajib (zakat), (2) Distribusi pendapatan
melalui sedekah sedekah sunah (sedekah, infak), (3) Distribusi pendapatan
melalui sistem pewarisan dan wasiat, (4) Distribusi pendapatan melalui
mekanisme pasar.
Menurut Al-Hadits, Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam
untuk mendistribusikan sebagian harta dan penghasilan untuk membantu
saudara-suadara yang kekurangan dalam ekonominya. Distribusi yang
dimaksud Nabi dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah distribusi
barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian barang dan jasa
dari produsen ke konsumen dan para pemakai, yang kedua adalah
penyaluran sebagian harta kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai
wujud solidaritas sosial. Sedangkan konsep distribusi dalam islam menurut
Al-Hadits adalah: (1) Pendistribusian sebagian harta untuk disegerakan;
(2) Larangan menimbun barang (ikhtikar); (3) Zakat, sedekah, nafaqah,
warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah, wakaf, wasiat, dan
musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk mendistribusikan sebagian
kekayaan; (4) Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik; (5)
Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima; (6) Waktu
25
26
distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir, dan
mencintai dunia; (7) Orang yang mendistribusikan sebagian hartanya,
didoakan oleh malaikat dan menjauhkan wajahnya dari api neraka. Dalam
pelaksanaanya distribusi memiliki beberapa prinsip yaitu larangan riba,
keadilan dalam distribusi, mengakui kepemilikan pribadi, dan larangan
memupuk harta.
DAFTAR PUSTAKA
Rivai , Veithzal, dan Antoni Nizar Umar. 2012. Islamic Economics &Finance.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
27