Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH EKONOMI MAKRO

KONSUMSI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah pengantar ekonomi makro

Dosen : Dr.Ayus Ahmad Yusuf, S.E., M.Kom.

Disusun oleh Kelompok 6

Chaca Chandra Nugraha (20220610096)

Delia Nur Apriliyani (20220610133)

Melly Yuliawati (20220610074)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KUNINGAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya degan suri
tauladan-Nya yang baik.

Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan
tentang KONSUMSI semua ini dirangkum dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .

Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang
telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan masuk pada inti
pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini. Diharapkan pembaca
dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang KONSUMSI . Akhirnya, kami penyusun
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih sempurna
lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada saya
demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda
semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kuningan, Oktober 2022

Tim Penyusun

i
ABSTRAK

Konsumsi sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Lebih dari 60 persen Produk
Domestik Bruto (PDB) berasal dari kegiatan konsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran konsumsi terhadap perekonomian Indonesia dan implikasinya terhadap
kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi di
Indonesia masih rendah. Rendahnya tingkat konsumsi di Indonesia disebabkan tingginya
tingkat kemiskinan dan pengangguran. Zakat sebagai salah satu sumber sumber untuk
pengeluaran konsumsi belum dikelola secara baik dalam memperbaiki tingkat ekonomi
penduduk. Karena sebahagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan, maka untuk
meningkatkan pendapatan mereka produksi hasil pertanian harus ditingkatkan melalui
peningkatan subsidi input, stabilisasi harga hasil-hasil pertanian, pendidikan dan penguatan
koperasi. Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia mengurangi atau menghabiskan nilai guna
suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan, baik secara berangsur-angsur maupun
sekaligus. Konsumsi memiliki kedudukan yang besar dalam setiap perekonomian, karena
tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Dalam sistem perekonomian, konsumsi
memainkan peranan penting. Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan
distribusi. Dengan demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

ABSTRAK ..........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................3

2.1 Landasan Teoritis .........................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................4

3.1 Definisi Konsumsi .........................................................................................................4

3.2 Teori Konsumsi ............................................................................................................5

3.3 Fungsi Konsumsi ...........................................................................................................8

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi ...............................................................10

3.5 Konsumsi di Indonesia ..................................................................................................14

3.6 Pengeluaran dan Konsumsi Rumah Tangga ..................................................................15

BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................................17

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................17

4.2 Saran ..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang
dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep yang di Indonesiakan
dalam bahasa Inggris “Consumption”, merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh
rumah tangga ke atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan
yang dibelanjakan. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan,
dilambangkan dengan huruf “S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-
pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya
adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. (Dumairy, 1996:
114).
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan
mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di
produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan
barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan
konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada
gap atau jarak antara konsumsi dan produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan
mengkonsumsi apa saja dan jumlah beberapapun sepanjang: anggaran saya memadai dan
saya memperoleh kepuasan maksimum“.
Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan
tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah
tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara
pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua,
konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan
ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan
pendapatannya. (Sukirno, 2003 : 338). Semakin besar pendapatan seseorang maka akan
semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi
terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal
Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan dinamakan
hasrat marjinal untuk menabung (Marginal to Save, MPS). Pada pengeluaran konsumsi
rumah tangga terdapat konsumsi minimum bagi rumah tangga tersebut, yaitu besarnya
pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan, walaupun tidak ada pendapatan.
1
Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini disebut pengeluaran konsumsi otonom
(outonomous consumtion).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Konsumsi?


2. Apa itu teori Konsumsi?
3. Apa fungsi dari Konsumsi?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi?
5. Bagaimana konsumsi di Indonesia?
6. Bagaimana pengeluaran dan konsumsi rumahtangga?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konsumsi.
2. Mengetahui apa saja yang menjadi teori konsumsi.
3. Mengetahui fungsi dari Konsumsi
4. Mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tersebut
5. Mengetahui bagaimana konsumsi di Indonesia
6. Mengetahui bagaimana pengeluaran dan konsumsi rumahtangga

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

Tercapainya pemenuhan permintaan barang/jasa dengan produksi atau konsumsi melalui


kegiatan disebut konsumsi. Seorang atau lebih yang memanfaatkan atau memakai barang/jasa
disebut konsumen. Nurhadi (2005), Refleksi kemakmuran yang diperoleh melalui aktifitas
penggunaan barang/jasa merupakan konsumsi. Melalui perbandingan lurus, kemakmuran
konsumen semakin tinggi , apabila kuantitas dan kualitas barang/jasa yang dipakai semakin
tinggi.

Melalui Salvatore (2004), dikutip bahwa kepuasan individu atas konsumsi produk tertentu
adalah suatu kebutuhan individu yang bersangkutan. Secara terbatas, mengkonsumsi unit
komoditas dalam jumlah banyak per unit waktu, akan mendapat manfaat total semakin besar.
Di sisi lain, Samuelson (2007) percaya bahwa jika harga naik sementara pendapatan nominal
tidak berubah, pendapatan riil akan turun, sehingga konsumen hampir akan mengurangi
pembelian semua barang.Sukirno (2006) memberikan definisi bahwa tercapainya kepuasaan
kebutuhan orang-orang yang terlibat dalam perkerjaan melalui pengeluaran rumah tangga
berupa produk/jasa ialah konsumsi. Penghasilan keluarga melalui modal dan tenaga kerja,
pajak yang dibayar, dan keputusan yang diambil untuk menabung dan kegiatan konsumsi.
(Mankiw, 2006).

3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Konsumsi
Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dari bahasa inggris
”Consumtion”. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang
dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang
melakukan pembelanjaan tersebut. Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari
bagaimana manusia atau konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian atau
penggunaan barang dan jasa. Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia
memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka
yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi
untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang
konsumsi.
Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para pakar ekonom,
namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Pelaku konsumsi atau orang yang menggunakan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya disebut konsumen. Perilaku konsumen adalah
kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan
kepuasannya. Dengan kata lain, perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen,
dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Perilaku konsumen
(consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan
yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya (resources) yang dimilikinya.

4
3.2 Teori Konsumsi

Setidak-tidaknya ada empat teori konsumsi yang perlu dipelajari agardapat mengikuti
perkembangan leori-teori mutakhir. Salah satu di antaranya adalah teori yang diajukan
oleh John Maynard Keynes. Untuk selanjutnya teori konsumsi tersebut kita sebut saja
Teori Keynes tentang konsumsi.

1) Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption)sangat


dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposableincome).Menurut
Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantungtingkat pendapatan.
Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi,walaupun tingkat pendapatan sama
dengan nol. Itulah yang disebut dengankonsumsi otonomus (autonomous
consumption). Jika pendapatan disposabelmeningkat, maka konsumsi juga akan
meningkat. Hanya saja peningkatankonsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan
pendapatan disposabel.

C=Co+bYd

di mana:

C=konsumsi

Co=konsukonsumsi otonomus

b=marmarginal propensity to consume (MPC)

Yd=penYd = pendapatan disposabel

0≤b≤1

Sebagai tambahan penjelasan, perlu diberikan beberapa catatanmengenai fungsi


konsumsi Keynes tersebut di atas:

a. Merupakan variabel riil/nyata, yaitu bahwa fungsi konsumsi Keynesmenunjukkan


hubungan antara pendapatan dengan pengeluarankonsumsi yang keduanya
dinyatakan dengan menggunakan tingkatharga konstan, bukan hubungan antara
pendapatan nominal denganpengeluaran konsumsi nominal.

5
b. Merupakan pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatanyang
diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yangdiperkirakan terjadi di
masa datang (yang diharapkan).
c. Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif ataupendapatan
permanen, sebagaimana dikemukakan oleh ahliekonomi lainnya (yang akan
diuraikan di belakang).

2) Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensityto Consume)

Kecenderungan mengonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume,disingkat


MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentangberapa konsumsi akan
bertambah bila pendapatan disposabelbertambah satu unit.

MPC =

jumlah tambahan konsumsi tidak akanlebih besar daripada tambahan pendapatan


disposabel, sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga
tidak mungkinnegatif, di mana jika pendapatan disposabel terus meningkat,
konsumsiterus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia
tidakmungkin hidup di bawah batas konsumsi minimal. Karena itu 0 ≤MPC≤1. Yang
dapat dikatakan adalah nilai MPC akan semakin kecil pada saat pendapatan disposabel
meningkat. Pertambahan konsumsi semakin menurun bila pendapatan disposabel terus
meningkat.

3) Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata(Average Propensityto Consume)

Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume,disingkat


APC), adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatandisposabel total. Average
propensity to consume (APC) atau kecenderungan mengkonsumsi rata-rata merujuk
pada rata-rata pendapatan yang konsumen habiskan untuk membeli barang dan jasa
daripada ditabung. Kita dapat menghitungnya dengan membagi total konsumsi
terhadap pendapatan disposabel. Kebalikan dari APC adalah kecenderungan
menabung rata-rata (average propensity to save atau APS). Belanja konsumen sangat
penting untuk menggerakkan perekonomian. Ketika konsumen percaya diri untuk
berbelanja, hal itu akan meningkatkan permintaan agregat dan menstimulasi

6
perekonomian untuk tumbuh. Pertumbuhan ekonomi yang positif menciptakan lebih
banyak aktivitas bisnis dan lapangan kerja.

Sebaliknya, jika konsumen lebih ingin menabung daripada membelanjakan uang untuk
barang dan jasa, permintaan agregat rendah sehingga akan lebih sedikit lapangan
pekerjaan tersedia seiring peningkatan penutupan bisnis.

APC =

Karena besarnya MPC < 1,maka APC <1. Selanjutnya jika konsep MPC dan APC
bahwa nilai APC mula-mula lebih besar daripada MPC, tetapi semakin lama semakin
menurun.

4) Hubungan Konsumsi dan Tabungan

Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagianbesar digunakan untuk


konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Pendapatan mempengaruhi besarnya konsumsi
dan tabungan. Semakin besar pendapatan maka konsumsi atau tabungannya akan
semakin besar. Semakin kecil pendapatan maka konsumsi atau tabungannya akan
semakin kecil. Dengandemikian kita dapat menyatakan:

Yd = C+S

di mana:

S = tabungan (saving)

Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilandisposabel akan dialokasikan


untuk menambah konsumsi dan tabungan.Besarnya tambahan pendapatan disposabel
yang menjadi tambahantabungan disebut kecenderungan menabung marjinal
(Marginal Propensityto Save, disingkat MPS). Sedangkan rasio antara tingkat
tabungan denganpendapatan disposabel disebut kecenderungan menabung rata-
rata(Average Propensity to Save, disingkat APS)

MPC dan MPS

Jika setiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagaitambahan konsumsi


dan tabungan, maka:

7
Jika kedua sisi persamaan kita bagi dengan , maka:

1 = MPC+MPS

atau,

MPS=1-MPC

Dari presentasi matematika sederhana ini dapat disimpulkan bahwa nilaitotal MPC
ditambah MPS sama dengan satu. Pada saat pendapatan disposabelmasih rendah,
setiap unit tambahan pendapatan sebagian besar dialokasikanuntuk konsumsi. Nilai
MPC mendekati satu. Nilai MPS mendekati nol. Hal inidapatmenjelaskanmengapa di
negara-negara miskin kemampuanmenabungnya sangat rendah, sehingga bila mereka
ingin melakukan investasiterpaksa meminjam dari luar negeri. Umumnya dana
pinjaman tersebut berasaldari negara-negara kaya,yang nilai MPC-nya sudah makin
mengecil,sementaraMPS-nya makin besar.

3.3 Fungsi Konsumsi

Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menjelaskan hubungan antara


kapasitas konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional. fungsi konsumsi adalah
fungsi yang menunjukkan hubungan antara konsumsi (C) dengan pendapatan (Y). Pada
umumnya, fungsi konsumsi diasumsikan mempunyai persamaan linear sebagai berikut
C = a + By
Keterangan:
C = tingkat konsumsi nasional
a = besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nol atau autonomous
consumptio (konsumsi otonom).
b = MPC yaitu tambahan pendapatan yang digunakan

Untuk mengetahui besarnya a, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


a = (APC-MPC) Y

8
Di mana Average Propencity to Consum(APC), artinya hasrat untuk berkonsumsi
ratarata. APC adalah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat
pendapatan nasional (C) dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri (Y)

APC = ,Sedangkan b atau MPC =

Dalam fungsi konsumsi, kita juga harus mengenal tingkat pendapatan Break Even Point
(BEP) atau Break Even Income (BEI). Adapun maksud tingkat pendapatan BEP adalah
tingkat pendapatan, di mana besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran
untuk konsumsi, yang dapat dirumuskan:
Y = C atau S = 0

Contoh
Diketahui data pendapatan suatu negara beserta konsumsi dan tabungannya sebagai
berikut. a. Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp1.000 miliar, besar konsumsi
per tahun Rp950 miliar, sehingga tabungannya Rp50 miliar. b. Pada tingkat pendapatan
nasional per tahun Rp1.200 miliar, besar konsumsi per tahun Rp1.100 miliar, sehingga
tabungannya Rp100 miliar.

Tentukan:
a. Fungsi konsumsi.
b. Tingkat pendapatan nasional BEP (Break Even Point).
Jawab:
a. Mencari fungsi konsumsi
Maka besarnya:
APC =

MPC = b =

a = (APC – MPC) Y
a = (0,95 – 0,75) 1.000 miliar
a = 0,20 × 1.000 miliar
a = 200 miliar
Jadi, fungsi konsumsinya C = a + bY atau C = 200 miliar + 0,75 Y.

b. Besarnya titik keseimbangan BEP


Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan sama

9
dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi, atau dapat dikatakan Y = C atau Y – C =
0.
Perhitungannya adalah:
Y–C=0
Y – (200 miliar + 0,75 Y) = 0
Y – 0,75 Y – 200 miliar = 0
0,25 Y = 200 miliar
Y = 800 miliar
Jadi, besarnya BEP adalah Rp 800 miliar.

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi


Banyak faktor yang memengaruhi besarnya pengeluaran konsumsirumah tangga. Faktor-
faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga besar:
a. Faktor-faktor Ekonomi
b. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
c. Faktor-faktor Non-Ekonomi

a. Faktor-faktor Ekonomi
Enam faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah:
1) Pendapatan RumahTangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkatkonsumsi.
Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsimakin tinggi.
Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuanrumah tangga untuk
membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makinbesar. Atau mungkin juga
pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas
yang baik.

2) Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)


Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaanriil (misalnya
rumah, tanah, dan mobil) dan finansial (deposito berjangka,saham, dan surat-surat
berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapatmeningkatkan konsumsi, karena
menambah pendapatan disposabel.Misalnya, bunga deposito yang diterima tiap
bulan dan dividen yangditerima setiap tahun menambah pendapatan rumah
tangga.Demikian juga,rumah, tanah dan mobil yang disewakan. Penghasilan-
penghasilan tadidisebut sebagai penghasilan nonupah (non wages income).
10
Sebagian daritambahan penghasilan tersebut akan dipakai sebagai konsumsi.
Tentunya, halini akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.

3) Jumlah Barang-barang Konsumsi Tahan Lama DalamMasyarakat


Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang
konsumsitahan lama (consumers' dutables). Pengaruhnya terhadapingkat
konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Apabila,
misalnya, makin banyak jumlah pesawat televisiterdapat3memasuk pengeluaran
untuk transpor dan makan. Namun bila seabanyak tersedia kendaraan mobil dan
sepeda motor,makaSeakbanyak pengeluaran yang membeli
bensin,perbaikan/permeliharaan moblmotor,makan, dan sebagainya.
barang-barang tahan lama biasanya harganya mahal, yang untukmemperolehnya
dibutuhkan waktu untuk menabung Apabila nembelinyasecara tunai, maka
sebelum membeli hams banyak menabung (konsumaberkurang).Nfamun apabila
membelinya dengan cara kredit,maka massuntuk menghemat adalah sesudah
pembelian barang.

4) Tingkat Bunga (Interest Rafe)


Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi/mengerem keinginankonsumsi,baik
dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uangmaupun yang kekurangan
uang.Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biayaekonomi (apportunity cost
dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Bagi merelayang ingin
mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjamdari bank atau
menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal,sehingga lebih
baik menunda/mengurangi konsumsi. Sama halnya denganmereka yang memiliki
banyak uang. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkanmenyimpan uang di bank
terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskanuntuk konsumsi. Jika tingkat
bunga rendah, yang terjadi adalah sebaliknya.Bagi keluarga kaya, menyimpan
uang di bank menyebabkan ongkos menundakonsumsi terasa lebih besar.
Sementara bagi keluarga yang kurang mampu, biayameminjam yang menjadi
lebih rendah akan meningkatkan keberanian dan gairah konsumsi.

5) Perkiraan tentang Masa Depan (Household Expectation About TheFufure)


Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, merekaakan
merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanyapengeluaran
11
konsumsi cenderung meningkat.Jika rumah tangga memperkirakanmasa depannya
makin jelek,mereka pun mengambil ancang-ancang denganmenekan pengeluaran
konsumsi.
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospekmasa
depan rumah tangga antara lain adalah: apakah ayah dan atau ibu yakin akan tetap
mendapatkan pekerjaan? Apakah karier dan gaji mereka akan meningkat? Berapa
banyak anggota keluarga yang telah dan akan bekerp?Berapa gaji/penghasilan
mereka?Sedangkan faktor-faklor ekstemal yangmemengaruhi prediksi rumah
tangga lentang masa depannya antara lain kantiaperekonomian domestik dan
internasional, jenis-jenis danarah kebijakanekonomi yang dijalankan pemerintah.

6) Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan DistribusiPendapatan


Di muka telah dikemukakan bahwa MPC pada kelompokmasyarakat
berpendapalan tinggi lebih rendah dibanding MPC padakelompok masyarakat
yang berpendapatan rendah. Keinginan pemerintahuntuk mengurangi
ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akanmenyebabkan
bertambahnya pengeluaran konsumsi masyarakat secarakeseluruhan. Misalnya,
Rpl00 juta yang ditarik oleh pemerintah dalam bentukpajak dari kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi (dengan MPC sebesar0,65) akan menyebabkan
berkurangnya konsumsi mereka sebanyak Rp65 juta. Namun, tambahan
pendapatan sebanyak Rpl00 juta itu yang diterima olehkelompok masyarakat
berpendapatan rendah (dalam bentuk transfer payment,subsidi) akan
menyebabkan pengeluaran konsumsi mereka bertambahsebanyak Rp80 juta
(karena MPC mereka sebesar 0,8). Dengan demikian tampakbahwa dengan
tingkat pendapatan nasional yang sama, besarnya konsumsimasyarakat menjadi
lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, karenakebijakan pemerintah
melakukan redistribusi pendapatan nasional.

b. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)

Yang tercakup dalam faktor-faktor kependudukan adalah jumlah dan


komposisi penduduk.

1). Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsisecara
menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau perkeluarga relatif
12
rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-ratapenduduk Indonesia lebih
rendah daripada penduduk Singapura, tetapisecara absolut tingkat pengeluaran
konsumsi Indonesia lebih besar daripadaSingapura. Sebab jumlah penduduk
Indonesia lima puluh satu kali lipatpenduduk Singapura. Tingkat konsumsi rumah
tangga akan sartgat besar.Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar,
bila jumlahpenduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi. Halini
terjadi dengan Amerika Serikat dan Jepang. Pengeluaran konsumsipenduduk
masing-masing negara tersebut puluhan kali lipat pendudukIndonesia. Sebab
jumlah penduduknya hampir sama dengan Indonesia,tetapi pendapatan per
kapitanya puluhan kali lipat dari Indonesia.

2) Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk sualu negara dapat dilihat dari beberapa Kasifikasi,di an-
taranya: usia (produkif dan tidak produkti), pendidikan (fendah, menengah,l
inggi),dan wilayah linggal (perkotaan dan pedesaan)sederhana seperti di bawah ini.
a) Makin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64
tahun), makin besar tingkat konsumnsi, terutama bila sebagian besar
darimereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang
wajaratau baik. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan
jugamakin besar.
b) Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakattingkat konsumsinya
jugamakin tinggi. Sebab pada saat seseorang/suatu keluarga
makinberpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak. Yang
harusmereka penuhi bukan lagi sekadar kebutuhan untuk makan dan
minum,melainkan juga kebutuhan informasi,pergaulan masyarakat yang
lebihbaik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap
keberadaannya(eksistensinya). Seringkali biaya yang dikeluarkan untuk
memenuhikebutuhan ini jauh lebih besar daripada biaya pemenuhan
kebutuhanuntuk makan dan minum.
c) Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan
(urban),pengeluaran konsumsi juga makin tinggi. Sebab umumnya pola
hidupmasyarakat perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat
pedesaan.

13
c. Faktor-faktor Non-Ekonomi
Faktor-faktor nonekonomi yang paiing berpengaruh terhadapbesarnya konsumsi
adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya saja,berubahnya pola kebiasaan
makan, perubahan etika dan tata nilai karena inginmeniru kelompok masyarakat
lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal).Contoh paling kongkret di Indonesia
adalah berubahnya kebiasaanberbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan.
Begitu juga kebiasaanmakan, dari makan masakan yang disediakan ibu di rumah
menjadikebiasaan makan di restoran atau pusat-pusat jajanan yang
menyediakanmakanan cepat saji (fast food). Demikian juga, rumah bukan hanya
sekadartempat berlindung dari panas dan hujan, melainkan ekspresi darikeberadaan
diri. Tidak mengherankan bila ada rumah tangga yangmengeluarkan uang ratusan
juta, bahkan miliaran rupiah, hanya untukmembeli rumah idaman.
Dalarn dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa memengaruhi apa,sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan/peningkatan konsumsi.Sebabketiga faktor di
atas saling terkait erat dan saling memengaruhi.Karena itubisa saja terjadi dalam
kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah yangmemaksakan untuk
membeli barang-barang dan jasa yang sebenarnya tidaksesuai dengan
kemampuannya. Sikap lersebut mungkin akibat pengaruh darikehidupan kelompok
kaya yang mereka tonton dalam sinetron di televisi.

3.5 Konsumsi di Indonesia


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 penduduk Indonesia rata-rata
menghabiskan Rp1,26 juta per bulan untuk konsumsi. Nilai itu bertambah sekitar
Rp38.905 atau naik 3,17% dari tahun 2020, yang rata-ratanya Rp1,22 juta per bulan.

Pengeluaran konsumsi bulanan pada 2021 bahkan meningkat 22% jika dibanding tahun
2017, yang rata-ratanya masih Rp1,03 juta per bulan. Menurut BPS, hal ini
mengindikasikan adanya peningkatan biaya kebutuhan hidup masyarakat selama masa
pandemi Covid-19. Jika dirinci berdasarkan pos pengeluarannya, pada 2021 rata-rata
penduduk Indonesia menghabiskan Rp622,8 ribu per bulan untuk konsumsi makanan,
kemudian Rp641,7 ribu untuk konsumsi non-makanan.

Berdasarkan wilayah tempat tinggal, rata-rata pengeluaran konsumsi penduduk di


perkotaan sebesar Rp1,48 juta per bulan. Lebih besar daripada penduduk di perdesaan
yang rata-rata konsumsinya Rp971,4 ribu per bulan. BPS juga mencatat pengeluaran

14
konsumsi rumah tangga memberi kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional,
yakni sebesar 54,42% pada 2021.

3.6 Pengeluaran dan Konsumsi Rumah Tangga

Rumah tangga merupakan konsumen atau pemakai barang dan jasa sekaligus juga
pemilik faktor-faktor produksi tenaga kerja, lahan, modal dan kewirausahaan. Rumah
tangga menjual atau mengelola faktor-faktor produksi tersebut untuk memperoleh balas
jasa. Balas jasa atau imbalan tersebut adalah upah, sewa, bunga dividen, dan laba yang
merupakan komponen penerimaan atau pendapatan rumah tangga.

Penerimaan lain yang mungkin diperoleh rumah tangga adalah transfer (pemberian cuma-
cuma), perkiraan pendapatan (imputasi) dari rumah milik rumah tangga tersebut yang
ditempati sendiri atau ditempati pihak lain dengan bebas sewa, dan hasil produksi
barang/jasa dari kegiatan yang tidak digolongkan sebagai kegiatan usaha rumah tangga.
Transfer yang diterima berasal dari pemerintah, badan usaha, lembaga nirlaba, rumah
tangga lain, maupun dari luar negeri.

Ada dua cara penggunaan pendapatan. Pertama, membelanjakannya untuk barang-barang


konsumsi. Kedua, tidak membelanjakannya seperti ditabung. Pengeluaran konsumsi
dilakukan untuk mempertahankan taraf hidup. Pada tingkat pendapatan yang rendah,
pengeluaran konsumsi umumnya dibelanjakan untuk kebutuhan-kebutuhan pokok guna
memenuhi kebutuhan jasmani. Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena
makanan merupakan jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Akan tetapi terdapat berbagai macam barang konsumsi (termasuk sandang, perumahan,
bahan bakar, dan sebagainya) yang dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk
menyelenggarakan rumah tangga. Keanekaragamannya tergantung pada tingkat
pendapatan rumah tangga. Tingkat pendapatan yang berbeda-beda mengakibatkan
perbedaan taraf konsumsi.

Apabila penerimaan rumah tangga dikurangi dengan pengeluaran untuk konsumsi dan
untuk transfer, maka diperoleh nilai tabungan rumah tangga. Kalau perilaku konsumsi
memperlihatkan dasar pendapatan yang dibelanjakan, maka tabungan adalah merupakan
unsur penting dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tabungan
memungkinkan terciptanya modal yang dapat memperbesar kapasitas produksi
perekonomian. Untuk dapat melihat apa yang dilakukan rumah tangga responden atas

15
tabungannya dibutuhkan data tabungan seperti yang disimpan di bank atau koperasi,
jumlah investasi, serta transaksi keuangan lainnya.

Kenyataannya, selisih penerimaan dengan pengeluaran rumah tangga responden ada yang
negatif (defisit), sehingga dalam membiayai pengeluaran dan investasinya diperlukan
pinjaman (hutang), maka rumah tanggapun ada yang berhutang, dan ada yang
meminjamkan uang (piutang). Jadi selain dari tabungan, sumber dana investasi dapat
berasal dari pinjaman. Disamping itu, ada pula rumah tangga responden yang melakukan
kegiatan di pasar uang atau di pasar modal sehingga terjadi transaksi finansial (keuangan)
antar rumah tangga maupun dengan sektor ekonomi lain. Investasi finansial dapat berupa
uang tunai, simpanan di bank, dan pemilikan surat berharga.

Rumah tangga terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai karakteristik berbeda, baik
dalam hal penerimaan maupun pengeluarannya. Dalam hal pengeluaran konsumsi ada
yang dilakukan secara bersama, tetapi ada pula yang dilakukan oleh masing-masing art.
Sedangkan dalam hal pendapatan, ada rumah tangga responden yang pendapatannya dari
upah/gaji saja, dari usaha saja, atau dari gabungan keduanya. Bahkan ada yang dari selain
keduanya, misalnya dari pensiun, bagi hasil, dan sebagainya. Hal ini tergantung dari
keaktifan krt/art dalam kegiatan ekonomi. Sehubungan dengan hal-hal yang disebutkan
tadi, maka untuk mengukur penerimaan dan pengeluaran rumah tangga responden secara
lengkap perlu diperhatikan bahwa:

Selain data komponen pengeluaran bersama di rumah tangga, juga harus ikut dicatat
pengeluaran masing-masing art. Selain data pendapatan dari usaha bersama, juga harus
ikut dicatat penerimaan masing-masing art yang telah berpenghasilan. Pada Susenas
Panel 2009 baik penerimaan maupun pengeluaran dari transaksi keuangan, misal:
tabungan, utang, pinjaman uang tidak dicatat.

16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu
memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Sedangkan
pelaku konsumen adalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang
akan dibeli dalam berbagai situasi. Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian
tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan, Perkembangan ekonomi
yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi
pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang
beredar.

4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para
pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya
penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan
khususnya dunia pendidikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

BPS. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, Maret 2022. n.d.


https://www.bps.go.id/publication/2022/10/20/b9e45d7c9aeb2112005aaf53/pengeluaran-
untuk-konsumsi-penduduk-indonesia--maret-2022.html.

Dihni, Vika Azkiya. Rata-rata Pengeluaran Konsumsi Bulanan Masyarakat Indonesia (2017-2021). n.d.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/21/berapa-rata-rata-pengeluaran-
konsumsi-masyarakat-tiap-bulan.

gabe, ayu. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan Beserta. n.d.


https://www.academia.edu/36989951/Fungsi_Konsumsi_dan_Fungsi_Tabungan_Beserta.

Hidayat, Dhiqy. TEORI KONSUMSI. n.d.


https://www.academia.edu/38091693/MAKALAH_TEORI_KONSUMSI.

Pratama Rahardja, Mandala Manurung. pengantar ilmu ekonimu (mikroekonomi & makroekonomi).
jakarta: lembaga penerbit fakultas ekonomi universitas, 2008.

ronaldo, edwin. Teori Konsumsi Aspek Ekonomi Makro. n.d.


https://www.academia.edu/34579809/Teori_Konsumsi_Aspek_Ekonomi_Makro.

18

Anda mungkin juga menyukai