Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PEMBELAJARAN IPS SD

PERILAKU EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Maman Surahman M.Pd.
Deviyanti Pangestu, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH
Ketua : Puteri Arajeni 2013053180 / 3C
Sekretaris : Nila Amalia Nabila 2013053107 / 3C
Moderator : Nita Yulistiana 2013053122 / 3C
Anggota :Nurul Aulia Azharie 2013053151 / 3C
Nurul Hidayah 2013053124 / 3C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat serta Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (Produksi,
Konsumsi dan Distribusi, dan Kesejahteraan)” sebagai salah satu tugas pada mata
kuliah Pembelajaran Pembelajaran IPS SD. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Deviyanti Pangestu, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Drs. Maman Surahman
M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah memberikan arahan serta
bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Rekan-rekan yang sudah memberikan masukan, kritik, saran, dan
dukungan.
Disusunnya makalah ini telah disesuaikan dan didukung dengan sumber
sumber yang kredibel dan relevan serta telah disesuaikan dengan buku penunjang
mata kuliah Pembelajaran IPS SD. Kami menyadari sepenuhnya bahwa selesainya
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang jauh dari kata sempurna.
Walaupun begitu, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial bagi para pembaca pada umumnya.

Metro, 25 Agustus 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


2.1 PERILAKU EKONOMI : PRODUKSI ...................................................3
2.1.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Produksi ................................ 3
2.1.2. Faktor Produksi ....................................................................... 4
2.1.3. Fungsi Produksi ....................................................................... 8
2.2 PERILAKU EKONOMI : DISTRIBUSI DAN KONSUMSI ..................10
2.2.1. Distribusi ................................................................................. 10
2.2.2. Konsumsi ................................................................................. 12
2.3 KESEJAHTERAAN .................................................................................14
2.3.1. Konsep Dasar Kesejahteraan ................................................... 14
2.3.2. Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Rakyat Menuju
Kehidupan Sejahtera ................................................................ 15
2.3.3. Ekonomi Kerakyatan dan Kesejahteraan ................................. 16

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 18


3.1 Kesimpulan.................................................................................................18
3.2 Saran ........................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perilaku ekonomi merupakan konsep utama dalam ilmu ekonomi. Ilmu
ekonomi sendiri adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari lebih
dalam berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan ekonomi yang
telah dibuat. Permasalahan pokok dalam ekonomi tidak lepas kaitannya
dengan memproduksi barang maupun jasa, jenisnya, dan bagaimana
pendistribusiannya. Artinya, ada 3 bagian penting dalam perilaku ekonomi,
antara lain kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Konsep ketiga bagian
tersebut bukanlah hal yang baru bagi kita karena terdapat pada kehidupan
sehari-hari yang digunakan dan saling berkaitan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Baik produsen, distributor, bahkan konsumen memiliki perannya
masing-masing dalam proses berjalannya perilaku ekonomi.
Konsumen tidak dapat mengkonsumsi sebuah makanan dan menggunakan
sebuah barang atau jasa apapun bila produsen tidak memproduksinya.
Terlebih jika distributor tidak berjalan sebagaimana mestinya, hal tersebut
akan menyebabkan kekacauan. Ini membuat ketiga hal tersebut berpengaruh
pada tingkat kesejahteraan masyarakat, yang kini menjadi banyak perhatian
para pengamat ekonomi.
Pada makalah ini kita akan membahas lebih jauh mengenai perilaku
ekonomi seperti konsep distribusi, ruang lingkup kegiatan produksi,
konsumsi, jenis, lembaga, serta pandangan ekonomi mikro dan makro.
Selanjutnya kita akan menghubungkan pembahasan tersebut dengan tingkat
kesejateraan ekonomi yang ada di Indonesia.
Kesejahteraan ekonomi sudah menjadi isu penting dalam kehidupan. Tak
dapat dipungkiri sudah banyak kebijakan ekonomi yang diberlakukan di
Indonesia yang bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan dan
mengantisipasi masalah ekonomi yang ada, karena kehidupan yang sejahtera
merupakan impian banyak pihak. Maka dari itu, dalam mengatasi berbagai
masalah ekonomi perlu adanya kerjasama baik dari pengamat ekonomi,
pemerintah, dan masyarakat. Manusia harus dengan bijak menggunakan

1
sumber daya yang ada agar tidak memberikan dampak negatif secara sosial
dan ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar produksi dalam ilmu ekonomi ?
2. Bagaimana konsep dasar distribusi dalam ilmu ekonomi ?
3. Bagaimana konsep dasar konsumsi dalam kegiatan ekonomi ?
4. Bagaimana keterkaitan antara perilaku ekonomi dengan konsep dasar
kesejahteraan ?
1.3. Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep dasar produksi dalam ilmu ekonomi
2. Untuk menunjukkan konsep dasar distribusi dalam ilmu ekonomi
3. Untuk mengetahui konsep dasar konsumsi saat kegiatan ekonomi
berlangsung.
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara perilaku ekonomi (produksi,
distribusi, dan konsumsi) dengan konsep dasar kesejahteraan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.
2.1. PERILAKU EKONOMI : PRODUKSI
2.1.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Produksi
Dalam kesehariannya setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan
ekonomi dimana pun mereka berada. Hal ini disebabkan karena secara
alami manusia memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi. Kebutuhan-
kebutuhan ini ada yang berupa barang, jasa, dan makanan. Dalam proses
pemenuhan kebutuhan tersebut perilaku ekonomi diterapkan. Kegiatan
produksi dapat dilakukan perseorangan ataupun berkelompok yang
berbentuk lembaga atau perusahaan dan biasa disebut produsen.
Kegiatan produksi adalah salah satu perilaku ekonomi yang bergerak
untuk menciptakan berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kegiatan didalamnya ditujukan untuk mengahsilkan barang dan jasa..
Dalam pengertian yang lebih luas, produksi didefinisikan sebagai tindakan
yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Nilai barang dan jasa dapat
dibedakan menjadi dua, antara lain :
 Nilai penggunaan subjektif ialah kesanggupan barang jasa untuk
memuaskan kebutuhan manusia. Contohnya sepiring nasi yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia ketika lapar.
 Nilai pengguna objektif yaitu arti yang ditujukan seseorang kepada
suatu barang atau jasa yang telah memenuhi dan memuaskan
kebutuhannya.
Alam semesta menyediakan banyak sekali bahan yang bisa
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan, tetapi tidak semua sumber daya
tersebut dapa langsung dinikmati manfaatnya sehingga harus diolah
terlebih dahulu melalui proses produksi. Konsep ini dapat dilihat dari
pemanfaatan rotan yang terlihat biasa saja dan cenderung tidak berguna
bila masih menjadi rotan di hutan. Tetapi jika sudah dikelola melalui

3
proses anyam dapat dilihat manfaatnya, nilai guna, dan nilai jualnya.
Contoh lainnya adalah proses belajar mengajar seorang guru dikelas yang
melakukan transfer ilmu dan pengalaman kepada muridnya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa proses produksi tidak hanya sebatas menciptakan
barang dan jasa saja.
Untuk menciptakan dan menambah nilai guna suatu barang dpat
melalui proses sebagai berikut :
 Mengubah suatu betuk barag menjadi barang baru (kegunaan bentuk/
form utility). Contohnya mengubah benda mentah seperti kayu
menjadi bahan baku seperti kuri, meja, lemari, dll.
 Memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lainnya
(kegunaan tempat/ place utility). Contohnya membawa pupuk
kandnag dari desa ke kota agar menjadi bernilai ekonomis lebih
tinggi.
 Mengatur waktu penggunaan suatu barang (kegunaan waktu/ time
utility). Contohnya kegiatan menimbun padi pada saat harganya
rendah dan menjualnya saat harganya mulai naik.
 Menciptakan suatu jasa (kegunaan jasa/ service utility). Contohnya
pekerjaan seorang dokter, tukang urut, tukang bengkel, dll.
Barang hasil proses produksi umumnya dibedakan mejnjadi dua,
antara lain :
 Barang konsumsi, yaitu yang dapat memuaskan konsumennya.
Contoh barang-barang konsumsi, pakaian makanan, minuman, sepatu,
pulpen, buku, dan lain-lain.
 Barang produksi, yaitu barang-barang yang sengaja diproduksi untuk
proses produksi selanjutnya atau untuk menghasilkan barang-barang
lain yang disebut barang-barang produksi. Sedangkan barang-barang
produksi seperti mesin jahit, mesin disel, dan berbagai bahan baku
untuk keperluan proses produksi selanjutnya.
2.1.2. Faktor produksi
Kegiatan produksi akan terus berjalan karena bertujuan untuk
mengganti dan menambah barang dan jasa yang sudah rusak dan tidak

4
terpakai lagi. Bahkan, seiring dengan perkembangan IPTEK barang dan
jasa yang dihasilkan semakin beragam. Namun, tak dapat dipungkiri
sepintar apapun manusia dalam memproduksi, sumber daya yang
digunakan tetap memiliki batas dalam dalam penggunaannya.
Seorang ahli, Mansfield mengungkapkan sumber daya adalah materi/
bahan atau jasa yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang atau
jasa-jasa yang dapat digunakan untuk memuaskan berbagai keinginan
manusia, dan seluruh sumber daya yang keberadaannya langka disebut
sebagai sumber daya ekonomi, tidak peduli sekaya apapun suatu
masyarakat, tetap saja sumber daya tetap akan terbatas.
Proses produksi hanya bisa berlangsung jika terpenuhinya faktor-
faktor produksi yang diperlukan. Faktor produksi dikelompokkan kedalam
empat kategori, yaitu :
1. Land (Sumber Daya Alam)
McConnell (1999) berpendapat, land atau alam berkaitan dengan
seluruh sumber daya yang bersifat alami (semua yang sudah
tersedia di bumi yang dapat digunakan dalam proses produksi).
Diantaranya adalah tanah, air, minyak bumi, mineral, hutan, dll.
Samuelson dan
Wallace (1975) mengungkapkan bahwa faktor utama bagi produksi
di samping tenaga kerja adalah tanah dan seluruh sumber daya
alam yang ada. Seluruh sumber daya alam merupakan faktor
produksi asli karena sudah tersedia dengan sendirinya tanpa harus
diminta oleh manusia.
2. Capital (Modal)
Modal merupakan seluruh barang yang digunakan produsen untuk
menghasilkan pendapatan. Modal tidak hanya sebatas dalam bentuk
uang namun juga mengarah kepada keseluruhan kolektivitas atau
akumulasi dari barang modal, seperti bangunan, peralatan,
persediaan, mesin, perlengkapan pabrik, dan sumber daya produksi
lainnya yang memiliki peran pada kegiatan produksi, pemasaran,
dan pendistribusian barang. Modal tidak hanya terbatas pada uang

5
tetapi lebih mengarah pada keseluruhan kolektivitas atau akumulasi
barang-barang modal yang oleh Jackson dan McConnell disebut
sebagai investasi. Investasi dapat terjadi bila masyarakat memiliki
tabungan, sebaliknya jika masyarakat miliki pendapatan yang
rendah maka hal ini tidak dapat dilakukan. Indonesia merupakan
salah satu negara yang kurang maju dari sudut ekonomi karena
dihadapkan pada kesulitan minimnya tabungan masyarakat dan
kegiatan investasi yang berdampak pada kurangnya peralatan
modal yang dimiliki.
3. Labour (Tenaga Kerja)
Spencer mengatakan bahwa tenaga kerja merupakan istilah yang
luas yang digunakan para ahli ekonomi yang menunjuk pada bakat
mental yang dimiliki laki-laki maupun perempuan yang dapat
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Dari pengertian
tersebut dalam diambil kesimpulan bahwa tenaga kerja merupakan
seluruh human efforts, baik secara fisik maupun mental. Marxisme
dan Mao Ze Dong, seorang ahli ekonomi mengatakan bahwa
tenaga kerja merupakan hal yang paling mendasar. Ze Dong juga
mengemukakan bahwa pengetahuan seorang tenaga kerja akan
sangat tergantung pada aktivitas produksi yang digelutinya.
Secara fisik dan mental, seseorang yang berusia 15 tahun ke atas
sudah siap untuk bekerja. Namun, karena terbatasnya lapangan
pekerjaan, maka tidak semua orang yang telah masuk usia tersebut
dapat terlibat dalam pekerjaan. Terlebih dengan keadaan Indonesia
saat ini, dimana jumlah pengangguran bertambah setiap tahunnya,
tidak sebanding dengan lapangan pekerjann yang ada. Krisis
ekonomi yang berkepanjangan juga membuat keadaan semakin
parah. Sehingga sebagian besar tenaga kerja di Indonesia banyak
terdapat pada sektor pertanian.
Prebisch (1978) mengemukakan bahwa pertumbuhan yang tidak
seimbang antara perkotaan dan pedesaan menimbulkan premature
urbanization atau urbanisasi yang prematur.

6
Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja dapat digolongkan
menjadi tiga, antara lain :
a. tenaga kerja terdidik (skill labour), yaitu golongan tenaga
kerja yang telah mengikuti jenis dan jenjang pendidikan
tertentu;
b. tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu golongan tenaga
kerja yang telah mengikuti pelatihan dan memiliki
pengalaman tertentu;
c. tenaga kerja yang tidak terdidik dan terlatih (unskilled
labour), yaitu golongan tenaga kerja yang untuk menangani
pekerjaannya tidak memerlukan keahlian yang khusus.
Misalnya tukang sampah.
4. Entrepreneurial ability (kewirausahaan)
Walaupun makna entrepreneur serupa dengan labour sebagai
human resource tetapi dalam pembahasan faktor produksi
keduanya dipisahkan karena terdapat a special set of human talents
dalam makna entrepreneur.
Seperti apa yang dikemukakan oleh McConnell bahwa seorang
wirausaha memiliki empat fungsi utama, yaitu :
a. Seorang wirausaha mengambil inisiatif mengombinasikan
sumber daya alam, modal, dan tenaga kerja untuk
memproduksi barang dan jasa. Baik dalam perannya
sebagai pembakar semangat karyawan atau sebagai
katalisator. Seorang wirausaha merupakan unsur pengganti
utama di balik proses produksi dan ia juga merupakan agen
yang berupaya mengombinasikan sumber daya lainnya
untuk tercapainya keuntungan perusahaan.
b. Seorang wirausaha memiliki pekerjaan membuat keputusan
keputusan yang berkenaan dengan kebijakan dasar usaha,
yaitu keputusan-keputusan tidak rutin yang menjadi acuan
jalannya bisnis perusahaan.
c. Seorang wirausaha merupakan seorang inovator yaitu

7
seseorang yang berupaya mengenalkan dasar-dasar bisnis
sebuah produk baru, teknik-teknik produk baru, bahkan
format-format baru organisasi perusahaan.
d. Seorang wirausaha haruslah berani menanggung risiko.
Risikonya bukan hanya waktu, usaha, dan reputasi
bisnisnya, tetapi juga investasi dana dan keseluruhan aspek
yang berkaitan dengan pemegang saham.
Seorang wirausaha memiliki karakteristik yang positif, seperti
inovatif, produktif, dan lain-lain. Seorang wirausaha harus mampu
mewujudkan suatu gagasan dalam usahahnya menjadi suatu yang
nyata.
2.1.3. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu persamaan matematika yang
menunjukkan hubungan kuantitas output (jumlah produksi, barang atau
jas) dengan input (faktor produksi, sumber daya perusahaan) yang
digunakan dalam proses produksi. Fungsi tersebut mewakili batas output
yang dapat diproduksi oleh produsen dari setiap kombinasi input. Hal ini
berguna untuk menentukan berapa banyak output yang harus dihasilkan
mengingat harga suatu output. Perlu diperhatikan juga perbedaan antara
jangka pendek dan jangka panjang, yang mana dalam jangka pendek satu
faktor produksi dianggap tetap, seperti modal. Sementara dalam jangka
panjang, semua faktor produksi adalah variabel. Fungsi produksi
dinyatakan dengan rumus dibawah ini :
Q = F (C, L, R, S)
Q = Tingkat produksi yang dihasilkan (output).
L = Tenaga kerja (Labour).
C = Jumlah modal (Capital).
R = Kekayaan alam.
S = Kewirausahaan (entrepreneurship).
Contoh fungsi sederhana dapat dilihat sebagai berikut :
Q=C+L
Dari persamaan diatas, dapat diketahui jika perusaan dapat

8
menghasilkan menghasilkan 5 unit output menggunakan 2 unit modal dan
3 unit tenaga kerja. Ketika perusahaan menambah tenaga kerja menjadi 5
unit, output meningkat menjadi 7 unit. Hal ini disebut sebagai skala
pengembalian konstan.
Setiap faktor produksi dapat diubah sesuai dengan kondisi faktor
masukan (input) yang dilibatkan. Gambaran faktor produksi juga dapat
dirumuskan dengan :
Q = f {x1, x2, x3, …, xn}
Q = Jumlah output yang dihasilkan
x1, x2, x3 …, xn = Faktor-faktor produksi (input) yang digunakan
Dalam fungsi produksi terdapat hukum bernama the law of
diminishing return (hukum hasil yang semakin berkurang), hukum ini
menjelaskan sifat pokok hubungan diantar tingkat produksi dan tenaga
kerja yang digunakan. Dalam hal ini tenaga kerja merupakan faktor yang
dapat diubah, sedangkan yang lainnya tetap. Bila input bertambah maka
output akan meningkat. Namun, bila sudah mencapai suatu tingkat tertentu
maka output akan terus menurun walaupun mengalami kenaikan input.
Produk rata-rata (AP = average product) adalah produk keseluruhan
untuk setiap faktor variable tenaga kerja. Sederhananya, AP adalah rata-
rata produk yang dihasilkan oleh setiap pekerja. AP dapat dihitung
menggunakan persamaan dibawah ini :
TP
AP=
L
AP = Produk rata-rata (Average product).
L = Tenaga kerja (Labour).
TP = Produk keseluruhan (Total product).
Contoh sederhananya bila jumlah L = 3 dan TP = 60 maka dapat
diketahui AP = 60/3 =20.
Produk marginal (MP) atau yang sering disebut juga sebagai produk
tambahan adalah perubahan dalam produk keseluruhan yang terjadi karena
penggunaan satu unit tambahan faktor tenaga kerja. Sederhananya, MP
adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh penambahan satu tenaga
kerja yang digunakan. Jika  L ( = delta) adalah perubahan tenaga kerja

9
dan  TP adalah perubahan total produk maka MP dapat dihitung :
TP
AP=
L

2.2. PERILAKU EKONOMI : DISTRIBUSI DAN KONSUMSI


2.2.1. Distribusi
Secara kebahasaan distribusi memiliki makna pembagian, pengiriman,
penyebaran, dan penyaluran. Dengan secara istilah distribusi adalah
kegiatan pengiriman barang-barang kepada orang banyak atau beberapa
tempat. Di mana produksi diartikan sebagai setiap tindakan atau usaha
yang dilakukan baik oleh orang atau lembaga yang ditujukan untuk
menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen
dalam hubungan dengan distribusi ini seorang produsen perlu memikirkan
saluran yang bagaimanakah yang akan dipilih untuk menyalurkan barang
dan jasanya dengan tepat dan biaya yang murah.
1. Membangun Saluran Distribusi
Dalam membangun saluran distribusi perlu diperhatikan desain
saluran, tujuan perusahaan, dan keinginan konsumen. Dalam hal ini
pelanggan berperan dalam menentukan bagaimana proses
pendistribusian berlangsung. Selain itu proses distribusi juga perlu
memperhatikan atribut produk yang akan dikirim untuk
menghindari kerusakan diperjalanan, letak geografis, seleksi
pedagang, dll.
2. Jenis-Jenis Saluran Distribusi
Produsen bekerja sama dengan lembaga pemsaran untuk
memindahkan barang dari produsen kepada konsumen. Vernon dan
Jackson (1994) membagi jenis saluran distribusi berdasarkan
intensitasnya yaitu :
a. Bentuk intensif, saluran distribusi jenis ini adalah jenis
saluran yang memanfaatkan banyak pedagang besar dan
kecil.
b. Bentuk selektif, saluran distribusi jenis ini hanya
memanfaatkan beberapa grosir dan sejumlah kecil pengecer

10
(retailer).
c. Bentuk eksklusif, saluran distribusi jenis ini hanya
melibatkan satu perantara dalam lingkungan masyarakat
tertentu, untuk menangani produk.
3. Saluran Distribusi (Distribution Channel)
a. Dari produsen langsung ke konsumen
Perpindahan barang dilakukan oleh produsen langsung
kepada konsumen. Contohnya seperti penghasil susu
menjajakan hasil susunya ke rumah rumah disekitarnya.
b. Saluran tidak langsung
 Saluran tidak langsung
Produsen yang menggunakan cara ini tidak jarang
mempunyai gudang-gudang cabang yang tersebar di
berbagai wilayah.
 Dari produsen ke grosir ke pengecer ke konsumen.
Barang-barang yang didistribusikan dengan jenis ini
biasanya berupa barang yang terbuat dari logam,
obat-obatan, bahan makanan, dll.
4. Lembaga-Lembaga Distribusi
Lembaga distribusi atau biasa dikenal sebagai distributor berperan
jembatan dalam penyampaian produk dari produsen kepada
konsumen.
a. Wholesaler (grosir)
Grosir adalah pedagang perantara yang membeli barang
dagangan untuk dijual kembali terutama kepada pengusaha
lain dan bukan kepada konsumen. Fungsinya yang utama
adalah mengumpulkan dan menyebarkan. Grosir berbeda
dengan agen karena grosir membeli dan memiliki produk
yang ditangani. Grosir dengan pelayanan penuh dapat
menetapkan harga kepada pelanggan mereka. Grosir
merupakan sumber pasokan yang paling penting bagi
banyak pengecer. Para pedagang eceran kecil hampir tidak

11
dapat beroperasi tanpa adanya pelayanan dari grosir.
b. Agen
Pedagang perantara agen (agen midleman) adalah pedagang
perantara yang tidak membeli dan memiliki barang yang
mereka jual. Fungsi utama agen adalah melakukan
penjualan bagi produsen. Agen biasanya dibayar dengan
suatu komisi berdasarkan volume penjualannya. Makelar
(broker), agen penjualan, dan agen produsen digolongkan
sebagai pedagang perantara agen.
c. Retailer (pedagang eceran)
Dalam kedudukan kita sebagai konsumen, kebanyakan kita
lebih mengenal pengecer. Pengecer adalah suatu perusahaan
yang membeli barang-barang dari produsen atau dari grosir
kemudian menjualnya kepada konsumen. Penjualan eceran
meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan penjualan
barang-barang dan jasa untuk konsumen terakhir. Beberapa
lembaga yang berniaga secara eceran antara lain toserba,
supermarket, dan toko khusus (toko sepatu, toko perhiasan,
toko mainan, toko buku, dll)
5. Memilih Distributor Khusus
Pedagang perantara memusatkan pada pelanggan dan memperoleh
untung yang tinggi dengan mengadakan penjualan yang berjumlah
besar. Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi
pemilihan pedagang perantara antara lain :
a. reputasi dari tim manajemen perusahaan;
b. jangkauan pedagang perantara pada pasar yang diinginkan;
c. lokasi usaha;
d. kebijakan produk dan lini produk dari pedagang perantara;
e. luasnya pelayanan yang akan diberikan kepada pelanggan;
f. kebijakan promosi dari perusahaan
2.2.2. Konsumsi
1. Pengertian Konsumsi

12
Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menghabiskan daya guna suatu benda, baik yang berupa barang
maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara
langsung. Dalam ilmu ekonomi konsumsi diartikan sebagai
penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
manusiawi (the use of goods and service in the satisfaction of
human wans).
Selanjutnya konsumsi adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh
rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada
barang yang tahan lama, seperti kendaraan dan perlengkapan, dan
barang tidak tahan lama seperti makan dan pakaian. Jasa mencakup
barang yang tidak wujud konkrit, seperti potong rambut dan
kesehatan. Pembelanjaan rumah tangga atas pendidikan juga
dimasukkan sebagai konsumsi jasa (Mankiw 2003;11).
Pola konsumsi seseorang akan berubah-ubah sesuai dengan naik
turunnya pendapatan. Variasi pola konsumsi seorang konsumen
selalu ditujukan untuk memperoleh kepuasan yang maksimum.
Kepuasan itu sendiri dalam pengertian yang sebenarnya sukar
untuk diukur. Atas dasar itulah dalam teori keseimbangan
konsumsi dimulai dengan beberapa dugaan.
2. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah sebuah studi psikologis yang
mempelajari perilaku individu atau organisasi terhadap sebuah
produk. Studi ini bertujuan untuk memahami motivasi konsumen
dalam mengambil keputusan terhadap produk tersebut. Perilaku
konsumen biasanya dipengaruhi oleh 3 tiga faktor yaitu faktor
pribadi, faktor psikologis, dan faktor sosial.
Beberapa dugaan dalam ilmu ekonomi yang dijadikan dasar
pembahasan perilaku konsumen. Dugaan-dugaan yang dimaksud
adalah :
a. pendapatan konsumen tetap;
b. barang-barang pemuas kebutuhan adanya terbatas;

13
c. konsumen dengan pendapatan terbatas menghadapi suatu
kenyataan bahwa harga-harga barang tidak pada titik nol;
d. setiap orang mengetahui preferensi kebutuhannya dengan
baik;
e. konsumen dapat berperilaku rasional dalammelakukan
konsumsinya;
f. selera konsumen tetap.
Dengan jumlah pendapatan yang tetap, seorang konsumen
menghadapi suatu kenyataan bahwa ketersediaan barang-barang
dan jasa-jasa yang relatif terbatas, tidak mungkin dibeli
semuanyakarena harganya tidak pada titik nol. Oleh karena itu,ia
harus mengetahui preferensi kebutuhannya dengan baik agar ia
dapat berlaku secara rasional dalam melakukan konsumsinya
sehingga ia dapat memperoleh alternatif kombinasi konsumsi yang
paling menguntungkan bagi dirinya.
Perilaku konsumen akan sejalan dengan hukum permintaan, dan
hal ini hanya berlaku apabila syarat-syaratnya terpenuhi (cateris
paribus). Dalam mempelajari perilaku konsumen tersebut dapat
dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu indifference curve
approach dan marginal utility approach.

2.3. KESEJAHTERAAN
2.3.1 Konsep Dasar Kesejahteraan
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan
yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan
makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera
dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus
resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah
fungsi kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial
menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.

14
Secara ekonomis, suatu masyarakat dapat dikategorikan sejahtera jika pada
tingkatan ekonomi tertentu dia mampu secara relatif memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan
perumahan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
seseorang. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, setiap orang akan
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penghasilan,
gaya hidup, nilai, norma, serta budaya yang berkembang di masyarakat
sekitarnya. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas sementara di sisi lain
adanya alat-alat pemuas kebutuhan yang relatif terbatas telah menjadi alat
ukur penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.
2.3.2 Ekonomi Kerakyatan Dan Pemberdayaan Rakyat Menuju
Kehidupan Sejahtera
Jika konsep ekonomi kerakyatan ditempuh sebagai strategi alternatif
dalam rangka lebih memberdayakan masyarakat maka sudah dapat
dipastikan strategi tersebut harus bertumpu pada masyarakat. Artinya
masyarakat harus dijadikan sebagai fulcrum (titik tumpu) dari semua
kepentingan. Menurut Mandela (dalam Tjahjati dkk 1996, h.177)
“Empowerment depends on people's ability to provide for themselves, for
poverty translates into lack of options for the individual”(Pemberdayaan
masyarakat [dalam pembangunan] akan sangat tergantung pada
kemampuan masyarakatitu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya karena
kemiskinan mencerminkan ketiadaan pilihan bagi seseorang).
Kartasasmita (1996) mengungkapkan, pemberdayaan masyarakat
memiliki dua arah: 1. melepaskan belenggu kemiskinan dan
keterbelakangan; 2. memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur
kekuasaan. Kedua hal tersebut harus ditempuh dan dijadikan sasaran dari
upaya pemberdayaan agar masyarakat memiliki kemandirian dan
kemampuan. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan ekonomi
merupakan suatu strategi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
merupakan paradigma baru yang bersifat people-centered (berpusat pada
masyarakat), participatory (partisipasi), empowering (pemberdayaan), dan
sustainable (keberlanjutan) (Chamber 194).

15
Dalam hal ini, masyarakat diharapkan terlibat secara proaktif,
mengambil inisiatif, merancang, dan mengelola pelaksanaan pembangunan
guna mengatasi masalahnya dan sesuai dengan kebutuhannya.

16
2.3.3 Ekonomi Kerakyatan dan Kesejahteraan
Paradigma baru pembangunan ekonomi Indonesia adalah
pembangunan ekonomi yang berpusat pada rakyat, yaitu suatu konsepsi
pembangunan yang semakin memperkuat dan memberdayakan potensi dan
kemampuan masyarakat. Guy Gran (dalam Korten dan Syahrir 1988)
menegaskan bahwa paradigma ini memberi peran kepada individu bukan
sebagai subjek, melainkan sebagai aktor “yang menetapkan tujuan,
mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang
mempengaruhi kehidupannya.” Menurut Kortendan Syahrir (1988), logika
yang dominan dari model paradigma baru ini adalah logika mengenai
suatu ekologi manusia yang seimbang, dengan sumber-sumber daya yang
utama berupa sumber-sumber daya informasi dan prakarsa inisiatif yang
tak habis-habisnya. Pembangunan ekonomi yang berpusat pada rakyat
menghargai dan mempertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Oleh
karena itu, sistem ekonomi kerakyatan akan sanggup mengakomodasi
kebinekaan atau keberagaman yang ada di setiap daerah. Atas dasar
keberagaman inilah maka dalam pelaksanaan sistem ekonomi kerakyatan
diperlukan teknik-teknik pembangunan ekonomi yang berbeda-beda.
Dalam perkembangan UMKM sangat memberikan dampak positif
bagi perekonomian Indonesia, terutama menunjang pembangunan
ekonomi kerakyatan. Bahkan setiap daerah di Indonesia memiliki produk
UMKM unggulan. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang
berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri
adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat
kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya
ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang
selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama
meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang
ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya
tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Ekonomi
kerakyatan itu sendiri merupakan suatu program pembangunan untuk

17
menyelaraskan distribusi pendapatan dengan mendorong masyarakat
menuju kesejahteraan. Hal ini dilakukan sesuai kondisi ekonomi
masyarakat yang terus mengalami kesenjangan pendapatan. Maka dengan
adanya program tersebut dapat menjadi jalan keluar bagi suatu negara
memperkecil kesenjagan sosial. Pola pembangunan ekonomi yang telah
gagal mendorong para pakar ekonomi untuk mengalihkan upaya
pembangunan dengan bertumpu pada pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan.
Menurut Mubyarto dalam menjalankan pembangunan awal abad XXI
ini harus dijalin upaya yang saling mendukung antara kedua kekuatan
ekonomi nasional, yaitu ekonomi rakyat dan para pengusaha besar yang
sudah menjagat. Dalam kerangka inilah makaPasal 33 UUD 1945 berperan
sebagai pengikat yang menyemangati kedua kekuatan ekonomi nasional
ini agar tidak berjalan sendiri-sendiri, lebih-lebih bersaing dan saling
mematikan

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di dalam ilmu ekonomi, perilaku ekonomi masyarakat, secara umum, dibagi
ke dalam tiga bagian penting, yaitu kegiatan produksi, distribusi, dan
konsumsi. Proses produksi hanya bisa berlangsung jika terpenuhinya faktor-
faktor produksi yang diperlukan. Faktor produksi yang dimaksud terdiri dari
sumber daya alami (land), modal (capital), tenaga kerja (labour), dan
entrepreneurship (kewirausahaan). Distribusi adalah setiap upaya yang
dilakukan baik oleh orang maupun lembaga yang ditujukan untuk
menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Kegiatan konsumsi merupakan tindakan pemuasan atas berbagai jenis
tuntutan kebutuhan manusia.
Salah satu upaya yang ditempuh oleh bangsa Indonesia dalam rangka
mencapai kesejahteraan rakyat adalah dengan digulirkannya konsep
ekonomi kerakyatan. Gagasan ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai
upaya alternatif dari para ahli ekonomi Indonesia untuk menjawab
kegagalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia
dalam menerapkan teori pertumbuhan.
3.2 Saran
Saran yang bisa penulis berikan yakni:
1. pada konsep yang pertama, perlu memahami mengenai konsep produksi,
yang meliputi pengertian dan ruang lingkup kegiatan produksi, aspek
yang terkait dengan faktor dan fungsi produksi, serta perusahaan sebagai
tempat berlangsungnya proses produksi.
2. Perlu lebih mendalami hal hal yang berkaitan dengan konsep distribusi
dan konsumsi, yang mencakup pengertian, jenis, serta lembaga-lembaga
distribusi, pengertian dan pandangan ekonomi mikro dan makro di
seputar konsep konsumsi.
3. Mendiskusikan lebih lanjut mengenai konsep kesejahteraan sebagai salah
satu isu penting dalam kehidupan manusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Winataputra, U. S., & Darojat, O. (2007). Materi dan pembelajaran IPS


SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hasoloan, J. 2010. Pengantar ilmu ekonomi. D.I. Yogyakarta : Deepublish.

Cerdasco (2020, 07 Januari). Fungsi Produksi. Diakses pada 27 Agustus 2021


pukul 11.08 WIB. Melalui https://cerdasco.com/fungsi-produksi/

Salvatore, 2003; 84.Jurnal Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsidi


Kabupaten Nagan Ray.Vol.1. Universitas Teuku Umar.

Gramedia blog.Pengertian Konsumsi. Diakses pada 28 Agustus pukul 05.46 WIB.


Melalui https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konsumsi/

Sodexo. Perilaku Konsumen. Diakses pada 28 Agustus pukul 05.56 WIB. Melalui
https://www.sodexo.co.id/perilaku-konsumen/

Repository UIN suska. Bab 2 Landasan Teori. Diakses pada 28 Agustus pukul
06.07. Melalui http://repository.uin-suska.ac.id/3990/3/BAB%20II.pdf

Hestanto. Sistem Ekonomi Kerakyatan. Diakses pada 28 Agustus pukul 06.19.


Melalui https://www.hestanto.web.id/sistem-ekonomi-kerakyatan/

20

Anda mungkin juga menyukai